Dokumen ini membahas tentang HIV/AIDS, termasuk penyebabnya (virus HIV), gejala-gejalanya, cara penularannya, kelompok berisiko, diagnosis, pencegahannya, serta cara hidup positif bagi penderita HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari dinas kesehatan tahun 2016, jumlah kasus HIV di Indonesia dari tahun 2006-2016 adalah sebanyak 221622 orang. Jumlah kasus cenderung meningkat setiap tahunnya dengan peningkatan terbesar pada tahun 2016 dengan 41250 kasus.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai HIV dan AIDS, mulai dari penjelasan apa itu HIV, bagaimana HIV menyerang tubuh dan merusak sistem kekebalan, gejala-gejala infeksi oportunistik pada berbagai stadium HIV hingga AIDS, serta cara mencegah dan menangani HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti IDU dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui sebabnya, sekitar 11.678 kasus juga tercatat. Perilaku seksual tanpa pelindung merupakan faktor risiko utama penyebaran HIV/AIDS.
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS). Secara ringkas, dokumen menjelaskan tentang pengertian HIV dan AIDS, gejala awal hingga tahap akhir menjadi AIDS, cara penularan HIV dan IMS, serta akibat yang ditimbulkan oleh HIV dan IMS bagi kesehatan.
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan AIDS merupakan kumpulan berbagai gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh HIV. HIV menular melalui cairan seperti vagina, sperma, dan darah serta dari ibu ke anak.
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, gejala, pencegahan, dan penanganannya. Virus HIV dapat menular melalui cairan tubuh tertentu seperti darah, sperma, cairan vagina, dan ASI. Kelompok berisiko tinggi adalah mereka yang melakukan hubungan seks tidak aman dan pengguna narkoba melalui jarum suntik. Pencegahannya adalah dengan abstinensi, kondom, serta menghindari narkoba.
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, mulai dari pengertian, gejala, cara deteksi, penularan, patogenesis, pencegahan, dan pengobatan dengan obat antiretroviral. Topik utama dalam dokumen ini adalah penjelasan mengenai HIV/AIDS dan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, mulai dari penjelasan virus HIV dan penyakit AIDS, gejala, cara penularan, pencegahan, pengobatan, dan tes HIV. Secara ringkas, dokumen tersebut memberikan informasi mengenai virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan penyakit AIDS, serta berbagai aspek terkait HIV/AIDS seperti gejala, penularan, dan upaya pencegahan dan penanganannya.
AIDS disebabkan oleh infeksi HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan individu rentan terhadap infeksi dan kanker yang biasanya tidak berbahaya. Penularan AIDS di Provinsi Kepri terjadi melalui seks bebas dan meningkatnya jumlah pekerja seks komersial, sehingga daerah ini mengalami peningkatan kasus HIV/AIDS setiap tahunnya. Pencegahan yang disarankan adalah meningkatkan iman, menghindari hubungan
Dari hari ke hari, tahun demi tahun kasus HIV/AIDS di Dunia semakin meningkat, baik akibat seks bebas maupun akibat penyalahgunaan Napza khususnya Napza suntik. Dengan semakin banyaknya pengidap HIV atau ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), maka akan semakin banyak pula informasi yang dibutuhkan bagi mereka agar dapat menjalani kehidupan sehari-hari dapat lebih baik.
Untuk mengetahui penyakit akibat AIDS, penduduk dunia membutuhkan waktu lama sekali. Tahun 1926, beberapa ilmuwan menganggap, HIV menyebar dari monyet ke manusia sekitar tahun 1926-1946. HIV merupakan bagian dari kelompok virus yang disebut Lentivirus yang banyak ditemukan pada primata nonmanusia. Secara kolektif, Lentivirus diketahui sebagai virus monyet yang dikenal dengan nama Simian Immunodeficiency Virus (SIV).
Penyebaran HIV Di Indonesia, kasus AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1987. Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian lelaki asing itu disebabkan AIDS. Hingga akhir tahun 1987, ada enam orang yang didiagnosis HIV positif, dua di antara mereka mengidap AIDS. Sejak 1987 hingga Desember 2001, dari 671 pengidap AIDS, sebanyak 280 orang meninggal.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti IDU dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui sebabnya, tercatat 11.678 kasus. Perilaku seksual berisiko tinggi meningkatkan paparan HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti IDU dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui sebabnya, tercatat 11.678 kasus. Perilaku seksual berisiko tinggi menyebabkan penyebaran HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Hal ini menekankan pentingnya pencegahan promiskuitas dan hubungan seks bebas tanpa pelindung.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui penyebabnya, sekitar 11.678 kasus HIV/AIDS juga tercatat. Perilaku seksual bebas tanpa pelindung meningkatkan risiko penularan HIV/AIDS.
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS). Secara ringkas, dokumen menjelaskan tentang pengertian HIV dan AIDS, gejala awal hingga tahap akhir menjadi AIDS, cara penularan HIV dan IMS, serta akibat yang ditimbulkan oleh HIV dan IMS bagi kesehatan.
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan AIDS merupakan kumpulan berbagai gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh HIV. HIV menular melalui cairan seperti vagina, sperma, dan darah serta dari ibu ke anak.
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, gejala, pencegahan, dan penanganannya. Virus HIV dapat menular melalui cairan tubuh tertentu seperti darah, sperma, cairan vagina, dan ASI. Kelompok berisiko tinggi adalah mereka yang melakukan hubungan seks tidak aman dan pengguna narkoba melalui jarum suntik. Pencegahannya adalah dengan abstinensi, kondom, serta menghindari narkoba.
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, mulai dari pengertian, gejala, cara deteksi, penularan, patogenesis, pencegahan, dan pengobatan dengan obat antiretroviral. Topik utama dalam dokumen ini adalah penjelasan mengenai HIV/AIDS dan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, mulai dari penjelasan virus HIV dan penyakit AIDS, gejala, cara penularan, pencegahan, pengobatan, dan tes HIV. Secara ringkas, dokumen tersebut memberikan informasi mengenai virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan penyakit AIDS, serta berbagai aspek terkait HIV/AIDS seperti gejala, penularan, dan upaya pencegahan dan penanganannya.
AIDS disebabkan oleh infeksi HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan individu rentan terhadap infeksi dan kanker yang biasanya tidak berbahaya. Penularan AIDS di Provinsi Kepri terjadi melalui seks bebas dan meningkatnya jumlah pekerja seks komersial, sehingga daerah ini mengalami peningkatan kasus HIV/AIDS setiap tahunnya. Pencegahan yang disarankan adalah meningkatkan iman, menghindari hubungan
Dari hari ke hari, tahun demi tahun kasus HIV/AIDS di Dunia semakin meningkat, baik akibat seks bebas maupun akibat penyalahgunaan Napza khususnya Napza suntik. Dengan semakin banyaknya pengidap HIV atau ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), maka akan semakin banyak pula informasi yang dibutuhkan bagi mereka agar dapat menjalani kehidupan sehari-hari dapat lebih baik.
Untuk mengetahui penyakit akibat AIDS, penduduk dunia membutuhkan waktu lama sekali. Tahun 1926, beberapa ilmuwan menganggap, HIV menyebar dari monyet ke manusia sekitar tahun 1926-1946. HIV merupakan bagian dari kelompok virus yang disebut Lentivirus yang banyak ditemukan pada primata nonmanusia. Secara kolektif, Lentivirus diketahui sebagai virus monyet yang dikenal dengan nama Simian Immunodeficiency Virus (SIV).
Penyebaran HIV Di Indonesia, kasus AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1987. Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian lelaki asing itu disebabkan AIDS. Hingga akhir tahun 1987, ada enam orang yang didiagnosis HIV positif, dua di antara mereka mengidap AIDS. Sejak 1987 hingga Desember 2001, dari 671 pengidap AIDS, sebanyak 280 orang meninggal.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti IDU dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui sebabnya, tercatat 11.678 kasus. Perilaku seksual berisiko tinggi meningkatkan paparan HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti IDU dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui sebabnya, tercatat 11.678 kasus. Perilaku seksual berisiko tinggi menyebabkan penyebaran HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Hal ini menekankan pentingnya pencegahan promiskuitas dan hubungan seks bebas tanpa pelindung.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui penyebabnya, sekitar 11.678 kasus HIV/AIDS juga tercatat. Perilaku seksual bebas tanpa pelindung meningkatkan risiko penularan HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui penyebabnya, sekitar 11.678 kasus HIV/AIDS juga tercatat. Perilaku seksual bebas tanpa pelindung meningkatkan risiko penularan HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Hal ini menekankan pentingnya pencegahan promiskuitas dan hubungan seks bebas tanpa pelindung sebagai upaya mencegah penyebaran HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti IDU dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui sebabnya, sekitar 11.678 kasus juga tercatat. Perilaku seksual berisiko tinggi tetap menjadi ancaman penyebaran penyakit ini.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Hal ini menekankan pentingnya pencegahan promiskuitas dan hubungan seks bebas tanpa pelindung.
Berdasarkan data dari dinas kesehatan tahun 2016, jumlah kasus HIV di Indonesia dari tahun 2006-2016 adalah sebanyak 221622 orang. Jumlah kasus cenderung meningkat setiap tahunnya dengan peningkatan terbesar pada tahun 2016 dengan 41250 kasus.
Berdasarkan data dari dinas kesehatan tahun 2016, jumlah kasus HIV di Indonesia dari tahun 2006-2016 adalah sebanyak 221622 orang. Jumlah kasus cenderung meningkat setiap tahunnya dengan peningkatan terbesar pada tahun 2016 dengan 41250 kasus.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, mulai dari pengertian, gejala, penyebaran, pencegahan, dan pengobatan. Ditekankan bahwa HIV dapat menyerang siapa saja dan belum ada obat pasti, sehingga pencegahan melalui edukasi masyarakat menjadi kunci penanggulangan penyakit ini.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, mulai dari pengertian, gejala, penyebaran, pencegahan, dan pengobatan. Disebutkan bahwa HIV dapat merusak daya tahan tubuh dan AIDS adalah gejala yang ditimbulkannya. Pencegahan melalui edukasi masyarakat dan menghindari perilaku berisiko diharapkan dapat membendung penyebarannya.
1) Respiratory failure occurs when the respiratory system fails in gas exchange, and can be hypoxaemic (low oxygen tension) or ventilatory (insufficient carbon dioxide elimination). Common causes include COPD, asthma, and neuromuscular fatigue.
2) Acute respiratory distress syndrome (ARDS) is the clinical manifestation of acute pulmonary inflammatory states that damage the alveolar-capillary membrane. Risk factors include sepsis, pneumonia, aspiration, trauma, and pancreatitis.
3) Treatment of respiratory failure focuses on correcting symptoms like hypoxemia, interrupting pathogenesis, and treating the underlying cause. Mechanical ventilation may be necessary for severe cases.
This document provides an overview of respiratory failure and acute respiratory distress syndrome (ARDS). It discusses the diagnosis of respiratory failure using blood gases and imaging tests. The pathophysiology of ARDS involves generalized lung inflammation that leads to pulmonary edema. Mechanical ventilation aims to improve gas exchange while avoiding lung damage, using low tidal volumes and optimizing positive end-expiratory pressure levels. The treatment of respiratory failure focuses on addressing the underlying cause, symptoms, and pathogenesis.
This study analyzed 12-lead electrocardiograms from 90 patients with inferior myocardial infarction to determine the influence of the measurement point of ST segment elevation on algorithms for localizing the culprit artery. ST elevation was measured at the J-point and 80 ms after the J-point, and three algorithms were applied to each measurement. The area under the curve was significantly better for two algorithms when measuring at the J-point compared to 80 ms. Agreement between the J-point and 80 ms measurements was suboptimal for all three algorithms. The results suggest that the point used to measure ST segment elevation can significantly impact the performance of algorithms to identify the responsible artery.
This study evaluated the safety and efficacy of a protocol-defined transplacental treatment for fetal supraventricular tachycardia (SVT) and atrial flutter (AFL). 50 pregnant women with fetuses diagnosed with sustained SVT or AFL between 22-37 weeks gestation were enrolled across 15 institutions in Japan from 2010-2017. The primary treatment protocol involved digoxin, sotalol, or flecainide administered until delivery. Fetal tachyarrhythmia resolved in 89.8% of cases overall and 75% of cases with fetal hydrops. However, serious adverse events occurred in 1 mother and 4 fetuses, resulting in discontinuation of treatment in 4 patients. Two fetal deaths occurred
Pedoman ini membahas prosedur dan interpretasi uji latih jantung, dengan tujuan menyederhanakan dan menstandarkan pelaksanaan pemeriksaan uji latih jantung di Indonesia. Pedoman ini mencakup indikasi pemeriksaan, prosedur, interpretasi hasil, dan contoh laporan untuk berbagai tujuan klinis seperti diagnosis penyakit jantung, stratifikasi risiko, dan evaluasi pengobatan."
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
Ìý
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGITANGKI4D
Ìý
Bagi kalian yang ingin mendapatkan kemenangan situs slot bonus kami merupakan saran terbaik buat kalian, hanya mengunakan modal rendah & penyedia bonus terbaik sepanjang masa
follow semua dan claim bonus dari kami #Tangki4dexclusive #tangki4dlink #tangki4dvip #bandarsbobet #idpro2025 #stargamingasia #situsjitu #jppragmaticplay #scatternagahitam
2. Di samping belum banyak dikenal, ada
pertanyaan yang sensitif dalam bagian
ini. Oleh karena itu pewawancara perlu
berhati-hati dalam bertanya.
100%
Tujuan:
Mengumpulkan Keterangan tentang
pengetahuan responden mengenai
HIV/AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome)
Pengantar m
Buku Pedoman PK hal. 76
1 2 3 4 5 6 7 8 9
3. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
Sekumpulan gejala penyakit akibat menurunnya
kekebalan tubuh.
 AIDS bukan merupakan penyakit keturunan, tetapi
disebabkan oleh virus.
 Mereka yang mengidap AIDS amat mudah tertular
oleh berbagai macam penyakit karena sistem
kekebalan di dalam tubuh penderita telah menurun.
 Hingga saat ini, belum ada obat yang dapat
menyembuhkan AIDS.
Sumber: Kemenkes
100%
Pengantar m
1 2 3 4 5 6 7 8 9
4. HIV (Human Immuno Deficiency Virus)
Adalah virus penyebab AIDS.
HIV menyerang dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh,
sehingga tubuh tidak mampu melindungi diri dari berbagai
penyakit lain, seperti TBC, Malaria, Dll.
Jadi, orang bukan terinfeksi AIDS, tapi tertular HIV (virus penyebab
AIDS).
HIV terdapat pada cairan tubuh orang yang telah tertular:
 darah
 cairan mani
 cairan vagina
 Air Susu Ibu (ASI) yang tertular HIV
100%
Pengantar m
1 2 3 4 5 6 7 8 9
5. Bagaimana Tanda Orang yang Tertular HIV?
Tidak ada tandanya.
Orang yang tertular HIV, akan tampak sehat seperti orang lain
yang tidak tertular. Sebelum HIV berubah menjadi AIDS,
penderitanya akan tampak sehat dalam waktu kira-kira 5 sampai
10 tahun.
Penderita HIV tidak dapat dikenali hanya dengan melihatnya
secara langsung. Untuk mengetahui apakah seseorang tertular
HIV atau tidak, hanya tes darah untuk HIV yang mampu
membuktikannya.
100%
Pengantar m
1 2 3 4 5 6 7 8 9
6.  Melalui darah atau produk darah yang
tercemar HIV
 Hubungan seksual
 Dari ibu yang menderita HIV/AIDS kepada
bayinya.
 Melalui jarum suntik, alat tindik telinga, alat
tato atau alat peluka (alat penembus kulit)
yang tercemar HIV yang dipakai secara
bergantian
Penularan
HIV
100%
Pengantar m
1 2 3 4 5 6 7 8 9
7. HIV dapat menular melalui perpindahan cairan
tubuh dari orang yang tertular HIV, yaitu:
 dari ibu hamil ke janin melalui ari-ari
 melalui darah dan cairan saat melahirkan
bayinya
 melalui cairan ASI ketika menyusui bayi
 melalui hubungan seks dengan orang yang
tertular HIV:
 genital (kelamin dengan kelamin)
 oral (mulut dengan kelamin)
 anal (dubur dengan kelamin)
HIV atau bibit penyakit lain akan mudah memasuki
tubuh jika ada luka atau lecet pada alat kelamin.
Risiko terkena HIV akan semakin besar lagi jika
sering berganti-ganti pasangan.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Penularan
HIV
100%
Pengantar m
14. • Kita tidak dapat mengetahui seseorang yang
telah terinfeksi HIV/AIDS hanya dengan
melihat penampilan fisik saja.
• Identifikasi adanya virus HIV di dalam tubuh
seseorang harus melalui pemeriksaan darah
di laboratorium
VCT
adalah konseling sukarela untuk melakukan tes
darah guna mengetahui seseorang terinfeksi
HIV atau tidak.
100%SDKI 2012 P708A-P716 m
Buku Pedoman PK hal. 77
16. Pengertian merawat:
menerima tinggal bersama serumah, membantu
upaya penyembuhan atau penanggulangan
akibat penyakit AIDS
100%SDKI 2012 P717A-P721 m
Buku Pedoman PK hal. 77-78
17. 100%SDKI 2012 P723-P723A m
Buku Pedoman PK hal. 78-79
SIPHILIS atau raja singa adalah infeksi
kelamin oleh bakteri treponema pallidum,
yang ditandai luka di kelamin tanpa rasa
nyeri. Pada wanita, luka itu sering tidak
ketara dan langsung muncul gejala sifilis
sekunder berupa bercak merah pada kulit
badan dan tidak gatal. Kalangan berbahasa
prokem menyebut dengan spokil.
GONORRHEA atau kencing nanah
adalah infeksi kelamin oleh bakteri
diplococeus gonorrhea, yang ditandai
pengeluaran cairan kental warna
kuning kehijauan, dan rasa nyeri ketika
kencing. Nama lain adalah GO dan
kencing nanah.
KANDIDIASIS adalah infeksi kelamin oleh
jamur Candida albicans, yang gejala
awalnya keluar cairan warna putih yang
bergumpal seperti susu basi yang pecah,
baunya seperti cuka, sering disertai warna
merah pada vulva, rasa perih pada vagina
atau ujung penis.
KONDILOMA AKUMINATA atau genital
warts (kutil kelamin) adalah infeksi virus
papilloma yang gejala awalnya tampak
benjolan seperti jengger ayam di sekitar
kemaluan dan anus. Kebanyakan tanpa
keluhan.
CHANROID adalah infeksi kuman
Hemophilus ducreyi, yang gejalanya
menampakkan beberapa luka nyeri
secara bersamaan.
HERPES GENITAL adalah infeksi virus Herpes
simplex yang gejala awalnya adalah
munculnya bintil-bintil berair sangat nyeri
pada kemaluan yang kemudian pecah dan
meninggalkan luka kering mengerak lalu
hilang sendiri, namun bisa kambuh lagi jika
ada faktor pencetus, misalnya stres, haid,
minuman beralkohol, atau hubungan seks
berlebihan.
CHLAMYDIA/KLAMIDIA menunjukkan
gejala pembengkakan pada skrotum dan
atau epidemis (saluran sperma).