Dokumen tersebut membahas tentang ciri khas kebudayaan Islam masa Dinasti Umayyah di Damaskus, pola hubungan Islam dengan kebudayaan Romawi, serta hasil-hasil kebudayaan Islam. Dinasti Umayyah berkembang di bidang seni kerajinan dan membangun perbendaharaan negara di Masjid Agung Damaskus.
Dokumen tersebut membahas sejarah empat khalifah pertama Islam yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Mencakup periode setelah wafatnya Nabi Muhammad saw hingga masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
Dokumen tersebut membahas tentang kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq dan Umar bin Khatab. Abu Bakar dipilih menjadi khalifah pertama setelah kewafatan Nabi Muhammad SAW melalui musyawarah. Beliau berhasil mengatasi berbagai masalah dan memperluas wilayah Islam. Umar bin Khatab menjabat sebagai khalifah kedua dan membangun sistem pemerintahan Islam yang efektif. Kedua khalifah ini memiliki per
Dokumen tersebut membahas tentang Khulafaur Rasyidin, yaitu keempat khalifah yang memimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Makalah ini membahas latar belakang berdirinya Dinasti Abbasiyah, masa pemerintahan para khalifah Abbasiyah, kemajuan peradaban dan tradisi intelektual dinasti tersebut. Dinasti Abbasiyah berdiri setelah mengalahkan Dinasti Umayyah pada tahun 750 M dan memerintah hingga 1258 M dengan ibu kota Baghdad."
Dokumen tersebut membahas tentang Khulafaur Rasyidin yang merupakan empat khalifah yang menggantikan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin umat Islam. Dokumen tersebut menjelaskan definisi Khulafaur Rasyidin, nama-nama keempat khalifah tersebut, serta sejarah singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama.
Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga Islam yang memerintah dari 644-656 M. Ia dikenal sebagai pedagang kaya dan dermawan awal, namun akhirnya dihujat karena dinilai melakukan nepotisme dengan mengangkat kerabatnya ke jabatan penting. Hal ini memicu pemberontakan yang mengepungnya di Madinah hingga akhirnya dibunuh.
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)Agradjaya Agradjaya
油
Teks tersebut membahas masa kekhalifahan Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Usman diangkat melalui proses pemilihan oleh tim formatur, sementara Ali dibaiat langsung oleh umat. Usman berhasil memperluas wilayah dan menyatukan al-Quran, namun kebijakannya didominasi keluarga. Ali menghadapi berbagai konflik bersenjata seperti Perang Jamal, Shiffin, dan Nahrawan sehingga tidak banyak menerap
Teks tersebut berisi soal ujian sejarah kebudayaan Islam kelas VII yang membahas tentang kepemimpinan para khalifah Rasyidin dan Bani Umayyah. Terdapat 40 pertanyaan pilihan ganda yang mencakup topik seperti tempat pertemuan para sahabat setelah wafatnya Nabi Muhammad, nama-nama para khalifah Rasyidin beserta prestasi dan keteladanan mereka, pendirian dinasti Bani Umayyah, serta sistem pemerintahan dan pencapaian mere
Khulafaurrasyidin adalah empat khalifah yang memimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Mereka memimpin dengan penuh kebijaksanaan dan keteladanan serta memperluas wilayah dakwah Islam.
Dokumen tersebut membahas sejarah masuk Islamnya Umar bin Khattab, salah satu khalifah terbesar dalam Islam. Dokumen juga menjelaskan kebijakan dan prestasinya selama menjabat sebagai khalifah, termasuk ekspansi wilayah kekuasaan Islam. Hadis Nabi Muhammad tentang penaklukan Konstantinopel lebih dulu dibanding Roma juga disebutkan.
Dinasti Abbasiyah berdiri setelah pemberontakan melawan Dinasti Umayyah. Masa kejayaannya terjadi pada pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid dan putranya Al-Mamun di abad ke-8 dan ke-9 M, ketika ilmu pengetahuan dan peradaban Islam mencapai puncaknya. Faktor-faktor seperti kelemahan pemerintahan, pemberontakan daerah, dan invasi Mongol menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah
Khalifah Uthman Bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Talibamiraaa96
油
Pada tahun 661 Masihi, khalifah keempat Islam yaitu Saidina Ali bin Abi Talib wafat setelah dibunuh oleh Abdul Rahman bin Muljam di Kufah. Pembunuhan ini terjadi ketika ia hendak menunaikan salat subuh di masjid.
Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah KeduaMaghfur Amien
油
Peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah II mengalami berbagai perubahan. Politik dipengaruhi kuat oleh pengaruh bangsa Turki yang mendominasi tentara. Hubungan antara agama dan negara juga mengalami tekanan. Dinasti ini berhasil memajukan ilmu pengetahuan meskipun akhirnya runtuh akibat invasi Mongol.
Dokumen tersebut membahas tentang kepemimpinan empat khalifah pertama Islam yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib beserta peristiwa penting yang terjadi pada masa kepemimpinan masing-masing."
Dokumen tersebut membahas tentang Khulafaur Rasyidin yang merupakan empat khalifah yang menggantikan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin umat Islam. Dokumen tersebut menjelaskan definisi Khulafaur Rasyidin, nama-nama keempat khalifah tersebut, serta sejarah singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama.
Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga Islam yang memerintah dari 644-656 M. Ia dikenal sebagai pedagang kaya dan dermawan awal, namun akhirnya dihujat karena dinilai melakukan nepotisme dengan mengangkat kerabatnya ke jabatan penting. Hal ini memicu pemberontakan yang mengepungnya di Madinah hingga akhirnya dibunuh.
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)Agradjaya Agradjaya
油
Teks tersebut membahas masa kekhalifahan Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Usman diangkat melalui proses pemilihan oleh tim formatur, sementara Ali dibaiat langsung oleh umat. Usman berhasil memperluas wilayah dan menyatukan al-Quran, namun kebijakannya didominasi keluarga. Ali menghadapi berbagai konflik bersenjata seperti Perang Jamal, Shiffin, dan Nahrawan sehingga tidak banyak menerap
Teks tersebut berisi soal ujian sejarah kebudayaan Islam kelas VII yang membahas tentang kepemimpinan para khalifah Rasyidin dan Bani Umayyah. Terdapat 40 pertanyaan pilihan ganda yang mencakup topik seperti tempat pertemuan para sahabat setelah wafatnya Nabi Muhammad, nama-nama para khalifah Rasyidin beserta prestasi dan keteladanan mereka, pendirian dinasti Bani Umayyah, serta sistem pemerintahan dan pencapaian mere
Khulafaurrasyidin adalah empat khalifah yang memimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Mereka memimpin dengan penuh kebijaksanaan dan keteladanan serta memperluas wilayah dakwah Islam.
Dokumen tersebut membahas sejarah masuk Islamnya Umar bin Khattab, salah satu khalifah terbesar dalam Islam. Dokumen juga menjelaskan kebijakan dan prestasinya selama menjabat sebagai khalifah, termasuk ekspansi wilayah kekuasaan Islam. Hadis Nabi Muhammad tentang penaklukan Konstantinopel lebih dulu dibanding Roma juga disebutkan.
Dinasti Abbasiyah berdiri setelah pemberontakan melawan Dinasti Umayyah. Masa kejayaannya terjadi pada pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid dan putranya Al-Mamun di abad ke-8 dan ke-9 M, ketika ilmu pengetahuan dan peradaban Islam mencapai puncaknya. Faktor-faktor seperti kelemahan pemerintahan, pemberontakan daerah, dan invasi Mongol menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah
Khalifah Uthman Bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Talibamiraaa96
油
Pada tahun 661 Masihi, khalifah keempat Islam yaitu Saidina Ali bin Abi Talib wafat setelah dibunuh oleh Abdul Rahman bin Muljam di Kufah. Pembunuhan ini terjadi ketika ia hendak menunaikan salat subuh di masjid.
Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah KeduaMaghfur Amien
油
Peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah II mengalami berbagai perubahan. Politik dipengaruhi kuat oleh pengaruh bangsa Turki yang mendominasi tentara. Hubungan antara agama dan negara juga mengalami tekanan. Dinasti ini berhasil memajukan ilmu pengetahuan meskipun akhirnya runtuh akibat invasi Mongol.
Dokumen tersebut membahas tentang kepemimpinan empat khalifah pertama Islam yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib beserta peristiwa penting yang terjadi pada masa kepemimpinan masing-masing."
Dokumen tersebut membahas tentang Ali bin Abi Thalib yang menjadi khalifah setelah kematian Usman bin Affan. Ia menghadapi tantangan dari kelompok Talhah, Zubair, dan Aisyah yang menuntut pembunuh Usman dihukum, serta tantangan dari Muawiyah yang juga menuntut hal yang sama. Ali juga menghadapi kelompok Khawarij setelah peristiwa tahkim.
Proses pengangkatan dan Model Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin (1).pptd1v151
油
Dokumen tersebut membahas tentang proses pengangkatan dan model kepemimpinan dari keempat khalifah Rasyidin yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Proses pengangkatan masing-masing khalifah dilakukan melalui musyawarah antara para sahabat Nabi untuk memilih pemimpin berikutnya. Model kepemimpinan mereka didasarkan pada kepemimpinan sentral namun tetap melib
mencari 'sokongan sejarah ' terhadap kesudahan sunni syiahR&R Darulkautsar
油
Teks tersebut membahas sejarah perkembangan gerakan Syiah sejak masa Nabi Muhammad SAW hingga era modern. Ia menjelaskan tokoh-tokoh penting dalam gerakan Syiah seperti Abdullah bin Saba' dan pengaruhnya terhadap perpecahan antara Sunni dan Syiah. Teks tersebut juga menyinggung tentang pengaruh gerakan Syiah terhadap jatuhnya kekhalifahan Bani Umayyah dan Abbasiyyah serta berdirinya negara-negara Syiah se
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. PBelaHemaliaPutri
油
Ali bin Abi Thalib adalah khalifah keempat yang dipilih secara konsensus oleh kaum muslimin setelah wafatnya Utsman bin Affan. Ia lahir di Mekkah dan merupakan sepupu dan menantu Nabi Muhammad. Masa kepemimpinannya ditandai dengan konflik bersenjata melawan kelompok Muawiyah dan Khawarij yang menentang kepemimpinannya. Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai pemimpin yang adil, berani, dan
Sejarah perkembangan islam di masa bani umayyahFirdika Arini
油
Dokumen tersebut membahas sejarah masa Daulah Bani Umayyah setelah kekuasaan Khulafaur Rasyidin. Bani Umayyah merupakan keluarga kaya dan berpengaruh di Mekkah sebelum masuk Islam. Mereka kemudian memegang kekuasaan setelah Perang Siffin dan mendirikan pemerintahan dinasti di bawah kepemimpinan Muawiyah. Pemerintahan Bani Umayyah berbeda gaya dengan pendahulunya dan lebih
Makalah ini membahas tentang sejarah peradaban Islam pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Ia menghadapi berbagai pemberontakan selama masa kepemimpinannya akibat kebijakannya memecat gubernur-gubernur yang diangkat Khalifah Usman sebelumnya dan menunda pengusutan pembunuhan Khalifah Usman. Pemberontakan utama datang dari Muawiyah bin Abu S
Ali bin Abi Thalib dibai'at sebagai khalifah baru setelah kematian Usman bin Affan meskipun sebelumnya ia enggan menerima jabatan tersebut karena menyadari tantangan yang akan dihadapi. Ia menerima tekanan dari para sahabat dan pemuka masyarakat untuk memimpin umat Islam pada masa yang genting.
UAS KEPEMIMPINAN
"KEPEMIMPINAN ALI BIN ABI THALIB"
Nama : Melani Shofiyatin
NIM : 2201085033
Kelas : 2B PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
Dokumen ini membahas proses lahirnya Dinasti Umayyah di Damaskus. Pertama, umat Islam merasa resah dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme pada masa kepemimpinan Khalifah Usman. Kemudian, setelah Usman dibunuh, Ali bin Abi Thalib diangkat sebagai khalifah baru untuk menenangkan situasi. Namun, beberapa tokoh seperti Zubair, Thalhah, dan Aisyah menolak Ali dan menunt
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Syi'ah lahir setelah peristiwa Shiffin dan pemberontakan terhadap Khalifah Utsman dan permintaan agar Ali menjadi khalifah
2) Awalnya Syi'ah Ali bersifat kultural bukan aqidah dan tidak menganggap Ali lebih berhak atas kekhalifan
3) Perselisihan internal Syi'ah mengenai siapa imam sesudah Ali menyebabkan berbagai aliran seperti Saba'iy
Dokumen ini membahas tentang Ali bin Abi Thalib, salah satu sahabat Nabi Muhammad yang paling awal memeluk Islam. Ali dilahirkan di Mekkah dan diasuh oleh Nabi sejak kecil. Ia memiliki kedudukan yang istimewa karena dekat dengan Nabi. Setelah kematian Usman, Ali diangkat menjadi khalifah dan melakukan berbagai kebijakan politik dan hukum. Namun, masa kekuasaannya diwarnai pemberontakan dari Muaw
Biografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalibMuhammad Idris
油
Biografi Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat yang terkenal sebagai panglima perang yang gagah dan ahli fikih. Ia menjadi pengikut Islam pertama dari kalangan anak-anak dan menantu Nabi Muhammad. Ali menjabat sebagai khalifah setelah pembunuhan Utsman namun menghadapi berbagai pemberontakan seperti kelompok Khawarij yang akhirnya membunuhnya.
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib mengakibatkan
lahirnya kekuasan yang berpola Dinasti atau kerajaan. Pola kepemimpinan
sebelumnya (khalifah Ali) yang masih menerapkan pola keteladanan Nabi
Muhammad, yaitu pemilihan khalifah dengan proses musyawarah akan terasa
berbeda ketika memasuki pola kepemimpinan dinasti-dinasti yang berkembang
sesudahnya.
Bentuk pemerintahan dinasti atau kerajaan yang cenderung bersifat
kekuasaan foedal dan turun temurun, hanya untuk mempertahankan kekuasaan,
adanya unsur otoriter, kekuasaan mutlak, kekerasan, diplomasi yang dibumbui
dengan tipu daya, dan hilangnya keteladanan Nabi untuk musyawarah dalam
menentukan pemimpin merupakan gambaran umum tentang kekuasaan dinasti
sesudah khulafaur rasyidin. Dinasti Umayyah merupakan kerajaan Islam pertama
yang didirikan oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan. Perintisan dinasti ini dilakukannya
dengan cara menolak pembaiatan terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib, kemudian
ia memilih berperang dan melakukan perdamaian dengan pihak Ali dengan
strategi politik yang sangat menguntungkan baginya.1
Jatuhnya Ali dan naiknya Muawiyah juga disebabkan keberhasilan pihak
khawarij (kelompok yang membangkan dari Ali) membunuh khalifah Ali,
meskipun kemudian tampuk kekuasaan dipegang oleh putranya Hasan, namun
tanpa dukungan yang kuat dan kondisi politik yang kacau akhirnya
kepemimpinannya pun hanya bertahan sampai beberapa bulan. Pada akhirnya
Hasan menyerahkan kepemimpinan kepada Muawiyah, namun dengan perjanjian
bahwa pemmilihan kepemimpinan sesudahnya adalah diserahkan kepada umat
Islam. Perjanjian tersebut dibuat pada tahun 661 M / 41 H dan dikenal dengan am
jamaah karena perjanjian ini mempersatukan ummat Islam menjadi satu
1 Marshall G. S. Hodgson, The Venture of Islam,(Jakarta:Paramadina,2002),hlm.311.
3. 3
kepemimpinan, namun secara tidak langsung mengubah pola pemerintahan
menjadi kerajaan.
Meskipun begitu, munculnya Dinasti Umayyah memberikan babak baru
dalam kemajuan peradaban Islam, hal itu dibuktikan dengan sumbangan-
sumbangannya dalam perluasan wilayah, kemajuan pendidikan, kebudayaan dan
lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Ada pun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pendirian Dinasti Bani Umayyah
2. Pola Pemerintahan Dinasti bani Umayyah
3. Masa Pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz
4. Ekspansi Wilayah Dinasti Bani Umayyah
5. Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Bani Umayyah
4. 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendirian Dinasti Bani Umayyah
1. Asal Mula Dinasti Bani Umayyah
Proses terbentuknya kekhalifahan Bani Umayyah dimulai sejak khalifah
Utsman bin Affan tewas terbunuh oleh tikaman pedang Humran bin Sudan pada
tahun 35 H/656 M. Pada saat itu khalifah Utsman bin Affan di anggap terlalu
nepotisme (mementingkan kaum kerabatnya sendiri) dalam menunjuk para
pembantu atau gubernur di wilayah kekuasaan Islam.
Masyarakat Madinah khususnya para shahabat besar seperti Thalhah bin
Ubaidillah dan Zubair bin Awwam mendatangi shahabat Ali bin Abi Thalib untuk
memintanya menjadi khalifah pengganti Utsman bin Affan. Permintaan itu di
pertimbangkan dengan masak dan pada akhirnya Ali bin Abi Thalib mau
menerima tawaran tersebut. Pernyataan bersedia tersebut membuat para tokoh
besar diatas merasa tenang, dan kemudian mereka dan para shahabat lainnya serta
pendukung Ali bin Abi Thalib melakukan sumpah setia (baiat) kepada Ali pada
tanggal 17 Juni 656 M/18 Dzulhijah 35 H. Pembaiatan ini mengindikasikan
pengakuan umat terhadap kepemimpinannya. Dengan kata lain, Ali bin Abi
Thalib merupakan orang yang paling layak diangkat menjadi khalifah keempat
menggantikan khalifah Utsman bin Affan.
Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah keempat oleh
masyarakat madinah dan sekelompok masyarakat pendukung dari Kuffah
2ternyata ditentang oleh sekelompok orang yang merasa dirugikan. Misalnya
Muwiyah bin Abi Sufyan gubernur Damaskus, Syiria, dan Marwan bin Hakam
yang ketika pada masa Utsman bin Affan, menjabat sebagai sekretaris khalifah.
Dalam suatu catatan yang di peroleh dari khalifah Ali adalah bahwa
Marwan pergi ke Syam untuk bertemu dengan Muawiyah dengan membawa
barang bukti berupa jubah khalifah Utsman yang berlumur darah.
2 DR. Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2003),hlm.
40.
5. 5
Penolakan Muawiyah bin Abi Sufyan dan sekutunya terhadap Ali bin Abi
Thalib menimbulkan konflik yang berkepanjangan antara kedua belah pihak yang
berujung pada pertempuran di Shiffin dan dikenal dengan perang
Sifin, Pertempuran ini terjadi di antara dua kubu yaitu, Muawiyah bin Abu Sufyan
(sepupu dari Usman bin Affan) dan Ali bin Abi Talib di tebing Sungai Furat yang
kini terletak di Syria (Syam) pada 1 Shafar tahun 37 H/657 M3. Muawiyah tidak
menginginkan adanya pengangkatan kepemimpinan umat Islam yang baru.
Beberapa saat setelah kematian khalifah Utsman bin Affan, masyarakat
muslim baik yang ada di Madinah , Kuffah, Bashrah dan Mesir telah mengangkat
Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah pengganti Utsman. Kenyataan ini membuat
Muawiyah tidah punya pilihan lain, kecuali harus mengikuti khalifah Ali bin Abi
Thalib dan tunduk atas segala perintahnya. Muawiyah menolak kepemimpinan
tersebut juga karena ada berita bahwa Ali akan mengeluarkan kebijakan baru
untuk mengganti seluruh gubernur yang diangkat Utsman bin Affan.
Muawiyah mengecam agar tidak mengakui (baiat) kekuasaan Ali bin Abi
Thalib sebelum Ali berhasil mengungkapkan tragedi terbunuhnya khalifah
Utsman bin Affan, dan menyerahkan orang yang dicurigai terlibat
pembunuhan tersebut untuk dihukum. Khalifah Ali bin Abi Thalib berjanji akan
menyelesaikan masalah pembunuhan itu setelah ia berhasil menyelesaikan situasi
dan kondisi di dalam negeri. Kasus itu tidak melibatkan sebagian kecil individu,
juga melibatkan pihak dari beberapa daerahnya seperti Kuffah, Bashra4 dan Mesir.
Permohonan atas penyelesaian kasus terbunuhnya khalifah Utsman bin
Affan ternyata juga datang dari istri Nabi Muhammad saw, yaitu Aisyah binti Abu
Bakar. Siti Aisyah mendapat penjelasan tentang situasi dan keadaan politik di
ibukota Madinah, dari shahabat Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair ketika bertemu
di Bashrah. Para shahabat menjadikan Siti Aisyah untuk bersikap sama, untuk
penyelesaian terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, dengan alasan situasi dan
kondisi tidak memungkinkan di Madinah. Disamping itu, khalifah Ali bin Abi
Thalib tidak menginginkan konflik yang lebih luas dan lebar lagi.
3 Prof. DR. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam,Jilid2,(Jakarta:Pustaka
Alhusna,1982), hlm.33.
4 Aqidatus Syiah, hlm.86.
6. 6
Akibat dari penanganan kasus terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan,
munculah isu bahwa khalifah Ali bin Abi Thalib sengaja mengulur waktu karena
punya kepentingan politis untuk mengeruk keuntungan dari krisis tersebut.
Bahkan Muawiyah menuduh Ali bin Abi Thalib berada di balik kasus
pembunuhan tersebut.
Sejarah mencatat justru keadaan yang patut di curigai adalah peran dari
kalangan pembesar istana yang berasal dari keluarga Utsman dan Bani Umayyah.
Pada peristiwa ini tidak terjadi seorangpun di antara mereka berada di dekat
khalifah Utsman bin Affan dan mencoba memberikan bantuan menyelesaikan
masalah yang dihadapi khalifah.
Dalam menjalankan roda pemerintahannya, kalifah Utsman bin Affan
banyak menunjuk para gubernur di daerah yang berasal dari kaum kerabatnya
sendiri. Salah satu gubernur yang ia tunjuk adalah gubernur Mesir, Abdullah
Saad bin Abi Sarah. Gubernur Mesir ini di anggap tidak adil dan berlaku
sewenang-wenang terhadap masyarakat Mesir. Ketidak puasan ini menyebabkan
kemarahan di kalangan masyarakat sehingga mereka menuntut agar Gubernur
Abdullah bin Saad segera di ganti. Kemarahan para pemberontak ini semakin
bertambah setelah tertangkapnya seorang utusan istana yang membawa surat
resmi dari khalifah yang berisi perintah kepada Abdullah bin Saad sebagai
gubernur Mesir untuk membunuh Muhammad bin Abu Bakar. Atas permintaan
masyarakat Mesir, Muhammad bin Abu Bakar diangkat untuk menggantikan
posisi gubernur Abdulah bin Saad yang juga sepupu dari khalifah Utsman bin
Affan.
Tertangkapnya utusan pembawa surat resmi ini menyebabkan mereka
menuduh khalifah Utsman bin Affan melakukan kebajikan yang mengancam
nyawa para shahabat. Umat Islam Mesir melakukan protes dan demonstrasi secara
massal menuju rumah khalifah Utsman bin Affan. Mereka juga tidak menyenangi
atas sistem pemerintahan yang sangat sarat dengan kolusi dan nepotisme. Keadaan
ini menyebabkan mereka bertambah marah dan segera menuntut khalifah Utsman
bin Affan untuk segera meletakkan jabatan.
7. 7
Persoalan-persoalan yang dihadapi oleh khalifah Utsman bin Affan
semakin rumit dan kompleks, sehingga tidak mudah untuk di selesaikan
secepatnya. Massa yang mengamuk saat itu tidak dapat menahan emosi dan
langsung menyerbu masuk kedalam rumah khalifah, sehingga khalifah Utsman
terbunuh dengan sangat mengenaskan.
Ada beberapa gubernur yang diganti semasa kepemimpinan khalifah Ali,
antara lain Muawiyah bin Abi Sufyan sebagai gubernur Syam yang diganti dengan
Sahal bin Hunaif. Pengiriman gubernur baru ini di tolak Muawiyah bin Abi
Sufyan serta masyarakat Syam. Pendapat khalifah Ali bin Abi Thalib tentang
pergantian dan pemecatan gubernur ini berdasarkan pengamatan bahwa segala
kerusuhan dan kekacauan yang terjadi selama ini di sebabkan karena ulah
Muawiyah dan gubernur-gubernur lainnya yang bertindak sewenang-wenang
dalam menjalankan pemerintahannya. Begitu juga pada saat peristiwa
terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan disebabkan karena kelalaian mereka.
2. Usaha Untuk Memperoleh Kekuasaan
Wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib pada tanggal 21 Ramadhan
tahun 40 H/661 M, karena terbunuh oleh tusukan pedang beracun saat sedang
beribadah di masjid Kufah, oleh kelompok khawarij5 yaitu Abdurrahman bin
Muljam, menimbulkan dampak politis yang cukup berat bagi kekuatan umat Islam
khususnya para pengikut setia Ali (Syiah). Oleh karena itu, tidak lama berselang
umat Islam dan para pengikut Ali bin Abi Thalib melakukan sumpah setia (baiat)
atas diri Hasan bin Ali untuk di angkat menjadi khalifah pengganti Ali bin Abi
Thalib.
Proses penggugatan itu dilakukan dihadapan banyak orang. Mereka yang
melakukan sumpah setia ini (baiat) ada sekitar 40.000 orang jumlah yang tidak
sedikit untuk ukuran pada saat itu. Orang yang pertama kali mengangkat sumpah
setia adalah Qays bin Saad, kemudian diikuti oleh umat Islam pendukung setia
Ali bin Abi Thalib.
Pengangkatan Hasan bin Ali di hadapan orang banyak tersebut ternyata
tetap saja tidak mendapat pengangkatan dari Muawiyah bin Abi Sufyan dan para
5 Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya,jilid 1,Cet. Ke 5, UI Press,1985,h. 61.
8. 8
pendukungnya. Dimana pada saat itu Muawiyyah yang menjabat sebagai gubernur
Damaskus juga menobatkan dirinya sebagai khalifah. Hal ini disebabkan karena
Muawiyah sendiri sudah sejak lama mempunyai ambisi untuk menduduki jabatan
tertinggi dalam dunia Islam.
Menghadapi situasi yang demikian kacau dan untuk menyelesaikan
persoalan tersebut, khalifah Hasan bin Ali tidak mempunyai pilihan lain kecuali
perundingan dengan pihak Muawiyah. Untuk itu maka di kirimkan surat melalui
Amr bin Salmah Al-Arhabi yang berisi pesan perdamaian.
Dalam perundingan ini Hasan bin Ali mengajukan syarat bahwa dia
bersedia menyerahkan kekuasaan pada Muawiyah dengan syarat antara lain:
1. Muawiyah menyerahkan harat Baitulmal kepadanya untuk melunasi
hutang-hutangnya kepada pihak lain.
2. Muawiyah tak lagi melakukan cacian dan hinaan terhadap khalifah Ali bin
Abi Thalib beserta keluarganya.
3. Muawiyah menyerahkan pajak bumi dari Persia dan daerah dari Bijinad
kepada Hasan setiap tahun.
4. Setelah Muawiyah berkuasa nanti, maka masalah kepemimpinan
(kekhalifahan) harus diserahkan kepada umat Islam untuk melakukan
pemilihan kembali pemimpin umat Islam.
5. Muawiyah tidak boleh menarik sesuatupun dari penduduk Madinah, Hijaz,
dan Irak. Karena hal itu telah menjadi kebijakan khalifah Ali bin Abi
Thalib sebelumnya.
Itulah salah satu kehebatan Muawiyah dalam berdiplomasi. Tutur katanya
begitu halus, hegemonik dan seolah-olah bijak. Surat ini salah satu bentuk
diplomasinya untuk melegitimasi kekuasaanya dari tangan pemimpin sebelumnya.
Penyerahan kekuasaan pemerintahan Islam dari Hasan ke Muawiyah ini
menjadi tonggak formal berdirinya kelahiran Dinasti Umayyah di bawah
pimpinan khalifah pertama, Muawiyah ibn Abu Sufyan.
Proses penyerahan dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abi Sufyan
dilakukan di suatu tempat yang bernama Maskin dengan ditandai pengangkatan
sumpah setia. Dengan demikian, ia telah berhasil meraih cita-cita untuk menjadi
9. 9
seorang pemimpin umat Islam menggantikan posisi dari Hasan bin Ali sebagai
khalifah.
Meskipun Muawiyah tidak mendapatkan pengakuan secara resmi dari
warga kota Bashrah, usaha ini tidak henti-hentinya dilakukan oleh Muawiyah
sampai akhirnya secara defacto dan dejure jabatan tertinggi umat Islam berada di
tangan Muawiyah bin Abi Sufyan.
Dengan demikian berdirilah dinasti baru yaitu Dinasti Bani Umayyah
(661-750 M) yang mengubah gaya kepemimpinannya dengan cara meniru gaya
kepemimpinan raja-raja Persia dan Romawi berupa peralihan kekuasaan kepada
anak-anaknya secara turun temurun. Keadaan ini yang menandai berakhirnya
sistem pemerintahan khalifah yang didasari asas demokrasi untuk menentukan
pemimpin umat Islam yang menjadi pilihan mereka. Pada masa kekuasaan Bani
umayyah ibukota Negara dipindahkan muawiyah dari Madinah ke Damaskus,
tempat Ia berkuasa Sebagai gubernur Sebelumnya.6
Namun perlawanan terhadap bani Umayyah tetap terjadi, perlawanan ini
dimulai oleh Husein ibn Ali, Putra kedua Khalifah Ali bin Abi Thalib. Husein
menolak melakukan baiat kepada Yazid bin Muawiyah sebagai khalifah ketika
yazid naik tahta. Pada tahun 680 M, ia pindah dari Mekah ke Kufah atas
permintaan golongan syiahyang ada di Irak. Umat islam Di daerah ini tidak
mrngakui Yazid. Mereka Mengangkat Husein sebagai Khalifah. Dalam
pertempuran yang tidak seimbang di Karbela, sebuah daerah di dekat Kufah,
tentara Husein kalah dan Husein sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipengal dan
dikirim ke damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbela.7
B. Pola Pemerintahan Dinasti Bani Umayyah
Aku tidak akan menggunakan pedang ketika cukup mengunakan cambuk,
dan tidak akan mengunakan cambuk jika cukup dengan lisan. Sekiranya ada
ikatan setipis rambut sekalipun antara aku dan sahabatku, maka aku tidak akan
membiarkannya lepas. Saat mereka menariknya dengan keras, aku akan
6 John L. Esposito, Islam dan politik,(Jakarta:Bulan Bintang,1990)
7 Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2003), hlm.258.
10. 10
melonggarkannya, dan ketika mereka mengendorkannya, aku akan menariknya
dengan keras. (Muawiyah ibn Abi Sufyan).8
Pernyataan di atas cukup mewakili sosok Muawiyah ibn Abi Sufyan. Ia
cerdas dan cerdik. Ia seorang politisi ulung dan seorang negarawan yang mampu
membangun peradaban besar melalui politik kekuasaannya. Ia pendiri sebuah
dinasti besar yang mampu bertahan selama hampir satu abad. Dia lah pendiri
Dinasti Umayyah, seorang pemimpin yang paling berpengaruh pada abad ke 7 H.
Di tangannya, seni berpolitik mengalami kemajuan luar biasa melebihi
tokoh-tokoh muslim lainnya. Baginya, politik adalah senjata maha dahsyat untuk
mencapai ambisi kekuasaaanya. Ia wujudkan seni berpolitiknya dengan
membangun Dinasti Umayyah.
Gaya dan corak kepemimpinan pemerintahan Bani Umayyah (41 H/661
M) berbeda dengan kepemimpinan masa-masa sebelumnya yaitu masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin
dipilih secara demokratis dengan kepemimpinan kharismatik yang demokratis
sementara para penguasa Bani Umayyah diangkat secara langsung oleh penguasa
sebelumnya dengan menggunakan sistem Monarchi Heredities, yaitu
kepemimpinan yang di wariskan secara turun temurun. Kekhalifahan Muawiyyah
diperoleh melalui kekerasan, diplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan
atau suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika
Muawiyyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap
anaknya, Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh Monarchi di Persia dan
Binzantium. Dia memang tetap menggunakan istilah Khalifah, namun dia
memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan
tersebut[9]. Dia menyebutnya Khalifah Allah dalam pengertian Penguasa
yang di angkat oleh Allah.9
Karena proses berdirinya pemerintahan Bani Umayyah tidak dilakukan
secara demokratis dimana pemimpinnya dipilih melalui musyawarah, melainkan
8 Ibn Khaldun,Al Muqoddimah,Darul Maarif, Tunisi, cet.ket-3, 1991,h.134
9 Ibid., h. 328
11. 11
dengan cara-cara yang tidak baik dengan mengambil alih kekuasaan dari tangan
Hasan bin Ali (41 H/661M) akibatnya, terjadi beberapa perubahan prinsip dan
berkembangnya corak baru yang sangat mempengaruhi kekuasaan dan
perkembangan umat Islam. Diantaranya pemilihan khalifah dilakukan berdasarkan
menunjuk langsung oleh khalifah sebelumnya dengan cara mengangkat seorang
putra mahkota yang menjadi khalifah berikutnya.
Orang yang pertama kali menunjuk putra mahkota adalah Muawiyah bin
Abi Sufyan dengan mengangkat Yazib bin Muawiyah. Sejak Muawiyah bin Abi
Sufyan berkuasa (661 M-681 M), para penguasa Bani Umayyah menunjuk
penggantinya yang akan menggantikan kedudukannya kelak, hal ini terjadi karena
Muawiyah sendiri yang mempelopori proses dan sistem kerajaan dengan
menunjuk Yazid sebagai putra mahkota yang akan menggantikan kedudukannya
kelak. Penunjukan ini dilakukan Muawiyah atas saran Al-Mukhiran bin Sukan,
agar terhindar dari pergolakan dan konflik politik intern umat Islam seperti yang
pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya.
Sejak saat itu, sistem pemerintahan Dinasti Bani Umayyah telah
meninggalkan tradisi musyawarah untuk memilih pemimpin umat Islam. Untuk
mendapatkan pengesahan, para penguasa Dinasti Bani Umayyah kemudian
memerintahkan para pemuka agama untuk melakukan sumpah setia (baiat)
dihadapan sang khalifah. Padahal, sistem pengangkatan para penguasa seperti ini
bertentangan dengan prinsip dasar demokrasi dan ajaran permusyawaratan Islam
yang dilakukan Khulafaur Rasyidin.
Selain terjadi perubahan dalm sistem pemerintahan, pada masa
pemerintahan Bani Umayyah juga terdapat perubahan lain misalnya masalah
Baitulmal. Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, Baitulmal berfungsi
sebagai harta kekayaan rakyat, dimana setiap warga Negara memiliki hak yang
sama terhadap harta tersebut. Akan tetapi sejak pemerintahan Muawiyah bin Abi
Sufyan, Baitulmal beralih kedudukannya menjadi harta kekayaan keluarga raja
seluruh penguasa Dinasti Bani Umayyah kecuali Umar bin Abdul Aziz (717-729
M).
12. 12
Berikut nama-nama ke 14 khalifah Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa:
1. Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 H/661-680 M)
2. Yazid bin Muawiyah (60-64 M/680-683 M)
3. Muawiyah bin Yazid (64-64 H/683-683 M)
4. Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M)
5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)
6. Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-717 M)
8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)
9. Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724)
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)
11. Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)
12. Yazid bin Walid (126-127 H/744-745 M)
13. Ibrahim bin Walid (127-127 H/745-745 M)
14. Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)10
C. Ekspansi Wilayah Dinasti Bani Umayyah
Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali, dilanjutkan
kembali oleh dinasti ini. Di zaman Muawiyah,Tuniasia dapat ditaklukan.
Disebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai
oxus dan Afghanistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-
serangan ke Ibukota Binzantium, Konstantinopel.ekspansi ke timur yang
dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd al-Malik. Ia
mengirim tentara menyebrangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan
Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Markhand. Tentaranya bahkan sampai
ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke
Maltan.11
10 Ibid., h. 329
11 Ibid., h. 364
13. 13
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Walid ibn
Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran,
dan ketertiban. Umat Islam mersa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya
yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari
Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M.
setelah al-Jajair dan Marokko dapat ditaklukan, Tariq bin ziyad, pemimpin
pasukan Islam,menyeberangi selat yang memisahkan antara Marokko dengan
benua Eropa, dan mendapat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama
Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat ditaklukkan. Dengan demikian
Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Kordova,
dengan cepat dikuasai. Menyusul kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo
yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova.12Pada saat
itu, pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat
dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman
penguasa. Di zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui
pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abdurahman ibn Abdullah al-
Ghafiqi. Ia mulai menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia menyerang Tours.
Namun dalam peperangan di luar kota Tours, al-Qhafii terbunuh, dan tentaranya
mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut pulau-pulau yang
terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayyah.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah baik di Timur maupun
Barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah sangat luas. Daerah-daerah
tersrebut meliputi: Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, jazirah Arabia, Irak,
sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan,
Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah (Nasution, 1985:62).
D. Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Bani Umayyah
Dinasti Umayyah telah mampu membentuk perdaban yang kontemporer
dimasanya, baik dalam tatanan sosial, politik, ekonomi dan teknologi. Berikut
12 Ibid., h. 369
14. 14
Prestasi bagi peradaban Islam dimasa kekuasaan Bani Umayah didalam
pembangunan berbagai bidang antara lain:
Masa kepemimpinan Muawiyah telah mendirikan dinas pos dan tempat-
tempat dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di
sepanjang jalan.
Menertibkan angkatan bersenjata.
Pencetakan mata uang oleh Abdul Malik, mengubah mata uang Byzantium
dengan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Mencetak
mata uang sendiri tahun 659 M dengan memakai kata dan tulisan Arab.
Jabatan khusus bagi seorang Hakim ( Qodli) menjadi profesi sendiri .
Keberhasilan kholifah Abdul Malik melakukan pembenahan-pembenahan
administrasi pemerintahan Islam dan memberlakukan bahasa Arab sebagai
bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Keberhasilannya diikuti oleh
putranya Al-Walid Ibnu Abdul Malik (705 719 M) yang berkemauan keras
dan berkemampuan melaksanakan pembangunan.
Membangun panti-panti untuk orang cacat. Dan semua personil yang terlibat
dalam kegiatan humanis di gaji tetap oleh Negara.
Membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan
daerah lainnya.
Membangun pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan, dan masjid-masjid
yang megah.
Hadirnya Ilmu Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, Balaghah, bayan, badi, Istiarah
dan sebagainya. Kelahiran ilmu tersebut karena adanya kepentingan orang-
orang Luar Arab (Ajam) dalam rangka memahami sumber-sumber Islam (Al-
quran dan Al-sunnah).
Pengembangan di ilmu-ilmu agama, karena dirasa penting bagi penduduk luar
jazirah Arab yang sangat memerlukan berbagai penjelasan secara sistematis
ataupun secara kronologis tentang Islam. Diantara ilmu-ilmu yang
berkembang yakni tafsir, hadis, fiqih, Ushul fiqih, Ilmu Kalam dan
Sirah/Tarikh.
15. 15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penjelasanpenjelasan yang telah disebutkan, maka dapat kita ambil
beberapa kesimpulan. Proses terbentuknya kekhalifahan Bani Umayyah dimulai
sejak khalifah Utsman bin Affan tewas terbunuh oleh tikaman pedang Humran bin
Sudan pada tahun 35 H/656 M. Pada saat itu khalifah Utsman bin Affan di anggap
terlalu nepotisme (mementingkan kaum kerabatnya sendiri). Setelah wafatnya
Utsman bin Afan maka masyarakat Madinah mengangkat sahabat Ali bin Abi
Thalib sebagai khalifah yang baru. Dan masyrakat melakukan sumpah setia (
baiat ) terhadap Ali pada tanggal 17 Juni 656 M / 18 Djulhijah 35 H.
Dinasti umayyah diambil dari nama Umayyah Ibn Abdi Syams Ibn
Abdi Manaf, Dinasti ini sebenarnya mulai dirintis semenjak masa kepemimpinan
khalifah Utsman bin Affan namun baru kemudian berhasil dideklarasikan dan
mendapatkan pengakuan kedaulatan oleh seluruh rakyat setelah khalifah Ali
terbunuh dan Hasan ibn Ali yang diangkat oleh kaum muslimin di Irak
menyerahkan kekuasaanya pada Muawiyah setelah melakukan perundingan dan
perjanjian. Bersatunya ummat muslim dalam satu kepemimpinan pada masa itu
disebut dengan tahun jamaah (Am al Jamaah) tahun 41 H (661 M).
Pada masa kekuasannya yang hampir satu abad, dinasti ini mencapai
banyak kemajuan. Dintaranya adalah: kekuasaan territorial yang mencapai
wilayah Afrika Utara, India, dan benua Eropa, pemisahan kekuasaan, pembagian
wilayah kedalam 10 provinsi, kemajuan bidang administrasi pemerintahan dengan
pembentukan dewan-dewan, organisasi keuangan dan percetakan uang, kemajuan
militer yang terdiri dari angkatan darat dan angkatan laut, organisasi kehakiman,
bidang sosial dan budaya, bidang seni dan sastra, bidang seni rupa, bidang
arsitektur, dan dalam bidang pendidikan.
16. 16
B. SARAN
Demikianlah isi dari makalah kami, yang menurut kami telah kami
susun secara sistematis agar pembaca mudah untuk memahaminya. Berbicara
mengenai sejarah, maka sejarah merupakan ilmu yang tidak akan pernah ada
habisnya. Ingatlah, orang yang cerdas adalah orang yang belajar dari sejarah.
Sering kali kita lupa bahwa meskipun berkisah mengenai masa lampau,
tapi sejarah begitu penting bagi perjalanan suatu bangsa. Melalui sejarah, kita
belajar untuk menghargai perjuangan para pendahulu kita, belajar menghargai
tetes darah dan keringat mereka untuk apa yang kita nikmati saat ini. Lewat
sejarah kita juga belajar dari pengalaman masa lalu, dan menjadikannya sebagai
modal berharga untuk melangkah di masa depan
Islam merupakan agama yang besar dengan perjalanan sejarah yang
panjang. maka dari itu, marilah kita menggali lebih jauh lagi ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan sejarah Islamiah. Demi menguatkan keteguhan dan rasa
kebanggaan hati kita terhadap agama Islam yang kita peluk ini.
17. 17
DAFTAR PUSTAKA
Marshall G. S. Hodgson, The Venture of Islam, (Jakarta: Paramadina,
2002), hlm. 311.
DR. Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada,2003), hlm. 40.
Prof. DR. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid2, (Jakarta:
Pustaka Alhusna,1982), hlm.33.
Aqidatus Syiah, hlm. 86.
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, jilid 1, Cet. Ke 5,
UI Press, 1985, h. 61.
John L. Esposito, Islam dan politik, (Jakarta: Bulan Bintang,1990)
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003),
hlm. 258.
Ibn Khaldun, Al Muqoddimah, Darul Maarif, Tunisi, cet.ket-3,
1991,h.134
Ibid., h. 328
Ibid., h. 329
Ibid., h. 364
Ibid., h. 369