Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan ArcGIS 10 untuk memetakan Stadion Utama Kaltim. SIG adalah sistem informasi yang menggabungkan data grafis dan atribut yang terkait secara geografis. ArcGIS 10 memiliki fitur-fitur seperti Table of Contents untuk mengelola layer, ArcToolbox untuk alat analisis, dan pencarian untuk mencari data spasial dan proyek. SIG digunakan untuk memetakan letak dan kapasitas Stadion Utama Kalt
Modul pelatihan ini membahas penggunaan Global Positioning System (GPS) untuk survei dan pemetaan. GPS adalah sistem satelit navigasi yang menyediakan informasi lokasi dan waktu dengan menggunakan triangulasi sinyal dari satelit-satelit. Modul ini memberikan pemahaman dasar tentang cara kerja GPS dan manfaatnya untuk aplikasi pemetaan dan survei."
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1 Mega Yasma Adha
Ìý
Laporan praktikum ini membahas tentang penajaman dan interpretasi citra menggunakan perangkat lunak ENVI 5.1. Terdapat pengenalan ENVI, proses interpretasi citra seperti deteksi, identifikasi, dan analisis, serta teknik penajaman citra dan metode interpretasi seperti fishing expedition dan logical search.
Geodesi adalah ilmu yang mempelajari pengukuran dan pemetaan Bumi beserta medan gravitasinya di ruang tiga dimensi yang berubah secara dinamis. Ilmu ini juga mempelajari bentuk dan ukuran Bumi, planet, dan satelit natural atau buatan serta perubahan-perubahannya dengan menentukan posisi dan kecepatan titik-titik atau objek di permukaan Bumi atau orbitnya dengan sistem referensi tertentu menggunakan pengukuran
Laporan ini membahas pelaksanaan praktikum fotogrametri II yang meliputi pembuatan ortofoto dan ekstraksi DEM menggunakan perangkat lunak PCI Geomatica dari foto udara. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari proses ortorektifikasi citra dan ekstraksi DEM secara digital."
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Nurul Afdal Haris
Ìý
Remote sensing adalah ilmu yang memperoleh data tentang objek tanpa kontak langsung menggunakan sensor. Terdiri dari sumber energi, interaksi energi dengan atmosfer, sensor, dan objek sasaran. Data terdiri dari citra dan numerik yang diinterpretasikan melalui deteksi, identifikasi, klasifikasi, dan penilaian. Keuntungan meliputi cakupan luas, karakteristik tak terlihat, dan pembaruan berulang.
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISbramantiyo marjuki
Ìý
Dokumen ini memberikan tiga metode untuk membuat hillshade per kabupaten dari data digital elevasi model (DEM) pulau atau provinsi menggunakan ArcGIS. Metode pertama menggunakan toolbar Image Analysis, metode kedua menggunakan alat Clip Raster, dan metode ketiga melakukan batch clipping untuk memotong DEM menjadi banyak layer hillshade per kabupaten sekaligus.
Dokumen ini membahas tentang layout peta di ArcGIS 10.0. Ia menjelaskan pengertian SIG dan layout peta, serta langkah-langkah membuat layout peta di ArcGIS 10.0 meliputi penambahan unsur-unsur peta seperti grid, legenda, orientasi, dan mengedit hasil akhir layout.
Standar ini mengatur tentang jaring kontrol horizontal geodetik nasional. Mencakup ruang lingkup, istilah, klasifikasi, konvensi dan spesifikasi teknis pembangunan jaring titik kontrol horizontal. Termasuk metode survei seperti GPS, poligon, statik, pseudo-kinematik, serta penentuan koordinat titik melalui perataan jaring bebas dan terikat.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang Sistem Informasi Geografis (SIG) yang mencakup biodata penulis, silabus SIG, penjelasan konsep dan komponen SIG seperti data, perangkat keras, perangkat lunak, subsistem, contoh aplikasi SIG di lingkungan Kementerian PUPR, serta saran dan masukan.
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...Luhur Moekti Prayogo
Ìý
Laporan praktikum ini membahas tentang praktikum penginderaan jauh kelautan yang meliputi tujuan dan manfaat praktikum serta tahapan kegiatan praktikum. Topik utama laporan ini adalah pengolahan citra satelit untuk memperoleh informasi wilayah laut."
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar petafahmi fadilla
Ìý
Nomor lembar peta dan koordinat ditentukan secara sistematis untuk memudahkan pencarian dan penentuan lokasi. Nomor lembar peta terdiri dari angka yang menunjukkan skala dan lokasi peta, sementara ukuran lembar peta ditentukan berdasarkan skala. Indeks peta digunakan untuk mengetahui nomor lembar peta wilayah tertentu.
Praktikum ini melibatkan pengamatan paralaks stereoskopis dan pembuatan peta kontur. Mahasiswa melakukan interpretasi foto udara menggunakan prinsip-prinsip interpretasi dan mengidentifikasi objek untuk membuat peta kontur. Teori yang mendukung meliputi konsep fotogrametri, stereoskopis, dan paralaks yang digunakan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik.
Pendahuluan.
Pada era 1960 sejak berlakunya Undang – Undang Pokok Agraria (UUPA) , Badan Pertanahan Nasional mengalami beberapa kali pergantian penguasaan dalam hal ini kelembagaan. tentunya masalah tersebut berpengaruh pada proses pengambilan kebijakan. ketika dalam naungan kementerian agraria sebuah kebijakan diproses dan ditindaklanjuti dari struktur Pimpinan Pusat sampai pada tingkat Kantah, namun ketika dalam naungan Departemen Dalam Negeri hanya melalui Dirjen Agraria sampai ketingkat Kantah. disamping itu secara kelembagaan Badan Pertanahan Nasional mengalami peubahan struktur kelembagaan yang rentan waktunya sangat pendek.
Untuk mengetahui perubahan tersebut dibawah ini adalah sejarah kelembagaan Badan Pertanahan Nasional :
Tahun 1960 – 1970 :
– Tahun 1960 – 1963
Pada awal berlakunya UUPA, semua bentuk peraturan tentang pertanahan termasuk Peraturan Pemerintah masih di keluarkan oleh Presiden dan Menteri Muda Kehakiman. kebijakan itu ditempuh oleh pemerintah karena pada saat itu Indonesia masih mengalami masa transisi.
– Tahun 1963
tahun ketiga sejak berlakunya uupa,dibentuklah sebuah departemen pertanian dan agraria yang dipimpin oleh sadjarwo, S.H. pada saat itu pertanian dan agraria masih dalam satu naungan menteri pertanian dan agraria.
– tahun 1965
pada tahun 1965 agraria dipisah dan dijadikan sebagai lembaga yang terpisah dari naungan menteri pertanian dan pada saat itu menteri agraria dipimpin oleh R.Hermanses. S.H
– tahun 1968
Pada tahun 1968 secara kelembagaan mengalami perubahan.pada saat itu dimasukan dalam bagian departemen dalam negeri dengan nama direktorat jenderal agraria. selama periode 1968 – 1990 tetap bertahan tanpa ada perubahan secara kelembagaan begitupula dengan peraturan yang diterbitkan.
Tahun 1990 – 2000
– tahun 1990
pada periode ini kembali mengalami perubahan.agraria dipisah dan dijadikan sebagai lembaga tersendiri dengan nama menteri Negara agraria/badan pertanahan nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal terbentuknya badan pertanahan nasional.
– tahun 1998
Pada tahun ini masih menggunakan format yang sama dengan nama Menteri Negara agraria/badan pertanahan nasional.perubahan yang terjadi hanya pada puncuk pimpinan saja yakni Ir.Soni Harsono diganti dengan Hasan Basri Durin.
Tahun 2000 – 2010
– tahun 2002 – 2005
tahun 2002 kemudian mengalami perubahan yang sangat penting.pada saat itu badan pertanahan nasional dijadikan sebagai lembaga Negara.kedudukannya sejajar dengan kementerian.pada awal terbentuknya BPN RI dipimpin oleh Prof.Lutfi I.Nasoetion, MSc.,Ph.D
– tahun 2005 – 2010
pada tahun 2005 sampai saat ini BPN RI yang dipimpin oleh Joyo Winoto, Ph.D. dalam kurun waktu lima tahun tidak terjadi perubahan kelembagaan sehingga tetap pada format yang sebelumnya.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian peta kontur, cara menghitung dan menggambar garis kontur serta tracking jalan pada peta kontur menggunakan dua metode yaitu interpolasi linier dan grafis. Juga dijelaskan cara menghitung luas dan volume daerah yang dibatasi garis kontur tertentu.
Laporan ini membahas klasifikasi multispektral citra satelit Landsat 7 menggunakan perangkat lunak Envi 5.1. Terdapat dua jenis klasifikasi yaitu tak terkontrol (unsupervised) dengan algoritma Isodata dan K-Means, serta terkontrol (supervised) menggunakan Maximum Likelihood, Minimum Distance, dan Parallelepiped dengan membuat Region of Interest terlebih dahulu. Hasilnya menunjukkan algoritma Maximum Likelihood paling akurat mengklasifikasikan objek
Catatan Kuliah Ilmu Ukur Tanah ini disusun secara ringkas dari beberapa referensi. Mencakup bahasan tentang pengertian survei, peta, pengukuran jarak, sudut, azimut, bearing, penggunaan pita ukur, theodolite, dan waterpas, perhitungan poligon, beda tinggi, luas dan volume. Disamping itu disertai pula contoh hitungan sederhana untuk memudahkan pemahaman dari setiap materi. Modul ini dapat dijadikan pegangan praktis dalam mempelajari survei dan pemetaan tingkat dasar.
1. Dokumen tersebut membahas tentang geologi lingkungan dan perannya dalam perencanaan tata ruang wilayah. Geologi lingkungan berperan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam penggunaan lahan dan pengelolaan lingkungan.
2. Dokumen tersebut juga menjelaskan bahwa analisis geologi lingkungan dapat memberikan gambaran sumber daya alam, bahaya geologi, dan daya dukung lahan suatu wilayah untuk kepenting
Dokumen tersebut membahas tentang sistem informasi geografi (SIG), yang didefinisikan sebagai sistem berbasis komputer untuk mengelola data spasial dan atribut. SIG terdiri atas empat subsistem utama yaitu input data, manajemen data, manipulasi dan analisis data, serta output data. Dokumen tersebut juga menjelaskan struktur data vektor dan raster yang digunakan dalam SIG, serta komponen perangkat keras dan lunak SIG.
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISbramantiyo marjuki
Ìý
Dokumen ini memberikan tiga metode untuk membuat hillshade per kabupaten dari data digital elevasi model (DEM) pulau atau provinsi menggunakan ArcGIS. Metode pertama menggunakan toolbar Image Analysis, metode kedua menggunakan alat Clip Raster, dan metode ketiga melakukan batch clipping untuk memotong DEM menjadi banyak layer hillshade per kabupaten sekaligus.
Dokumen ini membahas tentang layout peta di ArcGIS 10.0. Ia menjelaskan pengertian SIG dan layout peta, serta langkah-langkah membuat layout peta di ArcGIS 10.0 meliputi penambahan unsur-unsur peta seperti grid, legenda, orientasi, dan mengedit hasil akhir layout.
Standar ini mengatur tentang jaring kontrol horizontal geodetik nasional. Mencakup ruang lingkup, istilah, klasifikasi, konvensi dan spesifikasi teknis pembangunan jaring titik kontrol horizontal. Termasuk metode survei seperti GPS, poligon, statik, pseudo-kinematik, serta penentuan koordinat titik melalui perataan jaring bebas dan terikat.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang Sistem Informasi Geografis (SIG) yang mencakup biodata penulis, silabus SIG, penjelasan konsep dan komponen SIG seperti data, perangkat keras, perangkat lunak, subsistem, contoh aplikasi SIG di lingkungan Kementerian PUPR, serta saran dan masukan.
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...Luhur Moekti Prayogo
Ìý
Laporan praktikum ini membahas tentang praktikum penginderaan jauh kelautan yang meliputi tujuan dan manfaat praktikum serta tahapan kegiatan praktikum. Topik utama laporan ini adalah pengolahan citra satelit untuk memperoleh informasi wilayah laut."
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar petafahmi fadilla
Ìý
Nomor lembar peta dan koordinat ditentukan secara sistematis untuk memudahkan pencarian dan penentuan lokasi. Nomor lembar peta terdiri dari angka yang menunjukkan skala dan lokasi peta, sementara ukuran lembar peta ditentukan berdasarkan skala. Indeks peta digunakan untuk mengetahui nomor lembar peta wilayah tertentu.
Praktikum ini melibatkan pengamatan paralaks stereoskopis dan pembuatan peta kontur. Mahasiswa melakukan interpretasi foto udara menggunakan prinsip-prinsip interpretasi dan mengidentifikasi objek untuk membuat peta kontur. Teori yang mendukung meliputi konsep fotogrametri, stereoskopis, dan paralaks yang digunakan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik.
Pendahuluan.
Pada era 1960 sejak berlakunya Undang – Undang Pokok Agraria (UUPA) , Badan Pertanahan Nasional mengalami beberapa kali pergantian penguasaan dalam hal ini kelembagaan. tentunya masalah tersebut berpengaruh pada proses pengambilan kebijakan. ketika dalam naungan kementerian agraria sebuah kebijakan diproses dan ditindaklanjuti dari struktur Pimpinan Pusat sampai pada tingkat Kantah, namun ketika dalam naungan Departemen Dalam Negeri hanya melalui Dirjen Agraria sampai ketingkat Kantah. disamping itu secara kelembagaan Badan Pertanahan Nasional mengalami peubahan struktur kelembagaan yang rentan waktunya sangat pendek.
Untuk mengetahui perubahan tersebut dibawah ini adalah sejarah kelembagaan Badan Pertanahan Nasional :
Tahun 1960 – 1970 :
– Tahun 1960 – 1963
Pada awal berlakunya UUPA, semua bentuk peraturan tentang pertanahan termasuk Peraturan Pemerintah masih di keluarkan oleh Presiden dan Menteri Muda Kehakiman. kebijakan itu ditempuh oleh pemerintah karena pada saat itu Indonesia masih mengalami masa transisi.
– Tahun 1963
tahun ketiga sejak berlakunya uupa,dibentuklah sebuah departemen pertanian dan agraria yang dipimpin oleh sadjarwo, S.H. pada saat itu pertanian dan agraria masih dalam satu naungan menteri pertanian dan agraria.
– tahun 1965
pada tahun 1965 agraria dipisah dan dijadikan sebagai lembaga yang terpisah dari naungan menteri pertanian dan pada saat itu menteri agraria dipimpin oleh R.Hermanses. S.H
– tahun 1968
Pada tahun 1968 secara kelembagaan mengalami perubahan.pada saat itu dimasukan dalam bagian departemen dalam negeri dengan nama direktorat jenderal agraria. selama periode 1968 – 1990 tetap bertahan tanpa ada perubahan secara kelembagaan begitupula dengan peraturan yang diterbitkan.
Tahun 1990 – 2000
– tahun 1990
pada periode ini kembali mengalami perubahan.agraria dipisah dan dijadikan sebagai lembaga tersendiri dengan nama menteri Negara agraria/badan pertanahan nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal terbentuknya badan pertanahan nasional.
– tahun 1998
Pada tahun ini masih menggunakan format yang sama dengan nama Menteri Negara agraria/badan pertanahan nasional.perubahan yang terjadi hanya pada puncuk pimpinan saja yakni Ir.Soni Harsono diganti dengan Hasan Basri Durin.
Tahun 2000 – 2010
– tahun 2002 – 2005
tahun 2002 kemudian mengalami perubahan yang sangat penting.pada saat itu badan pertanahan nasional dijadikan sebagai lembaga Negara.kedudukannya sejajar dengan kementerian.pada awal terbentuknya BPN RI dipimpin oleh Prof.Lutfi I.Nasoetion, MSc.,Ph.D
– tahun 2005 – 2010
pada tahun 2005 sampai saat ini BPN RI yang dipimpin oleh Joyo Winoto, Ph.D. dalam kurun waktu lima tahun tidak terjadi perubahan kelembagaan sehingga tetap pada format yang sebelumnya.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian peta kontur, cara menghitung dan menggambar garis kontur serta tracking jalan pada peta kontur menggunakan dua metode yaitu interpolasi linier dan grafis. Juga dijelaskan cara menghitung luas dan volume daerah yang dibatasi garis kontur tertentu.
Laporan ini membahas klasifikasi multispektral citra satelit Landsat 7 menggunakan perangkat lunak Envi 5.1. Terdapat dua jenis klasifikasi yaitu tak terkontrol (unsupervised) dengan algoritma Isodata dan K-Means, serta terkontrol (supervised) menggunakan Maximum Likelihood, Minimum Distance, dan Parallelepiped dengan membuat Region of Interest terlebih dahulu. Hasilnya menunjukkan algoritma Maximum Likelihood paling akurat mengklasifikasikan objek
Catatan Kuliah Ilmu Ukur Tanah ini disusun secara ringkas dari beberapa referensi. Mencakup bahasan tentang pengertian survei, peta, pengukuran jarak, sudut, azimut, bearing, penggunaan pita ukur, theodolite, dan waterpas, perhitungan poligon, beda tinggi, luas dan volume. Disamping itu disertai pula contoh hitungan sederhana untuk memudahkan pemahaman dari setiap materi. Modul ini dapat dijadikan pegangan praktis dalam mempelajari survei dan pemetaan tingkat dasar.
1. Dokumen tersebut membahas tentang geologi lingkungan dan perannya dalam perencanaan tata ruang wilayah. Geologi lingkungan berperan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam penggunaan lahan dan pengelolaan lingkungan.
2. Dokumen tersebut juga menjelaskan bahwa analisis geologi lingkungan dapat memberikan gambaran sumber daya alam, bahaya geologi, dan daya dukung lahan suatu wilayah untuk kepenting
Dokumen tersebut membahas tentang sistem informasi geografi (SIG), yang didefinisikan sebagai sistem berbasis komputer untuk mengelola data spasial dan atribut. SIG terdiri atas empat subsistem utama yaitu input data, manajemen data, manipulasi dan analisis data, serta output data. Dokumen tersebut juga menjelaskan struktur data vektor dan raster yang digunakan dalam SIG, serta komponen perangkat keras dan lunak SIG.
Sistem Informasi Geografi (SIG) / Geographic Information System (GIS)Deny Sundari Syahrir
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang Sistem Informasi Geografis (SIG) yang merupakan sistem informasi khusus untuk mengelola dan menampilkan data yang memiliki informasi spasial. SIG dapat digunakan untuk berbagai bidang seperti perencanaan wilayah, sumber daya alam, bencana alam, dan telekomunikasi. Dokumen ini juga menjelaskan komponen-komponen SIG seperti perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia, dan metode yang dig
Sistem Informasi Geografis adalah perangkat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, menganalisis, dan menyajikan data spasial bergeoreferensi dengan menggunakan teknologi komputer. SIG bekerja dengan dua format data utama, yaitu vektor dan raster, dan meliputi 5 tahapan proses mulai dari input, manipulasi, manajemen data, query dan analisis, hingga visualisasi. SIG telah banyak diaplikasikan oleh berbagai instansi p
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem yang mengintegrasikan data spasial dan atribut untuk menganalisis dan memodelkan fenomena geografis. SIG memiliki kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu lokasi, menganalisis pola dan hubungan antar data, serta memetakan hasil analisisnya. SIG digunakan dalam berbagai bidang seperti pengelolaan sumber daya alam, perencanaan wilayah, lingkungan, dan bisnis.
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang menggabungkan data spasial dan atribut untuk menganalisis dan memetakan informasi geografis. SIG memiliki kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa, dan memetakan hasilnya. SIG terdiri dari data, perangkat lunak, perangkat keras, dan manusia yang bekerja bersama untuk mengumpulkan, menyimpan
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang data spasial, data raster, dan data vektor sebagai bentuk representasi data dalam sistem informasi geografis.
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan data yang terkait dengan permukaan bumi. SIG membutuhkan perangkat keras, perangkat lunak, dan manusia untuk mengoperasikannya. SIG dapat digunakan untuk berbagai aplikasi seperti perencanaan, lingkungan, dan pertanahan."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem komputer yang dirancang untuk menangkap, menyimpan, mengelola, menganalisis, dan menampilkan semua jenis informasi yang berhubungan dengan lokasi geografis. SIG terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, personel, dan metode yang saling terintegrasi.
Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola informasi spasial menggunakan komputer. Komponen utamanya adalah sistem komputer, data geospatial, dan pengguna. SIG berguna untuk analisis lingkungan, perencanaan, dan pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor spasial dan hubungan antar objek di wilayah tertentu.
Sistem Informasi Geografis (SIG) digunakan untuk mengolah data spasial melalui aplikasi yang mampu menyelesaikan masalah perencanaan wilayah dan membuat peta tematik. SIG dapat membantu perencanaan wilayah dan menghasilkan peta yang mudah diedit serta dianalisis."
Modul pelatihan sistem informasi geografis membahas pengertian SIG, manfaat SIG, perolehan data SIG, pengolahan data SIG, dan bentuk hasil SIG. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data spasial menggunakan perangkat keras, perangkat lunak, dan sumber daya manusia. SIG dapat digunakan untuk berbagai aplikasi seperti inventarisasi sumber daya, manajemen kota, dan penentuan rute terpendek. Data SIG diperoleh
Presentasi ini merupakan materi pertemuan pertama untuk mata kuliah Pengukuran dan Instrumentasi. Materi ini mencakup:
✅ Konsep dasar pengukuran dan instrumentasi
✅ Jenis-jenis pengukuran (langsung & tidak langsung)
✅ Sistem satuan internasional (SI) dalam teknik elektro
✅ Kesalahan dalam pengukuran dan cara meminimalkannya
✅ Karakteristik alat ukur (akurasi, presisi, resolusi, sensitivitas)
✅ Contoh alat ukur dalam teknik elektro seperti multimeter, osiloskop, clamp meter, function generator, dan signal analyzer
Presentasi ini dilengkapi dengan ilustrasi dan diagram yang membantu pemahaman konsep secara visual.
Sangat cocok untuk mahasiswa teknik elektro dan telekomunikasi yang ingin memahami dasar-dasar pengukuran dalam bidang ini.
📌 Jangan lupa untuk like, share, dan follow untuk materi lebih lanjut!
#Pengukuran #Instrumentasi #TeknikElektro #Telekomunikasi #Praktikum #PengukurandanInstrumentasi #PBL #PengukuranBesaranListrik
Mata kuliah matemaika pada Prodi Rekayasa Sipil tingkat lanjut yang membahas mengenai Matriks, Determinan, Invers, Metode Sarrus dan Kofaktor dan Metode Gauss Jordan
1. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
STADION UTAMA KALTIM KECAMATAN PALARAN
MENGGUNAKAN ARC GIS 10
Oleh
PRATIWI HANDAYANI
DI REVIEW
Oleh:
GUSTIANUS SANTIAGO//16021106102
A. Keadaan Umum Stadion Utama Kaltim
1. Letak Geografis
Secara geografis Stadion Utama Kaltim terletak antara 0.58650oLS – 117.13188oBT. Dibangun
di atas tanah seluas lebih dari 63 Ha dengan luas total bangunan ± 2,3 Ha dan kapasitas
mencapai 50.000-60.000 orang (Anonim, 2007).
B. Dasar Teori Sistem Informasi Geografis (SIG)
1. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem informasi yang dapat memadukan data
grafis dengan data teks (attribute) objek yang diikatsecara geografis di bumi (georefrence)
(Anonim, 2008).Sedangkan menurut Paryono (1994) Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah
sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalisis
Informasi Geografis. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu teknologi baru yang pada
saat ini menjadi alat bantu (tools) yang sangat esensial dalam menyimpan, memanipulasi,
menganalisis, dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dalam bantuan data attribute dan
spasial (Prahasta, 2001). Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem informasi
berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi
geografis (Aronoff, 1989). Secara umum SIG dapat diartikan sebagai suatu komponen yang
terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang
bekerja sama secara efektif untuk memasukkan, menyimpan, memperbaiki, 7 memperbaharui,
mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisis dan menampilkan data dalam suatu
2. informasi berbasis geografis. Penggunan Sistem Informasi Geografis (SIG) meningkat tajam
sejak tahun 1980-an. Peningkatan pemakaian sistem ini terjadi dikalangan pemerintah militer,
akademis atau bisnis terutama di negara-negara maju. Perkembangan teknologi digital sangat
besar peranannya dalam pengembangan penggunaan SIG dalam berbagai bidang (Budiyanto,
2005).
2. Komponen-komponen dalam SIG
Untuk membuat suatu perencanaan pembangunan atau pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan spasial diperlukan analisis data yang bereferensi geografis. Analisis ini harus didukung
oleh sejumlah konsep-konsep ilmiah dan sejumlah data yang handal. Data atau informasi yang
berkaitan dengan permasalahan akan dipecahkan harus dipilih dan diolah melalui pemrosesan
yang akurat. Untuk keperluan tersebut SIG menyediakan sejumlah komponen atau subsistem
masukan data, pengelolaan data, manipulasi dan analisis data, dan keluaran data (Prahasta,
2004).
a. Masukan data (data input)
Sub sistem masukan data adalah fasilitas dalam SIG yang digunakan untuk memasukan data
dan merubah bentuk data asli ke dalam bentuk data yang dapat diterima dan dipakai dalam
SIG. Pemasukan data ke dalam SIG dilakukan dengan 3 cara, yakni :
1) Pelarikan (Scanning)
Pelarikan adalah proses pengubahan data grafis continue menjadi data diskrit yang terdiri atas
sel-sel penyusun gambar (pixel). Pelarikan untuk gambar peta kini dapat dilakukan dengan
portable scanner yang kini banyak beredar di 8 pasaran. Data hasil scanning disimpan dalam
bentuk raster. Data raster ini dapat diubah menjadi data vektor melalui proses digitasi. SIG
berbasis raster banyak yang menyukai karena pengolahannya lebih mudah, proses tumpang
susun (overlay) peta dapat dilakukan secara lebih cepat.
2) Digitasi
Digitasi adalah proses pengubahan data grafis analog menjadi data grafis digital, dalam struktur
vektor. Pada struktur vektor ini data disimpan dalam bentuk titik (point), garis (lines) atau
segmen, data poligon (area) secara matematis-geometris (Lo, 1986). Contoh tipe data titik
adalah kota, lapangan terbang, pasar. Tipe data garis diantaranya adalah sungai, jalan, kontur
topografi. Tipe data poligon atau area antara lain ditunjukkan oleh bentuk-bentuk penggunaan
3. lahan, klasifikasi tanah, daerah aliran sungai. Tipe-tipe data geografis tersebut dapat saling
berinteraksi atau berinteraksi dengan data lain. Misal, data penggunaan lahan dapat
berinteraksi dengan data jenis tanah. Pada beberapa perangkat lunak SIG berbasis windows,
seperti Map Info dan ArcView, digitasi dapat dilakukan pada tampilan peta screen monitor
komputer, yang merupakan display data hasil penyiaman. Digitasi dalam hal ini lebih dikenal
dengan istilah stretching. Digitasi dengan cara ini dianggap lebih memiliki akurasi yang lebih
baik daripada digitasi dengan menggunakan digitizer table. Proses digitasi ini merupakan
langkah dalam SIG yang paling banyak menyita waktu.
3) Tabulasi
Basis data dalam SIG dikelompokkan menjadi dua, yakni basis data grafis dan basis data non-
grafis (attribute). Data grafis adalah peta itu sendiri, sedangkan data attribute adalah semua
informasi non-grafis, seperti derajat 9 kemiringan lereng, jenis tanah, nama tempat, dan lain-
lain. Data attribute ini disimpan dalam bentuk tabel, sehingga sering disebut basis data tabuler.
Data tabel ini kemudian dikaitkan dengan data grafis untuk keperluan analisis.
b. Pengelolaan data
Pengelolaan data meliputi semua operasi penyimpanan, pengaktifan, penyimpanan kembali
dan pencetakan semua data yang diperoleh dari input data. Beberapa langkah penting lainnya,
seperti pengorganisasian data, perbaikan, pengurangan, dan penambahan dilakukan pada sub
sistem ini.
c. Manipulasi dan Analisis data
Fungsi sub sistem ini adalah untuk membedakan data yang akan diproses dalam SIG. Untuk
merubah format data, mendapatkan parameter dan proses dalam pengelolaan dapat dilakukan
pada sub sistem ini. Upaya evaluasi terhadap sub sistem ini perlu terus dilakuakan, karena sub
sistem ini merupakan sentral dalam proses kerja SIG, dimana informasi baru yang akan
dihasilkan ditentukan dalam proses sub sistem ini. Beberapa fasilitas yang biasa terdapat
dalam paket SIG untuk manipulasi dan analisis, meliputi empat unsur, yakni fasilitas
penyuntingan, interpolasi spasial, tumpang susun, modeling, dan analisis data.
4. d. Penyuntingan
Sebenarnya, sebagian fungsi penyuntingan ini telah dilakukan dalam sub sistem manajemen
data khususnya data spatial, tetapi ada yang belum dikerjakan secara detail, yakni
pemutakhiran (up dating) data. Sebagai contoh pemutakhiran data spasial antara lain, peta pola
persebaran pemukiman untuk tahun terbaru tidak perlu digitasi ulang, tetapi cukup diperbaharui
dengan menambah data baru.
1) Interpolasi spasial
Interpolasi spasial merupakan jenis fasilitas SIG yang rumit, bahkan dapat dikatakan bahwa
langkah ini tidak dapat dilakukan secara manual. Setiap titik pada koordinat tertentu dalam peta
memuat sejumlah informasi koordinat dan nilai-nilai tertentu suatu variabel yang dikehendaki.
Misal, pemasukan data berupa posisi koordinat dan kemiringan lereng, dapat diinterpolasi. Hasil
dari proses interpolasi tersebut adalah peta kontinyu dimana setiap titik pada peta digital
tersebut menyajikan informasi berupa nilai riil.
2) Tumpang Susun (overlay)
Tumpang susun ini sebenarnya merupakan langkah di dalam SIG yang dapat dilakukan secara
manual, tetapi cara manual terbatas kemampuannya. Bila peta yang akan ditumpang susunkan
lebih dari 4 lembar peta tematik, maka akan terjadi kerumitan besar dan sukar diurut kembali
dalam menyajikan satuansatuan pemetaan baru. Software SIG yang berbasis raster dapat
melakukan proses tumpang susun secara lebih cepat daripada software SIG berbasis vektor.
Proses tumpang susun lebih cepat pada SIG berbasis raster karena proses ini dilakukan antar
pixel dari masing-masing input data peta pada koordinat yang sama, tidak harus merumuskan
lagi topologi baru untuk satuan pemetaan baru yang dihasilkan dari proses ini sebagaimana
yang terjadi pada SIG berbasis vektor.
3) Pembuatan Model dan Analisis data
Bila input data telah masuk dan tersusun dalam bentuk basis data, maka proses pembuatan
model (modeling) dan analisis data menjadi efisien, dapat dilakukan kapan saja dan dapat
dipadukan dengan input data peta baru. Pada 11 bagian inilah terletak manfaat SIG yang besar,
yakni ketika seluruh data telah tersedia dalam bentuk digital.
5. e. Keluaran data (data output)
Sub sistem ini berfungsi untuk menayangkan (displaying) informasi baru dan hasil analisis data
geografis secara kuantitatif maupun kualitatif. Wujud keluaran ini berupa peta, tabel atau arsip
elektronik (file). Keluaran data ini tidak hanya ditayangkan pada monitor, tetapi selanjutnya
perlu disajikan dalam bentuk cetakan (hardcopy), dengan maksud agar dapat dibaca, dianalisis,
dan diketahui persebarannya secara visual (khusus untuk data peta).
3. Data-data yang Digunakan dalam SIG
Data-data yang digunakan dalam SIG umumnya dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Data Grafis
Data grafis dibagi menjadi data-data raster dan data-data digital:
1) Data raster adalah semua data digital yang didapat dari hasil scanning dan data-data
lain yang belum dalam format vector
2) Data digital adalah data-data digital yang didapat dari hasil digitasi yang telah
dilengkapi dengan data-data teks dan data-data attribute lainya. Misalnya, jaringan jalan
beserta namanya, Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan anak-anak sungainya.
b. Data Tabular
Data tabular adalah data-data selain data grafis yang berupa data pendukung, berupa teks,
angka dan data pendukung lain.
c. Data Vector
Data vector adalah data-data digital atau data-data yang telah diubah kedalam bentuk digital
dan telah dilengkapi dengan data-data objek atau informasi objek.
4. Prosedur dalam SIG
a. Input, tahap ini meliputi pemasukan data, yang dapat dilakukan dengan menggunakan alat
digitizer, mouse, keyboard, scanning, dan sebagainya.
b. Analisis, kegiatan ini meliputi kegiatan-kegiatan seperti overlay, pembuatan peta tematik dan
sebagainya.
6. c. Output, hasil analisis dari penggabungan beberapa peta dapat berupa peta tematik, diagram
model, atau yang lain. Secara umum hasil output dibagi menjadi dua yaitu output grafis dan
output non-grafis. Output grafis seperti peta tematik, grafis dan sebagainya. Sedangkan non
grafis yaitu data-data hasil analisis yang berupa data-data teks.
5. Sumber Data
Sistem informasi geografis memerlukan data masukan agar dapat berfungsi dan memberikan
informasi lain hasil analisisnya. Data masukan tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber,
yaitu:
a. Data lapangan
Data ini diperoleh langsung dari pengukuran lapangan secara langsung. Contoh data hasil
pengukuran lapangan adalah data batas administrasi, batas kepemilikan lahan, dan lain
sebagainya berdasarkan teknik perhitungan. Pada umumnya data ini merupakan sumber data
attribute.
b. Peta analog
Antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya. Peta analog adalah peta dalam bentuk
cetakan. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, sehingga sudah
mempunyai referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin, dan sebagainya.
Referensi spasial dari peta analog memberikan koordinat sebenarnya di permukaan bumi pada
peta digital yang dihasilkan. Biasanya peta analog direpresentasikan dalam format vektor.
c. Data citra pengindraan jauh
Citra pengindraan jauh yang berupa foto udara atau radar dapat diinterprestasikan terlebih
dahulu sebelum dikonversikan ke dalam bentuk digital melalui pelarikan atau scanning.
Sedangkan citra yang diperoleh dari satelit yang sudah dalam bentuk digital dapat langsung
digunakan setelah diadakan koreksi seperlunya. Data penginderaan jauh biasanya ditampilkan
dalam format raster.
7. C. ARCGIS 10
1. ArcMap 10
ArcMap merupakan menu utama dalam ArcGis yang digunakan untuk membuat (create),
menampilkan (viewing), memilih (query), editing, composing dan publishing peta (GIS
Consortium Aceh – Nias, 2007).
Komponen-komponen ArcMap antara lain :
a. Table Of Contents (TOC)
Merupakan list atau daftar isi data yang ditampilkan dalam Map Area.
TOC terdiri atas Data Frame yang berisi layer-layer yang mempresentasikan data
yang ada. Beberapa fungsi yang dapat dilakukan dalam TOC antara lain :
1) Menyusun susunan layer.
2) Mengaktifkan layer dan me-nonaktifkan layer.
3) Melihat system koordinat yang digunakan (Layer Properties).
4) Membuka table attribute data spatial (Open Attribute Table).
TOC juga menyediakan fasilitas symbology yang merepresentasikan
muka bumi yang diwakili oleh simbol (baik bentuk maupun warna) dari feature
8. (point, line, maupun polygon) berdasarkan attribute dapat di sesuaikan melalui
TOC.
Selain simbologi TOC juga dapat melakukan fungsi labeling yang mana
fasilitas ini berfungsi untuk mempermudah user dalam memahami isi peta
tersebut.
b. ArcToolbox
ArcToolbox merupakan kumpulan alat bantu yang disediakan untuk melaksanakan operasi-
operasi tertentu pada ArcGis. Tampilan ArcToolbox yaitu berupa tools yang ditampilkan pada
folder-folder ArcToolbox berdasarkan fungsi.
c. Search
Satu hal yang baru di ArcMap 10 yaitu terdapat fasilitas search. Fasilitas ini menyerupai alat
browsing pada layanan mesin pencari. Melalui fasilitas ini, user dapat mencari data spatial, data
project. dan tools local server.
9. Gambar 3. Search Tool
d. Toolbar
Merupakan kumpulan tool yang diletakkan didalam bar. Secara logis toolbar memiliki tool-tool
yang berkaitan secara erat dalam melaksanakan operasi-operasi tertentu. Berikut ini beberapa
contoh tools standar yang terdapat pada ArcMap 10
1) Toolbar Tools
Gambar
Gambar 4. Basic Tools
10. D. Global Positioning System (GPS)
1. Pengertian GPS
GPS atau singkatan dari Global Positioning System merupakan suatu teknologi pemantau
posisi di bumi yang memanfaatkan teknologi satelit. Untuk menjalankan sistem ini, selain satelit
GPS juga dibutuhkan perangkat penerima sinyal GPS (GPS receiver). GPS receiver inilah yang
berfungi sebagai titik tujuan yang menentukan lokasi bumi (Supriono, 2010). GPS merupakan
alat untuk pengambilan data spasial yang paling mudah, cepat, murah dan akurasinya bisa
dipertanggung jawabkan. Saat ini GPS bukan lagi merupakan alat survei yang mahal atau
terlalu rumit untuk diaplikasikan. Dengan menggunakan GPS genggam saja sudah bisa
dilakukan kegiatan survey dan hasil dari survei dapat digunakan sebagai data dasar dalam
melakukan kegiatan perencanaan. GPS bisa menghasilkan data spasial berupa titik, garis dan
poligon. Data-data menyangkut lokasi seperti lokasi infrastruktur seperti jembatan, gardu listrik,
lokasi pusat pemerintahan mulai dari desa sampai ke provinsi, lokasi pusat pelayanan seperti
puskesmas. Pada survei untuk fitur line dilakukan pada survei jalan, sungai atau juga
perencanaan untuk saluran air dan batas wilayah dengan menggunakan GPS. Sementara data
poligon atau area dapat dilakukan pada survei untuk landuse, survei untuk perencanaan
wilayah lindung dan banyak lagi. Kemudahan teknologi menjadi faktor penunjang lainnya
sehingga penggunaan GPS menjadi pilihan yang paling mudah dalam mengambil data GPS.
Saat ini GPS terkoneksi dengan software GIS sehingga bisa mempermudah pengolahan data
dari GPS untuk langsung menjadi data digital peta dalam software GIS. Setelah data GPS
dikonversi dalam peta digital, 19 langkah selanjutnya adalah menambahkan database sebanyak
mungkin yang dilakukan dengan menggunakan software GIS (Puntodewo, 2003).
11. 2. Cara Kerja GPS
Sebuah receiver GPS bekerja dengan mengkur jarak ke arah tiga atau lebih satelit yang ada
dalam bidang pandangnya. Receiver mengetahui tempat tiap satelit berada, kapanpun juga.
Karena memiliki almanak (seperti kalender) dalam memorinya (Suryowidiyanto. 2008). Untuk
mengukur jarak ke suatu tempat yang sangat jauh jaraknya, GPS melakukan dengan mengatur
waktu berapa lama sinyal tiba dari satelite dan kemudian menghitung jaraknya berdasarkan
kecepatan sinyal radio tersebut. GPS membaca kode dan menghitung perbedaan antara waktu
keberangkatan dan kedatangannya sinyal saat meninggalkan satelit.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akurasi Receiver
Ada beberapa faktor yang secara tetap mempengaruhi akurasi perhitungan GPS terhadap
koordinat suatu posisi (Marine, 2005).
a. Kesalahan jam satelit, satelit memiliki jam atom yang sangat akurat, tetapi selalu ada batas
kesalahan yang kecil.
b. Kesalahan Ephemeris, tiap posisi satelit dapat berubah dari orbit yang dihitung disebabkan
oleh tarikan gravitasi dari matahari dan bulan. Satelitsatelit tersebut dimonitor oleh stasiun
kontrol oleh militer AS dan biasanya selalu dikoreksi.
c. Kesalahan Receiver, Jam di receiver selalu memiliki kesalahan lebih dibanding akurasi jam
satelit. Kesalahan ini cukup signifikan, akan tetapi diimbangi dengan melakukan triangulasi 4
satelit.
d. Gangguan atmosfer, perubahan tetap dalam lapisan lonosfer di atmosfer bumi mempercepat
atau memperlambat sinyal, karena itu membuat perhitungan jarak sedikit tidak tepat.
e. Selective Avaibilility. AS yang mengembangkan sistem secara intensif dan berselang-seling
mengacak dengan sinyal satelit. Sehingga kita tidak pernah tahu kapan receiver GPS kita
memberi posisi akurat dan kapan tidak akurat, pengacakan semacam ini disebut Selectif
Availibility (SA). Tujuannya agar masyarakat umum dan militer asing tidak bisa menggunakan
GPS untuk mendapatkan lokasi yang sangat akurat.
Tabel 1. Perkiraan Kesalahan GPS
12. Sumber kesalahan yang berbeda, yang tidak dikontrol karena satu atau lain sebab, disebabkan
oleh konfigurasi satelit. Ingat bahwa triangulasi menjadi paling akurat jika titik-titik tempat
melakukan triangulasi berada pada sudut yang lebar satu sama lain relatif ke tempat berdiri.
Jika semua satelit berkelompok di satu tempat di angkasa, perhitungan posisi tidak akan
seakurat jika satelit-satelit tersebut tersebar secara luas. Masing-masing dari 24 satelit GPS
bergerak dalam orbitnya sendiri atau memiliki garis edar mengelilingi bumi, sehingga satelit-
satelit tersebut selalu mengubah konfigurasi di angkasa. Ketika satelit tersebut dikonfigurasikan
sehingga beberapa berada dalam bidang pandang receiver dan tersebar melintasi angkasa,
lokasi yang dihitung akan sangat akurat.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Dapat diketahui bahwa luas total komplek Stadion Utama Kaltim ± 63 Ha.
2. Jumlah luas total Gedung Olah Raga adalah seluas 230.000 m2.
3. Penggunaan lahan di Stadion Utama Kaltim bukan hanya gedung olah raga, namun meliputi
arena olah raga lapangan terbuka, taman, lahan parkir, pos satpam dan beberapa lahan
terbuka masih berupa lahan kosong.
4. Kondisi fisik Gedung Olah Raga (GOR) di Stadion Utama Kaltim pada beberapa bagian
mengalami kerusakan ringan, namun masih terdapat pula GOR yang dalam kondisi baik..