Pertimbangan Nilai dalam Dimensi Pengetahuan Ilmu_Tira Nurfatwa S_10421021_Bi...Ashrya
油
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia harus didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan berorientasi pada kemaslahatan umat manusia. Pancasila sebagai ideologi Indonesia memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai dasarnya. Pengembangan ilmu harus memperhatikan aspek moral, etika, dan dampak sosialnya bagi masyarakat secara luas.
Makalah ini membahas tentang Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang terdiri dari lima sila yang berasal dari akulturasi budaya nusantara. Pancasila menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia dalam berfikir dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia harus didasarkan pada semangat Pancasila untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan kemaslahat
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang peranan Pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
2. Pancasila dijelaskan sebagai paradigma dalam berbagai bidang seperti pembangunan, politik, ekonomi, pertahanan, sosial budaya, IPTEK, dan kehidupan beragama.
3. Dokumen tersebut menjelaskan bagaimana Pancasila dapat menjadi pedoman
PANCASILA pendidikan kewarganegaraan, Pancasila Menjadi Dasar Nilai Pengemban...DekyaSintya
油
pancasila indonesia 1. Pancasila
Pancasila sebagai paradigma ilmu Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu bagi mahasiswa adalah untuk memperlihatkan peran Pancasila sebagai rambu-rambu normatif bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Selain itu, pengembangan ilmu dan teknologi di Indonesia harus berakar pada budaya bangsa Indonesia itu sendiri dan melibatkan partisipasi masyarakat luas.
Pancasila digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri, maka Pancasila mempunyai fungsi dan peranan yang sangat luas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Fungsi dan peranan itu terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Itulah sebabnya, Pancasila memiliki berbagai predikat sebagai sebutan nama yang menggambarkan fungsi dan peranannya. Oleh karena itu. kemajuan dan perkembangan IPTEK sangat diperlukan dalam upaya mempertahankan segala kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia serta menjawab segala tantangan zaman. Dengan penguasaan IPTEK kita dapat tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia. Maka dari itu, IPTEK dan Pancasila antara satu dengan yang lain memiliki hubungan yang kohesif. IPTEK diperlukan dalam pengamalan Pancasila, sila ketiga dalam menjaga persatuan Indonesia. Di lain sisi, kita juga harus tetap menggunakan dasar-dasar nilai Pancasila sebagai pedoman dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi agar kita dapat tidak terjebak dan tepat sasaran mencapai tujuan bangsa.
Fungsi dan peranan Pancasila oleh BP7 Pusat (1993) diuraikan mulai dari yang abstrak sampai yang konkrit menjadi sepuluh yakni; Pancasila sebagai jiwa bangsa, Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, Pancasila sebagai sunber dari segala sumber hukum di Indonesia, Pancasila sebagai perjanjian luhur, Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia mempunyai ciri khas atau karakteristik tersendiri. Ciri khas Pancasila berbeda dari ideologi lain yang ada di dunia. Karakteristik tersebut terkandung dalam nilai-nilai Pancasila.
Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, kelima sila Pancasila tidak dapat dilaksanakan secara terpisah-pisah. Karena satu kesatuan utuh dan saling berkaitan. Sila-sila dalam Pancasila adalah rangkaian kesatuan bulat sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, tidak dapat dibagi-bagi atau diperas. Berikut ini nilai-nilai Pancasila yang tertuang dalam kelima sila, yaitu :
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu.pptxDataWaruwu
油
Sumber historis, sosiologis, dan politis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia dapat ditelusuri melalui dokumen negara, sikap masyarakat yang memperhatikan nilai ketuhanan dan kemanusiaan, serta kebijakan para penyelenggara negara meskipun belum secara eksplisit menyatakan Pancasila sebagai dasar tersebut.
Pancasila diperlukan sebagai dasar pengembangan ilmu di Indonesia karena:
1) Pengembangan ilmu yang tidak memperhatikan nilai-nilai budaya dapat merusak lingkungan dan menggantikan nilai-nilai luhur bangsa
2) Pancasila dapat mengendalikan ilmu agar sesuai dengan cara berpikir bangsa Indonesia dan mencegah gaya hidup sekuler
3) Nilai-nilai lokal mulai digantikan gaya hidup global akibat pengaruh tekn
Bab vii mengapa pancasila menjadi dasarAhmad Huzein
油
1. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia dimaksudkan untuk mengendalikan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia dan tidak merugikan manusia.
2. Pengembangan ilmu yang lepas dari nilai-nilai budaya dan ideologi bangsa berpotensi menimbulkan dampak negatif seperti sekularisme, kerusakan lingkungan, dan memudarnya nilai-nilai luhur bangsa.
Dokumen tersebut membahas tentang filsafat pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi umum. Secara garis besar, dibahas mengenai latar belakang perlunya pendidikan kewarganegaraan untuk menjawab perubahan nilai dalam masyarakat, Pancasila sebagai dasar etika kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan kewarganegaraan untuk membangun masyarakat demokrasi berkeadaban, dan peran pendidikan ke
Pancasila sebagai paradigma pembangunanIntan Irawati
油
1. Pancasila merupakan paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang mencakup bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan dan keamanan.
2. Gerakan reformasi pada tahun 1998 berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila untuk menata kembali kehidupan bernegara yang sesuai dengan UUD 1945.
3. Pancasila menjadi dasar cita-cita reformasi untuk membangun masyarakat madani yang sejahtera
Dokumen tersebut membahas tentang konsep Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dokumen tersebut menjelaskan tentang pengertian, pentingnya, sumber-sumber, tantangan, dan esensi Pancasila sebagai pedoman pengembangan ilmu pengetahuan agar sejalan dengan nilai-nilai bangsa Indonesia.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.
Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu, seorang ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi. Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan
Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan. Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia.
Tujuan
油油油油油 Tujuan Pembuatan makalah ini dilaksanakan oleh para mahasiswa yang memiliki tujuan dan maksud tertentu.
Adapun tujuan kami ialah :
1. Menuntaskan tugas mata kuliah Pancasila
2. Mahasiswa/i dapat mengetahui makna dan hakikat Pembangunan Nasional berlandaskan Pancasila.
3. Mahasiswa/i dapat memahami tujuan Nasional.
4. Lebih berkompetensi di pelajaran mata kuliah Pancasila.
5. Sebagai sarana yang lebih baik.
6. Melatih diri agar berani mengemukakan hasil pembelajaran.油
BAB II
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN
II.1. Pengertian pancasila sebagai paradigma
油
Menurut Ali Marsudi (2000 : 69) paradigma adalah cara pandang nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar atau cara memecahkan suatu masalah yang dianut oleh suatu masyarakat pada masa tertentu. Oleh karena itu Pancasila dijadikan paradigma dalam melaksanakan pembangunan nasional, yaitu sebagai landasan, acuan, metodde, nilai dan sekaligus tujuan yang ingin dicapai
Istilah paradigma pada awalnya berkembang dalam filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul The Structure Of Scientific Revolution, paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan IPTEK
油油油油 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada hakekatnya merupakan hasil kreatifitas rohani (jiwa) manusia. Atas dasar kreatifitas akalnya, manusia mengembangkan IPTEK untuk mengolah kekayaan alam yang diciptakan Tuhan YME.
Tujuan dari IPTEK ialah untuk mewujudkan kesejahteraan dan peningkata
Pendidikan Pancasila diperlukan untuk memperkuat nilai-nilai dasar bangsa sebagai panduan dalam menghadapi tantangan masa depan dan menumbuhkan kesadaran nasional. Dinamika sejarah dan perubahan sosial membuat pelaksanaan pendidikan Pancasila mengalami pasang surut, namun terus dikembangkan agar mahasiswa memahami dan menerapkan Pancasila dalam kehidupan.
1. Ilmu dalam berbagai perspektif, termasuk bahasa, istilah, dan sejarah. Ilmu berkembang seiring zaman, dari pra-Yunani kuno hingga zaman kontemporer.
2. Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu bertujuan membatasi ilmu agar sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
3. Pentingnya Pancasila sebagai pedoman bagi perkembangan ilmu dan teknologi di tengah keragaman budaya Indonesia.
Makalah ini membahas tentang Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional Indonesia, dimulai dari pengertian paradigma dan bagaimana Pancasila dapat dijadikan acuan dalam berbagai aspek pembangunan seperti IPTEK, pembangunan sosial budaya, ekonomi, politik, dan reformasi."
Pancasila diperlukan sebagai dasar pengembangan ilmu di Indonesia karena:
1) Pengembangan ilmu yang tidak memperhatikan nilai-nilai budaya dapat merusak lingkungan dan menggantikan nilai-nilai luhur bangsa
2) Pancasila dapat mengendalikan ilmu agar sesuai dengan cara berpikir bangsa Indonesia dan mencegah gaya hidup sekuler
3) Nilai-nilai lokal mulai digantikan gaya hidup global akibat pengaruh tekn
Bab vii mengapa pancasila menjadi dasarAhmad Huzein
油
1. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia dimaksudkan untuk mengendalikan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia dan tidak merugikan manusia.
2. Pengembangan ilmu yang lepas dari nilai-nilai budaya dan ideologi bangsa berpotensi menimbulkan dampak negatif seperti sekularisme, kerusakan lingkungan, dan memudarnya nilai-nilai luhur bangsa.
Dokumen tersebut membahas tentang filsafat pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi umum. Secara garis besar, dibahas mengenai latar belakang perlunya pendidikan kewarganegaraan untuk menjawab perubahan nilai dalam masyarakat, Pancasila sebagai dasar etika kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan kewarganegaraan untuk membangun masyarakat demokrasi berkeadaban, dan peran pendidikan ke
Pancasila sebagai paradigma pembangunanIntan Irawati
油
1. Pancasila merupakan paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang mencakup bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan dan keamanan.
2. Gerakan reformasi pada tahun 1998 berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila untuk menata kembali kehidupan bernegara yang sesuai dengan UUD 1945.
3. Pancasila menjadi dasar cita-cita reformasi untuk membangun masyarakat madani yang sejahtera
Dokumen tersebut membahas tentang konsep Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dokumen tersebut menjelaskan tentang pengertian, pentingnya, sumber-sumber, tantangan, dan esensi Pancasila sebagai pedoman pengembangan ilmu pengetahuan agar sejalan dengan nilai-nilai bangsa Indonesia.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.
Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu, seorang ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi. Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan
Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan. Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia.
Tujuan
油油油油油 Tujuan Pembuatan makalah ini dilaksanakan oleh para mahasiswa yang memiliki tujuan dan maksud tertentu.
Adapun tujuan kami ialah :
1. Menuntaskan tugas mata kuliah Pancasila
2. Mahasiswa/i dapat mengetahui makna dan hakikat Pembangunan Nasional berlandaskan Pancasila.
3. Mahasiswa/i dapat memahami tujuan Nasional.
4. Lebih berkompetensi di pelajaran mata kuliah Pancasila.
5. Sebagai sarana yang lebih baik.
6. Melatih diri agar berani mengemukakan hasil pembelajaran.油
BAB II
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN
II.1. Pengertian pancasila sebagai paradigma
油
Menurut Ali Marsudi (2000 : 69) paradigma adalah cara pandang nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar atau cara memecahkan suatu masalah yang dianut oleh suatu masyarakat pada masa tertentu. Oleh karena itu Pancasila dijadikan paradigma dalam melaksanakan pembangunan nasional, yaitu sebagai landasan, acuan, metodde, nilai dan sekaligus tujuan yang ingin dicapai
Istilah paradigma pada awalnya berkembang dalam filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul The Structure Of Scientific Revolution, paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan IPTEK
油油油油 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada hakekatnya merupakan hasil kreatifitas rohani (jiwa) manusia. Atas dasar kreatifitas akalnya, manusia mengembangkan IPTEK untuk mengolah kekayaan alam yang diciptakan Tuhan YME.
Tujuan dari IPTEK ialah untuk mewujudkan kesejahteraan dan peningkata
Pendidikan Pancasila diperlukan untuk memperkuat nilai-nilai dasar bangsa sebagai panduan dalam menghadapi tantangan masa depan dan menumbuhkan kesadaran nasional. Dinamika sejarah dan perubahan sosial membuat pelaksanaan pendidikan Pancasila mengalami pasang surut, namun terus dikembangkan agar mahasiswa memahami dan menerapkan Pancasila dalam kehidupan.
1. Ilmu dalam berbagai perspektif, termasuk bahasa, istilah, dan sejarah. Ilmu berkembang seiring zaman, dari pra-Yunani kuno hingga zaman kontemporer.
2. Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu bertujuan membatasi ilmu agar sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
3. Pentingnya Pancasila sebagai pedoman bagi perkembangan ilmu dan teknologi di tengah keragaman budaya Indonesia.
Makalah ini membahas tentang Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional Indonesia, dimulai dari pengertian paradigma dan bagaimana Pancasila dapat dijadikan acuan dalam berbagai aspek pembangunan seperti IPTEK, pembangunan sosial budaya, ekonomi, politik, dan reformasi."
Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)Murad Maulana
油
PPT ini dipresentasikan dalam acara Diseminasi repositori perpustakaan BAPETEN yang diselenggarakan oleh Kepala Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi
Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir (P2STPIBN) pada tanggal 25 Februari 2025
Lembar Kerja Mahasiswa Applied Artificial Intelligence in Information SystemsAinul Yaqin
油
File ini adalah lembar kerja mahasiswa untuk mata kuliah Applied Artificial Intelligence in Information Systems. Tujuan pembelajarannya mencakup pemahaman tentang Decision Support Systems (DSS), Business Intelligence (BI), proses pengambilan keputusan, analisis bisnis, manajemen kinerja bisnis, kolaborasi, manajemen pengetahuan, serta teknologi canggih dan tren terkini dalam sistem informasi.
Lembar kerja ini terdiri dari 14 bab yang mencakup berbagai topik, yaitu:
Decision Support and Business Intelligence
Decision Making, Systems, Modeling, and Support
Decision Support Systems Concepts, Methodologies, and Technologies
Modeling and Analysis
Data Mining for Business Intelligence
Artificial Neural Networks for Data Mining
Text and Web Mining
Data Warehousing
Business Performance Management
Collaborative Computer-Supported Technologies and Group Support Systems
Knowledge Management
Artificial Intelligence and Expert Systems
Advanced Intelligent Systems
Management Support Systems Emerging Trends and Impacts
Setiap babnya memiliki format yang sama, yaitu tujuan pembelajaran, pengantar materi, kegiatan belajar (pemahaman konsep, tugas, diskusi kelompok), penilaian, dan refleksi. Kegiatan belajar sangat bervariasi, mulai dari menjawab pertanyaan, menggambar diagram, analisis kasus, melakukan eksperimen menggunakan tools tertentu, hingga diskusi kelompok dan presentasi.
Referensi utama yang digunakan dalam mata kuliah ini adalah buku Decision Support and Business Intelligence Systems oleh Turban, E., Sharda, R., & Delen, D.
Lembar kerja ini memberikan kerangka kerja yang komprehensif bagi mahasiswa untuk memahami dan menerapkan konsep-konsep penting dalam kecerdasan buatan terapan pada sistem informasi, melalui kombinasi pembelajaran teoretis dan tugas-tugas praktis.
Restrukturisasi dan Redistribusi Ekonomi melalui Danantara: Pesimis atau Opti...Dadang Solihin
油
Dari perspektif optimis, Danantara dapat menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Dengan manajemen profesional dan tata kelola yang transparan, lembaga ini berpotensi mengoptimalkan pemanfaatan aset negara secara lebih produktif.
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS VIII " ALAT MUSIK TRADISIONAL"MUMUL CHAN
油
Semoga Modul Ajar Seni Musik Kelas VIII ini bisa menjadi referensi untuk kalian dan bermanfaat untuk bersama. Aamiin...
Salam Manis
Widya Mukti Mulyani
PPT ini dipresentasikan dalam acara Seminar dan油Knowledge Sharing Kepustakawanan yang diselenggarakan oleh Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek. Tanggal 28 November 2017
3. 1. KONSEP PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU
1. Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dikembangkan di
Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
2. Kedua, bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai nilai
Pancasila sebagai faktor internal pengembangan iptek itu sendiri.
3. Ketiga, bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek
di Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar tidak keluar dari cara berpikir dan
cara bertindak bangsa Indonesia.
4. Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa
Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu (mempribumian
ilmu).
4. 2. URGENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANG ILMU
Pentingnya Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dapat ditelusuri kedalam hal-hal sebagai
berikut.
1. Pertama, pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini seiring
dengan kemajuan iptek menimbulkan perubahan dalam cara pandang manusia tentang kehidupan.
Hal ini membutuhkan renungan dan refleksi yang mendalam agar bangsa Indonesia tidak
terjerumus ke dalam penentuan keputusan nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
2. Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan iptek terhadap lingkungan hidup berada dalam
titik nadir yang membahayakan eksistensi hidup manusia di masa yang akan datang. Oleh karena
itu, diperlukan tuntunan moral bagi para ilmuwan dalam pengembangan iptek di Indonesia.
3. Ketiga, perkembangan iptek yang didominasi negara-negara Barat dengan politik global ikut
mengancam nilainilai khas dalam kehidupan bangsa Indonesia, seperti spiritualitas, gotong royong,
solidaritas, musyawarah, dan cita rasa keadilan. Oleh karena itu, diperlukan orientasi yang jelas
untuk menyaring dan menangkal pengaruh nilai-nilai global yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kepribadian bangsa Indonesia.
6. 1. Pertama, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh iptek, baik dengan dalih percepatan pembangunan
daerah tertinggal maupun upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat perlu mendapat perhatian yang
serius. Penggalian tambang batubara, minyak, biji besi, emas, dan lainnya di Kalimantan, Sumatera, Papua,
dan lain-lain dengan menggunakan teknologi canggih mempercepat kerusakan lingkungan. Apabila hal ini
dibiarkan berlarut-larut, maka generasi yang akan datang, menerima resiko kehidupan yang rawan bencana
lantaran kerusakan lingkungan dapat memicu terjadinya bencana, seperti longsor, banjir, pencemaran
akibat limbah, dan seterusnya.
2. Kedua, penjabaran sila-sila Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dapat menjadi sarana untuk
mengontrol dan mengendalikan kemajuan iptek yang berpengaruh pada cara berpikir dan bertindak
masyarakat yang cenderung pragmatis. Artinya, penggunaan benda-benda teknologi dalam kehidupan
masyarakat Indonesia dewasa ini telah menggantikan peran nilainilai luhur yang diyakini dapat
menciptakan kepribadian manusia Indonesia yang memiliki sifat sosial, humanis, dan religius. Selain itu, sifat
tersebut kini sudah mulai tergerus dan digantikan sifat individualistis, dehumanis, pragmatis, bahkan
cenderung sekuler.
3. Ketiga, nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi simbol kehidupan di berbagai daerah mulai digantikan dengan
gaya hidup global, seperti: budaya gotong royong digantikan dengan individualis yang tidak patuh
membayar pajak dan hanya menjadi free rider di negara ini, sikap bersahaja digantikan dengan gaya hidup
bermewah-mewah, konsumerisme; solidaritas sosial digantikan dengan semangat individualistis;
musyawarah untuk mufakat digantikan dengan voting, dan seterusnya.
7. C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis
tentang Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu di Indonesia
8. 1. SUMBER HISTORIS PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN
ILMU DI INDONESIA
Sumber historis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia dapat ditelusuri
pada awalnya dalam dokumen negara, yaitu Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada
Alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Kata mencerdaskan kehidupan bangsa mengacu pada
pengembangan iptek melalui pendidikan. Amanat dalam Pembukaan UUD 1945 yang terkait
dengan mencerdaskan kehidupan bangsa itu haruslah berdasar pada nilai-nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa, dan seterusnya, yakni Pancasila.
9. Penjabaran sila-sila Pancasila ke dalam sistem etika ilmiah dikemukakan Jacob sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, melengkapi ilmu pengetahuan dengan menciptakan perimbangan antara yang
irasional dan rasional, antara rasa dan akal. Sila pertama ini, menempatkan manusia dalam alam semesta
sebagai bagiannya, bukan sebagai pusat dan tujuan, serta menuntut tanggung jawab sosial dan
intergenerasional dari ilmuwan dan teknologi.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberi arah dan mengendalikan ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu untuk kemanusiaan.
3. Sila Persatuan Indonesia, melengkapi universalisme dan internasionalisme dalam sila-sila yang lain sehingga
supra-sistem tidak mengabaikan sistem dan subsistem di bawahnya. Aspek universal dan lokal harus dapat
hidup secara harmonis dengan tidak saling merugikan.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, mengimbangi
autodinamika iptek, serta mencegah teknologi berevolusi sendiri dengan leluasa. Percobaan, penerapan, dan
penyebaran ilmu pengetahuan harus mencerminkan semangat demokratis dan perwakilan rakyat harus dapat
memusyawarahkannya sejak dari kebijakan penelitian sampai ke penerapan massal hasil-hasilnya.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,menekankan ketiga keadilan Aristoteles (distributif, legalis,
dan komutatif) dalam pengembangan, pengajaran, penerapan iptek. Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan
antara individu dan masyarakat.
10. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dalam tafsir Koentowijoyo
diletakkan sebagai kekuatan normatif humanisasi yang melawan kekuatan
kecenderungan naturalisasi manusia, mekanisasi manusia, dan kesadaran teknik.
Pancasila sebagai kerangka kesadaran normatif humanisasi dapat merupakan
dorongan ke arah dua hal penting:
1. Pertama, universalisasi, yaitu melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan
dengan struktur, terutama penggunaan simbol untuk kepentingan sebuah
kelas sosial, baik yang datang dari kubu pasar bebas maupun dari negara
perencana.
2. Kedua, transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia,
kebebasan spiritual untuk melawan dehumanisasi dan subhumanisasi manusia
yang datang dari teknologi dan ilmu pengetahuan (Koentowijoyo, 1987: 101).
11. Prof. Dr. M. Sastrapratedja dalam artikelnya yang berjudul, Pancasila sebagai Orientasi
Pembangunan Bangsa dan Pengembangan Etika Ilmu Pengetahuan menegaskan ada dua peran
Pancasila dalam pengembangan iptek
Pancasila dalam
pengembangan iptek
Pertama, Pancasila merupakan
landasan dari kebijakan
pengembangan ilmu
pengetahuan
Kedua, Pancasila sebagai
landasan dari etika ilmu
pengetahuan dan teknologi
12. Hal pertama yang terkait dengan kedudukan Pancasila sebagai landasan kebijakan
pengembangan ilmu pengetahuan mencakup lima hal sebagai berikut.
1. Pertama, bahwa pengembangan ilmu pengetahuan harus menghormati keyakinan religius
masyarakat karena dapat saja penemuan ilmu yang tidak sejalan dengan keyakinan religious,
tetapi tidak harus dipertentangkan karena keduanya mempunyai logika sendiri.
2. Kedua, ilmu pengetahuan ditujukan bagi pengembangan kemanusiaan dan dituntun oleh nilai-
nilai etis yang berdasarkan kemanusiaan.
3. Ketiga, iptek merupakan unsur yang menghomogenisasikan budaya sehingga merupakan
unsur yang mempersatukan dan memungkinkan komunikasi antarmasyarakat. Membangun
penguasaan iptek melalui sistem pendidikan merupakan sarana memperkokoh kesatuan dan
membangun identitas nasional.
4. Keempat, prinsip demokrasi akan menuntut bahwa penguasaan iptek harus merata ke semua
masyarakat karena pendidikan merupakan tuntutan seluruh masyarakat.
5. Kelima, kesenjangan dalam penguasaan iptek harus dipersempit terus menerus sehingga
semakin merata, sebagai konsekuensi prinsip keadilan sosial (Sastrapratedja, 2006: 52--53).
13. Hal kedua yang meletakkan Pancasila sebagai landasan etika pengembangan iptek dapat dirinci
sebagai berikut.
1. Pengembangan iptek terlebih yang menyangkut manusia haruslah selalu menghormati
martabat manusia, misalnya dalam rekayasa genetik.
2. Iptek haruslah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik sekarang maupun di masa depan.
3. Pengembangan iptek hendaknya membantu pemekaran komunitas manusia, baik lokal,
nasional maupun global .
4. Iptek harus terbuka untuk masyarakat; lebih-lebih yang memiliki dampak langsung kepada
kondisi hidup masyarakat.
5. Iptek hendaknya membantu penciptaan masyarakat yang semakin lebih adil (Sastrapratedja,
2006: 53).
14. Mubyarto menjelaskan ada lima ciri ekonomi Pancasila, yaitu:
1. Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral
2. Kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah kemerataan sosial
(egalitarianism)
3. Prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional yang
tangguh yang berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi
4. Koperasi merupakan saka guru perekonomian dan merupakan bentuk paling
konkret dari usaha bersama
5. Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat nasional
dan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi untuk menjamin
keadilan sosial (Nugroho, tt: 9).
15. 2. SUMBER SOSIOLOGIS PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI
PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA
Sumber sosiologis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dapat
ditemukan pada sikap masyarakat yang sangat memperhatikan dimensi
ketuhanan dan kemanusiaan sehingga manakala iptek tidak sejalan dengan nilai
ketuhanan dan kemanusiaan, biasanya terjadi penolakan. Contohnya, penolakan
masyarakat atas rencana pembangunan pusat pembangkit listrik tenaga nuklir di
semenanjung Muria beberapa tahun yang lalu. Penolakan masyarakat terhadap
PLTN di semenanjung Muria didasarkan pada kekhawatiran atas kemungkinan
kebocoran Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Chernobyl Rusia beberapa
tahun yang lalu.
16. 3. SUMBER POLITIS PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI
PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA
Sumber politis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia dapat dirunut ke dalam
berbagai kebijakan yang dilakukan oleh para penyelenggara negara. Dokumen pada masa Orde Lama
yang meletakkan Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan atau orientasi ilmu, antara lain dapat
dilihat dari pidato Soekarno ketika menerima gelar Doctor Honoris Causa di UGM pada 19
September 1951, mengungkapkan hal sebagai berikut:
Bagi saya, ilmu pengetahuan hanyalah berharga penuh jika ia dipergunakan untuk mengabdi kepada
praktik hidup manusia, atau praktiknya bangsa, atau praktiknya hidup dunia kemanusiaan. Memang
sejak muda, saya ingin mengabdi kepada praktik hidup manusia, bangsa, dan dunia kemanusiaan itu.
Itulah sebabnya saya selalu mencoba menghubungkan ilmu dengan amal, menghubungkan
pengetahuan dengan perbuatan sehingga pengetahuan ialah untuk perbuatan, dan perbuatan
dipimpin oleh pengetahuan. Ilmu dan amal harus wahyu-mewahyui satu sama lain. Buatlah ilmu
berdwitunggal dengan amal. Malahan, angkatlah derajat kemahasiswaanmu itu kepada derajat
mahasiswa patriot yang sekarang mencari ilmu, untuk kemudian beramal terus menerus di wajah ibu
pertiwi (Ketut, 2011).
17. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pada zaman Orde Lama belum
secara eksplisit dikemukakan, tetapi oleh Soekarno dikaitkan langsung dengan
dimensi kemanusiaan dan hubungan antara ilmu dan amal. Selanjutnya, pidato
Soekarno pada Akademi Pembangunan Nasional di Yogyakarta, 18 Maret 1962,
mengatakan hal sebagai berikut:
Ilmu pengetahuan itu adalah malahan suatu syarat mutlak pula, tetapi kataku tadi,
lebih daripada itu, dus lebih mutlak daripada itu adalah suatu hal lain, satu dasar. Dan
yang dimaksud dengan perkataan dasar, yaitu karakter. Karakter adalah lebih penting
daripada ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tetap adalah suatu syarat mutlak
Tanpa karakter yang gilang gemilang, orang tidak dapat membantu kepada
pembangunan nasional, oleh karena itu pembangunan nasional itu sebenranya adalah
suatu hal yang berlangit sangat tinggi, dan berakar amat dalam sekali. Berakar amat
dalam sekali, oleh karena akarnya itu harus sampai kepada inti-inti daripada segenap
cita-cita dan perasaan-perasaan dan gandrungan-gandrungan rakyat (Soekarno,
1962)
18. Pada zaman Orde Baru, Presiden Soeharto menyinggung masalah Pancasila sebagai
dasar nilai pengembangan ilmu ketika memberikan sambutan pada Kongres
Pengetahuan Nasional IV, 18 September 1986 di Jakarta sebagai berikut:
Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diabdikan kepada manusia dan kemanusiaan,
harus dapat memberi jalan bagi peningkatan martabat manusia dan kemanusiaan.
Dalam ruang lingkup nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi yang ingin kita kuasai
dan perlu kita kembangkan haruslah ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa
memberi dukungan kepada kemajuan pembangunan nasional kita. Betapapun
besarnya kemampuan ilmiah dan teknologi kita dan betapapun suatu karya ilmiah
kita mendapat tempat terhormat pada tingkat dunia, tetapi apabila kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu tidak dapat membantu memecahkan masalahmasalah
pembangunan kita, maka jelas hal itu merupakan kepincangan, bahkan suatu
kekurangan dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan dan teknologi (Soeharto,
1986: 4).
19. Pada era Reformasi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutan pada acara silaturrahim
dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan masyarakat ilmiah, 20 Januari 2010 di
Serpong. SBY menegaskan sebagai berikut:
Setiap negara mempunyai sistem inovasi nasional dengan corak yang berbeda dan khas, yang sesuai
dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Saya berpendapat, di Indonesia, kita juga harus
mengembangkan sistem inovasi nasional, yang didasarkan pada suatu kemitraan antara pemerintah,
komunitas ilmuwan dan swasta, dan dengan berkolaborasi dengan dunia internasional. Oleh karena
itu, berkaitan dengan pandangan ini dalam waktu dekat saya akan membentuk komite inovasi
nasional, yang langsung bertanggungjawab kepada presiden, untuk ikut memastikan bahwa sistem
inovasi nasional dapat berkembang dan berjalan dengan baik. Semua ini penting kalau kita sungguh
ingin Indonesia menjadi knowledge society. Strategi yang kita tempuh untuk menjadi negara maju,
developed country, adalah dengan memadukan pendekatan sumber daya alam, iptek, dan budaya atau
knowledge based, Resource based and culture based development (Yudhoyono, 2010).
20. Habibie dalam pidato 1 Juni 2011 menegaskan bahwa penjabaran
Pancasila sebagai dasar nilai dalam berbagai kebijakan penyelenggaraan
negara merupakan suatu upaya untuk mengaktualisasikan Pancasila
dalam kehidupan (Habibie, 2011: 6).
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan isi pidato para penyelenggara negara tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa sumber politis dari Pancasila sebagai
dasar nilai pengembangan iptek lebih bersifat apologis karena hanya
memberikan dorongan kepada kaum intelektual untuk menjabarkan
nilai-nilai Pancasila lebih lanjut.
21. D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan
Tantangan Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu
22. 1. ARGUMEN TENTANG DINAMIKA PANCASILA SEBAGAI DASAR
PENGEMBANGAN ILMU
Pancasila sebagai pengembangan ilmu belum dibicarakan secara
eksplisit oleh para penyelenggara negara sejak Orde Lama sampai
era Reformasi. Para penyelenggara negara pada umumnya hanya
menyinggung masalah pentingnya keterkaitan antara pengembangan
ilmu dan dimensi kemanusiaan (humanism).
23. 2. ARGUMEN TENTANG TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI DASAR
PENGEMBANGAN ILMU
Ada beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai dasar pengembangan iptek di Indonesia:
a. Kapitalisme yang sebagai menguasai perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Akibatnya, ruang bagi
penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu menjadi terbatas. Upaya bagi
pengembangan sistem ekonomi Pancasila yang pernah dirintis Prof. Mubyarto pada 1980-an belum
menemukan wujud nyata yang dapat diandalkan untuk menangkal dan menyaingi sistem ekonomi yang
berorientasi pada pemilik modal besar.
b. Globalisasi yang menyebabkan lemahnya daya saing bangsa Indonesia dalam pengembangan iptek
sehingga Indonesia lebih berkedudukan sebagai konsumen daripada produsen dibandingkan dengan
negaranegara lain.
c. Konsumerisme menyebabkan negara Indonesia menjadi pasar bagi produk teknologi negara lain yang
lebih maju ipteknya. Pancasila sebagai pengembangan ilmu baru pada taraf wacana yang belum berada
pada tingkat aplikasi kebijakan negara.
d. Pragmatisme yang berorientasi pada tiga ciri, yaitu: workability (keberhasilan), satisfaction (kepuasan),
dan result (hasil) (Titus, dkk., 1984) mewarnai perilaku kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.
24. E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila
sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu untuk Masa
Depan
25. 1. ESENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN
ILMU
Hakikat Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dikemukakan Prof. Wahyudi Sediawan
dalam Simposium dan sarasehan Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan
Bangsa, sebagai berikut:
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan kesadaran bahwa manusia hidup di dunia
ibarat sedang menempuh ujian dan hasil ujian akan menentukan kehidupannya yang abadi di
akhirat nanti. Salah satu ujiannya adalah manusia diperintahkan melakukan perbuatan untuk
kebaikan, bukan untuk membuat kerusakan di bumi. Tuntunan sikap pada kode etik ilmiah dan
keinsinyuran, seperti: menjunjung tinggi keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat;
berperilaku terhormat, bertanggung jawab, etis dan taat aturan untuk meningkatkan kehormatan,
reputasi dan kemanfaatan professional, dan lain-lain, adalah suatu manifestasi perbuatan untuk
kebaikan tersebut. Ilmuwan yang mengamalkan kompetensi teknik yangdimiliki dengan baik sesuai
dengan tuntunan sikap tersebut berarti menyukuri anugrah Tuhan (Wahyudi, 2006: 61--62).
26. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan arahan, baik bersifat universal
maupun khas terhadap ilmuwan dan ahli teknik di Indonesia. Asas kemanusiaan atau humanisme
menghendaki agar perlakuan terhadap manusia harus sesuai dengan kodratnya sebagai manusia,
yaitu memiliki keinginan, seperti kecukupan materi, bersosialisasi, eksistensinya dihargai,
mengeluarkan pendapat, berperan nyata dalam lingkungannya, bekerja sesuai kemampuannya yang
tertinggi (Wahyudi, 2006: 65). Hakikat kodrat manusia yang bersifat mono-pluralis, sebagaimana
dikemukakan Notonagoro, yaitu terdiri atas jiwa dan raga (susunan kodrat), makhluk individun dan
sosial (sifat kodrat), dan makhluk Tuhan dan otonom (kedudukan kodrat) memerlukan
keseimbangan agar dapat menyempurnakan kualitas kemanusiaannya.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia memberikan landasan esensial bagi kelangsungan Negara
Kesatauan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itu, ilmuwan dan ahli teknik Indonesia perlu
menjunjung tinggi asas Persatuan Indonesia ini dalam tugas-tugas profesionalnya. Kerja sama yang
sinergis antarindividu dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing akan menghasilkan
produktivitas yang lebih tinggi daripada penjumlahan produktivitas individunya (Wahyudi, 2006:
66).
27. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan memberikan arahan asa kerakyatan, yang mengandung arti
bahwa pembentukan negara republik Indonesia ini adalah oleh dan untuk semua rakyat
Indonesia. Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap negara.
Demikian pula halnya dengan ilmuwan dan ahli teknik wajib memberikan kontribusi sebasar-
besarnya sesuai kemampuan untuk kemajuan negara.
Sila keempat ini juga memberi arahan dalam manajemen keputusan, baik pada tingkat nasional,
regional maupun lingkup yang lebih sempit (Wahtudi, 2006: 68). Manajemen keputusan yang
dilandasi semangat musyawarah akan mendatangkan hasil yang lebih baik karena dapat
melibatkan semua pihak dengan penuh kerelaan.
Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memberikan arahan agar selalu
diusahakan tidak terjadinya jurang (gap) kesejahteraan di antara bangsa Indonesia. Ilmuwan dan
ahli teknik yang mengelola industri perlu selalu mengembangkan sistem yang memajukan
perusahaan, sekaligus menjamin kesejahteraan karyawan (Wahyudi, 2006: 69).
28. 2. URGENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU
Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Perkembangan ilmu dan teknologi di Indonesia dewasa ini tidak berakar pada nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga ilmu pengetahuan yang dikembangkan di Indonesia
sepenuhnya berorientasi pada Barat (western oriented).
b. Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia lebih berorientasi pada kebutuhan pasar
sehingga prodi-prodi yang laku keras di perguruan tinggi Indonesia adalah prodi-prodi yang
terserap oleh pasar (dunia industri).
c. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia belum melibatkan masyarakat
luas sehingga hanya menyejahterakan kelompok elite yang mengembangkan ilmu (scientist
oriented).
29. REFERENSI
Ristekdikti. Cetakan I (2016) Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan
Tinggi
/mobile/ditarahmawati5/10-pancasila-
nilai-pengembangan-ilmu