Dokumen tersebut membahas metode perhitungan kapasitas daya dukung pondasi tiang pancang secara statis dan dinamis berdasarkan uji lapangan seperti SPT dan CPT. Metode yang dijelaskan antara lain metode Meyerhoff, Schmertmann, dan Nottingham yang menggunakan data hasil uji lapangan untuk menentukan daya dukung ujung dan gesekan selimut tiang pancang.
Teks tersebut membahas tentang pondasi tiang pancang. Definisi pondasi tiang pancang adalah konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya pada sumbu tiang dengan menyerap lenturan. Tiang pancang dapat terbuat dari kayu, beton biasa atau prategang, dan baja. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu.
This document discusses the solutions to four structural engineering problems involving wooden beams and columns. The first problem involves calculating the safe live load for a wooden beam with given dimensions, material properties, and support conditions. The second determines if a beam will be safe against shear and deflection given a centered point load. The third assesses the safety of a wooden strut under a concentrated load at an angle. And the fourth evaluates the safety of a wooden column under an axial tensile force. Dimensional properties, material grades, and loading conditions are provided, and the solutions show calculations for strength limits according to LRFD methods.
Fantastic tutorial, shared with us by Dario Ilardi, of Grafica2d3d.com, I recommend to see.
The website is in Italian, but it is full of excellent tutorials, understandable in any language.
This great tutorial, explain, step by step, how to obtain, by using vray 2.0 for sketchup, a render, clear and clean as what we see in the picture below.
Dario say : " I'm experimenting with the use of brute force as a substitute of irradiance map and I must say that in terms of speed and quality impressed me positively "
Thanks so much Dario for this one, the result is really good !
Dokumen tersebut membahas tentang desain apron dan perhitungan gaya uplift pada bendung. Apron berfungsi untuk melindungi tubuh bendung dari erosi, dan panjang serta lebarnya dirancang untuk menahan gaya uplift. Perhitungan gaya uplift melibatkan penentuan tekanan pada setiap titik dan bidang, serta menggunakan rumus Lane untuk menghitung panjang creep line guna mencegah terjadinya erosi bawah tanah. Diberikan contoh per
Pondasi berfungsi untuk menerima beban dan menyalurkan beban ke lapisan tanah di bawahnya. Terdapat dua jenis pondasi yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam, di mana pondasi dangkal lebih murah dan mudah dibuat untuk struktur kecil hingga menengah pada tanah yang kondisinya medium hingga baik.
Pk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdfAgus Tri
油
Dokumen tersebut menjelaskan bagian-bagian penting dari konstruksi jembatan, termasuk struktur atas seperti gelagar dan lantai, struktur bawah seperti abutmen dan pilar, serta pondasi yang mendukung keseluruhan struktur.
Kolom beton bertulang memiliki beberapa jenis berdasarkan bentuk dan susunan tulangannya, posisi beban, dan panjang relatif terhadap dimensi lateral. Jenis utama adalah kolom ikat, spiral, dan komposit. Keruntuhan kolom dapat terjadi akibat kelemahan material, beban melebihi kapasitas, atau kehilangan stabilitas lateral pada kolom panjang. Pekerjaan kolom meliputi pemasangan tulangan, bekisting, pengecoran, dan per
Dokumen menjelaskan 7 jenis sistem struktur jembatan, yaitu: (1) jembatan lengkung yang hanya bisa dipakai untuk tanah pendukung kuat dan cocok untuk bentang 100-300 m, (2) jembatan gelagar yang terdiri dari lebih dari satu gelagar dan cocok untuk bentang 5-40 m, (3) jembatan gantung yang menggunakan kabel utama dan kabel gantung sebagai penopangnya dan cocok untuk bentang sampai 1400 m,
Dokumen tersebut membahas tentang beban gempa pada struktur jembatan. Secara singkat, dibahas mengenai respon elastis dan inelastis struktur jembatan terhadap gempa, tipe-tipe struktur jembatan, perhitungan waktu getar jembatan, serta cara menentukan besaran beban gempa horisontal yang bekerja pada struktur jembatan."
Dokumen tersebut merupakan laporan perencanaan struktur baja untuk rangka atap yang mencakup perhitungan beban, dimensi komponen struktur seperti gording dan trakstang, serta pengecekan kapasitas penampang untuk memastikan kekuatan struktur.
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedungWSKT
油
Dokumen ini berisi standar nasional Indonesia tentang beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain. Dokumen ini menjelaskan berbagai jenis beban yang harus dipertimbangkan dalam perancangan seperti beban mati, beban hidup, beban banjir, beban salju, beban air hujan, dan beban angin. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur perhitungan dan kombinasi berbagai jenis beban tersebut.
Perencanaan gaya gaya pondasi pada bangunan gedung dengan 1 basementAfret Nobel
油
Dokumen ini membahas prosedur perencanaan gaya-gaya pondasi pada bangunan gedung dengan 1 basement. Terdiri dari 3 langkah pemodelan yaitu struktur atas, struktur total, dan struktur bawah menggunakan program Etabs. Langkah-langkahnya meliputi pemodelan struktur, input beban, analisis, dan resume hasil perencanaan berupa tabel reaksi perletakan.
Dokumen tersebut membahas desain struktur baja untuk bangunan, termasuk persyaratan perencanaan, sifat baja, kombinasi pembebanan, sambungan, dan contoh desain rangka baja 3 lantai serta detail pondasinya. Dokumen ini menjelaskan prinsip-prinsip dasar perencanaan struktur baja untuk gedung sesuai standar nasional Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang keseimbangan regangan pada balok beton bertulang. Terdapat tiga hal penting yaitu: 1) letak garis netral tergantung pada jumlah tulangan baja tarik, 2) keseimbangan regangan menempati posisi penting sebagai pembatas antara dua cara hancur yang berbeda, 3) standar menetapkan pembatasan jumlah penulangan agar tercapai daktilitas.
Materi ini berisikan materi SMK kelas X tentang maenganalisis rangka-rangka batang yang terdapat dalam bangunan. serta menghitung keseimbangan gaya batang yang terjadi
Pondasi berfungsi untuk menerima beban dan menyalurkan beban ke lapisan tanah di bawahnya. Terdapat dua jenis pondasi yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam, di mana pondasi dangkal lebih murah dan mudah dibuat untuk struktur kecil hingga menengah pada tanah yang kondisinya medium hingga baik.
Pk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdfAgus Tri
油
Dokumen tersebut menjelaskan bagian-bagian penting dari konstruksi jembatan, termasuk struktur atas seperti gelagar dan lantai, struktur bawah seperti abutmen dan pilar, serta pondasi yang mendukung keseluruhan struktur.
Kolom beton bertulang memiliki beberapa jenis berdasarkan bentuk dan susunan tulangannya, posisi beban, dan panjang relatif terhadap dimensi lateral. Jenis utama adalah kolom ikat, spiral, dan komposit. Keruntuhan kolom dapat terjadi akibat kelemahan material, beban melebihi kapasitas, atau kehilangan stabilitas lateral pada kolom panjang. Pekerjaan kolom meliputi pemasangan tulangan, bekisting, pengecoran, dan per
Dokumen menjelaskan 7 jenis sistem struktur jembatan, yaitu: (1) jembatan lengkung yang hanya bisa dipakai untuk tanah pendukung kuat dan cocok untuk bentang 100-300 m, (2) jembatan gelagar yang terdiri dari lebih dari satu gelagar dan cocok untuk bentang 5-40 m, (3) jembatan gantung yang menggunakan kabel utama dan kabel gantung sebagai penopangnya dan cocok untuk bentang sampai 1400 m,
Dokumen tersebut membahas tentang beban gempa pada struktur jembatan. Secara singkat, dibahas mengenai respon elastis dan inelastis struktur jembatan terhadap gempa, tipe-tipe struktur jembatan, perhitungan waktu getar jembatan, serta cara menentukan besaran beban gempa horisontal yang bekerja pada struktur jembatan."
Dokumen tersebut merupakan laporan perencanaan struktur baja untuk rangka atap yang mencakup perhitungan beban, dimensi komponen struktur seperti gording dan trakstang, serta pengecekan kapasitas penampang untuk memastikan kekuatan struktur.
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedungWSKT
油
Dokumen ini berisi standar nasional Indonesia tentang beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain. Dokumen ini menjelaskan berbagai jenis beban yang harus dipertimbangkan dalam perancangan seperti beban mati, beban hidup, beban banjir, beban salju, beban air hujan, dan beban angin. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur perhitungan dan kombinasi berbagai jenis beban tersebut.
Perencanaan gaya gaya pondasi pada bangunan gedung dengan 1 basementAfret Nobel
油
Dokumen ini membahas prosedur perencanaan gaya-gaya pondasi pada bangunan gedung dengan 1 basement. Terdiri dari 3 langkah pemodelan yaitu struktur atas, struktur total, dan struktur bawah menggunakan program Etabs. Langkah-langkahnya meliputi pemodelan struktur, input beban, analisis, dan resume hasil perencanaan berupa tabel reaksi perletakan.
Dokumen tersebut membahas desain struktur baja untuk bangunan, termasuk persyaratan perencanaan, sifat baja, kombinasi pembebanan, sambungan, dan contoh desain rangka baja 3 lantai serta detail pondasinya. Dokumen ini menjelaskan prinsip-prinsip dasar perencanaan struktur baja untuk gedung sesuai standar nasional Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang keseimbangan regangan pada balok beton bertulang. Terdapat tiga hal penting yaitu: 1) letak garis netral tergantung pada jumlah tulangan baja tarik, 2) keseimbangan regangan menempati posisi penting sebagai pembatas antara dua cara hancur yang berbeda, 3) standar menetapkan pembatasan jumlah penulangan agar tercapai daktilitas.
Materi ini berisikan materi SMK kelas X tentang maenganalisis rangka-rangka batang yang terdapat dalam bangunan. serta menghitung keseimbangan gaya batang yang terjadi
Dokumen tersebut membahas tentang rumus-rumus untuk menghitung kapasitas tiang pancang secara dinamik dengan menggunakan berbagai formula seperti Hilley, Janbu, ENR, dan Navy-McKay. Juga dijelaskan tentang nilai-nilai koefisien yang digunakan dalam rumus-rumus tersebut seperti koefisien restitusi dan kompresi. Contoh perhitungan kapasitas tiang pancang juga disajikan untuk membantu pemahaman.
Dokumen tersebut membahas tentang pelat lantai jembatan, mulai dari cara penulangan pelat, tebal pelat, macam-macam lantai jembatan, pembebanan pada pelat, tinjauan geser dan moment, serta penentuan jumlah tulangan yang diperlukan. Diberikan pula contoh penulangan komposit yang digunakan pada lantai jembatan baja.
Teks tersebut membahas tentang poros dan gandar. Secara umum, poros adalah bagian stasioner yang berputar untuk mentransmisikan daya melalui elemen seperti roda gigi dan pulley. Teks tersebut juga membahas berbagai jenis poros dan gandar serta faktor-faktor yang mempengaruhi perancangan poros seperti beban, kekuatan, kekakuan, dan diameter poros.
Dokumen tersebut membahas perencanaan pondasi tiang jembatan dengan 3 kalimat:
1) Menjelaskan data geoteknik lapisan tanah dan hasil uji SPT pada lokasi proyek.
2) Melakukan perhitungan kapasitas dukung tiang pancang terhadap beban desak, tarik, dan lateral berdasarkan metode Brom dan Coyle & Castello.
3) Menentukan kapasitas dukung tiang sebesar 446,65 KN untuk desak, 127,
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan pondasi dangkal untuk bangunan gedung ringan. Pembahasan meliputi pengertian pondasi dangkal, asumsi desain, mekanisme keruntuhan pondasi, perhitungan geser, lentur, dan penjangkaran tulangan serta penentuan daya dukung kolom dan pondasi. Contoh perhitungan lengkap diberikan untuk pondasi bujursangkar dan persegi panjang yang mendukung kolom bertiang.
Dokumen tersebut memberikan analisis perencanaan tiang pancang untuk menahan abutmen jembatan. Terdapat perhitungan kapasitas tiang berdasarkan uji kerucut statis, perhitungan jumlah dan susunan tiang, serta stabilitas abutmen dan gaya pada tiang-tiang. Hasilnya menunjukkan perlu penambahan jumlah tiang karena gaya yang terjadi melebihi kapasitas tiang.
Teknik pondasi tiang membahas perhitungan daya dukung tiang pancang dan bor melalui gesekan selimut dan tahanan ujung. Daya dukung dihitung menggunakan persamaan statik yang melibatkan koefisien tanah, tegangan, dan faktor-faktor daya dukung. Ada batasan nilai daya dukung berdasarkan metode dan jenis tanah pendukung. Faktor keamanan digunakan untuk menentukan daya dukung izin tiang berdasarkan
Perhitungan turbin propeller poros horizontalSelly Riansyah
油
Dokumen tersebut membahas perancangan turbin air pada bendungan Bening Saradan di Madiun. Secara ringkas, dokumen menjelaskan analisis untuk menentukan tipe turbin yang sesuai berdasarkan debit air dan tinggi jatuh, yang menghasilkan rekomendasi menggunakan turbin propeller. Selanjutnya dibahas desain runner turbin dan poros, serta perhitungan untuk menentukan ukuran komponen.
Mata kuliah matemaika pada Prodi Rekayasa Sipil tingkat lanjut yang membahas mengenai Matriks, Determinan, Invers, Metode Sarrus dan Kofaktor dan Metode Gauss Jordan
Presentasi ini merupakan materi pertemuan pertama untuk mata kuliah Pengukuran dan Instrumentasi. Materi ini mencakup:
Konsep dasar pengukuran dan instrumentasi
Jenis-jenis pengukuran (langsung & tidak langsung)
Sistem satuan internasional (SI) dalam teknik elektro
Kesalahan dalam pengukuran dan cara meminimalkannya
Karakteristik alat ukur (akurasi, presisi, resolusi, sensitivitas)
Contoh alat ukur dalam teknik elektro seperti multimeter, osiloskop, clamp meter, function generator, dan signal analyzer
Presentasi ini dilengkapi dengan ilustrasi dan diagram yang membantu pemahaman konsep secara visual.
Sangat cocok untuk mahasiswa teknik elektro dan telekomunikasi yang ingin memahami dasar-dasar pengukuran dalam bidang ini.
Jangan lupa untuk like, share, dan follow untuk materi lebih lanjut!
#Pengukuran #Instrumentasi #TeknikElektro #Telekomunikasi #Praktikum #PengukurandanInstrumentasi #PBL #PengukuranBesaranListrik
2. Axial Driven Pile Capacity
Kapasitas pile statis dapat dihitung dengan persamaan berikut
Pu = Ppu + Psi (compression)
Tu = Psi + W (tension)
dengan:
Pu = ultimate (max) pile capacity in compression
Tu = ultimate pullout capacity
Ppu = ultimate point capacity
Psi = skin (or shaft friction) resistance contribution from
several strata penetrated by the pile
W = weight of pile
3. Axial Driven Pile Capacity
Daya dukung izin Pa atau Ta
Pa = Ppu / Fp + Psi / Fs
atau
Pa = Pu / F
Pa = Tu / F
4. Axial Driven Pile Capacity
Penentuan daya dukung pondasi tiang pancang dengan cara
statik dapat dilakukan sebagai berikut:
Daya Dukung Ujung Tiang (Qp) Cara Meyerhof (1976)
A. Tanah Pasir
Formula yang digunakan adalah:
Qpl = Ap.qp = Ap.q.Nq*
dengan:
Qp = daya dukung ujung tiang
Qp = q'Nq* = daya dukung per satuan luas
AP = luas penampang ujung tiang
q = tegangan vertikal efektif
Nq* = faktor daya dukung ujung
5. Axial Driven Pile Capacity
Harga qp tidak dapat melebihi daya dukung batas ql, karena itu daya
dukung ujung tiang perlu ditentukan:
Qp2 = Ap.ql = Ap.5.Nq*.tan
dengan:
Qp2 = daya dukung ujung tiang (t/m2)
Ap = luas penampang ujung tiang (m2)
Nq* = faktor daya dukung ujung
= sudut geser dalam
Ql = daya dukung batas
Untuk kemudahan, harga Qp1 dan Qp2 dibandingkan dan diambil
harga yang lebih kecil sebagai daya dukung ujung tiang.
Harga Nq* ditentukan sebagai fungsi dari sudut geser dalam tanah ()
seperti yang ditunjukan pada Gbr.1.
6. Axial Driven Pile Capacity
Syarat untuk mencapai nilai ultimit dari tahanan ujung tiang adalah
penetrasi tiang ke dalam lapisan pendukung mencapai kedalaman
sekurang-kurangnya Lbcr. Nilai Lbcr adalah fungsi dari kepadatan tanah
pasir dan sering dinyatakan Lb = f(), namun dari segi kepraktisan nilai
Lbcr diambil sebesar 10D. Bila penetrasi tiang tidak mencapai Lbcr maka
tahanan ujung perlu dikoreksi dengan persamaan
dengan:
q1 (l) = harga q1 pada lapisan loose sand
q1 (d)= harga q1 pada lapisan dense sand
Lb = panjang penetrasi ke dalam lapisan bawah
D = diameter tiang
Nilai qp di atas dibandingkan dengan harga q1(d) dan diambil harga
yang lebih kecil. Kemudian dikalikan dengan luas penampang ujung
tiang (Ap) sehingga diperoleh daya dukung ujung tiang (Qp)
10.D
L
q
q
q
q b
1(1)
1(d)
)
1
(
1
p
7. Axial Driven Pile Capacity
Nilai qp di atas dibandingkan dengan harga q1(d) dan diambil harga
yang lebih kecil. Kemudian dikalikan dengan luas penampang ujung
tiang (Ap) sehingga diperoleh daya dukung ujung tiang (Qp).
Gbr.1. Faktor Daya Dukung Uiung Nc
* dan Nq
*
Gbr.2. Variasi Satuan Perlawanan Ujung
Penetrasi Tiang pada Pasir Berlapis
8. Axial Driven Pile Capacity
B. Tanah Lempung
Formula yang digunakan adalah:
Qp =Ap.qp = Ap.cu.Nc* 9.cu.Ap
dengan:
Qp = daya dukung ujung tiang
Ap = luas penampang ujung tiang
Nc* = faktor daya dukung ujung
cu = kohesi
Harga Nc* dapat ditentukan dengan menggunakan Gbr. 1
9. Axial Driven Pile Capacity
Daya Dukung Ujung Selimut (Qs)
Daya dukung selimut tiang ditentukan berdasarkan rumus berikut ini:
Qs = As.f
dengan:
As = luas selimut tiang = p x L
P = keliling tiang
L = panjang segmen tiang
F = gesekan selimut satuan
Qs dibedakan berdasarkan:
A. Tanah Pasir
B. Tanah Lempung
10. Axial Driven Pile Capacity
A. Tanah Pasir
Formula yang digunakan adalah:
f = K.v. tan
dengan:
K = konstanta = 1- sin
1v = tegangan vertikal efektif tanah,
yang dianggap konstan setelah
kedalaman 15 D
Untuk tiang pancang harga K ditentukan
sebagai berikut:
K = Ko (batas bawah)
K = 1.8K0 (batas atas)
dengan :
Ko = koefisien tekanan tanah at rest
= 1 sin
= sudut geser dalam (0)
Harga K dan menurut Tomlinson (1986)
ditentukan berdasarkan tabel 1
Tabel 1
11. Axial Driven Pile Capacity
B. Tanah Lempung
Ada 3 metoda yang dapat digunakan
untuk menghitung gesekan selimut
pada tanah lempung, yaitu:
1. Metoda Lambda (Vijayvergiya &
Focht)
dengan:
= konstanta (Gbr. 3)
ave = tegangan vertikal efektif
rata- rata
cu ave= kohesi rata-rata
fave = gesekan selimut rata-rata
ave
u
ave
ave 2c
'
了
f
Gbr.3. Koefisien 了
12. Axial Driven Pile Capacity
Nilai rata-rata tegangan vertikal efektif
(鰍vave) dapat dijelaskan dengan
Gbr.4., berdasarkan persamaan berikut:
dengan:
Ai = luas diagram tegangan
vertikal efektif
L = panjang tiang
Sedangkan,
dengan:
cui = kohesi (lapis i)
Li = panjang segmen tiang (lapis
i)
L = panjang tiang
Gbr.4. Aplikasi metoda 了 pada tanah
berlapis
(sumber Das,1990)
L
A
' 1
i
ave
n
i
L
A
1
i
Uave
n
i
c
13. Axial Driven Pile Capacity
2. Metoda Alpha (Tomlinson)
fs = .cu
dengan:
fs = gesekan selimut
= konstanta (Gbr. 5.)
cu = kohesi
Gbr. 5. Variasi Harga 留 terhadap Harga Cu
14. Axial Driven Pile Capacity
3. Metoda Beta (Metoda Tegangan Efektif)
fs ave = .鰍v
dengan:
fsave = gesekan selimut rata-rata
= K tan r
r = sudut geser dalam pada kondisi terdrainase (dari uji
triaksial CD)
K = 1-sinr (untuk tanah terkonsolidasi normal)
K = (1-sinr).OCR (untuk tanah over-consolidated)
鰍v = tegangan vertikal efektif
OCR = Over Consolidation Ratio
15. Axial Driven Pile Capacity
Cara statik membutuhkan parameter tanah yang
umumnya tidak tersedia secara kontinu
sepanjang tiang
Kecenderungan baru adalah menggunakan
data uji lapangan yang lebih bersifat kontinu,
yaitu data CPT (sondir) dan SPT
Metoda yang diberikan oleh Schmertmann &
Nottingham ini hanya berlaku untuk pondasi tiang
pancang
Schmertmann - Nottingham (1975) menganjurkan
perhitungan daya dukung ujung pondasi tiang
menurut cara Begemann, yaitu diambil dari nilai
rata-rata perlawanan ujung sondir 8D diatas ujung
tiang dan 0.7D-4D dibawah ujung tiang. D adalah
diameter tiang atau sisi tiang
p
c2
c1
p A
2
q
q
Q
dengan:
Qp = daya dukung ujung
tiang
qc1 = nilai qc rata-rata
pada 0.7D - 4D
dibawah ujung tiang
Qc2 = nilai qc rata-rata 8D
diatas ujung tiang
Ap = luas proyeksi
penampang tiang
Penentuan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang berdasarkan
Uji CPT (Metode Schmertmann - Nottingham, 1975)
16. Axial Driven Pile Capacity
Bila zona tanah lembek dibawah
tiang masih terjadi pada kedalaman
4D-10D, maka perlu dilakukan reduksi
terhadap nilai rata-rata tersebut.
Pada umumnya nilai perlawanan
ujung diambil tidak lebih dari 100
kg/cm2 untuk tanah pasir dan tidak
melebihi 75 kg/cm2 untuk tanah pasir
kelanauan
Untuk mendapatkan daya dukung
selimut tiang maka digunakan
formula sebagai berikut:
8D
0
Z
L
8D
z
s
s
s
s
s.c
s A
.
f
A
.
f
8D
z
K
Q
Gbr. 6. Perhitungan Data Dukung Ujung
(Sumber : Schmertmann. 1978)
17. Gbr. 8. Faktor Koreksi Gesekan pada
Selimut Tiang Pada Sondir Mekanis
(Sumber : Nottingham 1975)
Gbr. 7.
Faktor Koreksi
Gesekan pada
Selimut Tiang Pada
Sondir Listrik
(Sumber: Nottingham
1975)
Ks dan Kc adalah faktor reduksi yang tergantung pada kedalaman dan nilai gesekan
selimut, f
Apabila tanah terdiri dari berbagai lapisan pasir dan lempung, Schertmann
menganjurkan untuk menghitung daya dukung setiap lapisan secara terpisah. Namun
perlu diingat bahwa nilai Ks, c pada persamaan di atas dihitung berdasarkan total
kedalaman tiang
Nilai f dibatasi hingga
1.2 kg/cm2 untuk tanah pasir dan
1.0 kg/cm2 untuk pasir kelanauan
18. Axial Driven Pile Capacity
Penentuan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang
Berdasarkan Uji SPT
Penentuan daya dukung pondasi tiang
menggunakan data SPT diberikan dalam dua
metode yaitu:
Metode Meyerhoff
Metode Schmertmann
19. Axial Driven Pile Capacity
1. Metode Meyerhoff
Meyerhoff (1956) menganjurkan formula daya dukung untuk tiang pancang sebagai
berikut
Qu = 40 Nb . Ap + 0.2 N . As
dengan:
Qu = daya dukung ultimit pondasi tiang pancang (ton)
Nb = harga N-SPT pada elevasi dasar tiang
Ap = luas penampang dasar tiang (m2)
As = luas selimut tiang (m2)
N = harga N-SPT rata rata
Untuk tiang dengan desakan tanah yang kecil seperti tiang bor dan tiang baja H,
maka daya dukung selimut hanya diambil separuh dari formula diatas, sehingga
menjadi:
Qult = 40 Nb. Ap + 0.1 N . As
Harga batas untuk Nb adalah 40 dan harga batas untuk 0.2 N adalah 10 ton/m2
20. Axial Driven Pile Capacity
2. Metode Schmertmann
Schmertmann menggunakan
korelasi N-SPT dengan
tahanan ujung sondir qc
untuk menentukan daya
dukung gesekan dan daya
dukung ujung pondasi tiang.
Tabel 2. memberikan ikhtisar
usulan Schmertmann tersebut.
Tabel ini berlaku untuk
pondasi tiang pancang
dengan penampang tetap
Tabel 4. 3. Nilai Gesekan untuk
Desain Pondasi Tiang Pancang
(Sumber : Schmertmann, 1967)
Tabel 2. Nilai Gesekan untuk Desain
Pondasi Tiang Pancang
(Sumber : Schmertmann, 1967)
22. Efisiensi dan Daya Dukung Kelompok
Tiang
Efisiensi kelompok tiang didefinisikan sebagai:
Efisiensi kelompok tiang tergantung pada beberapa faktor
diantaranya
Jumlah tiang, panjang, diameter, pengaturan, dan
terutama jarak antara as ke as tiang.
Modus pengalihan beban (gesekan selimut atau tahanan
ujung).
Prosedur pelaksanaan konstruksi (tiang pancang atau tiang
bor).
Urutan instalasi tiang.
Jangka waktu setelah pemancangan.
Interaksi antara pile cap dan tanah di permukaan.
tunggal
tiang
dukung
daya
x
ng
Jumlah tia
iang
kelompok t
dukung
Daya
Eg
23. Efisiensi kelompok tiang pada
tanah pasiran
Formula Sederhana
Formula ini didasarkan pada jumlah
daya dukung gesekan dari kelompok
tiang sebagai satu kesatuan (blok).
dimana :
m = Jumlah tiang pada deretan baris.
n = jumlah tiang pada deretan kolom.
s = jarak antar tiang.
D = diameter atau sisi tiang .
p = keliling dari penampang tiang.
p.m.n
4D
2)s
-
n
m
(
2
Eg
24. Efisiensi kelompok tiang pada tanah
pasiran
Formula Converse-Labarre
dimana :
= arc tan (D/s)
Formula Los Angeles
Formula Seiler-Keeney
s dalam satuan meter.
慮
90.m.n
1)n
-
(m
1)m
-
(n
-
1
Eg
2
1)
-
1)(n
-
(m
1)
-
n(m
1)
-
m(n
n
m
s
D
1
Eg
n
m
0.3
1)
-
n
(m
7)
(75s
2)
-
n
(m
36s
-
1
E 2
g
25. Efisiensi kelompok tiang pada tanah
pasiran
Formula Fled
Dalam metoda ini kapasitas pondasi individual tiang berkurang sebesar 1/16
akibat adanya tiang yang berdampingan baik dalam arah lurus maupun dalam
arah diagonal. Ilustrasi hasil perhitungan formula ini diberikan pada Gbr. 4.
Efisiensi Kelompok Tiang Berdasarkan Formula Fled
26. 26
Daya dukung kelompok tiang pada
tanah lempung
Daya dukung batas kelompok tiang pada tanah
lempung didasarkan pada aksi blok yaitu bila kelompok
tersebut berperan sebagai blok.
Kelompok Tiang sebagai Pondasi Blok
L
p
c
留
c
9
A
m.n
)
Q
m.n(Q
Q
u
u(p)
p
s
p
u
Daya dukung kelompok tiang dihitung sebagai berikut :
1. Tentukan jumlah total kapasitas kelompok tiang
dimana :
Ap = luas penampang tiang tunggal (m2)
p = keliling tiang (m)
L = panjang segmen tiang
qp = daya dukung ujung tiang (ton/m2)
fs = tahanan sellimut (ton/m2)
27. Daya dukung kelompok tiang pada
tanah lempung
2. Tentukan daya dukung blok berukuran LxBgxD
dimana : Lg = panjang blok
Bg = lebar blok
3. Bandingkan kedua besaran Qu di atas.
Harga daya dukung diambil nilai yang lebih kecil.
L
.
)c
B
(L
2
.N
.c
B
L
Q u
g
g.
*
c
(p)
u
g
g.
u
Alternatif untuk menentukan
efisiensi kelompok tiang pada
tanah kohesif diberikan oleh
NAVFAC DM 7.2 (1982)
sebagaimana ditunjukkan
oleh Gbr. 6.
Efisiensi Kelompok Tiang pada Tanah Kohesif