1. Gagal napas adalah ketidakmampuan sistem pernapasan untuk menjaga oksigenasi dan eliminasi karbon dioksida darah normal akibat masalah ventilasi, difusi, atau perfusi.
2. Penyebab gagal napas meliputi depresi sistem saraf pusat, kelainan neurologis, efusi pleura, trauma, dan penyakit paru akut seperti pneumonia.
3. Tanda dan gejala gagal napas meliputi hipoksemia, hiperkapnia, dan penurunan kes
Dokumen tersebut membahas tentang edema paru, yaitu penumpukan cairan di alveoli paru yang menyebabkan kesulitan bernapas. Edema paru dibedakan menjadi kardiogenik, yang disebabkan gagal jantung, dan non-kardiogenik, yang berkaitan dengan infeksi, cedera, atau kondisi medis lainnya. Gejala utama edema paru adalah sesak napas."
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang normal. Dapat disebabkan oleh masalah ventilasi, difusi, atau perfusi paru. Gejalanya meliputi hipoksemia, hiperkapnia, dan gangguan kesadaran. Pemeriksaan gas darah dan rontgen dada dapat membantu diagnosis. Pengobatan berfokus pada suplemen oksigen, obat mukolitik, dan ventilasi me
Gagal nafas adalah ketidakmampuan paru-paru untuk menjaga oksigenasi darah dan mengeluarkan karbon dioksida secara efektif. Terjadi karena hipoventilasi, ketidaksesuaian ventilasi-perfusi, atau kebocoran shunt. Gejalanya bervariasi dari sesak napas hingga koma. Penyebabnya meliputi penyakit paru seperti pneumonia, edema paru, atau gangguan sistem saraf pusat. Diagnosa didukung dengan
1. ARDS adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan oksigen dan kerusakan paru yang terjadi setelah penyakit atau cedera.
2. Penyebab utama ARDS adalah sepsis, trauma, dan pneumonia.
3. Gejala klinis ARDS antara lain sesak nafas, hipoksemia, dan infiltrat paru luas.
1. ARDS adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan oksigen dan kerusakan paru yang terjadi setelah penyakit atau cedera.
2. Penyebab utama ARDS adalah sepsis, trauma, dan pneumonia.
3. Gejala klinis ARDS antara lain sesak nafas, hipoksemia, dan infiltrat paru luas.
1. Dokumen tersebut membahas tentang berbagai faktor yang mempengaruhi fungsi pernapasan dan penyakit sistem pernapasan, seperti hipoksia, hiperkapnia, hipokapnia, asfiksia, dan berbagai jenis peradangan pada saluran pernapasan.
2. Juga dibahas mengenai efek oksigen tinggi dan rendah, serta alat-alat oksigen yang digunakan untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah.
3. Secara ke
Gagal napas adalah ketidakmampuan sistem pernapasan untuk mempertahankan pertukaran gas normal antara atmosfer dan sel-sel tubuh. Gagal napas terjadi ketika PaO2 rendah atau PaCO2 tinggi, dan disebabkan oleh berbagai kelainan pada paru, jantung, otot pernapasan, atau kontrol ventilasi pusat. Gejalanya meliputi sesak nafas, sianosis, dan penggunaan otot bantu pernapasan. Penatalaksanaannya meliputi
Dokumen tersebut membahas tentang askep atelektasis dan ARDS. Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang disebabkan oleh kolaps alveoli, sedangkan ARDS merupakan gagal pernafasan akut yang disebabkan oleh edema paru akibat peningkatan permeabilitas membran kapiler paru. Tatalaksana keduanya meliputi pemberian oksigen, ventilasi mekanik, manajemen cairan, serta pencegahan dan penurunan ansietas.
1. ARDS adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan oksigen dan kerusakan paru yang terjadi setelah penyakit atau cedera.
2. Penyebab utama ARDS adalah sepsis, trauma, dan pneumonia.
3. Gejala klinis ARDS antara lain sesak nafas, hipoksemia, dan infiltrat paru luas.
1. ARDS adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan oksigen dan kerusakan paru yang terjadi setelah penyakit atau cedera.
2. Penyebab utama ARDS adalah sepsis, trauma, dan pneumonia.
3. Gejala klinis ARDS antara lain sesak nafas, hipoksemia, dan infiltrat paru luas.
1. Dokumen tersebut membahas tentang berbagai faktor yang mempengaruhi fungsi pernapasan dan penyakit sistem pernapasan, seperti hipoksia, hiperkapnia, hipokapnia, asfiksia, dan berbagai jenis peradangan pada saluran pernapasan.
2. Juga dibahas mengenai efek oksigen tinggi dan rendah, serta alat-alat oksigen yang digunakan untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah.
3. Secara ke
Gagal napas adalah ketidakmampuan sistem pernapasan untuk mempertahankan pertukaran gas normal antara atmosfer dan sel-sel tubuh. Gagal napas terjadi ketika PaO2 rendah atau PaCO2 tinggi, dan disebabkan oleh berbagai kelainan pada paru, jantung, otot pernapasan, atau kontrol ventilasi pusat. Gejalanya meliputi sesak nafas, sianosis, dan penggunaan otot bantu pernapasan. Penatalaksanaannya meliputi
Dokumen tersebut membahas tentang askep atelektasis dan ARDS. Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang disebabkan oleh kolaps alveoli, sedangkan ARDS merupakan gagal pernafasan akut yang disebabkan oleh edema paru akibat peningkatan permeabilitas membran kapiler paru. Tatalaksana keduanya meliputi pemberian oksigen, ventilasi mekanik, manajemen cairan, serta pencegahan dan penurunan ansietas.
Scenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia EmasDadang Solihin
Ìý
Sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045, yaitu Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan, kajian ini menekankan pentingnya membangun Indonesia yang kuat, mandiri, dan berkelanjutan di tahun 2045. Dalam konteks itu, optimalisasi angkatan kerja dan pemanfaatan bonus demografi menjadi faktor krusial untuk mencapai visi tersebut.
Memperkuat Kedaulatan Angkasa dalam rangka Indonesia EmasDadang Solihin
Ìý
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dan merumuskan kebijakan strategis dalam rangka memperkuat kedaulatan dan pemanfaatan wilayah angkasa Indonesia demi kesejahteraan bangsa. Sebagai aset strategis, wilayah angkasa memiliki peran krusial dalam pertahanan, keamanan, ekonomi, serta pembangunan nasional. Dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya aktivitas luar angkasa, Indonesia memerlukan kebijakan komprehensif untuk mengatur, melindungi, dan mengoptimalkan pemanfaatannya. Saat ini, belum ada regulasi spesifik terkait pengelolaan wilayah angkasa, padahal potensinya besar, mulai dari komunikasi satelit, observasi bumi, hingga eksplorasi antariksa.
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS VIII " ALAT MUSIK TRADISIONAL"MUMUL CHAN
Ìý
Semoga Modul Ajar Seni Musik Kelas VIII ini bisa menjadi referensi untuk kalian dan bermanfaat untuk bersama. Aamiin...
Salam Manis
Widya Mukti Mulyani
3. EKSASERBASI ASMA ADALAH Episode akut atau subakut
dengan sesak yang memburuk secara progresif disertasi
batuk, mengi, dan dada sakit, atau beberapa kombinasi gejala-
gejala tersebut
4. KONDISI INI HARUS SEGERA MENDAPAT
PERTOLONGAN
KARENA AKAN MENGANCAM NYAWA PASIEN
5. TANDA EKSERBASI ASMA BERAT
SESAK NAFAS
SAAT ISTIRAHAT
POSISI
DUDUK MEMBUNGKUK
CARA BERBICARA
KATA PERKATA
KESADARAN
GELISAH
FREKUENSI NAFAS
>30X (DEWASA)
7. TANDA EKSERBASI MENGANCAM NYAWA
POSISI
MENGANTUK DAN GELISAH
KESADARAN
MENURUN
PULSUS PARADOKSUS
TIDAK ADA (-)
PENGGUNAAN OTOT BANTU
NAFAS
KELELAHAN
WHEEZING/MENGI
SILENT CHEST
8. STATUS ASMATIKUS
Status asmatikus didefinisikan sebagai suatu keadaan
bronkospasme yang tidak ada perubahan, walaupun sudah
diberikan terapi awal, mengancam keselamatan jiwa
10. TINDAKAN
KOLABORASI
BERIKAN SEGERA SABA
(Short Acting Beta 2 Agonist)
NEBULIZER
KOLABORASI PEMBERIAN
KORTIKOSTEROID ORAL
Pilihan
Cortisol (2 mg/Kg BB)
Methylprednisolone 60-125 mg
IV Setiap 6 jam
17. PENDAHULUAN
• Gagal nafas merupakan kondisi umum yang mengancam jiwa yang
menuntut diagnosis yang tepat dan penilaian serta pengelolaan yang
tepat. Kegagalan untuk memvisualisasikan kelainan yang jelas pada foto
radiografi dalam kegagalan pernapasan hipoksemia menunjukkan
kemungkinan teradinya pintasan darah dari kanan-ke-kiri.
• Sebagian besar pasien dalam kegagalan pernafasan akut akibat edema
paru kardiogenik menunjukkan penurunan preload dan afterload.
Mereka dengan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS)
membutuhkan intubasi elektif lebih awal karena durasi kegagalan
pernafasan yang lebih lama
18. Pengertian
• Kegagalan pernapasan adalah suatu kondisi dimana oksigen tidak cukup masuk dari paru-paru ke dalam darah.
Organ tubuh, seperti jantung dan otak, membutuhkan darah yang kaya oksigen untuk bekerja dengan baik.
Kegagalan pernapasan juga bisa terjadi jika paru-paru tidak dapat membuang karbon dioksida dari darah.
Terlalu banyak karbon dioksida dalam darah dapat membahayakan organ tubuh (Viswanatha & Putra, 2017).
Keadaan ini disebabkan oleh pertukaran gas antara paru dan darah yang tidak adekuat sehingga tidak dapat
mempertahankan pH, pO2, dan pCO2, darah arteri dalam batas normal dan menyebabkan hipoksia tanpa atau
disertai hiperkapnia.
• Gagal napas merupakan suatu kondisi gawat darurat pada sistem respirasi berupa kegagalan sistem respirasi
dalam menjalankan fungsinya, yaitu oksigenasi dan eliminasi karbon dioksida. Gagal nafas merupakan
diagnosa klinis, namun dengan adanya analisa gas darah (AGD), gagal nafas dipertimbangkan sebagai
kegagalan fungsi pertukaran gas yang nyata dalam bentuk kegagalan oksigenasi (hipoksemia) atau kegagalan
dalam pengeluaran CO2 (hiperkapnia, kegagalan ventilasi) atau merupakan kegagalan kedua fungsi tersebut
(Viswanatha & Putra, 2017
19. Gagal nafas tipe I
Gagal nafas tipe I Biasa disebut gagal nafas normokapnu hipoksemia dan merupakan kegagalan paru untuk
mengoksigenasi darah, ditandai dengan PaO2 menurun dan PaCO2 normal atau menurun. Gagal napas tipe I
ini terjadi pada kelainan pulmoner dan tidak disebabkan oleh kelainan ekstrapulmoner. Mekanisme terjadinya
hipoksemia terutamaterjadi akibat :
1. Gangguan ventilasi/perfusi (V/Q mismatch), terjadi bila darah mengalir kebagian paru yang ventilasinya buruk atau
rendah. Contohnya adalah posisi terlentang ditempat tidur, ARDS, atelectasis, pneumonia, emboli paru dan dysplasia
bronkopulmonal
2. Gangguan difusi disebabkan oleh penebalan membrane alveolar atau pembentukan cairan interstitial pada sambungan
alveolar-kapiler. Contohnya: edema paru, ARDS dan pneumonia interstitial.
3. Pirau intrapulmonal yang terjadi bila aliran darah melalui area paru- paru yang tidak pernah mengalami ventilasi.
Contohnya: malformasi arterio-vena paru, malformasi adenomatoid kongenital
20. Gagal nafas tipe II
Biasa disebut gagal nafas Hiperkapnu hipoksemia: PaO2 rendah dan PCO2 Tinggi dan merupakan kegagalan
tubuh untuk mengeluarkan CO2, pada umumnya disebabkan oleh kegagalan ventilasi yang ditandai dengan
retensi CO2 (peningkatan PaCO2 atau hiperkapnia) disertai dengan penurunan pH yang abnormal dan
penurunan PaO2 atau hipoksemia. Gagal napas hiperkapnia (tipe II) ditandai dengan meningkatnya PaCO2
melebihi 50 mm Hg. Hipoksemia biasa terjadi pada pasien dengan gagal napas tipe ini yang bernapas
dengan udara ruangan. Keasaman atau pH bergantung pada kadar bikarbonat, yang kembali lagi bergantung
pada durasi hiperkapnia. Etiologi umum termasuk overdosis obat, penyakit neuromuskular, abnormalitas
dinding dada, dan gangguan jalan napas berat (contohnya pada asma dan PPOK / penyakit paru obstruktif
kronis)
21. ETIOLOGI
Depresi sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusatpernafasan yang mengendalikan
pernafasan, terletak dibawah otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal
Kelainan neurologis primer
Akan mempengaruhi fungsi pernapasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak
terus ke spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan
medulla spinalis, otot- otot pernafasan atau pertemuan neuromuscular yang terjadi pada pernafasan
akan sangat mempengaruhi ventilasi
Efusi pleura, hemotoraks dan pneumotoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui pengahambatan ekspansi paru. Kondisi ini
biasanya diakibatkan penyakit paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan
dapat menyebabkan gagal nafas
22. ETIOLOGI
Trauma
Disebabkan oleh kendaraan motor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang
mengakibatkan cedera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah
pada obstuksi jalan nafas atas dan depresi pernafasan. Hemothoraks, pneumotoraks dan fraktur tulang
iga dapat terjadi dan mungkin menyebabkan gagal nafas.
Penyakit akut paru
Pneumoni disebabkan oleh bakteri atau virus. Pneumoni kimiawi diakibatkan oleh mengaspirasi uap
yang mengiritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronchial, embolisme paru dan edema
paru adalah beberapa kondisi lain yang menyebabkan menyebabkan gagal nafas.
Kelainan pada alveolus
Kelainan pada alveolus yang mengakibatkan gagal napas tipe 1 (hipoksemik) seperti pada kasus edema
paru dan pneumonia berat
23. Penyebab gagal nafas berdasarkan lokasi adalah :
Penyebab sentral
a) Trauma kepala : contusio cerebri
b) Radang otak : encephaliti
c) Gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
d) Obat-obatan : narkotika, anestesi
24. Penyebab gagal nafas berdasarkan lokasi adalah :
Penyebab perifer
a) Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, musclerelaxans
b) Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
c) Kelainan di paru : Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDSedema paru,
atelektasis, ARDS
d) Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax,
e) Haematothoraks
f) Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri
25. Manifestasi Klinis Gagal Nafas
Gagal napas hipoksemia
Nilai PaCO2 pada gagal napas tipe ini menunjukkan nilai normal atau rendah. Gejala yang timbul
merupakan campuran hipoksemia arteri dan hipoksia jaringan, antara lain:
 Dispneu (takipneu, hipeventilasi)
 Perubahan status mental, cemas, bingung, kejang, asidosis laktat
 Sinosis di distal dan sentral (mukosa bibir)
 Peningkatan simpatis, takikardia, diaforesis, hipertensi
 Hipotensi, bradikardia, iskemi miokard, infark, anemia, hingga gagal jantung dapat terjadi pada
hipoksia berat.
26. Manifestasi Klinis Gagal Nafas
• Gagal napas hiperkapnia
Kadar PCO2 yang cukup tinggi dalam alveolus menyebabkan pO2 alveolus dari arteri turun. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh gangguan di dinding dada, otot pernapasan, atau batang otak. Contoh
pada PPOK berat, asma berat, fibrosis paru stadium akhir, ARDS berat, atau sindroma guillain
barre.
Gejala hiperkapnia antara lain:
a) Penurunan kesadaran
b) Gelisah
c) Dispneu (takipneu, bradipneu)
d) Tremor
e) Bicara kacau
f) Sakit kepala
g) Papil edema
27. patofisiologi
• Gagal nafas merupakan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi paru yang menyebabkan hipoksemia atau
peningkatan produksi karbon dioksida dan gangguan pembuangan karbon dioksida yang menyebabkan
hiperkapnia. Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap.
Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali ke asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami
kerusakan yang irreversibel. Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/menit. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg). Gagal
nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat
pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak dibawah batang otak (pons dan medulla)
28. Pemeriksaan penunjang
Analisa Gas Darah
Jika gejala klinis gagal napas sudah terjadi maka analisa gas darah harus dilakukan untuk memastikan diagnosis
dan membedakan gagal nafas akut dan kronik. Analisa gas darah dilakukan untuk patokan terapi oksigen dan
penilian obyektif dalam berat-ringan gagal nafas. Indikator klinis yang paling sensitif untuk peningkatan
kesulitan respirasi ialah peningkatan laju pernapasan. Sedangkan kapasitas vital paru baik digunakan menilai
gangguan respirasi akibat neuromuscular, misalnya pada sindroma guillain-barre, dimana kapasitas vital
berkurang sejalan dengan peningkatan kelemahan. Interpretasi hasil analisa gas darah meliputi 2 bagian, yaitu
gangguankeseimbangan asam-basa dan perubahan oksigenasi jaringan.
29. Pemeriksaan penunjang
Pulse Oximetry
Alat ini mengukur perubahan cahaya yang ditranmisikan melalui aliran darah arteri yang berdenyut. Informasi
yang di dapatkan berupa saturasi oksigen yang kontinyu dan non-invasif yang dapat diletakkan baik di lobus
bawah telinga atau jari tangan maupun kaki. Hubungan antara saturasi oksigen dan tekanan oksigen dapat
dilihat pada kurva disosiasi oksihemoglobin. Nilai kritisnya adalah 90%, dibawah level itu maka penurunan
tekanan oksigen akan lebih menurunkan saturasioksigen.
30. Pemeriksaan penunjang
 Capnography : Alat yang dapat digunakan untuk menganalisa konsentrasi kadar karbondioksida
darah secara kontinu. Penggunaannya antara lain untuk kofirmasi intubasi trakeal, mendeteksi
malfungsi apparatusserta gangguan fungsi paru.
 Pemeriksaan apus darah untuk mendekteksi anemia yang menunjukakkan terjadinya hipoksia
jaringan. Adanya polisitemia menunjukkan gagal napas kronik
 Pemeriksaan kimia untuk menilai fungsi hati dan ginjal, karena hasil pemeriksaan yang abnormal
dapat menjadi petunjuk sebab-sebab terjadinya gagal napas. Abnormalitas elektrolit seperti kalium,
magnesium dan fosfat dapat memperberat gejala gagal napas.
 Pemeriksaan kadar kreatinin serum dan troponin 1 dapat membedakaninfark miokard dengan gagal
nafas, kadar kreatinin serum yang meningkat dengan kadar troponin 1 yang normal menunjukkan
terjadinya miositosis yang dapat menyebabkan gagal nafas
31. Pemeriksaan penunjang
 Pada pasien dengan gagal nafas hiperkapni kronik, kadar TSH serum perlu diperiksa untuk
membedakan dengan hipotiroid, yang dapat menyebabkan gagal nafas reversibel.
 Pemeriksaan laboratorium untuk menilai status nutrisi adalah pengukuran kadar albumin serum,
prealbumim, transferin, total ironbinding protein, keseimbangan nitrogen, indeks kreatinin dan jumlah
limfosit total.
 Pemeriksaan Radiologi
1. Radiografi Dada merupakan salah satu hal penting dilakukan untuk membedakan penyebab terjadinya
gagal napas tetapi kadang sulit untuk membedakan edema pulmoner kardiogenik dan nonkardiogenik
2. Pulmonary Function Tests (PFTs) dilakukan pada gagal napas kronik : Nilai forced expiratory volume in
one second (FEV1) dan forced vital capacity (FVC) yang normal menunjukkan adanya gangguan di pusat
kontrol pernapasan; Penurunan rasio FEV1 dan FVC menunjukkan obstruksi jalan napas, penurunan nilai
FEV1 dan FVC serta rasio keduanya yang tetap menunjukkan penyakit paru restriktif; Gagal nafas
karena obstruksi jalan napas tidak terjadi jika nilai FEV1 lebih dari 1 L dan gagal napas karena penyakit
paru restriktif tidak terjadi bila nilai FVC lebih dari 1 L
32. PENATALAKSANAAN GAGAL NAFAS
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancaman kehidupan dengan segera, salah
satunya adalah pemberian oksigen. Untuk mengatasi hipoksemia, cara pemberian oksigen bergantung FiO2,
yang dibutuhkan. Masker rebreathing dapat digunakan jika hipoksemia desertai kadar PaCO2 rendah.
Perbaikan Ventilasi dilakukan dengan memperbaiki jalan napas (Airway). Jalan napas sangat penting untuk
ventilasi, oksigenasi, dan pemberian obat-obat pernapasan. Pada semua pasien gangguan pernapasan harus
dipikirkan dan diperiksa adanya obstruksi jalan napas atas. Pertimbangan untuk insersi jalan napas buatan
seperti endotracheal tube (ETT) berdasarkan manfaat dan resiko jalan napas buatan dibandingkan jalan napas
alami
33. PENATALAKSANAAN GAGAL NAFAS
 Ventilasi: Bantuan Ventilasi dan ventilasi Mekanik. Aspek penting lainnya dalam perawatan adalah ventilasi mekanis. Terapi
modalitas ini bertujuan untuk memmberikan dukungan ventilasi sampai integritas membrane alveolakapiler kembali membaik.
Dua tujuan tambahan adalah: memelihara ventilasi dan oksigenisasi yang adekuat selama periode kritis hipoksemia berat dan
mengatasi peneyebab yang mengawali terjadinya distress pernapasan. Positif End Expiratory Breathing (PEEB) Ventilasi dan
oksigen adekuat diberikan melaui volume ventilator dengan tekanan aliran yang tinggi, di mana PEEB dapat ditambahkan. PEEB
di pertahankan dalam 22 alveoli melalui siklus pernapasan untuk mencegah alveoli kolaps pada akhir ekspirasi
 Terapi suportif lainnya yaitu fisioterapi dada yang ditujukan untuk membersihkan jalan nafas dari sekret, sputum. Tindakan ini
selain untuk mengatasi gagal nafas juga untuk tindakan pencegahan. Selain itu juga ada bronkodilator (beta-adrenergik
agonis/simpatomimetik) yang lebih efektif bila diberikan dalam bentuk inhalasi dibandingkan jika diberikan secara parenteral
atau oral, karena untuk efek bronkodilatasi yang sama, efek samping secara inhalasi lebih sedikit sehingga dosis besar dapat
diberikan secara inhalasi
34. ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
BERSIHANJALANNAFAS TIDAKEFEKTIF
Fisiologis
 Spasme jalan napas
 Hipersekresi jalan napas
 Disfungsi neuromuskuler
 Benda asing dalam jalan napas
 Adanya jalan napas buatan
 Sekresi yang tertahan
 Hiperplasia dinding jalan napas
 Proses infeksi
 Respon alergi
 Efek agen farmakologia (mis. anastesi)
Situasional
 Perokok aktif
 Perokok pasif
 Terpajan polutan
Setelah dilakukan asuha keperawatan selama 1x24 jam, maka Bersihan Jalan Nafas
meningkat dengan kriteria hasil :
1. Batuk efektif meningkat
2. Produksisputum menurun
3. Mengi menurun
4. Frekuensi nafas membaik
5. Pola nafas membaik
ManajemenJalan Nafas
Observasi
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
 Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,mengi,weezing, ronkhi
kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust
jika curiga trauma cervical)
 Posisikan semi-Fowler atau Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
 Penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran,mukolitik, jika perlu.
35. GANGGUAN PERTUKARAN GAS
PENYEBAB
1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2. Perubahan membrane alveolus-
kapiler
Setelah dilakukan Tindakan Keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
Pertukaran Gas meningkat dengan kriteriahasil:
1. Tingkat kesadaran meningkat
2. Dyspnea menurun
3. Bunyi nafas tambahan menurun
4. Gelisah menurun
5. Pola nafas membaik
6. Warna kulit membaik
PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)
1. Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman, danupaya napas
 Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik0
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
36. GANGGUAN PENYAPIHANVENTILATOR
(D.0002)
Penyebab:
Fisiologis
Hipersekresi jalan nafas
Ketidakcukupan energy
Hambatan upaya nafas (nyeri saat bernafas,
kelemahan otot pernafasan,efek sedasi)
Psikologis
 Kecemasan
 Perasaan tidak berdaya
 Kurang terpapar informasi tentangproses
penyapihan
 Penurunan motivasi
Situasional
Ketidakadekuatan dukungan social
Ketidaktepatan kecepatan proses
penyapihan
Riwayat kegagalan berulang dalamupaya
penyapihan
Riwayat ketergantungan ventilator >4 hari
GEJALA DAN TANDA MAYOR
Subjektif: Tidak tersedia.
Penyapihan Ventilator(L.01002) meningkat
Setelah dilakukan Tindakan Keperawatan 1 x 24
jam diharapkan Respon Ventilasi Mekanik
meningkat dengan kriteria hasil:
1. FiO2 memenuhi kebutuhan
meningkat
2. Tingkat kesadaran Meningkat
3. Saturasi Oksigen meningkat
4. Kesimetrian dinding dadameningkat
5. Kesulitan bernafas dengan
ventilator membaik
PENYAPIHAN VENTILASI MEKANIK
Observasi:
Periksa kemampuan untuk disapih (meliputi
hemodinamik stabil, kondisi optimal, bebasinfeksi)
Monitor predictor kemampuan untuk mentolelurpenyapihan
Monitor tanda tanda kelelahan otot pernafasan
Monitor status cairan dan elektrolit
Terapeutik:
Posisikan pasien semi fowler (30-45 derajat)
Lakukan pengisapan jalan nafas, jika perlu
Berikan fisioterapi dada jika perlu
Hindari pemberian sedasi farmakologis selamapercobaan
penyapihan
Berikan dukungan psikologis
Edukasi:
 Ajarkan cara pengontrolan nafas saat penyapihan
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian obat yang meningkatkan kepatenan jalan
nafas dan pertukaran gas