際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
5
Most read
11
Most read
12
Most read
LAPORAN PRATIKUM
        PRODUKSI TERNAK PERAH




                 Disusun oleh :

Chandra Prabawa            23010111130078
Ariawan Agung P U          23010111130084
Kristiani Dina Pratiwi     23010111130087
Choirul Badriyah           23010111130088
Nurul Afriyanti            23010111130089
Nur Wakhid S               23010111130090




       JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
     UNIVERSITAS DIPONEGORO
            SEMARANG
               2012
BAB I


                           MATERI DAN METODE


1.1     Materi

        Materi yang digunakan pada praktikum ini adalah black globe untuk

mengukur radiasi matahari, thermohigrometer untuk mengukur suhu dan

kelembaban di dalam kandang, termometer dry-wet untuk mengukur suhu dan

kelembaban diluar kandang, termometer klinis digunakan untuk mengukur suhu

tubuh ternak, stopwatch untuk menghitung waktu pada saat pengukuran frekuensi

nafas dan denyut nadi ternak, preparat awetan ambing sapi laktasi, preparat

awetan ambing dara dan tiga ekor sapi FH.


1.2     Metode


1.2.1   Fisiologi Lingkungan


        Metode yang digunakan pada praktikum fisiologi lingkungan mengukur

suhu    dan   kelembaban    di   dalam      kandang   dengan   cara   mengamati

thermohigrometer yang digantung pada bagian tengah kandang, jarum pada skala

kecil digunakan untuk mengamati suhu dengan satuan celcius sedangkan pada

jarum skala besar digunakan untuk mengamati kelembaban ruangan dengan

satuan persen. Pengukuran dilakukan pada pagi hari pukul 05.30, siang hari pada

pukul 12.00 dan malam hari pada pukul 21.00, kemudian mencatat hasilnya pada

buku praktikum. Mengukur suhu dan kelembaban lingkungan di luar kandang

dengan menggunakan termometer dry-wet yang diletakkan di luar kandang.
Mengamati kedua termometer dry dan wet dengan melihat air raksa berhenti pada

skala yang tertera. Kemudian untuk menentukan suhu diambil dari termometer

dry sedangkan untuk mengukur kelembabannya selisih dari kedua termometer

digunakan sebagai acuan mengukur kelembaban lingkungan tersebut sesuai

catatan yang tertera pada tengah termometer dan sejajar dengan skala termometer

wet. Pengukuran dilakukan pada pagi hari pukul 05.30, siang hari pada pukul

12.00 dan malam hari pada pukul 21.00, kemudian mencatat hasilnya pada buku

praktikum. Pengukuran radiasi matahari dengan cara mengamati termometer pada

black globe, lalu angka yang diperoleh dimasukkan kedalam rumus yang tertera

dan hasilnya merupakan radiasi matahari dilingkungan tersebut. Pengukuran

dilakukan pada pagi hari pukul 05.30, siang hari pada pukul 12.00 dan malam hari

pada pukul 21.00, kemudian mencatat hasilnya pada buku praktikum.


1.2.2   Fisiologi Ternak


        Metode yang dilakukan pada fisiologi ternak mengukur suhu tubuh ternak

dengan cara menyalakan terlebih dahulu termometer klinis, memasukan kedalam

rektal sapi sampai semua lempengan kuning masuk, tunggu hingga berbunyi dan

lihat angka yang tertera pada termometer. pengukuran dilakukan dua kali dan

mencatat rata-ratanya, pengukuran ini dilakukan pada pagi hari pukul 05.30, siang

hari pada pukul 12.00 dan malam hari pada pukul 21.00, kemudian mencatat

hasilnya pada buku praktikum. Mengukur denyut nadi dengan cara yaitu mencari

denyut nadi pada pangkal ekor lalu tekan dengan tangan, menghitung berapa kali

denyut nadi yang terasa setiap satu menit. Pengukuran dilakukan dua kali dan
mencatat rata-ratanya, pengukuran pada pagi hari pukul 05.30, siang hari pada

pukul 12.00 dan malam hari pada pukul 21.00, kemudian mencatat hasilnya pada

buku praktikum. Mengukur frekuensi nafas dengan cara meletakkan tangan di

depan hidung sapi, kemudian hitung berapa frekuensi pernafasannya selama satu

menit. Pengukuran dilakukan dua kali dan mencatat rata-ratanya, pengukuran

pada pagi hari pukul 05.30, siang hari pada pukul 12.00 dan malam hari pada

pukul 21.00, kemudian mencatat hasilnya pada buku praktikum.


1.2.3   Perhitungan Berat Jenis Susu


        Metode yang dilakukan pada praktikum produksi dan perhitungan berat

jenis susu dilakukan dengan cara menuangkan susu hasil pemerahan siang hari

kedalam gelas ukur 500 ml sampai batas 500 ml, memasukkan perlahan

laktodesimeter kedalam gelas ukur yang sudah berisi susu, melepaskan

laktodesimeter dan tunggu sampai laktodesimeter mengapung dengan tenang.

Mengamati skala hitam untuk menentukan berat jenis susu terukur dan skala putih

untuk menentukan suhu terukur. Memasukkan angka-angka tersebut kedalam

rumus berat jenis makan akan ditemukan berat jenis susu tersebut. Mengulangi

pada susu hasil pemerahan pagi dan mencatat hasil kedua perhitungan pada buku

praktikum.


1.2.4   Anatomi Ambing


        Metode yang dilakukan pada praktikum anatomi ambing adalah

mengambil preparat awetan ambing sapi laktasi lalu mengamati tiap bagiannya
dan fungsi setiap bagiannya. Kemudian mengambil awetan preparat ambing dara

dan meletakkan pada sebelah awetan preparat ambing laktasi, mengamati

perbedaan dari kedua awetan preparat ambing tersebut.
BAB II


                               HASIL DAN PEMBAHASAN


     2.1.   Fisiologi Lingkungan dan Fisiologi ternak


     Tabel 1. Fisiologi Lingkungan

                             Suhu (oC)              Kelembaban (%)           Radiasi (Kcal m-2
No     Waktu
                                                                                  jam-1)
                  Dalam     Luar     Dalam        Luar
1 05.30 WIB        24        27        68          72                              389,26
2 12.00 WIB        31        35        46          32                              461,63
3 21.00 WIB        25        23        68          95                              386,66
 Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Ternak Perah, 2012.


     Tabel 2. Fisiologi Ternak
                                                                                          Berat
                                                                         Produksi
                Suhu Tubuh Ternak            Denyut       Frekuensi                       Jenis
                                                                           Susu
No Jam                (oC)                    Nadi          Napas                         Susu
                                                                          (liter)
                                                                                        (gr/cm3)
                1    2            3       1 2 3 1 2 3                    1     2    3
 1      05.30 36,75 37,2         35,9    53 56 54 25 24 46               -     -    -   1,0249
 2      12.00    38    38,4 38,45 61 63 63 46 33 61                      -     -    -
 3      14.00     -      -        -      -      -     -   -   -      -   -     -    -   1,0260
 4 21.00 38,45 37,9 37,1 72 70 59 31 35 62 -                                   -    -
  Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Perah, 2012.


            Berdasarkan praktikum fisiologi lingkungan dapat diketahui pada pukul

     05.30 suhu di dalam kandang dan diluar kandang yaitu menunjukkan 240C,

     sedangkan kelembaban di dalam dan di luar kandang berbeda jauh antara 74% dan

     96 %. Kemudian pada pukul 12.00 suhu meningkat, antara suhu di dalam dan di

     luar kandang tidak berbeda jauh antara 31,50C dan 310C sedangkan kelembaban
pada dalam kandang lebih rendah 51% dibanding di luar kandang 71%. Pada

pukul 21.00 suhu menurun, di dalam dan di luar kandang tidak berbeda jauh

antara 250C dan 240C sedangkan kelembaban tidak berbeda jauh antara 70% dan

74%. Suhu antara di dalam dan di luar kandang tidak berbeda jauh karena sistem

perkandangannya setengah terbuka sehingga suhu diantara dalam dan luar

kandang tidak berbeda jauh. Hal ini sesuai dengan pendapat Kanisius (1995) yang

menyatakan bahwa ventilasi kandang untuk sapi perah di daerah tropis cukup

dengan ventilasi alami, sistem perkandangan seperti ini disebut sistem

perkandangan semi terbuka. Kelembaban tertinggi pada pagi hari yaitu 74% untuk

di luar kandang dan 96% untuk di dalam kandang, hal ini dikarenakan di pagi hari

tidak banyak terjadi penguapan air atau pelepasan panas sehingga kelembaban

menjadi tinggi. Kelambaban yang tidak sesuai dengan standar menyebabkan

aktivitas ternak terganggu. Hal ini sesuia dengan pendapat Frandson (1992) yang

menyatakan bahwa pada wilayah tropis seperti di Indonesia, kelembaban udara

yang baik dan nyaman bagi ternak adalah lebih dari 60%. Temperatur yang tinggi

akan mempengaruhi tingkat konsumsi pada ternak dan menurunkan sensasi lapar.

Kelembaban dapat mempengaruhi mekanisme pengaturan temperatur tubuh ternak

dan tubuh dapat pula memperoleh panas secara langsung dari radiasi matahari.

Hasil dari radiasi matahari dapat dilihat bahwa radiasi matahari paling banyak

turun sampai ke bumi pada siang hari yaitu 461, 63 Kcal m-2 jam-1, kemudian

pada pagi hari 389,26 Kcal m-2 jam-1 dan malam hari 386,66 Kcal m-2 jam-1.

Radiasi matahari paling tinggi pada waktu siang hari dikarenakan radiasi matahari

butuh waktu hingga terpancar semua ke bumi sehingga pada siang hari
terakumulasi paling banyak dan merupakan titik puncak radiasi matahari pada

pukul 13.00  14.00, kemudian akan turun perlahan pada malam hari sedangkan

pada pagi hari merupakan suhu terendah sebelum mencapai puncak. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Purwanto et al., (1995) yang menyatakan bahwa radiasi

maksimal dicapai pada saat matahari mencapai zenith, sedangkan radiasi minimal

dicapai pada saat matahari berada pada posisi terendah.

       Berdasarkan praktikum fisiologi ternak didapatkan hasil suhu tubuh ternak

tertinggi pada malam hari mencapai 38,450C, siang hari 380C dan pada pagi hari

36,750C. Pengukuran denyut nadi tertinggi pada malam hari yaitu 72 kali/menit,

siang hari 61 kali/menit, dan pada pagi hari 52,5 kali/menit. Pengukuran frekuensi

nafas tercatat pada siang hari 46 kali/menit, malam hari 31 kali/ permenit dan

pada pagi hari 25 kali/menit. Suhu tubuh ternak pada siang hari lebih tinggi

dikarenakan suhu lingkungan pada siang hari tinggi ini menunjukan adanya

hubungan antara fisiologi lingkungan dan fisiologi ternak. Hal ini sesuai dengan

pendapat Williamson dan Payne (1993) menambahkan bahwa Kelembaban relatif

erat hubungannya dengan tingkat penguapan air dari tubuh ternak ke lingkungan.

Penguapan air ini menyebabkan suhu di lingkungan ternak menjadi lebih tinggi

ketika siang hari. Selain suhu tubuh tinggi, denyut nadi dan frekuensi nafas pada

siang hari seharusnya juga lebih tinggi dikarenakan untuk menyesuaikan cekaman

panas. Sedangkan pada hasil praktikum malam hari denyut nadi dan suhu tubuh

ternak lebih tinggi dimungkinkan ternak sedang mengalami stres. Hal ini tidak

sesuai pendapat Dukes (1955) yang menyatakan bahwa suhu lingkungan yang
tinggi mampu menaikkan frekuensi denyut nadi namun pada suhu lingkungan

yang rendah akan menurunkan denyut nadi meskipun dalam batas yang normal.

       Perbedaan suhu tubuh, denyut nadi dan frekuensi nafas dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain keadaan fisiologi lingkungan, tingkat stres, aktivitas,

bobot badan, umur, kehamilan dan aktivitas pencernaan terutama rumen. Hal ini

sesuai dengan pendapat Williamson dan Payne (1993) yang menyatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi pada ternak adalah aktifitas ternak,

stres atau cekaman suhu serta kelembaban lingkungan. Frandson (1992)

menambahkan bahwa peningkatan frekuensi nafas sangat efisien untuk

membuang panas tubuh yang terlalu tinggi. Tingginya frekuensi nafas sangat

berkaitan dengan pola makan dan ruminasi yang berakibat pada turunnya efisiensi

penampilan produksi. Sapi melepaskan panas tubuh secara induksi dengan cara

melakukan laying yaitu menempelkan tubuh pada lantai dan secara konveksi

lewat angin. Jika radiasi matahari tinggi sapi melepas panas tubuh lewat keringat.

Hal ini sesuai dengan pendapat Williamson dan Payne (1993) yang menyatakan

bahwa tingkah laku berbaring pada sapi merupakan cara untuk menanggulangi

temperatur tubuh secara konduksi dan lama sapi berbaring melakukan remastikasi

dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan ukuran tubuh.

       Berdasarkan hasil praktikum produksi dan berat jenis susu, berat jenis susu

hasil pemerahan siang hari lebih rendah dari hasil pemerahan pagi hari yaitu

1,0249 g/ml dan 1,0256 g/ml. Berat jenis susu hasil pemerahan pagi hari lebih

tinggi dari pada siang hari dikarenakan pada waktu malam hari sapi diberikan

pakan hijauan hal ini dapat menyebabkan naiknya berat jenis susu dan semakin
panjang interval pemerahan maka makin tinggi produksi susu dan memungkinkan

meningkatnya berat jenis susu. Hal ini sesuai dengan pendapat pendapat Frandson

(1992) yang menyatakan bahwa berat jenis susu pada pemerahan sapi perah di

pagi hari lebih tinggi daripada sore hari. Munif (2008) menambahkan bahwa berat

jenis susu sapi standar adalah 1, 028 gram/cm3.


2.2.   Anatomi Ambing


       Berdasarkan hasil praktikum Produksi Ternak Perah tentang materi

anotomi ambing diperoleh data sebagai berikut :

Gambar ambing tampak atas                Gambar ambing tampak samping




       Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Ternak Perah, 2012.

                          Ilustrasi 1. Anatomi Ambing

Keterangan :

    1. Teat meatus
    2. Teat cistern
    3. Annular fold
    4. Gland cistern
    5. Ductus mayor
    6. Ligamentum suspensorium medialis
    7. Ligamentum suspensorium lateralis
    8. Lobulus
    9. Lobus         tidak dapat dilihat oleh mata telanjang
    10. Alveoli
Berdasarkan hasil praktikum anatomi ambing didapatkan hasil pengamatn

preparat awetan ambing laktasi terbagi menjadi empat bagian, kurtir depan

belakang yang dipisahkan oleh ligamentum suspensorium lateralis dan kuartir

kanan dan kuartir kiri yang dipisahkan oleh ligamentum suspensorium medialis.

Antara kuartir depan lebih kecil dibandingkan kuartiir belakang. Bagian-bagian

ambing dimulai dari alveolus yang merupakan tempat menyaringnya darah,

alveoli berkumpul menjadi lobuli dan lobuli bersatu menjadi lobus. Bagian dalam

lobus terdapat lumen, lumen terdapat sel-sel epitel yang ber fungsi menyerap zat-

zat dari dalam darah yang masuk ke lobus dan mensintesisnya menjadi susu.

Setelah lumen penuh susu akan mengalir ke sinus laktoverus dan menuju ke major

duct. Gland cistern adalah pengumpulan dari semua saluran ambing dan sebagai

tempat penampungan susu yang disentesis. Kemudian annular fold akan menahan

susu di dalam ambing terhadap tekanan yang timbul akibat akumulasi susu. Di

dalam gland cistern yang dilakukan oleh otot spingter dengan cara kerja

mengencang dan mengendor, fungsi lainnya untuk mencegah bakteri pada saat

pemerahan. Selanjutnya akan menuju steak canal atau teat cistern dan akan ke

luar melalui teat meatus. Hal ini sesuai dengan pendapat Munif (2008) yang

menyatakan bahwa ambing seekor sapi betina terbagi menjadi empat kuartir yang

terpisah, dua kuartir bagian depan biasanya berukuran sekitar 20% lebih kecil dari

kuartir bagian belakang dan kuartir-kuartir itu bebas atau tidak berhubungan satu

sama lain. Ditambahkan oleh Mukhtar (2006), ambing sapi di bagian luar

terbungkus oleh dinding luar yang disebut ligamentum suspensorium lateralis
sedangkan di bagian dalam ambing terpisah menjadi bagian kanan dan kiri oleh

suatu selaput pemisah tebal yang disebut ligamentum suspensorium medialis.

       Perbedaan anatomi ambing sapi laktasi dan sapi dara dapat dilihata pada

praktikum ini, yaitu ambing sapi dara dari bentuk dan beratnya lebih kecil

dibandingkan dengan ambing sapi laktasi karena pada ambing sapi dara ambing

tersebut berkembang secara maksimal. Puting ambing sapi dara juga lebih kecil

dan masih tertutup. Perbedaan yang terakhir terlihat pada pembagian kuartir, pada

ambing sapi dara hanya dipisahkan antara kuartir kanan dan kuartir kiri dengan

ligamentum suspensorium medialis, belum terbagi antara kuartir depan dan kuartir

belakangan karena ambing sapi dara belum berkembanga maksimal. Hal ini sesuai

dengan pedapat Mukhtar (2006) yang menyatakan bahwa pertumbuhan kelenjar

susu dari lahir sampai pubertas terus berlangsung, pada sapi muda pertumbuhan

sistem duktus terus berlangsung dan hasilnya terlihat pada ambing sapi dewasa,

ukuran kuartir terus bertambah, sebagian pada timbunan jaringan lemak sampai

bagian depan dan kuartir belakang, masing-masing menyatu dan bergabung pada

bagian dasar ambing, berat ambing pada anak sapi sampai pubertas terus

meningkat, demikian pula kapasitasnya.

       Prekusor dari pembentukan susu adalah darah. Rumen membentuk lemak

susu lalu dibawa oleh darah, usus membentuk lemak, asam amino, vitamin yang

akan dibawa oleh darah, jaringan lemak menghasilkan lemak yang dibawa oleh

darah dan hati menghasilkan glukosa yang akan menjadi laktosa susu dibawa oleh

darah. Darah di saring di alveolus lalu melewati lobus dan masukke dalam lumen

dan kemuadian zat-zat makan tersebut akan disintesis menjadi susu. Hal ini sesuai
dengan pendapat Mukhtar (2006) yang menyatakan bahwa proses sintesis air susu

oleh sel-sel epitel glandula lactifera dan proses mengalirnya air susu dari

sitoplasma ke lumen alveoli serta pencurahan air susu dari alveoli ke

sisterna/sinus ke luar. Ketika lumen penuh maka air susu akan turun melalu sinus

laktoverus menuju ke major duct. Dari major duct dan semua saluran ambing

menuju gland cistern. Annular fold menahan susu agar tidak keluar, setelah

mendapatkan rangsangan maka rangsangan tersebut akan diproses didalam

hipotalamus dan akan mengeluarkan hormon oksitosin. Otot spingter pada annular

fold akan mengendor dan susu akan menuju ke steak canal atau teat cistern dan

akan keluar melalui teat meatus. Hal ini sesuai dengan pendapat Sodiq dan Zainal

(2008) yang menyebutkan bahwa di ujung putting terdapat lubang yang disebut

canal streak atau Teat meatus. Teat cistern terletak tepat setelah saluran

pengeluaran bersatu dengan sisterne kelenjar pada dasar ambing.
BAB III



                         KESIMPULAN DAN SARAN



       Suhu pada luar dan dalam kandang pada pagi, malam tidak berbeda jauh

dari suhu lingkungan disebabkan sistem kandang yang setengah terbuka

menyebabkan suhu luar dan dalam kandang hampir sama. Kelembapan tertinggi

terjadi pada pagi hari, karena pada pagi hari tidak terjadi penguapan karena sinar

matahari sehingga kelembapan tinggi. Radiasi matahari tertinggi terjadi pada

siang hari, hal ini disebabkan pada siang hari merupakan titik puncak dari panas

matahari yang turun ke bumi. Tinggi rendahnya frekuensi denyut nadi, pernafasan

dan suhu tubuh ternak dipengaruhi oleh tingkat kesetresan pada ternak, umur

ternak, bobot ternak, keadaan lingkungan dan beberapa faktor dalam tubuh ternak

lainnya. Perbedaan ambing pada sapi laktasi dan sapi dara adalah ukurannya yang

berbeda, pada puting bagian belakang belum berkembang, teat meatus pada sapi

dara belum terbuka, ligamentum suspensorium lateralis belum terbentuk

sempurna pada sapi dara. Berat Jenis susu tertinggi terjadi pada pemerahan pagi

hari karena interfal waktu pemerahan yang lebih panjang dibanding pemerahan

sore hari, juga pemberian pakan hijauan pada malam hari yang akan menyebabkan

kualitas dan kuantitas susu lebih baik dari waktu sore hari.


       Sebaiknya pada praktikum produksi ternak perah menggunakan alat yang

lebih canggih dan tradisional sehingga praktikan dapat menggunakan kedua alat

tersebut dan membandingkannya. Sebaiknya waktu mengamati ambing, praktikan
mengamati ambing pada sapi secara langsung terlebih dahulu setelah itu baru

mengamati preparat awetan ambingnya.
DAFTAR PUSTAKA


Kanisius, A. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius, Yogyakarta.


Dukes, H. 1955. The Physiology of Domestic Animal. 7th edition. Comstock
     Publishing Denville.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada
      University Press, Yogyakarta.

Munif. 2008. Memilih Ternak Sehat. Multiply, Indonesia. (http://sapiology.com).
      (diakses pada 2 November 2012 pada pukul 21.58).

Purwanto BP, A. B. Santoso dan A. Murfi. 1995. Fisiologi Lingkungan. Fakultas
          Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan
       Etawa. Agromedia Pustaka : Jakarta

Williamson dan Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah
      Mada University Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN



Lampiran 1. Perhitungan radiasi matahari



R= 隆 T4



Keterangan:

R= Radiasi Matahari (Kcal m-2 jam-1)

隆= Konstanta Stefann Boltzman (4,903 x 10-8)

T= Suhu mutlak dalam derajat Kelvin (273+oC)



Pagi:

R        = 隆 T4

         = (4,903 x 10-8)(273+25,5 oC)4

         =389,26 Kcal m-2 jam-1



Siang:

R        = 隆 T4

         = (4,903 x 10-8)(273+38,5 oC)4

         =461,63 Kcal m-2 jam-1



Malam:

R        = 隆 T4

         = (4,903 x 10-8)(273+25 oC)4

         =386,66 Kcal m-2 jam-1
Lampiran 2. Perhitungan berat jenis susu



Berat jenis = Berat jenis terukur  (27,5-T)x0,0002



Keterangan :

T = suhu terukur



Pemerahan Pertama:

Berat jenis    = Berat jenis terukur  (27,5-T)x0,0002

               = 1,025-(27,5-27)x0,0002

               =1,0249



Pemerahan Kedua:

Berat jenis    = Berat jenis terukur  (27,5-T)x0,0002

               = 1,0256-(27,5-29,5)x0,0002

               =1,0264
Ad

Recommended

Etnobotani ppt
Etnobotani ppt
universitas jenderal soedirman
Praktikum ii geotropisme dan hidrotropisme (mawar)
Praktikum ii geotropisme dan hidrotropisme (mawar)
aris trea
Perkembangbiakan & Pertumbuhan Mikroba
Perkembangbiakan & Pertumbuhan Mikroba
Atik Yuli
Metabolisme mikrobial
Metabolisme mikrobial
PERIE ANUGRAHA WIGUNA
Pengantar Mikrobiologi Pangan
Pengantar Mikrobiologi Pangan
Titis Sari
Higiene sanitasi makanan_jajanan
Higiene sanitasi makanan_jajanan
janganpernah
Sistem imunitas ikan
Sistem imunitas ikan
Ministry of Marine Affairs and Fisheries, Republic of Indonesia
Pengenceran larutan stok
Pengenceran larutan stok
Agung Sugiharto
Hidrodinamika (mekanika fluida)
Hidrodinamika (mekanika fluida)
nadia fatkhy latifani
EVOLUSI (BIOLOGI SMA)
EVOLUSI (BIOLOGI SMA)
REVINA SRI UTAMI,S.Pd
Alkaloid
Alkaloid
Trie Marcory
Soal perikanan
Soal perikanan
jaka01
Analisis karbohidrat
Analisis karbohidrat
University of Padjadjaran
Hormon hormon reproduksi 2010
Hormon hormon reproduksi 2010
udayana
Power point biologi sel
Power point biologi sel
ANDRINOMAN
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
SyndiFatmawati1
Botani uas pertemuan ke 1 (bunga)
Botani uas pertemuan ke 1 (bunga)
Dokter Tekno
Pengenalan dan pengawetan kupu kupu
Pengenalan dan pengawetan kupu kupu
Afifi Rahmadetiassani
Porifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilis
Singgih Azwar Anas
Biokimia Gizi
Biokimia Gizi
natashaona
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
Rahmadani Dani
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Fransiska Puteri
Glikolisis karbohidrat
Glikolisis karbohidrat
Basyrowi Arby
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
agronomy
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
Yusuf Ahmad
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1
indri yetti
Komunikasi sel
Komunikasi sel
universitas indra prasta pgri
Trouble Shooting Dalam Pembuatan Media Mikrobiologi
Trouble Shooting Dalam Pembuatan Media Mikrobiologi
Alat Alat Laboratorium [dot] com

More Related Content

What's hot (20)

Hidrodinamika (mekanika fluida)
Hidrodinamika (mekanika fluida)
nadia fatkhy latifani
EVOLUSI (BIOLOGI SMA)
EVOLUSI (BIOLOGI SMA)
REVINA SRI UTAMI,S.Pd
Alkaloid
Alkaloid
Trie Marcory
Soal perikanan
Soal perikanan
jaka01
Analisis karbohidrat
Analisis karbohidrat
University of Padjadjaran
Hormon hormon reproduksi 2010
Hormon hormon reproduksi 2010
udayana
Power point biologi sel
Power point biologi sel
ANDRINOMAN
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
SyndiFatmawati1
Botani uas pertemuan ke 1 (bunga)
Botani uas pertemuan ke 1 (bunga)
Dokter Tekno
Pengenalan dan pengawetan kupu kupu
Pengenalan dan pengawetan kupu kupu
Afifi Rahmadetiassani
Porifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilis
Singgih Azwar Anas
Biokimia Gizi
Biokimia Gizi
natashaona
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
Rahmadani Dani
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Fransiska Puteri
Glikolisis karbohidrat
Glikolisis karbohidrat
Basyrowi Arby
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
agronomy
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
Yusuf Ahmad
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1
indri yetti
Komunikasi sel
Komunikasi sel
universitas indra prasta pgri
Trouble Shooting Dalam Pembuatan Media Mikrobiologi
Trouble Shooting Dalam Pembuatan Media Mikrobiologi
Alat Alat Laboratorium [dot] com
Soal perikanan
Soal perikanan
jaka01
Hormon hormon reproduksi 2010
Hormon hormon reproduksi 2010
udayana
Power point biologi sel
Power point biologi sel
ANDRINOMAN
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
SyndiFatmawati1
Botani uas pertemuan ke 1 (bunga)
Botani uas pertemuan ke 1 (bunga)
Dokter Tekno
Pengenalan dan pengawetan kupu kupu
Pengenalan dan pengawetan kupu kupu
Afifi Rahmadetiassani
Porifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilis
Singgih Azwar Anas
Biokimia Gizi
Biokimia Gizi
natashaona
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
Rahmadani Dani
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Fransiska Puteri
Glikolisis karbohidrat
Glikolisis karbohidrat
Basyrowi Arby
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
agronomy
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
Yusuf Ahmad
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1
indri yetti

laporan produksi ternak perah

  • 1. LAPORAN PRATIKUM PRODUKSI TERNAK PERAH Disusun oleh : Chandra Prabawa 23010111130078 Ariawan Agung P U 23010111130084 Kristiani Dina Pratiwi 23010111130087 Choirul Badriyah 23010111130088 Nurul Afriyanti 23010111130089 Nur Wakhid S 23010111130090 JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012
  • 2. BAB I MATERI DAN METODE 1.1 Materi Materi yang digunakan pada praktikum ini adalah black globe untuk mengukur radiasi matahari, thermohigrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban di dalam kandang, termometer dry-wet untuk mengukur suhu dan kelembaban diluar kandang, termometer klinis digunakan untuk mengukur suhu tubuh ternak, stopwatch untuk menghitung waktu pada saat pengukuran frekuensi nafas dan denyut nadi ternak, preparat awetan ambing sapi laktasi, preparat awetan ambing dara dan tiga ekor sapi FH. 1.2 Metode 1.2.1 Fisiologi Lingkungan Metode yang digunakan pada praktikum fisiologi lingkungan mengukur suhu dan kelembaban di dalam kandang dengan cara mengamati thermohigrometer yang digantung pada bagian tengah kandang, jarum pada skala kecil digunakan untuk mengamati suhu dengan satuan celcius sedangkan pada jarum skala besar digunakan untuk mengamati kelembaban ruangan dengan satuan persen. Pengukuran dilakukan pada pagi hari pukul 05.30, siang hari pada pukul 12.00 dan malam hari pada pukul 21.00, kemudian mencatat hasilnya pada buku praktikum. Mengukur suhu dan kelembaban lingkungan di luar kandang dengan menggunakan termometer dry-wet yang diletakkan di luar kandang.
  • 3. Mengamati kedua termometer dry dan wet dengan melihat air raksa berhenti pada skala yang tertera. Kemudian untuk menentukan suhu diambil dari termometer dry sedangkan untuk mengukur kelembabannya selisih dari kedua termometer digunakan sebagai acuan mengukur kelembaban lingkungan tersebut sesuai catatan yang tertera pada tengah termometer dan sejajar dengan skala termometer wet. Pengukuran dilakukan pada pagi hari pukul 05.30, siang hari pada pukul 12.00 dan malam hari pada pukul 21.00, kemudian mencatat hasilnya pada buku praktikum. Pengukuran radiasi matahari dengan cara mengamati termometer pada black globe, lalu angka yang diperoleh dimasukkan kedalam rumus yang tertera dan hasilnya merupakan radiasi matahari dilingkungan tersebut. Pengukuran dilakukan pada pagi hari pukul 05.30, siang hari pada pukul 12.00 dan malam hari pada pukul 21.00, kemudian mencatat hasilnya pada buku praktikum. 1.2.2 Fisiologi Ternak Metode yang dilakukan pada fisiologi ternak mengukur suhu tubuh ternak dengan cara menyalakan terlebih dahulu termometer klinis, memasukan kedalam rektal sapi sampai semua lempengan kuning masuk, tunggu hingga berbunyi dan lihat angka yang tertera pada termometer. pengukuran dilakukan dua kali dan mencatat rata-ratanya, pengukuran ini dilakukan pada pagi hari pukul 05.30, siang hari pada pukul 12.00 dan malam hari pada pukul 21.00, kemudian mencatat hasilnya pada buku praktikum. Mengukur denyut nadi dengan cara yaitu mencari denyut nadi pada pangkal ekor lalu tekan dengan tangan, menghitung berapa kali denyut nadi yang terasa setiap satu menit. Pengukuran dilakukan dua kali dan
  • 4. mencatat rata-ratanya, pengukuran pada pagi hari pukul 05.30, siang hari pada pukul 12.00 dan malam hari pada pukul 21.00, kemudian mencatat hasilnya pada buku praktikum. Mengukur frekuensi nafas dengan cara meletakkan tangan di depan hidung sapi, kemudian hitung berapa frekuensi pernafasannya selama satu menit. Pengukuran dilakukan dua kali dan mencatat rata-ratanya, pengukuran pada pagi hari pukul 05.30, siang hari pada pukul 12.00 dan malam hari pada pukul 21.00, kemudian mencatat hasilnya pada buku praktikum. 1.2.3 Perhitungan Berat Jenis Susu Metode yang dilakukan pada praktikum produksi dan perhitungan berat jenis susu dilakukan dengan cara menuangkan susu hasil pemerahan siang hari kedalam gelas ukur 500 ml sampai batas 500 ml, memasukkan perlahan laktodesimeter kedalam gelas ukur yang sudah berisi susu, melepaskan laktodesimeter dan tunggu sampai laktodesimeter mengapung dengan tenang. Mengamati skala hitam untuk menentukan berat jenis susu terukur dan skala putih untuk menentukan suhu terukur. Memasukkan angka-angka tersebut kedalam rumus berat jenis makan akan ditemukan berat jenis susu tersebut. Mengulangi pada susu hasil pemerahan pagi dan mencatat hasil kedua perhitungan pada buku praktikum. 1.2.4 Anatomi Ambing Metode yang dilakukan pada praktikum anatomi ambing adalah mengambil preparat awetan ambing sapi laktasi lalu mengamati tiap bagiannya
  • 5. dan fungsi setiap bagiannya. Kemudian mengambil awetan preparat ambing dara dan meletakkan pada sebelah awetan preparat ambing laktasi, mengamati perbedaan dari kedua awetan preparat ambing tersebut.
  • 6. BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1. Fisiologi Lingkungan dan Fisiologi ternak Tabel 1. Fisiologi Lingkungan Suhu (oC) Kelembaban (%) Radiasi (Kcal m-2 No Waktu jam-1) Dalam Luar Dalam Luar 1 05.30 WIB 24 27 68 72 389,26 2 12.00 WIB 31 35 46 32 461,63 3 21.00 WIB 25 23 68 95 386,66 Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Ternak Perah, 2012. Tabel 2. Fisiologi Ternak Berat Produksi Suhu Tubuh Ternak Denyut Frekuensi Jenis Susu No Jam (oC) Nadi Napas Susu (liter) (gr/cm3) 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 05.30 36,75 37,2 35,9 53 56 54 25 24 46 - - - 1,0249 2 12.00 38 38,4 38,45 61 63 63 46 33 61 - - - 3 14.00 - - - - - - - - - - - - 1,0260 4 21.00 38,45 37,9 37,1 72 70 59 31 35 62 - - - Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Perah, 2012. Berdasarkan praktikum fisiologi lingkungan dapat diketahui pada pukul 05.30 suhu di dalam kandang dan diluar kandang yaitu menunjukkan 240C, sedangkan kelembaban di dalam dan di luar kandang berbeda jauh antara 74% dan 96 %. Kemudian pada pukul 12.00 suhu meningkat, antara suhu di dalam dan di luar kandang tidak berbeda jauh antara 31,50C dan 310C sedangkan kelembaban
  • 7. pada dalam kandang lebih rendah 51% dibanding di luar kandang 71%. Pada pukul 21.00 suhu menurun, di dalam dan di luar kandang tidak berbeda jauh antara 250C dan 240C sedangkan kelembaban tidak berbeda jauh antara 70% dan 74%. Suhu antara di dalam dan di luar kandang tidak berbeda jauh karena sistem perkandangannya setengah terbuka sehingga suhu diantara dalam dan luar kandang tidak berbeda jauh. Hal ini sesuai dengan pendapat Kanisius (1995) yang menyatakan bahwa ventilasi kandang untuk sapi perah di daerah tropis cukup dengan ventilasi alami, sistem perkandangan seperti ini disebut sistem perkandangan semi terbuka. Kelembaban tertinggi pada pagi hari yaitu 74% untuk di luar kandang dan 96% untuk di dalam kandang, hal ini dikarenakan di pagi hari tidak banyak terjadi penguapan air atau pelepasan panas sehingga kelembaban menjadi tinggi. Kelambaban yang tidak sesuai dengan standar menyebabkan aktivitas ternak terganggu. Hal ini sesuia dengan pendapat Frandson (1992) yang menyatakan bahwa pada wilayah tropis seperti di Indonesia, kelembaban udara yang baik dan nyaman bagi ternak adalah lebih dari 60%. Temperatur yang tinggi akan mempengaruhi tingkat konsumsi pada ternak dan menurunkan sensasi lapar. Kelembaban dapat mempengaruhi mekanisme pengaturan temperatur tubuh ternak dan tubuh dapat pula memperoleh panas secara langsung dari radiasi matahari. Hasil dari radiasi matahari dapat dilihat bahwa radiasi matahari paling banyak turun sampai ke bumi pada siang hari yaitu 461, 63 Kcal m-2 jam-1, kemudian pada pagi hari 389,26 Kcal m-2 jam-1 dan malam hari 386,66 Kcal m-2 jam-1. Radiasi matahari paling tinggi pada waktu siang hari dikarenakan radiasi matahari butuh waktu hingga terpancar semua ke bumi sehingga pada siang hari
  • 8. terakumulasi paling banyak dan merupakan titik puncak radiasi matahari pada pukul 13.00 14.00, kemudian akan turun perlahan pada malam hari sedangkan pada pagi hari merupakan suhu terendah sebelum mencapai puncak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purwanto et al., (1995) yang menyatakan bahwa radiasi maksimal dicapai pada saat matahari mencapai zenith, sedangkan radiasi minimal dicapai pada saat matahari berada pada posisi terendah. Berdasarkan praktikum fisiologi ternak didapatkan hasil suhu tubuh ternak tertinggi pada malam hari mencapai 38,450C, siang hari 380C dan pada pagi hari 36,750C. Pengukuran denyut nadi tertinggi pada malam hari yaitu 72 kali/menit, siang hari 61 kali/menit, dan pada pagi hari 52,5 kali/menit. Pengukuran frekuensi nafas tercatat pada siang hari 46 kali/menit, malam hari 31 kali/ permenit dan pada pagi hari 25 kali/menit. Suhu tubuh ternak pada siang hari lebih tinggi dikarenakan suhu lingkungan pada siang hari tinggi ini menunjukan adanya hubungan antara fisiologi lingkungan dan fisiologi ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Williamson dan Payne (1993) menambahkan bahwa Kelembaban relatif erat hubungannya dengan tingkat penguapan air dari tubuh ternak ke lingkungan. Penguapan air ini menyebabkan suhu di lingkungan ternak menjadi lebih tinggi ketika siang hari. Selain suhu tubuh tinggi, denyut nadi dan frekuensi nafas pada siang hari seharusnya juga lebih tinggi dikarenakan untuk menyesuaikan cekaman panas. Sedangkan pada hasil praktikum malam hari denyut nadi dan suhu tubuh ternak lebih tinggi dimungkinkan ternak sedang mengalami stres. Hal ini tidak sesuai pendapat Dukes (1955) yang menyatakan bahwa suhu lingkungan yang
  • 9. tinggi mampu menaikkan frekuensi denyut nadi namun pada suhu lingkungan yang rendah akan menurunkan denyut nadi meskipun dalam batas yang normal. Perbedaan suhu tubuh, denyut nadi dan frekuensi nafas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keadaan fisiologi lingkungan, tingkat stres, aktivitas, bobot badan, umur, kehamilan dan aktivitas pencernaan terutama rumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Williamson dan Payne (1993) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi pada ternak adalah aktifitas ternak, stres atau cekaman suhu serta kelembaban lingkungan. Frandson (1992) menambahkan bahwa peningkatan frekuensi nafas sangat efisien untuk membuang panas tubuh yang terlalu tinggi. Tingginya frekuensi nafas sangat berkaitan dengan pola makan dan ruminasi yang berakibat pada turunnya efisiensi penampilan produksi. Sapi melepaskan panas tubuh secara induksi dengan cara melakukan laying yaitu menempelkan tubuh pada lantai dan secara konveksi lewat angin. Jika radiasi matahari tinggi sapi melepas panas tubuh lewat keringat. Hal ini sesuai dengan pendapat Williamson dan Payne (1993) yang menyatakan bahwa tingkah laku berbaring pada sapi merupakan cara untuk menanggulangi temperatur tubuh secara konduksi dan lama sapi berbaring melakukan remastikasi dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan ukuran tubuh. Berdasarkan hasil praktikum produksi dan berat jenis susu, berat jenis susu hasil pemerahan siang hari lebih rendah dari hasil pemerahan pagi hari yaitu 1,0249 g/ml dan 1,0256 g/ml. Berat jenis susu hasil pemerahan pagi hari lebih tinggi dari pada siang hari dikarenakan pada waktu malam hari sapi diberikan pakan hijauan hal ini dapat menyebabkan naiknya berat jenis susu dan semakin
  • 10. panjang interval pemerahan maka makin tinggi produksi susu dan memungkinkan meningkatnya berat jenis susu. Hal ini sesuai dengan pendapat pendapat Frandson (1992) yang menyatakan bahwa berat jenis susu pada pemerahan sapi perah di pagi hari lebih tinggi daripada sore hari. Munif (2008) menambahkan bahwa berat jenis susu sapi standar adalah 1, 028 gram/cm3. 2.2. Anatomi Ambing Berdasarkan hasil praktikum Produksi Ternak Perah tentang materi anotomi ambing diperoleh data sebagai berikut : Gambar ambing tampak atas Gambar ambing tampak samping Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Ternak Perah, 2012. Ilustrasi 1. Anatomi Ambing Keterangan : 1. Teat meatus 2. Teat cistern 3. Annular fold 4. Gland cistern 5. Ductus mayor 6. Ligamentum suspensorium medialis 7. Ligamentum suspensorium lateralis 8. Lobulus 9. Lobus tidak dapat dilihat oleh mata telanjang 10. Alveoli
  • 11. Berdasarkan hasil praktikum anatomi ambing didapatkan hasil pengamatn preparat awetan ambing laktasi terbagi menjadi empat bagian, kurtir depan belakang yang dipisahkan oleh ligamentum suspensorium lateralis dan kuartir kanan dan kuartir kiri yang dipisahkan oleh ligamentum suspensorium medialis. Antara kuartir depan lebih kecil dibandingkan kuartiir belakang. Bagian-bagian ambing dimulai dari alveolus yang merupakan tempat menyaringnya darah, alveoli berkumpul menjadi lobuli dan lobuli bersatu menjadi lobus. Bagian dalam lobus terdapat lumen, lumen terdapat sel-sel epitel yang ber fungsi menyerap zat- zat dari dalam darah yang masuk ke lobus dan mensintesisnya menjadi susu. Setelah lumen penuh susu akan mengalir ke sinus laktoverus dan menuju ke major duct. Gland cistern adalah pengumpulan dari semua saluran ambing dan sebagai tempat penampungan susu yang disentesis. Kemudian annular fold akan menahan susu di dalam ambing terhadap tekanan yang timbul akibat akumulasi susu. Di dalam gland cistern yang dilakukan oleh otot spingter dengan cara kerja mengencang dan mengendor, fungsi lainnya untuk mencegah bakteri pada saat pemerahan. Selanjutnya akan menuju steak canal atau teat cistern dan akan ke luar melalui teat meatus. Hal ini sesuai dengan pendapat Munif (2008) yang menyatakan bahwa ambing seekor sapi betina terbagi menjadi empat kuartir yang terpisah, dua kuartir bagian depan biasanya berukuran sekitar 20% lebih kecil dari kuartir bagian belakang dan kuartir-kuartir itu bebas atau tidak berhubungan satu sama lain. Ditambahkan oleh Mukhtar (2006), ambing sapi di bagian luar terbungkus oleh dinding luar yang disebut ligamentum suspensorium lateralis
  • 12. sedangkan di bagian dalam ambing terpisah menjadi bagian kanan dan kiri oleh suatu selaput pemisah tebal yang disebut ligamentum suspensorium medialis. Perbedaan anatomi ambing sapi laktasi dan sapi dara dapat dilihata pada praktikum ini, yaitu ambing sapi dara dari bentuk dan beratnya lebih kecil dibandingkan dengan ambing sapi laktasi karena pada ambing sapi dara ambing tersebut berkembang secara maksimal. Puting ambing sapi dara juga lebih kecil dan masih tertutup. Perbedaan yang terakhir terlihat pada pembagian kuartir, pada ambing sapi dara hanya dipisahkan antara kuartir kanan dan kuartir kiri dengan ligamentum suspensorium medialis, belum terbagi antara kuartir depan dan kuartir belakangan karena ambing sapi dara belum berkembanga maksimal. Hal ini sesuai dengan pedapat Mukhtar (2006) yang menyatakan bahwa pertumbuhan kelenjar susu dari lahir sampai pubertas terus berlangsung, pada sapi muda pertumbuhan sistem duktus terus berlangsung dan hasilnya terlihat pada ambing sapi dewasa, ukuran kuartir terus bertambah, sebagian pada timbunan jaringan lemak sampai bagian depan dan kuartir belakang, masing-masing menyatu dan bergabung pada bagian dasar ambing, berat ambing pada anak sapi sampai pubertas terus meningkat, demikian pula kapasitasnya. Prekusor dari pembentukan susu adalah darah. Rumen membentuk lemak susu lalu dibawa oleh darah, usus membentuk lemak, asam amino, vitamin yang akan dibawa oleh darah, jaringan lemak menghasilkan lemak yang dibawa oleh darah dan hati menghasilkan glukosa yang akan menjadi laktosa susu dibawa oleh darah. Darah di saring di alveolus lalu melewati lobus dan masukke dalam lumen dan kemuadian zat-zat makan tersebut akan disintesis menjadi susu. Hal ini sesuai
  • 13. dengan pendapat Mukhtar (2006) yang menyatakan bahwa proses sintesis air susu oleh sel-sel epitel glandula lactifera dan proses mengalirnya air susu dari sitoplasma ke lumen alveoli serta pencurahan air susu dari alveoli ke sisterna/sinus ke luar. Ketika lumen penuh maka air susu akan turun melalu sinus laktoverus menuju ke major duct. Dari major duct dan semua saluran ambing menuju gland cistern. Annular fold menahan susu agar tidak keluar, setelah mendapatkan rangsangan maka rangsangan tersebut akan diproses didalam hipotalamus dan akan mengeluarkan hormon oksitosin. Otot spingter pada annular fold akan mengendor dan susu akan menuju ke steak canal atau teat cistern dan akan keluar melalui teat meatus. Hal ini sesuai dengan pendapat Sodiq dan Zainal (2008) yang menyebutkan bahwa di ujung putting terdapat lubang yang disebut canal streak atau Teat meatus. Teat cistern terletak tepat setelah saluran pengeluaran bersatu dengan sisterne kelenjar pada dasar ambing.
  • 14. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Suhu pada luar dan dalam kandang pada pagi, malam tidak berbeda jauh dari suhu lingkungan disebabkan sistem kandang yang setengah terbuka menyebabkan suhu luar dan dalam kandang hampir sama. Kelembapan tertinggi terjadi pada pagi hari, karena pada pagi hari tidak terjadi penguapan karena sinar matahari sehingga kelembapan tinggi. Radiasi matahari tertinggi terjadi pada siang hari, hal ini disebabkan pada siang hari merupakan titik puncak dari panas matahari yang turun ke bumi. Tinggi rendahnya frekuensi denyut nadi, pernafasan dan suhu tubuh ternak dipengaruhi oleh tingkat kesetresan pada ternak, umur ternak, bobot ternak, keadaan lingkungan dan beberapa faktor dalam tubuh ternak lainnya. Perbedaan ambing pada sapi laktasi dan sapi dara adalah ukurannya yang berbeda, pada puting bagian belakang belum berkembang, teat meatus pada sapi dara belum terbuka, ligamentum suspensorium lateralis belum terbentuk sempurna pada sapi dara. Berat Jenis susu tertinggi terjadi pada pemerahan pagi hari karena interfal waktu pemerahan yang lebih panjang dibanding pemerahan sore hari, juga pemberian pakan hijauan pada malam hari yang akan menyebabkan kualitas dan kuantitas susu lebih baik dari waktu sore hari. Sebaiknya pada praktikum produksi ternak perah menggunakan alat yang lebih canggih dan tradisional sehingga praktikan dapat menggunakan kedua alat tersebut dan membandingkannya. Sebaiknya waktu mengamati ambing, praktikan
  • 15. mengamati ambing pada sapi secara langsung terlebih dahulu setelah itu baru mengamati preparat awetan ambingnya.
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Kanisius, A. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius, Yogyakarta. Dukes, H. 1955. The Physiology of Domestic Animal. 7th edition. Comstock Publishing Denville. Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Munif. 2008. Memilih Ternak Sehat. Multiply, Indonesia. (http://sapiology.com). (diakses pada 2 November 2012 pada pukul 21.58). Purwanto BP, A. B. Santoso dan A. Murfi. 1995. Fisiologi Lingkungan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa. Agromedia Pustaka : Jakarta Williamson dan Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
  • 17. LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan radiasi matahari R= 隆 T4 Keterangan: R= Radiasi Matahari (Kcal m-2 jam-1) 隆= Konstanta Stefann Boltzman (4,903 x 10-8) T= Suhu mutlak dalam derajat Kelvin (273+oC) Pagi: R = 隆 T4 = (4,903 x 10-8)(273+25,5 oC)4 =389,26 Kcal m-2 jam-1 Siang: R = 隆 T4 = (4,903 x 10-8)(273+38,5 oC)4 =461,63 Kcal m-2 jam-1 Malam: R = 隆 T4 = (4,903 x 10-8)(273+25 oC)4 =386,66 Kcal m-2 jam-1
  • 18. Lampiran 2. Perhitungan berat jenis susu Berat jenis = Berat jenis terukur (27,5-T)x0,0002 Keterangan : T = suhu terukur Pemerahan Pertama: Berat jenis = Berat jenis terukur (27,5-T)x0,0002 = 1,025-(27,5-27)x0,0002 =1,0249 Pemerahan Kedua: Berat jenis = Berat jenis terukur (27,5-T)x0,0002 = 1,0256-(27,5-29,5)x0,0002 =1,0264