Dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan gagal napas. Gagal napas adalah ketidakmampuan tubuh untuk menjaga pertukaran gas seimbang yang dapat disebabkan oleh berbagai kelainan paru-paru dan non-paru. Manifestasinya bervariasi mulai dari gejala umum hingga gangguan pernapasan dan sirkulasi. Diagnosa did
Dokumen tersebut membahas tentang Sindroma Distres Pernafasan Dewasa (ARDS) yang merupakan kondisi darurat paru akut yang disebabkan oleh berbagai faktor sistemik, pulmonal, dan non-pulmonal. Dokumen tersebut menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk ARDS.
1. Gagal napas adalah ketidakmampuan sistem pernapasan untuk menjaga oksigenasi dan eliminasi karbon dioksida darah normal akibat masalah ventilasi, difusi, atau perfusi.
2. Penyebab gagal napas meliputi depresi sistem saraf pusat, kelainan neurologis, efusi pleura, trauma, dan penyakit paru akut seperti pneumonia.
3. Tanda dan gejala gagal napas meliputi hipoksemia, hiperkapnia, dan penurunan kes
Dokumen tersebut membahas tentang askep atelektasis dan ARDS. Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang disebabkan oleh kolaps alveoli, sedangkan ARDS merupakan gagal pernafasan akut yang disebabkan oleh edema paru akibat peningkatan permeabilitas membran kapiler paru. Tatalaksana keduanya meliputi pemberian oksigen, ventilasi mekanik, manajemen cairan, serta pencegahan dan penurunan ansietas.
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang normal. Dapat disebabkan oleh masalah ventilasi, difusi, atau perfusi paru. Gejalanya meliputi hipoksemia, hiperkapnia, dan gangguan kesadaran. Pemeriksaan gas darah dan rontgen dada dapat membantu diagnosis. Pengobatan berfokus pada suplemen oksigen, obat mukolitik, dan ventilasi me
1. ARDS adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan oksigen dan kerusakan paru yang terjadi setelah penyakit atau cedera.
2. Penyebab utama ARDS adalah sepsis, trauma, dan pneumonia.
3. Gejala klinis ARDS antara lain sesak nafas, hipoksemia, dan infiltrat paru luas.
1. ARDS adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan oksigen dan kerusakan paru yang terjadi setelah penyakit atau cedera.
2. Penyebab utama ARDS adalah sepsis, trauma, dan pneumonia.
3. Gejala klinis ARDS antara lain sesak nafas, hipoksemia, dan infiltrat paru luas.
Dokumen tersebut membahas tentang tiga tahapan oksigenasI yaitu ventilasi paru, difusi gas, dan transportasi gas. Tahapan-tahapan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tekanan oksigen, keadaan saluran nafas, elastisitas paru, dan aktivitas sistem kardiovaskuler. Gangguan pada satu atau lebih tahapan dapat menyebabkan ketidakcukupan oksigenasi sel yang bermanifestasi klinis seperti
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien emphysema paru. Emphysema paru adalah distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus terminal yang disebabkan oleh destruksi dinding alveoli dan septum alveolar. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien ini antara lain gangguan bersih jalan napas, gangguan pertukaran gas, dan ketidakseimbangan nutrisi. Prinsip penatalaksanaan meliputi peningkatan
Dokumen tersebut membahas tentang emfisema, gangguan paru yang ditandai dengan pelebaran saluran napas distal dan kerusakan dinding alveolus. Emfisema disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok, polusi udara, dan infeksi paru. Gejalanya meliputi sesak napas, produksi sputum sedikit, dan penurunan fungsi paru. Pemeriksaan spirometri dan rontgen dada digunakan untuk diagnosis.
1. Dokumen tersebut membahas tentang berbagai faktor yang mempengaruhi fungsi pernapasan dan penyakit sistem pernapasan, seperti hipoksia, hiperkapnia, hipokapnia, asfiksia, dan berbagai jenis peradangan pada saluran pernapasan.
2. Juga dibahas mengenai efek oksigen tinggi dan rendah, serta alat-alat oksigen yang digunakan untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah.
3. Secara ke
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pasien laki-laki berusia 39 tahun dengan keluhan sesak napas dan batuk. Berdasarkan pemeriksaan fisik, laboratorium, dan rontgen didiagnosis menderita asma derajat sedang dengan emfisema. Diberikan tatalaksana non-medikamentosa dan medikamentosa seperti obat bronkodilator dan kortikosteroid.
Dokumen tersebut membahas tentang askep atelektasis dan ARDS. Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang disebabkan oleh kolaps alveoli, sedangkan ARDS merupakan gagal pernafasan akut yang disebabkan oleh edema paru akibat peningkatan permeabilitas membran kapiler paru. Tatalaksana keduanya meliputi pemberian oksigen, ventilasi mekanik, manajemen cairan, serta pencegahan dan penurunan ansietas.
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang normal. Dapat disebabkan oleh masalah ventilasi, difusi, atau perfusi paru. Gejalanya meliputi hipoksemia, hiperkapnia, dan gangguan kesadaran. Pemeriksaan gas darah dan rontgen dada dapat membantu diagnosis. Pengobatan berfokus pada suplemen oksigen, obat mukolitik, dan ventilasi me
1. ARDS adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan oksigen dan kerusakan paru yang terjadi setelah penyakit atau cedera.
2. Penyebab utama ARDS adalah sepsis, trauma, dan pneumonia.
3. Gejala klinis ARDS antara lain sesak nafas, hipoksemia, dan infiltrat paru luas.
1. ARDS adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan oksigen dan kerusakan paru yang terjadi setelah penyakit atau cedera.
2. Penyebab utama ARDS adalah sepsis, trauma, dan pneumonia.
3. Gejala klinis ARDS antara lain sesak nafas, hipoksemia, dan infiltrat paru luas.
Dokumen tersebut membahas tentang tiga tahapan oksigenasI yaitu ventilasi paru, difusi gas, dan transportasi gas. Tahapan-tahapan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tekanan oksigen, keadaan saluran nafas, elastisitas paru, dan aktivitas sistem kardiovaskuler. Gangguan pada satu atau lebih tahapan dapat menyebabkan ketidakcukupan oksigenasi sel yang bermanifestasi klinis seperti
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien emphysema paru. Emphysema paru adalah distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus terminal yang disebabkan oleh destruksi dinding alveoli dan septum alveolar. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien ini antara lain gangguan bersih jalan napas, gangguan pertukaran gas, dan ketidakseimbangan nutrisi. Prinsip penatalaksanaan meliputi peningkatan
Dokumen tersebut membahas tentang emfisema, gangguan paru yang ditandai dengan pelebaran saluran napas distal dan kerusakan dinding alveolus. Emfisema disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok, polusi udara, dan infeksi paru. Gejalanya meliputi sesak napas, produksi sputum sedikit, dan penurunan fungsi paru. Pemeriksaan spirometri dan rontgen dada digunakan untuk diagnosis.
1. Dokumen tersebut membahas tentang berbagai faktor yang mempengaruhi fungsi pernapasan dan penyakit sistem pernapasan, seperti hipoksia, hiperkapnia, hipokapnia, asfiksia, dan berbagai jenis peradangan pada saluran pernapasan.
2. Juga dibahas mengenai efek oksigen tinggi dan rendah, serta alat-alat oksigen yang digunakan untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah.
3. Secara ke
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pasien laki-laki berusia 39 tahun dengan keluhan sesak napas dan batuk. Berdasarkan pemeriksaan fisik, laboratorium, dan rontgen didiagnosis menderita asma derajat sedang dengan emfisema. Diberikan tatalaksana non-medikamentosa dan medikamentosa seperti obat bronkodilator dan kortikosteroid.
Dokumen tersebut membahas tentang hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Dokumen tersebut juga membahas klasifikasi, gejala, komplikasi, diagnosis, dan pengobatan hipertensi.
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Wahid Husein
油
Situasi rabies di dunia
Situasi rabies di Indonesia
Program rabies di Indonesia
Apa yang dilakukan ECTAD Indonesia
Tantangan utama
Rekomendasi ke depan
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGITANGKI4D
油
Bagi kalian yang ingin mendapatkan kemenangan situs slot bonus kami merupakan saran terbaik buat kalian, hanya mengunakan modal rendah & penyedia bonus terbaik sepanjang masa
follow semua dan claim bonus dari kami #Tangki4dexclusive #tangki4dlink #tangki4dvip #bandarsbobet #idpro2025 #stargamingasia #situsjitu #jppragmaticplay #scatternagahitam
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
油
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdfNuyungLuvlivi
油
Asuhan tata laksana gagal nafas di rumah sakit
2. Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan
untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan
karbondioksida dalam jumlah yang dapat
mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS
Jantung Harapan Kita, 2001).
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen
terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak
dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan
pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel
tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen
kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan
peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar
dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth,
3. Menurut Price (2005) gagal nafas terbagi menjadi
dua :
Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul
pada pasien yang parunya normal secara
struktural maupun fungsional sebelum awitan
penyakit timbul.
Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi
pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti
bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru
hitam (penyakit penambang batubara)
4. Menurut Subekti (2011) dan Rab (2008), gagal nafas terbagi
menjadi , yaitu :
Gagal Nafas Hipoksemia / Tipe 1
Dengan karakteristik PaO2 kurang dari 60 mm Hg dengan
PaCO2 normal atau rendah. penyakit paru akut secara umum
meliputi pengisian cairan atau kolap unit alveolar
Hipoksemia
Terjadi pada penyakit cardiogenic atau noncardigenic pulmonary
edema (ARDS) , pneumonia, dan pulmonary hemorrhage
Gagal Nafas Hiperkapnia / Tipe II
Ditandai dengan PaCO2 lebih dari 50 mm Hg.
Hiperkapnia
Sering kali disertai dengan hipoksemia
Terjadi pada drug overdose, neuromuscular disease, chest wall
abnormalities, dan severe airway disorders [COPD].
5. Etiologi dari gagal nafas :
1. Depresi sistem saraf pusat
2. Kelainan usaha nafas
3. Gangguan pada paru-paru
6. 1. Gangguan ekstrinsik
paru
A. Penekanan pusat
pernapasan
Overdosis obat
(sedative, narkotik)
Trauma serebral atau
infark
Poliomielitis bulbar
Ensefalitis
B. Gangguan
neuromuscular
Cedera medulla
servikalis
Sindrom Guilain-
Baree
Sklerosis amiotrofik
lateral
Miastenia gravis
Distrofi muskular
Menurut Price (2005), berikut adalah penyebab
gagal nafas : :
8. b. Gangguan retrisik
paru
Fibrosis interstitial
karena berbagai
sebab
Sarkoidosis
Edema paru
Ateletaksis
Pneumonia
konsolidasi
C. Gangguan pembuluh
darah paru :
Emboli paru
Emfisema berat
9. Gagal nafas terbagi menjadi dua jenis yaitu gagal
nafas tipe I atau yang sering disebut sebagai
hypoxemia dan gagal nafas tipe II atau yang
sering disebut hypercapnia. Kedua tipe gagal
nafas yaitu Tipe 1 (hypoxemia) dan Tipe II
(hiperkapnia) ini akan menyebabkan gagalnya
pertukaran oksigen dalam darah sehingga tubuh
kekurangan oksigen.
10. Gangguan yang mungkin menyebkan teradinya
hypoxemia dapat diakibatkan oleh :
1. fIO2 rendah
2. Gangguan difusi
3. Hypoventilasi
4. Shunting
5. V/Q mismatch
12. Diagnosa pasti gagal nafas adalah dari
pemeriksaan analisa gas darah teteapi sering
diagnoa sudah dapat ditegakkan dengan
pmeriksaan klinis saja, yaitu :
Apneu
Sianosis
Perubahan pola nafas
Analisa gas darah :
PaO2 < 60 mmHg
PaCo2 > 50 mmHg
Foto thorax
13. Airway management
Koreksi Hipoksemia
Berikan O2 via nasal cannula, facemask,
non-rebreathing mask, lakukan intubasi dan
gunakan mechanical ventilation bila perlu untuk
memberikan O2 yang adekuat ke jaringan
Pertahankan PaO2 > 60 mmHg, arterial SaO2 >
90%
Koreksi Hiperkapnia
Penggunaan ventilasi mekanik
Obati penyakit yang melatarbelakangi gagal
nafas
15. 1. Anamnesis
a. Gejala
Gagal nafas total
Aliran udara di mulut dan hidung tidak dapat didengar/dirasakan. Pada gerakan
nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga, tidak ada
pengembangan dada pada inspirasi dan adanya kesulitan inflasi paru.
Gagal nafas parsial
Terdenganr suara nafas tambahan seperti snoring dan whizing dan ada retraksi
dada
Hiperkapni
Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2 meningkat
Hipoksemia
Hipoksemia yaitu
Kekurangan energi/kelelahan, insomnia
Kehilangan selera makan, mual
17. A. Inspeksi
Penggunaan otot bantu
nafas (retraksi
interkostal atau
substernal)
Terkadang tidak terlihat
pengembangan dada
Polycythemia
Papiledema
Dispnea
Takipnea (paling sering)
Cyanosis
Sputum sedikit berbusa
B. Palpasi
Ekstremitas hangat
peningkatan fremitus
(getar vibrasi pada
dinding dada dengan
palpitasi)
18. C. Perkusi
Bunyi pekak di atas
area konsolidasi
Takikardia
Arrhythmia
D. Auskultasi
Pada awal normal
namun lemah
Pada penyakit
tertentu terdengar
suara wheezing
Ronki
Snoring
Crakles
19. Pemerikasan Lab Darah Lengkap
spirometri
Analisa Gas Darah
Pemeriksaan Mikrobiologi sputum
Pemeriksaan Rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan
proses penyakit yang tidak diketahui, terlihat
gambaran akumulasi udara/cairan
EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan
jantung di sisi kanan (Disritmia)
20. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan
dengan meningkatnya produksi mukus
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ventilation mismatch dan intrapulmonary
shunt.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan
penurunan kesadaran
Gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan pemasangan selang ETT (Endo Tracheal
Tube)
21. Dx. 1
Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
Jalan nafas klien patent
Klien dapat melakukan pengeluaran sekresi yang
efektif
Pada foto thoraks tak tampak gambaran infiltrat
22. INTERVENSI RASIONAL
a. Mobilisasi sekresi paru dengan cara hidrasi,
humidikasi, fisioterapi dada dan postural drainage
b. Lakukan suctioning setiap 2-4 jam sekali atau
bila perlu sesuai indikasi
c.Observasi penurunan ekspansi dinding dada
dan adanya peningkatan fremitus
d. Catat karakteristik bunyi napas
e.Catat karakteristik dan produksi sputum
f. Pertahankan posisi tubuh/kepala dengan tepat.
g. Observasi status respirasi : frekuensi,
kedalaman nafas, reguralitas, adanya dipsneui.
h. Berikan ok.sigen yang lembab, cairan intravena
yang adekuat sesuai kemampuan pasien
i. Berikan terapi nebulizer dengan obat mukolitik,
bronkodilator sesuai indikasi
j.Bantu dengan/berikan fisioterapi dada, perkusi
dada/vibrasi sesuai indikasi.
a.Memudahkan dalam mengeluarkan sekresi.
b. Mengeluarkan sekret yang terakumulasi di jalan
nafas, seraya mencegah terjadinya trauma jalan
nafas, mencegah hipoksia dan mengurangi risiko
infeksi paru
c. Ekspansi dada terbatas atau
tak simetris sehubungan dengan akumulasi cairan,
edema, dan sekret dalam seksi lobus. Konsolidasi
paru dan pengisian cairan dapat meningkatkan
fremitus.
d. Bunyi napas menunjukkan aliran udara melalui
trakeobronkial dan dipengaruhi oleh adanya cairan,
mukus, atau obstruksi aliran udara lain.
e. Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada
penyebab/etiologi gagal pernafasan. Sputum bila ada
mungkin banyak, kental, berdarah, dan /atau purulen
f. Mempertahankan kepatenan jalan napas
g. Mengevaluasi keefektifan fungsi respirasi
h. Kelembaban mengurangi akumulasi sekret dan
meningkatkan transport oksigen
i. Pengobatan dibuat untuk meningkatkan ventilasi/
bronkodilatasi/ kelembaban dengan kuat pada alveoli
dan untuk menghancurkan mucous/ sekret
J, Meningkatkan ventilasi pada semua segmenparu
dan membantu drainase sekret
23. Dx. 2
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Tanda tanda vital dalam rentang normal
24. Intervernsi Rasional
a. Observasi status pernafasan secara periodik : RR
(frekuensi nafas), suara nafas, keteraturan nafas,
kedalaman nafas, penggunaan otot bantu nafas, ekspansi
dada dan kesimetrisan gerak dada.
b. Monitor tanda-tanda hipoksia. Pantau SaO2 , pantau
adanya kemungkinan pasien tampak sesak, sianosis.
c. Pantau HR / denyut nadi. Catat kemungkinan
perubahan irama jantung
d.Observasi tingkat kesadaran pasien. Adakah apatis,
gelisah, bingung, somnolen.
e. Cek AGDA setiap 10 30 menit setelah perubahan
setting ventilator
f. Monitor hasil AGDA selama periode penyapihan /
weaning ventilator
g. Berikan obat sesuai indikasi. Contoh steroid, antibiotik,
bronkodilator, ekspentoran.
a. Takipnea adalah mekanisme kompensasi untuk
hipoksemia. Suara nafas bersih (clear lung) menjamin
tidak adanya retensi sekret yang mempengaruhi proses
pernafasan. Peningkatan upaya pernafasan
/ penggunaan otot bantu nafas dapat menunjukkan
derajat hipoksemia. Ekspansi dada dan kesimetrisan
gerak dada menjamin adanya ventilasi adekuat pada
kedua paru.
b. Penurunan saturasi oksigen bermakna (desaturasi 5 g
hemoglobin) terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral
dari organ hangat contoh lidah, bibir, dan daun telinga
adalah paling indikatif dari hipoksemia sistemik.Sianosis
perifer kuku/ ekstremitas sehubungan dengan
vasokonstriksi.
c. Hipoksemia dapat menyebabkan mudah terangsang
pada miokardium, meningkatkan HR, menghasilkan
berbagai distritmia.
d. Dapat menunjukkan berlanjutnya hipoksia jaringan
otak, hipoksemia dan/atau asidosis
e. Mengevaluasi kemampuan fungsi respirasi pasien
terhadap perubahan setting ventilator
f. Untuk mengetahui kesiapan fungsi respirasi pasien
terkait proses weaning ventilator
25. Dx.3
Tujuan : Selama menjalani proses perawatan,
kebutuhan ADL (activity daily living) terpenuhi
Kriteria hasil :
Semua anggota badan pasien tampak bersih, daki
(-), sekret (-)
26. Intervensi Rasional
Bantu ADL pasien : mandi, oral
hygiene, toileting, berpakaian,
makan, minum, perubahan posisi
Berikan rangsangan pada pasien
agar pasien mampu melakukan
tindakan minimal untuk dirinya
Libatkan pasien dalam perubahan
posisi dan pemenuhan ADL sesuai
kemampuan pasien
Kolaborasi dengan tim rehabilitasi
dalam memberikan tindakan
fisioterapi
Memenuhi kebutuhan dasar / ADL pasien
dan mengurangi konsumsi oksigen untuk
aktivitas
Mengetahui kemampuan minimal pasien
dalam memenuhi kebutuhan dirinya
Pasien ikut bertanggung jawab terhadap
kesehatan dirinya dan untuk merangsang
peningkatan kemampuan pasien dalam
memenuhi ADL
Mencegah kontraktur, memperbaiki
sirkulasi ke jaringan perifer dan
mencegah kemungkinan timbul dekubitus
27. Dx. 4
Tujuan : klien mampu berkomunikasi secara efektif
Kriteria hasil :
klien mampu menggunakan alat komunikasi
alternatif
klien mampu mengutarakan
maksud/keinginannya
28. Intervensi Rasional
Evaluasi kemampuan klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain dengan
cara yang lain
Ajarkan pada pasien untuk
menggunakan alat komunikasi alternatif,
contoh tulisan, gambar, gesture
Gunakan kalimat tanya yang
membutuhkan jawaban tertutup (ya/tidak)
saat berkomunikasi dengan pasien
Klarifikasi setiap tulisan / pernyataan
pasien menggunakan pertanyaan tertutup
Klien mungkin mampu berkomunikasi
menggunakan bahasa isarat atau menulis
Sebagai sarana alternatif bagi pasien
untuk mengutarakan keinginannya.
Kemampuan berkomunikasi bisa
mengurangi kecemasan.
Memudahkan bagi pasien untuk
berkomunikasi secara lugas dan dapat
mengurangi upaya energi ekstra untuk
berkomunikasi
Memastikan bahwa pesan dari pasien
dapat diterima dengan benar sesuai
maksud / keinginan pasien