�ݺ�ߣ

MERDEKA BELAJAR DENGAN PODCASTING: URUN IDE UNTUK BPMRPK
Uwes Anis Chaeruman, DI Yogyakarta, 17 Februari 2020
Dari Podcast ke Vodcast untuk Pembelajaran
Podcast adalah istilah yang sangat populer dewasa ini, khususnya bagi kalangan anak muda.
Melalui podcast, anak muda zaman now dapat menikmati siaran radio tanpa harus “live”,
kapan saja dan di mana saja menggunakan suatu alat, awalnya ipod yang ditawarkan oleh
Apple/Mac. Namun demikian podcast dewasa ini dapat dinikmati melalui berbagai media
player, termasuk desktop computer karena podcast sdh terhubung dengan internet (web).
Kelebihan podcast adalah on demand dan tidak terikat olwh waktu (asynchronous).
Umumnya, podcasting lebih banyak digunakan sebagai fungsi hiburan, lebih khusus
mendengarkan music. Namun, BPMRPK memanfaatkannya sebagai fungsi pendidikan. Hal
ini merupakan suatu breakthrough, terobosan pemanfaatan fungsi podcasting untuk
pendidikan.
Khabar gembira. Dalamperkembangan selanjutnya bukan hanya radio streaming yang dapat
disalurkan melalui podcasting. Tapi, videostreamingpun dapat disalurkan dengan cara yang
sama dan dikenal dengan istilah vodcasting, lebih popular dikenal dengan istilah “vlogging”.
Baik podcast maupun vodcasting menurut hemat saya dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan, lebih khusus diintegrasikan oleh guru di kelas sebagai bagian dari proses
pembelajaran (instruction).
Tantangan Menjadikan Media Podcast sebagai Reusable Learning Object
Learning object, secara sederhana dapat dikatakan sebagai media digital. Artinya segala
bentuk media (teks, audio, video, audio-visual, animasi, simulasi, dll) dikemas sedemikian
rupa dan disajikan dalambentuk digital, disebut dengan learning object. Kebetulan, sesuai
dengan tugas dan fungsinya, learning object yang dikembangkan oleh BPMRPK adalah
media audio/radio. Reusable learning object adalah derajat kemungkinan suatu learning
suatu object dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, siaran
streaming radio dalam bentuk drama tentang Si Kancil, direkam dan dijadikan sebagai
podcast oleh BPMRPK. Drama Si Kancil, didedikasikan untuk mata pelajaran Bahasa
Indionesia atau untuk pembelajaran anak TK. Namun, dalam pelaksanaanya di kelas, drama
Si Kancil tersebut dapat digunakan oleh Guru untuk salah satu topik tertentu mata pelajaran
Agama atau PKN. Dengan demikian, drama Si Kancil tersebut memiliki tingkat “reusability”
yang cukup besar. Oleh karena itu, sebagai urun ide untuk BPMRPK, agar LO yang disalurkan
melalui podcasting dapat memiliki tiungkat reusablitas tinggi, maka dipelrukan beberapa hal
sebagai berikut:
 Memenggal menggal (chunking) setiap media radio/audio tsbt kedalam penggalan
penggalan pendek. Bisa saja didasarkan atas topik tertentu, tema tertentu, dll.
 Dalampanduan pemanfaatan, BPMRPK dapat menyarankan bahwa media tersebut
dapat digunakan untuk mata pelajaran x, y dan tema A, B, C, dan lain-lain
sebagainya.
 Tapi, BPMRPK, ketika awal membuat media podcast tersebut, harus jelas
didedikasikan untuk apa. Misal untuk mendukung pendidikan karakter, dimana
karakter yang akan dikembangkan adalah A, B, C dan D.

Pemanfaatan Podcast BPMRPK di Sekolah
Mengacu pada penjelasan di atas, maka pemanfaatan Podcast BPMRPK di sekolah dapat
dilakuan dalam beberapa scenario sebagai berikut:
 Dedicated scenario; artinya guru memanfaatkan podcast tersebut sesuai dengan
khittah awal (rencana awal) yang didesain dan dikembangkan oleh BPMRPK. Artinya,
jika media Si Kancil, awalnya didedikasikan untuk pembelajaran mata peljaran X di
kelas Y, maka manfaatkan seperti tersebut, sesuai dengan jukfat yang dibuat oleh
BPMRPK.
 Elective Scenario; artinya guru dapat memanfaatkan podcast tersebut sesuai dengan
kebutuhan guru.
 Self-directed scenario; artinya, guru menugaskan kepada siswa untuk memilih salah
satu podcast (memilih, bukan sdh ditentukan oleh guru) dan sebagai bagian dari
tugas yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Misal, dalammata pelajaran B.
Indonesia, guru meminta siswa untuk memilih satu dari 5 opsi podcast punya
BPMRPK. Setelah itu, siswa diminta untuk membuat suatu narasi tentang isi dari
podcast tersebut. Diberikan lima opsi podcast, siswa diminta memilih salah satu,
kemudian diminta menceritakan salah satu nilai/norma dan dikatikan dengan
sesuatu yang pernah dialami di rumah (PKn).
 Self-made scenario; sama seperti self directed scenario. Tapi, ketika siswa
menceritakan salah satu nilai dan pengalaman yang dirasakan di rumah atau
lingkungan, atau guru menjelaskan, peristiwa tersebut direkam dan dijadikan
sebagai podcast/vodcast/vlogging sendiri diupload di website sekolah. Scenario
keempat ini yang lebih baik, menurut saya.
Penerapan keempat scenario tersebut, sebaiknya didokumentasikan dalam bentuk
video, diteliti dan disebarluaskan sebagai contoh best practice melalui saluran daring
tertentu.
Jika hal ini diterapkan, terutama skeanrio 3 dan 4, maka, sedikitnya kita telah
menerapkan konsep MERDEKA BELAJAR.
Terima kasih.

�ݺ�ߣ

MERDEKA BELAJAR DENGAN PODCASTING

Recommended

More Related Content

Similar to MERDEKA BELAJAR DENGAN PODCASTING (16)

More from Uwes Chaeruman (20)

Recently uploaded (20)

MERDEKA BELAJAR DENGAN PODCASTING