際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
2
Most read
3
Most read
Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat 1772 - wafat dalam pengasingan
dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864), bernama asli Muhammad
Shahab atau Petto Syarif, adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang
melawan Belanda, peperangan itu dikenal dengan nama Perang Padri di tahun 1803-1837.
Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden
RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973 .

Tuanku Imam Bonjol dilahirkan di Bonjol, Pasaman, Indonesia pada tahun 1772.Beliau
kemudiannya meninggal dunia di Manado, Sulawesi pada 6 November 1864 dalam usia 92 tahun
dan dimakamkan di Khusus Lotak, Minahasa.




Tuanku Imam Bonjol bukanlah seorang Minahasa. Dia berasal dari Sumatera Barat. "Tuanku
Imam Bonjol" adalah sebuah gelaran yang diberikan kepada guru-guru agama di Sumatra. Nama
asli Imam Bonjol adalah Peto Syarif Ibnu Pandito Bayanuddin.

Dia adalah pemimpin yang paling terkenal dalam gerakan dakwah di Sumatera, yang pada
mulanya menentang perjudian, laga ayam, penyalahggunaan dadah, minuman keras, dan
tembakau, tetapi kemudian mengadakan penentangan terhadap penjajahan Belandayang
memiliki semboyan Gold, Glory, Gospel sehingga mengakibatkan perang Padri (1821-1837).

Mula-mula ia belajar agama dari ayahnya, Buya Nudin. Kemudian dari beberapa orang ulama
lainya, seperti Tuanku Nan Renceh. Imam Bonjol adalah pengasas negeri Bonjol.

Pertentangan kaum Adat dengan kaum Paderi atau kaum agama turut melibatkan Tuanku Imam
Bonjol. Kaum paderi berusaha membersihkan ajaran agama islam yang telah banyak
diselewengkan agar dikembalikan kepada ajaran agama islam yang murni.

Golongan adat yang merasa terancam kedudukanya, mendapat bantuan dari Belanda. Namun
gerakan pasukan Imam Bonjol yang cukup tangguh sangat membahayakan kedudukan Belanda.
Oleh sebab itu Belanda terpaksa mengadakan perjanjian damai dengan Tuanku Imam Bonjol
pada tahun 1824. Perjanjian itu disebut "Perjanjian Masang". Tetapi perjanjian itu dilanggar
sendiri oleh Belanda dengan menyerang Negeri Pandai Sikat.
Pertempuran-pertempuran berikutnya tidak banyak bererti, kerena Belanda harus mengumpul
kekuatanya terhadap Perang Diponogoro. Tetapi setelah Perang Diponogoro selesai, maka
Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menaklukan seluruh Sumatra Barat.

Imam Bonjol dan pasukanya tak mahu menyerah dan dengan gigih membendung kekuatan
musuh. Namun Kekuatan Belanda sangat besar, sehingga satu demi satu daerah Imam Bonjol
dapat direbut Belanda. Tapi tiga bulan kemudian Bonjol dapat direbut kembali. Ini terjadi pada
tahun 1832.

Belanda kembali mengerahkan kekuatan pasukanya yang besar. Tak ketinggalan Gabernor
Jeneral Van den Bosch ikut memimpin serangan ke atas Bonjol. Namun ia gagal. Ia mengajak
Imam Bonjol berdamai dengan maklumat "Palakat Panjang", Tapi Tuanku Imam curiga.

Untuk waktu-wakyu selanjutnya, kedudukan Tuanku Imam Bonjol bertambah sulit, namun ia tak
mahukan untuk berdamai dengan Belanda.Tiga kali Belanda mengganti panglima perangnya
untuk merebut Bonjol, sebuah negeri kecil dengan benteng dari tanah liat. Setelah tiga tahun
dikepung, barulah Bonjol dapat dikuasai, iaitu pada tanggal 16 Ogos 1837.

Pada tahun 1837, desa Imam Bonjol berjaya diambil alih oleh Belanda, dan Imam Bonjol
akhirnya menyerah kalah. Dia kemudian diasingkan di beberapa tempat, dan pada akhirnya
dibawa ke Minahasa. Dia diakui sebagai pahlawan nasional.

Sebuah bangunan berciri khas Sumatera melindungi makam Imam Bonjol. Sebuah relief
menggambarkan Imam Bonjol dalam perang Padri menghiasi salah satu dinding. Di samping
bangunan ini adalah rumah asli tempat Imam Bonjol tinggal selama pengasingannya

Riwayat Perjuangan

Tak dapat dimungkiri, Perang Paderi meninggalkan kenangan heroik sekaligus traumatis dalam
memori bangsa. Selama sekitar 20 tahun pertama perang itu (1803-1821) praktis yang
berbunuhan adalah sesama orang Minang dan Mandailing atau Batak umumnya.

Campur tangan Belanda dalam perang itu ditandai dengan penyerangan Simawang dan Sulit Air
oleh pasukan Kapten Goffinet dan Kapten Dienema awal April 1821 atas perintah Residen James
du Puy di Padang. Kompeni melibatkan diri dalam perang itu karena "diundang" kaum Adat.

Pada 21 Februari 1821, kaum Adat resmi menyerahkan wilayah darek (pedalaman Minangkabau)
kepada Kompeni dalam perjanjian yang diteken di Padang, sebagai kompensasi kepada Belanda
yang bersedia membantu melawan kaum Paderi. Perjanjian itu dihadiri juga oleh sisa keluarga
Dinasti Pagaruyung di bawah pimpinan Sultan Muningsyah yang selamat dari pembunuhan oleh
pasukan Paderi yang dipimpin Tuanku Pasaman di Koto Tangah, dekat Batu Sangkar, pada 1815
(bukan 1803 seperti disebut Parlindungan, 2007:136-41).

Perlawanan yang dilakukan oleh pasukan paderi cukup tangguh sehingga sangat menyulitkan
Belanda untuk menundukkannya. Oleh sebab itu Belanda terpaksa mengadakan perjanjian damai
dengan Tuanku Imam Bonjol pada tahun 1824. Gubernur Jendral Johannes van den Bosch
pernah mengajak Tuanku Imam Bonjol berdamai dengan maklumat "Perjanjian Masang", karena
disaat bersamaan Batavia juga kehabisan dana dalam menghadapi peperangan lain di Eropah dan
Jawa seperti Perang Diponegoro. Tetapi perjanjian itu dilanggar sendiri oleh Belanda dengan
menyerang Negeri Pandai Sikat.

Namun, sejak awal 1833 perang berubah menjadi perang antara kaum Adat dan kaum Paderi
melawan Belanda, kedua pihak bahu-membahu melawan Belanda, Pihak-pihak yang semula
bertentangan akhirnya bersatu melawan Belanda. Diujung penyesalan muncul kesadaran,
mengundang Belanda dalam konflik justru menyengsarakan masyarakat Minangkabau itu sendiri
. Bersatunya kaum Adat dan kaum Paderi ini dimulai dengan adanya kompromi yang dikenal
dengan nama Plakat Tabek Patah yang mewujudkan konsensus Adat basandi Syarak, Syarak
basandi Kitabullah (Adat berdasarkan Agama, Agama berdasarkan Kitabullah (Al-Qur'an)).

Dalam MTIB, terefleksi ada rasa penyesalan Tuanku Imam Bonjol atas tindakan kaum Paderi
atas sesama orang Minang dan Mandailing. Tuanku Imam Bonjol sadar, perjuangannya sudah
melenceng dari ajaran agama. "Adopun hukum Kitabullah banyak lah malampau dek ulah kito
juo. Baa dek kalian?" (Adapun banyak hukum Kitabullah yang sudah terlangkahi oleh kita.
Bagaimana pikiran kalian?), ungkap Tuanku Imam Bonjol seperti tertulis dalam MTIB (hal 39).

Penyesalan dan perjuangan heroik Tuanku Imam Bonjol bersama pengikutnya melawan Belanda
yang mengepung Bonjol dari segala jurusan selama sekitar enam bulan (16 Maret-17 Agustus
1837) juga dapat menjadi apresiasinya akan kepahlawanannya menentang penjajahan[3]. 
seperti rinci dilaporkan G. Teitler yang berjudul Akhir Perang Paderi: Pengepungan dan
Perampasan Bonjol 1834-1837.

Belanda menyerang benteng kaum Paderi di Bonjol dengan tentara yang dipimpin oleh jenderal
dan para perwira Belanda, tetapi yang sebagian besar terdiri dari berbagai suku, seperti Jawa,
Madura, Bugis, dan Ambon. Dalam daftar nama para perwira pasukan Belanda adalah Mayor
Jendral Cochius, Letnan Kolonel Bauer, Mayor Sous, Kapten MacLean, Letnan Satu Van der
Tak, Pembantu Letnan Satu Steinmetz dan seterusnya, tetapi juga nama Inlandsche (pribumi)
seperti Kapitein Noto Prawiro, Indlandsche Luitenant Prawiro di Logo, Karto Wongso Wiro
Redjo, Prawiro Sentiko, Prawiro Brotto, dan Merto Poero.

Terdapat 148 perwira Eropa, 36 perwira pribumi, 1.103 tentara Eropa, 4.130 tentara pribumi,
Sumenapsche hulptroepen hieronder begrepen (pasukan pembantu Sumenap alias Madura).
Ketika dimulai serangan terhadap benteng Bonjol, orang-orang Bugis berada di bagian depan
menyerang pertahanan Paderi.

Dari Batavia didatangkan terus tambahan kekuatan tentara Belanda. Tanggal 20 Juli 1837 tiba
dengan Kapal Perle di Padang, Kapitein Sinninghe, sejumlah orang Eropa dan Afrika, 1 sergeant,
4 korporaals dan 112 flankeurs. Yang belakangan ini menunjuk kepada serdadu Afrika yang
direkrut oleh Belanda di benua itu, kini negara Ghana dan Mali. Mereka disebut Sepoys dan
berdinas dalam tentara Belanda.

More Related Content

What's hot (20)

DOCX
Biografi Pangeran Diponegoro Dan Ki Hajar Dewantara
Firdika Arini
PPTX
MASA PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA DI INDONESIA
Aini29
PPTX
Asal usul nenek moyang Bangsa
Tonny Basuki
PPTX
Perang Batak
Renata Gabetta
PPTX
Perlawanan rakyat makasar
Suratno Ratno Miharjo
PPTX
Historiografi
junna pratama
PPTX
Perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme bagian 1
Rani Insani
PPTX
Masa pergerakan nasional
Umi Pujiati
PPTX
Perlawanan Sultan Agung dari Mataram (1613-1645)
Krisdiana 1911
PPTX
Perlawanan rakyat indonesia terhadap kolonial belanda
Nidya Milano
PPTX
Manusia dan sejarah
munir ikhwan
PPTX
Politik Etis
Naufal AR
PPTX
perang bali
DEDI3060
PPTX
Kerajaan ternate dan tidore
Suratno Ratno Miharjo
PPTX
Pahlawan nasional
Bagasandi25
PPTX
8.Sumber sejarah
aswansetiawan
PPTX
Ppt modul 1 kb 2
SPADAIndonesia
PPT
Perlawanan makasar
Suratno Ratno Miharjo
PPTX
Perjuangan bangsa indonesia melawan penjajah
Shafiraaaaa
PPTX
Mataram kuno: Keadaan ekonomi, politik, sosial-budaya mataram kuno
Mcinvie
Biografi Pangeran Diponegoro Dan Ki Hajar Dewantara
Firdika Arini
MASA PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA DI INDONESIA
Aini29
Asal usul nenek moyang Bangsa
Tonny Basuki
Perang Batak
Renata Gabetta
Perlawanan rakyat makasar
Suratno Ratno Miharjo
Historiografi
junna pratama
Perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme bagian 1
Rani Insani
Masa pergerakan nasional
Umi Pujiati
Perlawanan Sultan Agung dari Mataram (1613-1645)
Krisdiana 1911
Perlawanan rakyat indonesia terhadap kolonial belanda
Nidya Milano
Manusia dan sejarah
munir ikhwan
Politik Etis
Naufal AR
perang bali
DEDI3060
Kerajaan ternate dan tidore
Suratno Ratno Miharjo
Pahlawan nasional
Bagasandi25
8.Sumber sejarah
aswansetiawan
Ppt modul 1 kb 2
SPADAIndonesia
Perlawanan makasar
Suratno Ratno Miharjo
Perjuangan bangsa indonesia melawan penjajah
Shafiraaaaa
Mataram kuno: Keadaan ekonomi, politik, sosial-budaya mataram kuno
Mcinvie

Similar to Tuanku imam bonjol (20)

PPTX
Perang padri sejarah wajib
Rakha Al
PPTX
Tuanku imam bonjol_SMAN 1 KEJAYAN
Bimaaaaa Mahendraaa
PPTX
Perlawanan rakyat kaum paderi
Joshua Raphael
PPTX
Sejarah Perjuangan Tuanku Imam Bonjol.pptx
goldentaqwim
PDF
PERANG PADRI.pdf
NuurDewiSekar
PPT
Perang padri xi iis 1
Erfi Indriastuti
PPTX
Perang Padri
irfi bifadlillah
PPTX
Sejarah padri aceh
Suratno Ratno Miharjo
DOCX
Biografi pahlawan nasional
ferisrama
PPTX
IMAM BONJOL.pptx
MFawwaz2
PPTX
Perang padri
Ardella Aswieri
PPT
Perang Padri
helmyshin1
DOCX
13. perang padri tahun 1821 1837
SMA Negeri 9 KERINCI
PPTX
masuknya belanda ke pulau sumatra
Aprian Hidayat
PPTX
Kelompok empat pahlawan nasioanal Tuanku Imam Bonjol.pptx
Subahannor
PPTX
Perang padri
Fikri Yaqin
DOCX
Sejarah perang padri
Alicia Bonita
PPTX
Sejarah : PERANG PADRI & PERANG DIPONEGORO
Adinda Gifary
DOCX
Perang
fahrisyah
PPT
Ringkasan materi ajar ips kelas v
Minarsih
Perang padri sejarah wajib
Rakha Al
Tuanku imam bonjol_SMAN 1 KEJAYAN
Bimaaaaa Mahendraaa
Perlawanan rakyat kaum paderi
Joshua Raphael
Sejarah Perjuangan Tuanku Imam Bonjol.pptx
goldentaqwim
PERANG PADRI.pdf
NuurDewiSekar
Perang padri xi iis 1
Erfi Indriastuti
Perang Padri
irfi bifadlillah
Sejarah padri aceh
Suratno Ratno Miharjo
Biografi pahlawan nasional
ferisrama
IMAM BONJOL.pptx
MFawwaz2
Perang padri
Ardella Aswieri
Perang Padri
helmyshin1
13. perang padri tahun 1821 1837
SMA Negeri 9 KERINCI
masuknya belanda ke pulau sumatra
Aprian Hidayat
Kelompok empat pahlawan nasioanal Tuanku Imam Bonjol.pptx
Subahannor
Perang padri
Fikri Yaqin
Sejarah perang padri
Alicia Bonita
Sejarah : PERANG PADRI & PERANG DIPONEGORO
Adinda Gifary
Perang
fahrisyah
Ringkasan materi ajar ips kelas v
Minarsih
Ad

More from Yadhi Muqsith (20)

DOCX
Not balok mengheningkan cipta
Yadhi Muqsith
DOC
Makalah pendidikan
Yadhi Muqsith
DOCX
Makalah tentang model pembelajaran kooperatif (autosaved)11 daftar isi
Yadhi Muqsith
DOCX
Makalah pipisahan
Yadhi Muqsith
DOCX
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Yadhi Muqsith
DOCX
Makalah inggris
Yadhi Muqsith
DOCX
Makalah dampak teknologi
Yadhi Muqsith
DOCX
Lamaran kerja
Yadhi Muqsith
DOCX
Kisah tentang burung beo cerdas
Yadhi Muqsith
DOCX
Kebudayaan dari indonesia bagian tengah
Yadhi Muqsith
DOCX
Kebudayaan dari indonesia bagian barat
Yadhi Muqsith
DOCX
Karya ilmiah bahaya merokok
Yadhi Muqsith
DOCX
Dongeng bahasa inggris
Yadhi Muqsith
DOCX
Biografi presiden ir soekarno
Yadhi Muqsith
DOCX
Anatomi fisiologi organ reproduksi dan diklus menstruasi
Yadhi Muqsith
DOCX
50 taman nasional di indonesia
Yadhi Muqsith
DOCX
Sumber pencemaran air
Yadhi Muqsith
DOCX
Biografi presiden indonesia
Yadhi Muqsith
DOCX
Drama perkenalan 5 orang 3 bahasa
Yadhi Muqsith
DOCX
Story collections3123
Yadhi Muqsith
Not balok mengheningkan cipta
Yadhi Muqsith
Makalah pendidikan
Yadhi Muqsith
Makalah tentang model pembelajaran kooperatif (autosaved)11 daftar isi
Yadhi Muqsith
Makalah pipisahan
Yadhi Muqsith
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Yadhi Muqsith
Makalah inggris
Yadhi Muqsith
Makalah dampak teknologi
Yadhi Muqsith
Lamaran kerja
Yadhi Muqsith
Kisah tentang burung beo cerdas
Yadhi Muqsith
Kebudayaan dari indonesia bagian tengah
Yadhi Muqsith
Kebudayaan dari indonesia bagian barat
Yadhi Muqsith
Karya ilmiah bahaya merokok
Yadhi Muqsith
Dongeng bahasa inggris
Yadhi Muqsith
Biografi presiden ir soekarno
Yadhi Muqsith
Anatomi fisiologi organ reproduksi dan diklus menstruasi
Yadhi Muqsith
50 taman nasional di indonesia
Yadhi Muqsith
Sumber pencemaran air
Yadhi Muqsith
Biografi presiden indonesia
Yadhi Muqsith
Drama perkenalan 5 orang 3 bahasa
Yadhi Muqsith
Story collections3123
Yadhi Muqsith
Ad

Tuanku imam bonjol

  • 1. Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat 1772 - wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864), bernama asli Muhammad Shahab atau Petto Syarif, adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda, peperangan itu dikenal dengan nama Perang Padri di tahun 1803-1837. Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973 . Tuanku Imam Bonjol dilahirkan di Bonjol, Pasaman, Indonesia pada tahun 1772.Beliau kemudiannya meninggal dunia di Manado, Sulawesi pada 6 November 1864 dalam usia 92 tahun dan dimakamkan di Khusus Lotak, Minahasa. Tuanku Imam Bonjol bukanlah seorang Minahasa. Dia berasal dari Sumatera Barat. "Tuanku Imam Bonjol" adalah sebuah gelaran yang diberikan kepada guru-guru agama di Sumatra. Nama asli Imam Bonjol adalah Peto Syarif Ibnu Pandito Bayanuddin. Dia adalah pemimpin yang paling terkenal dalam gerakan dakwah di Sumatera, yang pada mulanya menentang perjudian, laga ayam, penyalahggunaan dadah, minuman keras, dan tembakau, tetapi kemudian mengadakan penentangan terhadap penjajahan Belandayang memiliki semboyan Gold, Glory, Gospel sehingga mengakibatkan perang Padri (1821-1837). Mula-mula ia belajar agama dari ayahnya, Buya Nudin. Kemudian dari beberapa orang ulama lainya, seperti Tuanku Nan Renceh. Imam Bonjol adalah pengasas negeri Bonjol. Pertentangan kaum Adat dengan kaum Paderi atau kaum agama turut melibatkan Tuanku Imam Bonjol. Kaum paderi berusaha membersihkan ajaran agama islam yang telah banyak diselewengkan agar dikembalikan kepada ajaran agama islam yang murni. Golongan adat yang merasa terancam kedudukanya, mendapat bantuan dari Belanda. Namun gerakan pasukan Imam Bonjol yang cukup tangguh sangat membahayakan kedudukan Belanda. Oleh sebab itu Belanda terpaksa mengadakan perjanjian damai dengan Tuanku Imam Bonjol pada tahun 1824. Perjanjian itu disebut "Perjanjian Masang". Tetapi perjanjian itu dilanggar sendiri oleh Belanda dengan menyerang Negeri Pandai Sikat.
  • 2. Pertempuran-pertempuran berikutnya tidak banyak bererti, kerena Belanda harus mengumpul kekuatanya terhadap Perang Diponogoro. Tetapi setelah Perang Diponogoro selesai, maka Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menaklukan seluruh Sumatra Barat. Imam Bonjol dan pasukanya tak mahu menyerah dan dengan gigih membendung kekuatan musuh. Namun Kekuatan Belanda sangat besar, sehingga satu demi satu daerah Imam Bonjol dapat direbut Belanda. Tapi tiga bulan kemudian Bonjol dapat direbut kembali. Ini terjadi pada tahun 1832. Belanda kembali mengerahkan kekuatan pasukanya yang besar. Tak ketinggalan Gabernor Jeneral Van den Bosch ikut memimpin serangan ke atas Bonjol. Namun ia gagal. Ia mengajak Imam Bonjol berdamai dengan maklumat "Palakat Panjang", Tapi Tuanku Imam curiga. Untuk waktu-wakyu selanjutnya, kedudukan Tuanku Imam Bonjol bertambah sulit, namun ia tak mahukan untuk berdamai dengan Belanda.Tiga kali Belanda mengganti panglima perangnya untuk merebut Bonjol, sebuah negeri kecil dengan benteng dari tanah liat. Setelah tiga tahun dikepung, barulah Bonjol dapat dikuasai, iaitu pada tanggal 16 Ogos 1837. Pada tahun 1837, desa Imam Bonjol berjaya diambil alih oleh Belanda, dan Imam Bonjol akhirnya menyerah kalah. Dia kemudian diasingkan di beberapa tempat, dan pada akhirnya dibawa ke Minahasa. Dia diakui sebagai pahlawan nasional. Sebuah bangunan berciri khas Sumatera melindungi makam Imam Bonjol. Sebuah relief menggambarkan Imam Bonjol dalam perang Padri menghiasi salah satu dinding. Di samping bangunan ini adalah rumah asli tempat Imam Bonjol tinggal selama pengasingannya Riwayat Perjuangan Tak dapat dimungkiri, Perang Paderi meninggalkan kenangan heroik sekaligus traumatis dalam memori bangsa. Selama sekitar 20 tahun pertama perang itu (1803-1821) praktis yang berbunuhan adalah sesama orang Minang dan Mandailing atau Batak umumnya. Campur tangan Belanda dalam perang itu ditandai dengan penyerangan Simawang dan Sulit Air oleh pasukan Kapten Goffinet dan Kapten Dienema awal April 1821 atas perintah Residen James du Puy di Padang. Kompeni melibatkan diri dalam perang itu karena "diundang" kaum Adat. Pada 21 Februari 1821, kaum Adat resmi menyerahkan wilayah darek (pedalaman Minangkabau) kepada Kompeni dalam perjanjian yang diteken di Padang, sebagai kompensasi kepada Belanda yang bersedia membantu melawan kaum Paderi. Perjanjian itu dihadiri juga oleh sisa keluarga Dinasti Pagaruyung di bawah pimpinan Sultan Muningsyah yang selamat dari pembunuhan oleh pasukan Paderi yang dipimpin Tuanku Pasaman di Koto Tangah, dekat Batu Sangkar, pada 1815 (bukan 1803 seperti disebut Parlindungan, 2007:136-41). Perlawanan yang dilakukan oleh pasukan paderi cukup tangguh sehingga sangat menyulitkan Belanda untuk menundukkannya. Oleh sebab itu Belanda terpaksa mengadakan perjanjian damai dengan Tuanku Imam Bonjol pada tahun 1824. Gubernur Jendral Johannes van den Bosch
  • 3. pernah mengajak Tuanku Imam Bonjol berdamai dengan maklumat "Perjanjian Masang", karena disaat bersamaan Batavia juga kehabisan dana dalam menghadapi peperangan lain di Eropah dan Jawa seperti Perang Diponegoro. Tetapi perjanjian itu dilanggar sendiri oleh Belanda dengan menyerang Negeri Pandai Sikat. Namun, sejak awal 1833 perang berubah menjadi perang antara kaum Adat dan kaum Paderi melawan Belanda, kedua pihak bahu-membahu melawan Belanda, Pihak-pihak yang semula bertentangan akhirnya bersatu melawan Belanda. Diujung penyesalan muncul kesadaran, mengundang Belanda dalam konflik justru menyengsarakan masyarakat Minangkabau itu sendiri . Bersatunya kaum Adat dan kaum Paderi ini dimulai dengan adanya kompromi yang dikenal dengan nama Plakat Tabek Patah yang mewujudkan konsensus Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah (Adat berdasarkan Agama, Agama berdasarkan Kitabullah (Al-Qur'an)). Dalam MTIB, terefleksi ada rasa penyesalan Tuanku Imam Bonjol atas tindakan kaum Paderi atas sesama orang Minang dan Mandailing. Tuanku Imam Bonjol sadar, perjuangannya sudah melenceng dari ajaran agama. "Adopun hukum Kitabullah banyak lah malampau dek ulah kito juo. Baa dek kalian?" (Adapun banyak hukum Kitabullah yang sudah terlangkahi oleh kita. Bagaimana pikiran kalian?), ungkap Tuanku Imam Bonjol seperti tertulis dalam MTIB (hal 39). Penyesalan dan perjuangan heroik Tuanku Imam Bonjol bersama pengikutnya melawan Belanda yang mengepung Bonjol dari segala jurusan selama sekitar enam bulan (16 Maret-17 Agustus 1837) juga dapat menjadi apresiasinya akan kepahlawanannya menentang penjajahan[3]. seperti rinci dilaporkan G. Teitler yang berjudul Akhir Perang Paderi: Pengepungan dan Perampasan Bonjol 1834-1837. Belanda menyerang benteng kaum Paderi di Bonjol dengan tentara yang dipimpin oleh jenderal dan para perwira Belanda, tetapi yang sebagian besar terdiri dari berbagai suku, seperti Jawa, Madura, Bugis, dan Ambon. Dalam daftar nama para perwira pasukan Belanda adalah Mayor Jendral Cochius, Letnan Kolonel Bauer, Mayor Sous, Kapten MacLean, Letnan Satu Van der Tak, Pembantu Letnan Satu Steinmetz dan seterusnya, tetapi juga nama Inlandsche (pribumi) seperti Kapitein Noto Prawiro, Indlandsche Luitenant Prawiro di Logo, Karto Wongso Wiro Redjo, Prawiro Sentiko, Prawiro Brotto, dan Merto Poero. Terdapat 148 perwira Eropa, 36 perwira pribumi, 1.103 tentara Eropa, 4.130 tentara pribumi, Sumenapsche hulptroepen hieronder begrepen (pasukan pembantu Sumenap alias Madura). Ketika dimulai serangan terhadap benteng Bonjol, orang-orang Bugis berada di bagian depan menyerang pertahanan Paderi. Dari Batavia didatangkan terus tambahan kekuatan tentara Belanda. Tanggal 20 Juli 1837 tiba dengan Kapal Perle di Padang, Kapitein Sinninghe, sejumlah orang Eropa dan Afrika, 1 sergeant, 4 korporaals dan 112 flankeurs. Yang belakangan ini menunjuk kepada serdadu Afrika yang direkrut oleh Belanda di benua itu, kini negara Ghana dan Mali. Mereka disebut Sepoys dan berdinas dalam tentara Belanda.