1. Dokumen tersebut membahas potensi geowisata di Teluk Lasongko dan sekitarnya, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Potensi tersebut meliputi permandian alami, pantai, dan gua yang terbentuk dari proses karstifikasi batugamping.
2. Dokumen tersebut juga menjelaskan strategi pengembangan kawasan geowisata Teluk Lasongko dengan memanfaatkan potensi alam seperti permandian, pantai, dan gu
Laporan ini meringkas hasil ekskursi lapangan geologi umum di Desa Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung yang meliputi penentuan koordinat lokasi, observasi geologi regional dan lokal, topografi, dan vegetasi daerah."
Berdasarkan observasi lapangan dan analisis petrografi serta mikrofosil, penelitian ini mengidentifikasi enam variasi litologi di Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, yaitu batupasir karbonatan, batugamping kalkarenit, lempung karbonatan, batugamping wackestone, batugamping grainstone, dan batugamping packestone. Variasi litologi ini terbentuk pada berbagai fasies perairan dangkal hingga tengah pada zaman Miosen."
Makalah ini membahas tentang litosfer dan jenis-jenis batuan beku. Litosfer adalah lapisan paling atas kerak bumi yang terdiri dari batuan dan berketebalan sekitar 1200 km. Ada berbagai jenis batuan beku seperti basalt, obsidian, batu gamping, dan granit yang terbentuk dari pembekuan magma. Batuan-batuan tersebut memiliki berbagai manfaat untuk kehidupan manusia.
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_08...Mario Yuven
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang formasi-formasi di Sumatra Selatan yang mengandung batubara, yaitu Formasi Lahat berumur Eosen hingga Miosen Bawah yang terdiri dari tuf, breksi, dan batulempung serta mengandung batubara, dan Formasi Talang Akar berumur Oligosen Atas hingga Miosen Bawah yang terdiri dari batupasir, batulempung, dan mengandung batubara.
Batuan sumber hidrokarbon berpotensi terdapat dalam Formasi Kelesa (Eosen Akhir) dan Formasi Lakat (Oligosen) di Pegunungan Tigapuluh, Sumatera Tengah. Formasi Kelesa mengandung TOC 2,31-9,63% dengan kandungan hidrokarbon baik sampai sangat baik. Formasi Lakat mengandung TOC 0,67-3,46% dengan kandungan hidrokarbon miskin sampai sangat baik. Kedua formasi memiliki potensi se
Dokumen tersebut membahas tentang survei sedimen sungai aktif untuk eksplorasi mineral logam. Survei ini melibatkan pengambilan contoh endapan sedimen dari sungai-sungai kecil untuk menganalisis kandungan logamnya. Lokasi pengambilan contoh harus mewakili daerah tangkapan sungai dan dilakukan jauh dari hulu agar tidak terkontaminasi. Hasil analisis akan digunakan untuk menentukan lokasi yang berpot
Dokumen tersebut membahas tentang fenomena geosfer khususnya litosfer. Litosfer terdiri atas lapisan batuan pembentuk kulit bumi dengan kedalaman sekitar 100 km. Batuan dibedakan menjadi batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf yang terbentuk melalui siklus batuan yaitu proses perubahan batuan dari magma menjadi batu hingga kembali menjadi magma.
Analisis petrofisika dilakukan terhadap data log sumur KP-03 di Struktur KP, Cekungan Sumatera Selatan. Tujuannya adalah menginterpretasi data log menggunakan Interactive Petrophysics untuk memperoleh nilai porositas, volume clay, water saturation, dan nett pay serta jenis fluida pengisi sumur. Berdasarkan analisis log resistivitas, densitas, dan neutron, didapatkan formasi penghasil yang berpotensi mengandung hidrokarbon adalah Formasi Talang Akar
Batuan rudaceus ditemukan di Tanjung Air Batu, Kabupaten Banyu Asin, Sumatera Selatan. Batuan ini terdiri dari konglomerat dan breksi yang terbentuk dari akumulasi fragmen berukuran lebih dari 2 mm melalui aliran sungai dan erosi.
Dokumen tersebut merangkum kondisi geologi regional daerah Salem yang mencakup fisiografi, stratigrafi, dan struktur geologi regional. Secara fisiografis daerah tersebut termasuk Zona Antiklinorium Bogor-Serayu Utara-Kendeng yang didominasi bentuk morfologi perbukitan. Stratigrafinya terdiri dari berbagai formasi batuan sedimen dan vulkanik seperti Formasi Jampang, Pemali, hingga Linggopodo yang berusia Eosen samp
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Membahas fisiografi, stratigrafi, dan struktur geologi regional Jawa Barat
2) Terdiri dari empat zona fisiografi utama yaitu dataran pantai, Zona Bogor, Zona Bandung, dan pegunungan selatan
3) Menguraikan susunan batuan stratigrafi daerah penelitian yang terdiri dari formasi-formasi sedimen dan vulkanik
Wilayah DKI Jakarta secara geologi terdiri atas dataran aluvial dan endapan di sebelah utara, kipas gunungapi Bogor di tengah, dan perbukitan serta gunungapi muda di selatan. Batuan penyusun wilayah ini berupa sedimen, endapan permukaan, gunungapi, dan intrusi. Teluk Jakarta dipenuhi endapan lumpur, lumpur pasiran, dan pasir lumpuran yang berasal dari sungai-sungai dan aktivitas vulkanik.
Makalah ini membahas tentang litosfer dan jenis-jenis batuan beku. Litosfer adalah lapisan paling atas kerak bumi yang terdiri dari batuan dan berketebalan sekitar 1200 km. Ada berbagai jenis batuan beku seperti basalt, obsidian, batu gamping, dan granit yang terbentuk dari pembekuan magma. Batuan-batuan tersebut memiliki berbagai manfaat untuk kehidupan manusia.
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_08...Mario Yuven
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang formasi-formasi di Sumatra Selatan yang mengandung batubara, yaitu Formasi Lahat berumur Eosen hingga Miosen Bawah yang terdiri dari tuf, breksi, dan batulempung serta mengandung batubara, dan Formasi Talang Akar berumur Oligosen Atas hingga Miosen Bawah yang terdiri dari batupasir, batulempung, dan mengandung batubara.
Batuan sumber hidrokarbon berpotensi terdapat dalam Formasi Kelesa (Eosen Akhir) dan Formasi Lakat (Oligosen) di Pegunungan Tigapuluh, Sumatera Tengah. Formasi Kelesa mengandung TOC 2,31-9,63% dengan kandungan hidrokarbon baik sampai sangat baik. Formasi Lakat mengandung TOC 0,67-3,46% dengan kandungan hidrokarbon miskin sampai sangat baik. Kedua formasi memiliki potensi se
Dokumen tersebut membahas tentang survei sedimen sungai aktif untuk eksplorasi mineral logam. Survei ini melibatkan pengambilan contoh endapan sedimen dari sungai-sungai kecil untuk menganalisis kandungan logamnya. Lokasi pengambilan contoh harus mewakili daerah tangkapan sungai dan dilakukan jauh dari hulu agar tidak terkontaminasi. Hasil analisis akan digunakan untuk menentukan lokasi yang berpot
Dokumen tersebut membahas tentang fenomena geosfer khususnya litosfer. Litosfer terdiri atas lapisan batuan pembentuk kulit bumi dengan kedalaman sekitar 100 km. Batuan dibedakan menjadi batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf yang terbentuk melalui siklus batuan yaitu proses perubahan batuan dari magma menjadi batu hingga kembali menjadi magma.
Analisis petrofisika dilakukan terhadap data log sumur KP-03 di Struktur KP, Cekungan Sumatera Selatan. Tujuannya adalah menginterpretasi data log menggunakan Interactive Petrophysics untuk memperoleh nilai porositas, volume clay, water saturation, dan nett pay serta jenis fluida pengisi sumur. Berdasarkan analisis log resistivitas, densitas, dan neutron, didapatkan formasi penghasil yang berpotensi mengandung hidrokarbon adalah Formasi Talang Akar
Batuan rudaceus ditemukan di Tanjung Air Batu, Kabupaten Banyu Asin, Sumatera Selatan. Batuan ini terdiri dari konglomerat dan breksi yang terbentuk dari akumulasi fragmen berukuran lebih dari 2 mm melalui aliran sungai dan erosi.
Dokumen tersebut merangkum kondisi geologi regional daerah Salem yang mencakup fisiografi, stratigrafi, dan struktur geologi regional. Secara fisiografis daerah tersebut termasuk Zona Antiklinorium Bogor-Serayu Utara-Kendeng yang didominasi bentuk morfologi perbukitan. Stratigrafinya terdiri dari berbagai formasi batuan sedimen dan vulkanik seperti Formasi Jampang, Pemali, hingga Linggopodo yang berusia Eosen samp
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Membahas fisiografi, stratigrafi, dan struktur geologi regional Jawa Barat
2) Terdiri dari empat zona fisiografi utama yaitu dataran pantai, Zona Bogor, Zona Bandung, dan pegunungan selatan
3) Menguraikan susunan batuan stratigrafi daerah penelitian yang terdiri dari formasi-formasi sedimen dan vulkanik
Wilayah DKI Jakarta secara geologi terdiri atas dataran aluvial dan endapan di sebelah utara, kipas gunungapi Bogor di tengah, dan perbukitan serta gunungapi muda di selatan. Batuan penyusun wilayah ini berupa sedimen, endapan permukaan, gunungapi, dan intrusi. Teluk Jakarta dipenuhi endapan lumpur, lumpur pasiran, dan pasir lumpuran yang berasal dari sungai-sungai dan aktivitas vulkanik.
Mata kuliah matemaika pada Prodi Rekayasa Sipil tingkat lanjut yang membahas mengenai Matriks, Determinan, Invers, Metode Sarrus dan Kofaktor dan Metode Gauss Jordan
Presentasi ini merupakan materi pertemuan pertama untuk mata kuliah Pengukuran dan Instrumentasi. Materi ini mencakup:
✅ Konsep dasar pengukuran dan instrumentasi
✅ Jenis-jenis pengukuran (langsung & tidak langsung)
✅ Sistem satuan internasional (SI) dalam teknik elektro
✅ Kesalahan dalam pengukuran dan cara meminimalkannya
✅ Karakteristik alat ukur (akurasi, presisi, resolusi, sensitivitas)
✅ Contoh alat ukur dalam teknik elektro seperti multimeter, osiloskop, clamp meter, function generator, dan signal analyzer
Presentasi ini dilengkapi dengan ilustrasi dan diagram yang membantu pemahaman konsep secara visual.
Sangat cocok untuk mahasiswa teknik elektro dan telekomunikasi yang ingin memahami dasar-dasar pengukuran dalam bidang ini.
📌 Jangan lupa untuk like, share, dan follow untuk materi lebih lanjut!
#Pengukuran #Instrumentasi #TeknikElektro #Telekomunikasi #Praktikum #PengukurandanInstrumentasi #PBL #PengukuranBesaranListrik
1. HASIL PENELITIAN
POTENSI GEOWISATA TELUK LASONGKO DAN SEKITARNYA
KABUPATEN BUTON TENGAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA
PEMBIMBING I
Dr. Muliddin S.Si.,M.,Si
PEMBIMBING II
Suyawan Asfar, S.T., M.Si
OLEH :
LA ODEMUHAMMAD FARHAN
R1C116128
3. PENDAHULUAN
Berdasarkan geologi regional lembar Buton daerah
penelitian masuk pada Formasi Wapulaka dan
endapan alluvium yang terbentuk oleh proses struktur
geologi yang kompleks, terdiri dari Batugamping
terumbu berumur Kuarter berbentuk platform dan
dikontrol oleh tipe pelarutan pada proses diagenesis
yang membentuk morfologi karst.
4. RUMUSANMASALAH
1. Bagaimana potensi Teluk lasongko yang
terdapat di daerah penelitian untuk
pengembangan kawasan geowisata?
2. Bagaimana penyusunan strategi
pengembangan kawasan Teluk Lasongko untuk
dijadikan sebagai kawasan geo wisata ?
1. Menjelaskan potensi geowisata teluk lasongko yang
terdapat di daerah penelitian untuk mengembangkan
kawasan geowisata.
2. Menjelaskan strategi apa yang akan dilakukan dalam
mengembangkan kawasan geowisata teluk lasongko.
TUJUANPENELITIAN
8. POTENSIGEOWISATA TELUK LASONGKO
1.GEOSITE LASONGKO
a. Permandian Kampolele
Geosite permandian lasongko
secara geografis masuk pada desa
lasongko dengan kondisi
geomorfologi berupa satuan
perbukitan kars (BMB,2006)
dengan litologi batugamping.
jenis air pada geosite ini yaitu
dengan jenis air tawar yang
berasal dari lapisan akuifer
bawah tanah .
9. dipengaruhi bentuk morfologi, jenis
batuan dan porositas batuan sehingga
membentuk lorong-lorong pada batuan
yang dipengaruhi oleh proses karstifikasi.
Sistem aliran di kawasan karst oleh
White, 1988 dalam Haryono dkk., 2016
dikelompokkan menjadi dua, yakni aliran
yang didominasi oleh ruang antar butir
batuan (diffuse) dan aliran yang
didominasi oleh lorong-lorong pelarutan
(conduit).
N 2200 E
10. a. Secara megaskopis
Sampel yang dijumpai pada geosite Kampolelememiliki ciri fisik warna segar putih dan warna lapuk
coklat kekuningan, dengan struktur fossiliferous, dan tekstur terdiri dari ukuran butir pasir sangat halus
(0,06- 0,125 mm), pemilahan baik, derajat pembundaran membundar, dan kemas tertutup. Komposisi
material terdiri dari allochem skeletal, mikrit karbonat, dan sparit karbonat. Dari hasil pengamatan maka
nama batuan ini adalah kalkarenit (Grabau 1904).
Gambar singkapan batuan batugamping packstone
11. Berdasarkan hasil sayatan petrografi pada stasiun geosite Kampolele
memiliki warna absorbsi berwarna coklat muda, warna interferensi coklat
tua, bentuk mineral subhedral-anhedral, bentuk material subrounded-
angular, porositas baik, permeabilitas baik. Memiliki tekstur vuggy,
komposisi material terdiri dari atas non skeletal grain (ooid, cortoid,
mikrit, sparit, dolomit), dengan komposisi mineral yang terdiri dari ooid
5% memiliki absorbs transparan/colourless, warna interfensi coklat dan
merh muda, Bentuk subhedral-anhedral. Memiliki relief sedang, intensitas
sedang, berbentuk bulat dengan ukuran 1,2 mm, cortoid 10% memiliki
warna absorbs transparan/colourless, warna interfensi kuning, hijau dan
merah muda, bentuk subhedral-anhedral, memiliki relief sedang, intensitas
sedang.
Berbentuk elips memanjang dengan ukuran 2 mm,
mikrit 20% memiliki warna absorsi kuning
kecoklatam, warna imterfemsi coklat, bentuk
anhedral, ukuran ≤ 4mm merupakan agregat mineral
kalsit anhedral yang mengisi diantara butiran
karbonat yang berukuran lebih besar allochem, sparit
10% warna absorbs kuning kecoklatan, warna
intervensi coklat bentuk anhedral, ukuran sangat
halus merupakan agregat mineral kalsit autogenic
yang mengisi rongga dalam non skeletal
grain,dolomit 30% memiliki warna absorbs
coklat,warna intervensi kuning keunguan, bentuk
subhedral, memiliki relief tinggi, intensitas sedang,
belahan ada, tidak meiliki kembaran, pecahan tidak
rata, ukuran 0,6-0,7 mm, skeletal grain (Sg) 20%
memiliki warna absorbs transparan/colourless, warna
interfensi putih keabu-abuan, bentuk subhedral-
euhedral. Kerangka fosil (Sg) berupa pelecypoda dan
fosil (Sg.b) berupa hesterostigena dan pore/vug 5%
memiliki warna absorbsi transparan, warna interfensi
hitam. Sehingga dari hasil analisis petrografi diberi
nama batuan wackstone
( Dunham 1962 ).
12. b.Pantai Lasongko
Kondisi morfologi pantai ini sangat
dipengaruhi oleh proses sedimentasi yang
begitu pesat dengan material dari hasil
transportasi air yang biasa disebut endapan
alluvium berasal dari darat dan dipengaruhi
pula kurangnya aktifitas pasang surut air
laut karena berada jauh di dalam Teluk
Lasongko, sehingga daerah penelitian
terdapat satuan alluvium dengan material
berupa lanau, sisa-sisa cangkang hewan laut
dan pasir yang terendapkan pada hutan
mangrove
Gambar Pantai lasongko
13. endapan alluvium dengan jenis material berupa
tanah liat pasir dan sisa sisa cangkang pada
hutan mangrove
Gambar endapanaluvium
Gambar Paparanterumbu
Pantai Lasongko ini terdapat paparan terumbu (Gambar
15) searah garis pantai dengan jenis litologi batu gamping
yang terbentuk akibat proses pengendapan material-
material sedimen berupa sisa-sisa cangkang dan material
sedimen lainya yang terendapkan pada suatu lingkungan
pengendapan tersingkap di permukaan akibat penuruna
muka air laut.
Deskripsi litologi pada daerah pantai lasongko yang
dilakukan secara megaskopik, memiliki ciri fisik warna
segar putih dan warna lapuk coklat kekuningan, dengan
struktur fossiliferous, dan tekstur terdiri dari ukuran
butir pasir sangat halus (0,06- 0,125 mm), pemilahan baik,
derajat pembundaran membundar, dan kemas tertutup.
Komposisi material terdiri dari allochem skeletal, mikrit
karbonat, dan sparit karbonat. Dari hasil pengamatan
maka nama batuan ini adalah kalkarenit (Grabau 1904).
14. 2. Geosite Desa Moko/ Pantai Bungi
terbentuk dari proses pengendapan material-
material sedimen yang intens yang dipengaruhi oleh
arus dan gelombang yang mengikis dinding dinding
teluk kemudian terendapkan ketika geolombang
telah mencapai titik lemahnya.
Gambar Pantai bungi
Morfologi pantai Bungi ini terdapat beberapa jenis
seperti adanya sand spit, yang terbentuk akibat proses
pengendapan oleh arus laut yang minim terbentuk
jutaan tahun yang lalu, memanjang dengan ujungnya
bagian barat menyatu dengan daratan sedangkan
ujung bagian timur menjurus kelaut yang terdapat
pada teluk Lasongko, proses penyimpangan sejajar
pantai oleh arus sejajar pantai.
Gambar sand spit
15. Gambar paparan terumbu
Pantai Bungi terdapat paparan terumbu karang yang berbentuk rataan batuan,
terbentuk proses pengendapan material sedimen/organisme-organisme yang mati
menyisakan tempat tinggalanya berupa kumpulan karang kemudian terendapkan
membentuk teras-teras terumbu dengan jenis batugamping. Deskripsi litologi pada
daerah pantai pantai bungi yang dilakukan secara megaskopik, memiliki ciri fisik
warna segar putih dan warna lapuk coklat kekuningan, dengan struktur fossiliferous,
dan tekstur terdiri dari ukuran butir pasir sangat halus (0,06-0,125 mm), pemilahan
baik, derajat pembundaran membundar, dan kemas tertutup. Komposisi material
terdiri dari allochem skeletal, mikrit karbonat, dan sparit karbonat. Dari hasil
pengamatan maka nama batuan ini adalah kalkarenit (Grabau 1904).
16. 3. Geosite Desa Matawine.
Kondisi geologi daerah tersebut terdapat zona
sedimentasi yang tebal dan terdapat beberapa
mata air yang mencirikan adanya sistem hidrologi
pada karst yang di bentuk oleh proses pelarutan
batuan sehingga muncul di permukaan yang di
sebabkan oleh beberapa hal seperti topografi,
gravitasi dan struktur geologi, sedangkan
menurut White 1988 air yang keluar berasal dari
akuifer karst terutama pada cavities hasil
pelarutan dipermukaan maupun dibawah
permukaan bumi dengan tipe Mixed sebagai
komponen daerah tangkapan air kawasan karst,
(Ford dan Williams, 2007).
Gambar geosite matawine
Ga,bar mata air
17. Secara megaskopik, sampel yang di jumpai memiliki ciri fisik warna segar putih dan
warna lapuk coklat kekuningan, dengan struktur fossiliferous, dan tekstur terdiri dari
ukuran butir pasir sangat halus(0,06- 0,125 mm), pemilahan baik, derajat pembundaran
membundar, dan kemas tertutup. Komposisi material terdiri dari allochem skeletal,
mikrit karbonat, dan sparit karbonat. Dari hasil pengamatan maka nama batuan ini
adalah kalkarenit (Grabau 1904).
Gambar singkapan batuan
Deskripsi litologi secara megaskopik
18. Berdasarkan hasil sayatan petrografi pada stasiun memiliki
warna absorbsi coklat kehitaman, tekstur interparticle dan
vug, struktur tidak berlapis, dan warna interferensi coklat
kehitaman, merah muda, hijau dan biru ,Disusun oleh kalsit,
pore, mud, dan skeletal grain berupa tubuh organisme
namun tidak dapat dideskripsikan karena telah mengalami
pelarutan dan rekristalisasi sehingga terdapat beberapa
bagian yang sudah hilang. Memiliki komposisi mineral
yang terdiri dari kalsit (Cal) 30% dengan warna absorbsi
coklat tua, bentuk subhedral-anhedral, pleokroisme tidak
ada, belahan 1 arah, kembaran polisintetik, relief tinggi,
sudut gelapan 32o, ukuran mineral <0,02-0,6 mm, warna
interferensi abu-abu kehitaman, skeletal grain (sg) 55%
memiliki warna absorbsi cokelat kehitaman dengan warna
interferensi keabu-abuan, skeletal grain berupa tubuh
organisme namun tidak dapat dideskripsikan karena telah
mengalami pelarutan dan rekristalisasi sehingga terdapat
beberapa bagian yang sudah hilang. Ukuran grain <1 mm.
Pore memiliki 10% memiliki warna absorbsi tidak ada,
warna interferensi hitam, berukuran 0,1-0,2 mm. termasuk
porositas vug, mud calcite (Mud) 5% memiliki Warna
absorbs coklat muda, dengan warna interferensi coklat
kehitaman , relief rendah, intensitas lemah, ukuran mineral
<0,001 mm.sehingga dari hasil analisis petrografi nama
batuan ini diberi nama batugamping packstone. (Dunham
1962).
Gambar petrografi batuan
Deksripsi litologi secara petrografi
19. 4. Geosite desa Mone/Gua
Kondisi geologi gua ini terdiri dari batugamping yang merupakan bagian dari Formasi Wapulaka yang telah mengalami
proses karstifikasi . Hal ini ditujukkan juga dari hadirnya stalaktit, stalakmit dan pilar di dalam gua. Stalaktit dan Stalakmit
terbentuk akibat proses pelapukan kiamiawi secara karbonasi di daerah karst (kapur). Stalaktit merupakan hasil dari air yang
menetes dari langit-langit gua yang setiap tetes air mengandung zat kapur, jika menetes maka semakin lama zat kapur
tersebut akan menyangkut di langit-langit gua hingga semakin lama menjadi runcing, sedangkan stalakmit merupakan batu
yang terbentuk didasar gua dan bentuknya meruncing keatas terbentuk karena adanya tetesan air dari atas-atas langit gua
(stalaktit). Gua ini juga terdapat pilar yang merupakan hasil menyatuhnya stalaktit dan stalakmit. Proses pembentukan gua
Mone merupakan proses endokars, yaitu karstifikasi yang berkembang di bawah permukaan tanah. Berdasarkan dari papan
informasi yang terletak di kawasan gua Mone,pada gua ini terdapat pula mata air yang berasal dari lapisan akuifer sehingga
muncul dalam gua yang mengalami proses pelorongan akibat pelarutan dari batuan-batuan yang dilaluinya.
Gambar Gua Mone Gambar Stalaktit dan Stalakmit Gua
stalatit
stalakmit
pilar
20. Kondisi morfologi geosite Gua Mone
Gambar satuan pedataran Gua Mone
Morfologi pada geosite ini terdapat satuan
pedataran karst yang berada di Desa Mone.
Satuan morfologi pedataran karst berarah
timur laut terbentuk dari akumulasi hasil
pelapukan yang intens yang diakibatkan
oleh beberapa faktor pengontrol seperti
curah hujan. Jenis Batuan serta kondisi
morfologi ,kemudian slope pada daerah
penelitian 0-3 derajat. Satuan morfologi ini
memiliki litologi batugamping dan kawasan
ini merupakan pemukiman warga dan jalan
yang berada di Desa Mone
21. Sejarah pembentukan daerah penelitian
Daerah Teluk Lasongko yang berada pada kecamatan Lakudo Kabupaten
Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara secara geologi tersusun atas
batugamping (koral/karang) yang terbentuk luas pada perairan laut dangkal.
Pada keadaan perairan tenang, suhu yang cukup serta suplai sedimen yang
memadai memungkinkan terbentuknya gugusan terumbu yang luas. Gugusan
terumbu yang luas inilah yang kemudian menjadi cikal bakal pembetukan
batugamping. Akibat gerakan tektoknik masa lampau (miosen awal) terjadi
tumbukan antara kepulaun Buton dan gugusan terumbu yang luas (Muna),
dimana kepulaun Buton menekan Muna sehingga terjadi obdaksi
(pengangkatan) dasar laut membentuk daratan. Proses pengangkatan
kepulaun Buton berlangsung selama jutaan tahun lalu hingga saat ini. Batuan
yang tampak (terekspos) kepermukaan mengalami proses pelapukan
(utamanya pelarutan) dan erosi membentuk ornamen-ornamen karst seperti
gua, lembah, bukit, dolin, danau dan bentukkan khas lainnya. Kenampakkan
fitur (objek) tersebut berbeda-beda hal ini dipengaruhi oleh perbedaan
intensitas hujan, tingkat ketahanan batuan, ketinggian permukaan tanah,
mobilitas air (permukaan/dibawah permukaan) dan faktor pendukung
lainnya.
22. Penilain sumber daya warisan geologi pada geosite di daerah peneltian
a. Penilaian Nilai-Nilai Sains (scientific values)
Hasil pembobotan nilai sains
b. Penilian nilai-nilai edukasi (education values) Hasil pembobotan nilai sains
23. c. Penilaian nilai-nilai pariwisata (tourism values) Hasil pembobotan
d. Asesmen resiko degradasi (resiko degradation) Hasil pembobotan
24. Klasifikasi penilaian geosite
Hasil penilaian geosite warisan geologi
berdasarkan parameter nilia-nilai sains (scientific
values), nilai-nilai edukasi (education values), nilai-
nilai pariwisata (tourism values) serta resiko
degrdasi (degradation values)
Hasil klasifikasi potensi geowisata daerah
penelitian
25. Strategi pengembangan geowisita daerah penelitian
Prinsip perencanaan yang dikemukakan oleh Hermawan Tahun
2017. Strategi pengembangan wisata tersebut anatara lain:
(1) Studi geologi lanjutan
(2) Pengusulan kawasan geoheritege (warisan geologi) dan
kawasan konservasi geologi
(3) Sosialisasi, Edukasi dan Promosi
26. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didaerah Teluk Lasongko Kecamatan Lakudo,
Kabupaten Buton Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara maka penulis menarik kesimpulan bahwa
1. Potensi geowisata Teluk lasongko yang terdapat didaerah penelitian dari geosite Kampolele,
Pantai Lasongko, geosite Mone, geosite Moko, geosite Matawine berdasarkan situs warisan
geologi maka daerah penelitian memiliki tingkat kelayakan sedang/cukup layak untk di jadikan
sebagai kawaan geowisata
2. Strategi pengembangan geowisata daerah penelitian antara lain dilakukannya studi kelayakan,
pengusulan kawasan geoheritage dan kawasan konservasi geologi dan sosialisasi, edukasi dan
promosi.
Saran
Saran dari penulis yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu sebaiknya dilakukannya
penelitian lebih lanjut mengenai studi geohidrologi didaerah penelitian. karena banyak terdapat
mata air yang berada pada lokasi penelitian yang tidak diketahui baik dari pola penyebaran dan
sumber mata air didaerah Teluk Lasongko Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah Provinsi
Sulawesi Tenggara.
Kesimpulan dan Saran