Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai evaluasi pendidikan dengan judul "Pengolahan dan Pendekatan dalam Penilaian Hasil Pembelajaran dengan Sistem PAN dan PAP" dan "Rubrik Penilaian Psikomotor". Dokumen tersebut menjelaskan pengertian PAN dan PAP serta contoh soal penilaian menggunakan kedua sistem tersebut. Selanjutnya diberikan penjelasan mengenai kriteria penilaian dan contoh rubrik penilaian untuk keter
Tes statistik dilakukan untuk menguji perbedaan kemampuan belajar antara anak laki-laki dan perempuan dalam menjumlahkan bilangan. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok. Analisis korelasi juga dilakukan untuk menilai hubungan antara variabel-variabel seperti IQ, sikap, dan prestasi belajar siswa.
Modul ini membahas teknik pemberian skor pada berbagai jenis soal tes, yaitu pilihan ganda, uraian objektif, dan uraian non-objektif. Ada tiga cara penskoran pilihan ganda, yaitu tanpa koreksi, dengan koreksi, dan beda bobot. Uraian objektif skornya berdasarkan langkah-langkah mengerjakan. Uraian non-objektif menggunakan kriteria jawaban. Pembobotan soal campuran menggunak
Berikut ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendalian Elektromagnetik melalui tes awal dan akhir.
2. Hasil tes awal menunjukkan rata-rata nilai siswa 33,83 dengan standar deviasi tinggi 35,09, mengindikasikan tingkat kesulitan belajar siswa pada kateg
Tes validitas dan reliabilitas merupakan ukuran penting untuk mengetahui akurasi dan konsistensi suatu tes. Validitas mengukur seberapa tepat tes mengukur konstruk yang dimaksudkan, sedangkan reliabilitas menunjukkan hasil yang konsisten bila tes diulang. Beberapa metode untuk mengukur validitas dan reliabilitas meliputi korelasi skor tes dengan kriteria, tes ulang, dan belah dua.
Dokumen tersebut berisi ringkasan hasil pengolahan data statistik menggunakan SPSS untuk berbagai uji statistik seperti uji t, ANOVA satu faktor, korelasi dan regresi berganda.
Dokumen tersebut membahas model-model evaluasi kurikulum. Ada 4 pendapat yang menjelaskan berbagai model evaluasi kurikulum seperti CIPP, 3P, EPIC, dan model kuantitatif dan kualitatif. Pendapat terakhir menyarankan model CIPP yang lebih sesuai untuk evaluasi kurikulum nasional karena mempertimbangkan konteks, input, proses, dan hasil.
Dokumen tersebut membahas strategi penting untuk membangun kemampuan kreatif di abad 21 melalui pendidikan seni, yaitu menciptakan pembelajaran kreatif dengan pengajar yang kreatif, mendorong kemitraan kreatif di semua tingkatan, dan pendidikan guru seni dan seniman. Dokumen ini juga menyarankan beberapa langkah penelitian untuk mengembangkan pendidikan seni seperti mengevaluasi program dan metode pelajaran, serta ker
Evaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajarifa lutfita
油
Dokumen tersebut membahas tentang proses pengubahan skor hasil tes menjadi nilai melalui proses penilaian. Proses penilaian melibatkan penentuan skala dan acuan yang digunakan, seperti skala angka, huruf, atau standar nilai. Pemilihan acuan penilaian yang berbeda, seperti acuan patokan atau acuan norma, dapat menghasilkan keputusan penilaian yang berbeda pula terhadap siswa.
Dokumen tersebut membahas mengenai instrumen evaluasi pembelajaran. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan bahwa evaluasi pembelajaran dilakukan untuk memantau proses dan hasil belajar siswa, serta menjadi dasar penyusunan laporan kemajuan belajar. Dokumen tersebut juga menjelaskan beberapa syarat alat evaluasi yang baik seperti tingkat kesukaran, daya beda, validitas, dan reliabilitas.
Dokumen tersebut membahas tentang penyusunan tes hasil belajar, meliputi: (1) mendefinisikan tujuan penggunaan tes, (2) menyiapkan spesifikasi, (3) menentukan format butir, (4) merencanakan tingkat kesukaran dan rentang, (5) merencanakan banyak butir dan panjang tes, (6) penulisan butir dan pengkajian ulang, serta (7) penentuan norma.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya menggunakan acuan (norma atau patokan) dalam mengevaluasi kinerja individu agar dapat dibandingkan dengan kelompok lain. Terdapat dua jenis acuan yaitu norma referensi yang membandingkan skor individu dengan norma kelompok representatif, dan acuan kriteria yang membandingkan skor dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa jenis norma seperti
Dokumen tersebut membahas tentang penilaian hasil belajar siswa, termasuk jenis-jenis penilaian, alat ukur yang digunakan, prosedur pengembangan sistem instruksional, prinsip-prinsip penilaian yang baik, dan contoh penetapan kriteria ketuntasan minimal.
PENGARUH METODE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG PERKALIAN KELAS II...SYIFA MUFIDAH
油
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh metode Student Team Achievement Division (STAD) terhadap hasil belajar operasi hitung perkalian siswa kelas III SD Negeri Rawa Bunga 11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan metode STAD terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam operasi hitung perkalian. Metode ini juga mampu meningkatkan aktifitas dan kerjasama siswa dalam pembelajaran.
Modul 4. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi Hasil BelajarNaita Novia Sari
油
Modul ini membahas tentang pengumpulan dan pengolahan informasi hasil belajar siswa melalui berbagai metode seperti tes objektif, tes uraian, pengamatan, dan penilaian kinerja. Metode-metode tersebut digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran dan perkembangan belajar siswa."
Modul ini membahas teknik pemberian skor pada berbagai jenis soal tes, termasuk pilihan ganda, uraian objektif, dan uraian non-objektif. Ada tiga cara pemberian skor pada pilihan ganda, yaitu tanpa koreksi, dengan koreksi, dan dengan bobot butir berbeda. Sedangkan untuk soal uraian, pedoman skornya didasarkan pada indikator kompetensi yang diukur. Modul ini juga menjelaskan cara membobot
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut merangkum penelitian tentang pengaruh pelatihan dan kompetensi terhadap produktivitas kerja karyawan di PT Siegwerk Indonesia. Bab I berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian. Bab II membahas tinjauan pustaka tentang pelatihan, kompetensi, dan produktivitas kerja. Bab III menjelaskan metode penelitian yang digunakan
Ujian merujuk norma membandingkan prestasi pelajar dengan populasi keseluruhan untuk menentukan tahap pencapaian mereka. Ujian ini dibina untuk menghasilkan perbezaan pencapaian maksimum dengan mengawal kesukaran soalan agar terdapat nisbah soalan mudah, sederhana dan sukar.
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan IndonesiaDadang Solihin
油
Tujuan penyusunan naskah masukan untuk peta jalan strategis keangkasaan Indonesia ini adalah untuk meningkatkan kedaulatan dan pemanfaatan wilayah angkasa Indonesia dalam rangka memperkuat Ketahanan Nasional dan Visi Indonesia Emas 2045.
Evaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajarifa lutfita
油
Dokumen tersebut membahas tentang proses pengubahan skor hasil tes menjadi nilai melalui proses penilaian. Proses penilaian melibatkan penentuan skala dan acuan yang digunakan, seperti skala angka, huruf, atau standar nilai. Pemilihan acuan penilaian yang berbeda, seperti acuan patokan atau acuan norma, dapat menghasilkan keputusan penilaian yang berbeda pula terhadap siswa.
Dokumen tersebut membahas mengenai instrumen evaluasi pembelajaran. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan bahwa evaluasi pembelajaran dilakukan untuk memantau proses dan hasil belajar siswa, serta menjadi dasar penyusunan laporan kemajuan belajar. Dokumen tersebut juga menjelaskan beberapa syarat alat evaluasi yang baik seperti tingkat kesukaran, daya beda, validitas, dan reliabilitas.
Dokumen tersebut membahas tentang penyusunan tes hasil belajar, meliputi: (1) mendefinisikan tujuan penggunaan tes, (2) menyiapkan spesifikasi, (3) menentukan format butir, (4) merencanakan tingkat kesukaran dan rentang, (5) merencanakan banyak butir dan panjang tes, (6) penulisan butir dan pengkajian ulang, serta (7) penentuan norma.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya menggunakan acuan (norma atau patokan) dalam mengevaluasi kinerja individu agar dapat dibandingkan dengan kelompok lain. Terdapat dua jenis acuan yaitu norma referensi yang membandingkan skor individu dengan norma kelompok representatif, dan acuan kriteria yang membandingkan skor dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa jenis norma seperti
Dokumen tersebut membahas tentang penilaian hasil belajar siswa, termasuk jenis-jenis penilaian, alat ukur yang digunakan, prosedur pengembangan sistem instruksional, prinsip-prinsip penilaian yang baik, dan contoh penetapan kriteria ketuntasan minimal.
PENGARUH METODE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG PERKALIAN KELAS II...SYIFA MUFIDAH
油
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh metode Student Team Achievement Division (STAD) terhadap hasil belajar operasi hitung perkalian siswa kelas III SD Negeri Rawa Bunga 11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan metode STAD terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam operasi hitung perkalian. Metode ini juga mampu meningkatkan aktifitas dan kerjasama siswa dalam pembelajaran.
Modul 4. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi Hasil BelajarNaita Novia Sari
油
Modul ini membahas tentang pengumpulan dan pengolahan informasi hasil belajar siswa melalui berbagai metode seperti tes objektif, tes uraian, pengamatan, dan penilaian kinerja. Metode-metode tersebut digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran dan perkembangan belajar siswa."
Modul ini membahas teknik pemberian skor pada berbagai jenis soal tes, termasuk pilihan ganda, uraian objektif, dan uraian non-objektif. Ada tiga cara pemberian skor pada pilihan ganda, yaitu tanpa koreksi, dengan koreksi, dan dengan bobot butir berbeda. Sedangkan untuk soal uraian, pedoman skornya didasarkan pada indikator kompetensi yang diukur. Modul ini juga menjelaskan cara membobot
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut merangkum penelitian tentang pengaruh pelatihan dan kompetensi terhadap produktivitas kerja karyawan di PT Siegwerk Indonesia. Bab I berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian. Bab II membahas tinjauan pustaka tentang pelatihan, kompetensi, dan produktivitas kerja. Bab III menjelaskan metode penelitian yang digunakan
Ujian merujuk norma membandingkan prestasi pelajar dengan populasi keseluruhan untuk menentukan tahap pencapaian mereka. Ujian ini dibina untuk menghasilkan perbezaan pencapaian maksimum dengan mengawal kesukaran soalan agar terdapat nisbah soalan mudah, sederhana dan sukar.
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan IndonesiaDadang Solihin
油
Tujuan penyusunan naskah masukan untuk peta jalan strategis keangkasaan Indonesia ini adalah untuk meningkatkan kedaulatan dan pemanfaatan wilayah angkasa Indonesia dalam rangka memperkuat Ketahanan Nasional dan Visi Indonesia Emas 2045.
Komsas: Justeru Impian Di Jaring (Tingkatan 3)ChibiMochi
油
Buku Skrap Kupasan Novel Justeru Impian Di Jaring yang lengkap bersertakan contoh yang padat. Reka bentuk isi buku yang menarik mampu menarik minat untuk membaca. Susunan ayat yang teratur dapat menyenangkan ketika mahu mencari nota.
Lembar Kerja Mahasiswa Rekayasa Perangkat LunakAinul Yaqin
油
Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) Dasar-Dasar Rekayasa (Engineering Foundations) dirancang untuk membekali mahasiswa dengan pemahaman komprehensif mengenai prinsip-prinsip rekayasa yang menjadi dasar dalam pengembangan perangkat lunak. LKM ini mencakup berbagai konsep penting, seperti prinsip rekayasa yang berfokus pada efisiensi, keandalan, dan keamanan sistem, serta metode empiris yang digunakan untuk menguji dan mengevaluasi performa perangkat lunak. Mahasiswa akan mempelajari teknik eksperimen dan validasi, seperti A/B testing, pengujian terkendali, serta pendekatan berbasis survei untuk menilai efektivitas desain dan fungsionalitas perangkat lunak. Selain itu, LKM ini juga mengeksplorasi penerapan simulasi dalam rekayasa perangkat lunak, termasuk metode seperti Simulasi Monte Carlo, Agent-Based Modeling, dan Discrete Event Simulation (DES) yang digunakan dalam pemodelan sistem kompleks. Mahasiswa akan belajar bagaimana menggunakan alat dan teknik pemodelan sistem, seperti Unified Modeling Language (UML), Petri Nets, dan State Machines untuk mendesain serta menganalisis sistem perangkat lunak dengan lebih terstruktur. Selain itu, aspek analisis statistik juga menjadi bagian integral dalam LKM ini, dengan menyoroti teknik seperti Mean Time Between Failures (MTBF), Regression Analysis, dan Hypothesis Testing untuk mengevaluasi keandalan sistem perangkat lunak. Dalam bagian optimasi sistem, mahasiswa akan memahami bagaimana teknik seperti Genetic Algorithms, Linear Programming, dan Simulated Annealing digunakan untuk meningkatkan performa dan efisiensi perangkat lunak dalam berbagai aplikasi industri. Melalui studi kasus nyata, mahasiswa akan diberikan kesempatan untuk menerapkan teori yang dipelajari ke dalam konteks praktis, seperti optimasi rute dalam aplikasi logistik, analisis keandalan sistem IoT dalam lingkungan smart city, dan perancangan sistem reservasi online berbasis pemodelan matematis. LKM ini juga menekankan pentingnya pendekatan rekayasa dalam pengambilan keputusan teknis yang berkaitan dengan manajemen sumber daya, pemilihan arsitektur sistem, serta integrasi berbagai teknologi dalam siklus hidup perangkat lunak. Dengan kombinasi teori dan aplikasi praktis, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan keterampilan analitis, pemecahan masalah, dan pemikiran sistematis dalam mengembangkan solusi perangkat lunak yang lebih efisien, aman, dan inovatif. LKM ini juga memberikan wawasan tentang bagaimana prinsip-prinsip rekayasa dapat diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu teknologi informasi, termasuk kecerdasan buatan, pemrosesan data berskala besar, dan arsitektur berbasis layanan (Service-Oriented Architecture). Dengan pendekatan yang holistik dan berbasis standar industri, LKM ini menjadi panduan penting bagi mahasiswa yang ingin memperdalam pemahaman mereka mengenai fondasi rekayasa dalam dunia perangkat lunak.
Lembar Kerja Mahasiswa Rekayasa Perangkat LunakAinul Yaqin
油
Tugas Evaluasi Pendidikan
1. TUGAS
EVALUASI PENDIDIKAN
( AKBC 361)
Pengolahan dan Pendekatan dalam Penilaian Hasil Pembelajaran dengan
Sistem PAN dan PAP
Rubrik Penilaian Psikomotor
Dosen :
Dra. Atiek Winarti, M.Pd, M.Sc
Oleh :
Rina Nur Lita
(A1C308011)
PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2011
2. 1. Pengolahan dan Pendekatan dalam Penilaian Hasil Pembelajaran
PAN ( Penilaian Acuan Normal)
Merupakan penentuan nilai dalam suatu proses pembelajaran yang didasarkan
pada tingkat penguasaan di kelompok itu. Artinya pemberian nilai mengacu
pada perolehan skor di kelompok itu.
PAP (Penilaian Acuan Patokan)
Penilaian berdasarkan Acuan Patokan (PAP), pemberian nilai didasarkan atas
tercapainya suatu standar atau kriteria penguasaan tertentu yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Penilaian absolut tidak membandingkan posisi atau
kedudukan relatif subyek yang satu dengan posisi subyek yang lain dalam
kelompoknya akan tetapi melihat apakah performasi subyek sudah mencapai
batas tertentu (Zainul dan Nasution, 2001).
Soal :
Dalam satu kelas terdiri dari 40 orang mahasiswa mendapatkan skor (nilai
mentah) pada ujian akhir semester mata kuliah Kimia Anorganik 1, yaitu :
65, 60, 55, 50, 50, 45, 40, 40
65, 60, 55, 50, 50, 45, 45, 40
60, 55, 45, 45, 40, 35, 35, 35
55, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 30
55, 45, 45, 40, 40, 35, 30, 30
Buat penilaian untuk hasil pembelajaran di atas dengan menggunakan PAN dan
PAP.
3. Penyelesaian :
Penilaian dengan menggunakan PAN ( Penilaian Acuan Normal)
Tahap pengolahan skor :
Skor tertinggi = 65
Skor terendah = 30
Skor = x Nilai Maksimum
Skor untuk skor mentah 65 :
Skor = x 10
= 10
Skor untuk skor mentah 60 :
Skor = x 10
= 9,23
Skor untuk skor mentah 55 :
Skor = x 10
= 8,46
Skor untuk skor mentah 50 :
Skor = x 10
= 7,69
Skor untuk skor mentah 45 :
Skor = x 10
= 6,92
Skor untuk skor mentah 40 :
Skor = x 10
= 6,15
4. Skor untuk skor mentah 35 :
Skor = x 10
= 5,38
Skor untuk skor mentah 30 :
Skor = x 10
= 4,61
Penilaian secara proporsional :
Skor mentah 65 60 55 50 45 40 35 30
Nilai (1-10) 10 9,23 8,46 7,69 6,92 6,15 5,38 4,61
Jumlah
2 3 5 4 9 9 5 3
Mahasiswa
Dari data yang diperoleh di atas dapat diketahui :
2 mahasiswa dengan skor mentah tertinggi 65 mendapatkan nilai tertinggi
10
3 mahasiswa dengan skor mentah 60 mendapatkan nilai 9,23
5 mahasiswa dengan skor mentah 55 mendapatkan nilai 8,46
4 mahasiswa dengan skor mentah 50 mendapatkan nilai 7,69
9 mahasiswa dengan skor mentah 45 mendapatkan nilai 6,92
9 mahasiswa dengan skor mentah 40 mendapatkan nilai 6,15
5 mahasiswa dengan skor mentah 35 mendapatkan nilai 5,38
3 mahasiswa dengan skor mentah terendah 30 mendapatkan nilai terendah
4,61
5. Penilaian dengan menggunakan PAP (Penilaian Acuan Patokan)
Bila sistem penilaiannya hanya lulus dan tidak lulus maka semua yang mendapat
nilai 60% ke atas mendapat kategori yang sama yaitu lulus, tetapi bila diperlukan
penilaian yang dapat membedakan skor 60% ke atas dapat diberikan penilaian
sebagai berikut:
Rentang Skor = x 100%
Rentang Skor untuk skor mentah 65 :
Rentang Skor = x 100%
= 100%
Rentang Skor untuk skor mentah 60 :
Rentang Skor = x 100%
= 92,3%
Rentang Skor untuk skor mentah 55 :
Rentang Skor = x 100%
= 84,6%
Rentang Skor untuk skor mentah 50 :
Rentang Skor = x 100%
= 76,9%
Rentang Skor untuk skor mentah 45 :
Rentang Skor = x 100%
= 69,2%
Rentang Skor untuk skor mentah 40 :
Rentang Skor = x 100%
= 61,5%
6. Rentang Skor untuk skor mentah 35 :
Rentang Skor = x 100%
= 53,8%
Rentang Skor untuk skor mentah 30 :
Rentang Skor = x 100%
= 46,1%
Rentang skor Nilai
< 60 % E
(60 70) % D
(70 80) % C
(80 90)% B
> 90 % A
Skor mentah 65 60 55 50 45 40 35 30
Rentang skor 100 % 92,3 % 84,6% 76,9% 69,2% 61,5% 53,8% 46,1%
Nilai A A B C D D E E
Jumlah
2 3 5 4 9 9 5 3
Mahasiswa
Dari data yang diperoleh di atas dapat diketahui :
Jika rentang skor 60% ke atas mendapat kategori lulus, maka mahasiwa yang
lulus berjumlah 32 orang.
Jika rentang skor 60% ke bawah mendapat kategori tidak lulus, maka
mahasiwa yang tidak lulus berjumlah 8 orang.
Sumber :
Zainul A. dan Nasution N. 2001.Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Proyek
Pengembangan Universitas Terbuka Ditjen Dikti, Departemen Pendidikan
Nasional.
7. 2. Kriteria (Rubrics)
Kriteria atau rubrik adalah pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja peserta
didik. Dengan adanya kriteria, penilaian yang subjektif atau tidak adil dapat
dihindari atau paling tidak dikurangi, guru menjadi lebih mudah menilai prestasi
yang dapat dicapai peserta didik, dan peserta didik pun akan terdorong untuk
mencapai prestasi sebaikbaiknya karena kriteria penilaiannya jelas.
Rubrik terdiri atas dua hal yang saling berhubungan. Hal pertama adalah skor dan
hal lainnya adalah kriteria yang harus dipenuhi untuk mencapai skor itu. Banyak
sedikitnya gradasi skor (misal 5, 4, 3, 2, 1) tergantung pada jenis skala penilaian
yang digunakan dan hakikat kinerja yang akan dinilai. Contoh rubrik dan
penggunaannya pada lembar skala penilaian sebagai berikut.
Berilah centang () di bawah skor 5 bila Anda anggap cara melakukan aspek
keterampilan sangat tepat, skor 4 bila tepat, 3 bila agak tepat, 2 bila tidak
tepat, dan skor 1 bila sangat tidak tepat untuk setiap aspek keterampilan di
bawah ini!
Nomor Skor
Aspek Keterampilan
Butir 5 4 3 2 1
Starting Position
1 Waktu jongkok lutut kaki
belakang ada di depan ujung kaki
lainnya
2 Kedua tangan di tanah, siku lurus,
empat jari agak rapat mengarah
ke samping luar
3 Waktu jonkok posisi punggung
segaris dengan kepala
4 Pandangan kira-kira 1 meter di
depan garis start
5 Waktu aba-aba siap, posisi
tungkai depan 賊 90属 dan tungkai
belakang 100属-120属
Starting Action
6 ....................................................
7 ...................................................
8 ...................................................
9 ...................................................
10 ...................................................
8. Tampak dalam skala penilaian di atas bahwa penilai harus bekerja keras untuk
menilai apakah aspek keterampilan yang muncul itu sangat tepat sehingga harus
diberi skor 5, atau agak tepat sehingga skornya 3. Oleh karena itu, dalam
menggunakan skala penilaian ini harus dilakukan secermat mungkin agar skor
yang didapat menunjukkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Sedikit berbeda dengan skala penilaian, skor yang ada di lembar daftar periksa
observasi tidak banyak bervariasi, biasanya hanya dua pilihan, yaitu: ada atau
ya dengan skor 1 dan tidak dengan skor 0. Kriteria (rubrik) dan
penggunaannya pada datar periksa observasi dapat dilihat pada contoh berikut.
Berilah centang () di bawah kata ya bila aspek keterampilan yang
dinyatakan itu muncul dan benar, dan berilah centang di bawah kata tidak
bila aspek keterampilan itu muncul tetapi tidak benar atau aspek itu tidak
muncul sama sekali. Kata ya diberi skor 1, dan kata tidak diberi skor 0.
Nomor Jawaban
Aspek Keterampilan
Butir Ya Tidak
Starting Position
Waktu jongkok lutut kaki belakang ada di depan
1
ujung kaki lainnya
Kedua tangan di tanah, siku lurus, empat jari agak
2
rapat mengarah ke samping luar
Waktu jonkok posisi punggung segaris dengan
3
kepala
4 Pandangan kira-kira 1 meter di depan garis start
Waktu aba-aba siap, posisi tungkai depan 賊 90属 dan
5
tungkai belakang 100属-120属
Starting Action
6 ....................................................
7 ...................................................
8 ...................................................
9 ...................................................
10 ...................................................
9. 3. Penskoran dan Interpretasi Hasil Penilaian
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan penskoran adalah ada atau
tidak adanya perbedaan bobot tiap-tiap aspek keterampilan yang ada dalam skala
penilaian atau daftar periksa observasi. Apabila tidak ada perbedaan bobot maka
penskorannya lebih mudah. Skor akhir sama dengan jumlah skor tiap-tiap butir
penilaian.
Selanjutnya untuk menginterpretasikan, hasil yang dicapai dibandingkan dengan
acuan atau kriteria. Oleh karena pembelajaran ini menggunakan pendekatan
belajar tuntas dan berbasis kompetensi maka acuan yang digunakan untuk
menginterpretasikan hasil penilaian kinerja dan hasil kerja peserta didik adalah
acuan kriteria.
Untuk contoh lembar penilaian Lari cepat 100 meter yang butirnya ada 20
dengan rentang skor tiap butir 1 sampai dengan 5, maka skor minimalnya 20 dan
skor maksimalnya 100. Ini berarti bahwa peserta didik yang mendapat skor 20
diartikan gagal total, sedangkan peserta didik yang mendapat skor 100 diartikan
berhasil secara sempurna. Sebagai contoh perhatikan tabel dan penjelasan berikut.
SKOR HASIL
SKOR
NO PERNYATAAN PENILAIAN
BUTIR
5 4 3 2 1
Starting Position
1 Posisi lutut waktu jongkok 2
2 Posisi tangan waktu jongkok 3
3 Posisi punggung waktu jongkok 4
4 Pandangan mata saat start 2
5 Posisi tungkai saat aba-aba siap 3
Starting Action
6 Gerakan kaki dan tangan saat 4
mulai lari
7 Posisi lutut saat kaki kiri menolak 5
pada waktu lari dimulai
8 Kecepatan gerakan kaki kanan 1
setelah kaki kiri digerakkan
9 Jangkauan ayunan dan ketinggian 2
kaki kanan
10 Posisi lutut saat kaki kanan 3
mendarat di tanah
Sprinting Action
11 Keadaan lutut kaki belakang saat 3
menolak ke depan
12 Keadaan telapak kaki saat kaki 2
10. depan menapak ke tanah
13 Sumber ayunan lengan saat lari 3
14 Posisi siku saat lari 5
15 Posisi badan saat lari 5
Finishing Action
16 Gerakan kaki saat masuk finish 4
17 Pandangan mata saat masuk 4
finish
18 Kecepatan saat masuk finish 4
19 Posisi badan saat masuk finish 3
20 Kecepatan lari setelah masuk 5
finish
JUMLAH 67
Apabila ditetapkan batas kelulusan 75% dari skor maksimal maka peserta didik
yang mendapat skor 75 ke atas dikatakan lulus sedangkan peserta didik yang
mendapat skor kurang dari 75 diharuskan mengikuti program remedial. Dalam
contoh ini, karena skor yang dicapai peserta didik adalah 67, maka peserta didik
itu masih perlu remedi. Apabila tiap-tiap aspek keterampilan tidak sama bobotnya,
maka skor akhir yang dicapai peserta didik sama dengan jumlah skor tiap-tiap
butir yang sudah ditentukan bobotnya. Skor tiap-tiap butir sama dengan skor yang
dicapai dibagi banyaknya pilihan jawaban kemudian dikalikan dengan bobot
masing-masing butir.
Pada contoh lembar penilaian Lari cepat 100 meter dengan bobot untuk
kelompok starting position = 25%, starting action = 25%, sprinting action = 30%,
dan kelompok finishing action 20% dari skor maksimal, bobot tiap-tiap butir sama
dengan bobot kelompok itu dibagi dengan jumlah butir, jadi bobot tiap-tiap butir
dalam kelompok aspek keterampilan starting position adalah 5%, starting action
= 5%, sprinting action = 6%, dan finishing action 4% dari skor maksimal. Oleh
karena skor maksimalnya 100 maka bobot tiap-tiap butir dalam kelompok aspek
keterampilan starting position adalah 5, starting action = 5, sprinting action = 6,
dan finishing action 4. Dengan demikian, skor tiap-tiap butir yang sudah
ditentukan bobotnya sama dengan skor butir sebelum ditentukan bobotnya dibagi
banyaknya pilihan jawaban dikalikan bobot tiap-tiap butir. Misal: untuk butir
nomor 1 dari contoh di atas, skor butir yang sudah ditentukan bobotnya = (2/5) x
5 = 2. Secara lengkap, untuk contoh di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Skor butir = x bobot
11. SKOR HASIL
SKOR
NO PERNYATAAN PENILAIAN
BUTIR
5 4 3 2 1
Starting Position (bobot 25%)
1 Posisi lutut waktu jongkok 2
2 Posisi tangan waktu jongkok 3
3 Posisi punggung waktu jongkok 4
4 Pandangan mata saat start 2
5 Posisi tungkai saat aba-aba siap 3
Starting Action (bobot 25%)
6 Gerakan kaki dan tangan saat 4
mulai lari
7 Posisi lutut saat kaki kiri menolak 5
pada waktu lari dimulai
8 Kecepatan gerakan kaki kanan 1
setelah kaki kiri digerakkan
9 Jangkauan ayunan dan ketinggian 2
kaki kanan
10 Posisi lutut saat kaki kanan 3
mendarat di tanah
Sprinting Action(bobot 30%)
11 Keadaan lutut kaki belakang saat 3,6
menolak ke depan
12 Keadaan telapak kaki saat kaki 2,4
depan menapak ke tanah
13 Sumber ayunan lengan saat lari 3,6
14 Posisi siku saat lari 6
15 Posisi badan saat lari 6
Finishing Action (bobot 20%)
16 Gerakan kaki saat masuk finish 3,2
17 Pandangan mata saat masuk 3,2
finish
18 Kecepatan saat masuk finish 3,2
19 Posisi badan saat masuk finish 2,2
20 Kecepatan lari setelah masuk 4
finish
JUMLAH 67,6
Ternyata ada perbedaan sedikit antara jumlah skor yang menggunakan bobot dan
jumlah skor yang tidak menggunakan bobot. Jumlah skor setelah memperhatikan
bobot adalah 67,6. Selanjutnya, apabila batas kelulusan itu 75 maka peserta didik
ini dikategorikan belum lulus.
Daftar periksa observasi yang bobot tiap-tiap aspek keterampilannya sama,
penskorannya lebih mudah. Untuk contoh daftar periksa observasi Lari cepat 100
12. meter yang butirnya 20 dengan skor tiap-tiap butir 1 untuk jawaban ya dan 0
untuk jawaban tidak maka skor minimalnya 0 dan skor maksimalnya 20. Ini
berarti bahwa peserta didik yang mendapat skor 0 diartikan gagal total, sedangkan
peserta didik yang mendapat skor 20 diartikan berhasil secara sempurna.
Khusus untuk contoh di atas, apabila rentang skor yang digunakan 0 sampai
dengan 100 maka skor akhir yang diperoleh peserta didik dikalikan dengan 5,
yaitu angka konversi dari skor maksimal 20 menjadi skor maksimal 100. Sebagai
contoh perhatikan penjelasan berikut.
Hasil
Skor
No Aspek Keterampilan Observasi
Butir
Ya Tidak
Starting Position
1 Posisi lutut waktu jongkok 0
2 Posisi tangan waktu jongkok 1
3 Posisi punggung waktu jongkok 1
4 Pandangan mata saat start 1
5 Posisi tungkai saat aba-aba siap 1
Starting Action
6 Gerakan kaki dan tangan saat mulai lari 1
7 Posisi lutut saat kaki kiri menolak pada waktu 0
lari dimulai
8 Kecepatan gerakan kaki kanan setelah kaki kiri 0
digerakkan
9 Jangkauan ayunan dan ketinggian kaki kanan 1
10 Posisi lutut saat kaki kanan mendarat di tanah 1
Sprinting Action
11 Keadaan lutut kaki belakang saat menolak ke 0
depan
12 Keadaan telapak kaki saat kaki depan menapak 1
ke tanah
13 Sumber ayunan lengan saat lari 0
14 Posisi siku saat lari 1
15 Posisi badan saat lari 1
Finishing Action
16 Gerakan kaki saat masuk finish 0
17 Pandangan mata saat masuk finish 1
18 Kecepatan saat masuk finish 0
19 Posisi badan saat masuk finish 1
20 Kecepatan lari setelah masuk finish 1
JUMLAH 13
13. Jumlah skor hasil pengamatan = 13. Jika digunakan rentang skor 0 sampai dengan
100, maka skor yang diperoleh peserta didik itu adalah 13 x 5 = 65. Selanjutnya,
apabila batas kelulusan 75 maka peserta didik ini dikategorikan belum lulus.
Sedikit berbeda apabila tiap-tiap aspek keterampilan itu tidak sama bobotnya.
Skor akhir yang dicapai peserta didik sama dengan jumlah skor tiap-tiap butir
yang sudah ditentukan bobotnya, sedangkan skor tiap-tiap butir yang sudah
ditentukan bobotnya sama dengan skor tiap-tiap butir yang belum ditentukan
bobotnya dikalikan dengan bobot masing-masing butir.
Untuk contoh daftar periksa observasi Lari cepat 100 meter dengan bobot
starting position = 25%, starting action = 25%, sprinting action = 30%, dan
finishing action 20% dari skor maksimal, bobot tiap-tiap butir sama dengan bobot
kelompok itu dibagi dengan jumlah butir, sehingga bobot tiap-tiap butir dalam
kelompok aspek keterampilan starting position adalah 5%, starting action = 5%,
sprinting action = 6%, dan finishing action 4% dari skor maksimal. Oleh karena
skor maksimalnya sama dengan 20 maka bobot tiap-tiap butir dalam kelompok
aspek keterampilan starting position adalah 1 (yaitu : 5/100 x 20 = 1), starting
action = 1, sprinting action = 1,2, dan finishing action 0,8. Untuk jelasnya
perhatikan penjelasan berikut.
Hasil
Skor
No Aspek Keterampilan Observasi
Butir
Ya Tidak
Starting Position
1 Posisi lutut waktu jongkok 0
2 Posisi tangan waktu jongkok 1
3 Posisi punggung waktu jongkok 1
4 Pandangan mata saat start 1
5 Posisi tungkai saat aba-aba siap 1
Starting Action
6 Gerakan kaki dan tangan saat mulai lari 1
7 Posisi lutut saat kaki kiri menolak pada waktu 0
lari dimulai
8 Kecepatan gerakan kaki kanan setelah kaki kiri 0
digerakkan
9 Jangkauan ayunan dan ketinggian kaki kanan 1
10 Posisi lutut saat kaki kanan mendarat di tanah 1
Sprinting Action
11 Keadaan lutut kaki belakang saat menolak ke 0
depan
12 Keadaan telapak kaki saat kaki depan menapak 1,2
ke tanah
13 Sumber ayunan lengan saat lari 0
14 Posisi siku saat lari 1,2
15 Posisi badan saat lari 1,2
14. Finishing Action
16 Gerakan kaki saat masuk finish 0
17 Pandangan mata saat masuk finish 0,8
18 Kecepatan saat masuk finish 0
19 Posisi badan saat masuk finish 0,8
20 Kecepatan lari setelah masuk finish 0,8
JUMLAH 13
Ternyata jumlah skor setelah memperhitungkan bobot juga = 13. Bila digunakan
rentang skor 0 sampai dengan 100, maka skor yang diperoleh peserta didik itu
adalah 13 x 5 = 65. Selanjutnya, apabila batas kelulusan 75 maka peserta didik ini
dikategorikan belum lulus. Setelah skor tiap-tiap peserta didik diperoleh, langkah
selanjutnya adalah menghitung peserta didik yang telah lulus dan peserta didik
yang belum lulus, kemudian dibuat persentase, misal: sekitar 70 % peserta didik
sudah lulus dalam ujian lari 100 meter.
Batas kelulusan 75 dapat dipenuhi secara bertahap. Misalkan, untuk tahun ini
batas kelulusan ditetapkan 65, harus ada usaha untuk menaikkan batas kelulusan
dari tahun ke tahun sehingga mencapai angka 75.
Sumber :
Tim Peneliti. 2002. Pola induk pengembangan sistem penilaian hasil
belajarberbasis kompetensi dasar siswa SMU. Draf laporan penelitian,
tidak diterbitkan, Pascasarjana UNY.
Zainul, Asmawi. 2001. Alternative assessment. Jakarta: Proyek Universitas
Terbuka.