Perdarahan pascapersalinan merupakan salah satu kegawatdaruratan obstetrik utama yang dapat terjadi. Penyebabnya antara lain atonia uteri, retensio plasenta, trauma, dan faktor pembekuan darah. Prinsip penanganannya meliputi evaluasi kondisi pasien, resusitasi cairan dan oksigen, tegakkan diagnosis penyebab, serta terapi yang sesuai dengan penyebab perdarahan seperti oksitosin, ergometrin, atau manajemen k
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas tentang definisi, embriologi, klasifikasi, gejala, dan diagnosis atresia ani.
2. Atresia ani adalah ketidakadaan atau penutupan lubang anus secara kongenital, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam perkembangan embriologi.
3. Diagnosis atresia ani dapat dilakukan dengan melihat apakah ada mecone
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi, fungsi, dan pengobatan BPH (benign prostatic hyperplasia) yang meliputi definisi, cara mengukur besarnya hipertrofi prostat, dan beberapa teknik bedah untuk mengobati BPH seperti TURP (transurethral resection of the prostate).
Retensi urin adalah kondisi darurat dimana pasien tidak dapat mengeluarkan urin dan dapat menyebabkan infeksi sistemik yang berbahaya. Gejala utamanya adalah sulit dan sakit saat buang air kecil, riwayat infeksi saluran kemih, dan nyeri di daerah perut bawah. Penanganannya meliputi pemasangan kateter untuk mengeluarkan urin secara cepat, mencegah infeksi lebih lanjut, serta men
Eliminasi urine dan feses merupakan proses penting dalam tubuh. Ginjal menyaring cairan dalam darah untuk dikeluarkan lewat urine, sedangkan kandung kemih menampung urine sebelum dikeluarkan. Kateterisasi dapat membantu eliminasi urine pada pasien yang tidak mampu berkemih sendiri.
Dokumen tersebut merangkum tentang survei primer dan sekunder dalam Advanced Trauma Life Support (ATLS). Survei primer meliputi penilaian jalan nafas, pernafasan, sirkulasi, gangguan neurologis, dan paparan. Survei sekunder meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik seluruh tubuh, dan reevaluasi tanda vital.
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan berlebih setelah melahirkan. Penyebab utamanya adalah atonia uteri atau kelemahan kontraksi rahim. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis seperti tekanan darah rendah dan pemeriksaan fisik. Penanganannya meliputi manajemen renjatan, pemeriksaan untuk menentukan penyebabnya, serta terapi seperti oksitosin untuk merangsang kontraksi rahim. Bila tidak berhasil
Prosedur medis seperti abdominal paracentesis dan OGDS digunakan untuk mengambil sampel cairan perut dan memeriksa esofagus, lambung, dan duodenum. Kedua prosedur melibatkan persiapan pasien, pemantauan tanda vital, dan pengawasan selama dan sesudah prosedur untuk mengidentifikasi komplikasi potensial seperti infeksi atau pendarahan.
Dokumen tersebut membahas tentang dasar teori, asuhan keperawatan pasca operasi pemasangan selang water seal drainage (WSD), dan komplikasi yang dapat timbul. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi dan tujuan WSD, tahapan perawatan pasca operasi seperti observasi gejala dan drainase, serta indikasi pengangkatan selang.
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
Ìý
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi, fungsi, dan pengobatan BPH (benign prostatic hyperplasia) yang meliputi definisi, cara mengukur besarnya hipertrofi prostat, dan beberapa teknik bedah untuk mengobati BPH seperti TURP (transurethral resection of the prostate).
Retensi urin adalah kondisi darurat dimana pasien tidak dapat mengeluarkan urin dan dapat menyebabkan infeksi sistemik yang berbahaya. Gejala utamanya adalah sulit dan sakit saat buang air kecil, riwayat infeksi saluran kemih, dan nyeri di daerah perut bawah. Penanganannya meliputi pemasangan kateter untuk mengeluarkan urin secara cepat, mencegah infeksi lebih lanjut, serta men
Eliminasi urine dan feses merupakan proses penting dalam tubuh. Ginjal menyaring cairan dalam darah untuk dikeluarkan lewat urine, sedangkan kandung kemih menampung urine sebelum dikeluarkan. Kateterisasi dapat membantu eliminasi urine pada pasien yang tidak mampu berkemih sendiri.
Dokumen tersebut merangkum tentang survei primer dan sekunder dalam Advanced Trauma Life Support (ATLS). Survei primer meliputi penilaian jalan nafas, pernafasan, sirkulasi, gangguan neurologis, dan paparan. Survei sekunder meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik seluruh tubuh, dan reevaluasi tanda vital.
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan berlebih setelah melahirkan. Penyebab utamanya adalah atonia uteri atau kelemahan kontraksi rahim. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis seperti tekanan darah rendah dan pemeriksaan fisik. Penanganannya meliputi manajemen renjatan, pemeriksaan untuk menentukan penyebabnya, serta terapi seperti oksitosin untuk merangsang kontraksi rahim. Bila tidak berhasil
Prosedur medis seperti abdominal paracentesis dan OGDS digunakan untuk mengambil sampel cairan perut dan memeriksa esofagus, lambung, dan duodenum. Kedua prosedur melibatkan persiapan pasien, pemantauan tanda vital, dan pengawasan selama dan sesudah prosedur untuk mengidentifikasi komplikasi potensial seperti infeksi atau pendarahan.
Dokumen tersebut membahas tentang dasar teori, asuhan keperawatan pasca operasi pemasangan selang water seal drainage (WSD), dan komplikasi yang dapat timbul. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi dan tujuan WSD, tahapan perawatan pasca operasi seperti observasi gejala dan drainase, serta indikasi pengangkatan selang.
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
Ìý
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Wahid Husein
Ìý
Situasi rabies di dunia
Situasi rabies di Indonesia
Program rabies di Indonesia
Apa yang dilakukan ECTAD Indonesia
Tantangan utama
Rekomendasi ke depan
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGITANGKI4D
Ìý
Bagi kalian yang ingin mendapatkan kemenangan situs slot bonus kami merupakan saran terbaik buat kalian, hanya mengunakan modal rendah & penyedia bonus terbaik sepanjang masa
follow semua dan claim bonus dari kami #Tangki4dexclusive #tangki4dlink #tangki4dvip #bandarsbobet #idpro2025 #stargamingasia #situsjitu #jppragmaticplay #scatternagahitam
5. PERKUTAN
Metode invasif minimal ,
menggunakan ultrasonografi atau
fluoroskopi. Merupakan salah satu
tehnik diversi urine atau drainase
yang baik pada obstruksi saluran
kemih atas ketika aliran urine
terhambat (Allen 2010, Ekici 2001)
Nefrostomi
TERBUKA
Cara klasik, terdapat dua macam teknik,
yaitu bila korteks masih tebal dan korteks
sudah tipis.
Bila kortek masih tebal ginjal
dibebaskan sampai terlihat pelvis
Bila kortek sudah tipis folley kateter
langsung dimasukkan melalui sayatan
pada kortek
5
6. Tujuan
6
â—† Mengurangi tekanan dan distensi sistem pyelocaliceal,
pada kasus seperti hidronefrosis, pyonefrosis
â—† Mempertahankan dan meningkatkan fungsi ginjal setelah
obstruksi ureter
â—† akses antegrade ke saluran kemih bagian atas sebagai
prosedur diagnostik dan terapeutik (Misalnya, pengeluaran
batu ginjal)
7. Indikasi
â—† Diversi urine
â—† Obstruksi ureter
â—† Kebocoran urine dari lubang ueter dan kandung kemih
â—† Persiapan operasi pada ginjal dan ureter
â—† Nephrostomi akut ( Hidronefrosisi karena batu)
â—† Nephrostomi permanen (Hidronefrosisi karena kangker
dan harus di ganti setiap 3 bulan)
â—† Prosedur Diagnostik dan Therapeutik
8. Kontraindikasi
• Penggunaan antikoagulan (aspirin, heparin, warfarin)
• Gangguan pembekuan darah (hemofilia, trombositopenia) dan
hipertensi tidak terkontrol (dapat menyebabkan terjadinya
hematom perirenal dan perdarahan berat renal).
• Nyeri yang tidak dapat diatasi pada saat tindakan nefrostomi.
• Asidosis metabolik berat.
• Hiperkalemia
• Pasien tidak bisa diposisikan tengkurap
9. Komplikasi
â—† Perdarahan
â—† Infeksi
â—† Kebocoran urin
â—† Reaksi alergi
â—† Fistul pada salah satu organ disebabkan oleh
jarum
â—† Gangguan fungsi nephrostomi:seperti
obstruksi, perdarahan dan terlepas
â—† Komplikasi dressing nephrostomi
9
12. Pra Nefrostomi
Puasa 4- 6 jam sebelum
tindakan
Cek obat-obatan yang di
minum terutama
antikoagulan biasanya
harus di hentikan 7-10
hari
Pasien DM cek gula
darah
Pemeriksaan ureum dan
kreatinin
Informed conset sebelum
prosedur
12
13. Pasca Nefrostomi
Berikan analgetik
Istirahat di tempat tidur
selama 4 jam
Monitor hemodinamik
Nephrostomi di sambung
ke sistem drainase
tertutup dan steril dan
kantung drainase di
bawah level ginjal
Ukur produksi urine setiap jam
pada 4 jam pertama, kemudian
setiap 4 jam selama 24 jam,
selanjutnya setiap 8 jam,
Monitor produksi urine
(warna, adanya sedimen,
perdarahan, infeksi)
Ukur Balance Cairan
Fiksasi &Pastikan selang
nefrostomi tidak terjadi
kingking, kebocoran,
Cek Ureum Kreatinin
13
15. Irigasi Nephrostomi
Irigasi adalah prosedur steril
Irigasi dari selang nephrostomi di perlukan jika tidak ada urine, jika urine berdarah,
jika pasien ada nyeri panggul yang persisten atau diduga ada penyumbatan
Jangan memasukkan lebih dari 10 cc Nacl 0,9%
Amati aliran urine perhatikan tanda-tanda infeksi
15
Jelaskan prosedur ke pasien
Pasien berbaring miring ke di sisi berlawanan dari selang nephrostomi
Tempatkan pengalas di bawah pasien
Cuci tangan
Kenakan Alat pelindung diri
Bersihkan pot koneksi dengan alkohol 70% dan lepaskan kantong drainase
Masukan Nacl 0,9% jangan melebihi 10 CCJangan melakukan aspirasi atau paksaan jika terjadi
resistensi minta pasien untuk berbaring terlentang, jila terjadi resistensi minta pasien berbaring
terlentang dan kemudian memiringkan tubuh ke arah posisi yang berlawanan dengan nefrostomi lagi
dan bila tetap resistensi stop prosedur dan segera laporkan ke dokter atau rujuk ke unit emergency
Dokumentasikan dalam catatan keperawatan dan balance cairan total untuk irigasi dan total yang di
Irigasi Nephrostomi
16. PERAWATAN SELANG
NEPHROSTOMI
• Edukasi sebelum pasien
meninggalkan rumah sakit
• Informasikan jumlah minum
setiap hari
• Informasikan kapan jadwal
kontrol
• Persiapan persedian kantong
urine dan di mana
mendapatkannya
Perawatan khusus untuk selang nephrostomi
•Kosongkan kantong urine sesuai kebutuhan
•Catat jumlah urine setiap kali mengosongkan
•Pastikan selang tetap lurus dan tidak bengkok
untuk memungkinkan aliran urine yang tepat
•Pastikan selang terpasang dengan baik,hindari
selang nefrostomi langsung menyentuh kulit
dengan cara di balut dengan kassa tipis.
17. • Dressing (penutup) di sekitar selang
nephrostomi dapat bervariasi tergantung
ketersediaan
• Pastikan balutan fiksasi selang
nefrostomi dengan baik sehingga dapat
bertahan satu minggu
• Lakukan perawatan di sekitar exit site
minimal satu kali perminggu atau bila
kotor.
• Transparan film/ opsite atau fixomull
transparan ( penutup tahan air, hypapix)
• Pastikan nefrostomy tetap kering
(Penutup tahan air sebelum mandi)
• Penggantian urine Bag
• Ganti kantong drainase setiap satu minggu
atau bila kotor
• Cuci tangan sebelum dan setelah
mengganti urine bag
• Kosongkan urine bag
• Pada saat mengganti selang, klem selang
nefrostomi untuk mencegah kebocoran dan
lepaskan urine bag dengan perlahan.
• Hubungkan dengan urine bag baru
• Pastikan urine bag berada dibawah level
ginjal untuk mencegah urine masuk
kembali ginjal (reflux)
• Tempatkan urine bag lama yang kosong ke
dalam kantong sampah medis.
PERAWATAN LUKA
NEPHROSTOMI
18. PELEPASAN
NEPHROSTOMI
• Sebelum melepas selang
Nephrostomi pasien harus
menjalani
Nephrostogram(APG)
• Tindakan Steril
• Tindakan Kolaborasi
• Berikan analgesik jika pelu sebelum pengangkatan
nephrostomi
• Siapkan dresesing untuk menekan jika ada drainase
yang berlebihan (hypafix, pembalut transparan dan
penyerap)
• Spuit 5 cc untuk mengempiskan balon (jika foley
cateter)
• Bila terjadi kebocoran terus menerus dan diperlukan
penghitungan out put, maka pasang kantong stoma
atau drainable bag
• Pasien berbaring miring di sisi berlawanan dari selang
nephrostomi
• Beri tahu pasien kemungkinan kebocoran dari saluran
pembuangan selama 24 jam
• Dokumentasikan prosedur tindakan dalam catatan
perawatan
19. KESIMPULAN
• HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT PASIEN TERPASANG NEFROSTOMI
• Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga, tentang kemungkinan yang terjadi saat
terpasang nefrostomi: Perdarahan, rembesan, Infeksi, terlepas, produksi urine tidak
ada, tersumbat : Segera dibawa ke rumah sakit terdekat
• Berikan edukasi pada pasien tentang perawatan nephrostomi sebelum pulang.
• Berikan persiapan alat – alat dressing drainase saat pasien pulang
• Beritahu pasien untuk membuat jadwal kontrol, jika selang permanen buat jadwal
pengantian selang 6-8 minggu
• Berikan lembar edukasi dan pastikan pasien dan keluarga mengerti apa yang di
sampaikan
26. NSW Health: 2019 Managing Pigtail Drains Safely. Safety Notice - 019/09
Clinical updates: 2005 Pigtail Drain tubes: A guide for Nurses Hayes. D. Australian Nursing Journal,
V12 (10), 19-20
Hautmann S. H. and Leveillee, R. 2001 Nephrostomy. Emedicine: Instant access to the minds of
medicine; [cited 2002 Oct 10]. Available from: URL http://www.emedicine.com/med/topic3040.htm
Lewis S.M., Heitkemper M.M., & Dirksen. 2000 Medical Surgical Nursing. Mosby: St. Louis, Missouri.
Ramchandani, P., Cardella, J. F., Grassi, C J., Roberts, A. C., Sacks, D., Schwartzberg, M. S., and
Lewis, C. A. 2001 Quality improvement guidelines for percutaneous nephrostomy. Journal of Vascular
Interventional Radiology; 12: 1247- 1251.
.2002 Renal Concepts in critical care: nephrostomy tube care. Nursebob; Available from:
, C. K., Yip, S. K. H., Tan, B. H>, Wong, M. Y. C., Tan, B. S., and Hiao, A.2002 Outcome of
Percutaneous Nephrostomy for the Management of Pyonephrosis. Asian Journal of Surgery ; 3(25):
215-219.
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. A. Urry, M. L. Cain, S. A. Wasserman, P. V. Minorsky, and R. B.
Jackson. 2013. Biologi 8ed Jilid I. Erlangga. Jakarta. Hal : 1107-1109,133-134
Joseph Smith Joseph Smith Stuart Howards Glenn Preminger.2012 Hinman's Atlas of Urologic Surgery
3rd Edition. Chapter 132 hal 856
Daftar Pustaka