Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pengkajian sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler, dan sistem lainnya yang relevan untuk mendeteksi gangguan kardiovaskuler. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dada, jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, hati, usus, dan tulang untuk menilai gejala dan tanda-tanda klinis gangguan kardiovaskuler. Output urine dan
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang tujuan dan teknik pemeriksaan fisik abdomen yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendeteksi kelainan pada organ dalam perut.
Dokumen ini membahas 12 saraf kranial dan fungsi serta cara pemeriksaannya. Saraf-saraf kranial tersebut adalah saraf olfaktori (penciuman), optikus (penglihatan), okulomotorius (gerakan mata), trochlearis (gerakan mata), trigeminus (wajah dan gigi), abdusen (deviasi mata), fasialis (ekspresi wajah), vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan), glosofaringeus (rasa), vagus
Stroke disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak yang menyebabkan kerusakan jaringan otak. Stroke dapat terjadi akibat penyumbatan atau perdarahan pembuluh darah di otak. Gejalanya bervariasi mulai dari kelumpuhan separuh tubuh hingga gangguan kognitif dan bahasa. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan CT scan atau MRI, sedangkan pengobatannya meliputi terapi fisik dan rehabilitasi.
Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial meliputi melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan berkenalan dengan perawat dan pasien lain, serta melatih keluarga untuk merawat pasien dengan membina hubungan, memberikan dukungan, dan menjadwalkan kegiatan bersama.
Multiple vehicle trauma merupakan trauma yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang melibatkan lebih dari satu kendaraan. Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan berbagai cedera seperti syok hipovolemik akibat perdarahan dan syok neurogenik yang dapat mengancam jiwa pasien. Oleh karena itu, diperlukan penatalaksanaan yang tepat untuk menyelamatkan pasien.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut berisi daftar diagnosa keperawatan NANDA (North American Nursing Diagnosis Association), NOC (Nursing Outcomes Classification), dan NIC (Nursing Interventions Classification) yang digunakan di Ruang I RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada bulan September 2008. Daftar tersebut mencakup 36 diagnosa keperawatan yang umum dijumpai beserta definisi masalah, tanda-tanda dan gejala, serta rencana intervensi keperawatan.
DIAGNOSA BANDING PENURUNAN KESADARAN MANAJEMEN
Dipresentasikan oleh Jofizal Jannis | Neurologist| National Brain Centre
pada PIT VI IDI Kota Bogor | 10 Nopember 2013
Ada 4 jenis penyuntikan obat, yaitu intramuskular, intravena, subkutan, dan intrakutan. Masing-masing jenis memiliki lokasi dan sudut penyuntikan yang berbeda-beda, sesuai dengan jaringan sasaran. Spuit dan ukuran jarum juga bervariasi tergantung jenis penyuntikan.
Dokumen tersebut menjelaskan proses penyebaran virus dengue melalui nyamuk Aedes sebagai vektor, mulai dari infeksi virus di darah hingga menimbulkan berbagai gejala klinis seperti demam, nyeri otot/sendi, perdarahan, gangguan sistem koagulasi darah, dan edema di berbagai organ.
Dokumen tersebut membahas tentang cairan tubuh, elektrolit, dan kebutuhan cairan pada berbagai kondisi seperti dehidrasi, luka bakar, dan trauma. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan komposisi dan jumlah cairan tubuh yang berbeda pada bayi, anak, dan dewasa, serta pedoman penggantian cairan dan elektrolit untuk mengatasi dehidrasi, luka bakar, dan pendarahan.
Dokumen tersebut merupakan laporan hasil penelitian tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis dan gastroenteritis. Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar gastritis, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan gastritis secara farmakologi dan non farmakologi."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Laporan pendahuluan keperawatan dasar tentang kebutuhan cairan dan elektrolit yang mencakup definisi, etiologi, tanda dan gejala, fisiologi, klasifikasi, pathway, faktor yang mempengaruhinya, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan klinis, pengkajian, diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk mengelola ketidakseimbangan elektrolit.
Perempuan berusia 50 tahun masuk rumah sakit dengan kesadaran menurun selama 2 jam. Pasien mengalami mendengkur, tidak dapat membuka mata, dan hanya bereaksi fleksi saat dirangsang. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi dan riwayat hipertensi.
Dokumen tersebut merupakan asuhan keperawatan untuk hipertensi yang mencakup pengkajian, diagnosa, dan intervensi keperawatan untuk masalah-masalah yang sering dialami pasien hipertensi seperti resiko penurunan curah jantung, nyeri akut, gangguan sirkulasi, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan kurangnya pengetahuan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep gangguan kebutuhan dasar berupa nyeri, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri
2. Ada dua jenis nyeri utama yaitu nyeri akut dan nyeri kronik, yang berbeda dalam durasi, penyebab, dan karakteristiknya
3. Banyak faktor yang dapat mempeng
Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial meliputi melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan berkenalan dengan perawat dan pasien lain, serta melatih keluarga untuk merawat pasien dengan membina hubungan, memberikan dukungan, dan menjadwalkan kegiatan bersama.
Multiple vehicle trauma merupakan trauma yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang melibatkan lebih dari satu kendaraan. Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan berbagai cedera seperti syok hipovolemik akibat perdarahan dan syok neurogenik yang dapat mengancam jiwa pasien. Oleh karena itu, diperlukan penatalaksanaan yang tepat untuk menyelamatkan pasien.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut berisi daftar diagnosa keperawatan NANDA (North American Nursing Diagnosis Association), NOC (Nursing Outcomes Classification), dan NIC (Nursing Interventions Classification) yang digunakan di Ruang I RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada bulan September 2008. Daftar tersebut mencakup 36 diagnosa keperawatan yang umum dijumpai beserta definisi masalah, tanda-tanda dan gejala, serta rencana intervensi keperawatan.
DIAGNOSA BANDING PENURUNAN KESADARAN MANAJEMEN
Dipresentasikan oleh Jofizal Jannis | Neurologist| National Brain Centre
pada PIT VI IDI Kota Bogor | 10 Nopember 2013
Ada 4 jenis penyuntikan obat, yaitu intramuskular, intravena, subkutan, dan intrakutan. Masing-masing jenis memiliki lokasi dan sudut penyuntikan yang berbeda-beda, sesuai dengan jaringan sasaran. Spuit dan ukuran jarum juga bervariasi tergantung jenis penyuntikan.
Dokumen tersebut menjelaskan proses penyebaran virus dengue melalui nyamuk Aedes sebagai vektor, mulai dari infeksi virus di darah hingga menimbulkan berbagai gejala klinis seperti demam, nyeri otot/sendi, perdarahan, gangguan sistem koagulasi darah, dan edema di berbagai organ.
Dokumen tersebut membahas tentang cairan tubuh, elektrolit, dan kebutuhan cairan pada berbagai kondisi seperti dehidrasi, luka bakar, dan trauma. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan komposisi dan jumlah cairan tubuh yang berbeda pada bayi, anak, dan dewasa, serta pedoman penggantian cairan dan elektrolit untuk mengatasi dehidrasi, luka bakar, dan pendarahan.
Dokumen tersebut merupakan laporan hasil penelitian tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis dan gastroenteritis. Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar gastritis, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan gastritis secara farmakologi dan non farmakologi."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Laporan pendahuluan keperawatan dasar tentang kebutuhan cairan dan elektrolit yang mencakup definisi, etiologi, tanda dan gejala, fisiologi, klasifikasi, pathway, faktor yang mempengaruhinya, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan klinis, pengkajian, diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk mengelola ketidakseimbangan elektrolit.
Perempuan berusia 50 tahun masuk rumah sakit dengan kesadaran menurun selama 2 jam. Pasien mengalami mendengkur, tidak dapat membuka mata, dan hanya bereaksi fleksi saat dirangsang. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi dan riwayat hipertensi.
Dokumen tersebut merupakan asuhan keperawatan untuk hipertensi yang mencakup pengkajian, diagnosa, dan intervensi keperawatan untuk masalah-masalah yang sering dialami pasien hipertensi seperti resiko penurunan curah jantung, nyeri akut, gangguan sirkulasi, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan kurangnya pengetahuan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep gangguan kebutuhan dasar berupa nyeri, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri
2. Ada dua jenis nyeri utama yaitu nyeri akut dan nyeri kronik, yang berbeda dalam durasi, penyebab, dan karakteristiknya
3. Banyak faktor yang dapat mempeng
Dokumen tersebut membahas pengkajian fisik terkait sistem sirkulasi pada penderita hipertensi. Pengkajian ini meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg yang dapat disebabkan faktor genetik, obesitas, st
Dokumen tersebut memberikan panduan mengenai teknik pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler dan pernapasan menggunakan Review of System (ROS). Termasuk anamnesis, pemeriksaan fisik seperti palpasi nadi, auskultasi jantung, dan pengukuran tekanan darah.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang teknik pemeriksaan fisik umum yang mencakup pemeriksaan kepala hingga kaki, sistem pernapasan, kardiovaskuler, pencernaan, dan beberapa organ lainnya. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendeteksi kelainan."
Berikan oksigen sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan oksigenasi jaringan dan mengurangi beban kerja jantung.
e. Berikan analgesik sesuai indikasi.
R/ Mengurangi nyeri yang dapat menghambat pola pernapasan.
f. Bantu klien melakukan latihan pernapasan dalam dan batuk.
R/ Meningkatkan ekspansi paru dan mencegah ateletasis.
g. Berikan diet yang mudah dicerna dan cukup kalori.
R
Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran empat tanda vital utama yaitu suhu tubuh, nadi, pernapasan, dan tekanan darah. Tanda-tanda vital harus diukur pada berbagai kesempatan seperti saat masuk rumah sakit, ketika terjadi perubahan kesehatan, sebelum dan sesudah prosedur medis, serta sebelum dan sesudah pemberian obat atau intervensi perawatan.
Dokumen tersebut merangkum tentang pemeriksaan fisik thorax (paru dan jantung) yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan dimulai dengan memperkenalkan diri kepada pasien dan meminta persetujuan, kemudian dilanjutkan dengan inspeksi bentuk dada dan pergerakannya. Palpasi dilakukan untuk merasakan fremitus dan pergerakan dada. Perkusi digunakan untuk menentukan
1. 1) B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan sangat mendukung untuk mengetahui masalah pada klien
dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Pemeriksaan ini meliputi :
a) Inspeksi bnetuk dada
Untuk melihat seberapa berat gangguan sistem kardiovaskuler. Bentuk dada yang biasa ditemukan
adalah :
ï‚· Bentuk dada thoraks phfisis (panjang dan gepeng)
ï‚· Bentuk dada thoraks en bateau (thoraks dada burung)
ï‚· Bentuk dada thoraks emsisematous (dada berbentuk seperti tong)
ï‚· Bentuk dada thoraks pektus ekskavatus (dada cekung ke dalam)
Gerakan pernapasan : kaji kesimetrisan gerakan pernapasan klien
b) Palpasi rongga dada
Tujuannya :
ï‚· Melihat adanya kelainan pada dinding thoraks
ï‚· Menyatakan adanya tanda penyakit paru dengan pemeriksaan sebagai berikut :
Gerakan dinding thoraks saat inspirasi dan ekspirasi
Getaran suara : getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa yang diletakkan pada dada klien saat
klien mengucapkan kata –kata.
c) Perkusi
Teknik yang dilakukan adalah pemeriksa meletakkan falang terakhir dan sebagaian falang kedua jari
tengah pada tempat yang hendak diperkusi. Ketukan ujung jari tengah tangan kanan pada jari kiri
tersebut dan lakukan gerakan bersumbu pada pergelangan tangan. Posisi klien duduk atau berdiri.
d) Auskultasi
Suara napas normal
 Trakeobronkhial, suara normal yang terdengar pada trakhea seperti meniup pipa besi, suara napas
lebih keras dan pendek saat inspirasi.
 Bronkovesikuler, suara normal di daerah bronkhi, yaitu di sternum atas (torakal 3 – 4)
 Vesikuler, suara normal di jaringan paru, suara napas saat inspirasi dan ekspirasi sama.
2) B2 (Blood)
Inspeksi
 Inspeksi adanya parut pascapembedahan jantung. Posisi parut dapat memberikan petunujuk mengenai
lesi katup yang telah dioperasi
 Denyut apeks : posisinya yang normal adalah pada interkostal kiri ke – 5 berjarak 1 cm medial dari garis
midklavikula.
Palpasi
Tujuannya adalah mendeteksi kelainan yang tampak saat inspeksi. Teknik yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
 Palpasi dilakukan dengan menggunakan telapak tangan, kemudian dilanjutkan dengan tekanan yang
sedikit keras.
 Pemeriksa berdiri di kanan klien, minta klien duduk kemudian berbaring telentang. Pemeriksa
meletakkan tangan di prekordium, samping sternum dan lakukan palpasi denyut apeks.
 Berikan tekanan yang lebih keras pada telapak tangan. Kemudian tangan ditekan lebih keras untuk
menilai kekuatan denyut apeks.
 Lanjutkan dengan melakukan palpasi denyut apeks menggunakan ujung jari telunjuk dan tengah.
Palpasi daerah prekordial di samping sternum.
 Kaji denyut nadi arteri, tarikan dan getaran denyutan.
Palpasi denyut apeks :
 Normal pada interkosta ke – 5 (2 – 3 cm medial garis midklavikula). Dapat tidak teraba bila klien gemuk,
dinding toraks tebal, emfisema dan lain – lain.
 Meningkat bila curah jantung besar misalnya pada insufisiensi aorta/mitral.
Impuls Parasternal dapat teraba bila pangkal telapak tangan diletakkan tepat pada bagian
kiri dari sternum dengan jari – jari agak terangkat sedikit dari dada.
Thrill
Aliran darah yang turbulen menimbulkan murmur jantung saat auskultasi, terkadang dapat
teraba. Murmmur yang teraba ini disebut thrill. Prekordium harus dipalpasi menggunakan telapak
tangan secara sistematik untuk menentukan adanya thrill.
Palpasi arteri karotis :
2. Arteri karotis mudah dipalpasi pada otot – otot sternomastoideus. Hasil pemeriksaan ini dapat
memberikan banyak informasi mengenai bentuk gelombang denyut aorta yang dipengaruhi oleh
berbagai kelainan jantung.
Tekanan vena jugularis
Teknik pengukuran tekanan vena jugularis adalah sebagai berikut :
 Minta klien berbaring telentang, dengan kepala ditinggikan pada tempat tidur atau meja pemeriksaan
 Kepala klien harus sedikit diplangkan menjauhi sisi leher yang akan diperiksa
 Carilah vena jugularis eksterna
 Palpasi denyutan vena jugularis interna (bedakan denyutan ini dengan denyutan arteri karotis interna
yang berada di sebelah vena jugularis interna)
 Tentukan titik tertinggi denyutan vena jugularis interna yang masih terlihat
 Dengan menggunakan penggaris cm, ukurlah jarak vertikal antara titik ini dengan sudut sternal
 Catatlah jarak dalam cm dan tentukan sudut kemiringan klien berbaring
 Pengukuran yang lebih dari 3 -4 cm di atas sudut sternal dianggap suatu peningkatan
Perkusi
Pemeriksaan perkusi pada jantung biasanya jarang dilakukan jika pemeriksaan foto rontgen
toraks telah dilakukan. Tetapi pemeriksaan perkusi ini tetap bermanfaat untuk menentukan adanya
kardiomegali, efusi perikardium, dan aneurisma aorta. Foto rontgen toraks akan menunjukkan daerah
redup sebagai petunjuk bahwa jantung melebar. Daerah redup jantung akan mengecil pada
emfisema.
Auskultasi
 Katup Pulmonal
Terdengar lebih jelas pada interkosta ke – 2 dan ke – 3 kiri sternum
 Katup aorta
Terdengar lebih jelas pada sternum, lebih rendah dan lebih medial daripada katup pulmonal
 Katup mitral
Terdengar lebih jelas pada sternum, dekat batas atas sendi antara interkosta ke – 4 dan sternum
 Katup trikuspidalis
Terdengar lebih jelas pada sternum, sesuai garis penghubung proyeksi katup mitral dengan sendi
antara sternum dengan interkosta ke – 5 kanan.
 Auskultasi jantung
3) B3 (Brain)
a) Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan kepala sebagai bagian pengkajian kardiovaskuler difokuskan untuk mengkaji bibir dan
cuping telinga untuk mengetahui adanya sianosis perifer.
b) Pemeriksaan raut muka
 Bentuk muka : bulat, lonjong dan sebagainya
 Ekspresi wajah tampak sesak, gelisah, kesakitan
 Tes saraf dengan menyeringai, mengerutkan dahi untuk memeriksa fungsi saraf VII
c) Pemeriksaan bibir
 Biru (sianosis) pada penyakit jantung bawaan dan lainnya
 Pucat (anemia)
d) Pemeriksaan mata
 Konjungtiva
Pucat (anemia)
Ptekie (perdarahan di bawah kulit atau selaput lendir) pada endokarditis bakterial
 Sklera
Kuning (ikterus) pada gagal jantung kanan, penyakit hati dan lainnya
 Kornea
Arkus senilis (garis melingkar putih atau abu – abu di tepi kornea) berhubungan dengan peningkatan
kolesterol atau penyakit jantung koroner.
 Funduskopi
Yaitu pemeriksaan fundus mata menggunakan opthalmoskop untuk menilai kondisi pembuluh darah
retina khususnya pada klien hipertensi.
e) Pemeriksaan neurosensori
3. Ditujukan terhadap adanya keluhan pusing, berdenyut selama tidur, bangun, duduk atau istirahat dan
nyeri dada yang timbulnya mendadak. Pengkajian meliputi wajah meringis, perubahan postur tubuh,
menangis, merintih, meregang, menggeliat, menarik diri dan kehilangan kontak mata.
4) B4 (Bladder)
Output urine merupakan indiktor fungsi jantung yang penting. Penurunan haluaran urine merupakan
temuan signifikan yang harus dikaji lebih lanjut untuk menentukan apakah penurunan tersebut
merupakan penurunan produksi urine (yang terjadi bila perfusi ginjal menurun) atau karena
ketidakmampuan klien untuk buang air kecil. Daerah suprapubik harus diperiksa terhadap adanya
massa oval dan diperkusi terhadap adanya pekak yang menunjukkan kandungkemih yang penuh
(distensi kandung kemih).
5) B5 Bowel)
Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada masuk rumah sakit dan yang
terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit. Kaji penurunan turgor kulit, kulit kering atau
berkeringat, muntah dan perubahan berat badan
Refluks hepatojuguler. Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan aliran balik vena yang
disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi besar, keras, tidak nyeri tekan dan halus.
Ini daapt diperiksa dengan menekan hepar secara kuat selama 30 – 60 detik dan akan terlihat
peninggian vena jugularis sebesar 1 cm.
6) B6 (Bone)
Pengkajian yang mungkin dilakukan adalah sebagai berikut :
Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut dan berdebar
Keluhan sulit tidur (karena adanya ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal, nokturia dan keringat
pada malam hari)
Istirahat tidur : kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam klien tisur dalam 24 jam dan
apakah klien mengalami sulit tidur dan bagaimana perubahannya setelah klien mengalami gangguan
pada sistem kardiovaskuler. Perlu diketahui, klien dengan IMA sering terbangun dan susah tidur
karena nyeri dada dan sesak napas
Aktivitas : kaji aktivitas klien di rumah atau di rumah sakit. Apakah ada kesenjangan yang berarti
misalnya pembatasan aktivitas. Aktivitas klien biasanya berubah karena klien merasa sesak napas
saat beraktivitas.