Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)Yolly Finolla
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai prosedur diagnostik invasif dan non-invasif seperti endoskopi, barium enema, USG, dan BOF. Secara khusus dijelaskan tentang prosedur, indikasi, dan hasil yang dinilai pada endoskopi, gastroskopi, kolonoskopi, ERCP, kapsul endoskopi, dan berbagai pemeriksaan dengan kontrast seperti barium swallow dan barium enema."
Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan medis tambahan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai suatu kondisi kesehatan. Terdapat berbagai jenis pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, radiologi, dan sitologi. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut digunakan untuk mendiagnosis penyakit, mengetahui risiko, memantau perkembangan penyakit, serta memantau pengobatan.
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptxangelmanurip
Ìý
Pemeriksaan colon in loop dilakukan pada pasien laki-laki berumur 4 tahun dengan diagnosa Hirschsprung disease. Prosedur dilakukan dengan memasukkan media kontras ke dalam kolon melalui kateter rektal untuk melihat gambaran anatomi kolon. Pemeriksaan meliputi proyeksi AP dan lateral untuk evaluasi.
Dokumen tersebut merangkum tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan pasca operasi nefrostomi akibat batu ginjal. Dokumen menjelaskan tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan, metode, manfaat, waktu dan tempat pelaksanaan studi kasus serta sistematika telaahan yang meliputi pengertian, anatomi, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan, penatalaksanaan, ko
Teknik pemeriksaan colecystografy intra venaIch Bin Fandy
Ìý
Pemeriksaan radiologi intra vena kolecistografia digunakan untuk menggambarkan anatomi, fisiologi, dan patologi kandung empedu dan saluran empedunya dengan memberikan kontrast secara intra vena. Tekniknya meliputi pemberian kontrast, pengambilan foto awal dan lanjutan setelah makan untuk melihat pengosongan kandung empedu, guna mendeteksi batu empedu, radang, atau sumbatan pada saluran empedu.
Keterampilan Keperawatan perlu dilatihkan sejak awal hingga akhir pendidikan Perawat secara berkesinambungan. Dalam melaksanakan praktik, lulusan Perawat harus menguasai keterampilan Keperawatan untuk melakukan Asuhan Keperawatan.
Dokumen tersebut membahas tentang persiapan dan perawatan operasi, mulai dari pengkajian pra-operasi, persiapan fisik pasien, jenis-jenis anestesi, tahapan perawatan pra-operasi, intra-operasi dan pasca-operasi, serta prinsip-prinsip kebersihan dan asepsis yang harus dipenuhi di ruang operasi.
BPH adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam kandungkemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra. (Schwartz, 2000).
Urolithiasis adalah batu yang terbentuk di saluran kemih mulai dari ginjal hingga uretra. Batu ini dapat terbentuk karena berbagai faktor seperti infeksi, dehidrasi, atau gangguan metabolisme. Penderita akan mengalami nyeri saat batu bergerak di saluran kemih."
Eliminasi urine dan feses merupakan proses penting dalam tubuh. Ginjal menyaring cairan dalam darah untuk dikeluarkan lewat urine, sedangkan kandung kemih menampung urine sebelum dikeluarkan. Kateterisasi dapat membantu eliminasi urine pada pasien yang tidak mampu berkemih sendiri.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi organ-organ terkait seperti ginjal, kandung kemih, dan meatus urinaria untuk mendeteksi gangguan pada sistem tersebut.
Modul ini membahas keterampilan mahasiswa dalam mengambil spesimen darah, sekret vaginal, sputum, urin dan faeces. Termasuk teknik pengambilannya, alat dan bahan yang diperlukan, nilai normal dan abnormal hasil pemeriksaan, serta faktor yang mempengaruhi hasil tes.
Keterampilan Keperawatan perlu dilatihkan sejak awal hingga akhir pendidikan Perawat secara berkesinambungan. Dalam melaksanakan praktik, lulusan Perawat harus menguasai keterampilan Keperawatan untuk melakukan Asuhan Keperawatan.
Dokumen tersebut membahas tentang persiapan dan perawatan operasi, mulai dari pengkajian pra-operasi, persiapan fisik pasien, jenis-jenis anestesi, tahapan perawatan pra-operasi, intra-operasi dan pasca-operasi, serta prinsip-prinsip kebersihan dan asepsis yang harus dipenuhi di ruang operasi.
BPH adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam kandungkemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra. (Schwartz, 2000).
Urolithiasis adalah batu yang terbentuk di saluran kemih mulai dari ginjal hingga uretra. Batu ini dapat terbentuk karena berbagai faktor seperti infeksi, dehidrasi, atau gangguan metabolisme. Penderita akan mengalami nyeri saat batu bergerak di saluran kemih."
Eliminasi urine dan feses merupakan proses penting dalam tubuh. Ginjal menyaring cairan dalam darah untuk dikeluarkan lewat urine, sedangkan kandung kemih menampung urine sebelum dikeluarkan. Kateterisasi dapat membantu eliminasi urine pada pasien yang tidak mampu berkemih sendiri.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi organ-organ terkait seperti ginjal, kandung kemih, dan meatus urinaria untuk mendeteksi gangguan pada sistem tersebut.
Modul ini membahas keterampilan mahasiswa dalam mengambil spesimen darah, sekret vaginal, sputum, urin dan faeces. Termasuk teknik pengambilannya, alat dan bahan yang diperlukan, nilai normal dan abnormal hasil pemeriksaan, serta faktor yang mempengaruhi hasil tes.
2. LATAR BELAKANG
• Seiring semakin berkembangnya aplikasi
pemanfaatan sinar-X dalam rangka
penegakkan diagnosa suatu penyakit, maka
teknik pemeriksaan suatu organ menjadi
lebih bervariasi dengan didukung berbagai
spesifikasi pesawat diagnostik yang lebih
modern. Dalam hal ini salah satu
pemeriksaan yang memanfaatkan sinar-X
adalah pemeriksaan radiologi dengan media
kontras maupun tanpa media kontras, salah
satu dari jenis pemeriksaan radiologi yang
menggunakan media kontras adalah IVP.
3. LATAR BELAKANG
• IVP ( Intra Vena Phylografi ) adalah
pemeriksaan radiografi dari Traktus
Urinarius (Renal, Ureter, Vesica Urinaria,
dan Uretra) dengan penyuntikan media
kontras positif secara Intra Vena. Tujuan
pemeriksaan untuk menggambarkan
anatomi dari Pelvis Renalis dan sistem
Calyses serta seluruh Tractus Urinarius
dengan penyuntikan kontras media
positif secara Intra Vena. Pemeriksaan
ini dapat diketahui kemampuan ginjal
mengkonsentrasikan bahan kontras
tersebut.
4. LATAR BELAKANG
• Dalam pemeriksaan IVP ( Intra Vena
Phylografi ) digunakan untuk
beberapa indikasi yaitu seperti HN
atau yang sering disebut dengan
Hidronefrosis. Hidronefrosis adalah
penggelembungan ginjal akibat
tekanan balik terhadap ginjal
karena aliran air kemih tersumbat.
Dalam keadaan normal, air kemih
mengalir dari ginjal dengan tekanan
yang sangat rendah.
5. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Prosedur Pemeriksaan
Radiologi Intravenous Pylography
(IVP) Pada Kasus Hidronefrosis Di RSU
Aminah Blitar?
2. Proyeksi Apa Saja Yang Digunakan
Pada Pemeriksaan IVP?
6. TUJUAN PENELITIAN
• Untuk Bagaimana Prosedur
Pemeriksaan Radiologi
Intravenous Pylography (IVP)
Pada Kasus Hidronefrosis Di
RSU Aminah Blitar.
• Untuk mengetahui apakah
radiograf yang dihasilkan cukup
memberikan informasi
diagnostik yang diharapkan.
7. MANFAAT PENELITIAN
• Manfaat yang diperoleh untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya
mengenai tata laksana pemeriksaan IVP pada
kasus Hidronefrosis.
• Dapat digunakan sebagai tambahan
referensi bahan ajar dan keperluan
pendidikan khuhsusnya dibidang radiologi
agar menjadi kearah yang lebih baik.
• Dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam permeriksaan
radiologi Intravenous Pylography (IVP)
pada kasus Hidroneprosis.
MANFAAT BAGI
PENELITI
MANFAAT BAGI INSTITUSI
STIKES WIDYA CIPTA
HUSADA
MANFAAT BAGI INSTALASI
RADIOLOGI RSU AMINAH
BLITAR
9. ANATOMI DAN FISIOLOGI
• Sistem urinaria merupakan suatu sistem
terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
digunakan oleh tubuh. Zat ini akan larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urine. Zat-
zat yang dibutuhkan oleh tubuh akan
beredar kembali dalam tubuh melalui
pembuluh darah kapiler ginjal, masuk ke
dalam pembuluh darah dan beredar ke
seluruh tubuh. Sistem perkemihan
merupakan sistem rangkaian organ yang
terdiri atas ginjal, ureter, vesika urinaria,
dan uretra (Syaifuddin, 2009).
10. PATOLOGI
• Hydronephrosis adalah distensi dari
renal pelvis dan kalik ginjal yang
disebabkan adanya obstruksi dari
ureter atau renal pelvis. Bisa saja
terjadi pada kedua ginjal wanita
ketika ureternya mengalami
kompresi oleh fetus. Sebab lain
biasanya dikarenakan calculi di renal
pelvis atau ureter, tumor, dan
struktur atau abnormalitas bawaan
(Bontrager, 2018).
11. PROSEDUR PEMERIKSAAN Intravenous Pyelography
1. Pesawat Sinar
2. Kaset 24 x 30 sebanyak 1 buah dan kaset 30 x 40
sebanyak 5 buah
3. Marker (anatomi & identitas)
4. Processing film (otomatis)
5. Kontras medium Iopamiro 370mg / 30 ml
6. Wing neddle ukuran nomer 25
7. Kalmethason (obat anti alergi)
8. Spuit (3 cc & 20 cc)
9. Alkohol
10. Perawatankegawatdaruratan (Tabung O2, alat
suction, dll)
11. Handscoen
12. Bengkok
13. Baju ganti pasien
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
12. PERSIAPAN PASIEN
1. Hasil Creatinin dan BUN normal sebesar <1,5 mg/dl dan <18
mg/dl (pemeriksaan lab).
2. 2 hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang
rendah serat, misalnya bubur kecap.
3. 12 jam sebelum pemeriksaan pasien melakukan urus-urus
dengan menggunakan garam inggris 30 gram atau magnesium
yang dicampur dengan air hangat, pasien diharuskan minum
air putih 3 s/d 5 gelas, setelah itu pasien puasa sampai
pemeriksaan selesai.
4. Pagi hari 4 - 5 jam sebelum dilakukan pemeriksaan penderita
memasukan Dulcolax Suppositoria yang dimasukkan melalu
Anus / dubur supaya usus benar-benar bersih.
5. Selama puasa pasien di anjurkan untuk tidak merokok dan
banyak bicara untuk meminimalisasi udara dalam usus.
6. Sebelum pemeriksaan dimulai, pasien buang air kecil untuk
mengosongkan VU.
13. TEKNIK PEMERIKSAAN
1. Posisi pasien :
• Tiduran / supine di meja pemeriksaan.
• MSP tubuh berada pada garis tengah meja.
• Kedua kaki lurus, di bawah knee diberi
pengganjal.
• Kedua tangan diletakkan di samping badan.
2. Posisi Objek :
• Abdomen true AP tidak ada rotasi
• Prosecus xipoideus dan symphisis pubis masuk
3. Arah Sinar :
• Arah sinar tegak lurus kaset.
• FFD : 90 – 100 cm
• Pusat sinar : Umbilikus atau setinggi Lumbal
3-4
4. Eksposi :
• Ekspirasi dan tahan napas.
• Luas lapangan penyinaran secukupnya.