Penelitian ini meninjau konkordansi diagnosis tiga penyakit pernapasan pada anak (bronkopneumonia, penyakit saluran napas reaktif, bronkiolitis) antara diagnosis rumah sakit dengan kriteria kasus CDC berdasarkan tinjauan rekam medis 186 pasien dari tiga rumah sakit di Nigeria Tenggara. Hasilnya menunjukkan tingkat konkordansi diagnosis yang bervariasi untuk ketiga penyakit dengan nilai prediktif positif tertinggi untuk bronkopneumonia (
1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan tipoid, meliputi pengertian, penyebab, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, terapi, komplikasi, dan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan discharge planning.
Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit glomerular yang ditandai dengan edema, proteinuria masif >3,5 gram/hari, hipoalbunemia <3,5 gram/hari, hiperkolesterolemia
Journal reading (tht kl) - comparative ef鍖cacy and safety of various anti-mic...Bob Sindunata
油
Journal reading ini membahas perbandingan khasiat dan keamanan beberapa obat anti-mikroba yaitu amoxicillin, azithromycin, dan gatifloxacin untuk pengobatan rhinosinusitis akut. Pasien dibagi secara acak menjadi 3 kelompok dan diberikan masing-masing obat selama 10 hari untuk amoxicillin dan gatifloxacin, serta 5 hari untuk azithromycin. Hasilnya menunjukkan ketiga obat efektif mengurangi gejala nam
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Gejala umumnya berupa demam, nyeri perut, dan erupsi kulit yang berlangsung selama 3 minggu. Penyakit ini sering ditemukan di Asia termasuk Indonesia. Penanganannya meliputi pemberian antibiotik, rehidrasi, dan nutrisi. Studi kasus menunjukkan pasien dengan keluhan diare, mual dan demam yang diobati dengan antibiotik, inf
Dokumen tersebut membahas kasus seorang anak laki-laki berusia 5 tahun yang didiagnosis dengan demam dengue yang berkembang menjadi sindrom syok dengue. Diagnosa awalnya adalah demam yang tak terklasifikasi, kemudian didiagnosis sebagai demam dengue berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pada hari kedua, diagnosisnya berubah menjadi demam berdarah dengue grade I karena adanya peningkatan hematokrit
Kontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi油 anakAriyanto Harsono
油
Dokumen tersebut membahas kontroversi dalam diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi pada anak, termasuk uji in vivo versus in vitro untuk diagnosis alergi, berbagai protokol diet eliminasi untuk alergi makanan, dan manfaat probiotik versus formula susu kedelai dalam pencegahan alergi. Ada berbagai pendapat mengenai berbagai aspek diagnosis dan penatalaksanaan ini.
Pasien wanita berusia 19 tahun datang dengan keluhan demam berkepanjangan selama 2 minggu disertai menggigil, lemas, mual, dan diare. Pemeriksaan menemukan lidah kotor dan bradikardia. Hasil laboratorium menunjukkan anemia dan gangguan ginjal. Diagnosisnya adalah suspek demam tifoid yang diobati dengan ceftriaxone.
Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit glomerular yang ditandai dengan edema, proteinuria masif >3,5 gram/hari, hipoalbunemia <3,5 gram/hari, hiperkolesterolemia
Journal reading (tht kl) - comparative ef鍖cacy and safety of various anti-mic...Bob Sindunata
油
Journal reading ini membahas perbandingan khasiat dan keamanan beberapa obat anti-mikroba yaitu amoxicillin, azithromycin, dan gatifloxacin untuk pengobatan rhinosinusitis akut. Pasien dibagi secara acak menjadi 3 kelompok dan diberikan masing-masing obat selama 10 hari untuk amoxicillin dan gatifloxacin, serta 5 hari untuk azithromycin. Hasilnya menunjukkan ketiga obat efektif mengurangi gejala nam
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Gejala umumnya berupa demam, nyeri perut, dan erupsi kulit yang berlangsung selama 3 minggu. Penyakit ini sering ditemukan di Asia termasuk Indonesia. Penanganannya meliputi pemberian antibiotik, rehidrasi, dan nutrisi. Studi kasus menunjukkan pasien dengan keluhan diare, mual dan demam yang diobati dengan antibiotik, inf
Dokumen tersebut membahas kasus seorang anak laki-laki berusia 5 tahun yang didiagnosis dengan demam dengue yang berkembang menjadi sindrom syok dengue. Diagnosa awalnya adalah demam yang tak terklasifikasi, kemudian didiagnosis sebagai demam dengue berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pada hari kedua, diagnosisnya berubah menjadi demam berdarah dengue grade I karena adanya peningkatan hematokrit
Kontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi油 anakAriyanto Harsono
油
Dokumen tersebut membahas kontroversi dalam diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi pada anak, termasuk uji in vivo versus in vitro untuk diagnosis alergi, berbagai protokol diet eliminasi untuk alergi makanan, dan manfaat probiotik versus formula susu kedelai dalam pencegahan alergi. Ada berbagai pendapat mengenai berbagai aspek diagnosis dan penatalaksanaan ini.
Pasien wanita berusia 19 tahun datang dengan keluhan demam berkepanjangan selama 2 minggu disertai menggigil, lemas, mual, dan diare. Pemeriksaan menemukan lidah kotor dan bradikardia. Hasil laboratorium menunjukkan anemia dan gangguan ginjal. Diagnosisnya adalah suspek demam tifoid yang diobati dengan ceftriaxone.
Etiologic research aims to establish causal relationships between determinants and disease outcomes. There are two main observational study designs for etiologic research: cohort studies and case-control studies. Cohort studies follow groups of individuals over time based on exposure to a determinant and compare disease outcome rates. Case-control studies identify cases of a disease and controls without the disease and compare past exposure to determinants. Both study designs are prone to biases like selection bias, information bias, and confounding, which can distort the true determinant-outcome relationship if not adequately addressed.
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGITANGKI4D
油
Bagi kalian yang ingin mendapatkan kemenangan situs slot bonus kami merupakan saran terbaik buat kalian, hanya mengunakan modal rendah & penyedia bonus terbaik sepanjang masa
follow semua dan claim bonus dari kami #Tangki4dexclusive #tangki4dlink #tangki4dvip #bandarsbobet #idpro2025 #stargamingasia #situsjitu #jppragmaticplay #scatternagahitam
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
油
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Wahid Husein
油
Situasi rabies di dunia
Situasi rabies di Indonesia
Program rabies di Indonesia
Apa yang dilakukan ECTAD Indonesia
Tantangan utama
Rekomendasi ke depan
1. 1
Missed Diagnosis of Anaphylaxis in Patients With Pediatric Urticaria in
Emergency Department
(Pediatr Emer Care 2018;00: 0000)
Department of Pediatric
Medical Faculty Syiah Kuala University
Zainoel Abidin Hospital Banda Aceh
2024
Oleh :
dr. Nurul Nadia
Supervisor :
Dr. dr. Mulya Safri Sp. A (K)
dr. Hirsa Agriani, Sp. A
Journal Reading
2. PENDAHULUAN
Urtikaria pada anak adalah satu gejala yang paling sering terjadi
di unit gawat darurat. Gejala ini merupakan gejala alergi yang
umum dapat bersamaan dengan rinorea dan asma.
Jumlah pasien yang datang ke IGD karena gejala reaksi alergi
akut meningkat setiap tahunnya. Prevalensi reaksi anafilaksis
merupakan bentuk reaksi alergi akut yang paling parah yang
kejadiannya juga meningkat.
3. PENDAHULUAN
Mancari penyebab reaksi anafilaksis serangan pertama
sangatlah penting begitu pula dengan diagnosis dan
pengobatan yang cepat dan tepat di IGD sangat penting.
Pada keadaan ini pasien hanya diketahui berdasarkan gejala
urtikaria saja, tidak diketahui gejala anafilaksis yang
tersembunyi.
4. PENDAHULUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik miss
diagnosis anafilaksis pediatrik yang hanya terdaftar sebagai
urtikaria di instalasi gawat darurat (IGD) dengan membandingkan
mereka yang hanya memiliki gejala urtikaria dengan mereka yang
memiliki gejala anafilaksis dan urtikaria.
4
5. TUJUAN PENELITIAN
Meskipun sebagian besar pasien yang datang ke IGD dengan gejala
urtikaria hanya mengeluh urtikaria sederhana, beberapa pasien urtikaria
dengan gejala anafilaksis parsial seharusnya sudah didiagnosis sebagai
anafilaksis.
5
6. Retrospective Study
Jenis Penelitian
A single hospital university in south
Korea
Tempat Penelitian
Januari 2014 Desember 2015
Waktu Penelitian
Komite etik penelitian Institusional
Persetujuan Etik
Software SPSS versi 22
Analisa Statistik
METODE PENELITIAN
8. 8
Metode Penelitian
Karakteristik umum (usia, jenis kelamin, lama perjalanan ke IGD,
demam, infeksi baru, riwayat alergi, dan penyakit comorbid),
penyebab urtikaria, karakteristik klinis, dan pengobatan dikumpulkan.
Demam didefinisikan sebagai suhu tubuh 38属C atau lebih.
Infeksi baru didefinisikan sebagai demam yang bertahan lebih dari 1
hari dalam 10 hari terakhir.
9. 9
Metode Penelitian
Penyabab obat meliputi antiinflamasi nonsteroid, penisilin,
sefalosporin, dan vaksinasi. Kalau serangga, dibagi lagi menjadi
lebah, semut, dll. Makanan dibagi lagi menjadi makanan laut,
tepung, soba, pupa, kacang-kacangan, telur, daging sapi, dan
susu/produk susu. Untuk penyebab tambahan, faktor yang
disebabkan oleh olahraga, ketergantungan pada makanan, dan
idiopatik juga dipertimbangkan.
11. Metode Penelitian
Tingkat keparahan reaksi alergi dibagi menjadi 3 kategori berikut:
1. ringan :1 gejala sistemik,
2. sedang: 2 atau lebih gejala sistemik dan
3. berat: syok, perubahan mental, serangan jantung, atau apnea
Syok didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP)
Usia
0 28 hari : < 60 mmHg
1 12 bulan : < 70 mmHg
1 10 tahun : < 70 + (usia x 2) mmHg
> 10 tahun : < 90 mmHg
12. ANALISIS STATISTIK
Analisis univariat antara kelompok urtikaria dengan kelompok anafilaksis yang terlewatkan: tes
chi kuadrat, tes eksak Fisher, tes Mann Whitney U, dan tes Student T.
Analisis regresi logistic univariat: menentukan faktor yang mempengaruhi anafilaksis yang
terlewatkan.
Perbandingan karakteristik antara kelompok anafilaksis yang terlewatkan dengan kelompok
anafilaksis. Analisis univariat menggunakan tes chi kuadrat, tes eksak Fisher, tes Mann Whitney U,
dan tes Student T.
Analisis menggunakan SPSS versi 21.
Nilai P <0,05 secara statisitik dianggap bermakna
17. DISKUSI
oHasil penelitian menunjukkan bahwa 3,5% pasien urtikaria anak di IGD
memenuhi kriteria diagnostik anafilaksis.
oSekitar 4% dengan anafilaksis dari seluruh pasien yang mengunjungi IGD pada
penelitian yang lalu.
oSejumlah besar pasien anafilaksis di antara mereka yang didiagnosis sebagai
urtikaria atau angioedema.
oDokter di IGD harus memahami dengan jelas kriteria diagnostik dan secara tepat
mencatat kode klasifikasi penyakit. Selain itu, pemeriksaan fisik yang tepat sangat
penting serta anamnesis yang cermat untuk pasien dengan faktor risiko.
17
18. DISKUSI
o Makanan, sengatan hymenoptera (racun), dan obat-obatan merupakan
penyebab umum dari anafilaksis.
o Susu, telur, dan kacang-kacangan adalah penyebab umum anafilaksis
dilaporkan pada penelitian lain.
o Penelitian ini membahas makanan sebagai penyebab umum terjadi anafilaksis.
Susu sapi (37,8%), makanan laut (13,5%), dan telur (10,8%) merupakan
penyebab umum anafilaksis.
o Pada penelitian sebelumnya, penyebab umum anafilaksis adalah susu (28,4%),
putih telur (13,6%), kacang-kacangan (13,2%), dan makanan laut (7,2%).
o Susu menjadi penyebab anafilaksis yang paling sering terjadi, sebanyak 28,4%
dari penyebab makanan.
o Serangan anafilaksis pertama akibat susu sebagian besar (95,5%) terjadi pada
pasien berusia 1 tahun atau lebih muda
19. DISKUSI
o Prevalensi tinggi pada usia muda disebabkan oleh belum matangnya sistem
imun dan saluran cerna.
o Alergi susu atau anafilaksis akan tercetus setelah paparan terhadap susu.
o Anafilaksis susu menimbulkan gejala pada kulit, pernapasan, dan
gastrointestinal.
o Semakin berat anafilaksis apabila melibatkan kardiovaskular atau neurologis.
o Dokter perlu memberikan perhatian lebih pada pasien dengan gejala yang
berhubungan dengan susu.
o Pedoman organisasi alergi dunia untuk penilaian dan pengelolaan anafilaksis
merekomendasikan bahwa epinefrin harus disuntikkan secara intramuskular
segera setelah anafilaksis didiagnosis.
o Epinefrin tidak selalu diperlukan untuk pengobatan anafilaksis. Penelitian lain
telah melaporkan bahwa hanya 39% pasien dewasa yang menerima epinefrin
untuk anafilaksis sementara 98% pengobatan IGD sesuai untuk anafilaksis.
20. DISKUSI
o Sebesar 10,8% dari kelompok anafilaksis yang terlewatkan mendapatkan
pemberian epinefrin.
o Tingkat keparahan yang lebih rendah pada anak-anak dibandingkan pada orang
dewasa.
o Pasien yang berat dalam kelompok anafilaksis yang terlewatkan tidak
ditemukan.
o Diagnosis anafilaksis yang terlewatkan lebih besar pada pasien dengan
1. diobati dengan cairan,
2. Diobati dengan steroid, dan
3. Diobati dengan epinefrin
o Ketika terjadi anafilaksis, dokter perlu mempertimbangkan injeksi epinefrin.
Oleh karena pengobatan lini pertama anafilaksis adalah epinefrin.
21. DISKUSI
o Pada kelompok anafilaksis: >>> gejala kardiovaskular
o Pada kelompok anafilaksis yang terlewatkan : >>> gejala
gastrointestinal
o Perlu mencurigai anafilaksis ketika pasien datang dengan gejala
gastrointestinal dan atau gejala kardiovaskular.
o Keluhan sakit perut, mual, muntah, dan diare, banyak yang sifatnya
idiopatik.
22. KETERBATASAN JURNAL
Diketahui ada beberapa keterbatasan di dalam jurnal antara lain
a. Tidak mengikutsertakan yang berobat di rawat jalan dan pasien yang sembuh
sendiri, hanya melibatkan pasien IGD.
b. Hanya pada satu lokasi penelitian.
c. Kualitas registrasi kode klasifikasi penyakit belum pernah divalidasi
sebelumnya.
d. Tinggi rasio etiologi idiopatik antara kelompok anafilaksis dengan kelompok
anafilaksis yang terlewatkan.
23. KESIMPULAN
Dari seluruh pasien urtikaria anak, 3,5% pasien menderita anafilaksis yang terlewat
meskipun memiliki gejala anafilaksis. Diagnosis anafilaksis yang terlewat pada
pasien urtikaria anak di IGD dikaitkan dengan riwayat alergi makanan dengan
1. Penyebab alergi susu, telur, dan makanan laut,
2. Diobati dengan pemberian cairan, penggunaan steroid, dan penggunaan
epinefrin.
Pertimbangan apakah diagnosis anafilaksis yang terlewatkan pada pasien urtikaria
pediatrik diperlukan untuk mendapatkan data prevalensi anafilaksis pediatrik yang
akurat.
24. PICO JURNAL
Seluruh pasien urtikaria kurang dari 15 tahun yang
datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD)
P
Anafilaksis yang terlewatkan
I
Anafilaksis
C
Faktor yang mempengaruhi anafilaksis yang
terlewatkan pada urtikaria serta perbedaan antara
anafilaksis yang terlewatkan dengan anafilaksis
O
26. 26
VALIDITY
No Pertanyaan Ya / Tidak Keterangan
1. RECRUITMENT
Apakah subyek mewakili atau
representative?
Ya
Subjek dalam penelitian berjumlah 1062 orang.
Kriteria inklusi dan ekslusi disebutkan dalam
penelitian. Selanjutnya dilakukan pengelompokan
berdasarkan diagnosis pasien saat masuk di IGD
2. ADJUSMENT
Apakah exposure dan outcome
diukur dengan cara yang sama?
Ya
Masing-masing subjek diberikan perlakuan yang sama
di setiap kelompok, diukur faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian diagnosis.
3. MAINTENANCE
Apakah ada drop out pada
penelitian ini lebih dari 20 %?
Tidak Pada penelitian ini tidak ada pasien yang mengalami
drop out. Semua sample menjadi subjek penelitian.
4. Measurement Blinding
Outcome
Apakah pasien dan peneliti
mengetahui perlakuan yang
diberikan?
Ya Peneliti dan pasien sama sama mengetahui perlakuan
yang diberikan
28. APPLICABILITY
28
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah PICO jurnal yang diperoleh sesuai PICO
pertanyaan klinis?
Ya, pico jurnal sesuai dengan pernyataan klinis
2. Apakah pasien anda cukup mirip dengan pasien dalam
penelitian?
Ya, pasien penelitian ini mirip dengan pasien
ditempat saya bekerja
3. Apakah indikator dalam penelitian ini dapat diterapkan
untuk manajemen pasien di lingkungan anda?
Ya, indikator yang terdapat dalam penelitian
tersedia di tempat saya bekerja
4. Apakah outcomes penelitian ini penting bagi pasien anda? Ya, untuk bahan rujukan pilihan terapi pada
pasien
5. Akankah potensi manfaat lebih besar dibanding potensi
merugikan bila indeks ini diaplikasikan pada pasien anda?
Ya, lebih banyak manfaat dibandingkan
kerugian.
6. Apakah hasil penelitian ini dapat diintegrasikan dengan
nilai-nilai serta harapan pasien anda?
Ya, dengan mengetahui gejala yang terjadi pada
anafilaksis yang terlewatkan dan anafilaksis
maka tatalaksana akan tepat pada pasien, yaitu
tatalaksana anafilaksis berupa pemberian
epinefrin
29. KESIMPULAN
Penelitian yang dilaporkan dalam jurnal tersebut adalah VALID
IMPORTANCY dalam penelitian secara statistik bermakna
Hasil penelitian yang dilaporkan dalam jurnal tersebut bersifat APPLICABLE
untuk pasien
Level of evidence 3B