Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Ìý
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Ìý
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011NurdinUng
Ìý
Lahan kering merupakan salah satu agroekosistem yang berpotensi besar untuk usaha pertanian. Daerah aliran
sungai (DAS) Limboto mempunyai lahan kering yang sesuai untuk pengembangan pertanian seluas 37.049 ha,
sedangkan lahan datar sampai bergelombang yang potensial untuk pertanian 33.144 ha. Untuk memanfaatkan
lahan kering tersebut, dapat diterapkan beberapa strategi dan teknologi yang meliputi: 1) pengelolaan sistem budi
daya, yang mencakup pengelompokan tanaman dalam suatu bentang lahan mengikuti kebutuhan air yang sama,
penentuan pola tanam yang tepat, pemberian mulsa dan bahan organik, pembuatan pemecah angin, dan penerapan
sistem agroforestry, 2) pengembangan ekonomi, sosial, dan budaya melalui penyuluhan, penyediaan sarana dan
prasarana produksi serta permodalan petani, pemberdayaan kelembagaan petani dan penyuluh, serta penerapan
sistem agribisnis, dan 3) implementasi kebijakan yang berpihak kepada pertanian, yang meliputi pemberian subsidi
kepada petani di daerah hulu untuk melaksanakan konservasi lahan, pemberian subsidi pajak kepada petani di
daerah hulu, penetapan peraturan daerah yang berkaitan dengan pengelolaan lahan berbasis konservasi, dan
pengelolaan lahan dengan sistem hak guna usaha (HGU). Hal lain yang terpenting dalam pemanfaatan lahan kering
adalah sinkronisasi dan koordinasi antarinstitusi pemerintah dengan melibatkan petani untuk menghindari tumpang
tindih kepentingan.
Laporan ini membahas upaya konservasi lahan yang dilakukan di Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Faktor utama erosi di wilayah tersebut adalah aktivitas pertanian yang tidak memperhatikan prinsip-prinsip konservasi lahan serta kebakaran hutan. Bencana erosi berdampak pada menurunnya produktivitas pertanian dan hilangnya sumber air. Teknik konservasi yang digunakan masyarakat seperti teras
1. Aktivitas pemanfaatan lahan oleh masyarakat seperti konversi lahan menjadi pertanian dan tambak udang dapat menyebabkan degradasi ekosistem mangrove yang berdampak pada penurunan hasil tangkapan perikanan.
2. Kerapatan vegetasi mangrove berhubungan positif dengan jumlah dan jenis hasil tangkapan perikanan, sehingga diperlukan upaya pelestarian dan pemulihan ekosistem mangrove.
3. Degradasi mangrove akibat peman
Makalah ini membahas tentang konservasi tanah dan air secara mekanik dengan 3 kalimat:
1) Mendefinisikan konservasi tanah dan air sebagai upaya untuk melestarikan sumber daya alam tanah dan air.
2) Menguraikan beberapa teknik konservasi tanah secara mekanik seperti teras, gulud, dan cek dam.
3) Menjelaskan pentingnya memilih teknik konservasi yang sesuai dengan masalah erosi yang dihadapi sepert
Dokumen tersebut membahas pentingnya konservasi daerah aliran sungai (DAS) untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. DAS merupakan satu kesatuan ekosistem yang perlu dikelola secara terpadu dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Dokumen tersebut juga menjelaskan berbagai permasalahan dan strategi pengelolaan sumber daya alam serta teknik konservasi tanah dan air yang dapat diterapkan
Climate change policy from the oceans aspectCIFOR-ICRAF
Ìý
Dokumen tersebut membahas kebijakan perubahan iklim sektor kelautan Indonesia. Secara garis besar mencakup empat poin utama yaitu (1) adaptasi sektor kelautan, (2) mitigasi sektor kelautan, (3) tantangan dan upaya yang telah dilakukan, serta (4) mandat Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam isu perubahan iklim sektor kelautan.
Dokumen ini membahas tentang penelitian pekarangan di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membandingkan pola pekarangan petani dan nelayan di kabupaten tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah survei rumah tangga sebanyak 100 rumah di dua kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan komposisi tanaman dan luas lahan pekarangan antara petani dan nelayan di Kabupaten Lam
Dokumen tersebut membahas tentang konservasi tanah dan air. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain definisi konservasi tanah dan air menurut UU 37/2014, fungsi tanah dalam pertanian, dan penyebab kerusakan tanah seperti peristiwa geologi, hidrologi, erosi, serta perbuatan manusia. Dokumen ini juga menjelaskan pentingnya pelestarian 22 DAS prioritas di Indonesia.
ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATANDevi Ningsih
Ìý
Ekosistem Hutan Mangrove atau lebih dikenal juga dengan sebutan Hutan Bakau atau mangal merupakan salah satu ekosistem penting yang membangun dan menyokong keberadaan wilayah pesisir.
Dokumen tersebut membahas potensi geografis Indonesia yang meliputi luas wilayah, iklim, angin, curah hujan, bentang alam, tanah, jumlah penduduk, dan potensi-potensi tersebut untuk ketahanan pangan nasional dan energi alternatif.
Evaluasi kesesuaian lahan untuk perkebunan di Kecamatan Mijen dengan menganalisis topografi, jenis batuan, dan jenis tanah. Laporan ini menjelaskan pengertian evaluasi lahan dan kesesuaian lahan serta unsur-unsur yang mempengaruhinya seperti karakteristik lahan. Dilakukan pula overlay peta litologi, tanah dan kelerengan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan perkebunan.
1. Dokumen tersebut merupakan Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) mata kuliah Pengelolaan Tanah di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
2. Mata kuliah ini membahas tentang pengertian, aspek, tujuan, dan metode pengelolaan tanah yang berkelanjutan untuk lahan kering dan lahan basah.
3. RPKPS ini menjelaskan rencana pembelajaran per minggu yang mencakup pok
Dokumen tersebut membahas rencana tata ruang dan degradasi lahan di Kabupaten Purbalingga. Dokumen ini menjelaskan tentang lahan, rencana tata ruang, pola hubungan penduduk dengan degradasi lahan, dampak degradasi lahan, upaya penanggulangannya seperti reboisasi.
Agroforestry merupakan salah satu cara konservasi tanah dan air yang dinilai mampu mengatasi permasalahan penurunan kualitas lahan dan peningkatan ekonomi. Sistem agroforestry dapat berupa kombinasi tanaman-pohon, padang rumput-pohon, atau tanaman-pohon-padang rumput guna memproduksi hasil pertanian, kehutanan, dan peternakan secara lestari.
More Related Content
Similar to Tugas_UTS_Degradasi_Lahan_Gambut_Andre_Apriharyandi.pptx (20)
1. Aktivitas pemanfaatan lahan oleh masyarakat seperti konversi lahan menjadi pertanian dan tambak udang dapat menyebabkan degradasi ekosistem mangrove yang berdampak pada penurunan hasil tangkapan perikanan.
2. Kerapatan vegetasi mangrove berhubungan positif dengan jumlah dan jenis hasil tangkapan perikanan, sehingga diperlukan upaya pelestarian dan pemulihan ekosistem mangrove.
3. Degradasi mangrove akibat peman
Makalah ini membahas tentang konservasi tanah dan air secara mekanik dengan 3 kalimat:
1) Mendefinisikan konservasi tanah dan air sebagai upaya untuk melestarikan sumber daya alam tanah dan air.
2) Menguraikan beberapa teknik konservasi tanah secara mekanik seperti teras, gulud, dan cek dam.
3) Menjelaskan pentingnya memilih teknik konservasi yang sesuai dengan masalah erosi yang dihadapi sepert
Dokumen tersebut membahas pentingnya konservasi daerah aliran sungai (DAS) untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. DAS merupakan satu kesatuan ekosistem yang perlu dikelola secara terpadu dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Dokumen tersebut juga menjelaskan berbagai permasalahan dan strategi pengelolaan sumber daya alam serta teknik konservasi tanah dan air yang dapat diterapkan
Climate change policy from the oceans aspectCIFOR-ICRAF
Ìý
Dokumen tersebut membahas kebijakan perubahan iklim sektor kelautan Indonesia. Secara garis besar mencakup empat poin utama yaitu (1) adaptasi sektor kelautan, (2) mitigasi sektor kelautan, (3) tantangan dan upaya yang telah dilakukan, serta (4) mandat Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam isu perubahan iklim sektor kelautan.
Dokumen ini membahas tentang penelitian pekarangan di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membandingkan pola pekarangan petani dan nelayan di kabupaten tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah survei rumah tangga sebanyak 100 rumah di dua kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan komposisi tanaman dan luas lahan pekarangan antara petani dan nelayan di Kabupaten Lam
Dokumen tersebut membahas tentang konservasi tanah dan air. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain definisi konservasi tanah dan air menurut UU 37/2014, fungsi tanah dalam pertanian, dan penyebab kerusakan tanah seperti peristiwa geologi, hidrologi, erosi, serta perbuatan manusia. Dokumen ini juga menjelaskan pentingnya pelestarian 22 DAS prioritas di Indonesia.
ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATANDevi Ningsih
Ìý
Ekosistem Hutan Mangrove atau lebih dikenal juga dengan sebutan Hutan Bakau atau mangal merupakan salah satu ekosistem penting yang membangun dan menyokong keberadaan wilayah pesisir.
Dokumen tersebut membahas potensi geografis Indonesia yang meliputi luas wilayah, iklim, angin, curah hujan, bentang alam, tanah, jumlah penduduk, dan potensi-potensi tersebut untuk ketahanan pangan nasional dan energi alternatif.
Evaluasi kesesuaian lahan untuk perkebunan di Kecamatan Mijen dengan menganalisis topografi, jenis batuan, dan jenis tanah. Laporan ini menjelaskan pengertian evaluasi lahan dan kesesuaian lahan serta unsur-unsur yang mempengaruhinya seperti karakteristik lahan. Dilakukan pula overlay peta litologi, tanah dan kelerengan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan perkebunan.
1. Dokumen tersebut merupakan Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) mata kuliah Pengelolaan Tanah di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
2. Mata kuliah ini membahas tentang pengertian, aspek, tujuan, dan metode pengelolaan tanah yang berkelanjutan untuk lahan kering dan lahan basah.
3. RPKPS ini menjelaskan rencana pembelajaran per minggu yang mencakup pok
Dokumen tersebut membahas rencana tata ruang dan degradasi lahan di Kabupaten Purbalingga. Dokumen ini menjelaskan tentang lahan, rencana tata ruang, pola hubungan penduduk dengan degradasi lahan, dampak degradasi lahan, upaya penanggulangannya seperti reboisasi.
Agroforestry merupakan salah satu cara konservasi tanah dan air yang dinilai mampu mengatasi permasalahan penurunan kualitas lahan dan peningkatan ekonomi. Sistem agroforestry dapat berupa kombinasi tanaman-pohon, padang rumput-pohon, atau tanaman-pohon-padang rumput guna memproduksi hasil pertanian, kehutanan, dan peternakan secara lestari.
2. DEGRADASI LAHAN
ï‚¡ Menurut (Talakua dan Osok, 2017) ïƒ Degradasi Lahan adalah berkurangnya kemampuan lahan untuk
menghasilkan manfaat dan keuntungan dari penggunaan lahan tertentu di bawah perlakuan khusus dari
pengelolaan lahan.
ï‚¡ Kerusakan lahan biasanya menandakan kemunduran kapasitas produksi dari lahan, baik secara temporer
maupun secara permanen.
3. PENYEBAB DEGRADASI LAHAN
ï‚¡ (Wahyunto dan Dariah, 2014) mengemukakan bahwa ada tiga aspek penyebab degradasi lahan
yaitu :
Fisik
• Pemadatan
• Pergerakan
• Ketidakseimbangan
Air
• Terhalangnya Aerasi
dan drainase
• Kerusakan struktur
tanah
Kimia
• Asidifikasi
• Pengurasan dan
pencucian hara
• Ketidakseimbangan
unsur hara dan
keracunan
• Salinasi dan
pemasaman
• Alkanisasi serta
pencemaran
Biologi
• Karbon organik
tanah
• Penurunan
keanekaragaman
hayati tanah dan
vegetasi
• Penurunan karbon
biomas
4. DEFINISI LAHAN/TANAH GAMBUT
ï‚¡ BBSDLP (2012) ïƒ Lahan gambut dapat didefinisikan sebagai lahan yang terbentuk dari
penumpukan/akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang sebagian belum melapuk, memiliki ketebalan 50 cm
atau lebih dan mengandung C-organik sekurang-kurangnya 12% (berat kering).
ï‚¡ Soil Survey Staff (2010) ïƒ Tanah gambut atau Histosols adalah tanah yang mempunyai lapisan bahan
organik dengan ketebalan >40 cm dengan berat isi (BD) >0,1 g/cm3 , atau mempunyai ketebalan >60
cm apabila BD-nya <0,1 g/cm3.
5. ï‚¡ Agus dan Subiksa (2008) menyatakan ïƒ bahwa gambut dapat diklasifikasikan berdasarkan :
ï‚¡ Tingkat kematangan ïƒ Fibrik, Hemik, Saprik
ï‚¡ Tingkat kedalaman ïƒ Dangkal, Sedang, Dalam, Sangat Dalam
ï‚¡ Tingkat Kesuburan ïƒ Eutrofik, Mesotrofik, Oligotrofik
ï‚¡ Lingkungan pembentukannya ïƒ Ombrogen dan Topogen
6. LAHAN GAMBUT DIANGGAP TERDEGRADASI JIKA :
ï‚¡ Mengandung karbon kurang dari 35 t.ha-1 (Rieley et al. 2008; Bapenas 2009).
ï‚¡ Didasarkan atas penampakan atau jenis penutup tanah di lapangan (Wahyunto et al. 2013a; 2013b;
2014). (1) Tanaman penutup tanahnya adalah semak belukar, dan (2) lahan tersebut merupakan lahan
terbuka bekas tambang.
ï‚¡ Mengalami penurunan kualitas lahan, baik dari sifat kimia, fisika, maupun biologinya (Maftuah et al.
2011; Masganti 2013; Maftuah et al. 2014).
ï‚¡ Mempunyai kadar N-total, P-tersedia, dan unsur-unsur basa serta kadar abu yang lebih tinggi (Kurnain
et al. 2001; Masganti 2003; Maftuah et al. 2011).
7. INDIKATOR YANG DAPAT DILIHAT DILAPANGAN
(WAHYUNTO ET AL, 2014)
Sudah Ada
Penebangan
Pohon
Adanya jalan
logging
Adanya bekas
kebakaran
Kondisi lahan
kering/ tidak
tergenang
Adanya bekas
penambangan
8. AKTIVITAS MANUSIA YANG MENYEBABKAN DEGRADASI LAHAN GAMBUT
(NUGROHO DAN WIDODO 2001; MASGANTI 2013; WAHYUNTO ET AL. 2013B; 2014)
Pengelolaan
air yang salah
Penambangan
Kegiatan
lainnya
Pembakaran
lahan
9. STRATEGI PENGELOLAAN
ï‚¡ Oleh karena lahan gambut yang ditutupi hutan alami/primer diprioritaskan sebagai kawasan konservasi,
maka pengembangan pertanian di laham gambut ke depan sebaiknya diarahkan pada lahan gambut
terdegradasi dengan pendekatan pengembangan pertanian berwawasan lingkungan (Sabiham.S dan
Maswar, 2014).
ï‚¡ Pemanfaatan lahan gambut terdegradasi
ïƒ Aspek Kebijakan
ïƒ Aspek Teknologi Pemanfaatan Lahan Gambut
ïƒ Aspek Sosial Ekonomi
10. ASPEK KEBIJAKAN
ï‚¡ Lahan gambut yang mempunyai ketebalan gambut >300 cm masih dapat digunakan terutama untuk
tanaman tahunan (bila dikelola dengan baik sesuai dengan persyaratan yang diperlukan).
ï‚¡ Dalam RTRW provinsi, sebagian besar lahan gambut termasuk pada kawasan hutan ïƒ terdapat
lahan gambut yang masih berupa hutan primer tapi dalam RTRW
provinsi diarahkan untuk pengembangantanaman perkebunan dan
pertanian pangan/hortikultura (kasus di Riau), karenastatusnya
berada di luar kawasan hutan atau berada di areal peruntukan lain
(APL).
ï‚¡ Alokasi pemanfaatan ruang lahan gambut terdegradasi dalam RTRW untuk masing2 provinsi mempunyai
asumsi dasar yang berbeda. Seharusnya asumsi tersebut didasarkan pada kesesuain lahan dalam rangka
pengembangan komoditas pertanian.
ï‚¡ Alokasi pemanfaatan ruang lahan gambut terdegradasi di dalam RTRW untuk suatu provinsi berbeda
dengan RTRW kabupaten/kota.
11. ASPEK TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT
ï‚¡ Pengelolaan air melalui perbaikan sistem tata air di lahan dengan membuat saluran drainase ïƒ mengatur tinggi
muka air di lahansehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan stabilitas gambut.
ï‚¡ Pemilihan komoditas strategis yang sesuai untuk dikembangkan dalam hubungannya dengan ketebalan gambut ïƒ
tanaman perkebunan dengan tingkat kesesuaiandan nilai ekonomi tinggi, seperti
karet, nanas dan kelapa sawit.
ï‚¡ Meningkatkan dan memperbaiki stabilitas dan sifat inheren gambut yang dilakukan dengan pemberian bahan amelioran
yang mengandung kation metal tinggi sehingga terbentuk ikatan organo-metal komplek ïƒ pelepasan karbon
dari gugus fungsional dapat ditekan.
ï‚¡ Mempertahankan lingkungan yang baik di sekitar areal pertanaman melalui upaya mengkombinasikan antara tanaman yang
diusahakan dengan tanaman hutan yang mempunyai nilai konservasi tinggi (HCV).
12. ASPEK SOSIAL EKONOMI
ï‚¡ Mengorganisir produk hasil petani agar harganya layak dan mempunyai jaringan pasar dengan
industri hilirnya.
ï‚¡ Mengupayakan agar input yang diperlukan petani tersedia di lokal.
ï‚¡ Memfasilitasi agar frekuensi penyuluhan intensif sehingga inovasi teknologi ramah lingkungan
diadopsi sehingga produktivitas usahatani meningkat.
ï‚¡ Membantu memfasilitasi permodalan yang diperlukan untuk usahatani yang layak.
13. DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 2009. Reducing carbon Emission for Indonesian peatland. Interm Report of Multi diciplinary
Study. Indonesian National Development Planning Bappenas Republic of Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2012. Pengertian, Istilah, Definisi, dan Sifat Tanah
Gambut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. 20 hal.
Rieley, J.O., R.A.J. Wust, J. Jauhiainen, S.E. Page, H. Wösten, A. Hooijer, F. Siegert, S.H. Limin, H.
Vasander and M. Stahlhut. 2008. Tropical Peatlands: carbon stores, carbon gas emissions
and contributions to climate change Processes. in Strack, M. (Ed.). Peatlands and Climate
Change. International Peat Society. Vapaudenkatu 12,40100 Jyvaskyla. Finland. Pp148-182.
Sabiham, S. dan Maswar. 2014. Strategi Pengelolaan Lahan Gambut Terdegradasi Untuk Pertanian
Berkelanjutan. Dalam Lahan Gambut Indonesia. Badan Penelitan dan Pengembangan
Pertanian. IAARD Press : Jakarta. Halaman 236-239.
Soil Survey Staff. 2010. Keys to Soil Taxonomy. Eleventh Edition. United States Departement of
Agriculture. Natural Resources Conservation Services. 338 halaman.
Wahyunto, S. Ritung, K. Nugroho, Y. Sulaiman, Hikmatullah, C. Tafakresnanto, Suparto, dan Sukarman.
2013a. Peta Arahan lahan Gambut Terdegradasi di Pulau Sumatera Skala 1:250.000. Badan
Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. Bogor. 27 halaman.
Wahyunto, Ai Dariah, D. Pitono, dan M. Sarwani. 2013b. Prospek pemanfaatan lahan gambut untuk
perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Perspektif 12(1):11-22.
Wahyunto, K. Nugroho, dan F. Agus. 2014. Peta Lahan Gambut Terdegradasi: Metode, Tingkat Akurasi/
Keyakinan dan Penggunaan. 20 halaman (belum diterbitkan).
Maftuah, E., A. Maas, A. Syukur, dan B. H. Purwanto. 2011. Potensi bahan amelioran insitu dalam
meningkatkan ketersediaan hara. Dalam Ariyanto et al. (Eds.). Prosiding Kongres Nasional
HTI X: Tanah untuk Kehidupan yang Berkualitas. Buku I. Halaman:330340.
Maftuah, E., M. Noor, W. Hartatik, dan D. Nursyamsi. 2014. Pengelolaan dan Produktivitas Lahan
Gambut untuk berbagai Komoditas Tanaman. 38 halaman (belum dipublikasi).
Masganti. 2003. Kajian Upaya Meningkatkan Daya Penyediaan Fosfat dalam Gambut
Oligotrofik.,Disertasi. Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta. 355 halaman
Masganti. 2013. Teknologi inovatif pengelolaan lahan suboptimal gambut dan sulfat masam untuk
peningkatan produksi tanaman pangan. Pengembangan Inovasi Pertanian 6(4):187-197.
Kurnain, A., T. Notohadikusumo, B. Radjagukguk, dan Sri Hastuti. 2001. The state of decomposition of
tropical peat soil under cultivated and fire damage peatland. Dalam Rieley, dan Page (Eds.).
Jakarta Symposium Proceeding on Peatlands for People: Natural Resources Functions and
Sustainable Management. Halaman:168-178.
Nugroho, K., dan B. Widodo. 2001. The effect of dry-wet condition to peat soil physical characteristic
of different degree of decomposition. Dalam Rieley, dan Page (Eds.). Jakarta Symposium
Proceeding on Peatlands for People: Natural Resources Functions and Sustainable
Management. Halaman:94-102.
Talakua, S.M. dan R.M. Osok. 2017. Pengembangan Model Penilaian Degradasi Lahan Berdasarkan
Pendekatan Field Assessment. Ambon: Pattimura University Press. ISBN: 978-602-50112-2-
1.