際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH
DENGAN IMUNISASI (PD3I)
PENGERTIAN IMUNISASI
IMUNISASI
Imunisasi Program
Imunisasi Pilihan
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan
Imunisasi yang diwajibkan kepada
seseorang sebagai bagian dari
masyarakat dalam rangka melindungi
yang bersangkutan dan masyarakat
sekitarnya dari penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi
Imunisasi yang diberikan kepada
seseorang sesuai dengan
kebutuhannya dalam rangka
melindungi yang bersangkutan dari
penyakit tertentu
 2-3 juta kematian dapat dicegah setiap
tahun dengan imunisasi
 Imunisasi dapat mencegah lebih dari 26
penyakit
 Membantu membatasi/ mengurangi
terjadinya resistensi antibiotik karena dapat
mencegah penyakit pada tahap awal
 Meningkatkan cakupan imunisasi secara
global dapat menyelamatkan lebih dari 1,5
juta orang setiap tahunnya
Setiap orang yang mendapatkan
imunisasi akan membentuk
antibodi spesifik terhadap
penyakit tertentu
PROTEKSI SPESIFIK
INDIVIDU
MEMBENTUK KEKEBALAN
KELOMPOK
(HERD IMMUNITY)
Apabila cakupan imunisasi tinggi
dan merata dapat membentuk
kekebalan kelompok dan
melindungi kelompok masyarakat
yang rentan
PROTEKSI LINTAS
KELOMPOK
Pemberian imunisasi pada
kelompok usia tertentu (anak)
dapat membatasi penularan
kepada kelompok usia
dewasa/orang tua
Mengapa Imunisasi penting diberikan pada
bayi dan anak ?
Melatih Sistem Perlawanan
di tubuh anak kita
Kekebalan Khusus
terhadap Penyakit
tertentu
Anak yang
diimunisasi
Pressentasi PD3I Bukittinggi 2024  .pptx
Anak yang tidak
diimunisasi
 Sudah mendapatkan imunisasi dasar:
 HB-0 1 dosis
 BCG 1 dosis
 DPT-HB-Hib 3 dosis
 Rota Vaksin 3 dosis
 Polio Tetes (OPV) 4 dosis
 Polio Suntik (IPV) 1 dosis
 Campak Rubela 1 dosis
 PCV 2 dosis
Bayi Usia 0-11 bulan
 Sudah mendapatkan
imunisasi lanjutan:
 DPT-HB-Hib 1 dosis
 Campak Rubela 1 dosis
 PCV 1 dosis
Anak Usia 18-24
bulan
Sudah mendapatkan
imunisasi lanjutan:
Campak Rubela dan DT
pada anak kelas 1SD/MI
Td pada kelas 2 dan 5
SD/MI
Sudah mendapat
imunisasi:
HPV pada kelas 5 dan
6 SD/MI
Anak Sekolah
Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah
IMUNISASI RUTIN LENGKAP
UMUR (BULAN) JENIS IMUNISASI
<24 jam Hepatitis B
1 BCG, OPV1
2 DPT-HepB-Hib1, OPV2, PCV1, RV1
3 DPT-HepB-Hib2, OPV3, PCV2, RV2
4 DPT-HepB-Hib3, OPV4, IPV. RV3
9 Campak-Rubela1
10 JE*
12 PCV3
18 DPT-HepB-Hib4, Campak-Rubela2
Status
Imunisasi
Interval Minimal
Pemberian
Masa Perlindungan
T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 >25 tahun
IMUNISASI LANJUTAN PADA WUS  HARUS
MELALUI SKRINING
IMUNISASI DASAR PADA BAYI & LANJUTAN PADA
BADUTA
BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH
Kelas
1 SD
Kelas
2 SD
Kelas
5 SD
Kelas
6 SD
- DT
- CR
Td HPV*
Td
HPV*
* Hanya di wilayah endemis
IMUNISASI LANJUTAN
PADA ANAK SEKOLAH
JENIS PD3I
dari PROGRAM
IMUNISASI NASIONAL
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
14 macam PD3I pada program imunisasi nasional:
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
 Difteri
 Pertusis
 Tetanus
 Tuberkulosis
 Campak
 Rubella
 Poliomielitis
 Hepatitis B
 Meningitis
 Pneumonia
 Japanese Encephalitis
 Human Papiloma Virus
 Rotavirus
 Pneumococus
 Dan PD3I lain yang tidak termasuk dalam program imunisasi nasional seperti Tifoid, Influenza,
Mumps, Varicela, Hepatitis A, Rabies
 Vaksin baru: Malaria, dengue, HIV
GAMBARAN KLINIS PD3I
dari PROGRAM
IMUNISASI NASIONAL
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
DIFTERI
KASUS DIFTERI
Penyebab : Bakteri Corynebacterium Diphtheriae yang menghasilkan
toksin difteri
Cara Penularan: melalui udara (batuk / bersin)
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
GEJALA KLINIS DIFTERI
Demam
atau
tanpa
demam
Munculnya
pseudomembran
putih keabuan,
sulit lepas dan
mudah berdarah
jika dilepas/
dimanipulasi
Sakit waktu
menelan
 94%
kasus Difteri
mengenai
tonsil dan
faring
 lainnya
difteri kulit
Leher
membengkak
Sesak
nafas
disertai
bunyi
KOMPLIKASI DIFTERI
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
CARA PENULARAN DIFTERI
melalui droplet (percikan ludah) sewaktu batuk, bersin, muntah,
melalui alat makan, atau
kontak langsung dari lesi di kulit.
SIAPA YANG BISA TERTULAR DIFTERI?
Semua kelompok usia dapat tertular penyakit ini, terutama
yang belum mendapatkan imunisasi lengkap
Difteri pada dewasa sulit terdeteksi
MASA INKUBASI DIFTERI
 antara 1  10 hari, rata-rata 2  5 hari
 Kasus dapat menularkan penyakit ke orang lain 2- 4 minggu
sejak masa inkubasi
 Seseorang dapat menjadi Carrier tanpa gejala selama 6
bulan
KEMATIAN
Bila tidak diobati dengan tepat angka kematian
5  10 % pada anak usia <5 tahun dan
pada dewasa (diatas 40 tahun) mencapai 20 %
Kematian akibat kelumpuhan otot jantung atau
sumbatan jalan nafas.
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIFTERI
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
 Suatu wilayah dinyatakan KLB Difteri jika ditemukan 1 (satu) kasus
difteri konfirmasi
 dilaporkan dalam 24 jam ke Kementerian Kesehatan
 (PHEOC  Public Health Emergency Operation Centre).
Mortimer E.A.and Wharton M., in Vaccines, 1999.
Atkinson W. et al., in Epidemiology and Prevention of Vaccine-preventable Diseases, 1996d.
Patogenesis Difteria
Percika
n
ludah
Terhirup
Kolonisasi
di tenggorokan
dan memproduksi
toksin
Nekrosis
setempat dan
terkumpul
jaringan mati
Toksin diserap dan
masuk
ke peredaran darah
menyebar ke otot
jantung, ginjal,
syaraf perifer
Terbentuk
pseudo
membran
Miokarditi
s,
neuriti
s
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Difteri dapat disembuhkan apabila orang yang
terjangkit tidak terlambat dalam mendapatkan
pertolongan
APAKAH DIFTERI DAPAT DISEMBUHKAN?
CARA PENCEGAHAN PENULARAN DIFTERI
Pencegahan: Imunisasi Difteria Toxoid (DPT-HB-Hib, DT, Td)
Apabila dalam suatu wilayah ditemukan satu kasus difteri maka dilakukan ORI
(Outbreak Response Immunization) pada wilayah dan kelompok usia yang tepat
dengan cakupan yang tinggi dan merata .
Setelah imunisasi dasar, vaksin difteri harus diulang setiap 10 tahun
Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus (carrier)
Erythromysin 4 x sehari selama 7 hari
Tatalaksana kasus dengan pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan
antibiotika
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
PERTUSIS
Penyebab :
bakteri Bordetella pertussis  rongga mulut, hidung, dan
tenggorokan
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
PERTUSIS/BATUK REJAN/BATUK 100 HARI
Cara penularan :
 percikan ludah (droplet infection) yang keluar dari
batuk atau bersin
 sangat menular, terutama menyerang anak-anak
yang belum di imunisasi
 penderita yang tidak diobati dapat menularkan
penyakit sampai dengan tiga minggu setelah
batuk yang khas timbul pada penderita.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
PERTUSIS/BATUK REJAN/BATUK 100 HARI (2)
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Gejala :
 sepuluh hari setelah seseorang terinfeksi  gejala ILI (influenzae like illness)
 batuk terus menerus (> 2 minggu), tanpa jeda & diakhiri dg napas dalam, serta muntah selama
/setelah batuk (whooping cough)
 kadang hingga muka kebiruan dan pendarahan di mata
Komplikasi berat :
Radang paru, henti napas, kematian mendadak
Pengobatan:
Antibiotika
Pencegahan:
 Imunisasi lengkap sesuai usia: DPT-HB-Hib
 Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
 Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus
TETANUS
Penyebab :
 bakteri Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin
(tetanospasmin)
 neurotoksin menyebabkan rasa sakit yang berat dan kejang pada otot
yang dapat menyebabkan kematian
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Cara penularan :
 tidak menyebar langsung dari orang ke orang
 masuk ke luka yang tak bersih, kuku yang
kotor, luka dalam akibat gigitan binatang,
pemotongan tali pusat bayi yang tidak steril,
pisau, peralatan persalinan yang tidak steril
pada saat bayi lahir
Masa inkubasi :
sekitar 21 hari dan dapat juga sampai
beberapa bulan tergantung keadaan
lukanya.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Pengobatan:
 pemberian anti tetanus serum, antibiotik, perawatan luka
dan pengobatan suportif
Pencegahan:
 Imunisasi Tetaus Toxoid ( DPT-HB-Hib, DT, Td)
 Persalinan yang bersih dan steril tetap harus dilakukan
walaupun ibu hamil tersebut sudah mendapatkan imunisasi
Td.
 Pemotongan tali pusat secara steril
 Orang yang sembuh dari tetanus tetap harus diberi
imunisasi tidak punya kekebalan dan dapat terinfeksi
kembali
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
TUBERCULOSIS
Penyebab :
 Bakteri Mycobacterium tuberkulosis
 Biasanya menyerang paru-paru  bisa juga menyerang bagian tubuh yang lain seperti
tulang, sendi, dan otak
 Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri tuberkulosis jatuh sakit
TB Paru
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
TB Spinal/Spondylitis TB)
Cara penularan :
 Dari orang ke orang melalui udara (droplet) pada
saat penderita batuk atau bersin
 Menular sangat cepat terutama: daerah padat
dan kumuh, akses terhadap pelayanan
kesehatan kurang, masyarakat yang kurang gizi
 Rentan terhadap infeksi tuberkulosis: anak usia < 3
tahun dan orangtua
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Komplikasi:
 Jika tidak diobati  kecacatan & kematian.
 Kematian dapat cepat terjadi apabila yang
bersangkutan juga menderita HIV/AIDS
Pengobatan:
 Directly observed treatment short-course (DOTS) 
pengobatan yang lengkap dengan obat tuberkulosis dalam
2 fase selama enam bulan
Pencegahan:
 Paling efektif melalui imunisasi BCG
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
CAMPAK
Penyebab :
 Virus RNA dari genus Morbillivirus dari keluarga
Paramyxoviridae.
 Virus tersebut mudah mati karena panas dan cahaya
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Cara penularan :
 Droplet yang keluar dari hidung, mulut atau tenggorokan orang yang
terinfeksi virus campak pada saat bicara, batuk, bersin atau melalui sekresi
hidung.
 Masa penularan: empat (4) hari sebelum timbul rash sampai dengan empat (4) hari
setelah timbul rash.
 Puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari
pertama sakit.
Masa inkubasi:
7  18 hari, rata-rata 10 hari
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Komplikasi:
 Sering terjadi pada anak usia < 5 tahun
 Komplikasi yang sering terjadi yaitu: diare, ulkus mukosa mulut,
malnutrisi, otitis media, kebutaan, bronchopneumonia, pneumonia,
encephalitis, subacute sclerosing panencephalitis (SSPE).
 Kasus campak pada penderita malnutrisi/defisiensi vitamin
A/immune defisiency (HIV)  komplikasi campak yang lebih
berat atau fatal.
UNTUK MENDUKUNG UPAYA ELIMINASI
CAMPAK-RUBELA/CRS: SETIAP DITEMUKAN KASUS SUSPEK
CAMPAK YAITU SETIAP ORANG DARI BERBAGAI USIA YANG
MENGALAMI DEMAM DAN RUAM MACULOPAPULAR HARUS
DILAPORKAN DAN DIAMBIL SPESIMEN SERUMNYA UNTUK
DIPERIKSA LABORATORIUM
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Tata Laksana Campak
ANTIVIRAL :
tidak perlu
TERAPI SUPORTIF:
istirahat,
antipiretik,
nutrisi dan hidrasi,
simptomatik
ANTIBIOTIK :
bila ada infeksi
sekunder
bakteri
VITAMIN A DOSIS
TINGGI :
100.000 U, per oral (usia 6
bln- 1 thn)
200.000 U, per oral (usia
>1thn),
diulangi pada hari ke-2 dan
jika gizi buruk / komplikasi
mata diulang 2 minggu
kmd
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
RUBELA
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Penyebab :
Togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan virus RNA.
Cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan.
Dapat menembus sawar placenta dan menginfeksi janin  gangguan
pertumbuhan janin: abortus, lahir mati atau cacat berat kongenital (birth
defects)  Congenital Rubella Syndrome (CRS).
Cara penularan :
Melalui droplet saluran pernapasan saat batuk
atau bersin
Virus dapat berkembang biak di nasofaring
dan kelenjar getah bening regional.
Viremia terjadi pada 47 hari setelah virus
masuk tubuh.
Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari
sebelum hingga 7 hari setelah rash.
Masa
inkubasi :
1421 hari.
Pengobatan:
Suportif
29
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Manifestasi Klinis
Gejala prodromal bervariasi sesuai umur,
Pada anak : ruam, coryza ringan, diare sebelum timbul ruam.
Ruam eritematous, makulopapula, dan diskretapertama muka
kemudian lengan, badan, dan tungkai.
Progresif, luas, dan lama timbulnya ruam
bervariasi.
Limfadenopati: pembesaran kelenjar suboksipital, aurikular posterior, dan servikal.,
1-7 hari sebelum timbul ruam dan menetap selama satu minggu atau lebih
Panas badan bervariasi dan biasanya peninggian temperatur minimal, timbul
bersamaan dengan timbulnya ruam dan akan kembali normal sesudah ruam
hilang.
Arthralgia dan arthritis transien umum terjadi pada anak perempuan yang
sudah cukup besar.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Dampak infeksi rubela pada wanita hamil terutama trimester pertama
abortus, lahir mati atau bayi lahir dengan CRS.
Ibu yang mengalami infeksi rubella pada minggu 1-10 kehamilan 90% akan
melahirkan bayi dengan CRS.
Bentuk kelainan pada CRS:
 Kelainan jantung: Patent Ductus Arteriosus (PDA), Defek Septum Atrial/Atrial
Septal Defect (ASD), Defek Septum Ventrikel/Ventricular Septal Defect
(VSD), Stenosis Katup Pulmonal/Pulmonary Stenosis (PS);
 Kelainan pada mata: Katarak Kongenital, Glaukoma Kongenital,
Pigmentary Retinopathy;
 Kelainan pendengaran: Tuli Sensouri Neural/ Sensouri Neural
Hearing Loss (SNHL);
 Kelainan pada sistim saraf pusat: retardasi mental, mikrocephalia
dan
meningoensefalitis;
 Kelainan lain: purpura, splenomegali, ikterik yang muncul dalam 24 jam
setelah lahir, radioluscent bone, serta gangguan pertumbuhan.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Pencegahan rubela dan CRS:
 Imunisasi Campak-Rubela
32
UNTUK MENDUKUNG UPAYA ELIMINASI CAMPAK-RUBELA/CRS:
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
 SETIAP DITEMUKAN KASUS SUSPEK CAMPAK YAITU SETIAP
ORANG DARI BERBAGAI USIA YANG MENGALAMI DEMAM
DAN RUAM MACULOPAPULAR HARUS DILAPORKAN DAN
DIAMBIL SPESIMEN SERUMNYA UNTUK DIPERIKSA
LABORATORIUM
 SURVEILANS CRS DI RS SENTINEL
POLIO
Penyebab :
 Virus polio:
o virus polio liar (wild polio virus/WPV)
o Virus polio dari vaksin pada anak yang
immunocompromised (vaccine associated polio
paralysis/VAPP)
o virus polio dari vaksin yang bermutasi mendapatkan
keganasannya kembali (vaccine- derived polio
virus/VDPV)
o Tahan sabun, alcohol. Mati dengan formaldehyde,
UV
 Menginfeksi semua umur, terutama pada anak-anak
 1 dari 200 infeksi Polio  kelumpuhan permanen
(irreversible)  jika virus polio menyerang sel saraf
sumsum tulang belakang yg mengontrol pergerakan otot
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Cara penularan :
 Masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman (orofecal)
Gejala:
 Kebanyakan tidak menunjukkan gejala  dapat tetap menularkan virus polio
kepada
orang lain.
 Sekitar 25% dari mereka akan menunjukkan gejala penyakit ringan
(demam, nyeri kepala, nyeri tenggorokan)
 Kelumpuhan terjadi pada 1% dari mereka yang terinfeksi.
 Kematian terjadi sekitar 5-10% dari mereka yang lumpuh.
Masa inkubasi:
5  35 hari
Pengobatan :
 Tidak ada pengobatan spesifik untuk polio.
 Pengobatan yang dilakukan hanya bersifat suportif.
 Kesulitan bernafas (dibantu ventilator).
 Pengobatan ortopedik bagi yang memerlukan (pakai korset) untuk
mengurangi dampak kecacatan dalam jangka panjang.
Ro
j
u
d
i
n
,
Ca
m
p
a
n
g
Wa
y
Ha
n
d
ak,
l
u
m
p
u
htgl
2
8-0
5-0
5
Fo
to 0
3-
07-

0
5
Cacat
Menetap
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Komplikasi berat :
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Kelumpuhan dan cacat seumur hidup
Pencegahan:
 Polio dapat dicegah secara efektif dengan imunisasi menggunakan oral
poliovirus vaccine (OPV) dan
inactivated polio vaccine (IPV).
 WHO menganjurkan semua negara menggunakan OPV dalam program
imunisasi rutin dan minimal satu dosis IPV, (sedang direncanakan untuk
pemberian dosis ke-2 IPV bersamaan dengan MR).
UNTUK MENDUKUNG UPAYA ERADIKASI POLIO:
SETIAP DITEMUKAN KASUS AFP YAITU SETIAP ANAK YANG BERUSIA KURANG DARI 15 TAHUN YANG
MENGALAMI KELUMPUHAN MENDADAK DAN BERSIFAT LAYUH, SERTA BUKAN DISEBABKAN OLEH RUDAPAKSA
HARUS DILAPORKAN DAN DIAMBIL SPESIMEN SERUMNYA UNTUK DIPERIKSA LABORATORIUM
HEPATITIS B
Penyebab :
Virus hepatitis B
Infeksi Hep B pada bayi saat lahir
(transmisi maternal) atau sebelum
usia satu tahun (90% akan menjadi
kronis).
Infeksi Hep B pada orang dewasa
(90% akan sembuh sempurna).
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Cara penularan :
 kontak langsung dengan darah / cairan tubuh:
a. tertular dari ibunya saat proses melahirkan bayi
(penularan vertikal dari ibu ke anak, simbah
darah);
b. penularan horizontal (lesi minimal: melalui luka
kecil, karena teriris barang tajam, gigitan,
garukan);
c. penularan melalui hubungan seksual;
d. melalui suntikan dengan jarum terkontaminasi
atau transfusi darah yang berasal karier hepatitis
B  50- 100 kali lebih infeksius dibandingkan HIV
(donor darah PMI sudah melakukan penapisan
untuk hepatitis B, hepatitis C dan HIV). Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Pencegahan:
Hepatitis B dapat dicegah dengan imunisasi
Semua bayi harus mendapatkan dosis
pertama vaksin Hepatitis B (uniject Hb)
segera setelah lahir (dalam 24 jam) 
memutuskan transmisi vertikal dari ibu
pengidap ke bayinya.
Setelah dosis pertama diberikan, maka
dilanjutkan dengan pemberian vaksin kombinasi
DTPHB-Hib dalam bentuk vaksin pentavalent
sesuai jadwal.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
HAEMOPHILUS INFLUENZAE TIPE
B
Penyebab
Haemophilus influenza adalah bakteri
yang ditemukan di hidung dan
tenggorokan anak.
Ada enam jenis Haemophilus influenza
yang memiliki kapsul. Dari enam jenis
ini, tipe-b adalah yang paling menjadi
masalah. Haemophilus influenzae type
b atau Hib, adalah penyebab 90% dari
semua infeksi oleh Haemophilus
influenzae.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Cara penularan :
 Hib ditularkan dari orang ke orang melalui percikan ludah yang
dilepaskan pada saat batuk atau bersin.
 Anak-anak dapat mempunyai kuman Hib dalam hidung dan
tenggorokannya tanpa ada gejala sakit yang disebut sebagai karier,
namun mereka dapat menularkan kepada orang lain.
 Hib merupakan penyebab pneumonia akut, meningitis dan penyakit
invasif lainnya, terutama pada anak usia di bawah lima tahun.
Gejala
 Gejala pneumonia seperti demam, menggigil, batuk, nafas cepat dan
dada tertarik ke dalam.
 Gejala meningitis seperti demam, nyeri kepala, sensitif terhadap cahaya,
kaku kuduk, delirium
dan kesadaran menurun.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
 Hib dapat menimbulkan penyakit lain apabila menyerang bagian tubuh
lainnya seperti:
Epiglotitis, yaitu radang pada pintu masuk larynx dengan gejala kesulitan bernafas
dan nafas berbunyi/stridor.
Infeksi sistemik pada darah yang menyebabkan demam, menggigil diikuti
penyebaran bakteri ke seluruh tubuh (bakteriemi).
 Sekitar 40% dari anak yang terinfeksi Hib dapat menderita disabilitas
neurologis termasuk kerusakan jaringan otak, hilangnya pendengaran
dan retardasi mental.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Pencegahan
 Penyakit yang disebabkan oleh Hib dapat diobati
dengan antibiotika. Saat ini ditemukan Hib yang
resisten terhadap antibiotika yang umum dipakai di
beberapa tempat di dunia.
 Hib paling tepat dicegah melalui imunisasi dengan vaksin
yang mengandung antigen Hib (pentabio DPT/HB/Hib)
kepada bayi diikuti booster pada usia 18 bulan.
Imunisasi menjadi sangat penting pada saat makin
seringnya ditemukan Hib yang resisten terhadap
antibiotika.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
PNEUMOKOKUS
PENYEBAB
Infeksi pneumokokus disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pneumoniae (disebut juga sebagai bakteri
pneumokokus) yang merupakan penyebab utama
pneumonia, yaitu penyakit infeksi saluran napas.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Cara Penularan
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
 Pneumokokus disebarkan dari orang ke orang melalui percikan ludah pada saat
batuk, bersin, atau kontak erat. Pneumokokus ditularkan secara langsung saat
terpapar dengan lendir atau cairan yang berasal dari penderita, atau orang yang
kelihatan sehat namun mengandung pneumokokus dalam tenggorokannya (karier).
Gejala
 Demam dan menggigil terjadi hampir pada semua jenis infeksi pneumokokus.
Pneumonia pada anak-anak gejalanya batuk, frekuensi nafas cepat dan tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK).
 Pada anak-anak yang lebih tua, ada keluhan nafas pendek dan sakit pada saat
bernafas dan batuk. Penderita dengan meningitis dapat mengeluh nyeri kepala,
sensitif terhadap sinar, kaku kuduk, kejang, delirium atau menurunnya kesadaran.
Pada otitis, penderita mengeluh rasa nyeri dan keluar cairan di daerah infeksi, begitu
juga pada sinusitis.
Komplikasi
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
 Pneumonia dapat diikuti dengan komplikasi bakteriemia (infeksi aliran
darah) dan atau empiema (ada pus atau nanah pada cavum pleural
yaitu ruangan antara paru dan selaput paru) dan atau abses paru.
Penderita meningitis yang sembuh akan mengalami gejala sisa berupa
ketulian, retardasi mental, gangguan motorik dan kejang.
 Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak.
Pneumokokus juga menyebabkan meningitis (infeksi selaput otak dan
sumsum tulang belakang), bakteriemia (infeksi aliran darah), otitis
media, sinusitis dan konjungtivitis terutama pada baduta dan lansia.
 Faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terinfeksi pneumokokus
antara lain umur (balita dan lansia lebih rentan), tidak mendapatkan
imunisasi lengkap, tidak mendapatkan ASI eksklusif, gizi buruk, polusi
udara dalam ruangan (misalnya asap rokok), berat badan lahir rendah
(BBLR), kepadatan penghuni rumah serta kurang ventilasi dalam rumah.
PENCEGAHAN
 Pencegahan infeksi pneumokokus yang paling
efektif adalah dengan imunisasi 3 dosis PCV
pada umur 2, 3 dan 12 bulan.
 Upaya lain adalah melalui perilaku hidup bersih
dan sehat seperti mencegah kepadatan hunian
dan polusi di dalam rumah seperti mengurangi
asap rokok, mengkonsumsi makanan bergizi
dan promosi ASI eksklusif bagi bayi pada usia
enam bulan.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
HUMAN PAPILLOMA VIRUS
Penyebab:
Virus Human Papiloma Virus
(HPV). Ada lebih dari 100 jenis
HPV, ada jenis tertentu yang
hanya menyebabkan condyloma
pada vagina, namun ada 13 jenis
yang berbeda yang dapat
menimbulkan kanker.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Cara Penularan:
 HPV adalah virus yang ditularkan melalui hubungan seksual dan
dapat menyebabkan condyloma dan kanker.
 HPV menyebar dengan sangat mudah melalui kontak kulit. Hampir
semua orang yang aktif secara seksual telah pernah terinfeksi, pada
umumnya sudah terjadi saat awal kehidupan seksual mereka.
Manifestasi:
 HPV dapat menyebabkan kanker pada anus, alat kelamin bagian luar,
kanker mulut pada laki-laki dan perempuan. Sedangkan pada
perempuan 99% kanker serviks disebabkan oleh HPV.
 Kanker serviks adalah penyebab utama kematian pada perempuan
dewasa di negara berkembang. Merupakan jenis kanker nomor dua
pada umumnya pada perempuan di seluruh dunia. Hampir 85%
kematian karena kanker serviks terjadi di negara berkembang.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
PENCEGAHAN (2)
 c) pencegahan tersier, dengan melakukan tindakan terhadap kanker invasif semua
umur.
Vaksin HPV yang ada saat ini dapat mencegah terhadap dua jenis HPV yaitu tipe 16
dan 18 yang diketahui sebagai penyebab 70% kejadian kanker serviks. Vaksinasi
penting bagi negara yang sumber daya kesehatannya kurang untuk melakukan
skrining yang efektif.
Skrining dengan Pap smear, HPV-DNA atau dengan IVA dianjurkan bagi perempuan
usia 30 dan 49 tahun walaupun sebelumnya sudah pernah mendapatkan vaksinasi
HPV mengingat kanker serviks juga bisa disebabkan oleh HPV tipe lain.
Pemakaian kondom dapat juga mencegah terjadinya infeksi HPV.
Untuk perempuan penderita HIV skrining harus dilakukan begitu diagnosis HIV
ditegakkan tanpa memandang usia.
Vaksin HPV harus merupakan bagian dari strategi pencegahan kanker serviks
yang komprehensif dan terkoordinasikan.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Pencatatan Imunisasi dalam Buku KIA
BUKU KIA
MONITORING
SUMBER INFORMASI
Buku KIA berisi informasi dan catatan kesehatan yang komprehensif mulai dari ibu hamil sampai anak berusia
6 tahun
PENCATATAN
19
LINTAS PROGRAM DALAM BUKU
KIA
Program Kesehatan
Lingkungan
- Kebersihan lingkungan
- Keselamatan lingkungan
Program Gizi
- IMD
- ASI Eksklusif
- MP-ASI
- Gizi Ibu hamil dan
nifas
- TTD
- Vitamin A
Program P2P
- Imunisasi
- Obat cacing
- Triple eliminasi
Program Promosi
Kesehatan
- CTPS
- PHBS
Program KIA
- ANC
- Pertumbuhan
Perkembangan
Balita
- Kelas Ibu Hamil
- Kelas Ibu Balita
 Prasyarat akte kelahiran
 Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, media KIE di
posyandu, BKB dan PAUD /TK/RA
 Acuan Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita
 Buku pegangan pendamping Program Keluarga Harapan
 Instrumen verifikasi klaim BPJS
 Inovasi lainnya
PENGGUNAAN LINTAS SEKTOR
Pemberian Vitamin A Terintegrasi dengan Program Imunisasi
Usia Vitamin A Imunisasi
6  8 bulan Kapsul Vit A Biru
(100.000 SI)
9  11 bulan Kapsul Vit A Biru
(100.000 SI)
Campak-Rubela1, IPV2*
JE**
12  23 bulan Kapsul Vit A Merah
(200.000 SI)
PCV3
Campak-Rubela2, DPT- HB-
Hib4
24  59 bulan Kapsul Vit A Merah
(200.000 SI)
Click icon to add picture
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Standar kualitas yaitu pelayanan antenatal :
1. Pengukuran berat badan.
2. Pengukuran tekanan darah.
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
5. Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ).
6. Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi.
7. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet.
8. Tes Laboratorium.
9. Tatalaksana/penanganan kasus.
10. Temu wicara (konseling).
Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
 Standar kualitas:
 Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam)  KN1
 Pemotongan dan perawatan tali pusat
 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
 Injeksi vitamin K1
 Pemberian salep/tetes mata antibiotic
 Pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B 0)
 Pelayanan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam  28 hari)  KN2
 Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif
 Memeriksa kesehatan dengan menggunakan pendekatan MTBM
 Pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasilitas pelayanan kesehatan atau belum mendapatkan injeksi vitamin K1
 Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia < 24 jam yang lahir tidak ditolong tenaga
kesehatan
 Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi
Pelayanan Kesehatan Balita
Pelayanan Kesehatan Balita Usia 0-11 Bulan Pelayanan Kesehatan Balita Usia 12  23 Bulan
HB0, BCG, Polio, DPT-HB-Hib, Campak, Rubella DPT-HB-Hib dan Campak, Rubella
DOFU
(Drop-out Follow Up)
Kegiatan lanjutan dari upaya pelacakan, dilakukan
apabila masih ada bayi/baduta yang belum
mendapatkan imunisasi sesuai jadwal.
DOFU dapat dilakukan secara periodik (bulanan,
triwulanan, dan tahunan).
BLF
(Backlog Fighting)
Kegiatan melengkapi status imunisasi anak yang berusia
kurang dari 3 (tiga) tahun yang belum mendapatkan
imunisasi dasar maupun lanjutan. Kegiatan ini
diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa/kelurahan yang
selama dua tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
Imunisasi Kejar
KETENTUAN MELENGKAPI IMUNISASI PADA ANAK USIA <36
BULAN
Satu Dosis BCG
Empat Dosis OPV
Satu Dosis IPV
Empat Dosis DPT-
HB-Hib
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Dua Dosis Campak
Rubela
 Diberikan paling lambat usia 11 bulan (<1 tahun)
 Interval minimal antar dosis adalah 4 minggu
 Diberikan segera ketika anak datang ke tempat pelayanan
 Bagi anak usia 9-12 bulan, maka interval dosis pertama dan kedua adalah
4 minggu, interval dosis kedua dan ketiga adalah 4 minggu dan interval
dosis ketiga dan keempat adalah 12 bulan
 Bagi anak usia >12-36 bulan, maka interval dosis pertama dan kedua
adalah 4 minggu, interval dosis kedua dan ketiga adalah 6 bulan dan
interval dosis ketiga dan keempat adalah 12 bulan
 Interval minimal dosis pertama dan kedua adalah 6 bulan
TERIMA KASIH
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat

More Related Content

Similar to Pressentasi PD3I Bukittinggi 2024 .pptx (20)

imunisasi dasar lengkap pada neonatus, bayi, dan balita
imunisasi dasar lengkap pada neonatus, bayi, dan balitaimunisasi dasar lengkap pada neonatus, bayi, dan balita
imunisasi dasar lengkap pada neonatus, bayi, dan balita
rahmawaty040590
IMUNISASI DASAR LENGKAPjhfehfncdjuijdcne
IMUNISASI DASAR LENGKAPjhfehfncdjuijdcneIMUNISASI DASAR LENGKAPjhfehfncdjuijdcne
IMUNISASI DASAR LENGKAPjhfehfncdjuijdcne
rahmawaty040590
PD3I Nadet.pptx
PD3I Nadet.pptxPD3I Nadet.pptx
PD3I Nadet.pptx
BernadettaDewanty
SURVEILANS PERTUSIS DAN TN pasca imun 1.pptx
SURVEILANS PERTUSIS DAN TN pasca imun 1.pptxSURVEILANS PERTUSIS DAN TN pasca imun 1.pptx
SURVEILANS PERTUSIS DAN TN pasca imun 1.pptx
IcalCUy1
Webinar Hari TBC Sedunia Kepada Dokter Muda di FK USK
Webinar Hari TBC Sedunia Kepada Dokter Muda di FK USKWebinar Hari TBC Sedunia Kepada Dokter Muda di FK USK
Webinar Hari TBC Sedunia Kepada Dokter Muda di FK USK
ImanMaman
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
kenggi
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan BalitaMateri kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
StephanieLexyLouis1
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Amalia Ifanasari
Imunisasi PCV.pptx
Imunisasi PCV.pptxImunisasi PCV.pptx
Imunisasi PCV.pptx
deaputri88
Materi Imun Lengkap bosss.PPT
Materi Imun Lengkap bosss.PPTMateri Imun Lengkap bosss.PPT
Materi Imun Lengkap bosss.PPT
PuskesmasAmbalAmbil
Tbc
TbcTbc
Tbc
endahkusuma7
Kebijakan Pelaksanaan Imunisasi Kejar_Kemenkes_Sumsel_Lahat Mei 2023.pptx
Kebijakan Pelaksanaan Imunisasi Kejar_Kemenkes_Sumsel_Lahat Mei 2023.pptxKebijakan Pelaksanaan Imunisasi Kejar_Kemenkes_Sumsel_Lahat Mei 2023.pptx
Kebijakan Pelaksanaan Imunisasi Kejar_Kemenkes_Sumsel_Lahat Mei 2023.pptx
sriwidyaningsih6
MATERI IMUNISASI RUTIN UNTUK KADER 2024 - posyandu
MATERI IMUNISASI RUTIN UNTUK KADER 2024 - posyanduMATERI IMUNISASI RUTIN UNTUK KADER 2024 - posyandu
MATERI IMUNISASI RUTIN UNTUK KADER 2024 - posyandu
jualobuku
Jenis jenis imunisasi pada anak dan dampaknya
Jenis jenis imunisasi pada anak dan dampaknyaJenis jenis imunisasi pada anak dan dampaknya
Jenis jenis imunisasi pada anak dan dampaknya
susantisanti21
leaflet-Imunisasi.pdf
leaflet-Imunisasi.pdfleaflet-Imunisasi.pdf
leaflet-Imunisasi.pdf
dhofir1988
TUBERCULOSIS (TB) general topic in Malaysia
TUBERCULOSIS (TB) general topic in MalaysiaTUBERCULOSIS (TB) general topic in Malaysia
TUBERCULOSIS (TB) general topic in Malaysia
OphaineIvy
TUBERCULOSIS (TB) general topic in Malaysia
TUBERCULOSIS (TB) general topic in MalaysiaTUBERCULOSIS (TB) general topic in Malaysia
TUBERCULOSIS (TB) general topic in Malaysia
OphaineIvy
Imunisasi pada Anak fitriana karikasari.pptx
Imunisasi pada Anak fitriana karikasari.pptxImunisasi pada Anak fitriana karikasari.pptx
Imunisasi pada Anak fitriana karikasari.pptx
fitrianakartikasari5
pengantar vaksin dan imunisasi pertemuan.pptx
pengantar vaksin dan imunisasi pertemuan.pptxpengantar vaksin dan imunisasi pertemuan.pptx
pengantar vaksin dan imunisasi pertemuan.pptx
ssuserd3e705
imunisasi dasar lengkap pada neonatus, bayi, dan balita
imunisasi dasar lengkap pada neonatus, bayi, dan balitaimunisasi dasar lengkap pada neonatus, bayi, dan balita
imunisasi dasar lengkap pada neonatus, bayi, dan balita
rahmawaty040590
IMUNISASI DASAR LENGKAPjhfehfncdjuijdcne
IMUNISASI DASAR LENGKAPjhfehfncdjuijdcneIMUNISASI DASAR LENGKAPjhfehfncdjuijdcne
IMUNISASI DASAR LENGKAPjhfehfncdjuijdcne
rahmawaty040590
SURVEILANS PERTUSIS DAN TN pasca imun 1.pptx
SURVEILANS PERTUSIS DAN TN pasca imun 1.pptxSURVEILANS PERTUSIS DAN TN pasca imun 1.pptx
SURVEILANS PERTUSIS DAN TN pasca imun 1.pptx
IcalCUy1
Webinar Hari TBC Sedunia Kepada Dokter Muda di FK USK
Webinar Hari TBC Sedunia Kepada Dokter Muda di FK USKWebinar Hari TBC Sedunia Kepada Dokter Muda di FK USK
Webinar Hari TBC Sedunia Kepada Dokter Muda di FK USK
ImanMaman
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
kenggi
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan BalitaMateri kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
StephanieLexyLouis1
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Amalia Ifanasari
Imunisasi PCV.pptx
Imunisasi PCV.pptxImunisasi PCV.pptx
Imunisasi PCV.pptx
deaputri88
Materi Imun Lengkap bosss.PPT
Materi Imun Lengkap bosss.PPTMateri Imun Lengkap bosss.PPT
Materi Imun Lengkap bosss.PPT
PuskesmasAmbalAmbil
Kebijakan Pelaksanaan Imunisasi Kejar_Kemenkes_Sumsel_Lahat Mei 2023.pptx
Kebijakan Pelaksanaan Imunisasi Kejar_Kemenkes_Sumsel_Lahat Mei 2023.pptxKebijakan Pelaksanaan Imunisasi Kejar_Kemenkes_Sumsel_Lahat Mei 2023.pptx
Kebijakan Pelaksanaan Imunisasi Kejar_Kemenkes_Sumsel_Lahat Mei 2023.pptx
sriwidyaningsih6
MATERI IMUNISASI RUTIN UNTUK KADER 2024 - posyandu
MATERI IMUNISASI RUTIN UNTUK KADER 2024 - posyanduMATERI IMUNISASI RUTIN UNTUK KADER 2024 - posyandu
MATERI IMUNISASI RUTIN UNTUK KADER 2024 - posyandu
jualobuku
Jenis jenis imunisasi pada anak dan dampaknya
Jenis jenis imunisasi pada anak dan dampaknyaJenis jenis imunisasi pada anak dan dampaknya
Jenis jenis imunisasi pada anak dan dampaknya
susantisanti21
leaflet-Imunisasi.pdf
leaflet-Imunisasi.pdfleaflet-Imunisasi.pdf
leaflet-Imunisasi.pdf
dhofir1988
TUBERCULOSIS (TB) general topic in Malaysia
TUBERCULOSIS (TB) general topic in MalaysiaTUBERCULOSIS (TB) general topic in Malaysia
TUBERCULOSIS (TB) general topic in Malaysia
OphaineIvy
TUBERCULOSIS (TB) general topic in Malaysia
TUBERCULOSIS (TB) general topic in MalaysiaTUBERCULOSIS (TB) general topic in Malaysia
TUBERCULOSIS (TB) general topic in Malaysia
OphaineIvy
Imunisasi pada Anak fitriana karikasari.pptx
Imunisasi pada Anak fitriana karikasari.pptxImunisasi pada Anak fitriana karikasari.pptx
Imunisasi pada Anak fitriana karikasari.pptx
fitrianakartikasari5
pengantar vaksin dan imunisasi pertemuan.pptx
pengantar vaksin dan imunisasi pertemuan.pptxpengantar vaksin dan imunisasi pertemuan.pptx
pengantar vaksin dan imunisasi pertemuan.pptx
ssuserd3e705

Recently uploaded (19)

DRUG USE EVALUATION_Dra. L. Endang Budiarti, Apt..pptx
DRUG USE EVALUATION_Dra. L. Endang Budiarti, Apt..pptxDRUG USE EVALUATION_Dra. L. Endang Budiarti, Apt..pptx
DRUG USE EVALUATION_Dra. L. Endang Budiarti, Apt..pptx
sulastrifar1453
Kegawatdaruratap pada Diabetes melitus.ppt
Kegawatdaruratap pada Diabetes melitus.pptKegawatdaruratap pada Diabetes melitus.ppt
Kegawatdaruratap pada Diabetes melitus.ppt
arifpolkesma
Panduan Cek Kesehatan Gratis - Masyarakat
Panduan Cek Kesehatan Gratis - MasyarakatPanduan Cek Kesehatan Gratis - Masyarakat
Panduan Cek Kesehatan Gratis - Masyarakat
HasriSasmita1
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
Wahid Husein
Materi 3. Food Recall 24 hourssssss.pptx
Materi 3. Food Recall 24 hourssssss.pptxMateri 3. Food Recall 24 hourssssss.pptx
Materi 3. Food Recall 24 hourssssss.pptx
gikyulomi
pemeriksaan kesehatan gratis hari ulang tahun
pemeriksaan kesehatan gratis hari ulang tahunpemeriksaan kesehatan gratis hari ulang tahun
pemeriksaan kesehatan gratis hari ulang tahun
Anonymous2x1IlfU8
PPT_Strategis.pptxAssignmentAssignmentAssignment
PPT_Strategis.pptxAssignmentAssignmentAssignmentPPT_Strategis.pptxAssignmentAssignmentAssignment
PPT_Strategis.pptxAssignmentAssignmentAssignment
dwfqqeg
Kegawatdaruratan Stroke Darurat_Stroke.pptx
Kegawatdaruratan Stroke Darurat_Stroke.pptxKegawatdaruratan Stroke Darurat_Stroke.pptx
Kegawatdaruratan Stroke Darurat_Stroke.pptx
IrfanNersMaulana
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus GestasionalKonsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan KedokteranBeban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
ElizabethFang1
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Wahid Husein
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Wahid Husein
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
ssuserf5305e
Remaja & Perilaku Seks Berisiko (HIV AIDS)
Remaja & Perilaku Seks Berisiko (HIV AIDS)Remaja & Perilaku Seks Berisiko (HIV AIDS)
Remaja & Perilaku Seks Berisiko (HIV AIDS)
HasriSasmita1
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.ppt
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.pptSistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.ppt
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.ppt
arifpolkesma
Implementasi Data Mining untuk Prediksi Status Proses Persalinan.pptx
Implementasi Data Mining untuk Prediksi Status Proses Persalinan.pptxImplementasi Data Mining untuk Prediksi Status Proses Persalinan.pptx
Implementasi Data Mining untuk Prediksi Status Proses Persalinan.pptx
PatmaCuanta
Materi Workshop Manajemen Kluster 1 Tahun 2025.pptx
Materi Workshop Manajemen Kluster 1 Tahun 2025.pptxMateri Workshop Manajemen Kluster 1 Tahun 2025.pptx
Materi Workshop Manajemen Kluster 1 Tahun 2025.pptx
rusilacrb06
ASPEK-HUKUM-DAN-ETIKA-Rumah sakit-12.ppt
ASPEK-HUKUM-DAN-ETIKA-Rumah sakit-12.pptASPEK-HUKUM-DAN-ETIKA-Rumah sakit-12.ppt
ASPEK-HUKUM-DAN-ETIKA-Rumah sakit-12.ppt
drevyagustin87
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAPDokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
AstriYuliaSariLubis1
DRUG USE EVALUATION_Dra. L. Endang Budiarti, Apt..pptx
DRUG USE EVALUATION_Dra. L. Endang Budiarti, Apt..pptxDRUG USE EVALUATION_Dra. L. Endang Budiarti, Apt..pptx
DRUG USE EVALUATION_Dra. L. Endang Budiarti, Apt..pptx
sulastrifar1453
Kegawatdaruratap pada Diabetes melitus.ppt
Kegawatdaruratap pada Diabetes melitus.pptKegawatdaruratap pada Diabetes melitus.ppt
Kegawatdaruratap pada Diabetes melitus.ppt
arifpolkesma
Panduan Cek Kesehatan Gratis - Masyarakat
Panduan Cek Kesehatan Gratis - MasyarakatPanduan Cek Kesehatan Gratis - Masyarakat
Panduan Cek Kesehatan Gratis - Masyarakat
HasriSasmita1
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
Wahid Husein
Materi 3. Food Recall 24 hourssssss.pptx
Materi 3. Food Recall 24 hourssssss.pptxMateri 3. Food Recall 24 hourssssss.pptx
Materi 3. Food Recall 24 hourssssss.pptx
gikyulomi
pemeriksaan kesehatan gratis hari ulang tahun
pemeriksaan kesehatan gratis hari ulang tahunpemeriksaan kesehatan gratis hari ulang tahun
pemeriksaan kesehatan gratis hari ulang tahun
Anonymous2x1IlfU8
PPT_Strategis.pptxAssignmentAssignmentAssignment
PPT_Strategis.pptxAssignmentAssignmentAssignmentPPT_Strategis.pptxAssignmentAssignmentAssignment
PPT_Strategis.pptxAssignmentAssignmentAssignment
dwfqqeg
Kegawatdaruratan Stroke Darurat_Stroke.pptx
Kegawatdaruratan Stroke Darurat_Stroke.pptxKegawatdaruratan Stroke Darurat_Stroke.pptx
Kegawatdaruratan Stroke Darurat_Stroke.pptx
IrfanNersMaulana
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus GestasionalKonsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan KedokteranBeban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
ElizabethFang1
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Wahid Husein
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Wahid Husein
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
ssuserf5305e
Remaja & Perilaku Seks Berisiko (HIV AIDS)
Remaja & Perilaku Seks Berisiko (HIV AIDS)Remaja & Perilaku Seks Berisiko (HIV AIDS)
Remaja & Perilaku Seks Berisiko (HIV AIDS)
HasriSasmita1
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.ppt
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.pptSistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.ppt
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.ppt
arifpolkesma
Implementasi Data Mining untuk Prediksi Status Proses Persalinan.pptx
Implementasi Data Mining untuk Prediksi Status Proses Persalinan.pptxImplementasi Data Mining untuk Prediksi Status Proses Persalinan.pptx
Implementasi Data Mining untuk Prediksi Status Proses Persalinan.pptx
PatmaCuanta
Materi Workshop Manajemen Kluster 1 Tahun 2025.pptx
Materi Workshop Manajemen Kluster 1 Tahun 2025.pptxMateri Workshop Manajemen Kluster 1 Tahun 2025.pptx
Materi Workshop Manajemen Kluster 1 Tahun 2025.pptx
rusilacrb06
ASPEK-HUKUM-DAN-ETIKA-Rumah sakit-12.ppt
ASPEK-HUKUM-DAN-ETIKA-Rumah sakit-12.pptASPEK-HUKUM-DAN-ETIKA-Rumah sakit-12.ppt
ASPEK-HUKUM-DAN-ETIKA-Rumah sakit-12.ppt
drevyagustin87
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAPDokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
AstriYuliaSariLubis1

Pressentasi PD3I Bukittinggi 2024 .pptx

  • 1. Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)
  • 2. PENGERTIAN IMUNISASI IMUNISASI Imunisasi Program Imunisasi Pilihan Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan Imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi Imunisasi yang diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit tertentu
  • 3. 2-3 juta kematian dapat dicegah setiap tahun dengan imunisasi Imunisasi dapat mencegah lebih dari 26 penyakit Membantu membatasi/ mengurangi terjadinya resistensi antibiotik karena dapat mencegah penyakit pada tahap awal Meningkatkan cakupan imunisasi secara global dapat menyelamatkan lebih dari 1,5 juta orang setiap tahunnya
  • 4. Setiap orang yang mendapatkan imunisasi akan membentuk antibodi spesifik terhadap penyakit tertentu PROTEKSI SPESIFIK INDIVIDU MEMBENTUK KEKEBALAN KELOMPOK (HERD IMMUNITY) Apabila cakupan imunisasi tinggi dan merata dapat membentuk kekebalan kelompok dan melindungi kelompok masyarakat yang rentan PROTEKSI LINTAS KELOMPOK Pemberian imunisasi pada kelompok usia tertentu (anak) dapat membatasi penularan kepada kelompok usia dewasa/orang tua
  • 5. Mengapa Imunisasi penting diberikan pada bayi dan anak ? Melatih Sistem Perlawanan di tubuh anak kita Kekebalan Khusus terhadap Penyakit tertentu
  • 9. Sudah mendapatkan imunisasi dasar: HB-0 1 dosis BCG 1 dosis DPT-HB-Hib 3 dosis Rota Vaksin 3 dosis Polio Tetes (OPV) 4 dosis Polio Suntik (IPV) 1 dosis Campak Rubela 1 dosis PCV 2 dosis Bayi Usia 0-11 bulan Sudah mendapatkan imunisasi lanjutan: DPT-HB-Hib 1 dosis Campak Rubela 1 dosis PCV 1 dosis Anak Usia 18-24 bulan Sudah mendapatkan imunisasi lanjutan: Campak Rubela dan DT pada anak kelas 1SD/MI Td pada kelas 2 dan 5 SD/MI Sudah mendapat imunisasi: HPV pada kelas 5 dan 6 SD/MI Anak Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah IMUNISASI RUTIN LENGKAP
  • 10. UMUR (BULAN) JENIS IMUNISASI <24 jam Hepatitis B 1 BCG, OPV1 2 DPT-HepB-Hib1, OPV2, PCV1, RV1 3 DPT-HepB-Hib2, OPV3, PCV2, RV2 4 DPT-HepB-Hib3, OPV4, IPV. RV3 9 Campak-Rubela1 10 JE* 12 PCV3 18 DPT-HepB-Hib4, Campak-Rubela2 Status Imunisasi Interval Minimal Pemberian Masa Perlindungan T1 - - T2 4 minggu setelah T1 3 tahun T3 6 bulan setelah T2 5 tahun T4 1 tahun setelah T3 10 tahun T5 1 tahun setelah T4 >25 tahun IMUNISASI LANJUTAN PADA WUS HARUS MELALUI SKRINING IMUNISASI DASAR PADA BAYI & LANJUTAN PADA BADUTA BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH Kelas 1 SD Kelas 2 SD Kelas 5 SD Kelas 6 SD - DT - CR Td HPV* Td HPV* * Hanya di wilayah endemis IMUNISASI LANJUTAN PADA ANAK SEKOLAH
  • 11. JENIS PD3I dari PROGRAM IMUNISASI NASIONAL Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 12. 14 macam PD3I pada program imunisasi nasional: Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat Difteri Pertusis Tetanus Tuberkulosis Campak Rubella Poliomielitis Hepatitis B Meningitis Pneumonia Japanese Encephalitis Human Papiloma Virus Rotavirus Pneumococus Dan PD3I lain yang tidak termasuk dalam program imunisasi nasional seperti Tifoid, Influenza, Mumps, Varicela, Hepatitis A, Rabies Vaksin baru: Malaria, dengue, HIV
  • 13. GAMBARAN KLINIS PD3I dari PROGRAM IMUNISASI NASIONAL Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 14. DIFTERI KASUS DIFTERI Penyebab : Bakteri Corynebacterium Diphtheriae yang menghasilkan toksin difteri Cara Penularan: melalui udara (batuk / bersin) Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 15. GEJALA KLINIS DIFTERI Demam atau tanpa demam Munculnya pseudomembran putih keabuan, sulit lepas dan mudah berdarah jika dilepas/ dimanipulasi Sakit waktu menelan 94% kasus Difteri mengenai tonsil dan faring lainnya difteri kulit Leher membengkak Sesak nafas disertai bunyi KOMPLIKASI DIFTERI Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 16. CARA PENULARAN DIFTERI melalui droplet (percikan ludah) sewaktu batuk, bersin, muntah, melalui alat makan, atau kontak langsung dari lesi di kulit. SIAPA YANG BISA TERTULAR DIFTERI? Semua kelompok usia dapat tertular penyakit ini, terutama yang belum mendapatkan imunisasi lengkap Difteri pada dewasa sulit terdeteksi MASA INKUBASI DIFTERI antara 1 10 hari, rata-rata 2 5 hari Kasus dapat menularkan penyakit ke orang lain 2- 4 minggu sejak masa inkubasi Seseorang dapat menjadi Carrier tanpa gejala selama 6 bulan KEMATIAN Bila tidak diobati dengan tepat angka kematian 5 10 % pada anak usia <5 tahun dan pada dewasa (diatas 40 tahun) mencapai 20 % Kematian akibat kelumpuhan otot jantung atau sumbatan jalan nafas. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIFTERI Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat Suatu wilayah dinyatakan KLB Difteri jika ditemukan 1 (satu) kasus difteri konfirmasi dilaporkan dalam 24 jam ke Kementerian Kesehatan (PHEOC Public Health Emergency Operation Centre).
  • 17. Mortimer E.A.and Wharton M., in Vaccines, 1999. Atkinson W. et al., in Epidemiology and Prevention of Vaccine-preventable Diseases, 1996d. Patogenesis Difteria Percika n ludah Terhirup Kolonisasi di tenggorokan dan memproduksi toksin Nekrosis setempat dan terkumpul jaringan mati Toksin diserap dan masuk ke peredaran darah menyebar ke otot jantung, ginjal, syaraf perifer Terbentuk pseudo membran Miokarditi s, neuriti s Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 18. Difteri dapat disembuhkan apabila orang yang terjangkit tidak terlambat dalam mendapatkan pertolongan APAKAH DIFTERI DAPAT DISEMBUHKAN? CARA PENCEGAHAN PENULARAN DIFTERI Pencegahan: Imunisasi Difteria Toxoid (DPT-HB-Hib, DT, Td) Apabila dalam suatu wilayah ditemukan satu kasus difteri maka dilakukan ORI (Outbreak Response Immunization) pada wilayah dan kelompok usia yang tepat dengan cakupan yang tinggi dan merata . Setelah imunisasi dasar, vaksin difteri harus diulang setiap 10 tahun Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus (carrier) Erythromysin 4 x sehari selama 7 hari Tatalaksana kasus dengan pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan antibiotika Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 19. PERTUSIS Penyebab : bakteri Bordetella pertussis rongga mulut, hidung, dan tenggorokan Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 20. PERTUSIS/BATUK REJAN/BATUK 100 HARI Cara penularan : percikan ludah (droplet infection) yang keluar dari batuk atau bersin sangat menular, terutama menyerang anak-anak yang belum di imunisasi penderita yang tidak diobati dapat menularkan penyakit sampai dengan tiga minggu setelah batuk yang khas timbul pada penderita. Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 21. PERTUSIS/BATUK REJAN/BATUK 100 HARI (2) Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat Gejala : sepuluh hari setelah seseorang terinfeksi gejala ILI (influenzae like illness) batuk terus menerus (> 2 minggu), tanpa jeda & diakhiri dg napas dalam, serta muntah selama /setelah batuk (whooping cough) kadang hingga muka kebiruan dan pendarahan di mata Komplikasi berat : Radang paru, henti napas, kematian mendadak Pengobatan: Antibiotika Pencegahan: Imunisasi lengkap sesuai usia: DPT-HB-Hib Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus
  • 22. TETANUS Penyebab : bakteri Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin (tetanospasmin) neurotoksin menyebabkan rasa sakit yang berat dan kejang pada otot yang dapat menyebabkan kematian Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 23. Cara penularan : tidak menyebar langsung dari orang ke orang masuk ke luka yang tak bersih, kuku yang kotor, luka dalam akibat gigitan binatang, pemotongan tali pusat bayi yang tidak steril, pisau, peralatan persalinan yang tidak steril pada saat bayi lahir Masa inkubasi : sekitar 21 hari dan dapat juga sampai beberapa bulan tergantung keadaan lukanya. Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 24. Pengobatan: pemberian anti tetanus serum, antibiotik, perawatan luka dan pengobatan suportif Pencegahan: Imunisasi Tetaus Toxoid ( DPT-HB-Hib, DT, Td) Persalinan yang bersih dan steril tetap harus dilakukan walaupun ibu hamil tersebut sudah mendapatkan imunisasi Td. Pemotongan tali pusat secara steril Orang yang sembuh dari tetanus tetap harus diberi imunisasi tidak punya kekebalan dan dapat terinfeksi kembali Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 25. TUBERCULOSIS Penyebab : Bakteri Mycobacterium tuberkulosis Biasanya menyerang paru-paru bisa juga menyerang bagian tubuh yang lain seperti tulang, sendi, dan otak Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri tuberkulosis jatuh sakit TB Paru Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat TB Spinal/Spondylitis TB)
  • 26. Cara penularan : Dari orang ke orang melalui udara (droplet) pada saat penderita batuk atau bersin Menular sangat cepat terutama: daerah padat dan kumuh, akses terhadap pelayanan kesehatan kurang, masyarakat yang kurang gizi Rentan terhadap infeksi tuberkulosis: anak usia < 3 tahun dan orangtua Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 27. Komplikasi: Jika tidak diobati kecacatan & kematian. Kematian dapat cepat terjadi apabila yang bersangkutan juga menderita HIV/AIDS Pengobatan: Directly observed treatment short-course (DOTS) pengobatan yang lengkap dengan obat tuberkulosis dalam 2 fase selama enam bulan Pencegahan: Paling efektif melalui imunisasi BCG Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 28. CAMPAK Penyebab : Virus RNA dari genus Morbillivirus dari keluarga Paramyxoviridae. Virus tersebut mudah mati karena panas dan cahaya Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 29. Cara penularan : Droplet yang keluar dari hidung, mulut atau tenggorokan orang yang terinfeksi virus campak pada saat bicara, batuk, bersin atau melalui sekresi hidung. Masa penularan: empat (4) hari sebelum timbul rash sampai dengan empat (4) hari setelah timbul rash. Puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama sakit. Masa inkubasi: 7 18 hari, rata-rata 10 hari Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 30. Komplikasi: Sering terjadi pada anak usia < 5 tahun Komplikasi yang sering terjadi yaitu: diare, ulkus mukosa mulut, malnutrisi, otitis media, kebutaan, bronchopneumonia, pneumonia, encephalitis, subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Kasus campak pada penderita malnutrisi/defisiensi vitamin A/immune defisiency (HIV) komplikasi campak yang lebih berat atau fatal. UNTUK MENDUKUNG UPAYA ELIMINASI CAMPAK-RUBELA/CRS: SETIAP DITEMUKAN KASUS SUSPEK CAMPAK YAITU SETIAP ORANG DARI BERBAGAI USIA YANG MENGALAMI DEMAM DAN RUAM MACULOPAPULAR HARUS DILAPORKAN DAN DIAMBIL SPESIMEN SERUMNYA UNTUK DIPERIKSA LABORATORIUM Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 31. Tata Laksana Campak ANTIVIRAL : tidak perlu TERAPI SUPORTIF: istirahat, antipiretik, nutrisi dan hidrasi, simptomatik ANTIBIOTIK : bila ada infeksi sekunder bakteri VITAMIN A DOSIS TINGGI : 100.000 U, per oral (usia 6 bln- 1 thn) 200.000 U, per oral (usia >1thn), diulangi pada hari ke-2 dan jika gizi buruk / komplikasi mata diulang 2 minggu kmd Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 32. RUBELA Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat Penyebab : Togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan virus RNA. Cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Dapat menembus sawar placenta dan menginfeksi janin gangguan pertumbuhan janin: abortus, lahir mati atau cacat berat kongenital (birth defects) Congenital Rubella Syndrome (CRS).
  • 33. Cara penularan : Melalui droplet saluran pernapasan saat batuk atau bersin Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening regional. Viremia terjadi pada 47 hari setelah virus masuk tubuh. Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash. Masa inkubasi : 1421 hari. Pengobatan: Suportif 29 Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 34. Manifestasi Klinis Gejala prodromal bervariasi sesuai umur, Pada anak : ruam, coryza ringan, diare sebelum timbul ruam. Ruam eritematous, makulopapula, dan diskretapertama muka kemudian lengan, badan, dan tungkai. Progresif, luas, dan lama timbulnya ruam bervariasi. Limfadenopati: pembesaran kelenjar suboksipital, aurikular posterior, dan servikal., 1-7 hari sebelum timbul ruam dan menetap selama satu minggu atau lebih Panas badan bervariasi dan biasanya peninggian temperatur minimal, timbul bersamaan dengan timbulnya ruam dan akan kembali normal sesudah ruam hilang. Arthralgia dan arthritis transien umum terjadi pada anak perempuan yang sudah cukup besar. Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 35. Dampak infeksi rubela pada wanita hamil terutama trimester pertama abortus, lahir mati atau bayi lahir dengan CRS. Ibu yang mengalami infeksi rubella pada minggu 1-10 kehamilan 90% akan melahirkan bayi dengan CRS. Bentuk kelainan pada CRS: Kelainan jantung: Patent Ductus Arteriosus (PDA), Defek Septum Atrial/Atrial Septal Defect (ASD), Defek Septum Ventrikel/Ventricular Septal Defect (VSD), Stenosis Katup Pulmonal/Pulmonary Stenosis (PS); Kelainan pada mata: Katarak Kongenital, Glaukoma Kongenital, Pigmentary Retinopathy; Kelainan pendengaran: Tuli Sensouri Neural/ Sensouri Neural Hearing Loss (SNHL); Kelainan pada sistim saraf pusat: retardasi mental, mikrocephalia dan meningoensefalitis; Kelainan lain: purpura, splenomegali, ikterik yang muncul dalam 24 jam setelah lahir, radioluscent bone, serta gangguan pertumbuhan. Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 36. Pencegahan rubela dan CRS: Imunisasi Campak-Rubela 32 UNTUK MENDUKUNG UPAYA ELIMINASI CAMPAK-RUBELA/CRS: Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat SETIAP DITEMUKAN KASUS SUSPEK CAMPAK YAITU SETIAP ORANG DARI BERBAGAI USIA YANG MENGALAMI DEMAM DAN RUAM MACULOPAPULAR HARUS DILAPORKAN DAN DIAMBIL SPESIMEN SERUMNYA UNTUK DIPERIKSA LABORATORIUM SURVEILANS CRS DI RS SENTINEL
  • 37. POLIO Penyebab : Virus polio: o virus polio liar (wild polio virus/WPV) o Virus polio dari vaksin pada anak yang immunocompromised (vaccine associated polio paralysis/VAPP) o virus polio dari vaksin yang bermutasi mendapatkan keganasannya kembali (vaccine- derived polio virus/VDPV) o Tahan sabun, alcohol. Mati dengan formaldehyde, UV Menginfeksi semua umur, terutama pada anak-anak 1 dari 200 infeksi Polio kelumpuhan permanen (irreversible) jika virus polio menyerang sel saraf sumsum tulang belakang yg mengontrol pergerakan otot Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 38. Cara penularan : Masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman (orofecal) Gejala: Kebanyakan tidak menunjukkan gejala dapat tetap menularkan virus polio kepada orang lain. Sekitar 25% dari mereka akan menunjukkan gejala penyakit ringan (demam, nyeri kepala, nyeri tenggorokan) Kelumpuhan terjadi pada 1% dari mereka yang terinfeksi. Kematian terjadi sekitar 5-10% dari mereka yang lumpuh. Masa inkubasi: 5 35 hari Pengobatan : Tidak ada pengobatan spesifik untuk polio. Pengobatan yang dilakukan hanya bersifat suportif. Kesulitan bernafas (dibantu ventilator). Pengobatan ortopedik bagi yang memerlukan (pakai korset) untuk mengurangi dampak kecacatan dalam jangka panjang. Ro j u d i n , Ca m p a n g Wa y Ha n d ak, l u m p u htgl 2 8-0 5-0 5 Fo to 0 3- 07- 0 5 Cacat Menetap Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 39. Komplikasi berat : Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat Kelumpuhan dan cacat seumur hidup Pencegahan: Polio dapat dicegah secara efektif dengan imunisasi menggunakan oral poliovirus vaccine (OPV) dan inactivated polio vaccine (IPV). WHO menganjurkan semua negara menggunakan OPV dalam program imunisasi rutin dan minimal satu dosis IPV, (sedang direncanakan untuk pemberian dosis ke-2 IPV bersamaan dengan MR). UNTUK MENDUKUNG UPAYA ERADIKASI POLIO: SETIAP DITEMUKAN KASUS AFP YAITU SETIAP ANAK YANG BERUSIA KURANG DARI 15 TAHUN YANG MENGALAMI KELUMPUHAN MENDADAK DAN BERSIFAT LAYUH, SERTA BUKAN DISEBABKAN OLEH RUDAPAKSA HARUS DILAPORKAN DAN DIAMBIL SPESIMEN SERUMNYA UNTUK DIPERIKSA LABORATORIUM
  • 40. HEPATITIS B Penyebab : Virus hepatitis B Infeksi Hep B pada bayi saat lahir (transmisi maternal) atau sebelum usia satu tahun (90% akan menjadi kronis). Infeksi Hep B pada orang dewasa (90% akan sembuh sempurna). Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 41. Cara penularan : kontak langsung dengan darah / cairan tubuh: a. tertular dari ibunya saat proses melahirkan bayi (penularan vertikal dari ibu ke anak, simbah darah); b. penularan horizontal (lesi minimal: melalui luka kecil, karena teriris barang tajam, gigitan, garukan); c. penularan melalui hubungan seksual; d. melalui suntikan dengan jarum terkontaminasi atau transfusi darah yang berasal karier hepatitis B 50- 100 kali lebih infeksius dibandingkan HIV (donor darah PMI sudah melakukan penapisan untuk hepatitis B, hepatitis C dan HIV). Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 42. Pencegahan: Hepatitis B dapat dicegah dengan imunisasi Semua bayi harus mendapatkan dosis pertama vaksin Hepatitis B (uniject Hb) segera setelah lahir (dalam 24 jam) memutuskan transmisi vertikal dari ibu pengidap ke bayinya. Setelah dosis pertama diberikan, maka dilanjutkan dengan pemberian vaksin kombinasi DTPHB-Hib dalam bentuk vaksin pentavalent sesuai jadwal. Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 43. HAEMOPHILUS INFLUENZAE TIPE B Penyebab Haemophilus influenza adalah bakteri yang ditemukan di hidung dan tenggorokan anak. Ada enam jenis Haemophilus influenza yang memiliki kapsul. Dari enam jenis ini, tipe-b adalah yang paling menjadi masalah. Haemophilus influenzae type b atau Hib, adalah penyebab 90% dari semua infeksi oleh Haemophilus influenzae. Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 44. Cara penularan : Hib ditularkan dari orang ke orang melalui percikan ludah yang dilepaskan pada saat batuk atau bersin. Anak-anak dapat mempunyai kuman Hib dalam hidung dan tenggorokannya tanpa ada gejala sakit yang disebut sebagai karier, namun mereka dapat menularkan kepada orang lain. Hib merupakan penyebab pneumonia akut, meningitis dan penyakit invasif lainnya, terutama pada anak usia di bawah lima tahun. Gejala Gejala pneumonia seperti demam, menggigil, batuk, nafas cepat dan dada tertarik ke dalam. Gejala meningitis seperti demam, nyeri kepala, sensitif terhadap cahaya, kaku kuduk, delirium dan kesadaran menurun. Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 45. Hib dapat menimbulkan penyakit lain apabila menyerang bagian tubuh lainnya seperti: Epiglotitis, yaitu radang pada pintu masuk larynx dengan gejala kesulitan bernafas dan nafas berbunyi/stridor. Infeksi sistemik pada darah yang menyebabkan demam, menggigil diikuti penyebaran bakteri ke seluruh tubuh (bakteriemi). Sekitar 40% dari anak yang terinfeksi Hib dapat menderita disabilitas neurologis termasuk kerusakan jaringan otak, hilangnya pendengaran dan retardasi mental. Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 46. Pencegahan Penyakit yang disebabkan oleh Hib dapat diobati dengan antibiotika. Saat ini ditemukan Hib yang resisten terhadap antibiotika yang umum dipakai di beberapa tempat di dunia. Hib paling tepat dicegah melalui imunisasi dengan vaksin yang mengandung antigen Hib (pentabio DPT/HB/Hib) kepada bayi diikuti booster pada usia 18 bulan. Imunisasi menjadi sangat penting pada saat makin seringnya ditemukan Hib yang resisten terhadap antibiotika. Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 47. PNEUMOKOKUS PENYEBAB Infeksi pneumokokus disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae (disebut juga sebagai bakteri pneumokokus) yang merupakan penyebab utama pneumonia, yaitu penyakit infeksi saluran napas. Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 48. Cara Penularan Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat Pneumokokus disebarkan dari orang ke orang melalui percikan ludah pada saat batuk, bersin, atau kontak erat. Pneumokokus ditularkan secara langsung saat terpapar dengan lendir atau cairan yang berasal dari penderita, atau orang yang kelihatan sehat namun mengandung pneumokokus dalam tenggorokannya (karier). Gejala Demam dan menggigil terjadi hampir pada semua jenis infeksi pneumokokus. Pneumonia pada anak-anak gejalanya batuk, frekuensi nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK). Pada anak-anak yang lebih tua, ada keluhan nafas pendek dan sakit pada saat bernafas dan batuk. Penderita dengan meningitis dapat mengeluh nyeri kepala, sensitif terhadap sinar, kaku kuduk, kejang, delirium atau menurunnya kesadaran. Pada otitis, penderita mengeluh rasa nyeri dan keluar cairan di daerah infeksi, begitu juga pada sinusitis.
  • 49. Komplikasi Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat Pneumonia dapat diikuti dengan komplikasi bakteriemia (infeksi aliran darah) dan atau empiema (ada pus atau nanah pada cavum pleural yaitu ruangan antara paru dan selaput paru) dan atau abses paru. Penderita meningitis yang sembuh akan mengalami gejala sisa berupa ketulian, retardasi mental, gangguan motorik dan kejang. Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak. Pneumokokus juga menyebabkan meningitis (infeksi selaput otak dan sumsum tulang belakang), bakteriemia (infeksi aliran darah), otitis media, sinusitis dan konjungtivitis terutama pada baduta dan lansia. Faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terinfeksi pneumokokus antara lain umur (balita dan lansia lebih rentan), tidak mendapatkan imunisasi lengkap, tidak mendapatkan ASI eksklusif, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (misalnya asap rokok), berat badan lahir rendah (BBLR), kepadatan penghuni rumah serta kurang ventilasi dalam rumah.
  • 50. PENCEGAHAN Pencegahan infeksi pneumokokus yang paling efektif adalah dengan imunisasi 3 dosis PCV pada umur 2, 3 dan 12 bulan. Upaya lain adalah melalui perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencegah kepadatan hunian dan polusi di dalam rumah seperti mengurangi asap rokok, mengkonsumsi makanan bergizi dan promosi ASI eksklusif bagi bayi pada usia enam bulan. Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 51. HUMAN PAPILLOMA VIRUS Penyebab: Virus Human Papiloma Virus (HPV). Ada lebih dari 100 jenis HPV, ada jenis tertentu yang hanya menyebabkan condyloma pada vagina, namun ada 13 jenis yang berbeda yang dapat menimbulkan kanker. Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 52. Cara Penularan: HPV adalah virus yang ditularkan melalui hubungan seksual dan dapat menyebabkan condyloma dan kanker. HPV menyebar dengan sangat mudah melalui kontak kulit. Hampir semua orang yang aktif secara seksual telah pernah terinfeksi, pada umumnya sudah terjadi saat awal kehidupan seksual mereka. Manifestasi: HPV dapat menyebabkan kanker pada anus, alat kelamin bagian luar, kanker mulut pada laki-laki dan perempuan. Sedangkan pada perempuan 99% kanker serviks disebabkan oleh HPV. Kanker serviks adalah penyebab utama kematian pada perempuan dewasa di negara berkembang. Merupakan jenis kanker nomor dua pada umumnya pada perempuan di seluruh dunia. Hampir 85% kematian karena kanker serviks terjadi di negara berkembang. Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 53. PENCEGAHAN (2) c) pencegahan tersier, dengan melakukan tindakan terhadap kanker invasif semua umur. Vaksin HPV yang ada saat ini dapat mencegah terhadap dua jenis HPV yaitu tipe 16 dan 18 yang diketahui sebagai penyebab 70% kejadian kanker serviks. Vaksinasi penting bagi negara yang sumber daya kesehatannya kurang untuk melakukan skrining yang efektif. Skrining dengan Pap smear, HPV-DNA atau dengan IVA dianjurkan bagi perempuan usia 30 dan 49 tahun walaupun sebelumnya sudah pernah mendapatkan vaksinasi HPV mengingat kanker serviks juga bisa disebabkan oleh HPV tipe lain. Pemakaian kondom dapat juga mencegah terjadinya infeksi HPV. Untuk perempuan penderita HIV skrining harus dilakukan begitu diagnosis HIV ditegakkan tanpa memandang usia. Vaksin HPV harus merupakan bagian dari strategi pencegahan kanker serviks yang komprehensif dan terkoordinasikan. Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
  • 55. BUKU KIA MONITORING SUMBER INFORMASI Buku KIA berisi informasi dan catatan kesehatan yang komprehensif mulai dari ibu hamil sampai anak berusia 6 tahun PENCATATAN
  • 56. 19 LINTAS PROGRAM DALAM BUKU KIA Program Kesehatan Lingkungan - Kebersihan lingkungan - Keselamatan lingkungan Program Gizi - IMD - ASI Eksklusif - MP-ASI - Gizi Ibu hamil dan nifas - TTD - Vitamin A Program P2P - Imunisasi - Obat cacing - Triple eliminasi Program Promosi Kesehatan - CTPS - PHBS Program KIA - ANC - Pertumbuhan Perkembangan Balita - Kelas Ibu Hamil - Kelas Ibu Balita Prasyarat akte kelahiran Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, media KIE di posyandu, BKB dan PAUD /TK/RA Acuan Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita Buku pegangan pendamping Program Keluarga Harapan Instrumen verifikasi klaim BPJS Inovasi lainnya PENGGUNAAN LINTAS SEKTOR
  • 57. Pemberian Vitamin A Terintegrasi dengan Program Imunisasi Usia Vitamin A Imunisasi 6 8 bulan Kapsul Vit A Biru (100.000 SI) 9 11 bulan Kapsul Vit A Biru (100.000 SI) Campak-Rubela1, IPV2* JE** 12 23 bulan Kapsul Vit A Merah (200.000 SI) PCV3 Campak-Rubela2, DPT- HB- Hib4 24 59 bulan Kapsul Vit A Merah (200.000 SI)
  • 58. Click icon to add picture Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Standar kualitas yaitu pelayanan antenatal : 1. Pengukuran berat badan. 2. Pengukuran tekanan darah. 3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). 4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri). 5. Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ). 6. Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi. 7. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet. 8. Tes Laboratorium. 9. Tatalaksana/penanganan kasus. 10. Temu wicara (konseling).
  • 59. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Standar kualitas: Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam) KN1 Pemotongan dan perawatan tali pusat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Injeksi vitamin K1 Pemberian salep/tetes mata antibiotic Pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B 0) Pelayanan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam 28 hari) KN2 Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif Memeriksa kesehatan dengan menggunakan pendekatan MTBM Pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasilitas pelayanan kesehatan atau belum mendapatkan injeksi vitamin K1 Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia < 24 jam yang lahir tidak ditolong tenaga kesehatan Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi
  • 60. Pelayanan Kesehatan Balita Pelayanan Kesehatan Balita Usia 0-11 Bulan Pelayanan Kesehatan Balita Usia 12 23 Bulan HB0, BCG, Polio, DPT-HB-Hib, Campak, Rubella DPT-HB-Hib dan Campak, Rubella
  • 61. DOFU (Drop-out Follow Up) Kegiatan lanjutan dari upaya pelacakan, dilakukan apabila masih ada bayi/baduta yang belum mendapatkan imunisasi sesuai jadwal. DOFU dapat dilakukan secara periodik (bulanan, triwulanan, dan tahunan). BLF (Backlog Fighting) Kegiatan melengkapi status imunisasi anak yang berusia kurang dari 3 (tiga) tahun yang belum mendapatkan imunisasi dasar maupun lanjutan. Kegiatan ini diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa/kelurahan yang selama dua tahun berturut-turut tidak mencapai UCI. Imunisasi Kejar
  • 62. KETENTUAN MELENGKAPI IMUNISASI PADA ANAK USIA <36 BULAN Satu Dosis BCG Empat Dosis OPV Satu Dosis IPV Empat Dosis DPT- HB-Hib Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat Dua Dosis Campak Rubela Diberikan paling lambat usia 11 bulan (<1 tahun) Interval minimal antar dosis adalah 4 minggu Diberikan segera ketika anak datang ke tempat pelayanan Bagi anak usia 9-12 bulan, maka interval dosis pertama dan kedua adalah 4 minggu, interval dosis kedua dan ketiga adalah 4 minggu dan interval dosis ketiga dan keempat adalah 12 bulan Bagi anak usia >12-36 bulan, maka interval dosis pertama dan kedua adalah 4 minggu, interval dosis kedua dan ketiga adalah 6 bulan dan interval dosis ketiga dan keempat adalah 12 bulan Interval minimal dosis pertama dan kedua adalah 6 bulan
  • 63. TERIMA KASIH Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat