Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dasar lengkap yang diberikan kepada bayi dan anak untuk mencegah berbagai penyakit berbahaya seperti hepatitis B, TBC, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan rubella. Imunisasi rutin diberikan sesuai jadwal umur mulai dari lahir hingga usia 18 bulan.
Dokumen tersebut membahas tentang program imunisasi di Indonesia yang telah dimulai sejak tahun 1956 untuk mengendalikan dan mencegah penyakit menular melalui vaksinasi. Dokumen ini menjelaskan jenis penyakit yang dicakup dalam program imunisasi beserta gejala, penyebab, dan cara pencegahannya melalui vaksinasi.
1. Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti difteri, pertusis, polio, campak, tetanus, tuberkulosis, dan hepatitis B.
2. Juga membahas tentang jenis kekebalan, baik kekebalan pasif maupun aktif, serta jadwal dan cara pemberian berbagai vaksin imunisasi anak dan dewasa.
3. Termasuk penjelasan singkat mengenai karakteristik
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dan vaksinasi. Secara singkat, imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit menular dengan memberikan antigen ke dalam tubuh sehingga dapat memproduksi antibodi. Vaksin dibuat dari kuman yang dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Indonesia telah melaksanakan program imunisasi sejak tahun 1956 untuk mengendalikan berbagai penyakit menular seperti cacar,
Dokumen tersebut membahas tentang pneumonia pada anak dan peran penting imunisasi PCV untuk mencegah pneumonia. Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang menyebabkan demam, batuk dan kesulitan bernafas, dan merupakan penyebab kematian nomor satu pada anak di dunia. Imunisasi PCV diberikan kepada seluruh bayi untuk mencegah pneumonia yang disebabkan bakteri Pneumokokus. Imunisasi PCV aman dan efektif untuk
Program imunisasi bertujuan mencegah penyakit menular melalui vaksinasi. Dokumen ini menjelaskan pentingnya imunisasi rutin untuk bayi dan anak, serta strategi untuk mencapai target vaksinasi universal dan eliminasi penyakit tertentu seperti tetanus dan polio.
TUBERCULOSIS (TB) general topic in MalaysiaOphaineIvy
油
There has been a noticeable increase in TB cases in Malaysia. In 2023, the number of reported TB cases rose to 26,781, compared to 25,391 in 2022 and 21,727 in 2021. TB bacteria spread through the air from one person to another.
TUBERCULOSIS (TB) general topic in MalaysiaOphaineIvy
油
There has been a noticeable increase in TB cases in Malaysia. In 2023, the number of reported TB cases rose to 26,781, compared to 25,391 in 2022 and 21,727 in 2021. TB bacteria spread through the air from one person to another.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dan vaksinasi. Secara singkat, imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit menular dengan memberikan antigen ke dalam tubuh sehingga dapat memproduksi antibodi. Vaksin dibuat dari kuman yang dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Indonesia telah melaksanakan program imunisasi sejak tahun 1956 untuk mengendalikan berbagai penyakit menular seperti cacar,
Dokumen tersebut membahas tentang pneumonia pada anak dan peran penting imunisasi PCV untuk mencegah pneumonia. Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang menyebabkan demam, batuk dan kesulitan bernafas, dan merupakan penyebab kematian nomor satu pada anak di dunia. Imunisasi PCV diberikan kepada seluruh bayi untuk mencegah pneumonia yang disebabkan bakteri Pneumokokus. Imunisasi PCV aman dan efektif untuk
Program imunisasi bertujuan mencegah penyakit menular melalui vaksinasi. Dokumen ini menjelaskan pentingnya imunisasi rutin untuk bayi dan anak, serta strategi untuk mencapai target vaksinasi universal dan eliminasi penyakit tertentu seperti tetanus dan polio.
TUBERCULOSIS (TB) general topic in MalaysiaOphaineIvy
油
There has been a noticeable increase in TB cases in Malaysia. In 2023, the number of reported TB cases rose to 26,781, compared to 25,391 in 2022 and 21,727 in 2021. TB bacteria spread through the air from one person to another.
TUBERCULOSIS (TB) general topic in MalaysiaOphaineIvy
油
There has been a noticeable increase in TB cases in Malaysia. In 2023, the number of reported TB cases rose to 26,781, compared to 25,391 in 2022 and 21,727 in 2021. TB bacteria spread through the air from one person to another.
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
油
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Wahid Husein
油
Situasi rabies di dunia
Situasi rabies di Indonesia
Program rabies di Indonesia
Apa yang dilakukan ECTAD Indonesia
Tantangan utama
Rekomendasi ke depan
2. PENGERTIAN IMUNISASI
IMUNISASI
Imunisasi Program
Imunisasi Pilihan
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan
Imunisasi yang diwajibkan kepada
seseorang sebagai bagian dari
masyarakat dalam rangka melindungi
yang bersangkutan dan masyarakat
sekitarnya dari penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi
Imunisasi yang diberikan kepada
seseorang sesuai dengan
kebutuhannya dalam rangka
melindungi yang bersangkutan dari
penyakit tertentu
3. 2-3 juta kematian dapat dicegah setiap
tahun dengan imunisasi
Imunisasi dapat mencegah lebih dari 26
penyakit
Membantu membatasi/ mengurangi
terjadinya resistensi antibiotik karena dapat
mencegah penyakit pada tahap awal
Meningkatkan cakupan imunisasi secara
global dapat menyelamatkan lebih dari 1,5
juta orang setiap tahunnya
4. Setiap orang yang mendapatkan
imunisasi akan membentuk
antibodi spesifik terhadap
penyakit tertentu
PROTEKSI SPESIFIK
INDIVIDU
MEMBENTUK KEKEBALAN
KELOMPOK
(HERD IMMUNITY)
Apabila cakupan imunisasi tinggi
dan merata dapat membentuk
kekebalan kelompok dan
melindungi kelompok masyarakat
yang rentan
PROTEKSI LINTAS
KELOMPOK
Pemberian imunisasi pada
kelompok usia tertentu (anak)
dapat membatasi penularan
kepada kelompok usia
dewasa/orang tua
5. Mengapa Imunisasi penting diberikan pada
bayi dan anak ?
Melatih Sistem Perlawanan
di tubuh anak kita
Kekebalan Khusus
terhadap Penyakit
tertentu
9. Sudah mendapatkan imunisasi dasar:
HB-0 1 dosis
BCG 1 dosis
DPT-HB-Hib 3 dosis
Rota Vaksin 3 dosis
Polio Tetes (OPV) 4 dosis
Polio Suntik (IPV) 1 dosis
Campak Rubela 1 dosis
PCV 2 dosis
Bayi Usia 0-11 bulan
Sudah mendapatkan
imunisasi lanjutan:
DPT-HB-Hib 1 dosis
Campak Rubela 1 dosis
PCV 1 dosis
Anak Usia 18-24
bulan
Sudah mendapatkan
imunisasi lanjutan:
Campak Rubela dan DT
pada anak kelas 1SD/MI
Td pada kelas 2 dan 5
SD/MI
Sudah mendapat
imunisasi:
HPV pada kelas 5 dan
6 SD/MI
Anak Sekolah
Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah
IMUNISASI RUTIN LENGKAP
10. UMUR (BULAN) JENIS IMUNISASI
<24 jam Hepatitis B
1 BCG, OPV1
2 DPT-HepB-Hib1, OPV2, PCV1, RV1
3 DPT-HepB-Hib2, OPV3, PCV2, RV2
4 DPT-HepB-Hib3, OPV4, IPV. RV3
9 Campak-Rubela1
10 JE*
12 PCV3
18 DPT-HepB-Hib4, Campak-Rubela2
Status
Imunisasi
Interval Minimal
Pemberian
Masa Perlindungan
T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 >25 tahun
IMUNISASI LANJUTAN PADA WUS HARUS
MELALUI SKRINING
IMUNISASI DASAR PADA BAYI & LANJUTAN PADA
BADUTA
BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH
Kelas
1 SD
Kelas
2 SD
Kelas
5 SD
Kelas
6 SD
- DT
- CR
Td HPV*
Td
HPV*
* Hanya di wilayah endemis
IMUNISASI LANJUTAN
PADA ANAK SEKOLAH
12. 14 macam PD3I pada program imunisasi nasional:
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Difteri
Pertusis
Tetanus
Tuberkulosis
Campak
Rubella
Poliomielitis
Hepatitis B
Meningitis
Pneumonia
Japanese Encephalitis
Human Papiloma Virus
Rotavirus
Pneumococus
Dan PD3I lain yang tidak termasuk dalam program imunisasi nasional seperti Tifoid, Influenza,
Mumps, Varicela, Hepatitis A, Rabies
Vaksin baru: Malaria, dengue, HIV
14. DIFTERI
KASUS DIFTERI
Penyebab : Bakteri Corynebacterium Diphtheriae yang menghasilkan
toksin difteri
Cara Penularan: melalui udara (batuk / bersin)
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
15. GEJALA KLINIS DIFTERI
Demam
atau
tanpa
demam
Munculnya
pseudomembran
putih keabuan,
sulit lepas dan
mudah berdarah
jika dilepas/
dimanipulasi
Sakit waktu
menelan
94%
kasus Difteri
mengenai
tonsil dan
faring
lainnya
difteri kulit
Leher
membengkak
Sesak
nafas
disertai
bunyi
KOMPLIKASI DIFTERI
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
16. CARA PENULARAN DIFTERI
melalui droplet (percikan ludah) sewaktu batuk, bersin, muntah,
melalui alat makan, atau
kontak langsung dari lesi di kulit.
SIAPA YANG BISA TERTULAR DIFTERI?
Semua kelompok usia dapat tertular penyakit ini, terutama
yang belum mendapatkan imunisasi lengkap
Difteri pada dewasa sulit terdeteksi
MASA INKUBASI DIFTERI
antara 1 10 hari, rata-rata 2 5 hari
Kasus dapat menularkan penyakit ke orang lain 2- 4 minggu
sejak masa inkubasi
Seseorang dapat menjadi Carrier tanpa gejala selama 6
bulan
KEMATIAN
Bila tidak diobati dengan tepat angka kematian
5 10 % pada anak usia <5 tahun dan
pada dewasa (diatas 40 tahun) mencapai 20 %
Kematian akibat kelumpuhan otot jantung atau
sumbatan jalan nafas.
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIFTERI
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Suatu wilayah dinyatakan KLB Difteri jika ditemukan 1 (satu) kasus
difteri konfirmasi
dilaporkan dalam 24 jam ke Kementerian Kesehatan
(PHEOC Public Health Emergency Operation Centre).
17. Mortimer E.A.and Wharton M., in Vaccines, 1999.
Atkinson W. et al., in Epidemiology and Prevention of Vaccine-preventable Diseases, 1996d.
Patogenesis Difteria
Percika
n
ludah
Terhirup
Kolonisasi
di tenggorokan
dan memproduksi
toksin
Nekrosis
setempat dan
terkumpul
jaringan mati
Toksin diserap dan
masuk
ke peredaran darah
menyebar ke otot
jantung, ginjal,
syaraf perifer
Terbentuk
pseudo
membran
Miokarditi
s,
neuriti
s
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
18. Difteri dapat disembuhkan apabila orang yang
terjangkit tidak terlambat dalam mendapatkan
pertolongan
APAKAH DIFTERI DAPAT DISEMBUHKAN?
CARA PENCEGAHAN PENULARAN DIFTERI
Pencegahan: Imunisasi Difteria Toxoid (DPT-HB-Hib, DT, Td)
Apabila dalam suatu wilayah ditemukan satu kasus difteri maka dilakukan ORI
(Outbreak Response Immunization) pada wilayah dan kelompok usia yang tepat
dengan cakupan yang tinggi dan merata .
Setelah imunisasi dasar, vaksin difteri harus diulang setiap 10 tahun
Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus (carrier)
Erythromysin 4 x sehari selama 7 hari
Tatalaksana kasus dengan pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan
antibiotika
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
20. PERTUSIS/BATUK REJAN/BATUK 100 HARI
Cara penularan :
percikan ludah (droplet infection) yang keluar dari
batuk atau bersin
sangat menular, terutama menyerang anak-anak
yang belum di imunisasi
penderita yang tidak diobati dapat menularkan
penyakit sampai dengan tiga minggu setelah
batuk yang khas timbul pada penderita.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
21. PERTUSIS/BATUK REJAN/BATUK 100 HARI (2)
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Gejala :
sepuluh hari setelah seseorang terinfeksi gejala ILI (influenzae like illness)
batuk terus menerus (> 2 minggu), tanpa jeda & diakhiri dg napas dalam, serta muntah selama
/setelah batuk (whooping cough)
kadang hingga muka kebiruan dan pendarahan di mata
Komplikasi berat :
Radang paru, henti napas, kematian mendadak
Pengobatan:
Antibiotika
Pencegahan:
Imunisasi lengkap sesuai usia: DPT-HB-Hib
Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus
22. TETANUS
Penyebab :
bakteri Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin
(tetanospasmin)
neurotoksin menyebabkan rasa sakit yang berat dan kejang pada otot
yang dapat menyebabkan kematian
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
23. Cara penularan :
tidak menyebar langsung dari orang ke orang
masuk ke luka yang tak bersih, kuku yang
kotor, luka dalam akibat gigitan binatang,
pemotongan tali pusat bayi yang tidak steril,
pisau, peralatan persalinan yang tidak steril
pada saat bayi lahir
Masa inkubasi :
sekitar 21 hari dan dapat juga sampai
beberapa bulan tergantung keadaan
lukanya.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
24. Pengobatan:
pemberian anti tetanus serum, antibiotik, perawatan luka
dan pengobatan suportif
Pencegahan:
Imunisasi Tetaus Toxoid ( DPT-HB-Hib, DT, Td)
Persalinan yang bersih dan steril tetap harus dilakukan
walaupun ibu hamil tersebut sudah mendapatkan imunisasi
Td.
Pemotongan tali pusat secara steril
Orang yang sembuh dari tetanus tetap harus diberi
imunisasi tidak punya kekebalan dan dapat terinfeksi
kembali
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
25. TUBERCULOSIS
Penyebab :
Bakteri Mycobacterium tuberkulosis
Biasanya menyerang paru-paru bisa juga menyerang bagian tubuh yang lain seperti
tulang, sendi, dan otak
Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri tuberkulosis jatuh sakit
TB Paru
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
TB Spinal/Spondylitis TB)
26. Cara penularan :
Dari orang ke orang melalui udara (droplet) pada
saat penderita batuk atau bersin
Menular sangat cepat terutama: daerah padat
dan kumuh, akses terhadap pelayanan
kesehatan kurang, masyarakat yang kurang gizi
Rentan terhadap infeksi tuberkulosis: anak usia < 3
tahun dan orangtua
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
27. Komplikasi:
Jika tidak diobati kecacatan & kematian.
Kematian dapat cepat terjadi apabila yang
bersangkutan juga menderita HIV/AIDS
Pengobatan:
Directly observed treatment short-course (DOTS)
pengobatan yang lengkap dengan obat tuberkulosis dalam
2 fase selama enam bulan
Pencegahan:
Paling efektif melalui imunisasi BCG
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
28. CAMPAK
Penyebab :
Virus RNA dari genus Morbillivirus dari keluarga
Paramyxoviridae.
Virus tersebut mudah mati karena panas dan cahaya
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
29. Cara penularan :
Droplet yang keluar dari hidung, mulut atau tenggorokan orang yang
terinfeksi virus campak pada saat bicara, batuk, bersin atau melalui sekresi
hidung.
Masa penularan: empat (4) hari sebelum timbul rash sampai dengan empat (4) hari
setelah timbul rash.
Puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari
pertama sakit.
Masa inkubasi:
7 18 hari, rata-rata 10 hari
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
30. Komplikasi:
Sering terjadi pada anak usia < 5 tahun
Komplikasi yang sering terjadi yaitu: diare, ulkus mukosa mulut,
malnutrisi, otitis media, kebutaan, bronchopneumonia, pneumonia,
encephalitis, subacute sclerosing panencephalitis (SSPE).
Kasus campak pada penderita malnutrisi/defisiensi vitamin
A/immune defisiency (HIV) komplikasi campak yang lebih
berat atau fatal.
UNTUK MENDUKUNG UPAYA ELIMINASI
CAMPAK-RUBELA/CRS: SETIAP DITEMUKAN KASUS SUSPEK
CAMPAK YAITU SETIAP ORANG DARI BERBAGAI USIA YANG
MENGALAMI DEMAM DAN RUAM MACULOPAPULAR HARUS
DILAPORKAN DAN DIAMBIL SPESIMEN SERUMNYA UNTUK
DIPERIKSA LABORATORIUM
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
31. Tata Laksana Campak
ANTIVIRAL :
tidak perlu
TERAPI SUPORTIF:
istirahat,
antipiretik,
nutrisi dan hidrasi,
simptomatik
ANTIBIOTIK :
bila ada infeksi
sekunder
bakteri
VITAMIN A DOSIS
TINGGI :
100.000 U, per oral (usia 6
bln- 1 thn)
200.000 U, per oral (usia
>1thn),
diulangi pada hari ke-2 dan
jika gizi buruk / komplikasi
mata diulang 2 minggu
kmd
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
32. RUBELA
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Penyebab :
Togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan virus RNA.
Cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan.
Dapat menembus sawar placenta dan menginfeksi janin gangguan
pertumbuhan janin: abortus, lahir mati atau cacat berat kongenital (birth
defects) Congenital Rubella Syndrome (CRS).
33. Cara penularan :
Melalui droplet saluran pernapasan saat batuk
atau bersin
Virus dapat berkembang biak di nasofaring
dan kelenjar getah bening regional.
Viremia terjadi pada 47 hari setelah virus
masuk tubuh.
Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari
sebelum hingga 7 hari setelah rash.
Masa
inkubasi :
1421 hari.
Pengobatan:
Suportif
29
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
34. Manifestasi Klinis
Gejala prodromal bervariasi sesuai umur,
Pada anak : ruam, coryza ringan, diare sebelum timbul ruam.
Ruam eritematous, makulopapula, dan diskretapertama muka
kemudian lengan, badan, dan tungkai.
Progresif, luas, dan lama timbulnya ruam
bervariasi.
Limfadenopati: pembesaran kelenjar suboksipital, aurikular posterior, dan servikal.,
1-7 hari sebelum timbul ruam dan menetap selama satu minggu atau lebih
Panas badan bervariasi dan biasanya peninggian temperatur minimal, timbul
bersamaan dengan timbulnya ruam dan akan kembali normal sesudah ruam
hilang.
Arthralgia dan arthritis transien umum terjadi pada anak perempuan yang
sudah cukup besar.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
35. Dampak infeksi rubela pada wanita hamil terutama trimester pertama
abortus, lahir mati atau bayi lahir dengan CRS.
Ibu yang mengalami infeksi rubella pada minggu 1-10 kehamilan 90% akan
melahirkan bayi dengan CRS.
Bentuk kelainan pada CRS:
Kelainan jantung: Patent Ductus Arteriosus (PDA), Defek Septum Atrial/Atrial
Septal Defect (ASD), Defek Septum Ventrikel/Ventricular Septal Defect
(VSD), Stenosis Katup Pulmonal/Pulmonary Stenosis (PS);
Kelainan pada mata: Katarak Kongenital, Glaukoma Kongenital,
Pigmentary Retinopathy;
Kelainan pendengaran: Tuli Sensouri Neural/ Sensouri Neural
Hearing Loss (SNHL);
Kelainan pada sistim saraf pusat: retardasi mental, mikrocephalia
dan
meningoensefalitis;
Kelainan lain: purpura, splenomegali, ikterik yang muncul dalam 24 jam
setelah lahir, radioluscent bone, serta gangguan pertumbuhan.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
36. Pencegahan rubela dan CRS:
Imunisasi Campak-Rubela
32
UNTUK MENDUKUNG UPAYA ELIMINASI CAMPAK-RUBELA/CRS:
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
SETIAP DITEMUKAN KASUS SUSPEK CAMPAK YAITU SETIAP
ORANG DARI BERBAGAI USIA YANG MENGALAMI DEMAM
DAN RUAM MACULOPAPULAR HARUS DILAPORKAN DAN
DIAMBIL SPESIMEN SERUMNYA UNTUK DIPERIKSA
LABORATORIUM
SURVEILANS CRS DI RS SENTINEL
37. POLIO
Penyebab :
Virus polio:
o virus polio liar (wild polio virus/WPV)
o Virus polio dari vaksin pada anak yang
immunocompromised (vaccine associated polio
paralysis/VAPP)
o virus polio dari vaksin yang bermutasi mendapatkan
keganasannya kembali (vaccine- derived polio
virus/VDPV)
o Tahan sabun, alcohol. Mati dengan formaldehyde,
UV
Menginfeksi semua umur, terutama pada anak-anak
1 dari 200 infeksi Polio kelumpuhan permanen
(irreversible) jika virus polio menyerang sel saraf
sumsum tulang belakang yg mengontrol pergerakan otot
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
38. Cara penularan :
Masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman (orofecal)
Gejala:
Kebanyakan tidak menunjukkan gejala dapat tetap menularkan virus polio
kepada
orang lain.
Sekitar 25% dari mereka akan menunjukkan gejala penyakit ringan
(demam, nyeri kepala, nyeri tenggorokan)
Kelumpuhan terjadi pada 1% dari mereka yang terinfeksi.
Kematian terjadi sekitar 5-10% dari mereka yang lumpuh.
Masa inkubasi:
5 35 hari
Pengobatan :
Tidak ada pengobatan spesifik untuk polio.
Pengobatan yang dilakukan hanya bersifat suportif.
Kesulitan bernafas (dibantu ventilator).
Pengobatan ortopedik bagi yang memerlukan (pakai korset) untuk
mengurangi dampak kecacatan dalam jangka panjang.
Ro
j
u
d
i
n
,
Ca
m
p
a
n
g
Wa
y
Ha
n
d
ak,
l
u
m
p
u
htgl
2
8-0
5-0
5
Fo
to 0
3-
07-
0
5
Cacat
Menetap
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
39. Komplikasi berat :
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Kelumpuhan dan cacat seumur hidup
Pencegahan:
Polio dapat dicegah secara efektif dengan imunisasi menggunakan oral
poliovirus vaccine (OPV) dan
inactivated polio vaccine (IPV).
WHO menganjurkan semua negara menggunakan OPV dalam program
imunisasi rutin dan minimal satu dosis IPV, (sedang direncanakan untuk
pemberian dosis ke-2 IPV bersamaan dengan MR).
UNTUK MENDUKUNG UPAYA ERADIKASI POLIO:
SETIAP DITEMUKAN KASUS AFP YAITU SETIAP ANAK YANG BERUSIA KURANG DARI 15 TAHUN YANG
MENGALAMI KELUMPUHAN MENDADAK DAN BERSIFAT LAYUH, SERTA BUKAN DISEBABKAN OLEH RUDAPAKSA
HARUS DILAPORKAN DAN DIAMBIL SPESIMEN SERUMNYA UNTUK DIPERIKSA LABORATORIUM
40. HEPATITIS B
Penyebab :
Virus hepatitis B
Infeksi Hep B pada bayi saat lahir
(transmisi maternal) atau sebelum
usia satu tahun (90% akan menjadi
kronis).
Infeksi Hep B pada orang dewasa
(90% akan sembuh sempurna).
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
41. Cara penularan :
kontak langsung dengan darah / cairan tubuh:
a. tertular dari ibunya saat proses melahirkan bayi
(penularan vertikal dari ibu ke anak, simbah
darah);
b. penularan horizontal (lesi minimal: melalui luka
kecil, karena teriris barang tajam, gigitan,
garukan);
c. penularan melalui hubungan seksual;
d. melalui suntikan dengan jarum terkontaminasi
atau transfusi darah yang berasal karier hepatitis
B 50- 100 kali lebih infeksius dibandingkan HIV
(donor darah PMI sudah melakukan penapisan
untuk hepatitis B, hepatitis C dan HIV). Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
42. Pencegahan:
Hepatitis B dapat dicegah dengan imunisasi
Semua bayi harus mendapatkan dosis
pertama vaksin Hepatitis B (uniject Hb)
segera setelah lahir (dalam 24 jam)
memutuskan transmisi vertikal dari ibu
pengidap ke bayinya.
Setelah dosis pertama diberikan, maka
dilanjutkan dengan pemberian vaksin kombinasi
DTPHB-Hib dalam bentuk vaksin pentavalent
sesuai jadwal.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
43. HAEMOPHILUS INFLUENZAE TIPE
B
Penyebab
Haemophilus influenza adalah bakteri
yang ditemukan di hidung dan
tenggorokan anak.
Ada enam jenis Haemophilus influenza
yang memiliki kapsul. Dari enam jenis
ini, tipe-b adalah yang paling menjadi
masalah. Haemophilus influenzae type
b atau Hib, adalah penyebab 90% dari
semua infeksi oleh Haemophilus
influenzae.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
44. Cara penularan :
Hib ditularkan dari orang ke orang melalui percikan ludah yang
dilepaskan pada saat batuk atau bersin.
Anak-anak dapat mempunyai kuman Hib dalam hidung dan
tenggorokannya tanpa ada gejala sakit yang disebut sebagai karier,
namun mereka dapat menularkan kepada orang lain.
Hib merupakan penyebab pneumonia akut, meningitis dan penyakit
invasif lainnya, terutama pada anak usia di bawah lima tahun.
Gejala
Gejala pneumonia seperti demam, menggigil, batuk, nafas cepat dan
dada tertarik ke dalam.
Gejala meningitis seperti demam, nyeri kepala, sensitif terhadap cahaya,
kaku kuduk, delirium
dan kesadaran menurun.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
45. Hib dapat menimbulkan penyakit lain apabila menyerang bagian tubuh
lainnya seperti:
Epiglotitis, yaitu radang pada pintu masuk larynx dengan gejala kesulitan bernafas
dan nafas berbunyi/stridor.
Infeksi sistemik pada darah yang menyebabkan demam, menggigil diikuti
penyebaran bakteri ke seluruh tubuh (bakteriemi).
Sekitar 40% dari anak yang terinfeksi Hib dapat menderita disabilitas
neurologis termasuk kerusakan jaringan otak, hilangnya pendengaran
dan retardasi mental.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
46. Pencegahan
Penyakit yang disebabkan oleh Hib dapat diobati
dengan antibiotika. Saat ini ditemukan Hib yang
resisten terhadap antibiotika yang umum dipakai di
beberapa tempat di dunia.
Hib paling tepat dicegah melalui imunisasi dengan vaksin
yang mengandung antigen Hib (pentabio DPT/HB/Hib)
kepada bayi diikuti booster pada usia 18 bulan.
Imunisasi menjadi sangat penting pada saat makin
seringnya ditemukan Hib yang resisten terhadap
antibiotika.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
47. PNEUMOKOKUS
PENYEBAB
Infeksi pneumokokus disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pneumoniae (disebut juga sebagai bakteri
pneumokokus) yang merupakan penyebab utama
pneumonia, yaitu penyakit infeksi saluran napas.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
48. Cara Penularan
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Pneumokokus disebarkan dari orang ke orang melalui percikan ludah pada saat
batuk, bersin, atau kontak erat. Pneumokokus ditularkan secara langsung saat
terpapar dengan lendir atau cairan yang berasal dari penderita, atau orang yang
kelihatan sehat namun mengandung pneumokokus dalam tenggorokannya (karier).
Gejala
Demam dan menggigil terjadi hampir pada semua jenis infeksi pneumokokus.
Pneumonia pada anak-anak gejalanya batuk, frekuensi nafas cepat dan tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK).
Pada anak-anak yang lebih tua, ada keluhan nafas pendek dan sakit pada saat
bernafas dan batuk. Penderita dengan meningitis dapat mengeluh nyeri kepala,
sensitif terhadap sinar, kaku kuduk, kejang, delirium atau menurunnya kesadaran.
Pada otitis, penderita mengeluh rasa nyeri dan keluar cairan di daerah infeksi, begitu
juga pada sinusitis.
49. Komplikasi
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Pneumonia dapat diikuti dengan komplikasi bakteriemia (infeksi aliran
darah) dan atau empiema (ada pus atau nanah pada cavum pleural
yaitu ruangan antara paru dan selaput paru) dan atau abses paru.
Penderita meningitis yang sembuh akan mengalami gejala sisa berupa
ketulian, retardasi mental, gangguan motorik dan kejang.
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak.
Pneumokokus juga menyebabkan meningitis (infeksi selaput otak dan
sumsum tulang belakang), bakteriemia (infeksi aliran darah), otitis
media, sinusitis dan konjungtivitis terutama pada baduta dan lansia.
Faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terinfeksi pneumokokus
antara lain umur (balita dan lansia lebih rentan), tidak mendapatkan
imunisasi lengkap, tidak mendapatkan ASI eksklusif, gizi buruk, polusi
udara dalam ruangan (misalnya asap rokok), berat badan lahir rendah
(BBLR), kepadatan penghuni rumah serta kurang ventilasi dalam rumah.
50. PENCEGAHAN
Pencegahan infeksi pneumokokus yang paling
efektif adalah dengan imunisasi 3 dosis PCV
pada umur 2, 3 dan 12 bulan.
Upaya lain adalah melalui perilaku hidup bersih
dan sehat seperti mencegah kepadatan hunian
dan polusi di dalam rumah seperti mengurangi
asap rokok, mengkonsumsi makanan bergizi
dan promosi ASI eksklusif bagi bayi pada usia
enam bulan.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
51. HUMAN PAPILLOMA VIRUS
Penyebab:
Virus Human Papiloma Virus
(HPV). Ada lebih dari 100 jenis
HPV, ada jenis tertentu yang
hanya menyebabkan condyloma
pada vagina, namun ada 13 jenis
yang berbeda yang dapat
menimbulkan kanker.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
52. Cara Penularan:
HPV adalah virus yang ditularkan melalui hubungan seksual dan
dapat menyebabkan condyloma dan kanker.
HPV menyebar dengan sangat mudah melalui kontak kulit. Hampir
semua orang yang aktif secara seksual telah pernah terinfeksi, pada
umumnya sudah terjadi saat awal kehidupan seksual mereka.
Manifestasi:
HPV dapat menyebabkan kanker pada anus, alat kelamin bagian luar,
kanker mulut pada laki-laki dan perempuan. Sedangkan pada
perempuan 99% kanker serviks disebabkan oleh HPV.
Kanker serviks adalah penyebab utama kematian pada perempuan
dewasa di negara berkembang. Merupakan jenis kanker nomor dua
pada umumnya pada perempuan di seluruh dunia. Hampir 85%
kematian karena kanker serviks terjadi di negara berkembang.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
53. PENCEGAHAN (2)
c) pencegahan tersier, dengan melakukan tindakan terhadap kanker invasif semua
umur.
Vaksin HPV yang ada saat ini dapat mencegah terhadap dua jenis HPV yaitu tipe 16
dan 18 yang diketahui sebagai penyebab 70% kejadian kanker serviks. Vaksinasi
penting bagi negara yang sumber daya kesehatannya kurang untuk melakukan
skrining yang efektif.
Skrining dengan Pap smear, HPV-DNA atau dengan IVA dianjurkan bagi perempuan
usia 30 dan 49 tahun walaupun sebelumnya sudah pernah mendapatkan vaksinasi
HPV mengingat kanker serviks juga bisa disebabkan oleh HPV tipe lain.
Pemakaian kondom dapat juga mencegah terjadinya infeksi HPV.
Untuk perempuan penderita HIV skrining harus dilakukan begitu diagnosis HIV
ditegakkan tanpa memandang usia.
Vaksin HPV harus merupakan bagian dari strategi pencegahan kanker serviks
yang komprehensif dan terkoordinasikan.
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
56. 19
LINTAS PROGRAM DALAM BUKU
KIA
Program Kesehatan
Lingkungan
- Kebersihan lingkungan
- Keselamatan lingkungan
Program Gizi
- IMD
- ASI Eksklusif
- MP-ASI
- Gizi Ibu hamil dan
nifas
- TTD
- Vitamin A
Program P2P
- Imunisasi
- Obat cacing
- Triple eliminasi
Program Promosi
Kesehatan
- CTPS
- PHBS
Program KIA
- ANC
- Pertumbuhan
Perkembangan
Balita
- Kelas Ibu Hamil
- Kelas Ibu Balita
Prasyarat akte kelahiran
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, media KIE di
posyandu, BKB dan PAUD /TK/RA
Acuan Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita
Buku pegangan pendamping Program Keluarga Harapan
Instrumen verifikasi klaim BPJS
Inovasi lainnya
PENGGUNAAN LINTAS SEKTOR
57. Pemberian Vitamin A Terintegrasi dengan Program Imunisasi
Usia Vitamin A Imunisasi
6 8 bulan Kapsul Vit A Biru
(100.000 SI)
9 11 bulan Kapsul Vit A Biru
(100.000 SI)
Campak-Rubela1, IPV2*
JE**
12 23 bulan Kapsul Vit A Merah
(200.000 SI)
PCV3
Campak-Rubela2, DPT- HB-
Hib4
24 59 bulan Kapsul Vit A Merah
(200.000 SI)
58. Click icon to add picture
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Standar kualitas yaitu pelayanan antenatal :
1. Pengukuran berat badan.
2. Pengukuran tekanan darah.
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
5. Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ).
6. Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi.
7. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet.
8. Tes Laboratorium.
9. Tatalaksana/penanganan kasus.
10. Temu wicara (konseling).
59. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Standar kualitas:
Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam) KN1
Pemotongan dan perawatan tali pusat
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Injeksi vitamin K1
Pemberian salep/tetes mata antibiotic
Pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B 0)
Pelayanan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam 28 hari) KN2
Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif
Memeriksa kesehatan dengan menggunakan pendekatan MTBM
Pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasilitas pelayanan kesehatan atau belum mendapatkan injeksi vitamin K1
Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia < 24 jam yang lahir tidak ditolong tenaga
kesehatan
Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi
60. Pelayanan Kesehatan Balita
Pelayanan Kesehatan Balita Usia 0-11 Bulan Pelayanan Kesehatan Balita Usia 12 23 Bulan
HB0, BCG, Polio, DPT-HB-Hib, Campak, Rubella DPT-HB-Hib dan Campak, Rubella
61. DOFU
(Drop-out Follow Up)
Kegiatan lanjutan dari upaya pelacakan, dilakukan
apabila masih ada bayi/baduta yang belum
mendapatkan imunisasi sesuai jadwal.
DOFU dapat dilakukan secara periodik (bulanan,
triwulanan, dan tahunan).
BLF
(Backlog Fighting)
Kegiatan melengkapi status imunisasi anak yang berusia
kurang dari 3 (tiga) tahun yang belum mendapatkan
imunisasi dasar maupun lanjutan. Kegiatan ini
diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa/kelurahan yang
selama dua tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
Imunisasi Kejar
62. KETENTUAN MELENGKAPI IMUNISASI PADA ANAK USIA <36
BULAN
Satu Dosis BCG
Empat Dosis OPV
Satu Dosis IPV
Empat Dosis DPT-
HB-Hib
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Dua Dosis Campak
Rubela
Diberikan paling lambat usia 11 bulan (<1 tahun)
Interval minimal antar dosis adalah 4 minggu
Diberikan segera ketika anak datang ke tempat pelayanan
Bagi anak usia 9-12 bulan, maka interval dosis pertama dan kedua adalah
4 minggu, interval dosis kedua dan ketiga adalah 4 minggu dan interval
dosis ketiga dan keempat adalah 12 bulan
Bagi anak usia >12-36 bulan, maka interval dosis pertama dan kedua
adalah 4 minggu, interval dosis kedua dan ketiga adalah 6 bulan dan
interval dosis ketiga dan keempat adalah 12 bulan
Interval minimal dosis pertama dan kedua adalah 6 bulan