Dokumen tersebut membahas tentang manajemen distosia bahu pada persalinan, termasuk faktor risiko, gejala, dan berbagai manuver manual untuk melahirkan bahu bayi seperti manuver McRoberts, manuver anterior disimpaction, manuver "corkscrew", dan ekstraksi vakum. Dokumen juga menjelaskan indikasi dan teknik pelaksanaan ekstraksi vakum.
Jalan lahir normal & kala 3 & 4fikri asyura
油
Dokumen tersebut membahas tentang persalinan normal melalui jalan lahir, termasuk faktor-faktor yang harus diperhatikan, anatomi jalan lahir, teknik pemeriksaan dalam, tahapan kelahiran bayi dan plasenta, serta pengawasan pasca persalinan.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan pada akseptor kontrasepsi suntik tiga bulan. Kontrasepsi suntik tiga bulan efektif mencegah kehamilan dengan cara mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks, dan menghambat gamet. Kontrasepsi ini diberikan setiap tiga bulan dengan lokasi penyuntikan di bokong. Kontrasepsi ini memiliki keuntungan dan keterbatasan tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang tindakan pelepasan plasenta secara manual pada kasus retensio plasenta dan prosedurnya yang meliputi eksplorasi rongga rahim untuk mengecek sisa jaringan plasenta serta tindakan yang harus dilakukan bila plasenta belum terlepas dalam 30 menit setelah melahirkan."
Dokumen tersebut membahas konsep asuhan neonatus dan balita yang mencakup:
1. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar rahim meliputi perubahan sistem pernapasan, sirkulasi, dan termoregulasi.
2. Transisi kehidupan luar rahim yang meliputi perubahan darah, sistem pencernaan, imun, dan ginjal.
3. Pencegahan infeksi melalui tindakan asepsis, cuci tangan, dan menjaga kebers
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap ibu bernama Ny. D di Puskesmas Bojong Rawalumbu, Bekasi pada tahun 2016. Dokumen ini menjelaskan latar belakang masalah, tujuan, tinjauan teori tentang bayi baru lahir, dan adaptasi fisiologis bayi setelah kelahiran.
Dokumen tersebut membahas tentang Kala IV persalinan yang dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelahnya. Dokumen ini menjelaskan tanda-tanda yang harus diamati pada kala IV seperti tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, kontraksi rahim, dan perdarahan. Dokumen juga membahas tanda bahaya, mekanisme fisiologis, asuhan, dan kemungkinan komplikasi pada kala IV seperti at
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOVeranica Widi
油
Ruptur uteri adalah robekan pada dinding rahim yang dapat terjadi secara spontan akibat dilampauinya daya regang miometrium atau disebabkan trauma selama persalinan, dengan gejala utama nyeri abdomen dan perdarahan. Ruptur uteri dapat berakibat fatal bagi ibu dan janin jika tidak ditangani dengan tepat.
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Pemeriksaan vulva dan perineum harus dilakukan setelah persalinan untuk mendeteksi adanya robekan. Jahitan harus dilakukan dengan benar untuk merepair luka robekan dengan mengekspos jalan lahir dan merekonstruksi jaringan yang rusak.
Dokumen tersebut merangkum program tindak lanjut masa nifas normal yang meliputi jadwal kunjungan rumah untuk ibu dan bayi, asuhan lanjutan masa nifas di rumah, intervensi yang dilakukan selama dan sesudah kunjungan rumah, serta penyuluhan yang diberikan kepada ibu nifas mengenai gizi, kebersihan, istirahat, pemberian ASI, latihan nifas, hubungan suami istri, keluarga berencana, dan tanda-
Dokumen tersebut membahas tentang pelatihan dasar penanganan obstetri dan neonatal darurat yang mencakup definisi dan pengelolaan perdarahan pasca persalinan, masalah-masalah yang dapat menyebabkannya seperti atonia uteri, robekan jalan lahir, dan retensio plasenta, serta tatalaksana meliputi manajemen aktif kala III, kompresi bimanual, pengeluaran plasenta manual, penanganan robekan jalan lahir, dan pengeluaran sisa plasent
1. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar endometrium rahim.
2. Terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik seperti kehamilan heterotopik, kehamilan ektopik kombinasi, dan kehamilan ektopik rangkap.
3. Faktor-faktor seperti infeksi, struktur tuba, dan gangguan fungsi silia tuba dapat memicu terjadinya kehamilan ektopik.
Fisiologi kehamilan adalah proses fungsi tubuh untuk memelihara janin selama kehamilan yang dimulai dari pembuahan hingga persalinan. Tanda-tanda kehamilan awal antara lain terlambat haid, mual dan muntah, sedangkan tanda lanjutan meliputi terlihatnya janin dan denyut jantungnya. Selama kehamilan terjadi perubahan pada organ reproduksi, payudara, pencernaan, dan sistem muskuloskeletal ibu.
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan diagnosis kehamilan dengan tepat, meliputi:
1) Tanda dan gejala kehamilan normal pada trimester pertama hingga ketiga seperti amenorea, mual, dan pertambahan berat badan.
2) Pembedaan diagnosis kehamilan dengan kondisi seperti mioma uteri, kistoma ovarii, dan menopause.
3) Ketidaknyamanan umum selama kehamilan seperti rasa lelah, sakit punggung, dan kram k
Retensio plasenta adalah kondisi dimana plasenta tidak lahir setelah 30 menit setelah bayi lahir. Penyebabnya meliputi atonia uteri, kontraksi rahim yang tidak normal, plasenta yang menempel terlalu erat, dan kelainan bentuk plasenta. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menyebabkan perdarahan berlebihan dan infeksi.
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah persalinan. Hal ini termasuk salah satu penyebab perdarahan kala tiga. Retensio plasenta dibedakan menjadi tanpa perdarahan dan dengan perdarahan, yang disebabkan oleh atonia uteri, pimpinan persalinan yang salah, kontraksi uterus yang hipertonik, atau plasenta yang adhesif. Pencegahannya melalui ANC rutin dan penanganann
Dokumen tersebut membahas konsep asuhan neonatus dan balita yang mencakup:
1. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar rahim meliputi perubahan sistem pernapasan, sirkulasi, dan termoregulasi.
2. Transisi kehidupan luar rahim yang meliputi perubahan darah, sistem pencernaan, imun, dan ginjal.
3. Pencegahan infeksi melalui tindakan asepsis, cuci tangan, dan menjaga kebers
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap ibu bernama Ny. D di Puskesmas Bojong Rawalumbu, Bekasi pada tahun 2016. Dokumen ini menjelaskan latar belakang masalah, tujuan, tinjauan teori tentang bayi baru lahir, dan adaptasi fisiologis bayi setelah kelahiran.
Dokumen tersebut membahas tentang Kala IV persalinan yang dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelahnya. Dokumen ini menjelaskan tanda-tanda yang harus diamati pada kala IV seperti tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, kontraksi rahim, dan perdarahan. Dokumen juga membahas tanda bahaya, mekanisme fisiologis, asuhan, dan kemungkinan komplikasi pada kala IV seperti at
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOVeranica Widi
油
Ruptur uteri adalah robekan pada dinding rahim yang dapat terjadi secara spontan akibat dilampauinya daya regang miometrium atau disebabkan trauma selama persalinan, dengan gejala utama nyeri abdomen dan perdarahan. Ruptur uteri dapat berakibat fatal bagi ibu dan janin jika tidak ditangani dengan tepat.
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Pemeriksaan vulva dan perineum harus dilakukan setelah persalinan untuk mendeteksi adanya robekan. Jahitan harus dilakukan dengan benar untuk merepair luka robekan dengan mengekspos jalan lahir dan merekonstruksi jaringan yang rusak.
Dokumen tersebut merangkum program tindak lanjut masa nifas normal yang meliputi jadwal kunjungan rumah untuk ibu dan bayi, asuhan lanjutan masa nifas di rumah, intervensi yang dilakukan selama dan sesudah kunjungan rumah, serta penyuluhan yang diberikan kepada ibu nifas mengenai gizi, kebersihan, istirahat, pemberian ASI, latihan nifas, hubungan suami istri, keluarga berencana, dan tanda-
Dokumen tersebut membahas tentang pelatihan dasar penanganan obstetri dan neonatal darurat yang mencakup definisi dan pengelolaan perdarahan pasca persalinan, masalah-masalah yang dapat menyebabkannya seperti atonia uteri, robekan jalan lahir, dan retensio plasenta, serta tatalaksana meliputi manajemen aktif kala III, kompresi bimanual, pengeluaran plasenta manual, penanganan robekan jalan lahir, dan pengeluaran sisa plasent
1. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar endometrium rahim.
2. Terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik seperti kehamilan heterotopik, kehamilan ektopik kombinasi, dan kehamilan ektopik rangkap.
3. Faktor-faktor seperti infeksi, struktur tuba, dan gangguan fungsi silia tuba dapat memicu terjadinya kehamilan ektopik.
Fisiologi kehamilan adalah proses fungsi tubuh untuk memelihara janin selama kehamilan yang dimulai dari pembuahan hingga persalinan. Tanda-tanda kehamilan awal antara lain terlambat haid, mual dan muntah, sedangkan tanda lanjutan meliputi terlihatnya janin dan denyut jantungnya. Selama kehamilan terjadi perubahan pada organ reproduksi, payudara, pencernaan, dan sistem muskuloskeletal ibu.
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan diagnosis kehamilan dengan tepat, meliputi:
1) Tanda dan gejala kehamilan normal pada trimester pertama hingga ketiga seperti amenorea, mual, dan pertambahan berat badan.
2) Pembedaan diagnosis kehamilan dengan kondisi seperti mioma uteri, kistoma ovarii, dan menopause.
3) Ketidaknyamanan umum selama kehamilan seperti rasa lelah, sakit punggung, dan kram k
Retensio plasenta adalah kondisi dimana plasenta tidak lahir setelah 30 menit setelah bayi lahir. Penyebabnya meliputi atonia uteri, kontraksi rahim yang tidak normal, plasenta yang menempel terlalu erat, dan kelainan bentuk plasenta. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menyebabkan perdarahan berlebihan dan infeksi.
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah persalinan. Hal ini termasuk salah satu penyebab perdarahan kala tiga. Retensio plasenta dibedakan menjadi tanpa perdarahan dan dengan perdarahan, yang disebabkan oleh atonia uteri, pimpinan persalinan yang salah, kontraksi uterus yang hipertonik, atau plasenta yang adhesif. Pencegahannya melalui ANC rutin dan penanganann
Dokumen tersebut membahas tentang persalinan normal dan retensio plasenta. Persalinan normal terjadi dalam empat tahap dan melibatkan pembukaan serviks, pengeluaran bayi, pelepasan plasenta, dan observasi. Retensio plasenta terjadi jika plasenta tidak dilepaskan selama 30 menit setelah kelahiran bayi, dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti adhesi atau inkreta plasenta. Penanganannya mel
The document lists the names of five members of Group 3 and announces their welcome presentation on placenta retention. It then defines four classifications of placenta retention from adhesive to percreta and lists potential predisposing factors and treatments.
Perdarahan post partum dan retensio plasenta masih menjadi penyebab utama kematian ibu saat bersalin. Manajemen retensio plasenta meliputi penghentian perdarahan, penggantian darah, dan pengeluaran plasenta secara manual untuk mencegah komplikasi lebih lanjut seperti infeksi dan syok.
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IVpjj_kemenkes
油
Modul ini membahas penatalaksanaan kegawatdaruratan masa persalinan kala III dan IV, termasuk atonia uteri, retensio plasenta, robekan jalan keluar, pendarahan kala IV primer, dan syok obstetrik. Langkah-langkah penanganannya meliputi suntikan oksitosin, peregangan tali pusat, pengeluaran plasenta secara manual atau kuretase, jahitan robekan, massase uterus, infus cairan, dan pemantauan tanda vital.
Perdarahan post partum adalah perdarahan melebihi 500 ml setelah bayi lahir yang disebabkan oleh atonia uteri, retensio plasenta, atau robekan jalan lahir. Penanganannya meliputi manajemen persalinan aktif, pengeluaran plasenta secara manual, kompresi bimanual rahim, suntikan obat uterotonika, dan tindakan operatif seperti kuretase untuk sisa plasenta.
Atonia uteri adalah kondisi gagalnya rahim berkontraksi dengan baik setelah persalinan yang disebabkan oleh distensi rahim berlebihan, partus lama, kehamilan banyak anak, persalinan buatan, atau infeksi. Gejalanya adalah perdarahan pervaginam, rahim lunak dan naik, serta tanda-tanda syok. Penanganannya meliputi pemberian oksitosin, masase rahim, kosongkan kandung kemih, dan perawatan KBI.
Persalinan kala 3 dan 4 melibatkan manajemen aktif untuk mencegah perdarahan, termasuk pemberian oksitosin, peregangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri untuk memastikan pelepasan plasenta yang lengkap. Bentuk kegawatdaruratan yang dapat terjadi termasuk atonia uteri, retensio plasenta, dan robekan jalan lahir atau serviks. Fisiologi kala 4 melibatkan observasi tingkat kesadaran, tanda
Plasenta previa adalah kondisi abnormal di mana plasenta tumbuh terlalu rendah di rahim sehingga dapat menutupi atau mendekati pembukaan kanal kelahiran. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan yang berbahaya selama kehamilan akhir dan persalinan. Diagnosis definitif dilakukan dengan ultrasonografi dan manajemennya meliputi pengawasan ketat pasien, persiapan untuk persalinan secara sesar, dan transfusi darah jika diper
Retensio plasenta adalah kondisi dimana plasenta tidak lepas dari dinding uterus setelah persalinan. Ini dapat menyebabkan perdarahan berlebihan dan merupakan penyebab kematian utama ibu di Indonesia. Plasenta biasanya lepas dalam waktu satu menit setelah kontraksi otot rahim, namun beberapa faktor seperti kelainan plasenta, uterus, atau manajemen persalinan yang salah dapat menyebabkan retensio plasenta
Menjelaskan mengenai Perdarahan Antepatum dan Pospartum pada patofosiologi kebidanan.
Perdarahan Antepatum dan Pospartum
Anatomi Fisiologi Uterus dan Plasenta
Anatomi Fisiologi Uterus dan Plasenta
Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, 2012).
Perdarahan Antepartum dapat berasal dari:
Plasenta Previa
Solusio plasenta
Insertio Velamentosa
Ruptura Sinus Marginalis
Perdarahan Postpartum
Perdarahan lebih darah 500 ml (pada persalinan per vaginal) atau lebih dari 1000 ml (pada persalinan caesar) setelah bayi lahir.
Menurut terjadinya dibagi atas dua bagian:
Perdarahan post partum dini
terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir
Perdarahan post partum lanjut
terjadi setelah 24 jam sampai 6 minggu setelah bayi lahir.
Gambaran klinis perdarahan postpartum berupa perdarahan terus-terusan dan keadaan pasien secara berangsur-angsur menjadi semakin jelek. Denyut nadi menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah pucat dan dingin dan napasnya menjadi sesak, terengah-engah, berkeringat dan akhirnya coma serta meninggal.
Penyebab perdarahan post partum dikenal sebagai 4T, yaitu (Kemenkes RI, 2013) :
Tone
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk berkontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta (Prawirohardjo, 2014).
Tissue
Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Saifuddin, 2011).
Rest plasenta adalah jika ditemukan adalah kotiledon yang tidak lengkap dan masih ada perdarahan pervagina padahal plasenta sudah lahir油( Jannah, 2011 ).
Trauma
Ruptura uteri atau robekan uterus merupakan peristiwa yang sangat berbahaya, yang umumnya terjadi pada persalinan, kadang-kadang juga pada kehamilan tua.
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forseps atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstrasi.
油Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana bagian atas uterus油(fundus uteri)油memasuki cavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri bahkan kedalam vagina atau keluar vagina dengan dinding endometriumnya sebelah luar (Prawirohardjo, 2014).
Thrombin
Gangguan Pembekuan Darah
Deposit fibrin pada tempat perlekatan plasenta dan penjendalan darah memiliki peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah persalinan. Kelainan pada daerah ini dapat menyebabkan perdarahan post partum sekunder.
Dokumen tersebut membahas berbagai kelainan kontraksi uterus dan komplikasi yang dapat terjadi selama proses persalinan, seperti inersia uteri, cincin kontraksi, ditosia servikalis, dan partus presipitatus. Berbagai faktor risiko dan penatalaksanaannya juga dijelaskan.
Dokumen ini membahas tentang atonia uteri yang merupakan kegagalan kontraksi rahim setelah melahirkan yang dapat menyebabkan perdarahan berlebihan. Dokumen menjelaskan tanda, gejala, faktor risiko, patofisiologi, dan penatalaksanaan atonia uteri yang meliputi pemberian obat oksitosin, kompresi manual rahim, hingga tindakan bedah seperti ligasi pembuluh darah atau histerektomi. Pencegahan atonia uteri dap
Dokumen tersebut membahas tentang persalinan kala III dan IV. Kala III meliputi pelepasan dan kelahiran plasenta setelah bayi lahir, sedangkan Kala IV adalah periode 1-2 jam pasca persalinan untuk pemulihan stabilitas fisiologi ibu dan bayi baru lahir. Dokumen ini juga menjelaskan tanda, gejala, penyebab, dan tindakan untuk kondisi seperti atonia uteri dan perdarahan berlebihan pasca persalinan.
Dokumen tersebut membahas tentang perdarahan postpartum yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu pasca melahirkan. Perdarahan postpartum diklasifikasikan menjadi dua, yaitu early postpartum yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan dan late postpartum yang terjadi lebih dari 24 jam. Tiga hal penting dalam menangani perdarahan postpartum adalah menghentikan perdarahan, mencegah syok, dan mengganti darah yang hilang.
Dokumen ini membahas tentang asuhan kebidanan pada kala III yang meliputi fisiologi, manajemen aktif, pemantauan, dan pendokumentasian kala III. Manajemen aktif kala III meliputi pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri guna mempercepat proses persalinan dan mengurangi perdarahan. Pemantauan meliputi perdarahan, kontraksi rahim, dan kondisi ibu. Pendokumentasian meliputi lama k
5. Cara mengetahui lepasnya
plasenta :
Kustner, dengan meletakkan tangan disertai
tekanan pada atas simfisis, tali pusat di
tegangkan maka bila tali pusat masuk (belum
lepas), jika diam atau maju ( sudah lepas).
Klein, saat ada his, rahim kita dorong sedikit, bila
tali pusat kembali ( belum lepas), diam atau turun
( sudah lepas).
Strassman, tegangkan tali pusat dan ketok
fundus bila tali pusat bergetar (belum lepas),
tidak bergetar (sudah lepas), rahim menonjol di
atas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim
bundar dank eras, keluar darah secara tiba tiba.
6. Tanda Dan Gejala Retensio Plasenta
Inkar Serata :
Konsistensi uterus
keras
TFU 2 jari bawah pusat
Bentuk uterus globular
Perdarahan sedang
Tali pusat terjulur
Ostium uteri terbuka
Separasi plasenta
sudah lepas
Syok jarang
7. Gambaran dan dugaan penyebab retensio
plasenta :
Gejala
Separasi/ akreta
parsial
Plasenta
inkarserata
Plasenta akreta
Konsistensi uterus
Kenyal
Keras
Cukup
Tinggi fundus
Sepusat
2 jari bawah pusat
Sepusat
Bentuk fundus
Diskoid
Agak globuler
Diskoid
Perdarahan
Sedang-banyak
Sedang
Sedikit/tidak ada
Tali pusat
Terjulur sebagian
Terjulur
Tidak terjulur
Ostium uteri
Terbuka
Konstriksi
Terbuka
Separasi plasenta
Lepas sebagian
Sudah lepas
Melekat seluruhnya
syok
sering
jarang
Jarang sekali
8. Jenis-jenis penanaman
plasenta/retensio plasenta :
Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat
dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis.
Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion
plasenta hingga mencapai sebagian lapisan
miometrium, perlekatan plasenta sebagian atau
total pada dinding uterus.
a) plasenta akreta vilii
b) Plasenta akreta kompleta
c) Plasenta akreta yang parsialis
9. NEXT ......
Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot
korion plasenta hingga mencapai / melewati
lapisan miometrium.
Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot
korion yang menembus lapisan miometrium
hingga mencapai lapisan serosa dinding
uterus.
Plasenta inkar serata adalah tertahannya
plasenta didalam kavum uteri, disebabkan
oleh kontriksi ostium uteri
10. KOMPLIKASI :
Perdarahan
Infeksi
Dapat terjadi plasenta inkar serata.
Terjadi polip plasenta sebagai massa
proliferative yang mengalami infeksi
sekunder dan nekrosis
11. Penatalaksanaan Retensio
Plasenta
Sikap umum bidan : melakukan pengkajian data secara
subyekitf dan obyektif antara lain : keadaan umum
penderita, apakah ibu anemis, bagaimana jumlah
perdarahannya, keadaan umum penderita, keadaan
fundus uteri, mengetahui keadaan plasenta, apakah
plasenta inkaserata, melakukan tes plasenta dengan
metode kustner, metode klein, metode strastman, metode
manuaba, memasang infus dan memberikan cairan
pengganti.
Sikap khusus bidan : pada kejadian retensio plasenta atau
plasenta tidak keluar dalam waktu 30 menit bidan dapat
melakukan tindakan manual plasenta yaitu tindakan untuk
mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual
(menggunakan tangan) dari tempat implantasinya dan
kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri (Depkes,
2008).
16. Catatan :
Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta
berada pada dataran yang sama tinggi dengan
dinding uterus maka hentikan upaya plasenta
manual.
Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta
dapat dilepaskan dan bagian lainnya melekat erat
maka hentikan pula plasenta manual.
17. Komplikasi Tindakan Plasenta
Manual
Terjadi perforasi uterus karena tipisnya tempat
implantasi plasenta.
Terjadi infeksi asenden : terdapat sisa plasenta atau
membran dan bakteria terdorong ke dalam rongga
rahim.
Terjadi perdarahan karena atonia uteri.