ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
HASIL PENELITIAN
POTENSI GEOWISATA TELUK LASONGKO DAN SEKITARNYA
KABUPATEN BUTON TENGAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA
PEMBIMBING I
Dr. Muliddin S.Si.,M.,Si
PEMBIMBING II
Suyawan Asfar, S.T., M.Si
OLEH :
LA ODEMUHAMMAD FARHAN
R1C116128
OUTLINE
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENUTUP
PENDAHULUAN
Berdasarkan geologi regional lembar Buton daerah
penelitian masuk pada Formasi Wapulaka dan
endapan alluvium yang terbentuk oleh proses struktur
geologi yang kompleks, terdiri dari Batugamping
terumbu berumur Kuarter berbentuk platform dan
dikontrol oleh tipe pelarutan pada proses diagenesis
yang membentuk morfologi karst.
RUMUSANMASALAH
1. Bagaimana potensi Teluk lasongko yang
terdapat di daerah penelitian untuk
pengembangan kawasan geowisata?
2. Bagaimana penyusunan strategi
pengembangan kawasan Teluk Lasongko untuk
dijadikan sebagai kawasan geo wisata ?
1. Menjelaskan potensi geowisata teluk lasongko yang
terdapat di daerah penelitian untuk mengembangkan
kawasan geowisata.
2. Menjelaskan strategi apa yang akan dilakukan dalam
mengembangkan kawasan geowisata teluk lasongko.
TUJUANPENELITIAN
GAMBAR PETA LOKASI PENELITIAN DAERAH TELUK LASONGKO
Metode Penelitian
GAMBARDIAGRAMALIRPENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
POTENSIGEOWISATA TELUK LASONGKO
1.GEOSITE LASONGKO
a. Permandian Kampolele
Geosite permandian lasongko
secara geografis masuk pada desa
lasongko dengan kondisi
geomorfologi berupa satuan
perbukitan kars (BMB,2006)
dengan litologi batugamping.
jenis air pada geosite ini yaitu
dengan jenis air tawar yang
berasal dari lapisan akuifer
bawah tanah .
dipengaruhi bentuk morfologi, jenis
batuan dan porositas batuan sehingga
membentuk lorong-lorong pada batuan
yang dipengaruhi oleh proses karstifikasi.
Sistem aliran di kawasan karst oleh
White, 1988 dalam Haryono dkk., 2016
dikelompokkan menjadi dua, yakni aliran
yang didominasi oleh ruang antar butir
batuan (diffuse) dan aliran yang
didominasi oleh lorong-lorong pelarutan
(conduit).
N 2200 E
a. Secara megaskopis
Sampel yang dijumpai pada geosite Kampolelememiliki ciri fisik warna segar putih dan warna lapuk
coklat kekuningan, dengan struktur fossiliferous, dan tekstur terdiri dari ukuran butir pasir sangat halus
(0,06- 0,125 mm), pemilahan baik, derajat pembundaran membundar, dan kemas tertutup. Komposisi
material terdiri dari allochem skeletal, mikrit karbonat, dan sparit karbonat. Dari hasil pengamatan maka
nama batuan ini adalah kalkarenit (Grabau 1904).
Gambar singkapan batuan batugamping packstone
Berdasarkan hasil sayatan petrografi pada stasiun geosite Kampolele
memiliki warna absorbsi berwarna coklat muda, warna interferensi coklat
tua, bentuk mineral subhedral-anhedral, bentuk material subrounded-
angular, porositas baik, permeabilitas baik. Memiliki tekstur vuggy,
komposisi material terdiri dari atas non skeletal grain (ooid, cortoid,
mikrit, sparit, dolomit), dengan komposisi mineral yang terdiri dari ooid
5% memiliki absorbs transparan/colourless, warna interfensi coklat dan
merh muda, Bentuk subhedral-anhedral. Memiliki relief sedang, intensitas
sedang, berbentuk bulat dengan ukuran 1,2 mm, cortoid 10% memiliki
warna absorbs transparan/colourless, warna interfensi kuning, hijau dan
merah muda, bentuk subhedral-anhedral, memiliki relief sedang, intensitas
sedang.
Berbentuk elips memanjang dengan ukuran 2 mm,
mikrit 20% memiliki warna absorsi kuning
kecoklatam, warna imterfemsi coklat, bentuk
anhedral, ukuran ≤ 4mm merupakan agregat mineral
kalsit anhedral yang mengisi diantara butiran
karbonat yang berukuran lebih besar allochem, sparit
10% warna absorbs kuning kecoklatan, warna
intervensi coklat bentuk anhedral, ukuran sangat
halus merupakan agregat mineral kalsit autogenic
yang mengisi rongga dalam non skeletal
grain,dolomit 30% memiliki warna absorbs
coklat,warna intervensi kuning keunguan, bentuk
subhedral, memiliki relief tinggi, intensitas sedang,
belahan ada, tidak meiliki kembaran, pecahan tidak
rata, ukuran 0,6-0,7 mm, skeletal grain (Sg) 20%
memiliki warna absorbs transparan/colourless, warna
interfensi putih keabu-abuan, bentuk subhedral-
euhedral. Kerangka fosil (Sg) berupa pelecypoda dan
fosil (Sg.b) berupa hesterostigena dan pore/vug 5%
memiliki warna absorbsi transparan, warna interfensi
hitam. Sehingga dari hasil analisis petrografi diberi
nama batuan wackstone
( Dunham 1962 ).
b.Pantai Lasongko
Kondisi morfologi pantai ini sangat
dipengaruhi oleh proses sedimentasi yang
begitu pesat dengan material dari hasil
transportasi air yang biasa disebut endapan
alluvium berasal dari darat dan dipengaruhi
pula kurangnya aktifitas pasang surut air
laut karena berada jauh di dalam Teluk
Lasongko, sehingga daerah penelitian
terdapat satuan alluvium dengan material
berupa lanau, sisa-sisa cangkang hewan laut
dan pasir yang terendapkan pada hutan
mangrove
Gambar Pantai lasongko
endapan alluvium dengan jenis material berupa
tanah liat pasir dan sisa sisa cangkang pada
hutan mangrove
Gambar endapanaluvium
Gambar Paparanterumbu
Pantai Lasongko ini terdapat paparan terumbu (Gambar
15) searah garis pantai dengan jenis litologi batu gamping
yang terbentuk akibat proses pengendapan material-
material sedimen berupa sisa-sisa cangkang dan material
sedimen lainya yang terendapkan pada suatu lingkungan
pengendapan tersingkap di permukaan akibat penuruna
muka air laut.
Deskripsi litologi pada daerah pantai lasongko yang
dilakukan secara megaskopik, memiliki ciri fisik warna
segar putih dan warna lapuk coklat kekuningan, dengan
struktur fossiliferous, dan tekstur terdiri dari ukuran
butir pasir sangat halus (0,06- 0,125 mm), pemilahan baik,
derajat pembundaran membundar, dan kemas tertutup.
Komposisi material terdiri dari allochem skeletal, mikrit
karbonat, dan sparit karbonat. Dari hasil pengamatan
maka nama batuan ini adalah kalkarenit (Grabau 1904).
2. Geosite Desa Moko/ Pantai Bungi
terbentuk dari proses pengendapan material-
material sedimen yang intens yang dipengaruhi oleh
arus dan gelombang yang mengikis dinding dinding
teluk kemudian terendapkan ketika geolombang
telah mencapai titik lemahnya.
Gambar Pantai bungi
Morfologi pantai Bungi ini terdapat beberapa jenis
seperti adanya sand spit, yang terbentuk akibat proses
pengendapan oleh arus laut yang minim terbentuk
jutaan tahun yang lalu, memanjang dengan ujungnya
bagian barat menyatu dengan daratan sedangkan
ujung bagian timur menjurus kelaut yang terdapat
pada teluk Lasongko, proses penyimpangan sejajar
pantai oleh arus sejajar pantai.
Gambar sand spit
Gambar paparan terumbu
Pantai Bungi terdapat paparan terumbu karang yang berbentuk rataan batuan,
terbentuk proses pengendapan material sedimen/organisme-organisme yang mati
menyisakan tempat tinggalanya berupa kumpulan karang kemudian terendapkan
membentuk teras-teras terumbu dengan jenis batugamping. Deskripsi litologi pada
daerah pantai pantai bungi yang dilakukan secara megaskopik, memiliki ciri fisik
warna segar putih dan warna lapuk coklat kekuningan, dengan struktur fossiliferous,
dan tekstur terdiri dari ukuran butir pasir sangat halus (0,06-0,125 mm), pemilahan
baik, derajat pembundaran membundar, dan kemas tertutup. Komposisi material
terdiri dari allochem skeletal, mikrit karbonat, dan sparit karbonat. Dari hasil
pengamatan maka nama batuan ini adalah kalkarenit (Grabau 1904).
3. Geosite Desa Matawine.
Kondisi geologi daerah tersebut terdapat zona
sedimentasi yang tebal dan terdapat beberapa
mata air yang mencirikan adanya sistem hidrologi
pada karst yang di bentuk oleh proses pelarutan
batuan sehingga muncul di permukaan yang di
sebabkan oleh beberapa hal seperti topografi,
gravitasi dan struktur geologi, sedangkan
menurut White 1988 air yang keluar berasal dari
akuifer karst terutama pada cavities hasil
pelarutan dipermukaan maupun dibawah
permukaan bumi dengan tipe Mixed sebagai
komponen daerah tangkapan air kawasan karst,
(Ford dan Williams, 2007).
Gambar geosite matawine
Ga,bar mata air
Secara megaskopik, sampel yang di jumpai memiliki ciri fisik warna segar putih dan
warna lapuk coklat kekuningan, dengan struktur fossiliferous, dan tekstur terdiri dari
ukuran butir pasir sangat halus(0,06- 0,125 mm), pemilahan baik, derajat pembundaran
membundar, dan kemas tertutup. Komposisi material terdiri dari allochem skeletal,
mikrit karbonat, dan sparit karbonat. Dari hasil pengamatan maka nama batuan ini
adalah kalkarenit (Grabau 1904).
Gambar singkapan batuan
Deskripsi litologi secara megaskopik
Berdasarkan hasil sayatan petrografi pada stasiun memiliki
warna absorbsi coklat kehitaman, tekstur interparticle dan
vug, struktur tidak berlapis, dan warna interferensi coklat
kehitaman, merah muda, hijau dan biru ,Disusun oleh kalsit,
pore, mud, dan skeletal grain berupa tubuh organisme
namun tidak dapat dideskripsikan karena telah mengalami
pelarutan dan rekristalisasi sehingga terdapat beberapa
bagian yang sudah hilang. Memiliki komposisi mineral
yang terdiri dari kalsit (Cal) 30% dengan warna absorbsi
coklat tua, bentuk subhedral-anhedral, pleokroisme tidak
ada, belahan 1 arah, kembaran polisintetik, relief tinggi,
sudut gelapan 32o, ukuran mineral <0,02-0,6 mm, warna
interferensi abu-abu kehitaman, skeletal grain (sg) 55%
memiliki warna absorbsi cokelat kehitaman dengan warna
interferensi keabu-abuan, skeletal grain berupa tubuh
organisme namun tidak dapat dideskripsikan karena telah
mengalami pelarutan dan rekristalisasi sehingga terdapat
beberapa bagian yang sudah hilang. Ukuran grain <1 mm.
Pore memiliki 10% memiliki warna absorbsi tidak ada,
warna interferensi hitam, berukuran 0,1-0,2 mm. termasuk
porositas vug, mud calcite (Mud) 5% memiliki Warna
absorbs coklat muda, dengan warna interferensi coklat
kehitaman , relief rendah, intensitas lemah, ukuran mineral
<0,001 mm.sehingga dari hasil analisis petrografi nama
batuan ini diberi nama batugamping packstone. (Dunham
1962).
Gambar petrografi batuan
Deksripsi litologi secara petrografi
4. Geosite desa Mone/Gua
Kondisi geologi gua ini terdiri dari batugamping yang merupakan bagian dari Formasi Wapulaka yang telah mengalami
proses karstifikasi . Hal ini ditujukkan juga dari hadirnya stalaktit, stalakmit dan pilar di dalam gua. Stalaktit dan Stalakmit
terbentuk akibat proses pelapukan kiamiawi secara karbonasi di daerah karst (kapur). Stalaktit merupakan hasil dari air yang
menetes dari langit-langit gua yang setiap tetes air mengandung zat kapur, jika menetes maka semakin lama zat kapur
tersebut akan menyangkut di langit-langit gua hingga semakin lama menjadi runcing, sedangkan stalakmit merupakan batu
yang terbentuk didasar gua dan bentuknya meruncing keatas terbentuk karena adanya tetesan air dari atas-atas langit gua
(stalaktit). Gua ini juga terdapat pilar yang merupakan hasil menyatuhnya stalaktit dan stalakmit. Proses pembentukan gua
Mone merupakan proses endokars, yaitu karstifikasi yang berkembang di bawah permukaan tanah. Berdasarkan dari papan
informasi yang terletak di kawasan gua Mone,pada gua ini terdapat pula mata air yang berasal dari lapisan akuifer sehingga
muncul dalam gua yang mengalami proses pelorongan akibat pelarutan dari batuan-batuan yang dilaluinya.
Gambar Gua Mone Gambar Stalaktit dan Stalakmit Gua
stalatit
stalakmit
pilar
Kondisi morfologi geosite Gua Mone
Gambar satuan pedataran Gua Mone
Morfologi pada geosite ini terdapat satuan
pedataran karst yang berada di Desa Mone.
Satuan morfologi pedataran karst berarah
timur laut terbentuk dari akumulasi hasil
pelapukan yang intens yang diakibatkan
oleh beberapa faktor pengontrol seperti
curah hujan. Jenis Batuan serta kondisi
morfologi ,kemudian slope pada daerah
penelitian 0-3 derajat. Satuan morfologi ini
memiliki litologi batugamping dan kawasan
ini merupakan pemukiman warga dan jalan
yang berada di Desa Mone
Sejarah pembentukan daerah penelitian
Daerah Teluk Lasongko yang berada pada kecamatan Lakudo Kabupaten
Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara secara geologi tersusun atas
batugamping (koral/karang) yang terbentuk luas pada perairan laut dangkal.
Pada keadaan perairan tenang, suhu yang cukup serta suplai sedimen yang
memadai memungkinkan terbentuknya gugusan terumbu yang luas. Gugusan
terumbu yang luas inilah yang kemudian menjadi cikal bakal pembetukan
batugamping. Akibat gerakan tektoknik masa lampau (miosen awal) terjadi
tumbukan antara kepulaun Buton dan gugusan terumbu yang luas (Muna),
dimana kepulaun Buton menekan Muna sehingga terjadi obdaksi
(pengangkatan) dasar laut membentuk daratan. Proses pengangkatan
kepulaun Buton berlangsung selama jutaan tahun lalu hingga saat ini. Batuan
yang tampak (terekspos) kepermukaan mengalami proses pelapukan
(utamanya pelarutan) dan erosi membentuk ornamen-ornamen karst seperti
gua, lembah, bukit, dolin, danau dan bentukkan khas lainnya. Kenampakkan
fitur (objek) tersebut berbeda-beda hal ini dipengaruhi oleh perbedaan
intensitas hujan, tingkat ketahanan batuan, ketinggian permukaan tanah,
mobilitas air (permukaan/dibawah permukaan) dan faktor pendukung
lainnya.
Penilain sumber daya warisan geologi pada geosite di daerah peneltian
a. Penilaian Nilai-Nilai Sains (scientific values)
Hasil pembobotan nilai sains
b. Penilian nilai-nilai edukasi (education values) Hasil pembobotan nilai sains
c. Penilaian nilai-nilai pariwisata (tourism values) Hasil pembobotan
d. Asesmen resiko degradasi (resiko degradation) Hasil pembobotan
Klasifikasi penilaian geosite
Hasil penilaian geosite warisan geologi
berdasarkan parameter nilia-nilai sains (scientific
values), nilai-nilai edukasi (education values), nilai-
nilai pariwisata (tourism values) serta resiko
degrdasi (degradation values)
Hasil klasifikasi potensi geowisata daerah
penelitian
Strategi pengembangan geowisita daerah penelitian
Prinsip perencanaan yang dikemukakan oleh Hermawan Tahun
2017. Strategi pengembangan wisata tersebut anatara lain:
(1) Studi geologi lanjutan
(2) Pengusulan kawasan geoheritege (warisan geologi) dan
kawasan konservasi geologi
(3) Sosialisasi, Edukasi dan Promosi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didaerah Teluk Lasongko Kecamatan Lakudo,
Kabupaten Buton Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara maka penulis menarik kesimpulan bahwa
1. Potensi geowisata Teluk lasongko yang terdapat didaerah penelitian dari geosite Kampolele,
Pantai Lasongko, geosite Mone, geosite Moko, geosite Matawine berdasarkan situs warisan
geologi maka daerah penelitian memiliki tingkat kelayakan sedang/cukup layak untk di jadikan
sebagai kawaan geowisata
2. Strategi pengembangan geowisata daerah penelitian antara lain dilakukannya studi kelayakan,
pengusulan kawasan geoheritage dan kawasan konservasi geologi dan sosialisasi, edukasi dan
promosi.
Saran
Saran dari penulis yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu sebaiknya dilakukannya
penelitian lebih lanjut mengenai studi geohidrologi didaerah penelitian. karena banyak terdapat
mata air yang berada pada lokasi penelitian yang tidak diketahui baik dari pola penyebaran dan
sumber mata air didaerah Teluk Lasongko Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah Provinsi
Sulawesi Tenggara.
Kesimpulan dan Saran
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

More Related Content

Similar to ppt Hasil Farhan.pptx (20)

Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethod
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethodProspek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethod
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethod
Kevin Pratama
Ìý
Makalah mineral dan batuan YOGI
Makalah mineral dan batuan YOGIMakalah mineral dan batuan YOGI
Makalah mineral dan batuan YOGI
YogiShidiq
Ìý
Batuan Beku
Batuan BekuBatuan Beku
Batuan Beku
Farah Della
Ìý
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_08...
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_08...Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_08...
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_08...
Mario Yuven
Ìý
Proposalku01
Proposalku01Proposalku01
Proposalku01
Yudi Spa'ins
Ìý
005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan
Handaka Sugito
Ìý
Jurnal geologi potensi hidrokarbon
Jurnal geologi potensi hidrokarbonJurnal geologi potensi hidrokarbon
Jurnal geologi potensi hidrokarbon
Aulia Nofrianti
Ìý
Pemetaan Geologi Daerah Pangkalan dan Sekitarnya.ppt
Pemetaan Geologi Daerah Pangkalan dan Sekitarnya.pptPemetaan Geologi Daerah Pangkalan dan Sekitarnya.ppt
Pemetaan Geologi Daerah Pangkalan dan Sekitarnya.ppt
PrasetyoM
Ìý
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
Rifai Ramli
Ìý
PPT MACAM-MACAM BATUAN TGGEOGRAFI KLS 12
PPT MACAM-MACAM BATUAN TGGEOGRAFI KLS 12PPT MACAM-MACAM BATUAN TGGEOGRAFI KLS 12
PPT MACAM-MACAM BATUAN TGGEOGRAFI KLS 12
DifaNet
Ìý
GEOKIMIA_kelompok 7 perkuliahan mig.pptx
GEOKIMIA_kelompok 7 perkuliahan mig.pptxGEOKIMIA_kelompok 7 perkuliahan mig.pptx
GEOKIMIA_kelompok 7 perkuliahan mig.pptx
jamaluddin983317
Ìý
1. Fenomena Geosfer.pptx
1. Fenomena Geosfer.pptx1. Fenomena Geosfer.pptx
1. Fenomena Geosfer.pptx
NunungJuniarti2
Ìý
PRESENTASI KOLOKIUM.pptx
PRESENTASI KOLOKIUM.pptxPRESENTASI KOLOKIUM.pptx
PRESENTASI KOLOKIUM.pptx
TubagusIrfanRamazen
Ìý
Resume Kel (1) Progradational Parasequence Set.pptx
Resume Kel (1) Progradational Parasequence Set.pptxResume Kel (1) Progradational Parasequence Set.pptx
Resume Kel (1) Progradational Parasequence Set.pptx
Yayat Baruadi
Ìý
ANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IP
ANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IPANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IP
ANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IP
Fenty Maretta
Ìý
154501618 cekungan-tarakan-file-ed-rev
154501618 cekungan-tarakan-file-ed-rev154501618 cekungan-tarakan-file-ed-rev
154501618 cekungan-tarakan-file-ed-rev
owyeh
Ìý
Rudaceous rock
Rudaceous rockRudaceous rock
Rudaceous rock
'Oke Aflatun'
Ìý
Kondisi geologi regional daerah salem
Kondisi geologi regional daerah salemKondisi geologi regional daerah salem
Kondisi geologi regional daerah salem
Hiskia Annisa
Ìý
140710080104 2 1192
140710080104 2 1192140710080104 2 1192
140710080104 2 1192
kerong
Ìý
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaGambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Fitri Indra Wardhono
Ìý
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethod
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethodProspek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethod
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethod
Kevin Pratama
Ìý
Makalah mineral dan batuan YOGI
Makalah mineral dan batuan YOGIMakalah mineral dan batuan YOGI
Makalah mineral dan batuan YOGI
YogiShidiq
Ìý
Batuan Beku
Batuan BekuBatuan Beku
Batuan Beku
Farah Della
Ìý
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_08...
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_08...Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_08...
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_08...
Mario Yuven
Ìý
Proposalku01
Proposalku01Proposalku01
Proposalku01
Yudi Spa'ins
Ìý
005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan
Handaka Sugito
Ìý
Jurnal geologi potensi hidrokarbon
Jurnal geologi potensi hidrokarbonJurnal geologi potensi hidrokarbon
Jurnal geologi potensi hidrokarbon
Aulia Nofrianti
Ìý
Pemetaan Geologi Daerah Pangkalan dan Sekitarnya.ppt
Pemetaan Geologi Daerah Pangkalan dan Sekitarnya.pptPemetaan Geologi Daerah Pangkalan dan Sekitarnya.ppt
Pemetaan Geologi Daerah Pangkalan dan Sekitarnya.ppt
PrasetyoM
Ìý
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
Rifai Ramli
Ìý
PPT MACAM-MACAM BATUAN TGGEOGRAFI KLS 12
PPT MACAM-MACAM BATUAN TGGEOGRAFI KLS 12PPT MACAM-MACAM BATUAN TGGEOGRAFI KLS 12
PPT MACAM-MACAM BATUAN TGGEOGRAFI KLS 12
DifaNet
Ìý
GEOKIMIA_kelompok 7 perkuliahan mig.pptx
GEOKIMIA_kelompok 7 perkuliahan mig.pptxGEOKIMIA_kelompok 7 perkuliahan mig.pptx
GEOKIMIA_kelompok 7 perkuliahan mig.pptx
jamaluddin983317
Ìý
1. Fenomena Geosfer.pptx
1. Fenomena Geosfer.pptx1. Fenomena Geosfer.pptx
1. Fenomena Geosfer.pptx
NunungJuniarti2
Ìý
Resume Kel (1) Progradational Parasequence Set.pptx
Resume Kel (1) Progradational Parasequence Set.pptxResume Kel (1) Progradational Parasequence Set.pptx
Resume Kel (1) Progradational Parasequence Set.pptx
Yayat Baruadi
Ìý
ANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IP
ANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IPANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IP
ANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IP
Fenty Maretta
Ìý
154501618 cekungan-tarakan-file-ed-rev
154501618 cekungan-tarakan-file-ed-rev154501618 cekungan-tarakan-file-ed-rev
154501618 cekungan-tarakan-file-ed-rev
owyeh
Ìý
Rudaceous rock
Rudaceous rockRudaceous rock
Rudaceous rock
'Oke Aflatun'
Ìý
Kondisi geologi regional daerah salem
Kondisi geologi regional daerah salemKondisi geologi regional daerah salem
Kondisi geologi regional daerah salem
Hiskia Annisa
Ìý
140710080104 2 1192
140710080104 2 1192140710080104 2 1192
140710080104 2 1192
kerong
Ìý
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaGambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Fitri Indra Wardhono
Ìý

Recently uploaded (6)

Training Managemen-gawat-darurat-1-ppt.ppt
Training Managemen-gawat-darurat-1-ppt.pptTraining Managemen-gawat-darurat-1-ppt.ppt
Training Managemen-gawat-darurat-1-ppt.ppt
rhamset
Ìý
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.pptpelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
rhamset
Ìý
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
rhamset
Ìý
Matematika Mengengah Pertemuan Ke-13 ok.
Matematika Mengengah Pertemuan Ke-13 ok.Matematika Mengengah Pertemuan Ke-13 ok.
Matematika Mengengah Pertemuan Ke-13 ok.
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
Ìý
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
rhamset
Ìý
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptxPengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
gintingdesiana
Ìý
Training Managemen-gawat-darurat-1-ppt.ppt
Training Managemen-gawat-darurat-1-ppt.pptTraining Managemen-gawat-darurat-1-ppt.ppt
Training Managemen-gawat-darurat-1-ppt.ppt
rhamset
Ìý
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.pptpelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
rhamset
Ìý
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
rhamset
Ìý
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
rhamset
Ìý
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptxPengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
gintingdesiana
Ìý

ppt Hasil Farhan.pptx

  • 1. HASIL PENELITIAN POTENSI GEOWISATA TELUK LASONGKO DAN SEKITARNYA KABUPATEN BUTON TENGAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA PEMBIMBING I Dr. Muliddin S.Si.,M.,Si PEMBIMBING II Suyawan Asfar, S.T., M.Si OLEH : LA ODEMUHAMMAD FARHAN R1C116128
  • 3. PENDAHULUAN Berdasarkan geologi regional lembar Buton daerah penelitian masuk pada Formasi Wapulaka dan endapan alluvium yang terbentuk oleh proses struktur geologi yang kompleks, terdiri dari Batugamping terumbu berumur Kuarter berbentuk platform dan dikontrol oleh tipe pelarutan pada proses diagenesis yang membentuk morfologi karst.
  • 4. RUMUSANMASALAH 1. Bagaimana potensi Teluk lasongko yang terdapat di daerah penelitian untuk pengembangan kawasan geowisata? 2. Bagaimana penyusunan strategi pengembangan kawasan Teluk Lasongko untuk dijadikan sebagai kawasan geo wisata ? 1. Menjelaskan potensi geowisata teluk lasongko yang terdapat di daerah penelitian untuk mengembangkan kawasan geowisata. 2. Menjelaskan strategi apa yang akan dilakukan dalam mengembangkan kawasan geowisata teluk lasongko. TUJUANPENELITIAN
  • 5. GAMBAR PETA LOKASI PENELITIAN DAERAH TELUK LASONGKO Metode Penelitian
  • 8. POTENSIGEOWISATA TELUK LASONGKO 1.GEOSITE LASONGKO a. Permandian Kampolele Geosite permandian lasongko secara geografis masuk pada desa lasongko dengan kondisi geomorfologi berupa satuan perbukitan kars (BMB,2006) dengan litologi batugamping. jenis air pada geosite ini yaitu dengan jenis air tawar yang berasal dari lapisan akuifer bawah tanah .
  • 9. dipengaruhi bentuk morfologi, jenis batuan dan porositas batuan sehingga membentuk lorong-lorong pada batuan yang dipengaruhi oleh proses karstifikasi. Sistem aliran di kawasan karst oleh White, 1988 dalam Haryono dkk., 2016 dikelompokkan menjadi dua, yakni aliran yang didominasi oleh ruang antar butir batuan (diffuse) dan aliran yang didominasi oleh lorong-lorong pelarutan (conduit). N 2200 E
  • 10. a. Secara megaskopis Sampel yang dijumpai pada geosite Kampolelememiliki ciri fisik warna segar putih dan warna lapuk coklat kekuningan, dengan struktur fossiliferous, dan tekstur terdiri dari ukuran butir pasir sangat halus (0,06- 0,125 mm), pemilahan baik, derajat pembundaran membundar, dan kemas tertutup. Komposisi material terdiri dari allochem skeletal, mikrit karbonat, dan sparit karbonat. Dari hasil pengamatan maka nama batuan ini adalah kalkarenit (Grabau 1904). Gambar singkapan batuan batugamping packstone
  • 11. Berdasarkan hasil sayatan petrografi pada stasiun geosite Kampolele memiliki warna absorbsi berwarna coklat muda, warna interferensi coklat tua, bentuk mineral subhedral-anhedral, bentuk material subrounded- angular, porositas baik, permeabilitas baik. Memiliki tekstur vuggy, komposisi material terdiri dari atas non skeletal grain (ooid, cortoid, mikrit, sparit, dolomit), dengan komposisi mineral yang terdiri dari ooid 5% memiliki absorbs transparan/colourless, warna interfensi coklat dan merh muda, Bentuk subhedral-anhedral. Memiliki relief sedang, intensitas sedang, berbentuk bulat dengan ukuran 1,2 mm, cortoid 10% memiliki warna absorbs transparan/colourless, warna interfensi kuning, hijau dan merah muda, bentuk subhedral-anhedral, memiliki relief sedang, intensitas sedang. Berbentuk elips memanjang dengan ukuran 2 mm, mikrit 20% memiliki warna absorsi kuning kecoklatam, warna imterfemsi coklat, bentuk anhedral, ukuran ≤ 4mm merupakan agregat mineral kalsit anhedral yang mengisi diantara butiran karbonat yang berukuran lebih besar allochem, sparit 10% warna absorbs kuning kecoklatan, warna intervensi coklat bentuk anhedral, ukuran sangat halus merupakan agregat mineral kalsit autogenic yang mengisi rongga dalam non skeletal grain,dolomit 30% memiliki warna absorbs coklat,warna intervensi kuning keunguan, bentuk subhedral, memiliki relief tinggi, intensitas sedang, belahan ada, tidak meiliki kembaran, pecahan tidak rata, ukuran 0,6-0,7 mm, skeletal grain (Sg) 20% memiliki warna absorbs transparan/colourless, warna interfensi putih keabu-abuan, bentuk subhedral- euhedral. Kerangka fosil (Sg) berupa pelecypoda dan fosil (Sg.b) berupa hesterostigena dan pore/vug 5% memiliki warna absorbsi transparan, warna interfensi hitam. Sehingga dari hasil analisis petrografi diberi nama batuan wackstone ( Dunham 1962 ).
  • 12. b.Pantai Lasongko Kondisi morfologi pantai ini sangat dipengaruhi oleh proses sedimentasi yang begitu pesat dengan material dari hasil transportasi air yang biasa disebut endapan alluvium berasal dari darat dan dipengaruhi pula kurangnya aktifitas pasang surut air laut karena berada jauh di dalam Teluk Lasongko, sehingga daerah penelitian terdapat satuan alluvium dengan material berupa lanau, sisa-sisa cangkang hewan laut dan pasir yang terendapkan pada hutan mangrove Gambar Pantai lasongko
  • 13. endapan alluvium dengan jenis material berupa tanah liat pasir dan sisa sisa cangkang pada hutan mangrove Gambar endapanaluvium Gambar Paparanterumbu Pantai Lasongko ini terdapat paparan terumbu (Gambar 15) searah garis pantai dengan jenis litologi batu gamping yang terbentuk akibat proses pengendapan material- material sedimen berupa sisa-sisa cangkang dan material sedimen lainya yang terendapkan pada suatu lingkungan pengendapan tersingkap di permukaan akibat penuruna muka air laut. Deskripsi litologi pada daerah pantai lasongko yang dilakukan secara megaskopik, memiliki ciri fisik warna segar putih dan warna lapuk coklat kekuningan, dengan struktur fossiliferous, dan tekstur terdiri dari ukuran butir pasir sangat halus (0,06- 0,125 mm), pemilahan baik, derajat pembundaran membundar, dan kemas tertutup. Komposisi material terdiri dari allochem skeletal, mikrit karbonat, dan sparit karbonat. Dari hasil pengamatan maka nama batuan ini adalah kalkarenit (Grabau 1904).
  • 14. 2. Geosite Desa Moko/ Pantai Bungi terbentuk dari proses pengendapan material- material sedimen yang intens yang dipengaruhi oleh arus dan gelombang yang mengikis dinding dinding teluk kemudian terendapkan ketika geolombang telah mencapai titik lemahnya. Gambar Pantai bungi Morfologi pantai Bungi ini terdapat beberapa jenis seperti adanya sand spit, yang terbentuk akibat proses pengendapan oleh arus laut yang minim terbentuk jutaan tahun yang lalu, memanjang dengan ujungnya bagian barat menyatu dengan daratan sedangkan ujung bagian timur menjurus kelaut yang terdapat pada teluk Lasongko, proses penyimpangan sejajar pantai oleh arus sejajar pantai. Gambar sand spit
  • 15. Gambar paparan terumbu Pantai Bungi terdapat paparan terumbu karang yang berbentuk rataan batuan, terbentuk proses pengendapan material sedimen/organisme-organisme yang mati menyisakan tempat tinggalanya berupa kumpulan karang kemudian terendapkan membentuk teras-teras terumbu dengan jenis batugamping. Deskripsi litologi pada daerah pantai pantai bungi yang dilakukan secara megaskopik, memiliki ciri fisik warna segar putih dan warna lapuk coklat kekuningan, dengan struktur fossiliferous, dan tekstur terdiri dari ukuran butir pasir sangat halus (0,06-0,125 mm), pemilahan baik, derajat pembundaran membundar, dan kemas tertutup. Komposisi material terdiri dari allochem skeletal, mikrit karbonat, dan sparit karbonat. Dari hasil pengamatan maka nama batuan ini adalah kalkarenit (Grabau 1904).
  • 16. 3. Geosite Desa Matawine. Kondisi geologi daerah tersebut terdapat zona sedimentasi yang tebal dan terdapat beberapa mata air yang mencirikan adanya sistem hidrologi pada karst yang di bentuk oleh proses pelarutan batuan sehingga muncul di permukaan yang di sebabkan oleh beberapa hal seperti topografi, gravitasi dan struktur geologi, sedangkan menurut White 1988 air yang keluar berasal dari akuifer karst terutama pada cavities hasil pelarutan dipermukaan maupun dibawah permukaan bumi dengan tipe Mixed sebagai komponen daerah tangkapan air kawasan karst, (Ford dan Williams, 2007). Gambar geosite matawine Ga,bar mata air
  • 17. Secara megaskopik, sampel yang di jumpai memiliki ciri fisik warna segar putih dan warna lapuk coklat kekuningan, dengan struktur fossiliferous, dan tekstur terdiri dari ukuran butir pasir sangat halus(0,06- 0,125 mm), pemilahan baik, derajat pembundaran membundar, dan kemas tertutup. Komposisi material terdiri dari allochem skeletal, mikrit karbonat, dan sparit karbonat. Dari hasil pengamatan maka nama batuan ini adalah kalkarenit (Grabau 1904). Gambar singkapan batuan Deskripsi litologi secara megaskopik
  • 18. Berdasarkan hasil sayatan petrografi pada stasiun memiliki warna absorbsi coklat kehitaman, tekstur interparticle dan vug, struktur tidak berlapis, dan warna interferensi coklat kehitaman, merah muda, hijau dan biru ,Disusun oleh kalsit, pore, mud, dan skeletal grain berupa tubuh organisme namun tidak dapat dideskripsikan karena telah mengalami pelarutan dan rekristalisasi sehingga terdapat beberapa bagian yang sudah hilang. Memiliki komposisi mineral yang terdiri dari kalsit (Cal) 30% dengan warna absorbsi coklat tua, bentuk subhedral-anhedral, pleokroisme tidak ada, belahan 1 arah, kembaran polisintetik, relief tinggi, sudut gelapan 32o, ukuran mineral <0,02-0,6 mm, warna interferensi abu-abu kehitaman, skeletal grain (sg) 55% memiliki warna absorbsi cokelat kehitaman dengan warna interferensi keabu-abuan, skeletal grain berupa tubuh organisme namun tidak dapat dideskripsikan karena telah mengalami pelarutan dan rekristalisasi sehingga terdapat beberapa bagian yang sudah hilang. Ukuran grain <1 mm. Pore memiliki 10% memiliki warna absorbsi tidak ada, warna interferensi hitam, berukuran 0,1-0,2 mm. termasuk porositas vug, mud calcite (Mud) 5% memiliki Warna absorbs coklat muda, dengan warna interferensi coklat kehitaman , relief rendah, intensitas lemah, ukuran mineral <0,001 mm.sehingga dari hasil analisis petrografi nama batuan ini diberi nama batugamping packstone. (Dunham 1962). Gambar petrografi batuan Deksripsi litologi secara petrografi
  • 19. 4. Geosite desa Mone/Gua Kondisi geologi gua ini terdiri dari batugamping yang merupakan bagian dari Formasi Wapulaka yang telah mengalami proses karstifikasi . Hal ini ditujukkan juga dari hadirnya stalaktit, stalakmit dan pilar di dalam gua. Stalaktit dan Stalakmit terbentuk akibat proses pelapukan kiamiawi secara karbonasi di daerah karst (kapur). Stalaktit merupakan hasil dari air yang menetes dari langit-langit gua yang setiap tetes air mengandung zat kapur, jika menetes maka semakin lama zat kapur tersebut akan menyangkut di langit-langit gua hingga semakin lama menjadi runcing, sedangkan stalakmit merupakan batu yang terbentuk didasar gua dan bentuknya meruncing keatas terbentuk karena adanya tetesan air dari atas-atas langit gua (stalaktit). Gua ini juga terdapat pilar yang merupakan hasil menyatuhnya stalaktit dan stalakmit. Proses pembentukan gua Mone merupakan proses endokars, yaitu karstifikasi yang berkembang di bawah permukaan tanah. Berdasarkan dari papan informasi yang terletak di kawasan gua Mone,pada gua ini terdapat pula mata air yang berasal dari lapisan akuifer sehingga muncul dalam gua yang mengalami proses pelorongan akibat pelarutan dari batuan-batuan yang dilaluinya. Gambar Gua Mone Gambar Stalaktit dan Stalakmit Gua stalatit stalakmit pilar
  • 20. Kondisi morfologi geosite Gua Mone Gambar satuan pedataran Gua Mone Morfologi pada geosite ini terdapat satuan pedataran karst yang berada di Desa Mone. Satuan morfologi pedataran karst berarah timur laut terbentuk dari akumulasi hasil pelapukan yang intens yang diakibatkan oleh beberapa faktor pengontrol seperti curah hujan. Jenis Batuan serta kondisi morfologi ,kemudian slope pada daerah penelitian 0-3 derajat. Satuan morfologi ini memiliki litologi batugamping dan kawasan ini merupakan pemukiman warga dan jalan yang berada di Desa Mone
  • 21. Sejarah pembentukan daerah penelitian Daerah Teluk Lasongko yang berada pada kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara secara geologi tersusun atas batugamping (koral/karang) yang terbentuk luas pada perairan laut dangkal. Pada keadaan perairan tenang, suhu yang cukup serta suplai sedimen yang memadai memungkinkan terbentuknya gugusan terumbu yang luas. Gugusan terumbu yang luas inilah yang kemudian menjadi cikal bakal pembetukan batugamping. Akibat gerakan tektoknik masa lampau (miosen awal) terjadi tumbukan antara kepulaun Buton dan gugusan terumbu yang luas (Muna), dimana kepulaun Buton menekan Muna sehingga terjadi obdaksi (pengangkatan) dasar laut membentuk daratan. Proses pengangkatan kepulaun Buton berlangsung selama jutaan tahun lalu hingga saat ini. Batuan yang tampak (terekspos) kepermukaan mengalami proses pelapukan (utamanya pelarutan) dan erosi membentuk ornamen-ornamen karst seperti gua, lembah, bukit, dolin, danau dan bentukkan khas lainnya. Kenampakkan fitur (objek) tersebut berbeda-beda hal ini dipengaruhi oleh perbedaan intensitas hujan, tingkat ketahanan batuan, ketinggian permukaan tanah, mobilitas air (permukaan/dibawah permukaan) dan faktor pendukung lainnya.
  • 22. Penilain sumber daya warisan geologi pada geosite di daerah peneltian a. Penilaian Nilai-Nilai Sains (scientific values) Hasil pembobotan nilai sains b. Penilian nilai-nilai edukasi (education values) Hasil pembobotan nilai sains
  • 23. c. Penilaian nilai-nilai pariwisata (tourism values) Hasil pembobotan d. Asesmen resiko degradasi (resiko degradation) Hasil pembobotan
  • 24. Klasifikasi penilaian geosite Hasil penilaian geosite warisan geologi berdasarkan parameter nilia-nilai sains (scientific values), nilai-nilai edukasi (education values), nilai- nilai pariwisata (tourism values) serta resiko degrdasi (degradation values) Hasil klasifikasi potensi geowisata daerah penelitian
  • 25. Strategi pengembangan geowisita daerah penelitian Prinsip perencanaan yang dikemukakan oleh Hermawan Tahun 2017. Strategi pengembangan wisata tersebut anatara lain: (1) Studi geologi lanjutan (2) Pengusulan kawasan geoheritege (warisan geologi) dan kawasan konservasi geologi (3) Sosialisasi, Edukasi dan Promosi
  • 26. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didaerah Teluk Lasongko Kecamatan Lakudo, Kabupaten Buton Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara maka penulis menarik kesimpulan bahwa 1. Potensi geowisata Teluk lasongko yang terdapat didaerah penelitian dari geosite Kampolele, Pantai Lasongko, geosite Mone, geosite Moko, geosite Matawine berdasarkan situs warisan geologi maka daerah penelitian memiliki tingkat kelayakan sedang/cukup layak untk di jadikan sebagai kawaan geowisata 2. Strategi pengembangan geowisata daerah penelitian antara lain dilakukannya studi kelayakan, pengusulan kawasan geoheritage dan kawasan konservasi geologi dan sosialisasi, edukasi dan promosi. Saran Saran dari penulis yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu sebaiknya dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai studi geohidrologi didaerah penelitian. karena banyak terdapat mata air yang berada pada lokasi penelitian yang tidak diketahui baik dari pola penyebaran dan sumber mata air didaerah Teluk Lasongko Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara. Kesimpulan dan Saran