Dokumen tersebut membahas tentang penentuan dosis obat untuk mencapai kadar dalam rentang terapeutik. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) tujuan penetapan dosis adalah mencapai kadar dalam rentang terapeutik, (2) asumsi farmakokinetik diperlukan bila informasi terbatas, dan (3) pemberian obat jangka panjang harus menjaga kadar steady state dalam rentang tersebut.
Pengadaan obat di puskesmas dapat dilakukan melalui permintaan ke dinas kesehatan kabupaten atau pengadaan mandiri. Permintaan obat diajukan berdasarkan laporan pemakaian dan kebutuhan obat, sedangkan pengadaan mandiri dapat dilakukan melalui sistem pengadaan pemerintah atau langsung ke apotek dalam kondisi tertentu. Apoteker berperan penting dalam proses pengadaan obat di puskesmas.
Bioavailabilitas (ketersediaan hayati) ialah jumlah relatif (persentase) dari obat yang masuk ke sirkulasi sistemik sesudah pemberian obat dalam sediaan tertentu, serta kecepatan peningkatan kadar obat dalam sirkulasi sistemik. Sedangkan studi bioekivalensi dilakukan karena banyak produk obat yang dianggap ekivalen farmasetik tidak memberi efek terapetik yang sebanding pada penderita.
1. An 85-year-old man presented with back pain, leg swelling, and decreased urine output. His serum creatinine was 7 mg/dl. His calculated creatinine clearance was 38.07 ml/min, indicating mild kidney impairment.
2. A patient had a urine output of 1.5 L/day and serum creatinine of 3.0 mg/dl. Their calculated creatinine clearance was 0.5 ml/min, indicating end-stage renal failure.
3. A 70-year-old woman presented with similar symptoms and her serum creatinine was 15 mg/dl. Her calculated creatinine clearance was 3.2 ml/min, also indicating
Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan secara aseptik dan memenuhi persyaratan uji sterilitas. Salep mata harus mengandung zat antimikroba dan memiliki karakteristik seperti kejernihan, stabilitas, pH, dan viskositas yang sesuai. Wadah dan proses pembuatan salep mata harus memenuhi standar sterilitas dan kualitas.
Kedua kasus menunjukkan pelanggaran standar pelayanan kefarmasian di apotek. Kasus 1 menunjukkan bahwa apotek dioperasikan tanpa kehadiran apoteker secara langsung dan menjual obat-obatan keras tanpa resep. Kasus 2 menunjukkan bahwa apoteker hanya hadir di akhir jam kerja sehingga pasien tidak mendapatkan informasi obat yang memadai. Kedua kasus melanggar peraturan tentang tanggung jawab apoteker atas pelayanan
Dokumen tersebut membahas penggunaan obat secara rasional, yang meliputi pemberian obat yang tepat untuk indikasi klinis pasien dengan dosis dan lama pemberian yang tepat serta harga terjangkau. Dokumen tersebut juga membahas dampak penggunaan obat yang tidak rasional seperti biaya yang tinggi dan efek samping. Pemkab Jember mendorong penggunaan kesehatan tradisional melalui program budidaya tanaman obat dan minum jamu.
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASTaofik Rusdiana
Ìý
Materi ini berisi tentang pengaruh kondisi dan keadaan penyakit pasien yakni kondisi pediatrik (bayi), geriatrik (lansia) dan penderita obesitas terhadap parameter farmakokinetik dan penyesuaian dosis
Dokumen tersebut membahas tentang Biofarmasetika yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi dan efek farmakologisnya. Dibahas pula korelasi percobaan in vitro-in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung kadar obat dalam plasma.
Mi 1 7. pencatatan, pelaporan, pengarsipan pengelolaan obat di puskesmasLinaNadhilah2
Ìý
Tim tutor pelatihan pelayanan kefarmasian membahas pentingnya pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan pengelolaan obat di puskesmas. Kegiatan ini bertujuan untuk memantau keluar masuk obat, menyusun laporan, dan menjadi bukti pengelolaan telah dilaksanakan. Pencatatan dilakukan menggunakan kartu stok, buku penerimaan, dan rekapan harian. Laporan yang harus dibuat antara lain LPLPO, obat
Dokumen tersebut membahas tentang perhitungan larutan isotonis, yaitu larutan yang memiliki tekanan osmotis sama dengan cairan tubuh. Terdapat beberapa cara untuk menghitung larutan isotonis yakni menggunakan penurunan titik beku air, ekivalensi NaCl, dan volume isotonik. Dokumen juga menjelaskan cara menghitung larutan isotonis dengan memperhatikan faktor pH tertentu.
Dokumen tersebut membahas proses registrasi obat dan produk biologi di Indonesia, mencakup definisi obat, jalur evaluasi registrasi, kategori registrasi, persyaratan registrasi obat impor dan berdasarkan lisensi atau kontrak, pengajuan dokumen, alur proses evaluasi, kriteria penilaian khasiat, keamanan dan mutu obat, serta proses pengembangan obat copy/generik.
Pedoman ini membahas tentang penyusunan formularium rumah sakit RS Zahirah yang meliputi tujuan, ruang lingkup kegiatan Komite Farmasi dan Terapi, format formularium, manfaat formularium, dan sistem evaluasi serta pemilihan obat yang akan dimasukkan ke dalam formularium."
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
1. An 85-year-old man presented with back pain, leg swelling, and decreased urine output. His serum creatinine was 7 mg/dl. His calculated creatinine clearance was 38.07 ml/min, indicating mild kidney impairment.
2. A patient had a urine output of 1.5 L/day and serum creatinine of 3.0 mg/dl. Their calculated creatinine clearance was 0.5 ml/min, indicating end-stage renal failure.
3. A 70-year-old woman presented with similar symptoms and her serum creatinine was 15 mg/dl. Her calculated creatinine clearance was 3.2 ml/min, also indicating
Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan secara aseptik dan memenuhi persyaratan uji sterilitas. Salep mata harus mengandung zat antimikroba dan memiliki karakteristik seperti kejernihan, stabilitas, pH, dan viskositas yang sesuai. Wadah dan proses pembuatan salep mata harus memenuhi standar sterilitas dan kualitas.
Kedua kasus menunjukkan pelanggaran standar pelayanan kefarmasian di apotek. Kasus 1 menunjukkan bahwa apotek dioperasikan tanpa kehadiran apoteker secara langsung dan menjual obat-obatan keras tanpa resep. Kasus 2 menunjukkan bahwa apoteker hanya hadir di akhir jam kerja sehingga pasien tidak mendapatkan informasi obat yang memadai. Kedua kasus melanggar peraturan tentang tanggung jawab apoteker atas pelayanan
Dokumen tersebut membahas penggunaan obat secara rasional, yang meliputi pemberian obat yang tepat untuk indikasi klinis pasien dengan dosis dan lama pemberian yang tepat serta harga terjangkau. Dokumen tersebut juga membahas dampak penggunaan obat yang tidak rasional seperti biaya yang tinggi dan efek samping. Pemkab Jember mendorong penggunaan kesehatan tradisional melalui program budidaya tanaman obat dan minum jamu.
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASTaofik Rusdiana
Ìý
Materi ini berisi tentang pengaruh kondisi dan keadaan penyakit pasien yakni kondisi pediatrik (bayi), geriatrik (lansia) dan penderita obesitas terhadap parameter farmakokinetik dan penyesuaian dosis
Dokumen tersebut membahas tentang Biofarmasetika yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi dan efek farmakologisnya. Dibahas pula korelasi percobaan in vitro-in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung kadar obat dalam plasma.
Mi 1 7. pencatatan, pelaporan, pengarsipan pengelolaan obat di puskesmasLinaNadhilah2
Ìý
Tim tutor pelatihan pelayanan kefarmasian membahas pentingnya pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan pengelolaan obat di puskesmas. Kegiatan ini bertujuan untuk memantau keluar masuk obat, menyusun laporan, dan menjadi bukti pengelolaan telah dilaksanakan. Pencatatan dilakukan menggunakan kartu stok, buku penerimaan, dan rekapan harian. Laporan yang harus dibuat antara lain LPLPO, obat
Dokumen tersebut membahas tentang perhitungan larutan isotonis, yaitu larutan yang memiliki tekanan osmotis sama dengan cairan tubuh. Terdapat beberapa cara untuk menghitung larutan isotonis yakni menggunakan penurunan titik beku air, ekivalensi NaCl, dan volume isotonik. Dokumen juga menjelaskan cara menghitung larutan isotonis dengan memperhatikan faktor pH tertentu.
Dokumen tersebut membahas proses registrasi obat dan produk biologi di Indonesia, mencakup definisi obat, jalur evaluasi registrasi, kategori registrasi, persyaratan registrasi obat impor dan berdasarkan lisensi atau kontrak, pengajuan dokumen, alur proses evaluasi, kriteria penilaian khasiat, keamanan dan mutu obat, serta proses pengembangan obat copy/generik.
Pedoman ini membahas tentang penyusunan formularium rumah sakit RS Zahirah yang meliputi tujuan, ruang lingkup kegiatan Komite Farmasi dan Terapi, format formularium, manfaat formularium, dan sistem evaluasi serta pemilihan obat yang akan dimasukkan ke dalam formularium."
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang peduli obat dan pangan aman, mencakup definisi obat, obat tradisional/jamu, kosmetik, pangan, dan rokok serta cara membeli, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan benar."
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang penggunaan obat yang benar, mulai dari mendapatkan obat secara benar, menggunakan obat sesuai petunjuk, menyimpan obat dengan aman, hingga membuang sisa obat secara bertanggung jawab untuk mencegah penyalahgunaan. Dokumen ini juga menjelaskan pentingnya pemahaman masyarakat terkait penggunaan obat yang tepat.
Penyebaran Informasi Tentang Obat dan Obat TradisionalMahyudd1n
Ìý
Disampaikan dalam kegiatan Penyebaran Informasi di Aula Kelurahan Rinbesi, Atambua, Kabupaten Belu pada 19 Maret 2015. ºÝºÝߣ tentang Obat Tradisional masih memanfaatkan materi yang sudah ada sebelumnya; but, don't worry, masih tetap relevan kok. Silakan dimanfaatkan sebaik-baiknya. ^,^
Poster Dagusibu Ikatan Apoteker Indonesia
Dagusibu adalah sebuah akronim atau singkatan dari istilah Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang. Dagusibu adalah semacam visi misi dari Apoteker di Indonesia untuk mengedukasi masyarakat mengenai penggunaan obat yang baik dan benar dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh dalam segi pelayanan kefarmasian.
Dagusibu sendiri sebenarnya sudah digagas sejak lama oleh para apoteker di Indonesia. Namun dalam pelaksanaannya memang masih belum banyak apoteker yang sadar akan pentingnya profesi mereka sehingga mereka pun masih enggan dalam rangka mensosialisasikan Dagusibu terutama Apoteker yang bekerja dengan basis pelayanan kesehatan.
Untuk itulah dalam rangka Hari Kesehatan Nasional 12 November 2015, PP IAI memberikan sebuah cara baru dalam usaha untuk mensosialisasikan kepada masyarakat luas tentang pentingnya pengetahuan pengobatan dengan Dagusibu. Untuk itu di setiap apotek, rumah sakit, puskesmas, klinik dan juga beberapa tempat yang berhubungan dengan pelayanan kefarmasian disarankan untuk memasang banner serta poster dagusibu.
Materi Penggunaan Obat Rasional.
Pengobatan dapat disebut rasional apabila pasien menerima terapi yang tepat sesuai dengan kebutuhan kliniknya, sesuai dengan dosis yang dibutuhkannya, pada periode waktu yang adekuat, dan dengan harga yang terjangkau untuk pasien dan masyarakat (WHO,1985).
MATERI DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang) Obat dengan Baik dan Benarsheima4
Ìý
Dalam pengobatan, obat dapat digunakan untuk pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan peningkatan kesehatan.
Namun obat adalah senyawa kimia yang dapat bekerja sebagai racun, sehingga obat harus digunakan dalam dosis yang tepat dan dengan cara yang benar.
Agar terhindar dari bahaya obat kita harus tahu tentang Dapatkan, gunakan, simpan dan buang obat dengan cara yang baik dan benar
Dokumen ini memberikan informasi tentang sosialisasi gerakan masyarakat cerdas menggunakan obat di Puskesmas Mapilli tahun 2017. Dokumen ini menjelaskan pentingnya mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan benar agar manfaat dan keamanannya dapat dirasakan. Dokumen ini juga mengingatkan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter dan apoteker dalam penggunaan obat.
Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi pengkajian resep, dispensing obat, pelayanan informasi obat, dan pemantauan terapi obat. Dokumen ini juga membahas tentang swamedikasi atau pengobatan sendiri dengan obat-obat tertentu untuk kondisi minor seperti demam, diare, dan alergi. Ada beberapa ketentuan untuk melakukan swamedikasi seperti obat tidak boleh memberikan risiko, tidak memerlukan alat khusus, dan efe
Paparan Kebijakan Jabatan FungsionalP 24 Kirim.pptxandryanzhari1
Ìý
394850215 leaflet-dagusibu
1. DAGUSIBU
DAPATKAN Obat Dengan Benar
GUNAKAN Obat Dengan Benar
SIMPAN Obat Dengan Benar
BUANG Obat Dengan Benar
DAPATKAN obat hanya di
sarana kefarmasian yang resmi
Rumah Sakit
1
Apotek
OBAT BEBAS
- Obat dapat diperoleh tanpa resep
- Obat dijual secara bebas di
pasaran
OBAT BEBAS
TERBATAS
- Obat keras yang dapat diperoleh
tanpa resep
- Pada kemasan tercantum
peringatan
OBAT KERAS
- Obat hanya diperoleh dengan
resep
- Hanya tersedia di Rumah Sakit dan
ApotekDAN PSIKOTROPIKA
NARKOTIKA
- Penggunaannya diawasi dengan
ketat
- Hanya dapat diperoleh dengan
resep
Supermarket/toko obat
berijin
Saat mendapatkan obat, perhatikan:
GOLONGAN OBAT
2
GUNAKAN Obat
Dengan Benar
Ikuti Petunjuk TepatWaktu
Gunakanobat
sesuai cara
penggunaannya
Antibiotikharus
dihabiskan
Hentikanbila
timbul efek
samping
Untuk ibuhamil
dan menyusui
tanyakanobat
yang sesuai
- Obat dalamkondisi baik,utuh
dan tersegel
- Label pada kemasanmemuat
nama obat,komposisi, indikasi,
dosis,aturanpakai,cara
penggunaan,efeksamping,dan
kontraindikasi
- Tanggal kadaluarsaterbaca jelas
- Terdapatnomor ijinregistrasi
- Terdapatlogogolonganobat
UPTD PUSKESMAS
PASIR SAKTI