ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
BUKU SAKTI
BUKU SAKTI
BUKU SAKTI
soal TES
soal TES
soal TES Orthopedic
Orthopedic
Orthopedic
CALON PPDS
CALON PPDS
CALON PPDS
ORTHOPAEDI
ORTHOPAEDI
ORTHOPAEDI
DAN
DAN
DAN
TRAUMATOLOGI
TRAUMATOLOGI
TRAUMATOLOGI
EDISI 1
2024
MazhProject
6
Tendinosis: Kondisi degeneratif pada tendon tanpa inflamasi, biasanya akibat cedera jangka panjang
atau penggunaan berlebihan secara kronis.
6. Osteopenia vs. Osteoporosis
Osteopenia: Penurunan kepadatan tulang yang belum mencapai tingkat osteoporosis tetapi
menunjukkan risiko peningkatan untuk patah tulang.
Osteoporosis: Kondisi di mana kepadatan tulang menurun drastis, menyebabkan tulang menjadi
rapuh dan mudah patah.
7. Subluxation vs. Dislocation
Subluxation: Dislokasi parsial di mana tulang masih berada dalam kontak sebagian di dalam sendi.
Dislocation: Dislokasi total di mana tulang terpisah sepenuhnya dari sendi.
8. Myopathy vs. Neuropathy
Myopathy: Gangguan yang mempengaruhi otot secara langsung, yang menyebabkan kelemahan atau
kerusakan pada otot.
Neuropathy: Kerusakan pada saraf yang mengganggu fungsi sensorik atau motorik, dapat
menyebabkan nyeri, kelemahan, atau mati rasa.
9. Kyphosis vs. Lordosis
Kyphosis: Kifosis adalah kelengkungan berlebihan dari tulang belakang yang menyebabkan
punggung bagian atas membungkuk ke depan.
Lordosis: Lordosis adalah lengkungan berlebihan dari tulang belakang bagian bawah yang
menyebabkan postur punggung bawah melengkung ke depan.
10. Ankylosis vs. Arthrodesis
Ankylosis: Fusi tulang abnormal pada sendi, yang menyebabkan kekakuan dan hilangnya mobilitas.
Arthrodesis: Prosedur bedah untuk menyatukan dua tulang pada sendi untuk menstabilkan sendi yang
rusak dan mengurangi rasa sakit.
11. Hypertrophy vs. Atrophy
Hypertrophy: Peningkatan ukuran jaringan atau organ, seperti otot, akibat latihan atau rangsangan.
Atrophy: Penurunan ukuran jaringan atau organ akibat imobilisasi, penyakit, atau kurangnya
aktivitas.
12. Scoliosis vs. Spondylosis
Scoliosis: Kelengkungan lateral abnormal pada tulang belakang, biasanya terlihat pada anakanak atau
remaja.
Spondylosis: Kondisi degeneratif pada tulang belakang yang menyebabkan kerusakan pada tulang
dan cakram intervertebralis, biasanya terkait dengan penuaan.
13. Osteomalacia vs. Rickets
Osteomalacia: Pelunakan tulang pada orang dewasa akibat kekurangan vitamin D atau gangguan
metabolisme kalsium.
8
Riwayat gejala saat ini: Dokter menanyakan tentang onset (awal mula) gejala, lokasi nyeri,
karakteristik nyeri (misalnya, nyeri tumpul, tajam, atau terbakar), dan apakah ada cedera yang
mendahului munculnya gejala.
Riwayat kesehatan masa lalu: Meneliti riwayat cedera atau penyakit muskuloskeletal sebelumnya
serta faktor risiko yang mungkin mempengaruhi kesehatan muskuloskeletal (misalnya, osteoporosis,
rheumatoid arthritis, dll).
Faktor pencetus dan pereda: Mengidentifikasi kegiatan atau kondisi yang memperburuk atau
mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya.
2. Pemeriksaan Fisik (Physical Examination)
Pemeriksaan fisik sistem muskuloskeletal bertujuan untuk memeriksa tandatanda klinis spesifik yang
menunjukkan adanya cedera atau gangguan:
Inspeksi visual: Mencari asimetri, pembengkakan, deformitas, perubahan warna kulit, atau
perubahan postur.
Palpasi: Menekan area yang terkena untuk mencari nyeri tekan, bengkak, atau perubahan tekstur
jaringan.
Tes rentang gerak (Range of Motion): Menguji kemampuan sendi dan otot untuk bergerak secara
aktif dan pasif.
Tes kekuatan otot: Mengukur kekuatan otot untuk mendeteksi kelemahan atau ketidakseimbangan.
Tes fungsional khusus: Tes diagnostik yang dirancang untuk mengidentifikasi cedera ligamen,
tendon, atau sendi tertentu (misalnya, tes Lachman untuk cedera ACL di lutut).
3. Pemeriksaan Penunjang (Imaging and Diagnostic Tests)
Radiografi (Xray): Digunakan untuk mendeteksi fraktur, dislokasi, degenerasi sendi, atau kelainan
struktural pada tulang.
MRI (Magnetic Resonance Imaging): Sangat berguna untuk menilai jaringan lunak seperti ligamen,
tendon, dan otot, serta untuk mendeteksi cedera meniskus atau cakram intervertebralis.
CT Scan: Menyediakan gambaran detail mengenai tulang dan sendi yang mungkin tidak terlihat jelas
pada Xray biasa.
Ultrasonografi: Dapat digunakan untuk menilai kondisi tendon, ligamen, dan otot, serta mendeteksi
cairan di dalam atau di sekitar sendi.
Tes laboratorium: Pemeriksaan darah dan cairan sinovial dapat digunakan untuk mendeteksi
peradangan, infeksi, atau penyakit autoimun (misalnya, rheumatoid arthritis).
4. Diagnosis Diferensial (Differential Diagnosis)
Penting untuk membedakan antara berbagai penyebab potensial dari gejala pasien, seperti
membedakan antara nyeri yang disebabkan oleh cedera jaringan lunak, fraktur, infeksi, atau penyakit
degeneratif.
General Principles and Specific Methods of Musculoskeletal Treatment
1. Prinsip Umum Perawatan (General Principles of Treatment)
Imobilisasi: Imobilisasi diperlukan untuk memberikan waktu penyembuhan pada tulang atau jaringan
yang cedera. Contohnya adalah penggunaan gips atau brace pada fraktur.
11
OSTEOPOROSIS
1. Definisi dan Etiologi
Osteoporosis adalah penyakit sistemik yang mempengaruhi tulang, di mana massa tulang menurun
secara progresif, dan tulang menjadi lebih rapuh karena hilangnya jaringan tulang. Hal ini
mengakibatkan meningkatnya risiko fraktur, terutama di bagian tubuh seperti tulang belakang, pinggul,
dan pergelangan tangan.
Penyebab utama osteoporosis adalah ketidakseimbangan antara proses pembentukan tulang oleh
osteoblas dan proses resorpsi tulang oleh osteoklas. Saat resorpsi tulang terjadi lebih cepat daripada
pembentukan tulang, massa tulang berkurang, menyebabkan penipisan struktur tulang trabekular dan
kortikal.
2. Faktor Risiko
Faktor Risiko Utama:
Usia: Risiko osteoporosis meningkat seiring bertambahnya usia. Ini karena proses remodeling
tulang yang lambat pada usia lanjut, sehingga terjadi penurunan massa tulang.
Jenis Kelamin: Wanita, terutama setelah menopause, memiliki risiko lebih tinggi karena penurunan
estrogen, yang penting untuk menjaga kepadatan tulang.
Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan osteoporosis meningkatkan risiko.
Gaya Hidup: Kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berlebih, dan
kekurangan kalsium serta vitamin D dapat mempercepat kehilangan tulang.
Faktor Risiko Sekunder:
Beberapa penyakit dan obatobatan juga dapat meningkatkan risiko osteoporosis, termasuk
gangguan endokrin seperti hipertiroidisme, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, dan malnutrisi.
3. Patofisiologi
Tulang secara konstan mengalami remodeling, dengan keseimbangan antara resorpsi tulang oleh
osteoklas dan pembentukan tulang oleh osteoblas. Pada osteoporosis, proses ini menjadi tidak seimbang
karena peningkatan aktivitas osteoklas dan penurunan aktivitas osteoblas, yang menyebabkan hilangnya
jaringan tulang.
Kepadatan mineral tulang (bone mineral density/BMD) menjadi penentu utama kekuatan tulang.
Penurunan BMD membuat tulang lebih rapuh dan lebih mudah patah bahkan dengan trauma yang
ringan.
4. Gejala dan Tanda Klinis
Fraktur patologis: Gejala utama osteoporosis biasanya terlihat pada fraktur tulang yang terjadi dengan
trauma minimal. Fraktur sering terjadi di tulang belakang (kompresi vertebra), pinggul, dan pergelangan
tangan.
Nyeri punggung: Kompresi tulang belakang yang disebabkan oleh fraktur dapat menimbulkan nyeri
punggung kronis.
Penurunan tinggi badan: Fraktur kompresi vertebra dapat menyebabkan penderita kehilangan tinggi
badan, sering kali diikuti oleh postur bungkuk (kifosis).
26
6. Pengobatan Trauma Tulang Belakang
Pengobatan tergantung pada tingkat keparahan dan jenis cedera:
A. Pengobatan Darurat
Imobilisasi: Imobilisasi tulang belakang adalah tindakan pertama yang diambil untuk mencegah cedera
lebih lanjut. Ini dilakukan dengan menggunakan collar servikal atau penyangga tulang belakang di
tempat kejadian.
Pengangkatan segera ke rumah sakit: Pasien harus segera dibawa ke pusat trauma untuk evaluasi lebih
lanjut dan intervensi bedah bila diperlukan.
B. Pengobatan Konservatif
Obatobatan: NSAID atau obat antiinflamasi lainnya diberikan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi.
Kortikosteroid kadang digunakan dalam kasus cedera sumsum tulang belakang akut untuk mengurangi
peradangan.
Fisioterapi: Latihan rehabilitasi dimulai setelah tulang belakang stabil untuk membantu memulihkan
kekuatan, rentang gerak, dan fungsi motorik.
C. Pembedahan
Operasi mungkin diperlukan untuk:
Dekompresi: Menghilangkan tekanan pada sumsum tulang belakang atau saraf akibat fraktur, dislokasi,
atau pembengkakan.
Stabilisasi tulang belakang: Menggunakan pelat, sekrup, atau batang untuk menjaga tulang belakang
tetap stabil dan mencegah pergerakan yang berbahaya selama penyembuhan.
Penggantian diskus: Kadangkadang, penggantian diskus intervertebralis diperlukan untuk
memperbaiki kompresi saraf.
D. Rehabilitasi Jangka Panjang
Rehabilitasi adalah kunci pemulihan untuk pasien dengan cedera tulang belakang, terutama bagi mereka
yang mengalami kelumpuhan atau disfungsi neurologis:
Terapi fisik: Membantu memulihkan kekuatan dan fungsi motorik.
Terapi okupasi: Membantu pasien mengembangkan keterampilan untuk menjalani kehidupan
seharihari.
Alat bantu mobilitas: Beberapa pasien mungkin memerlukan kursi roda atau alat bantu berjalan.
7. Prognosis
Prognosis trauma tulang belakang sangat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan cedera:
Cedera lengkap pada saraf tulang belakang: Biasanya menyebabkan kehilangan fungsi yang permanen
di bawah tingkat cedera (misalnya, tetraplegia atau paraplegia).
Cedera tidak lengkap: Dalam beberapa kasus, pasien mungkin memulihkan sebagian atau seluruh
fungsi setelah rehabilitasi.
Cedera di tulang belakang servikal biasanya lebih parah dan sering kali mempengaruhi fungsi
pernapasan dan motorik seluruh tubuh.
41
GANGGUAN MENISCUS
1. Anatomi Meniscus
Meniscus Medial: Terletak di bagian dalam lutut dan lebih besar daripada meniscus lateral. Meniskus
medial kurang bergerak karena berhubungan erat dengan ligamentum kolateral medial (MCL), sehingga
lebih rentan terhadap cedera.
Meniscus Lateral: Terletak di bagian luar lutut, dan lebih bergerak dibandingkan meniskus medial.
Karena meniskus lateral lebih fleksibel, robekan pada bagian ini lebih jarang terjadi dibandingkan pada
meniskus medial.
2. Penyebab Lesi Meniscus Medial dan Lateral
Cedera pada meniskus dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
Trauma Akut: Cedera meniskus sering kali terjadi saat lutut mengalami gerakan rotasi atau torsi secara
tibatiba, terutama saat berjongkok, melompat, atau berlari. Ini umum terjadi pada atlet atau saat aktivitas
fisik berat.
Degeneratif: Pada orang yang lebih tua, robekan meniskus sering kali disebabkan oleh degenerasi
tulang rawan akibat proses penuaan, di mana meniskus menjadi lebih lemah dan mudah robek bahkan
dengan trauma ringan.
Cedera Tumpang Tindih: Lesi meniskus sering terjadi bersamaan dengan cedera lain seperti robekan
ligamen cruciatum anterior (ACL) atau ligamen kolateral medial (MCL), terutama pada cedera lutut
akibat olahraga.
3. Jenis Lesi Meniscus
Robekan meniskus dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan lokasinya:
Radial Tear: Robekan yang terjadi secara tegak lurus terhadap garis sirkuler meniskus.
Horizontal Tear: Robekan sejajar dengan garis sirkuler meniskus, biasanya menyebabkan meniskus
terbelah menjadi dua lapisan.
Bucket Handle Tear: Robekan longitudinal besar di sepanjang tepi meniskus, di mana fragmen robek
dapat melipat seperti "pegangan ember", yang dapat menyebabkan penguncian lutut.
Flap Tear: Fragmen kecil meniskus terlepas dan menyebabkan ketidakstabilan atau rasa tidak nyaman
pada lutut.
Complex Tear: Robekan kombinasi yang mencakup beberapa pola robekan, sering terjadi pada
meniskus yang telah mengalami degenerasi.
4. Gejala Lesi Meniscus
Gejala dari lesi meniscus medial atau lateral meliputi:
Nyeri Lutut: Nyeri biasanya dirasakan di bagian dalam lutut pada lesi meniscus medial, atau di bagian
luar pada lesi meniscus lateral. Nyeri dapat bertambah parah saat bergerak atau menekuk lutut.
Pembengkakan: Lutut sering membengkak beberapa jam setelah cedera, akibat peradangan dan
akumulasi cairan di dalam sendi lutut.
46
Penyaliran Abses: Jika terdapat abses di area tulang yang terinfeksi, prosedur ini diperlukan untuk
mengalirkan cairan nanah.
Stabilisasi Tulang: Pada beberapa kasus, stabilisasi tulang dengan fiksasi internal atau eksternal
diperlukan jika tulang menjadi lemah akibat infeksi.
7. Komplikasi Osteomyelitis
Jika tidak diobati dengan baik, osteomyelitis dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, termasuk:
Kerusakan Tulang Permanen: Infeksi yang tidak diobati dapat menyebabkan tulang hancur atau mati,
yang bisa mempengaruhi stabilitas dan fungsi tulang.
Sepsis: Penyebaran infeksi ke seluruh tubuh melalui darah dapat menyebabkan sepsis, yang merupakan
kondisi yang mengancam jiwa.
Amputasi: Pada kasus yang sangat parah, terutama pada penderita diabetes atau penyakit pembuluh
darah perifer, amputasi mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.
8. Prognosis
Prognosis osteomyelitis bergantung pada berbagai faktor, termasuk:
Jenis infeksi: Osteomyelitis akut yang didiagnosis dan diobati lebih awal memiliki prognosis yang
lebih baik daripada osteomyelitis kronis.
Lokasi dan penyebab infeksi: Osteomyelitis pada tulang panjang cenderung lebih mudah diobati
dibandingkan yang terjadi pada tulang yang lebih kompleks seperti tulang belakang atau panggul.
Kesehatan pasien secara keseluruhan: Orang dengan sistem kekebalan yang kuat cenderung pulih lebih
baik daripada mereka yang memiliki kondisi medis kronis.
MENARIK BUKAN DOK
??
Berminat
Untuk PDF Bisa di
https://lynk.id/drmazh
UNTUK BUKU FISIK
https://shopee.co.id/azharim
azh?categoryId=100635&ent
ryPoint=ShopByPDP&itemI
d=14616299121

More Related Content

Similar to SOAL TES MASUK SPESIALIS ORTO UKMPPD CPPDS (20)

Osteoartritis
OsteoartritisOsteoartritis
Osteoartritis
Penggalih Herlambang
Ìý
Catatan pbl 2
Catatan pbl 2Catatan pbl 2
Catatan pbl 2
Mentari Septika
Ìý
Kelainan metabolik pada spinal cord
Kelainan metabolik pada spinal cordKelainan metabolik pada spinal cord
Kelainan metabolik pada spinal cord
SiLvi Fata
Ìý
M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9
ermawijaya
Ìý
Osteoartritis
OsteoartritisOsteoartritis
Osteoartritis
Agilannadarajan4
Ìý
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femur
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femurBab ii tinjauan pustaka fraktur femur
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femur
afifub
Ìý
Osteoatritis irahmal
Osteoatritis irahmalOsteoatritis irahmal
Osteoatritis irahmal
Irahmal Irahmal
Ìý
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Fariz Fadhly
Ìý
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptxPPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
yenaharmelayati1
Ìý
7 artritis-rhematoi-67-73
7 artritis-rhematoi-67-737 artritis-rhematoi-67-73
7 artritis-rhematoi-67-73
Noviyanti Parapaga
Ìý
MUSKULOSKELETAL
MUSKULOSKELETALMUSKULOSKELETAL
MUSKULOSKELETAL
IvanaNuzulMaldani
Ìý
Patologi muskuloskeletal
Patologi muskuloskeletalPatologi muskuloskeletal
Patologi muskuloskeletal
Prastuti Waraharini
Ìý
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjK 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
FaringgaAlHafez2
Ìý
11_PATOLOGI SISTEM MUSCULOSKELETAL1.pptx
11_PATOLOGI SISTEM MUSCULOSKELETAL1.pptx11_PATOLOGI SISTEM MUSCULOSKELETAL1.pptx
11_PATOLOGI SISTEM MUSCULOSKELETAL1.pptx
lutfirachman7
Ìý
Askep osteoporosis pd lansia
Askep osteoporosis pd lansiaAskep osteoporosis pd lansia
Askep osteoporosis pd lansia
STIKES GRAHA MEDIKA
Ìý
Biologi ~ Gangguan dan Penyakit pada Sistem Gerak
Biologi ~ Gangguan dan Penyakit pada Sistem Gerak Biologi ~ Gangguan dan Penyakit pada Sistem Gerak
Biologi ~ Gangguan dan Penyakit pada Sistem Gerak
Mulia Fathan
Ìý
Teknologi untuk mengatasi gangguan dan kelainan pada sistem gerak manusia
Teknologi untuk mengatasi gangguan dan kelainan pada sistem gerak manusiaTeknologi untuk mengatasi gangguan dan kelainan pada sistem gerak manusia
Teknologi untuk mengatasi gangguan dan kelainan pada sistem gerak manusia
Nita Mardiana
Ìý
Tulang.pptx tik
Tulang.pptx tikTulang.pptx tik
Tulang.pptx tik
rizkiadihidayat
Ìý
Kelainan metabolik pada spinal cord
Kelainan metabolik pada spinal cordKelainan metabolik pada spinal cord
Kelainan metabolik pada spinal cord
SiLvi Fata
Ìý
M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9
ermawijaya
Ìý
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femur
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femurBab ii tinjauan pustaka fraktur femur
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femur
afifub
Ìý
Osteoatritis irahmal
Osteoatritis irahmalOsteoatritis irahmal
Osteoatritis irahmal
Irahmal Irahmal
Ìý
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Fariz Fadhly
Ìý
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptxPPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
yenaharmelayati1
Ìý
7 artritis-rhematoi-67-73
7 artritis-rhematoi-67-737 artritis-rhematoi-67-73
7 artritis-rhematoi-67-73
Noviyanti Parapaga
Ìý
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjK 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
FaringgaAlHafez2
Ìý
11_PATOLOGI SISTEM MUSCULOSKELETAL1.pptx
11_PATOLOGI SISTEM MUSCULOSKELETAL1.pptx11_PATOLOGI SISTEM MUSCULOSKELETAL1.pptx
11_PATOLOGI SISTEM MUSCULOSKELETAL1.pptx
lutfirachman7
Ìý
Askep osteoporosis pd lansia
Askep osteoporosis pd lansiaAskep osteoporosis pd lansia
Askep osteoporosis pd lansia
STIKES GRAHA MEDIKA
Ìý
Biologi ~ Gangguan dan Penyakit pada Sistem Gerak
Biologi ~ Gangguan dan Penyakit pada Sistem Gerak Biologi ~ Gangguan dan Penyakit pada Sistem Gerak
Biologi ~ Gangguan dan Penyakit pada Sistem Gerak
Mulia Fathan
Ìý
Teknologi untuk mengatasi gangguan dan kelainan pada sistem gerak manusia
Teknologi untuk mengatasi gangguan dan kelainan pada sistem gerak manusiaTeknologi untuk mengatasi gangguan dan kelainan pada sistem gerak manusia
Teknologi untuk mengatasi gangguan dan kelainan pada sistem gerak manusia
Nita Mardiana
Ìý

Recently uploaded (20)

Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Wahid Husein
Ìý
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
ssuserf5305e
Ìý
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAPDokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
JulimuhamadKartiko
Ìý
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
Taufiqurrokhman Rofii
Ìý
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Wahid Husein
Ìý
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdfdr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
yunitayun9
Ìý
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus GestasionalKonsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologipemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
AgungIstri3
Ìý
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusiaAspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
AlterGlenKakisina
Ìý
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusiaPertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
TugasHSE
Ìý
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
TANGKI4D
Ìý
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
junita92
Ìý
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensiBimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
ReviYulia
Ìý
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.pptRencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Wahid Husein
Ìý
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdfmateri buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
dkmalhidayahbogor
Ìý
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
Wahid Husein
Ìý
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdfpenyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
NuyungLuvlivi
Ìý
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus GestasionalAsuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptxPPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
rinjani13
Ìý
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Wahid Husein
Ìý
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
ssuserf5305e
Ìý
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAPDokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
JulimuhamadKartiko
Ìý
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
Taufiqurrokhman Rofii
Ìý
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Wahid Husein
Ìý
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdfdr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
yunitayun9
Ìý
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus GestasionalKonsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologipemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
AgungIstri3
Ìý
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusiaAspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
AlterGlenKakisina
Ìý
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusiaPertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
TugasHSE
Ìý
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
TANGKI4D
Ìý
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
junita92
Ìý
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensiBimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
ReviYulia
Ìý
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.pptRencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Wahid Husein
Ìý
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdfmateri buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
dkmalhidayahbogor
Ìý
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
Wahid Husein
Ìý
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdfpenyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
NuyungLuvlivi
Ìý
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus GestasionalAsuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptxPPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
rinjani13
Ìý

SOAL TES MASUK SPESIALIS ORTO UKMPPD CPPDS

  • 1. BUKU SAKTI BUKU SAKTI BUKU SAKTI soal TES soal TES soal TES Orthopedic Orthopedic Orthopedic CALON PPDS CALON PPDS CALON PPDS ORTHOPAEDI ORTHOPAEDI ORTHOPAEDI DAN DAN DAN TRAUMATOLOGI TRAUMATOLOGI TRAUMATOLOGI EDISI 1 2024 MazhProject
  • 2. 6 Tendinosis: Kondisi degeneratif pada tendon tanpa inflamasi, biasanya akibat cedera jangka panjang atau penggunaan berlebihan secara kronis. 6. Osteopenia vs. Osteoporosis Osteopenia: Penurunan kepadatan tulang yang belum mencapai tingkat osteoporosis tetapi menunjukkan risiko peningkatan untuk patah tulang. Osteoporosis: Kondisi di mana kepadatan tulang menurun drastis, menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. 7. Subluxation vs. Dislocation Subluxation: Dislokasi parsial di mana tulang masih berada dalam kontak sebagian di dalam sendi. Dislocation: Dislokasi total di mana tulang terpisah sepenuhnya dari sendi. 8. Myopathy vs. Neuropathy Myopathy: Gangguan yang mempengaruhi otot secara langsung, yang menyebabkan kelemahan atau kerusakan pada otot. Neuropathy: Kerusakan pada saraf yang mengganggu fungsi sensorik atau motorik, dapat menyebabkan nyeri, kelemahan, atau mati rasa. 9. Kyphosis vs. Lordosis Kyphosis: Kifosis adalah kelengkungan berlebihan dari tulang belakang yang menyebabkan punggung bagian atas membungkuk ke depan. Lordosis: Lordosis adalah lengkungan berlebihan dari tulang belakang bagian bawah yang menyebabkan postur punggung bawah melengkung ke depan. 10. Ankylosis vs. Arthrodesis Ankylosis: Fusi tulang abnormal pada sendi, yang menyebabkan kekakuan dan hilangnya mobilitas. Arthrodesis: Prosedur bedah untuk menyatukan dua tulang pada sendi untuk menstabilkan sendi yang rusak dan mengurangi rasa sakit. 11. Hypertrophy vs. Atrophy Hypertrophy: Peningkatan ukuran jaringan atau organ, seperti otot, akibat latihan atau rangsangan. Atrophy: Penurunan ukuran jaringan atau organ akibat imobilisasi, penyakit, atau kurangnya aktivitas. 12. Scoliosis vs. Spondylosis Scoliosis: Kelengkungan lateral abnormal pada tulang belakang, biasanya terlihat pada anakanak atau remaja. Spondylosis: Kondisi degeneratif pada tulang belakang yang menyebabkan kerusakan pada tulang dan cakram intervertebralis, biasanya terkait dengan penuaan. 13. Osteomalacia vs. Rickets Osteomalacia: Pelunakan tulang pada orang dewasa akibat kekurangan vitamin D atau gangguan metabolisme kalsium.
  • 3. 8 Riwayat gejala saat ini: Dokter menanyakan tentang onset (awal mula) gejala, lokasi nyeri, karakteristik nyeri (misalnya, nyeri tumpul, tajam, atau terbakar), dan apakah ada cedera yang mendahului munculnya gejala. Riwayat kesehatan masa lalu: Meneliti riwayat cedera atau penyakit muskuloskeletal sebelumnya serta faktor risiko yang mungkin mempengaruhi kesehatan muskuloskeletal (misalnya, osteoporosis, rheumatoid arthritis, dll). Faktor pencetus dan pereda: Mengidentifikasi kegiatan atau kondisi yang memperburuk atau mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya. 2. Pemeriksaan Fisik (Physical Examination) Pemeriksaan fisik sistem muskuloskeletal bertujuan untuk memeriksa tandatanda klinis spesifik yang menunjukkan adanya cedera atau gangguan: Inspeksi visual: Mencari asimetri, pembengkakan, deformitas, perubahan warna kulit, atau perubahan postur. Palpasi: Menekan area yang terkena untuk mencari nyeri tekan, bengkak, atau perubahan tekstur jaringan. Tes rentang gerak (Range of Motion): Menguji kemampuan sendi dan otot untuk bergerak secara aktif dan pasif. Tes kekuatan otot: Mengukur kekuatan otot untuk mendeteksi kelemahan atau ketidakseimbangan. Tes fungsional khusus: Tes diagnostik yang dirancang untuk mengidentifikasi cedera ligamen, tendon, atau sendi tertentu (misalnya, tes Lachman untuk cedera ACL di lutut). 3. Pemeriksaan Penunjang (Imaging and Diagnostic Tests) Radiografi (Xray): Digunakan untuk mendeteksi fraktur, dislokasi, degenerasi sendi, atau kelainan struktural pada tulang. MRI (Magnetic Resonance Imaging): Sangat berguna untuk menilai jaringan lunak seperti ligamen, tendon, dan otot, serta untuk mendeteksi cedera meniskus atau cakram intervertebralis. CT Scan: Menyediakan gambaran detail mengenai tulang dan sendi yang mungkin tidak terlihat jelas pada Xray biasa. Ultrasonografi: Dapat digunakan untuk menilai kondisi tendon, ligamen, dan otot, serta mendeteksi cairan di dalam atau di sekitar sendi. Tes laboratorium: Pemeriksaan darah dan cairan sinovial dapat digunakan untuk mendeteksi peradangan, infeksi, atau penyakit autoimun (misalnya, rheumatoid arthritis). 4. Diagnosis Diferensial (Differential Diagnosis) Penting untuk membedakan antara berbagai penyebab potensial dari gejala pasien, seperti membedakan antara nyeri yang disebabkan oleh cedera jaringan lunak, fraktur, infeksi, atau penyakit degeneratif. General Principles and Specific Methods of Musculoskeletal Treatment 1. Prinsip Umum Perawatan (General Principles of Treatment) Imobilisasi: Imobilisasi diperlukan untuk memberikan waktu penyembuhan pada tulang atau jaringan yang cedera. Contohnya adalah penggunaan gips atau brace pada fraktur.
  • 4. 11 OSTEOPOROSIS 1. Definisi dan Etiologi Osteoporosis adalah penyakit sistemik yang mempengaruhi tulang, di mana massa tulang menurun secara progresif, dan tulang menjadi lebih rapuh karena hilangnya jaringan tulang. Hal ini mengakibatkan meningkatnya risiko fraktur, terutama di bagian tubuh seperti tulang belakang, pinggul, dan pergelangan tangan. Penyebab utama osteoporosis adalah ketidakseimbangan antara proses pembentukan tulang oleh osteoblas dan proses resorpsi tulang oleh osteoklas. Saat resorpsi tulang terjadi lebih cepat daripada pembentukan tulang, massa tulang berkurang, menyebabkan penipisan struktur tulang trabekular dan kortikal. 2. Faktor Risiko Faktor Risiko Utama: Usia: Risiko osteoporosis meningkat seiring bertambahnya usia. Ini karena proses remodeling tulang yang lambat pada usia lanjut, sehingga terjadi penurunan massa tulang. Jenis Kelamin: Wanita, terutama setelah menopause, memiliki risiko lebih tinggi karena penurunan estrogen, yang penting untuk menjaga kepadatan tulang. Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan osteoporosis meningkatkan risiko. Gaya Hidup: Kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berlebih, dan kekurangan kalsium serta vitamin D dapat mempercepat kehilangan tulang. Faktor Risiko Sekunder: Beberapa penyakit dan obatobatan juga dapat meningkatkan risiko osteoporosis, termasuk gangguan endokrin seperti hipertiroidisme, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, dan malnutrisi. 3. Patofisiologi Tulang secara konstan mengalami remodeling, dengan keseimbangan antara resorpsi tulang oleh osteoklas dan pembentukan tulang oleh osteoblas. Pada osteoporosis, proses ini menjadi tidak seimbang karena peningkatan aktivitas osteoklas dan penurunan aktivitas osteoblas, yang menyebabkan hilangnya jaringan tulang. Kepadatan mineral tulang (bone mineral density/BMD) menjadi penentu utama kekuatan tulang. Penurunan BMD membuat tulang lebih rapuh dan lebih mudah patah bahkan dengan trauma yang ringan. 4. Gejala dan Tanda Klinis Fraktur patologis: Gejala utama osteoporosis biasanya terlihat pada fraktur tulang yang terjadi dengan trauma minimal. Fraktur sering terjadi di tulang belakang (kompresi vertebra), pinggul, dan pergelangan tangan. Nyeri punggung: Kompresi tulang belakang yang disebabkan oleh fraktur dapat menimbulkan nyeri punggung kronis. Penurunan tinggi badan: Fraktur kompresi vertebra dapat menyebabkan penderita kehilangan tinggi badan, sering kali diikuti oleh postur bungkuk (kifosis).
  • 5. 26 6. Pengobatan Trauma Tulang Belakang Pengobatan tergantung pada tingkat keparahan dan jenis cedera: A. Pengobatan Darurat Imobilisasi: Imobilisasi tulang belakang adalah tindakan pertama yang diambil untuk mencegah cedera lebih lanjut. Ini dilakukan dengan menggunakan collar servikal atau penyangga tulang belakang di tempat kejadian. Pengangkatan segera ke rumah sakit: Pasien harus segera dibawa ke pusat trauma untuk evaluasi lebih lanjut dan intervensi bedah bila diperlukan. B. Pengobatan Konservatif Obatobatan: NSAID atau obat antiinflamasi lainnya diberikan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi. Kortikosteroid kadang digunakan dalam kasus cedera sumsum tulang belakang akut untuk mengurangi peradangan. Fisioterapi: Latihan rehabilitasi dimulai setelah tulang belakang stabil untuk membantu memulihkan kekuatan, rentang gerak, dan fungsi motorik. C. Pembedahan Operasi mungkin diperlukan untuk: Dekompresi: Menghilangkan tekanan pada sumsum tulang belakang atau saraf akibat fraktur, dislokasi, atau pembengkakan. Stabilisasi tulang belakang: Menggunakan pelat, sekrup, atau batang untuk menjaga tulang belakang tetap stabil dan mencegah pergerakan yang berbahaya selama penyembuhan. Penggantian diskus: Kadangkadang, penggantian diskus intervertebralis diperlukan untuk memperbaiki kompresi saraf. D. Rehabilitasi Jangka Panjang Rehabilitasi adalah kunci pemulihan untuk pasien dengan cedera tulang belakang, terutama bagi mereka yang mengalami kelumpuhan atau disfungsi neurologis: Terapi fisik: Membantu memulihkan kekuatan dan fungsi motorik. Terapi okupasi: Membantu pasien mengembangkan keterampilan untuk menjalani kehidupan seharihari. Alat bantu mobilitas: Beberapa pasien mungkin memerlukan kursi roda atau alat bantu berjalan. 7. Prognosis Prognosis trauma tulang belakang sangat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan cedera: Cedera lengkap pada saraf tulang belakang: Biasanya menyebabkan kehilangan fungsi yang permanen di bawah tingkat cedera (misalnya, tetraplegia atau paraplegia). Cedera tidak lengkap: Dalam beberapa kasus, pasien mungkin memulihkan sebagian atau seluruh fungsi setelah rehabilitasi. Cedera di tulang belakang servikal biasanya lebih parah dan sering kali mempengaruhi fungsi pernapasan dan motorik seluruh tubuh.
  • 6. 41 GANGGUAN MENISCUS 1. Anatomi Meniscus Meniscus Medial: Terletak di bagian dalam lutut dan lebih besar daripada meniscus lateral. Meniskus medial kurang bergerak karena berhubungan erat dengan ligamentum kolateral medial (MCL), sehingga lebih rentan terhadap cedera. Meniscus Lateral: Terletak di bagian luar lutut, dan lebih bergerak dibandingkan meniskus medial. Karena meniskus lateral lebih fleksibel, robekan pada bagian ini lebih jarang terjadi dibandingkan pada meniskus medial. 2. Penyebab Lesi Meniscus Medial dan Lateral Cedera pada meniskus dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Trauma Akut: Cedera meniskus sering kali terjadi saat lutut mengalami gerakan rotasi atau torsi secara tibatiba, terutama saat berjongkok, melompat, atau berlari. Ini umum terjadi pada atlet atau saat aktivitas fisik berat. Degeneratif: Pada orang yang lebih tua, robekan meniskus sering kali disebabkan oleh degenerasi tulang rawan akibat proses penuaan, di mana meniskus menjadi lebih lemah dan mudah robek bahkan dengan trauma ringan. Cedera Tumpang Tindih: Lesi meniskus sering terjadi bersamaan dengan cedera lain seperti robekan ligamen cruciatum anterior (ACL) atau ligamen kolateral medial (MCL), terutama pada cedera lutut akibat olahraga. 3. Jenis Lesi Meniscus Robekan meniskus dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan lokasinya: Radial Tear: Robekan yang terjadi secara tegak lurus terhadap garis sirkuler meniskus. Horizontal Tear: Robekan sejajar dengan garis sirkuler meniskus, biasanya menyebabkan meniskus terbelah menjadi dua lapisan. Bucket Handle Tear: Robekan longitudinal besar di sepanjang tepi meniskus, di mana fragmen robek dapat melipat seperti "pegangan ember", yang dapat menyebabkan penguncian lutut. Flap Tear: Fragmen kecil meniskus terlepas dan menyebabkan ketidakstabilan atau rasa tidak nyaman pada lutut. Complex Tear: Robekan kombinasi yang mencakup beberapa pola robekan, sering terjadi pada meniskus yang telah mengalami degenerasi. 4. Gejala Lesi Meniscus Gejala dari lesi meniscus medial atau lateral meliputi: Nyeri Lutut: Nyeri biasanya dirasakan di bagian dalam lutut pada lesi meniscus medial, atau di bagian luar pada lesi meniscus lateral. Nyeri dapat bertambah parah saat bergerak atau menekuk lutut. Pembengkakan: Lutut sering membengkak beberapa jam setelah cedera, akibat peradangan dan akumulasi cairan di dalam sendi lutut.
  • 7. 46 Penyaliran Abses: Jika terdapat abses di area tulang yang terinfeksi, prosedur ini diperlukan untuk mengalirkan cairan nanah. Stabilisasi Tulang: Pada beberapa kasus, stabilisasi tulang dengan fiksasi internal atau eksternal diperlukan jika tulang menjadi lemah akibat infeksi. 7. Komplikasi Osteomyelitis Jika tidak diobati dengan baik, osteomyelitis dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, termasuk: Kerusakan Tulang Permanen: Infeksi yang tidak diobati dapat menyebabkan tulang hancur atau mati, yang bisa mempengaruhi stabilitas dan fungsi tulang. Sepsis: Penyebaran infeksi ke seluruh tubuh melalui darah dapat menyebabkan sepsis, yang merupakan kondisi yang mengancam jiwa. Amputasi: Pada kasus yang sangat parah, terutama pada penderita diabetes atau penyakit pembuluh darah perifer, amputasi mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi. 8. Prognosis Prognosis osteomyelitis bergantung pada berbagai faktor, termasuk: Jenis infeksi: Osteomyelitis akut yang didiagnosis dan diobati lebih awal memiliki prognosis yang lebih baik daripada osteomyelitis kronis. Lokasi dan penyebab infeksi: Osteomyelitis pada tulang panjang cenderung lebih mudah diobati dibandingkan yang terjadi pada tulang yang lebih kompleks seperti tulang belakang atau panggul. Kesehatan pasien secara keseluruhan: Orang dengan sistem kekebalan yang kuat cenderung pulih lebih baik daripada mereka yang memiliki kondisi medis kronis.
  • 8. MENARIK BUKAN DOK ?? Berminat Untuk PDF Bisa di https://lynk.id/drmazh UNTUK BUKU FISIK https://shopee.co.id/azharim azh?categoryId=100635&ent ryPoint=ShopByPDP&itemI d=14616299121