Dokumen tersebut membahas tentang pasta sebagai sediaan farmasi semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat untuk pemakaian topikal. Dibahas pula karakteristik, penggolongan, metode pembuatan, contoh formula standar, perbedaan dengan salep, serta keuntungan dan kerugian pasta. Dokumen ini menyimpulkan bahwa kelebihan pasta adalah mengikat cairan luka dan melekat lebih lama pada kulit, sement
Makalah ini membahas tentang sintesis asetanilida dari anilin dan asam asetat glasial melalui reaksi substitusi nukleofilik. Reaksi ini melibatkan anilin sebagai nukleofil dan asam asetat glasial sebagai elektrofil. Mekanisme reaksinya terdiri atas dua tahap yaitu adisi nukleofil pada gugus asam karboksilat dan terbentuknya keadaan zat antara.
Fenol adalah senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil terikat pada cincin benzena. Metode Folin Ciocalteu digunakan untuk menentukan kandungan fenol total dalam tanaman Kenikir dan Beluntas dengan membandingkannya dengan asam galat sebagai standar. Hasil analisis menunjukkan kandungan fenol tertinggi dalam Kenikir.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang kromatografi sebagai metode analisis yang paling umum dan berdaya guna untuk memisahkan zat-zat dalam suatu sampel. Terdapat dua fase yang tidak dapat bercampur yaitu fase bergerak dan fase diam. Beberapa jenis kromatografi dijelaskan beserta prinsip kerjanya."
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua fase yang tidak bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya dengan bantuan bahan pengemulsi. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi fase dalam, dan viskositas fase luar. Emulsi dibuat dengan mencampurkan bahan obat, bahan pengemulsi, dan pembawa secara hati-hati.
Dokumen tersebut membahas tentang kinetika reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi seperti suhu, konsentrasi, luas permukaan, dan katalis.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang berbagai uji untuk menganalisis karbohidrat, termasuk uji untuk mendeteksi gula, monosakarida, ketosa, aldosa, galaktosa, dan amilum. Berbagai uji tersebut melibatkan reaksi kimia yang menghasilkan perubahan warna yang menunjukkan kehadiran jenis karbohidrat tertentu.
Glikosida adalah senyawa yang terdiri dari bagian gula (glikon) dan bagian bukan gula (aglikon). Glikosida memegang peranan penting dalam pertumbuhan tanaman dan terlibat dalam sistem regulatori dan pertahanan tubuh. Terdapat banyak senyawa glikosida yang aktif farmakologi sehingga dapat dimanfaatkan dalam terapeutik seperti glikosida jantung, laksatif, analgesik, dan antiinflamasi.
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIElvarinna Permata
油
Makalah ini membahas tentang spektrofotometri UV dan flouresensi. Dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi serapan dalam spektrofotometri UV-VIS, pengaruh polaritas pelarut, dan metode kurva kalibrasi dan satu titik dalam analisis kuantitatif menggunakan spektrofotometri."
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan sirup parasetamol. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang latar belakang parasetamol dan sirup, dasar teori pembuatan sirup, preformulasi parasetamol, analisis permasalahan dalam pembuatan sirup parasetamol, dan pendekatan formula pembuatan sirup parasetamol.
Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi kation melalui analisis kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeteksi unsur kimia dalam larutan tidak diketahui dengan mereaksikan larutan tersebut dengan beberapa pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Kation-kation diklasifikasikan ke dalam 5 golongan berdasarkan sifat kimianya terhadap pereaksi tertentu seperti asam klorida dan hidrogen sulfida. Golongan I
Titrasi nitrimetri menggunakan NaNO2 sebagai titran untuk menitrasi zat yang mengandung gugus amina aromatis atau dapat dihidrolisis menjadi amina aromatis. NaNO2 akan membentuk asam nitrit yang bereaksi dengan sampel membentuk garam diazonium. Titik akhir dapat ditentukan secara visual menggunakan indikator dalam atau luar, atau secara elektrometri menggunakan elektroda. Katalis seperti
Dokumen tersebut membahas tentang ekstraksi cair-cair daun pandan untuk menentukan nilai koefisien distribusi. Metode ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan komponen dari ekstrak daun pandan menggunakan kloroform sebagai pelarut organik. Nilai koefisien distribusi kemudian dihitung untuk sistem organik/air.
Plants produce a vast and diverse organic compounds, which do not appear to participate directly in growth and development.These substances traditionally referred to as secondary metabolites which terpenes are one of them.
Dokumen tersebut membahas tentang kinetika reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi seperti suhu, konsentrasi, luas permukaan, dan katalis.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang berbagai uji untuk menganalisis karbohidrat, termasuk uji untuk mendeteksi gula, monosakarida, ketosa, aldosa, galaktosa, dan amilum. Berbagai uji tersebut melibatkan reaksi kimia yang menghasilkan perubahan warna yang menunjukkan kehadiran jenis karbohidrat tertentu.
Glikosida adalah senyawa yang terdiri dari bagian gula (glikon) dan bagian bukan gula (aglikon). Glikosida memegang peranan penting dalam pertumbuhan tanaman dan terlibat dalam sistem regulatori dan pertahanan tubuh. Terdapat banyak senyawa glikosida yang aktif farmakologi sehingga dapat dimanfaatkan dalam terapeutik seperti glikosida jantung, laksatif, analgesik, dan antiinflamasi.
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIElvarinna Permata
油
Makalah ini membahas tentang spektrofotometri UV dan flouresensi. Dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi serapan dalam spektrofotometri UV-VIS, pengaruh polaritas pelarut, dan metode kurva kalibrasi dan satu titik dalam analisis kuantitatif menggunakan spektrofotometri."
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan sirup parasetamol. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang latar belakang parasetamol dan sirup, dasar teori pembuatan sirup, preformulasi parasetamol, analisis permasalahan dalam pembuatan sirup parasetamol, dan pendekatan formula pembuatan sirup parasetamol.
Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi kation melalui analisis kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeteksi unsur kimia dalam larutan tidak diketahui dengan mereaksikan larutan tersebut dengan beberapa pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Kation-kation diklasifikasikan ke dalam 5 golongan berdasarkan sifat kimianya terhadap pereaksi tertentu seperti asam klorida dan hidrogen sulfida. Golongan I
Titrasi nitrimetri menggunakan NaNO2 sebagai titran untuk menitrasi zat yang mengandung gugus amina aromatis atau dapat dihidrolisis menjadi amina aromatis. NaNO2 akan membentuk asam nitrit yang bereaksi dengan sampel membentuk garam diazonium. Titik akhir dapat ditentukan secara visual menggunakan indikator dalam atau luar, atau secara elektrometri menggunakan elektroda. Katalis seperti
Dokumen tersebut membahas tentang ekstraksi cair-cair daun pandan untuk menentukan nilai koefisien distribusi. Metode ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan komponen dari ekstrak daun pandan menggunakan kloroform sebagai pelarut organik. Nilai koefisien distribusi kemudian dihitung untuk sistem organik/air.
Plants produce a vast and diverse organic compounds, which do not appear to participate directly in growth and development.These substances traditionally referred to as secondary metabolites which terpenes are one of them.
Terpenes are secondary metabolites formed by joining isoprene units together. Isoprene, which has the formula C5H8, is considered the basic building block of terpenes. Terpenes are unsaturated hydrocarbons that vary in structure and size depending on the number of isoprene units linked together. They are used widely in fragrances, essential oils, and medicines. Terpenoids refer to oxygenated terpenes that result when terpenes are oxidized.
Los terpenos y terpenoides son compuestos org叩nicos derivados del isopreno, un hidrocarburo de 5 叩tomos de carbono. Se clasifican seg炭n el n炭mero de unidades de isopreno que contienen y cumplen funciones importantes en plantas como pigmentos, hormonas y defensa. En humanos son importantes como vitaminas y participan en procesos fisiol坦gicos.
Plants produce terpenes as secondary metabolites to defend against herbivores and pathogens. Terpenes are the largest class of plant secondary metabolites and are formed from polymerization of isoprene units. They include mono-, sesqui-, and diterpenes. Many terpenes have antimicrobial or insecticidal properties and are toxic to herbivores. Some terpenes produced as essential oils in plants can act as feeding deterrents. Terpenes also play roles in plant growth and development. Additionally, some terpene compounds released from forests can increase cloud thickness and reflect sunlight, acting as a natural cooling mechanism for the planet.
This document discusses various terpenoid compounds found in plants, including iridoids, terpenes, and modified terpenoids. It provides classifications of terpenoids based on carbon atom count and discusses the occurrence, extraction, biosynthesis, and biological activities of specific compounds like iridoids, gentian, picrorhiza, quassia, tinospora, artemisia, taxus, and andrographis. Structures of important constituents from each plant are also shown.
Dokumen tersebut membahas tentang senyawa steroid. Steroid adalah senyawa organik yang terbentuk dari 17 atom karbon yang membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Steroid ditemukan pada berbagai makhluk hidup seperti serangga, hewan, tumbuhan, dan jamur dengan fungsi yang berbeda-beda seperti hormon dan metabolisme. Salah satu steroid yang diisolasi dari tumbuhan Kleinhovia hospita adalah 硫
This document discusses terpenes, a class of plant secondary metabolites. It begins by defining secondary metabolites and dividing them into three major groups, with terpenes being the largest group. Terpenes are formed from fused five-carbon isoprene units and are classified based on this number, with monoterpenes having two units. There are two pathways for terpene biosynthesis, one involving mevalonic acid and the other methylerythritol phosphate. Important terpenes include lycopene, beta-carotene, and squalene. Terpenes have various biological effects and historical economic uses, such as menthol in medicines and fragrances.
Biofertilizers contain living microorganisms that colonize plant roots or soil and promote plant growth through natural processes like nitrogen fixation and phosphorus solubilization. They improve soil fertility and plant nutrient levels without chemicals, making agriculture more sustainable. Common biofertilizers include Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum, and blue-green algae, which are mass produced and mixed with carriers before packing for sale.
Corticosteroids are synthesized by the adrenal cortex and have glucocorticoid and mineralocorticoid actions. They are used for their anti-inflammatory, immunosuppressive, and electrolyte regulating properties. Common corticosteroids used include hydrocortisone, prednisone, and dexamethasone. They are administered topically, orally, intramuscularly or intravenously. Dental procedures on patients taking corticosteroids require stress reduction and adequate pain control to prevent adrenal insufficiency. Management of adrenal insufficiency involves glucocorticoid administration, IV fluids, and hospital transfer if unconscious.
This document discusses biofertilizers, which are substances containing living microorganisms that promote plant growth when applied to seeds, plant surfaces, or soil. It describes different types of biofertilizers including nitrogen-fixing, compost, and phosphate solubilizing biofertilizers. The document discusses the morphology, physiology, and recommended crops for specific nitrogen-fixing bacteria like Rhizobium, Azospirillum, and Azotobacter. It also outlines the process for making biofertilizers including selecting carrier materials, sterilizing, and inoculating seeds or soil. The advantages and potential of biofertilizers are that they can increase yields while protecting the environment and soil fertility compared to chemical
This document provides information about alkaloids. It begins with definitions and classifications of alkaloids. It then discusses two specific alkaloids - ephedra and colchicum. For ephedra, it describes the plant source, chemical constituents including ephedrine, uses, and chemical tests. For colchicum, it provides the plant source, chemical constituents including colchicine, and geographical sources.
Dokumen tersebut membahas senyawa aromatik khususnya benzena dan turunannya. Benzena memiliki struktur resonansi yang menyebabkan sifat-sifatnya berbeda dengan alkena. Benzena dapat mengalami substitusi tetapi tidak teroksidasi.
Dokumen tersebut membahas tentang senyawa aromatik, terutama benzena. Ia menjelaskan struktur dan stabilitas benzena berdasarkan teori orbital molekul, di mana elektron terdelokalisasi di sekitar cincin benzena sehingga memberikan stabilitas. Dokumen juga membahas aturan H端ckel mengenai jumlah elektron yang dibutuhkan untuk menjadi aromatik, yaitu 4n+2.
Modul ini membahas senyawa polisiklis aromatis. Senyawa ini diklasifikasikan berdasarkan sifat kearomatisannya, jenis atom penyusun cincin, dan cara penggabungan cincin. Struktur senyawa polisiklis aromatis seperti naftalena berupa cincin datar dengan atom berhibridisasi sp2 dan memenuhi aturan Huckel.
Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh tanaman sebagai bentuk pertahanan terhadap lingkungan. Terdiri dari terpenoid, fenolik, dan senyawa yang mengandung nitrogen seperti alkaloid. Metabolit sekunder diproduksi melalui jalur metabolisme seperti asam asetat, asam shikimat, dan asam mevalonat, dan memiliki aktivitas farmakologis seperti antibiotik, antioksidan, dan insektisida.
Laporan praktikum ini membahas tentang isolasi flavonoid dari benalu teh (Scrulla Atropurpurea) melalui proses ekstraksi maserasi dan fraksinasi. Flavonoid yang diisolasi berupa serbuk kuning kecoklatan berat 276,9 mg dengan rendemen 0,0923% yang diidentifikasi sebagai kuersetin melalui beberapa uji.
1. Fenilpropanoid merupakan kelompok besar senyawa alami yang berasal dari asam amino fenilalanin dan tirosin melalui jalur biosintesis asam sikimat. Kelompok ini mencakup senyawa seperti asam hidroksisinamat, fenilpropena, kumarin, kromon, dan merupakan unit pembangun lignin dan tannin.
2. Biosintesis fenilpropanoid dimulai dari asam sinamat dan asam p-hidroksinamat yang dibentuk dari fen
Alkaloid adalah kelompok metabolit sekunder penting yang ditemukan pada tumbuhan, bersifat basa, mengandung satu atau lebih atom nitrogen, dan memiliki aktivitas fisiologis pada manusia atau hewan. Alkaloid diklasifikasikan berdasarkan struktur cincin karbon dan keberadaan atom nitrogen, dan dapat diisolasi dari tumbuhan menggunakan kromatografi kolom.
Ekstrak metanol dengan metode ekstraksi satu tahap memberikan sifat fisikokimia terbaik dengan kelarutan dalam etanol 39,450%, kelarutan dalam air 28,283%, dan kadar fenol total 297,170 mg/g. Penelitian ini menunjukkan pengaruh jenis pelarut dan metode ekstraksi terhadap sifat fisikokimia ekstrak rumput laut Sargassum duplicatum.
1. TERPENOID
A. PENGERTIAN SENYAWA TERPENOID
Terpena merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan
oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah dan vakuola selnya. Pada
tumbuhan, senyawa-senyawa golongan terpena dan modifikasinya, terpenoid,
merupakan metabolit sekunder. Terpena dan terpenoid dihasilkan pula oleh
sejumlah hewan, terutama serangga dan beberapa hewan laut. Di samping sebagai
metabolit sekunder, terpena merupakan kerangka penyusun sejumlah senyawa
penting bagi makhluk hidup. Sebagai contoh, senyawa-senyawa steroid adalah
turunan skualena, suatu triterpena; juga karoten dan retinol. Nama "terpena"
(terpene) diambil dari produk getah tusam, terpentin (turpentine).
Terpena dan terpenoid menyusun banyak minyak atsiri yang dihasilkan
oleh tumbuhan. Kandungan minyak atsiri memengaruhi penggunaan produk
rempah-rempah, baik sebagai bumbu, sebagai wewangian, serta sebagai bahan
pengobatan, kesehatan, dan penyerta upacara-upacara ritual. Nama-nama umum
senyawa golongan ini seringkali diambil dari nama minyak atsiri yang
mengandungnya. Lebih jauh lagi, nama minyak itu sendiri diambil dari nama
(nama latin) tumbuhan yang menjadi sumbernya ketika pertama kali
diidentifikasi. Sebagai misal adalah citral, diambil dari minyak yang diambil dari
jeruk (Citrus). Contoh lain adalah eugenol, diambil dari minyak yang dihasilkan
oleh cengkeh (Eugenia aromatica).Terpenoid disebut juga isoprenoid. Hal ini
dapat dimengerti karena kerangka penyusun terpena dan terpenoid adalah isoprena
(C5H8).
Sebagian besar dan berbagai klas senyawa organik bahan alam yang
terdapat dalam sekunder metabolisme tanaman mempakan terpena yang
mencakup mono, sesqui, di-, tri dan senyawa poli-terpenoid. Nama terpen
diberikan terhadap senyawa yang mempunyai pemmusan molekul C10H18 yang
secara etimologi berasal dari pohon terebinth, Pistacia terebinthus. Tanaman
conifer, ecalyptus dan buah jeruk kaya terpen volatil dengan berat molekul
2. rendah. Volatilitas mereka yang mudah dikenal dalam tanaman yang berbau
harum dan disamping itu terpen mudah sekali diisolasi dengan cara distilasi dari
daun, batang dan bunga, yang kemudian dikenal dengan nama minyak "essential"
atau disebut juga minyak atsiri. Banyak minyak atsiri yang digunakan untuk
berbagai keperluan seperti sebagai pengharum makanan, parfum, obat-obatan dan
sebagainya. Meskipun banyak minyak atsiri merupakan senyawa terpenoid,
namun demikian pengertian tersebut tidak berlaku umum karena terdapat senyawa
non-terpenoid filiage dan bunga juga volatil dan berbau harum.
Terpen mendapatkan tempat tersediri dalam kimia organik-Cepatnya
asetibilitas mereka, kelimpahan, mudahnya mereka diisolasi. relatif sederhana
komposisi mereka dan mudahnya dikenal serta transformasi yang sangat menarik
menyebabkan senyawa terpen merupakan objek yang sangat disukai oleh pakar
kimia organik. Pada akhir abad 1800 muncul banyak pakar terkenal dalam bidang
organik senyawa terpenoid seperti: Wallach, Perkin, Tiemann, Baeyer, Bredt,"
Meerwein, Triebs, Ruzicha, Barfon, Jones dan masih banyak lagi. pada awal
tahun 1900-an penelitian difokuskan pada pengungkapan struktur senyawa terpen
yang umum, berikut penemuan-penemuan baru, kemudian mempelajari secara
mendalam stereokimia, reaksi, tata ulang dan biosintesis dari senyawa-senyawa
yang sangat menarik. Senyawa terpenoid yang meliputi kimia steroid dan
karotenoid sekarang merupakan bagian utama dalam bidang kimia organik dan
kimia organik bahan alam.
Kebanyakan senyawa terpenoid terdapat bebas dalam jaringan tanaman,
tidak terikat dengan senyawa-senyawa lain, tetapi banyak diantara mereka yang
terdapat sebagai glikosida, ester dari asam organik dan dalam beberapa hal terikat
dengan protein. Anggota yang rendah (senyawa C10 dan C15) sering dapat
diperoleh dengan cara-distilasi uap dari tanaman yang segar atau kering,
sedangkan anggota yang lebih tinggi (C20 atau lebih) biasanya diisolasi dengan
cara ekstraksi dengan pelarut kemudian dipisahkan dan dimumikan dengan cara
kristalisasi, distilasi dan kromatografi. (Geissman, 1963).
B. TIPE DAN STRUKTUR SENYAWA TERPENOID
3. Terpena memiliki rumus dasar (C5H8)n, dengan n merupakan penentu
kelompok tipe terpena. Modifikasi terpena (disebut terpenoid, berarti "serupa
dengan terpena") adalah senyawa dengan struktur serupa tetapi tidak dapat
dinyatakan dengan rumus dasar. Kedua golongan ini menyusun banyak minyak
atsiri.
Hemiterpena, n=1, hanya isoprena.
Hemiterpenoid, contohnya prenol, asam isovalerat.
Monoterpena, n=2, contohnya mircen, limonen, dan ocimen.
Monoterpenoid, contohnya geraniol.
Seskuiterpena, n=3, contohnya farnesen.
Seskuiterpenoid, contohnya farnesol, kurkumen, bisabolol.
Diterpena, n=4, contohnya cembren.
Diterpenoid, contohnya kafestol.
Triterpena, n=6, contohnya skualena.
Triterpenoid, contohnya lanosterol, bahan dasar bagi senyawa-senyawa
steroid.
Tetraterpena, n=8, contohnya adalah likopen, karoten
Politerpena, n besar, contohnya adalah karet dan getah perca
Keterangan dalam gambar :
Isoprena
6. C. BIOSINTESIS SENYAWA TERPENOID
Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan struktur yang besar dalam
produk alami yang diturunkan dan unit isoprene (C5)yang bergandengan dalam
model kepala ke ekor, sedangkan unit isoprene diturunkan dari metabolism asam
asetat oleh jalur asam mevalonat (MVA). Adapun reaaksinya adalah sebagai
berikut:
Secara umum biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
1. Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam
mevalonat.
2. Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-,
seskui-, di-. sester-, dan poli-terpenoid.
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan
triterpenoid dan steroid.
Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid adalah asam asetat
7. setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen
menghasilkan asam asetoasetat.
Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan
kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana
ditemukan pada asam mevalinat, reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforialsi,
eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasimenghasilkan isopentenil (IPP) yang
selanjutnya berisomerisasi menjadi dimetil alil piropospat (DMAPP) oleh enzim
isomeriasi. IPP sebagai unti isoprene aktif bergabung secara kepala ke ekor
dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari
polimerisasi isoprene untuk menghasilkan terpenoid.
Penggabungan ini terjadi karena serangan electron dari ikatan rangkap IPP
terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan electron diikuti oleh
penyingkiran ion pirofosfat yang menghasilkan geranil.pirofosfat (GPP) yaitu
senyawa antara bagi semua senyawa monoterpenoid.
Penggabungan selanjutnya antara satu unti IPP dan GPP dengan menaisme
yang sama menghasilkan Farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa
antara bagi semua senyawa seskuiterpenoid. Senyawa diterpenoid diturunkan dari
Geranil-Geranil Pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara satu unti
IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama. Mekanisme biosintesa senyawa
terpenoid adalah sebagai berikut:
9. D. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI TERPENOID
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui
sokletasi dan maserasi. Sekletasi dilakukan dengan melakukan disokletasi pada
serbuk kering yang akan diuji dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkan
lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji
fitokimia dan uji aktifitas bakteri. Teknik maserasi menggunakan pelarut
methanol. Ekstrak methanol dipekatkan lalu lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl
4M.hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n-heksana. Ekstrak n-heksana
dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana
dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas bakteri. Uji aaktivitas bakteri
dilakukan dengan pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum ose yang
dilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2mL
Meller-Hinton broth kemudian diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam pada
suhu 35属C.suspensi baketri homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan pada
permukaan media Mueller-Hinton agar secara merata dengan menggunakan lidi
kapas yang steril. Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel, standar
tetrasiklin serta pelarutnya yang digunakan sebagai kontrol. Lalu diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 35属C. dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap
baketri.
Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-
Burchard. Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setat
anhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalah
untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetil
didalam kloroform setelah. Alasan penggunaan kloroform adalah karena golongan
senyawa ini paling larut baik didalam pelarut ini dan yang paling prinsipil adalah
tidak mengandung molekul air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air maka
asam asetat anhidrat akan berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalan
dan turunan asetil tidak akan terbentuk.
10. DAFTAR PUSTAKA
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah.
Bandung : Penerbit ITB. Terjemahan dari : Phytochemical methods.
IW.G Gunawan, dkk. 2008. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Terpenoid yang
Aktif Antibakteri pada Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn). ISSN
1907-9850
http://nadjeeb.wordpress.com
Sukadan I.M, dkk. 2008. Aktivitas Antibakteri Golongan Triterpenoid dari Biji
Pepaya (Carisa papaya L). ISSN 1907-9850.