Makalah ini membahas tentang modifikasi kimia lignin menuju polymer biobased. Lignin merupakan salah satu komponen penting dalam kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan polymer biobased. Polymer biobased dapat digunakan sebagai pengganti plastik sebagai kemasan yang ramah lingkungan. Makalah ini juga membahas tentang pengertian lignin dan polymer biobased, sumber lignin, serta potensi lignin sebagai bahan baku industri
1 of 11
Downloaded 39 times
More Related Content
Modifikasi Kimia Lignin Menuju Polimer Biobased
1. MAKALAH OPINI DAN ANALISIS
MODIFIKASI KIMIA LIGNIN MENUJU POLYMER BIOBASED
Disusun oleh:
M. FAHRUDI HARTANTO 155100300111016
RIYADLOTUL ULA 155100300111018
AHMAD SULTONUL FIKRI 155100300111019
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat, taufik dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah opini dan analisis Modifikasi
Kimia Lignin Menuju Polymer Biobased ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Kami berterima kasih kepada Ibu Ir. Maimunah Hindun Pulungan, MS sebagai
dosen pengampu mata kuliah Pengetahuan Bahan Agroindustri Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya.
Kami sangat berharap makalah ini berguna dan bermanfaat dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai proses dan pengertian Biobased dari lignin. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami mengharap kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah yang kami susun dapat berguna bagi diri sendiri dan orang lain yang
membacanya. Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Malang, 14 Maret 2016
Tim Penyusun
3. 3
DAFTAR ISI
SAMPUL i
KATA PENGANTAR.... 2
DAFTAR ISI... 3
PEMBAHASAN
1. Pengertian Lignin dan Polimer Biobased... 4
2. Penghasil Lignin dalam industry Biobased. 6
3. Ketersediaan Lignin di Dunia..... 7
PENUTUP
1. KESIMPULAN... 9
2. SARAN 10
4. 4
PEMBAHASAN
1. Pengertian Lignin dan Polimer Biobased
Kayu terdiri atas berbagai komponen penting seperti senyawa ekstraktif,
karbohidrat dan lignin. Lignin berasal dari bahasa latin yaitu lignum yang berarti kayu.
Lignin adalah senyawa polimer yang banyak dan penting dalam dunia tumbuhan selain
selulosa dan merupakan polimer tiga dimensi yang terdiri dari unit fenil propana yang
diikat dengan C-O-C dan C-C. Polimer lignin tidak dapat dikonversi ke monomernya
tanpa mengalami perubahan pada bentuk dasarnya. Lignin bersifat tahan terhadap
hidrolisa disebabkan oleh adanya ikatan arilalkil dan ikatan eter. Pada suhu tinggi, lignin
dapat mengalami perubahan struktur dengan membentuk asam format, metanol, asam
asetat, aseton, vanilin dan lain-lain, sedangkan bagian lainnya mengalami kondensasi
(Ariani, 2007).
Lignin mengisi ruang di dinding sel antara komponen selulosa, hemiseluosa dan
pektin terutama di tracheid dan sel-sel xylem clereid, sehingga lignin berperan penting
dalam sistem penyaluran air dan nutrisi pada sebuah tanaman. Pada batang tumbuhan,
lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya sehingga suatu
pohon bisa berdiri tegak (seperti semen yang mengikat beton)
Lignin merupakan polimer amorf dimana struktur kimianya sangat berbeda dengan
selulosa dan hemiselulosa. Lignin merupakan polimer amorf dengan struktur kimia yang
berbeda dari selulosa dan hemiselulosa. Kadar lignin ditentukan oleh jenis kayu, semakin
tinggi kadar lignin, semakin baik untuk bahan baku pulp. Seperti halnya selulosa,
5. 5
kandungan lignin dalam kayu juga dapat digunakan untuk memprediksi sifat pulp yang
dihasilkan (Casey, 1980).
Polimer biobased adalah ikatan polimer yang memiliki sifat hidrofilik dan dalam
kenyataan di industry sering menggantikan penggunaan bahan plastic sebagai kemasan.
Polimer biobased merupakan polisakaridaa yang berasal dari pati, alginat, selulosa,
kitosan, karagenan atau pektin yang memenuhi syarat untuk menjadi pengemas.
Pengemas jenis ini dapat membeentuk ikatan polimer yang menunjukkan sifat
pereabilitas gas yang sangat baik sehingga bisa memodifikasi atmosfer yang berguna
untuk memperpanjang umur simpan produk tanpa menciptakan kondisi anaerobik
(Baldwin et al, 1995). Selain itu, kemasan dari polisakarida dapat digunakan untuk
memperpanjang umur simpan dari makanan dengan mencegah dehidrasi, ketengikan
oksidatif, dan pencoklatan. Namun, karena sifatnya yang hidrofilik, kemasan ini memiliki
kekurangan dalam ketahanan terhadap uap air.
Pengemas dengan bahan biodegradable terus dikembangkan dengan cara
mengombinasikan berbagai polimer dan zat organik sehingga sifat yang dihasilkan lebih
baik. Pengunaan bahan-bahan organik tersebut menjadikan pengemas yang dihasilkan
berorientasikan bahan natural atau biobased. Dua atau lebih material dapat
dikombinasikan untuk meningkatkan karakteristik pertukaran udara, kontaknya pengemas
dengan produk, ataupun permeabilitas kelembaban dan uap air. Pengemas biodegradable
ini umumnya berupa film yang kemudian digunakan sebagai pembungkus produk.
Film komposit terdiri dari lipid dan campuran antara protein ataupun polisakarida
dengan memanfaatkan kelebihan masing-masing komponen penyusun. Untuk
mendapatkan manfaat tersebut maka film yang dibuat bisa diaplikasikan dalam bentuk
emulsi ataupun film bilayer. Plasticizer dapat dijadikan bahan tambahan untuk
memodifikasi karakteristik mekanis film yang dihasilkan. Contoh kombinasi yang dapat
dihasilkan yaitu campuran antara minyak sayur, gliserin, asam sitrat, dan antioksidan
yang dapat mencegah ketengikan produk. Hal tersebut dapat terjadi karena film komposit
tersebut berperan sebagai pertahanan terhadap kelembaban udara, memperketat transfer
oksigen, dan pembawa antioksidan ke seluruh bagian produk.
Contoh lain dari film komposit adalah nanokomposit yang berasal dari pati yang
dicampur dengan silikat. Avella (2005) menyatakan bahwa pembuatan tersebut dilakukan
6. 6
dengan mendispersikan lapisan silikat fungsional ke dalam pati termoplastik melalui
teknik proses polimer leleh (polymer melt processing technique).
Bahan yang digunakan untuk membuat film nanokomposit tersebut dicampur
menggunakan ekstruder sehingga dihasilkan granula-granula yang kecil. Granula tersebut
kemudian dijadikan film dengan polymer melt processing technique. Film yang
dihasilkan memiliki karakteristik fisik yang beragam tergantung dari perbandingan
komposisi penyusun pengemas. Selain itu film nanokomposit tersebut memiliki
kemampuan migrasi yang rendah sehingga bisa melindungi produk pangan dari
kontaminasi logam dan air.
2. Penghasil Lignin dalam industry Biobased
Gugus fungsi sangat mempengaruhi reaktivitas lignin. Teknik-teknik analisis
modern telah banyak dikembangkan untuk mengidentifikasi gugus fungsi lignin
terutama spektroskopi (UV, IR, 1
H NMR dan 13
C NMR). Sjostrom (1995) menyatakan
bahwa perkusor-perkusor polimer lignin mengandung gugus-gugus metoksil yang
karaktersitik dan beberapa gugus aldehida ujung dalam rantai samping. Hanya relatif
sedikit gugus hidroksil fenolik yang bebas, yakni yang berikatan dengan unit-unit fenil
propana yang berdekatan. Terutama unit-unit siringil dalam lignin kayu keras
teresterifikasi secara ekstensif.
Disamping gugus-gugus tersebut, gugus-gugus hidroksil alkohol dan gugus-
gugus karbonil dimasukkan kedalam polimer akhir selama proses polimerisasi
dehidrogenatif. Dalam beberapa spesies kayu cukup banyak gugus hidroksil alkohol
teresterifikasi dengan asam p-hidroksibenzoat atau asam p-hidroksisinamat. Ester-
ester dari asam p-hidroksibenzoat adalah khas dalam lignin aspen, sedangkan ester-
ester dalam asam p-hidroksisinamat terdapat dalam lignin bambu dan rumput. Asam-
asam tersebut lebih suka membentuk ester-ester dengan gugus 粒-hidroksil dalam rantai
samping lignin.
7. 7
Tabel 2.2. Gugus-gugus Fungsi Lignin (setiap 100 unit C6C3)
(Sumber : Sjostrom, 1995)
Gugus
Lignin
Kayu Lunak
Lignin
Kayu Keras
Metoksil 92-97 139-158
Hidroksil Fenol 15-30 10-15
Benzil alcohol 30-40 50-50
Karbonil 10-15 -
Menurut Fengel dan Wegener (1995) struktur molekul lignin sangat berbeda bila
dibandingkan dengan polisakarida karena terdiri atas sistem aromatik yang tersusun atas
unit-unit fenil propana. Selama perkembangan sel, lignin dimasukkan sebagai
komponen terakhir dalam dinding sel, menembus diantara fibril-fibril sehingga
memperkuat dinding sel. p-koumaril alkohol, koniferil alkohol dan sinapil alkohol
merupakan senyawa induk (prekursor) primer seperti pada gambar 2.2 dan prekursor
tersebut merupakan unit pembentuk lignin.
3. Ketersediaan Lignin di Dunia
Ketersediaan lignin dapatdiatakan sangat merata, setiap tanaman dengan kayu
lunak maupun kayu keras memiliki kandungan lignin yang dapat dimanfaatkan.
Lignin merupakan produk massa tumbuh-tumbuhan yang secara biologis paling
lambat dirusak. Dengan demikian, lignin merupakan sumber utarna bahan organik
yang larnbat dirusak oleh asam-asam fuminat yang terdapat di dalam. tanah. Lignin.
memiliki spektrum serapan absorpsi ultraviolet (UV) yang khas dan memberikan
reaksi warna yang khas dengan banyak fenol dan amino aromatik (Fengel, D. and
Wegener, G., 1995). Kadar kandungan lignin pada tumbuhan sangat bervariasi. Pada
spesies kayu kandungan lignin berkisar antara. 20-40%. Apabila dipanaskan dengan
Ca-bisulfit dalam NaOH dengan suatu. tekanan tinggi, maka lignin ini akan larut dan
tertinggal hanya selulosanya saja.
Lignin terbagi atas 2 kelas menurut unsur strukturnya yaitu lignin guaiasil dan
lignin guaiasil-siringil. Lignin guaiasil terdapat pada kayu jarum dengan prekursor
8. 8
koniferil alkohol, sedangkan lignin guaiasil-siringil terdapat pada kayu berdaun lebar
dengan prekursor koniferil alkohol dan sinapil alkohol (Achmadi, 1990). Dalam
tumbuhan berkayu, kandungan lignin bervariasi antar jenis kayu dan antar kelompok
kayu daun jarum dan kayu daun lebar. Konsentrasi lignin tertinggi terdapat pada lamela
tengah dan dengan konsentrasi yang lebih rendah terdapat dalam dinding sekunder sel
serat. Akan tetapi, oleh karena tebalnya dinding sekunder, paling sedikit 70% lignin
kayu terdapat dalam dinding sekunder (Sjostrom, 1995).
Kayu daun jarum (gymnospermae), kayu daun lebar (dikotil, angiospermae) dan
rerumputan (monokotil, angiospermae) berbeda dalam hal kandungan unit-unit guaiasil,
siringil, dan p-hidroksifenil (Fengel & Wegener 1984). Kayu daun jarum yang
termasuk gymnospermae mengandung terutama lignin guaiasil, dan sedikit unit p-
hidroksifenil. Sementara itu, kayu daun lebar dari kelompok angiospermae memiliki
tipe lignin guaisil-siringil yang mengandung unit siringil sebagai tambahan dari unit
guaiasil dan p-hidroksifenil. Lignin guaiasil terutama merupakan polimer koniferil
alkohol sedangkan lignin guaiasil-siringil tersusun dari guaiasil dan siringil dengan
perbandingan tertentu, di samping sejumlah kecil unit p-hidroksifenil. Variabilitas
komposisi lignin jauh lebih besar pada jenis kayu daun lebar dibandingkan dengan jenis
kayu daun jarum.
Menurut Fengel dan Wengener (1995) di dalam kayu, kandungan lignin berkisar
antara 20-40%. Kayu lunak normal (softwood) mengandung 26-32% lignin, sedangkan
kandungan lignin kayu keras (hardwood) adalah 35-40%.
Tabel 2.1. Kadar Lignin (Metode Klason) dari Berbagai Bahan Baku
(Sumber : Ariani, 2007)
No. Bahan Baku Kadar Lignin (%)
1 Eceng Gondok 15,90
2 Damen Giling 25,48
3 Bambu Beru 20,78
4 Pinus Merkuri 24,35
5 Eucalyptus 27,36
9. 9
PENUTUP
1. Kesimpulan
Lignin merupakan salah satu kandungan dari sel tumbuhan yang memiliki
tekstur yang kasat/ serat. Lignin terbentuk dari proses fotosintesis tumbuhan. Lignin
memiliki fungsi yang beraneka ragam. Salah satunya adalah untuk membuat biobased.
Biobased merupakan sejenis kemasan yang terbuat dari bahan baku biologis yang
berasal dari lignin.Kegunaannya dapat terurai dengan baik oleh mikroba dibandingkan
dengan kemasan jenis lain. Biobased dapat pula didaur ulang untuk digunakan
kembali. Tanaman yang mengandung lignin antara lain adalah eceng gondok, bambu
beru, pinus merkuri, Eucalyptus (pohon kayu putih). Tumbuhan tersebut terdapat
banyak di dunia, terlebih lagi adalah eceng gondok. Pembuatan Biobased dapat
10. 10
mengurangi pencemaran lingkungan sekaligus menambah nilai guna dari enceng
gondok.
Hasil diskusi yang kelompok kami lakukan adalah memberikan tanggapan/
jawaban bahwa kami setuju dengan adanya biobased dari lignin. Kelompok kami
mengacu pada tanaman eceng gondok yang nantinya akan dijadikan bahan baku lignin
sebagai biobased. Hal ini dikarenakan tindakan tersebut dapat mengurangi
pencemaran terutama area persawahan dan sungai. Namun perlu diperhatikan pula
terkait dengan bahan baku untuk membuat biobased dari lignin ini memerlukan bahan
baku tumbuhan yang relatif jarang terdapat di dunia. Sehingga eceng gondok
merupakan solusi dan pilihan yang tepat untuk bahan bakunya. Sisanya, sampah
penggunaan biobased yang lebih mudah diuraikan dalam waktu dekat dan dapat
dilakukan daur ulang
2. Saran
Seharusnya dalam pengerjaan makalah opini ini, dibutuhkan kerjasama dalam
tim dan pembagian tugas yang merata. Pembagian tugas yang kurang merata dapat
memberatkan anggota kelompok yang lain. Dengan adanya pembagian tugas yang
merata, makalah opini ini dapat diselesaikan dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, S. S. 1990. Kimia Kayu. Departemen Pendidikan dan Kebudayan Direktorat
Jenderal pendidikan Tinggi Pusat Universitas Ilmu Hayat IPB. Bogor.
Avella, Maurizio, Jan J. De Vlieger, Maria Emanuela Errico, Sabine Fischer, Paolo
Vacca, and Maria Grazia Volpe. 2004. Biodegradable starch/clay nanocomposite
films for food packaging applications. Food Chemistry 93 (2005) 467474.
Avella, M. 2005. Eco-Challenges of bio-based polymer composites. Materials, 2, 911-
925.
Ariani, Ani, 2007. Peningkatan Berat Badan pada Bayi Prematur yang Mendapat ASI,
PASI, dan Kombinasi ASI-PASI. USUpress : Medan: Majalah kedokteran Nusantara
Volume 40 No. 2 Juni 2007.
11. 11
Baldwin, B.G., Sanderson, M.J., Porter, J.M., Wojciechowski, M.F.,Campbell, C.S.,
Donoghue, M.J., 1995. The ITS region of nuclear ribosomal DNA-A valuable
source of evidence on Angiospermphylogeny. Ann. Mo. Bot. Gard. 82, 247277.
Casey, J. P. 1980. Pulp and paper chemistry and chemical technology. Third edition, Vol.
1. A Willey-Interscience Publisher Inc., New York.
D. Fengel., G. Wenger., 1995. Kayu, Kimia Ultra Struktur Reaksi Reaksi. Gajah Mada
University Pers, Yogyakarta.
Fadhli, Hayul. 2015. Lignin. http://haiyulfadhli.blogspot.co.id/2015/11/lignin.html, diakses 17
Maret 2016.
Fengel, D. and Wegener, G (1984). Wood: Chemistry, Ultrastructure, Reactions. Walter
de Gruyter, Berlin.
Fengel, D. and G.Wegener. 1995. Kayu, Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. edisi 1,
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Ningsih, Endang Wuragil. 2008. PERTUMBUHAN, KANDUNGAN SELULOSA DAN
LIGNIN PADA RAMI (Boehmeria nivea L. Gaudich) DENGAN PEMBERIAN
ASAM GIBERELAT (GA3). Surakarta : UNS.
Pasaribu Gunawan, Bonifasius Sipayung & Gustan Pari. ANALISIS KOMPONEN
KIMIA EMPAT JENIS KAYU ASAL SUMATERA UTARA. Sumatra Utara: forda-
mof.
Ruban, S. Wilfred. 2009. Biobased Packaging - Application in Meat Industry. Veterinary
World, Vol.2(2): 79-82.
Sjostrom, S., (1995)Kimia kayu, Dasar-dasar dan Penggunaan, terjemahan Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.