Dokumen tersebut membahas tentang penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti polio, tuberkulosis, hepatitis B, difteri, pertussis, dan lainnya. Diperlukan cakupan imunisasi yang tinggi dan berkelanjutan untuk mencegah penyakit tersebut baik pada individu maupun masyarakat."
1. Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti difteri, pertusis, polio, campak, tetanus, tuberkulosis, dan hepatitis B.
2. Juga membahas tentang jenis kekebalan, baik kekebalan pasif maupun aktif, serta jadwal dan cara pemberian berbagai vaksin imunisasi anak dan dewasa.
3. Termasuk penjelasan singkat mengenai karakteristik
Dokumen tersebut membahas tentang program imunisasi di Indonesia yang telah dimulai sejak tahun 1956 untuk mengendalikan dan mencegah penyakit menular melalui vaksinasi. Dokumen ini menjelaskan jenis penyakit yang dicakup dalam program imunisasi beserta gejala, penyebab, dan cara pencegahannya melalui vaksinasi.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dan vaksinasi. Secara singkat, imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit menular dengan memberikan antigen ke dalam tubuh sehingga dapat memproduksi antibodi. Vaksin dibuat dari kuman yang dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Indonesia telah melaksanakan program imunisasi sejak tahun 1956 untuk mengendalikan berbagai penyakit menular seperti cacar,
Vaksin Hib dan vaksin DPT digunakan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri berbahaya pada anak-anak. Vaksin Hib mencegah infeksi oleh bakteri Hib yang dapat menyerang otak, paru-paru, dan organ tubuh lainnya, sementara vaksin DPT mencegah difteri, pertusis, dan tetanus, yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan parah dan kematian. Jika anak tidak divak
Dokumen tersebut membahas mengenai tujuan dan pentingnya vaksinasi COVID-19 untuk mengurangi penularan dan kematian akibat COVID-19 serta mencapai kekebalan kelompok untuk melindungi masyarakat secara sosial dan ekonomi.
Dokumen tersebut membahas tentang program imunisasi di Indonesia yang telah dimulai sejak tahun 1956 untuk mengendalikan dan mencegah penyakit menular melalui vaksinasi. Dokumen ini menjelaskan jenis penyakit yang dicakup dalam program imunisasi beserta gejala, penyebab, dan cara pencegahannya melalui vaksinasi.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dan vaksinasi. Secara singkat, imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit menular dengan memberikan antigen ke dalam tubuh sehingga dapat memproduksi antibodi. Vaksin dibuat dari kuman yang dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Indonesia telah melaksanakan program imunisasi sejak tahun 1956 untuk mengendalikan berbagai penyakit menular seperti cacar,
Vaksin Hib dan vaksin DPT digunakan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri berbahaya pada anak-anak. Vaksin Hib mencegah infeksi oleh bakteri Hib yang dapat menyerang otak, paru-paru, dan organ tubuh lainnya, sementara vaksin DPT mencegah difteri, pertusis, dan tetanus, yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan parah dan kematian. Jika anak tidak divak
Dokumen tersebut membahas mengenai tujuan dan pentingnya vaksinasi COVID-19 untuk mengurangi penularan dan kematian akibat COVID-19 serta mencapai kekebalan kelompok untuk melindungi masyarakat secara sosial dan ekonomi.
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
Ìý
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Wahid Husein
Ìý
Situasi rabies di dunia
Situasi rabies di Indonesia
Program rabies di Indonesia
Apa yang dilakukan ECTAD Indonesia
Tantangan utama
Rekomendasi ke depan
1. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH
DENGAN IMUNISASI (PD3I)
Disampaikan pada
SOSIALISASI PD3I UPT PUSKESMAS SITOPENG
27 Juli 2024
2. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) masih mengancam dunia
WHO >>>
• 1.5 juta anak meninggal karena
penyakit yang dapat dicegah oleh
vaksin
• Hampir 17% kematian pada anak
<5 tahun dapat dicegah dengan
vaksinasi
3. Diperlukan imunisasi berkesinambungan
dengan cakupan tinggi
Penyakit yang
dapat dicegah
dengan imunisasi
masih
mengancam
dunia
Diperlukan
cakupan imunisasi
yang senantiasa
tinggi
1. Mencegah
individu terhadap
penyakit yang
berbahaya
2. Mencegah
penularan di
masyarakat
5. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I)
Tuberculosis Polio
Tetanus
Diphteria
Pertusis Measles
Pneumonia
6. Penyakit yang Dapat
Dicegah dengan Imunisasi
-Hepatitis B
-Poliomielitis
-Tuberkulosis
-Difteri
-Pertusis
-Tetanus
-Campak
-Rubella
-Hepatitis A
-Gondongan (mumps)
-Campak Jerman (rubela)
-Demam Tifoid
-Radang selaput otak (meningitis)
-Cacar air (varisela)
--Diare akibat rotavirus
-influenza
Penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi rutin
Penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi pilihan
Imunisasi dalam tahap Demonstration Project
-Invasive Pneumococcal Disease (PCV)
-Kanker leher rahim (kanker serviks/HPV=Human Papiloma Virus)
- Japanese Encephalitis (JE)
7. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Hepatitis Penyebab : virus Hepatitis B dan A
Cara penularan : melalui darah /
suntikan / cairan tubuh (hep B) atau
makanan / minuman tercemar (hep A)
Gejala: bervariasi dari tak bergejala
hingga sakit berat, demam tinggi, perut
bengkak, kulit kuning
Komplikasi berat : pengerasan /
sirosis hati, kanker hati, kegagalan fungsi
hati.
https://dinkeskebumen.wordpress.com/2012/11/09/
8. Transmisi neonatal
70%-90% dari ibu HBsAg dan HBeAg positif
20% apabila ibu HbsAg positif
Bayi tertular saat dilahirkan
(penularan vertikal)
90% menjadi menahun
Terjadi sirosis hepatis >> kanker hati
www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/index.html
9. Imunisasi Hepatitis B
Vaksin HepatitisVaksin Hepatitis B bayi baru lahir
dianjurkan diberikan segera
dalam waktu 24 jam* sesudah
bayi lahir, diberikan setelah
vitamin K 1
Cara pemberian : suntikan intra
muskular (IM) di paha antero lateral
HBIg pada paha yang berlainan,
untuk bayi dari Ibu yang HBsAg
positif
Dilanjutkan DPT-HB-Hib 1,2 dan 3
pada usia 2,3 dan 4 bulan
10. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
TBC Penyebab : bakteri Mycobacterium
tuberculosis
Cara penularan : melalui percikan
ludah dari orang dewasa serumah
kepada anak (terutama < 5 thn)
Komplikasi berat :
Milier TB, Meningitis TB, Tb sendi, dll.
11. Imunisasi BCG
Vaksin BCG
Vaksin BCG diberikan sebanyak 1
kali pada bayi usia 1 bulan
Cara pemberian: suntikan intra kutan
(IK) pada lengan atas kanan
12. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Poliomielitis
http://umaza.edu.ar/blog/universidadsaludable/2014/05/08/
Penyebab : virus Polio. Virus polio
menyerang cornu anterior medula
spinalis atau medula oblongata
Cara penularan : masuk ke dalam
tubuh melalui makanan atau
minuman (orofecal)
Masa inkubasi: 5 – 35 hari
Gejala : bervariasi dari tidak ada
gejala hingga kelumpuhan
Komplikasi berat : kelumpuhan
dan cacat seumur hidup
13. 08/07/2024 13
Manifestasi klinis
– Abortive (5%): panas, lemas,
anoreksia, sakit kepala
– Non paralytic (1%): kekakuan
leher, refleks menurun
– Paralytic (0,1%): kelumpuhan
asimetris, dapat mengenai saraf
otak, otak dan refleks
menghilang
14. 08/07/2024 14
• Diagnosis pasti  Virus Polio di tinja
(+)
• Tatalaksana : simptomatik dan
fisioterapi
• Pasien dirawat 2 minggu
ïƒ dipulangkan jika klinis sedikit
membaik
• Tinja pasien mengandung virus polio
selama 3 bulan ïƒ diberikan klorin
• Gejala sisa: lumpuh layuh, biasanya
tungkai satu sisi mengecil, dapat
terjadi kontraktur
• Pemantauan: surveilans lumpuh layuh
akut (Acute Flaccid Paralysis/AFP)
Rojudin,Campang
WayHandak,lumpuh
tgl28-05-05
Foto03-07-’05
Cacat
Menetap
15. Imunisasi Polio
Vaksin Polio Vaksin Polio oral (bOPV)
diberikan sebanyak 4 kali yaitu
saat bayi berusia 1 bulan, 2
bulan, 3 bulan dan 4 bulan
Cara pemberian : diberikan secara
per oral sebanyak 2 tetes
Vaksin polio suntik (IPV)
diberikan pada bayi usia 4 bulan
Cara pemberian: suntikan intra
muskular (IM) pada paha
anterolateral kiri
16. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Difteri Penyebab : bakteri
Corynebacterium diphteriae
Cara penularan : melalui udara
(batuk / bersin)
Gejala : demam, bengkak pada
amandel dan leher, terdapat selaput
putih menutup jalan napas
Komplikasi berat : sumbatan jalan
napas, peradangan jantung,
kelumpuhan, kematian.
17. Penyebab : Bakteri Corynebacterium Diphtheriae
Cara Penularan: melalui udara (batuk / bersin)
GEJALA KLINIS DIFTERI
Demam atau
tanpa demam
Munculnya
pseudomembran putih
keabuan, sulit lepas
dan mudah berdarah
jika
dilepas/dimanipulasi
Sakit waktu
menelan
ïƒ Sebanyak
94% kasus
Difteri
mengenai
tonsil dan
faring
Leher
membengkak
Sesak nafas
disertai
bunyi
KOMPLIKASI DIFTERI
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Difteri
18. CARA PENULARAN DIFTERI
melalui droplet (percikan ludah) dari dari batuk, bersin, muntah,
melalui alat makan, atau kontak langsung dari lesi di kulit.
SIAPA YANG BISA TERTULAR DIFTERI?
Semua kelompok usia dapat tertular penyakit
ini, terutama yang belum mendapatkan
imunisasi lengkap
MASA INKUBASI DIFTERI
 antara 1 – 10 hari, rata-rata 2 – 5 hari
 Kasus dapat menularkan penyakit ke
orang lain 2- 4 minggu sejak masa
inkubasi
KEMATIAN
kelumpuhan otot jantung atau
sumbatan jalan nafas.
Bila tidak diobati dengan tepat
angka kematian 5 – 10 % pada
anak usia <5 tahun dan pada
dewasa (diatas 40 tahun) dapat
mencapai 20 %
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIFTERI
 Suatu wilayah dinyatakan KLB Difteri jika ditemukan 1
(satu) kasus suspek difteri
 dilaporkan dalam 24 jam ke Kementerian Kesehatan
(PHEOC – Public Health Emergency Operation Centre).
19. Mortimer E.A.and Wharton M., in Vaccines, 1999.
Atkinson W. et al., in Epidemiology and Prevention of Vaccine-preventable Diseases, 1996d.
Patogenesis Difteria
Percikan
ludah
Terhirup
Kolonisasi
di tenggorokan
dan memproduksi toksin
Nekrosis setempat
dan terkumpul
jaringan mati
Toksin diserap dan masuk
ke peredaran darah menyebar
ke otot jantung, ginjal,
syaraf perifer
Terbentuk pseudo
membran
Miokarditis,
neuritis
22. Difteri dapat disembuhkan apabila orang yang
terjangkit tidak terlambat dalam mendapatkan
pertolongan
APAKAH DIFTERI DAPAT DISEMBUHKAN?
CARA PENCEGAHAN PENULARAN DIFTERI
 Pencegahan: Imunisasi Lengkap sesuai Usia
Apabila dalam suatu wilayah ditemukan satu kasus difteri maka
dilakukan ORI (Outbreak Response Immunization) pada wilayah dan
kelompok usia yang tepat dengan cakupan yang tinggi dan merata
 Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat)
 Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus
 Tatalaksana kasus dengan pemberian Anti Difteri Serum
(ADS) dan antibiotika
23. KONTAK ERAT
 Semua orang yang pernah kontak (secara fisik: berbicara atau
terkena percikan ludah saat batuk/bersin) dengan kasus suspek
difteri
 Sejak 10 hari sebelum timbul gejala sakit menelan sampai 2 hari
setelah pengobatan (masa penularan).
Yang termasuk dalam kategori kontak erat adalah:
 Kontak erat satu rumah: tidur satu atap
 Kontak erat satu kamar di asrama
 Kontak erat teman satu kelas, guru, teman bermain
 Kontak erat satu ruang kerja
 Kontak erat tetangga, kerabat, pengasuh yang secara teratur mengunjungi
rumah
 Petugas kesehatan di lapangan dan di RS
 Pendamping kasus selama dirawat
24. Cara Pencegahan Penularan
Penyakit Difteri
• Menghentikan transmisi Difteri dengan pemberian prophilaksis
terhadap kontak dan karier
• Tatalaksana kasus dengan pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan
tatalaksana karier yang adekuat
• ORI (Outbreak Response Immunization) pada wilayah dan
kelompok usia yang tepat dengan cakupan yang tinggi dan merata
(cakupan minimal 90%)
• Penguatan imunisasi rutin : perbaikan cakupan dan kualitas
pelayanan imunisasi rutin difteri bagi bayi, anak usia di bawah
dua tahun serta anak usia sekolah dasar di seluruh wilayah di
Indonesia.
• Penggunaan masker dan PHBS
25. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Pertusis/Batuk Rejan/Batuk 100 hari
Penyebab : bakteri Bordetella
pertussis
Cara penularan :percikan ludah
(droplet infection) yang keluar dari
batuk atau bersin.
Gejala : batuk terus menerus (> 2
minggu), hingga muka kebiruan dan
pendarahan di mata, muntah, sesak
napas.
Komplikasi berat : radang paru,
henti napas, kematian mendadak
https://www.cdc.gov/
26. Kontak kasus adalah orang serumah, tetangga,
teman bermain, teman sekolah, termasuk guru,
teman kerja yang kontak dengan kasus dalam
periode 20 hari (3 mg) dari mulai timbul gejala
(stadium kataral)
07/08/2024
27. TATALAKSANA PERTUSIS
• Rujuk ke puskesmas/RS
• Isolasi kasus dari lingkungan anak-anak kecil dan
bayi disekitarnya, khususnya dari bayi yang belum
diimunisasi, sampai dengan penderita diberi paling
sedikit 5 hari dari 14 hari dosis antibiotika yang harus
diberikan.
• Kasus tersangka yang tidak mendapatkan
antibiotika harus diisolasi paling sedikit selama 3
minggu.
• Penderita diberikan antibiotik (eritromicin) dosis 40 -
50 kg/BB/hari mak 2 gram/hari dibagi dalam 4 dosis
diberikan selama 14 hr.
• Kontak diberikan antibiotik yang sama sebagai
profilaksis selama 14 hari.
07/08/2024
28. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Tetanus Penyebab : bakteri Clostridium tetani yang
menghasilkan neurotoksin.
Cara penularan : tidak menyebar dari orang ke
orang, tetapi melalui kotoran yang masuk ke
dalam luka yang dalam.
Masuk ke luka yang tak bersih, gigi berlubang,
atau infeksi telinga, pemotongan tali pusat bayi
yang tidak steril
Gejala : demam, kaku dan kejang, sulit minum.
Pada bayi terdapat juga gejala berhenti
menetek (sucking) antara 3 sampai dengan 28
hari setelah lahir  Gejala berikutnya adalah
kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.
Komplikasi berat : kejang tak berhenti, henti
napas, kematian
https://www.immunize.org/
https://www.idph.state.il.us./
29. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Meningitis / Radang selaput otak
Penyebab : bakteri Haemophilus
influenzae, pneumokokus, dan
meningokokus
Cara penularan : percikan ludah
ketika bicara, batuk, bersin
Gejala : demam, kejang, kaku
kuduk, penurunan kesadaran
Komplikasi berat : kelumpuhan
dan cacat seumur hidup, kematian
Courtesy of Martin Leman
30. Imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalent)
Vaksin DPT-HB-Hib diberikan sebanyak 3
kali pada bayi usia 2 bulan, 3 bulan dan
4 bulan
Vaksin DPT-HB-Hib lanjutan diberikan
pada anak usia 18 bulan
Vaksin DPT-HB-Hib diberikan guna
mencegah 6 penyakit, yakni Difteri,
Pertusis, tetanus, Hepatitis B serta
Pneumonia (radang paru) dan meningi
31. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Campak (morbilli, measles)
Penyebab : virus campak
Cara penularan : percikan ludah
dan melalui jalan napas.
Masa inkubasi: 10-12 hari
Gejala : demam, batuk pilek, mata
merah, diare, muncul bercak-bercak
merah pada kulit
Komplikasi berat : radang paru,
radang otak, diare, radang telinga,
dehidrasi, kematian
https://jdc325.wordpress.com/2011/04/25/european-immunization-
week/
32. Gejala klinis:
• Stadium prodromal
– demam makin tinggi dapat mencapai >38,50
C
– batuk, pilek, konjungtivitis dan Koplik spots
• Stadium erupsi/ruam (rash)
– 2-4 hari setelah prodromal
– Ruam makulopapular, dimulai dari muka dan
kepala, berlangsung 5-6 hari
• Stadium penyembuhan: hiperpigmentasi
32
Campak (morbilli, measles)
34. • Diare
• Bronkhopneumonia
• Pneumonia
• Malnutrisi
• Radang telinga
tengah
• Ulkus mucosa mulut
• Komplikasi mata
Sering
• Encephalitis
• Myocarditis
• Pneumothorax
• Pneumomediastinum
• Appendicitis
• Subacute sclerosing
panencephalitis (SSPE)
Jarang
Komplikasi Penyakit Campak
07/08/2024
KEMATIAN CAMPAK:
ïƒ Kematian dari seorang penderita campak pasti, yang terjadi
dalam 30 hari setelah timbul rash, biasanya disebabkan komplikasi,
bukan disebabkan oleh hal-hal lain (seperti: trauma atau penyakit
kronik yang tidak berhubungan dengan komplikasi campak)
35. Definisi: penyakit infeksi virus akut, sangat menular,
yang biasanya ringan pada anak, ditandai ruam, demam
subfebril, pembesaran KGB suboccipital/
retroauricular
Penyebab : virus Rubella, virus RNA dari genus
Rubivirus, famili Togaviridae
Cara penularan : melalui saluran napas pada saat
batuk atau bersin
Komplikasi berat : bila menulari ibu hamil pada
trimester pertama atau awal kehamilan, dapat
menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang
dilahirkan yang dikenal sebagai Sindroma Rubella
Kongenital atau Congenital Rubella Syndrome (CRS)
Courtesy of PGPKT
35
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Rubella
36. Patogenesa Rubella
• Virus rubella berkembang biak di
nasofaring dan kelenjar getah bening
regional. Viremia terjadi 4 – 7 hari setelah
virus masuk tubuh
• Masa penularan diperkirakan terjadi pada
7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash
• Masa inkubasi rubella berkisar antara 14 –
21 hari
• IgM rubella biasanya mulai muncul pada 4
hari setelah rash dan setelah 8 minggu
akan menurun dan tidak terdeteksi lagi,
dan IgG mulai muncul dalam 14-18 hari
setelah infeksi dan puncaknya pada 4
minggu kemudian dan umumnya menetap
seumur hidup.
36
37. Manifestasi Klinis
Gejala prodromal bervariasi sesuai umur,
Pada anak : ruam, coryza ringan, diare sebelum timbul
ruam.
Ruam pertama muka kemudian lengan, badan, dan tungkai.
Progresif, luas, dan lama timbulnya ruam bervariasi.
Pada kasus khas: ruam seluruh tubuh ( 24 jam pertama) ïƒ memudar mulai muka pada
hari kedua, dan menghilang hari ketiga.ïƒ ruam eritematous, makulopapula, dan
diskreta.
Limfadenopati: pembesaran kelenjar suboksipital, aurikular
posterior, dan servikal.,
1-7 hari sebelum timbul ruam dan menetap selama satu minggu atau
lebih
Panas badan bervariasi dan biasanya peninggian temperatur
minimal, timbul biasanya bersamaan dengan timbulnya
ruam dan akan kembali normal sesudah ruam hilang.
Arthralgia dan arthritis transien umum terjadi pada
anak perempuan yang sudah cukup besar.
38. Tata Laksana
Tidak ada terapi antiviral spesifik
Pengobatan yang
diberikan bersifat
suportif
Maldonado Y. Rubella. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editor. Nelson Textbook of Pediatrics 19th edition.
Saunders; 2012
38
39. Definisi: sindrom kecacatan pada bayi baru lahir
yang meliputi kelainan pada jantung dan mata,
ketulian dan keterlambatan perkembangan
Penyebab : ibu hamil terutama trimestes 1 yang
terinfeksi virus Rubella
Cara penularan : ibu hamil menulari janin melalui
placenta
Ibu hamil terinfeksi di usia kehamilan <12 minggu
risiko janin tertular 80-90%
Jika infeksi di kehamilan 15-30 minggu, risiko janin
tertular 10-20%
Congenital Rubella Syndrome (CRS)?
40. • Tidak ada tatalaksana khususïƒ hanya bersifat suportif
• Terapi sesuai gejala & kerjasama antardisiplin ilmu ïƒ
tatalaksana yang holistik
• Konsul ke bagian terkait
• Tumbuh kembang
• THt: test BERA dan pemasangan ABD
• Mata:memperbaiki visus dan koreksi katarak
• Jantung:koreksi PJB
• Nutrisi
40
Congenital Rubella Syndrome (CRS)?
42. Imunisasi Campak-Rubella
Vaksin Campak-Rubella (MR)
Vaksin MR diberikan pada bayi
usia 9 bulan
Cara pemberian : suntikan sub
kutan (SK) pada lengan atas (deltoid)
kiri
Vaksin MR dosis lanjutan
diberikan pada bayi usia 18
bulan*
Cara pemberian: suntikan sub
kutan (SK) pada lengan atas (deltoid)
kiri
https://jdc325.wordpress.com/2011/04/25/european-immunization-
week/
43. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Radang Paru, Radang Otak, Bakteriemia (sepsis)
(Invasive Pneumococal Disease)
Penyebab : bakteri Streptococcus
pneumoniae
Cara penularan : udara (percikan
ludah)
Gejala : demam, infeksi saluran
napas, kejang, sesak napas
Komplikasi berat : radang paru,
radang otak, sepsis, infeksi telinga,
selulitis,kematian.
Courtesy of Martin Leman
Courtesy of Martin Leman
44. Pneumonia di Indonesia
• Indonesia adalah satu dari 10 negara dengan angka
kematian tertinggi pada balita akibat pneumonia.
• Dan 14% kematian pada balita di Indonesia
disebabkan oleh pneumonia.
Di Indonesia, setiap
jamnya 2-3 balita
meninggal karena
pneumonia
The United Nations Children's Fund (UNICEF). Comitting to Child Survival: A Progress Renewed. Progress Report 2015.
UNICEF. September 2015. http://www.unicef.org/publications/index_83078.html. Accessed January 22, 2016
45. Imunisasi Pneumokokus Konyugasi (PCV)
Vaksin PCV
Vaksin PCV diberikan sebanyak dua kali
pada bayi usia 2 dan 3 bulan
Vaksin PCV lanjutan diberikan pada bayi
usia 12 bulan
46. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Kanker Serviks
Penyebab : virus Human Papilloma
Virus (HPV).* utamanya tipe 16 dan
18, dan biasanya terjadi pada
perempuan usia reproduksi.
Cara penularan : Infeksi HPV yang
menyebabkan Kanker serviks menular
dari orang ke orang melalui vagina,
dubur (anus), mulut, hubungan
seksual dan sentuhan melalui kulit
lainnya
Merupakan kanker penyebab
kematian no 2 terbesar di
Indonesia
47. Imunisasi HPV
Vaksin HPV
Vaksin HPV diberikan dalam
kegiatan Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS) sebanyak 2 kali yaitu
bagi siswi kelas 5 (dosis pertama)
dan kelas 6 (dosis kedua) SD/MI
dan yang sederajat
Cara pemberian : Suntikan intra
muskular (IM) di lengan atas
(pertengahan M. deltoideus)
48. PD3I
Dalam tahap Demonstration Project
1. Vaksin Pneumococcus Conjugated Vaccine / PCV
• Demonstration project dimulai dengan Provinsi
NTB (sesuai rekomendasi ITAGI: Provinsi NTB
memiliki data serotype Pneumococus yang cukup
lengkap)
• 2017 dimulai di 2 kab (Lombok Barat dan Lombok
Timur)
• 2018 rencana semula akan dikembangkan di
seluruh Pulau Lombok, namun adanya bencana
alam sehingga Lombok Utara ditunda
pelaksanaannya pada tahun 2019 bersamaan
dengan kab/kota di luar Pulau Lombok
49. PD3I
Dalam tahap Demonstration Project
2. Vaksin Human Papiloma Vaccine (HPV)
• Demonstration project dimulai tahun 2016 di
Provinsi DKI (sesuai rekomendasi ITAGI: Provinsi
DKI merupakan wilayah risiko tinggi untuk kanker
serviks)
• Imunisasi diberikan bagi siswi kelas 5 (dosis
pertama) dan kelas 6 (dosis kedua) SD/MI dan
yang sederajat pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS)
• Tahun 2018 dikembangkan ke Provinsi Sulawesi
Selatan (Kota Makassar) dan Provinsi Sulawesi
Utara (Kota Manado)
50. PD3I
Dalam tahap Demonstration Project
3. Vaksin Japanese Encephalitis (JE)
• Demonstration project dimulai tahun 2018 di
Provinsi Bali (sesuai rekomendasi ITAGI:
Provinsi Bali merupakan provinsi risiko tinggi
dan memiliki data angka kesakitan & angka
kematian JE yang tinggi)
• Dimulai dengan kampanye untuk usia sasaran 9
bulan – 15 tahun, kemudian diikuti dengan
introduksi vaksin JE pada program imunisasi
rutin pada anak usia 10 bulan di Provinsi Bali
• Pelaksanaan pada sekolah dan luar sekolah
(tempat pelayanan imunisasi yang ditunjuk)
51. INGAT !!!! 4 pesan penting yg perlu disampaikan kepada
orang tua
ï‚— Manfaat dari vaksin yang diberikan
(contoh: BCG untuk mencegah TBC)
ï‚— Tanggal imunisasi dan pentingnya KMS
disimpan secara aman dan dibawa
pada kunjungan berikut
ï‚— Keluhan yang dapat dialami, cara
mengatasi dan tidak perlu kuatir.
ï‚— Tanggal imunisasi berikutnya:
tujuannya minimal 5 kali kontak untuk
Imunisasi Dasar Lengkap sebelum
berusia 1 tahun.
51
#5: Saat ini ada 9 jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang vaksinnya sudah masuk ke dalam program imunisasi nasional, yaitu :
Tuberkulosis
Hepatitis B
Polio
Difteri
Pertusis
Pneumonia
Meningitis
Tetanus
Campak
#19: 1.1.2 Diphtheria: pathogenesis
The mucosal surface of the nasopharynx is the principal target of C. diphtheriae.
Release of diphtheria toxin causes local cell damage and promotes formation of the characteristic pseudomembrane.
Absorption of toxin into the bloodstream is responsible for the major complications of diphtheria (myocarditis and neuritis).
Mortimer E.A.and Wharton M., in Vaccines, 1999.
Atkinson W. et al., in Epidemiology and Prevention of Vaccine-preventable Diseases, 1996d.
#35: Seluruh kejadian congenital rubel syndrome adalah akibat infeksi rubela saat intra uterin
#40: Tantangan dalam tatalaksana CRS sebenarnya adalah keperluan untuk mendiagnosis: gangguan pendengaran, kelainan mata, dan adanya masalah kelainan jantung yang hal ini memerlukan fasilitas RS kelas jurukan. Tatalaksana berupa koreksi atau operasi jantung, operasi katarak, penggunaan alat bantu denganr, implan koklear, rehabilitasi medis ïƒ sangatlah mahal dan belum dapat dicover oleh BPJA
Belum lagi sekuele akan bertahan seumur hidup, walaupun para Dokter telah mendiagnosis secara dini dan melakukan intervensi capat.
#41: Di negara maju, kejadian umumnya pada usia 5-10 tahun, di negara berkembang umumnya pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Pada tahun 2015, dilaporkan 134200 kematian akibat morbili di seluruh dunia – sekitar 367 kematian setiap hari atau 15 kematian setiap jam
#44: ºÝºÝߣ ini menampilkan data UNICEF 2015.
Indonesia tercatat sebagai 10 negara dengan kematian balita tertinggi.
Pada tahun 2015 diperkirakan terdapat 147.000 kematian balita di Indonesia
Dan 14% diantaranya disebabkan oleh karena pneumonia.
Setiap jam 2-3 balita meninggal karena pneumonia.