Ada empat jenis perangkap minyak yaitu perangkap stratigrafi, struktural, kombinasi, dan hidrodinamik. Perangkap stratigrafi terbentuk oleh perubahan sifat batuan secara vertikal atau lateral, sedangkan perangkap struktural disebabkan oleh deformasi lapisan akibat tektonik seperti lipatan dan patahan. Perangkap kombinasi melibatkan lebih dari satu faktor, sementara perangkap hidrodinamik
Perangkap Reservoir - Jebakan Minyak - Oil TrapDella Azaria
油
Merupakan presentasi tentang perangkap reservoir. Di dalamnya terdapat perangkap hidrostatik yang terdiri dari perangkap struktur, perangkap stratigrafi, perangkap kombinasi, perangkap ketidakselarasan dan perangkap sekunder, lalu klasifikasi De Sitter, dan terakhir perangkap hidrodinamik.
Sumber: RR. Koesoemadinata
Dokumen tersebut membahas tentang geologi struktur dan bentuk muka bumi akibat proses vulkanisme dan diatropisme. Geologi struktur adalah studi distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya, sedangkan vulkanisme dan diatropisme berperan dalam pembentukan bentuk permukaan bumi seperti gunung, lembah, dan lipatan akibat kekuatan dari dalam dan luar bumi.
Dokumen ini menyajikan skala waktu geologi yang membagi sejarah bumi menjadi era, periode, dan zaman dengan rentang waktu perkiraan dalam jutaan tahun sejak Pra-Kambrium hingga Holosen saat ini.
Teks tersebut membahas tentang sistem panas bumi di Indonesia, termasuk manifestasi permukaan, material penyusun, dan struktur geologi utama di beberapa wilayah. Sistem panas bumi di Sumatera memiliki manifestasi permukaan berupa fumarol bertemperatur tinggi dan mata air mendidih serta alterasi batuan yang luas dan intensif."
Pola peledakan menunjukkan urutan ledakan dari lubang-lubang peledakan untuk meminimalkan getaran, overbreak, dan fragmentasi batuan yang tidak diinginkan serta memperbaiki ukuran fragmentasi. Beberapa pola yang sering digunakan adalah Corner Cut untuk tiga bidang bebas, V-Cut untuk dua bidang bebas, dan Box Cut untuk satu bidang bebas.
Dokumen tersebut membahas tentang sifat fisik tanah dan klasifikasi tanah berdasarkan ukuran butirannya. Tanah terdiri dari campuran partikel berukuran berbeda yang berasal dari pelapukan batuan. Ukuran butiran mempengaruhi sifat mekanik tanah dan digolongkan menjadi pasir, lanau, lempung, dan berangkal. Volume, berat jenis, pori, dan kadar air tanah berhubungan erat dengan komposisi dan ukuran
The document discusses methods for determining the age of rocks, including absolute age and relative age. Absolute age is determined through radiometric dating techniques measuring radioactive decay in rocks. Relative age is based on the position of rocks or fossils compared to adjacent layers. Examples are given of dividing geologic timescales based on presence of fossil species. Methods for interpreting microfossil assemblages are also described, such as biozones and zones of foraminifera used in biostratigraphy. Factors like reworking and introduced fossils that can complicate age determinations are explained.
pendekatan tektonik indonesia Geologi Pngea UPN Hardika Abrianto
油
The document discusses tectonic approaches to understanding Indonesia's geology. It summarizes Indonesia's tectonic setting between several major plates. It also describes the different types of crust and tectonic environments found in Indonesia, including active margins along subduction zones and passive margins along former rift zones. Additionally, it outlines how sedimentary basins in Indonesia have evolved over time from rifting to drifting to collision between plates through processes like inversion and orogeny.
Geologi kelautan mempelajari fenomena geologi di lingkungan laut, meliputi aspek fisik, kimia, dan biologi seperti morfologi dasar laut, sedimentasi, dan fosil. Lingkungan marin terdiri dari samodera yang lebih dalam dan luas serta laut yang lebih dangkal di tepi benua atau antara benua.
Kekar merupakan struktur rekahan pada batuan yang paling umum ditemukan dan banyak dipelajari. Kekar tidak atau sedikit mengalami pergeseran dan sulit dianalisis hubungannya. Kekar dapat ditemukan pada berbagai jenis batuan dan pola kekar rumit terdapat pada batuan lipatan dan kristalin pra-Tersier.
Dokumen tersebut membahas tentang sifat batuan dan fluida panasbumi. Secara singkat, dibahas tentang parameter-parameter yang menentukan sifat batuan seperti porositas, permeabilitas, densitas, dan konduktivitas panas. Kemudian, dibahas pula tentang sifat-sifat fluida seperti volume spesifik, densitas, entalpi, viskositas, dan geotermometer. Diakhir dokumen dijelaskan mengenai jenis-jenis air panasbum
1. Dokumen ini membahas penentuan zonasi gerakan tanah di daerah Waduk Jatigede dan sekitarnya menggunakan metode Anbalagan. 2. Metode ini mempertimbangkan faktor litologi, kemiringan lereng, elevasi, bidang diskontinuitas, dan tutupan lahan untuk membagi zonasi menjadi 5 tingkat gerakan tanah. 3. Hasilnya mengidentifikasi wilayah dengan risiko longsor yang sangat rendah hingga sangat tinggi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Membahas fisiografi, stratigrafi, dan struktur geologi regional Jawa Barat
2) Terdiri dari empat zona fisiografi utama yaitu dataran pantai, Zona Bogor, Zona Bandung, dan pegunungan selatan
3) Menguraikan susunan batuan stratigrafi daerah penelitian yang terdiri dari formasi-formasi sedimen dan vulkanik
Teks tersebut membahas tentang sistem panas bumi di Indonesia, termasuk manifestasi permukaan, material penyusun, dan struktur geologi utama di beberapa wilayah. Sistem panas bumi di Sumatera memiliki manifestasi permukaan berupa fumarol bertemperatur tinggi dan mata air mendidih serta alterasi batuan yang luas dan intensif."
Pola peledakan menunjukkan urutan ledakan dari lubang-lubang peledakan untuk meminimalkan getaran, overbreak, dan fragmentasi batuan yang tidak diinginkan serta memperbaiki ukuran fragmentasi. Beberapa pola yang sering digunakan adalah Corner Cut untuk tiga bidang bebas, V-Cut untuk dua bidang bebas, dan Box Cut untuk satu bidang bebas.
Dokumen tersebut membahas tentang sifat fisik tanah dan klasifikasi tanah berdasarkan ukuran butirannya. Tanah terdiri dari campuran partikel berukuran berbeda yang berasal dari pelapukan batuan. Ukuran butiran mempengaruhi sifat mekanik tanah dan digolongkan menjadi pasir, lanau, lempung, dan berangkal. Volume, berat jenis, pori, dan kadar air tanah berhubungan erat dengan komposisi dan ukuran
The document discusses methods for determining the age of rocks, including absolute age and relative age. Absolute age is determined through radiometric dating techniques measuring radioactive decay in rocks. Relative age is based on the position of rocks or fossils compared to adjacent layers. Examples are given of dividing geologic timescales based on presence of fossil species. Methods for interpreting microfossil assemblages are also described, such as biozones and zones of foraminifera used in biostratigraphy. Factors like reworking and introduced fossils that can complicate age determinations are explained.
pendekatan tektonik indonesia Geologi Pngea UPN Hardika Abrianto
油
The document discusses tectonic approaches to understanding Indonesia's geology. It summarizes Indonesia's tectonic setting between several major plates. It also describes the different types of crust and tectonic environments found in Indonesia, including active margins along subduction zones and passive margins along former rift zones. Additionally, it outlines how sedimentary basins in Indonesia have evolved over time from rifting to drifting to collision between plates through processes like inversion and orogeny.
Geologi kelautan mempelajari fenomena geologi di lingkungan laut, meliputi aspek fisik, kimia, dan biologi seperti morfologi dasar laut, sedimentasi, dan fosil. Lingkungan marin terdiri dari samodera yang lebih dalam dan luas serta laut yang lebih dangkal di tepi benua atau antara benua.
Kekar merupakan struktur rekahan pada batuan yang paling umum ditemukan dan banyak dipelajari. Kekar tidak atau sedikit mengalami pergeseran dan sulit dianalisis hubungannya. Kekar dapat ditemukan pada berbagai jenis batuan dan pola kekar rumit terdapat pada batuan lipatan dan kristalin pra-Tersier.
Dokumen tersebut membahas tentang sifat batuan dan fluida panasbumi. Secara singkat, dibahas tentang parameter-parameter yang menentukan sifat batuan seperti porositas, permeabilitas, densitas, dan konduktivitas panas. Kemudian, dibahas pula tentang sifat-sifat fluida seperti volume spesifik, densitas, entalpi, viskositas, dan geotermometer. Diakhir dokumen dijelaskan mengenai jenis-jenis air panasbum
1. Dokumen ini membahas penentuan zonasi gerakan tanah di daerah Waduk Jatigede dan sekitarnya menggunakan metode Anbalagan. 2. Metode ini mempertimbangkan faktor litologi, kemiringan lereng, elevasi, bidang diskontinuitas, dan tutupan lahan untuk membagi zonasi menjadi 5 tingkat gerakan tanah. 3. Hasilnya mengidentifikasi wilayah dengan risiko longsor yang sangat rendah hingga sangat tinggi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Membahas fisiografi, stratigrafi, dan struktur geologi regional Jawa Barat
2) Terdiri dari empat zona fisiografi utama yaitu dataran pantai, Zona Bogor, Zona Bandung, dan pegunungan selatan
3) Menguraikan susunan batuan stratigrafi daerah penelitian yang terdiri dari formasi-formasi sedimen dan vulkanik
Wilayah DKI Jakarta secara geologi terdiri atas dataran aluvial dan endapan di sebelah utara, kipas gunungapi Bogor di tengah, dan perbukitan serta gunungapi muda di selatan. Batuan penyusun wilayah ini berupa sedimen, endapan permukaan, gunungapi, dan intrusi. Teluk Jakarta dipenuhi endapan lumpur, lumpur pasiran, dan pasir lumpuran yang berasal dari sungai-sungai dan aktivitas vulkanik.
Dokumen tersebut membahas perbedaan batuan beku asam/intermediat di Sumatera dan Kalimantan. Batuan beku di Sumatera terdiri atas granit, diorit, dan gabro yang terbentuk akibat kompresi tektonik dan subduksi lempeng di wilayah tersebut. Sedangkan batuan beku di Kalimantan berupa riolit yang terbentuk dari magma kaya silika pada suhu 650-800 derajat Celcius.
Dokumen tersebut membahas tentang geologi Indonesia khususnya Sumatera. Tektonik Sumatera dipengaruhi oleh interaksi antara Lempeng Eurasia dan Lempeng India-Australia yang membentuk struktur sesar dan lipatan. Berbagai formasi batuan seperti Belumai, Baong, dan Keutapang terbentuk akibat proses sedimentasi dan tektonik pada zaman Tersier hingga Kuarter.
Tinjauan pustaka menjelaskan geologi, tektonik, dan sistem petroleum Cekungan Barito. Cekungan ini terbentuk akibat rifting pada Eosen dan inversi sesar pada Miosen. Batuan dasarnya terdiri dari kompleks Barito Platform dan Meratus. Formasi-formasi utama meliputi Tanjung, Berai, Warukin, dan Dahor yang berisi reservoir pasir dan batubara serta batuan penyegel lempung. Sumber hidrokarbon berasal dari batubara
Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan IndoAustralia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks.
Batuan sumber hidrokarbon berpotensi terdapat dalam Formasi Kelesa (Eosen Akhir) dan Formasi Lakat (Oligosen) di Pegunungan Tigapuluh, Sumatera Tengah. Formasi Kelesa mengandung TOC 2,31-9,63% dengan kandungan hidrokarbon baik sampai sangat baik. Formasi Lakat mengandung TOC 0,67-3,46% dengan kandungan hidrokarbon miskin sampai sangat baik. Kedua formasi memiliki potensi se
Dokumen ini membahas tentang pembentukan dan jenis-jenis batubara di Indonesia. Batubara dimulai terbentuk sejak zaman Carboniferous dan mutunya ditentukan oleh suhu, tekanan, dan waktu pembentukan. Di Indonesia, batubara bernilai ekonomi terdapat di cekungan Tersier Pulau Sumatera dan Kalimantan berumur Eosen dan Miosen. Ada 5 jenis batubara yaitu antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit, dan
1. Dokumen tersebut membahas potensi geowisata di Teluk Lasongko dan sekitarnya, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Potensi tersebut meliputi permandian alami, pantai, dan gua yang terbentuk dari proses karstifikasi batugamping.
2. Dokumen tersebut juga menjelaskan strategi pengembangan kawasan geowisata Teluk Lasongko dengan memanfaatkan potensi alam seperti permandian, pantai, dan gu
1. Dokumen menjelaskan tentang bentukan asal volkanisme dan klasifikasi 10 satuan bentuk lahan berdasarkan genetik dan prosesnya.
2. Volkanisme terjadi akibat gerakan magma ke permukaan bumi dan menghasilkan berbagai bentuk lahan volkanik.
3. Dokumen juga membahas zona-zona gunung api berdasarkan fasiesnya beserta aplikasinya dalam bidang mineral dan lingkungan.
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_08...Mario Yuven
油
Dokumen tersebut membahas tentang formasi-formasi di Sumatra Selatan yang mengandung batubara, yaitu Formasi Lahat berumur Eosen hingga Miosen Bawah yang terdiri dari tuf, breksi, dan batulempung serta mengandung batubara, dan Formasi Talang Akar berumur Oligosen Atas hingga Miosen Bawah yang terdiri dari batupasir, batulempung, dan mengandung batubara.
Laporan ini meringkas hasil ekskursi lapangan geologi umum di Desa Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung yang meliputi penentuan koordinat lokasi, observasi geologi regional dan lokal, topografi, dan vegetasi daerah."
Makalah parangtritis uas b. indonesia editanarif878
油
1. Makalah ini mendeskripsikan wilayah Pantai Parangtritis dan sekitarnya dari sudut pandang geologi dan geografi.
2. Wilayah ini terbentuk dari proses pengangkatan berulang pulau Jawa dan terdiri atas dataran aluvial, bukit pasir, karst Gunung Sewu, dan pegunungan Batur Agung.
3. Tempat-tempat wisata di sekitar pantai meliputi pantai, bukit pasir, dan gua-gua di kawasan karst Gunung Sewu.
Presentasi ini merupakan materi pertemuan pertama untuk mata kuliah Pengukuran dan Instrumentasi. Materi ini mencakup:
Konsep dasar pengukuran dan instrumentasi
Jenis-jenis pengukuran (langsung & tidak langsung)
Sistem satuan internasional (SI) dalam teknik elektro
Kesalahan dalam pengukuran dan cara meminimalkannya
Karakteristik alat ukur (akurasi, presisi, resolusi, sensitivitas)
Contoh alat ukur dalam teknik elektro seperti multimeter, osiloskop, clamp meter, function generator, dan signal analyzer
Presentasi ini dilengkapi dengan ilustrasi dan diagram yang membantu pemahaman konsep secara visual.
Sangat cocok untuk mahasiswa teknik elektro dan telekomunikasi yang ingin memahami dasar-dasar pengukuran dalam bidang ini.
Jangan lupa untuk like, share, dan follow untuk materi lebih lanjut!
#Pengukuran #Instrumentasi #TeknikElektro #Telekomunikasi #Praktikum #PengukurandanInstrumentasi #PBL #PengukuranBesaranListrik
Mata kuliah matemaika pada Prodi Rekayasa Sipil tingkat lanjut yang membahas mengenai Matriks, Determinan, Invers, Metode Sarrus dan Kofaktor dan Metode Gauss Jordan
1. MAKALAH ILMIAH
PROSPEK MIGAS PADA CEKUNGAN JAWA TIMUR
DENGAN PENGAMATAN METODE GAYABERAT
Oleh:
Saultan Panjaitan
Pusat Survei Geologi
Jalan Diponegoro 57 Bandung
SARI
Anomali Bouguer didaerah Cekungan Jawa Timur dapat di kelompokkan kedalam (3) tiga bagian
yaitu: a. Anomali gayaberat tinggi dari kisaran 20 mGal hingga 60 mGal membentuk tinggian
batugamping. b. Anomali gayaberat sedang dari kisaran 0 mGal hingga 20 mGal dibentuk oleh
cekungan batuan sedimen. c. Anomali gayaberat rendah dari kisaran 0 mGal hingga 50 mGal dibentuk
oleh rendahan Zona Kendeng. Tinggian antiklin yang terkait dengan migas terbentuk pada dua jalur
yaitu Zona Rembang di utara dan Zona Randublatung di selatan. Anomali 5 mGal hingga 37 mGal
pada anomali sisa dianggap prospek sedangkan < dari 5 mGal kurang prospek. Batuan reservoir
terbentuk pada rapat massa 2,7 gr/cm続 dari batugamping Formasi Kujung bagian atas, Formasi
Ngimbang bagian atas dan batupasir Ngrayong bagian atas hingga Formasi Ledok dan Formasi Lidah.
Ketebalan batuan reservoir terbentuk antara 賊 800 hingga 1100 meter pada kedalaman 賊 1500 hingga
2500 meter.
Batuan induk terbentuk pada anomali 0 mGal hingga 35 mGal di Cekungan Lamongan dan Rembang
dari serpih terestrial Formasi Ngimbang Bawah, Kujung Bawah dan Formasi Tawun. Batuan alas
diperkirakan disusun oleh Kompleks Melange terdiri atas batuan metamorf dan batuan beku mempunyai
rapat massa 2,9 gr/cm続 dengan kedalaman yang bervariasi akibat pematahan bongkah pada batuan
alas.
Gaya berat, migas, cekungan, antiklin, rapat Kata kunci: massa, batuan induk.
ABSTRACT
Bouguer Anomalies in East Java basin can be
divided into ( 3) three parts namely : a. High Gravity
anomaly, from 20 to 60 mGal that formed by limestone high. b. Medium Gravity anomaly, from 0 to 20
mGal that formed by sedimentory rock basin, and. c. Low Gravity anomaly from 0 to 50 mGal that
formed by low
Kendeng Zone.
Anticline high that Correlated with oil and gas ocurrences can be found in (2) two zones, namely
Kendeng Zone in the north and Randublatung Zone in the south . The Value of recidual anomaly between
5 mGal and 3+ mGal can be considered as prospect and value below 5 mGal is not prospect. .
Reservoir rock that has density 2.7 gr / cm続 was formed by limestone of Upper Kujung , Upper Ngibang,
sandstone of Upper Ngrayong, Lebak and Ledok Formation. The reservoir rock has Thickness from 800
to 1,100 m at depth of 1500 to 2500 mm.
Host rock formed has anomaly between 0 to 35 mGal at Lamongan and Rembang Basin and
consisted of teresterial shale of lower Ngimbang, lower of Kujung, and Tawun Formation.
Bedrock was considered as Melange complex, consisted of metamorphic and igneous rock with density
2,9 gram/cm 3
in various depth due to faulted block of the bedrock.
Daerah penelitian di Cekungan Jawa Timur
(Gambar 1) merupakan salah satu Cekungan
sedimen yang pertama kali dieksplorasi di
Indonesia yaitu sejak akhir abad ke-19.
Penelitian dilakukan dengan metode Gayaberat
dan sajian data berbentuk lintasan disepanjang
jalan raya berjarak 賊 2- 3 km dan acak 賊 5 6
km hingga puluhan kilometer (Gambar 2).
Eksplorasi migas di daerah ini telah berlangsung
Diterima tanggal 27 Agustus 2010
Revisi tanggal 11 Oktober 2010
selama 125 tahun dan merupakan lapangan
komersial pertama di Pulau Jawa
yang
ditemukan di Cekungan ini adalah Lapangan
Kuti-Kuraka tahun 1887.
Sampai saat ini kegiatan eksplorasi dan
produksi masih berlangsung di wilayah darat
maupun laut dan hingga akhir tahun 2009
sejumlah 33 kontrak karya telah diberikan ijin
melakukan aktivitas eksplorasi didaerah ini.
Beberapa penemuan ladang migas cukup
PENDAHULUAN
168 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010
2. signifikan setelah era 1980-an dan eksplorasi
dalam lima tahun terakhir telah menemukan
lapangan migas Mudi dan Sukowati dan mulai
berproduksi pada tahun 2007 serta lapangan
Banyu Urip tahun 2009. Eksplorasi yang
dilakukan PERTAMINA didaerah ini melaporkan
bahwa migas telah ditemukan hampir diseluruh
satuan stratigrafi Cekungan Jawa Timur, mulai
dari reservoir klastik Ngimbang umur Eosen
Tengah sampai reservoir volkanoklastik
Pucangan umur Plistosen (Gambar 3).
Konfigurasi batuan dasar yang telah mengalami
deformasi membentuk rendahan dan tinggian
sehingga membuat cekungan ini kaya akan
dapur migas.
Batuan induk utama adalah
serpih teristrial
Ngimbang terbentuk didaerah rendahan
membentuk cekungan dan perangkap-perangkap
terumbu terbentuk pada karbonat
MAKALAH ILMIAH
Kujung-1, dan Prupuh. Beberapa objek reservoir
dilaporkan masih belum tereksplorasi dengan
baik dan masih berpotensi dimasa depan adalah :
Batupasir Ngimbang dan karbonat, karbonat-silisiklastik
Kujung Bawah, batupasir laut dalam
, karbonat globigerina. Mundu-Selerejo
Ngrayong
dan batupasir volkanoklastik Pucangan.
Pengembangan kembali sumur-sumur tua
berdasarkan kajian yang dilakukan oleh
PERTAMINA mengindikasikan bahwa potensi
lapangan migas masih banyak yang belum
terungkap dan diduga masih terbuka lebar akan
adanya penemuan lapangan-lapangan migas
baru.
Dengan adanya data yang komplit
termasuk penyedian data gayaberat akan
menarik minat investor melakukan eksplorasi
lanjutan baik oleh PERTAMINA sendiri maupun
perusahaan dalam negeri dan asing.
Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 169
4. Tataan Geologi
Cekungan sedimen penghasil minyak di wilayah
Indonesia bagian barat yang berumur Tersier
secara tektonik berada pada cekungan busur
belakang ( back arc basin
) (Gambar 4). Dan salah
satunya adalah Cekungan Jawa Timur Utara
terbentuk akibat tumbukan Lempeng Hindia
Australia bergerak ke arah utara terhadap
lempeng Sunda yang dicirikan oleh anomali
rendah didaerah tumbukan dan anomali tinggi
didaerah pegunungan selatan Jawa. Pertemuan
kedua lempeng tersebut yang bersifat tumbukan
melibatkan kerak samudera lempeng Hindia dan
kerak benua dari lempeng Sunda yang
membentuk sistem busur kepulauan
.
Cekungan yang terbentuk di Jawa Timur
terbagi menjadi 3 mandala struktur masing-masing
dari utara ke selatan adalah: Paparan
Utara ( ), Tinggian Tengah
( ) dan Cekungan Selatan (
). Paparan Utara tersusun oleh Busur
Bawean ( )
Sunda Arc
System
Northern Platform
Central High Southern
Basin
Bawean Arc dan Paparan
Madura/Kangean Utara. Tinggian Tengah terdiri
dari Tinggian Kujung, Madura, Kangean dan
Lombok, sedangkan di Selatan dibagi dalam
beberapa Zona yaitu: Zona Rembang , Zona
Randublatung dan Zona Kendeng. Di daratan
Jawa Timur satuan stratigrafi tertua adalah
batuan dasar yang langsung menumpang di
atasnya yaitu:
umur Eosen Bawah terdiri atas
Pra-Ngimbang
batupasir sisipan serpih, batulanau dan
batubara tidak selaras dengan Formasi
Ngimbang di atasnya.
umur Eosen Tengah
Formasi Ngimbang
ditandai dengan sedimen klastik yang terdiri dari
perselingan batupasir, serpih dan batugamping
kadang-kadang dijumpai batubara yang
menunjukkan lingkungan laut dangkal di atasnya
diendapkan Formasi Ngimbang secara tidak
selaras.
tersusun oleh serpih dengan
Formasi Kujung
s i s i p a n b a t u g a m p i n g d a n b a t u p a s i r,
batugamping bagian bawah merupakan
batugamping Kranji, sisipan bagian atasnya
serpih dan batugamping klastik disebut juga
sebagai batugamping Prupuh. Pada daerah
rendahan berkembang serpih Kujung dan pada
daerah lebih tinggi berkembang terumbu
karbonat dan Anggota Prupuh.
Formasi Tuban
Formasi Tawun
MAKALAH ILMIAH
Formasi Ngrayong
Formasi Bulu
Formasi Wonocolo
Formasi Ledok
Formasi Mundu
Formasi Selorejo
Formasi Lidah
terdiri atas perlapisan
batulempung beberapa sisipan batugamping
dan serpih terbentuk pada Awal Miosen dan
diendapkan pada lingkungan laut dalam.
tersusun oleh perselingan
antara serpih karbonat pasiran dengan
batupasir dan batugamping umur Miosen
Awal hingga Miosen Tengah lingkungan
paparan yang agak dalam.
terdiri atas batupasir,
serpih, batulempung, batulanau dan sisipan
batugamping umur Miosen Awal-Miosen
Tengah tersingkap secara luas pada Lembar
Rembang ketebalannya berkisar 950 meter.
Mempunyai penyebaran yang
luas di antiklin Rembang Utara tersusun oleh
batugamping berwarna putih kadang-kadag
berlapis kalkarenit dengan sisipan napal dan
batupasir umur Miosen Tengah.
tersusun oleh napal dan
lempung tidak berlapis di bagian bawah
tersusun oleh batugamping pasiran dengan
pengendapan transgresif ketebalan berkisar
500 meter umur Miosen Tengah-Atas pada
lingkungan paparan luar.
mempunyai di
antiklin Ledok Cepu tersusun oleh perselingan
antara-batupasir glaukonitik dengan sisipan
napal umur Akhir Miosen.
tersusun oleh napal masif
bagian atas formasi ini berubah menjadi
batugamping pasiran umur Miosen Akhir-
Pliosen dengan pengendapan laut dalam
ketebalan berkisar 700 meter.
Tersusun oleh perselingan
antara batugamping napalan hingga
batugamping pasiran dianggap sebagai
Anggota Formasi Mundu tersingkap bagus di
Sungai Gadu umur Pliosen Tengah-Akhir.
tersusun
stratotype
oleh batulempung
hitam dan napal berlapis yang diselingi oleh
batupasir umur Plio-Plistosen.
tersusun oleh batugamping
Formasi Paciran
masif umumnya merupakan batugamping
terumbu tersebar di utara Zona Rembang dari
wilayah Tuban, Lamongan dan Gresik umur
Pliosen hingga Awal Plistosen.
Penelitian struktur telah dilakukan oleh
beberapa peneliti seperti Situmorang, B., dkk.,
(1976). Sesar normal memperlihatkan arah
N30尊E dan N90尊-100尊E sedangkan sesar
mendatar arah N70尊E struktur perlipatan
arah barat-timur membentuk Antiklinorium
Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 171
5. MAKALAH ILMIAH
Peta anomali Bouguer merupakan
cerminan dari refleksi gabungan anomali
regional dengan anomali lokal. Tampilan peta
anomali Bouguer regional Jawa Timur (Gambar
5) oleh Untung M., Setio, Y., (1978) bila
dibandingkan dengan peta anomali Bouguer
Cekungan Jawa Timur (Gambar 6) daerah Zona
Rembang, Zona Randublatung, Zona Kendeng
daerahnya hampir sama. Di Pegunungan
Selatan
Jawa terdapat anomali tinggi mencapai
200 mGal, anomali tinggi tersebut pada peta
geologi didominasi oleh batugamping serta
andesit tua.
Hasil penelitian gayaberat lokal di
Cekungan Jawa Timur dikelompokkan ke dalam
3 (tiga) kelompok yaitu:
1. Anomali gayaberat tinggi dari kisaran 20
mGal hingga 60 mGal membentuk tinggian
antiklin batugamping terkait dengan batuan
reservoir.
2. Anomali gayaberat sedang dari kisaran 0
mGal hingga 20 mGal membentuk rendahan
oleh
cekungan batuan sedimen dari batuan induk
migas.
3. Anomali gayaberat rendah dari kisaran 0 mGal
hingga 50 mGal dibentuk oleh rendahan
Zona Kendeng tidak terkait dengan migas.
Tinggian anomali dari 20 mGal hingga 60 mGal
terdapat didaerah utara arah barat-timur
termasuk kedalam Zona Rembang dan di selatan
termasuk Zona Randublatung. Tampilan anomali
di utara membentuk
tutupan ( closure
)
memanjang yang terkait dengan tinggian
batugamping sebagai batuan reservoir.
Tinggian anomali tersebut memanjang dari
daerah Rembang Jatirogo Tuban- Kujung
hingga Prupuh. Sedangkan tinggian anomali
didaerah selatan terbentuk memanjang kearah
timur dari Purwodadi sebelah barat Lapangan
Banyu Urip Banyuasih Cepu Bojonegoro
Ngimbang Surabaya hingga ke Sidoarjo.
Cekungan terbentuk pada rendahan anomali
dari kisaran 0 mGal hingga 20 mGal (Warna
kuning). Cekungan Rembang terputus-putus
membentuk tutupan ( closure
)
antiklinorium
disekat oleh tinggian-tinggian lokal. Kearah
timur membentuk Cekungan Lamongan yang
memisahkan tinggian Zona Rembang dengan
tinggian Zona Randublatung. Kerapatan kontur
dan kelurusan anomali yang memisahkan
anomali tinggi dengan anomali rendah di utara
dan di selatan merupakan kontak struktur
berupa sesar naik sepanjang Zona Rembang
dan Zona Randublatung
Buletin Sumber Daya Geologi 172 Volume 5 Nomor 3 - 2010
7. MAKALAH ILMIAH
Anomali Sisa
Peta anomali sisa didapat setelah anomali
Bouguer dikurangi anomali regional. Anomali
sisa adalah lebih rinci dan mencerminkan
anomali lokal lebih dangkal jika dibandingkan
dengan anomali Bouguer. Tampilan anomali sisa
(Gambar 7) hampir mirip dengan anomali
Bouguer hanya saja nilai anomalinya lebih kecil.
Anomali sisa yang terbentuk didaerah Kujung
utara mencapai 37 mGal. Anomali tinggi
tersebut membentuk punggungan gayaberat
diakibatkan oleh rapat massa batuan yang lebih
besar yaitu 2.7 gr/cm続 pada batugamping
Formasi Kujung bagian atas. Didaerah Tuban
tinggian anomali menurun tajam hingga 5 mGal
dan kearah pantai nilainya terus menurun.
Didaerah Jatirogo membentuk tinggian
tutupan
( ) 13 mGal dan menurun kearah selatan
Rembang berbatasan dengan sinklin Pati di
barat.
Tinggian-tinggian tersebut termasuk kedalam
Zona Rembang yang terkait dengan perangkap
struktur migas. Tinggian anomali sisa yang
terbentuk didaerah selatan dimulai dari daerah
Purwodadi hingga ke Cepu dicirikan oleh anomali
13 mGal yang membentuk tutupan ( )
memanjang. Didaerah Karanganyer anomali
kembali menurun hingga 5 mGal menerus ke
daerah Ngimbang, Surabaya dan Sidoarjo.
Tinggian anomali di selatan ditafsirkan masih
sama dengan kelompok batuan yang terbentuk di
utara yaitu batugamping Formasi Kujung atau
Formasi Ngimbang bagian atas. Tinggian
anomali tersebut termasuk kedalam Zona
Randublatung yang ditafsirkan terkait sebagai
perangkap struktur. Rendahan anomali hingga -
35 mGal membentuk cekungan Lamongan
sedangkan kearah barat cekungan terputus-putus
hingga didaerah Pati membentuk
Cekungan Rembang.
Penampang Anomali A B
Panjang lintasan
penampang 賊 120 km arah
utara-selatan (Gambar 8) dari Ngawi-Cepu-
Jatirogo tegak lurus struktur regional.
Pemodelan penampang geologi bawah
permukaan diturunkan dari pemodelan
penampang geofisika berdasarkan rapat massa
closure
closure
batuan, kemudian dikorelasikan dengan data-data
geologi setempat. Rapat massa batuan
dari yang tinggi hingga rendah dari lapisan
bawah sebagai berikut:
-Rapat massa batuan 2,9 gr/cm続 terbentuk
sebagai batuan alas dengan kedalaman yang
bervariasi akibat tinggian. Batuan alas didaerah
tinggian terbentuk pada kedalaman 賊 2000 -
3000 meter bahkan pada sumur Kujung-1
terbentuk pada kedalaman 賊1600 meter di
bawah Formasi Ngimbang sedangkan pada
penampang C-D berkisar 2000 meter. Di
daerah rendahan Cekungan Lamongan batuan
dasar mencapai kedalaman 賊 3000-500 meter.
-Rapat massa batuan 2,5 gr/cm続 terbentuk
sebagai batuan beku granit yang sebarannya
cukup luas dan memanjang arah barat-timur
mungkin berbentuk batolit atau stok.
- Rapat massa batuan 2,7 gr/cm続 dibentuk
oleh batuan sedimen Eosen-Oligosen ditafsirkan
sebagai batugamping Formasi Ngimbang dan
Formasi Kujung bagian atas
dengan ketebalan 賊
800 hingga 1100 meter membentuk batuan
reservoir. Kedalaman batuan reservoir
terbentuk dari 賊 1500-2000 meter, korelasi
dengan penampang seismik batuan reservoir
pada Formasi Kujung atas terbentuk di
kedalaman 賊1600 meter. Bahkan puncak
batugamping Formasi Kujung bisa mencapai
ketebalan 賊 1000 meter seperti yang terlihat
pada pemboran sumur migas Dermawa-1.
- Rapat massa batuan 2,55 gr/cm続 dibentuk
oleh sedimen Mios en dari batupasir,
batugamping Formasi Tuban dan batugamping
Wonocolo serta anggota batupasir Ngrayong
yang semuanya merupakan batuan reservoir
ketebalannya berkisar 賊1000
m terbentuk
setempat-setempat pada lapisan atas hingga
Formasi Ledok dan Formasi Lidah.
- Rapat massa batuan 2,45 gr/cm続 dibentuk
oleh sedimen Plio-Plistosen dari Formasi Ledok
di daerah Mojokerto dan Formasi Lidah di
daerah Surabaya merupakan batuan reservoir.
Pada lintasan penampang punggungan
anomali gayaberat 13 mGal membentuk
antiklinorium sebagai lapangan produktif. Di
daerah utara pada Zona Rembang bagian timur
anomali gayaberat mencapai 37 mGal dan
terdapat beberapa lokasi pemboran migas dari
sumur Jatirogo-1.
Buletin Sumber Daya Geologi 174 Volume 5 Nomor 3 - 2010
8. MAKALAH ILMIAH
Gambar 7. Peta anomali sisa memperlihatkan titik pemboran migas terletak di daerah tinggian
antiklin pada Zona Rembang dan Zona Randublatung antara 0 hingga -37 mGal dan
Cekungan Lamongan dan Rembang dicirikan anomali dari 0 mGal hingga -35 mGal
Cekungan Jawa Timur.
Gambar 8. Penampang A-B yang memperlihatkan tinggian antiklin oleh sesar naik
merupakan perangkap struktur dari lapangan migas Kawengan, Banyu
Urip dan Jatirogo Cekungan Jawa Timur.
Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 175
9. MAKALAH ILMIAH
Penampang Anomali C D
Panjang lintasan penampang berkisar 80 km
arah utara-selatan (Gambar 9) tegak lurus
struktur regional dari barat Mojokerto-Ngimbang-
Kujung memotong Cekungan Lamongan - Zona
Kendeng - Zona Randublatung dan Zona
Rembang. Kelompok batuan dan struktur yang
terbentuk di lintasan ini tidak jauh berbeda
dengan lintasan A B. Pada lintasan
penampang di Cekungan Lamongan, batuan
yang terkait dengan migas terbentuk pada
anomali -35 mGal lebih luas jika dibandingkan
dengan Cekugan Rembang. Antiklinorium tidak
terbentuk di lintasan ini, tinggian menyempit dari
Cepu hingga Lembar Jatirogo, Mojokerto dan
Surabaya.
Batuan induk di daerah ini dilaporkan terdiri
atas Formasi Tawun dan Formasi Ngimbang
bagian bawah. Pada peta anomali sisa di
daerah Tuban migas terdapat pada tinggian
gayaberat batugamping Formasi Kujung
dengan
anomali 37 mGal. Demikian juga di Jatirogo
daerah tinggian telah dilakukan pemboran migas
pada sumur produksi Jatirogo-1 dan di Cilacap.
Di Mojokerto migas terbentuk di lapisan atas
pada Formasi Ledok dan di Surabaya terbentuk
pada Formasi Lidah berumur Plio-Plistosen.
Gambar 9. Penampang C-D yang memperlihatkan tinggian antiklin oleh sesar naik
merupakan perangkap struktur didaerah sumur minyak Ngimbang-1,
Kujung-1, Kujung-2, dan Kujung-3 kedalaman Cekungan Lamongan
mencapai 5000 m Cekungan Jawa Timur.
Buletin Sumber Daya Geologi 176 Volume 5 Nomor 3 - 2010
10. Diskusi
Cekungan Jawa Timur mulai terbentuk pada
Eosen melalui peretakan dan pemekaran batuan
dasar menjadi tinggian antiklin. Konfigurasi
batuan dasar yang telah mengalami deformasi
menjadi tinggian dan rendahan membuat
cekungan di daerah ini kaya akan migas.
Tinggian yang terkait dengan migas
membentuk dua jalur yaitu Zona Rembang dan
Zona Randublatung yang tercermin dari peta
struktur (Gambar 10).
Migas di Cekungan ini telah ditemukan
hampir diseluruh satuan stratigrafi mulai dari
reservoir silisiklastik Ngimbang umur Eosen
Tengah sampai reservoir volkanoklastik umur
Plistosen. Semua batuan reservoir yang
terbentuk di daerah ini selalu berasosiasi dengan
perangkap struktur terutama sesar naik
(Mujahidin, N., 2010) seperti yang tergambarkan
pada penampang anomali A-B dan C-D. Secara
keseluruhan tinggian anomali dibentuk oleh
rapat massa batuan 2,7 gr/cm続 dari batugamping
Formasi Kujung atas, Batugamping Ngimbang
atas, serta batupasir Ngrayong lapisan atas
sebagai batuan reservoir yang prospek pada
anomali 13 mGal hingga 37 mGal. Batuan
reservoir tersebut berkembang sebagai terumbu
karbonat di wilayah-wilayah pinggiran cekungan
pada sekuen puncak transgresi.
Batuan induk berkembang dengan baik di
daerah rendahan yang membentuk cekungan
pada anomali sisa 0 mGal hingga -35 mGal.
C e k u n g a n L a m o n g a n d a n R e m b a n g
merupakan tempat pengendapan lapisan-lapisan
serpih yang kaya organik dari lingkungan
terestrial Formasi Ngimbang Bawah, Kujung
Bawah dan Tawun (Satiana , A. H., 2010). Migas
bermigrasi dari cekungan tersebut melalui
patahan mensuplai daerah-daerah tinggian
hingga ke lapisan atas pada jalur tinggian Zona
Rembang dan Zona Randublatung.
Zona Rembang merupakan jalur migas yang
membentuk tinggian antiklin di utara arah barat-timur
merupakan daerah potensia yang ditinjau
dari dimensi dan nilai kontur anomali sisa
membentuk tinggian-tinggian antara 13 mGal -
37 mGal. Puncak tutupan ( closure
) tinggian
tersebut terbentuk lebih luas seperti di Antiklin
Rembang Antiklin Pakel - Blok Tuban di
lapangan Mudi dan Sukowati hingga tinggian
Kujung membentuk antiklinorium. Di daerah
tinggian antiklin Pakel hingga ke Jatirogo pada
Formasi Tawun merupakan lapangan minyak
yang prospek, terdapat 66 sumur bor dan
sebagian tidak berproduksi lagi. Di Blok Tuban
tinggian anomali sisa melandai hingga 5 mGal
seperti yang terdapat pada sumur produksi
Kembang Baru-1, Kembang Baru-2 yang telah
berproduksi mulai tahun 1990 dan sumur Mudi-1
tahun 1993.
MAKALAH ILMIAH
Didaerah Kujung anomali gayaberat
. meninggi hingga 37 mGal membentuk tutupan
( closure
) memanjang cukup luas dengan
beberapa titik pemboran di Kujung-1, Kujung-2,
dan Kujung-3 daerah ini dianggap prospek
karena tinggian anomalinya jauh lebih luas jika
dibandingkan dengan anomali yang terbentuk
sebelah barat. Pada penampang A B migas
terbentuk di batuan sedimen Eosen-Oligosen
yaitu pada reservoir batugamping Formasi
Kujung dan Formasi Ngimbang bagian atas pada
rapat massa 2,5 hingga 2,7 gr/cm続 dengan
kedalaman diatas 1500 hingga 2500 meter.
Korelasi dengan penampang seismik model
dua dimensi (Gambar 11) di daerah tinggian
batugamping bagian atas sumur Kujung-1 pada
Lapangan Sukowati migas terbentuk mulai dari
kedalaman 賊1600 meter. Sedangkan pada
penampang seismik (Gambar 12) reservoir
batuan karbonat terdapat pada kedalaman
2000-3000 meter dengan ketebalan antara 賊
800 hingga 1100 meter. Di pemboran sumur
migas Dermawa-1 reservoir batugamping
Formasi Kujung terbentuk pada kedalaman 1800
meter (Gambar 13) dan didaerah sumur
Kembang Baru-1 kedalamannya hanya 850
meterTinggian yang kurang prospek terdapat di
selatan Rembang memanjang arah utara-selatan
berdimensi kecil akibat sesar-sesar geser atau
sesar normal membentuk sub cekungan -3
mGal. Reservoir batuan karbonat di atas ternyata
lebih luas pada peta anomali magnet (Gambar
14 ) yang terkait dengan batuan reservoir.
Batuan reservoir tersebut di daerah Zona
Rembang membentuk rendahan anomali dari
kisaran 0 nT hingga 700 nT ditempati oleh batu
gamping tersebar cukup luas hingga ke Pulau
Madura. Anomali magnet tersebut hampir
sama daerahnya dengan tampilan anomali
gayaberat sedang dari 0 mGal hingga 60 mGal
membentuk tinggian yang terkait dengan migas
di daerah ini. Sedangkan anomali magnet yang
terbentuk di Zona Randublatung lebih tinggi yaitu
0 nT hingga 150 nT yang mencerminkan
sebaran batuan sedimen bersifat gampingan
lebih sedikit jika dibandingkan dengan di daerah
Randublatung. Anomali tersebut di duga
didominasi oleh batupasir Formasi Ngrayong
bagian atas sebagai batuan reservoir.
Anomali magnet tertinggi terbentuk di Zona
Kendeng mencapai 150 nT hingga 700 nT
daerah sebarannya sama dengan rendahan dari
anomali gayaberat -50 mGal. Tinggian anomali
magnet tersebut diakibatkan material magnetik
jauh lebih tinggi dan kemungkinan dibentuk oleh
komponen batuan bersifat basa dari volkanik
andesitik Kuarter Pegunungan Kendeng.
Sedangkan Jawa bagian selatan ditandai oleh
Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 177
11. MAKALAH ILMIAH
anomali magnet terendah dari kisaran 0 nT
hingga -700 nT membentang arah barat-timur
dari batugamping Plistosen yang menindih
batuan piroklastik secara tidak selaras.
- Zona Randublatung merupakan jalur
migas di daerah selatan membentuk tinggian
antiklin arah barat-timur mulai dari Purwodadi -
Lapangan Banyu Urip - Lapangan Sukowati
Antiklin Cepu Bojonegoro Ngimbang
Surabaya Sidoarjo. Jalur migas tersebut
daerahnya sama dengan yang dikemukakan
DITJEN MIGAS (Maryanto, W., 2010).
Perangkap tinggian yang potensial terbentuk di
lapangan Banyu Urip pada anomali sisa 5 mGal
hingga 13 mGal dicirikan dengan tutupan
( closure
) memanjang cukup luas, lapangan
baru ini mulai berproduksi tahun 2009. Tinggian
di lapangan Banyu Urip menerus hingga ke
daerah Blok Cepu dan direncanakan titik
pemboran yang baru di daerah ini akan dilakukan
PERTAMINA pada tahun 2010. Kedalaman
batuan reservoir pada penampang C D
berkisar 1000-2500 meter dan di lapangan
Kujung-1 berkisar 900 meter pada batugamping
dan batupasir Formasi Ngimbang Atas. Di
daerah antiklin Lidah Surabaya maupun di
Sidoarjo pemboran migas telah dilakukan dan
dianggap cukup prospek karena antiklinnya
cukup luas dengan nilai kontur anomali 13 mGal.
Sedangkan di daerah Ngimbang-1 dan
Gondang-1 luas antiklinnya relatif kecil dan
kontur anomali sisa juga hanya 5 mGal sehingga
ditafsirkan kurang prospek.
Lapisan penyekat batuan reservoir secara
umum diwakili oleh batulempung laut dalam
Formasi Ngimbang bawah umur Eosen dan
serpih laut Formasi Kujung bawah umur Oligosen
dan penyekat lainnya mungkin serpih Formasi
Tuban dan Tawun (Bambang P., dkk., 2010).
Semua titik pemboran diseluruh Cekungan Jawa
Timur terletak pada daerah tinggian anomali
gayaberat sebagai reservoir migas. Adanya titik
pemboran di dua sumur yang dilakukan didaerah
Cekungan Lamongan adalah guna mengetahui
susunan stratigrafi terdalam hingga batuan alas.
Batuan alas yang tercermin dari anomali
gayaberat dan penampang seismik diduga
Kompleks Melange batuan metamorf dan batuan
beku mempunyai rapat massa 2,9 gr/cm続
dengan kedalaman yang bervariasi akibat
pematahan bongkah pada batuan alas. Di
daerah tinggian batuan alas terbentuk pada
kedalaman 賊 2000 - 3000 meter bahkan di
sumur Kujung-1 kedalaman mencapai 1600
meter sedangkan di daerah rendahan di
Cekungan Lamongan mencapai 5000 meter.
Zona Kendeng dibentuk oleh rendahan
anomali gayaberat sisa -35 mGal terbentuk
paling selatan arah barat-timur. Cerminan
anomali tersebut diduga dulunya merupakan
cekungan turbidit yang cukup dalam dan
sekarang merupakan deretan perbukitan
volkanik Kuarter. Anomali rendah yang terbentuk
di zona ini akibat adanya rapat massa batuan
yang kecil 2,45 gr/cm続. Adanya material fraksi
ringan berupa debu atau tuff volkanik serta
batuan terobosan bersifat asam akan
merefleksikan anomali yang rendah sepanjang
Zona Kendeng. Pengangkatan yang terjadi pada
volkanik Miosen di selatan Jawa Timur diikuti
oleh penyesaran di jalur Zona Rembang dan
Zona Randublatung yang mengakibatkan
tenggelamnya jalur rendahan Zona Kendeng.
Kemudian mengalami pengangkatan kembali
pada tektonik Plio-Plistosen dan mendeformasi
Cekungan Jawa Timur secara keseluruhan
Gambar 10. Peta struktur memperlihatkan tinggian antiklin prospek berfungsi sebagai struktur perangkap
migas dan Sumur produksi terbentuk di daerah tinggian. Daerah rendah membentuk cekungan
kedaerah tinggian melalui bidang petahan dan nampak beberapa struktur antiklinorium, sesar naik,
sesar geser dan sesar normal terbentuk didaerah cekungan Jawa Timur.
Buletin Sumber Daya Geologi 178 Volume 5 Nomor 3 - 2010
12. MAKALAH ILMIAH
Gambar 13. Penampang bor yang memperlihatkan batuan reservoir dari batugamping tinggian Formasi Kujung
kedalam 1000 m pada sumur Kembang Baru-1, dan Dermawa-1 kedalam 1800 m sedangkan
Blimbing-1 kedalam 3500 m Cekungan Jawa Timur.
Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 179
13. MAKALAH ILMIAH
Kesimpulan
1. Anomali Bouguer yang terbentuk di daerah
C e k u n g a n J a w a Ti m u r d a p a t d i
kelompokkan ke dalam (3)
tiga bagian yaitu:
a. Anomali gayaberat tinggi dari kisaran
20 mGal hingga 60 mGal membentuk
tinggian batugamping terkait dengan
batuan reservoir.
b. Anomali gayaberat sedang dari kisaran
0 mGal hingga 20 mGal membentuk
cekungan oleh batuan induk.
c. Anomali gayaberat rendah dari kisaran 0
mGal hingga 50 mGal dibentuk oleh
rendahan Zona Kendeng tidak terkait
dengan migas.
2. Daerah prospek yang terkait dengan migas
ditafsirkan dari anomali sisa membentuk
dua jalur tinggian antiklin yaitu Zona
Rembang di utara dan Zona Randublatung di
selatan arah barat-timur, terbentuk pada 5
mGal hingga 37 mGal sedangkan yang
kurang prospek < 5 mGal.
3. Batuan reservoir terbentuk dari lapisan
bawah hingga atas pada rapat massa
batuan 2,7 gr/cm続 dari batugamping Formasi
Kujung bagian atas, Formasi Ngimbang
bagian atas dan batupasir Ngrayong bagian
atas hingga Formasi Ledok dan Formasi
Lidah.
4. Ketebalan batuan reservoir terbentuk antara
賊 800 hingga 1100 meter kedalaman
berkisar 1500 hingga 2500 meter.
5. Batuan induk terdiri dari serpih lingkungan
terestrial Formasi Ngimbang Bawah, Kujung
Bawah dan Tawun pada anomali 0 mGal
hingga 35 mGal terbentuk di Cekungan
Lamongan dan Rembang.
6. Batuan alas diperkirakan dari Kompleks
Melange terdiri atas batuan metamorf dan
batuan beku mempunyai rapat massa 2,9
gr/cm続 dengan kedalaman yang bervariasi
akibat pematahan bongkah pada batuan
alas.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada Pimpinan Pusat Sumber Daya
Geologi Bandung, Tim Editor dan Dewan
Redaksi serta semua pihak yang telah membantu
hingga karya tulis ini dipublikasikan. Penulis
menyadari atas kekurangannya, namun kedepan
akan terus berusaha untuk membuatnya lebih
baik.
Buletin Sumber Daya Geologi 180 Volume 5 Nomor 3 - 2010
14. MAKALAH ILMIAH
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, M., Irfan, M., Sopandi, T., 2005. Between Reality and Illusion, Hidrocarbon Hunting in East Java
Basin. Proceedings Joint Convention Surabaya 2005 HAGI-IAGI PERHAPI The 30 th
HAGI, The 34 th IAGI and The 14 th PERHAPI Annual Conference and Exhibition, pp
48-56.
Conoco., 1983. Merpati-1 final well report (unpublished).
Mujahidin, N., 2010.Analisis Petroleum System dan Potensi Eksplorasi Pengembangan
Lapangan Migas Baru di Cekungan Jawa Timur, Lokakaria Badan Geologi-BP
MIGAS DINAS ESDM, Surabaya, 22-23 Juni 2010.
Maryanto, W., (2010). Kebijakan dan Manajemen Eksplorasi di Indonesia, Lokakaria Badan
Geologi-BPMIGAS DINAS ESDM, Surabaya, 22-23 Juni 2010.
Peter, L., (1991). The Neogene Geological History of East Java Some Unusual Aspects Of Stratigraphy.
Proceedings Indonesian Assosiation of Geologists (IAGI), Twentieth Anmnual
Convention , December 1991 pp. 26-36.
Syarif, N., Suhariono., Subagio., 1994. Peta Anomali Bouguer Lembar Surabaya, Jawa Pusat
Survei Geologi Bandung, Skala 1 : 100.000.
Satiana ,A. H., 2010. Optimalisasi Sumberdaya Hidrokarbon Di Cekungan Sedimen Jawa
Timur. Lokakaria Badan Geologi-BP MIGAS DINAS ESDM, Surabaya Juni 22-
23- 2010.
Situmorang, B., Siswoyo, Thayib, S., 1976. Wrench Fault Tectonics andAspects of
Hydrocarbon Accumulation in Java. Proc. 5th.Ann. Conv. IPA, p.
53-67.
Simon Hutubessy., 2005. Laporan Penelitian Konfigurasi Batuan Dasar Didaerah
Cepu dan sekitarnya Jawa Tengah - Jawa Timur, Pusat Survei Geologi
Bandung.
Untung, M., Seto, Y., 1978. Gravity and geological study in Java, Indonesia. Geological
Survey of Indonesia and Japan, Spec. Publ. 5.
Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 181