Dokumen ini membahas pengantar perencanaan teknik jembatan, termasuk pembahasan mengenai pengertian jembatan, pedoman umum bentang ekonomis, kondisi batas, umur rencana, pokok-pokok perencanaan, acuan normatif, penyelidikan lapangan, penentuan muatan dan lebar jembatan, pembebanan rencana, tahapan analisis struktur, dan teori dasar perhitungan struktur."
Desain Jembatan (By Anton H.P. ST., MT).pdfNhkHabit
油
Dokumen tersebut membahas tentang desain jembatan dan perkenalan software, mencakup aspek-aspek perencanaan jembatan seperti acuan normatif, pokok-pokok perencanaan, penentuan muatan dan lebar jembatan, kombinasi pembebanan, tahapan analisis struktur, teori dasar perhitungan struktur, dan contoh soal latihan.
Dokumen tersebut membahas mengenai definisi, bagian-bagian, dan jenis-jenis konstruksi jembatan. Secara ringkas, jembatan adalah struktur yang menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh rintangan seperti sungai atau lembah. Jembatan terdiri atas struktur atas, struktur bawah, dan pondasi, serta memiliki berbagai bentuk seperti truss, beam, arch, cable-stayed, dan suspension bridge.
Survey pendahuluan dan survey detail (sesi 1)(2 jam)Fardi Kalumata
油
Survey Pendahuluan Untuk Perencanaan Jembatan dan Teknik - teknik Pengumpulan data-data lapangan untuk Persiapan Pembuatan DED ( Detail Engineering Desain )
Salah satu dokumen penting dalam pengelolaan proyek adalah Project Charter. Project Charter ini berfungsi sebagai dasar untuk memulai dan mengarahkan proyek. Dokumen ini memberikan pemahaman umum tentang tujuan proyek, ruang lingkup, stakeholder, dan elemen penting lainnya. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai pengertian project charter, langkah-langkah pembuatannya, serta manfaat Project Charter dalam manajemen proyek.
Dokumen tersebut membahas tentang beban gempa dan simpangan horizontal pada struktur jembatan. Terdapat tiga jenis struktur jembatan (Tipe A, B, C) dimana Tipe A memiliki perilaku seismik terbaik. Dokumen juga menjelaskan cara perhitungan beban gempa berdasarkan berat struktur, koefisien geser dasar, faktor reduksi, faktor tipe struktur dan kepentingan.
Tugas rek. gempa aris septiawan-kls.b-17.1003.222.01.0659arisseptiawan
油
Dokumen tersebut membahas beban gempa pada struktur jembatan dan cara merancang jembatan untuk memenuhi kriteria kinerja terhadap beban gempa. Ada tiga jenis struktur jembatan yang dijelaskan berdasarkan sifat daktilitasnya, yaitu Tipe A (daktail dan monolit), Tipe B (daktail tetapi tidak monolit), dan Tipe C (elastis). Jembatan harus dirancang agar dapat bersifat elastis pada gemp
Dokumen ini membahas perencanaan dua struktur jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki, yaitu struktur baja castellated dan struktur beton prategang voided slab. Hasil studi menunjukkan bahwa biaya pembangunan struktur beton prategang voided slab lebih murah dibandingkan struktur baja castellated.
Survey pendahuluan dan survey detail (sesi 1)(2 jam)Fardi Kalumata
油
Survey Pendahuluan Untuk Perencanaan Jembatan dan Teknik - teknik Pengumpulan data-data lapangan untuk Persiapan Pembuatan DED ( Detail Engineering Desain )
Salah satu dokumen penting dalam pengelolaan proyek adalah Project Charter. Project Charter ini berfungsi sebagai dasar untuk memulai dan mengarahkan proyek. Dokumen ini memberikan pemahaman umum tentang tujuan proyek, ruang lingkup, stakeholder, dan elemen penting lainnya. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai pengertian project charter, langkah-langkah pembuatannya, serta manfaat Project Charter dalam manajemen proyek.
Dokumen tersebut membahas tentang beban gempa dan simpangan horizontal pada struktur jembatan. Terdapat tiga jenis struktur jembatan (Tipe A, B, C) dimana Tipe A memiliki perilaku seismik terbaik. Dokumen juga menjelaskan cara perhitungan beban gempa berdasarkan berat struktur, koefisien geser dasar, faktor reduksi, faktor tipe struktur dan kepentingan.
Tugas rek. gempa aris septiawan-kls.b-17.1003.222.01.0659arisseptiawan
油
Dokumen tersebut membahas beban gempa pada struktur jembatan dan cara merancang jembatan untuk memenuhi kriteria kinerja terhadap beban gempa. Ada tiga jenis struktur jembatan yang dijelaskan berdasarkan sifat daktilitasnya, yaitu Tipe A (daktail dan monolit), Tipe B (daktail tetapi tidak monolit), dan Tipe C (elastis). Jembatan harus dirancang agar dapat bersifat elastis pada gemp
Dokumen ini membahas perencanaan dua struktur jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki, yaitu struktur baja castellated dan struktur beton prategang voided slab. Hasil studi menunjukkan bahwa biaya pembangunan struktur beton prategang voided slab lebih murah dibandingkan struktur baja castellated.
Mata kuliah matemaika pada Prodi Rekayasa Sipil tingkat lanjut yang membahas mengenai Matriks, Determinan, Invers, Metode Sarrus dan Kofaktor dan Metode Gauss Jordan
Presentasi ini merupakan materi pertemuan pertama untuk mata kuliah Pengukuran dan Instrumentasi. Materi ini mencakup:
Konsep dasar pengukuran dan instrumentasi
Jenis-jenis pengukuran (langsung & tidak langsung)
Sistem satuan internasional (SI) dalam teknik elektro
Kesalahan dalam pengukuran dan cara meminimalkannya
Karakteristik alat ukur (akurasi, presisi, resolusi, sensitivitas)
Contoh alat ukur dalam teknik elektro seperti multimeter, osiloskop, clamp meter, function generator, dan signal analyzer
Presentasi ini dilengkapi dengan ilustrasi dan diagram yang membantu pemahaman konsep secara visual.
Sangat cocok untuk mahasiswa teknik elektro dan telekomunikasi yang ingin memahami dasar-dasar pengukuran dalam bidang ini.
Jangan lupa untuk like, share, dan follow untuk materi lebih lanjut!
#Pengukuran #Instrumentasi #TeknikElektro #Telekomunikasi #Praktikum #PengukurandanInstrumentasi #PBL #PengukuranBesaranListrik
10. A1. Kondisi Batas Ultimit
Aksi-aksi yang menyebabkan sebuah jembatan menjadi tidak aman di sebut aksi-aksi
ultimit dan reaksi yang di berikan jembatan terhadap aksi tersebut di sebut keadaan batas
ultimit
Kehilangan keseimbangan statis karena Sebagian atau seluruh bagian jembatan longsor
Terguling atau terangkat ke atas
Kerusakan Sebagian jembatan akibat Lelah/fatik dan atau korosi hingga suatu keadaan yang
menungkinkan terjadi kegagalan ;
Keadaan pasca elastic atau purnatekuk yaitu satu bagian jembatan atau lebih mencapai kondisi
runtuh. Pada keadaan plastis atau purnatekuk, aksi dan reaksi jembatan diperbolehkan untuk
distribusikan Kembali dalam batas yang di tentukan dalam bagian perencanaan bagi material yang
bersangkutan ;
Kehancuran bahan pondasi yang menyebabkan pergerakan yang berlebihan atau kehancuran
bagian utama jembatan.
A2. Kondisi Batas Layan
Keadaan batas layan akan tercapai Ketika reaksi jembatan sampai pada suatu
nilai sehingga ;
Mengakibatkan jembatan tidak layak pakai atau menyebabkan kekawatiran umum terhadap
keamanan jembatan atau secara signifikan mengurangi kekuatan atau masa layan jembatan.
Keadaan batas layan adalah suatu kondisi pada saat terjadi :
Perubahan bentuk (deformasi) yang permanen pada pondasi atau pada sebuah elemen penyangga
utama setempat ;
Kerusakan permanen akibat korosi, retak atau kelelahan/fatik, getaran, dan ;
Banjir pada jaringan jalan dan daerah sekitar jembatan yang rusak karena penggerusan pada dasar
saluran, tepi sungai, dan jalan hasil timbunan.
11. A3. Umur Rencana Jembatan
Umur rencana jembatan di buat untuk masa
layan selama 75 tahun kecuali ;
Jembatan sementara atau jembatan yang dapat di
bongkar/pasang dengan umur rencana 20 tahun
Jembatan khusus yang memiliki fungsi strategis yang
di tentukan oleh instansi yang berwenang, di buat
dengan umur rencana 100 tahun
Terdapat peraturan dari instansi yang berwenang yang
menerapkan umur rencana yang lain
12. A4. Pokok-pokok perencanaan
Kekuatan dan stabilitas struktur
Keawetan dan kelayakan jangka panjang
Kemudahan pemeriksaan dan pemeliharaan
Kenyamanan bagi pengguna jembatan
Ekonomis
Kemudahan pelaksanaan
Estetika
Dampak lingkungan minimal
A5. Kriteria perencanaan
Peraturan yang digunakan
Material/bahan yang digunakan
Metode dan asumsi dalam perhitungan
Metode dan asumsi dalam penentuan tipe bangunan atas, bangunan
bawah dan pondasi
Pengumpulan data lapangan
Program computer yang digunakan
Metode pengujian pondasi
13. A7. Gambar Rencana
Standar pendetailan, khususnya untuk baja dan beton bertulang , harus
konsisten untuk seluruh gambar.
Komponen jembatan harus di gambar sebagaimana tampak sebenarnya ,
hindari gambar bayangan dan pandangan dari sisi yang berlawanan.
Tiap dimensi ukuran ditunjukkan hanya satu kali saja.
Tiap komponen jembatan harus di gambarkan secara detail sebisa mungkin
pada 1 lembar kertas.
Seluruh gambar harus memiliki skala dan skala tersebut harus tercantum
dalam gambar (misalnya skala 1:100 untuk potongan melintang dan denah
jembatan serta skala 1:20 untuk gambar detail).
Prosedur standar (SOP)harus digunakan dalam menggambar jembatan dan
membuat dimensi komponen termasuk format ukuran gambar, sampul, daftar
isi, petunjuk arah, daftar symbol, rangkuman volume.
Spesifikasi ;
Spesifikasi dan gambar-gambar harus dapat menjelaskan pekerjaan dengan jelas,
menyeluruh, dan tanpa ada interpretasi ganda. Spesifikasi harus menjelaskan
metode-metode pelaksanaan, prosedur-prosedur dan toleransi-toleransi agar
pembauatan dan pengawasan mutu terjamin.
14. A8. Penyelidikan Lintasan Air
Penyelidikan lapangan harus dilakukan pada seluruh
rencana lokasi jembatan dengan mempertimbangkan ;
1. Kharakteristik hidraulik dari lintasan penyeberangan, termasuk
permasalahan yang terjadi sebelumnya dan yang berpotensi
akan terjadi, pada dan dekat dengan penyeberangan ;
2. Kinerja hidraulik dari struktur yang ada di lokasi penyeberangan;
3. Hal-hal lain yang berhubungan dengan perencanaan hidraulik
struktur.
Penempatan Pilar dan Kepala Pilar Jembatan
1. Meminimalkan gangguan terhadap jalannya air ;
2. Menghindari terperangkapnya benda yang hanyut ;
3. Mengurangi rintangan terhadap navigasi;
4. Diletakkan secara parallel terhadap arah aliran sungai selama
kondisi banjir rencana
15. A9. Penentuan lebar, kelas dan muatan jembatan
LHR Lebar
jembatan
(m)
Jumlah lajur
LHR < 2000 3,5 4,5 1
2.000 < LHR < 3.000 4,5 6,0 2
3.000 < LHR < 8.000 6,0 7,0 2
8.000 < LHR <
20.000
7,0 14,0 4
LHR > 20.000 >14 m >4
Berdasarkan Lebar Lalu Lintas
Kelas A = 1,0 + 7,0 + 1,0 meter
Kelas B = 0,5 + 6,0 + 0,5 meter
Kelas C = 0,5 + 3,5 + 0,5 meter
Lebar Minimum untuk jembatan pada
jalan nasional Sesuai SE DBM 21
Maret 2008
Berdasarkan Muatan/Pembebanan
BM 100% : untuk semua jalan nasional & propinsi
BM 70% : dapat digunakan pada jalan kabupaten
dan daerah transmigrasi
27. 2. Bangunan Atas Jembatan Beton Prategang
Bangunan atas jembatan-jembatan beton prategang menggunakan bahan
beton umumnya mutu beton yang digunakan adalah beton mutu tinggi, bisa
beton K400, K450, K500, atau K600 tergantung pada berbagai pertimbangan
perencana.
Sedangkan untuk persyaratan teknis, baja prategang harus memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut (diambil dari Spesifikasi):
Untaian kabel (strand) prategang harus terdiri dari jalinan kawat (wire)
dengan kuat tarik tinggi, bebas tegangan (stress relieved), relaksasi
rendah dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel sesuai
dengan SNI 07-1154-1989 tentang Kawat baja tanpa lapisan bebas
tegangan untuk konstruksi beton, jalinan tujuh. Untaian kawat tersebut
harus mempunyai kekuatan leleh minimum sebesar 1600 MPa dan
kekuatan batas minimum 1900 Mpa;
Kawat (wire) prategang harus terdiri dari kawat dengan kuat tarik tinggi
dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel dan harus
sesuai dengan SNI 07-1155-1989 tentang Kawat baja tanpa lapisan
bebas tegangan untuk konstruksi beton ;
Batang (bar) logam campuran dengan kuat tarik tinggi harus bebas
tegangan kemudian diregangkan secara dingin minimum sebesar 910
Mpa.
28. 3. Bangunan Atas Jembatan komposit
Baja yang digunakan sebagai bagian struktur baja harus sesuai dengan
ketentuan AASHTO M 270-04 dan mempunyai sifat mekanis baja structural
seperti dalam Tabel 3-12.
Tabel Sifat Mekanis Baja Struktural
29. D. Penentuan jumlah dan Panjang bentang jembatan
Untuk dapat menentukan jumlah dan panjang bentang jembatan,
terlebih dahulu perlu diketahui data-data sebagai berikut:
a. panjang jembatan yang telah ditentukan,
b. tinggi ruang bebas jembatan,
c. penampang memanjang perlintasan dengan sungai (jika jembatan
melintasi sungai)
d. penampang memanjang perlintasan dengan jalan raya (jika
jembatan melintasi jalan raya)
e. penampang memanjang perlintasan dengan jalan raya (jika
jembatan melintasi jalan kereta api)
f. lebar lantai kendaraan,
g. jumlah jalur dan lajur lalu lintas,
h. kelas jembatan, dan
i. tipe dan jenis bangunan atas jembatan.
31. 1. Jembatan Melintas Sungai
Pada contoh gambar di atas, direncanakan pembangunan jembatan dengan
panjang L, perencana akan memilih tipe dan jenis jembatan yang akan dibuat
desainnya. Panjang jembatan L ditentukan setelah diketahui penampang basah
sungai yang dihitung berdasarkan desain banjir 50 tahun atau 100 tahun dan
ruang bebas jembatan yang dibangun di atas sungai sesuai dengan ketentuan
teknis yang berlaku. Ruang bebas jembatan menurut ketentuan teknis adalah
1.00 m untuk sungai yang tidak dilalui arus pelayaran kapal, sedangkan jika
sungai tersebut digunakan untuk lalu lintas air, tinggi ruang bebas jembatan
disesuaikan dengan kebutuhan. Pertama-tama dipertimbangkan terlebih dahulu,
apakah akan memakai pilar atau tidak; ini tergantung pada panjang jembatan
serta tipe dan jenis jembatan yang akan didesain. Sebagai contoh jika L = 80.00
meter, ada beberapa alternatif yang dapat dipilih, yaitu:
32. Memilih jembatan rangka baja, terutama untung bentang-bentang besar;
misalnya dipilih jembatan rangka baja bentang = 80.00 m; atau
Memilih kombinasi jembatan beton bertulang + jembatan rangka baja +
beton bertulang, misalnya 15.00 m (beton bertulang) + 50.00 m
(rangka baja) + 15.00 (beton bertulang); atau
Memilih kombinasi jembatan beton pratekan + jembatan rangka baja +
beton pratekan, misalnya 15.00 m (beton pratekan) + 50.00 m (beton
pratekan) + 15.00 m (beton pratekan); atau
Memilih kombinasi jembatan beton pratekan + beton pratekan + beton
pratekan, misalnya 23.00 m (beton pratekan) + 34.00 m (beton pratekan)
+ 23.00 m (beton pratekan); atau
Memilih kombinasi jembatan komposit + rangka baja + komposit,
misalnya 10.00 m (komposit) + 60.00 m (rangka baja) + 10.00 m
(komposit);
dan lain sebagainya.
33. 2. Jembatan Melintas Jalan Raya
Pada contoh di atas, untuk melintasi jalan raya di bawahnya, diperlukan 3
bentang jembatan, yaitu bentang tepi sebelah kiri, bentang tengah dan
bentang tepi sebelah kanan dimana bentang tengah harus berada di luar
RUMAJA (Ruang Manfaat Jalan). Agar penempatan pilar tidak mengganggu
batas-batas RUMAJA, maka posisi tepi dalam dari kaki pilar tidak boleh
masuk ke wilayah RUMAJA. Batasan lain yang perlu diperhatikan adalah
ruang bebas untuk jembatan yang melintasi jalan raya adalah 5.00 m, artinya
tepi bawah jembatan minimal berada pada level 5.00 m di atas perkerasan