1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan efusi pleura yang merupakan komplikasi dari pneumonia. Pneumonia disebabkan oleh infeksi paru-paru yang menyebabkan peradangan.
2. Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan agen penyebab dan area paru yang terkena. Gejalanya antara lain demam, batuk, dan nafas cepat. Patofisiologinya adalah infeksi yang menyebabkan peradangan
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). ISPA merupakan masalah kesehatan penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi. Dokumen tersebut menjelaskan tentang konsep dasar, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan ISPA pada anak.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada neonatus dengan infeksi saluran pernafasan. Infeksi saluran pernafasan merupakan masalah kesehatan yang sering dihadapi neonatus dengan angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebabnya antara lain adalah infeksi oleh berbagai jenis kuman serta faktor-faktor seperti usia, ukuran saluran pernafasan, dan daya tahan tubuh. Diagnosis didasarkan pada pemer
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang merupakan penyakit umum yang diderita masyarakat. ISPA dapat menyerang bagian atas maupun bawah saluran pernapasan dan sering terjadi pada anak-anak. Dokumen ini menjelaskan tentang definisi, penyebab, gejala, tanda bahaya, perawatan di rumah, dan pencegahan ISPA.
1. Infeksi saluran pernafasan pada neonatus ditandai dengan demam, obstruksi pernafasan, dan ketidaknyamanan. 2. Diagnosis didasarkan pada kultur dan hitungan darah, sedangkan gejala utama meliputi batuk dan suara pernafasan. 3. Penatalaksanaan berfokus pada menjaga kebebasan pernafasan, menghilangkan sekret, dan menangani kecemasan orang tua.
1. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang umumnya disebabkan oleh bakteri dan virus, dan menyerang anak-anak terutama yang berusia di bawah 2 tahun.
2. Gejala ISPA antara lain batuk, pilek, demam, dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Faktor risiko penularan meliputi usia, status gizi dan imunisasi, serta lingkungan yang lembab.
3. Diagnosis ISPA didasarkan pada pemeriksaan fisik se
Dokumen tersebut membahas tentang pneumonia, termasuk definisi, penyebab, gejala, diagnosis, komplikasi, kelompok berisiko, pencegahan, dan pengobatan pneumonia. Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau jamur, menimbulkan gejala seperti demam, batuk, dan sesak napas. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik dan tes laboratorium, sementara pengobatannya umumnya menggun
Dokumen tersebut merupakan rancangan satuan acara penyuluhan mengenai Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang mencakup tujuan, subpokok bahasan, media, kegiatan, evaluasi, sumber, dan materi penyuluhan tentang ISPA seperti pengertian, klasifikasi, penyebab, gejala, penularan, pencegahan dan penanganannya.
Makalah ini membahas tentang pneumonia bakterial yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri. Pneumonia bakterial merupakan peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Beberapa bakteri penyebab pneumonia bakterial antara lain Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus grup A. Makalah ini juga membahas gejala, diagnosis, dan pengobatan dari pneumonia bakterial.
Makalah ini membahas dua penyakit menular yaitu tuberculosis paru dan rabies. Tuberculosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan menular melalui udara ketika penderita batuk. Rabies disebabkan oleh virus yang menular melalui gigitan hewan atau kontak kulit dengan cairan tubuh hewan terinfeksi. Makalah ini juga membahas gejala, penyebab, pencegahan, dan penanganan dari kedua penyakit tersebut."
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumoniakhairil10
Ìý
Pneumonia merupakan masalah kesehatan global yang menyebabkan kematian tinggi, terutama di negara berkembang. Dokumen menjelaskan pengertian, etiologi, patofisiologi, dan manifestasi klinis pneumonia pada anak, termasuk gejala seperti demam tinggi, napas cepat dan sesak. Faktor risiko terjadinya pneumonia antara lain status gizi buruk, infeksi virus atau bakteri, dan daya tahan tubuh rendah.
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). ISPA adalah infeksi akut yang menyerang saluran napas dari hidung hingga paru-paru dan disebabkan oleh bakteri dan virus. Faktor penyebab ISPA antara lain usia, gizi, lingkungan, dan status kekebalan tubuh. ISPA dibedakan menjadi pneumonia berat, pneumonia, dan bukan pneumonia berdasarkan gejala dan pemeriksaan. Pencegahannya meliputi g
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang merupakan penyakit umum yang diderita masyarakat. ISPA dapat menyerang bagian atas maupun bawah saluran pernapasan dan sering terjadi pada anak-anak. Dokumen ini menjelaskan tentang definisi, penyebab, gejala, tanda bahaya, perawatan di rumah, dan pencegahan ISPA.
1. Infeksi saluran pernafasan pada neonatus ditandai dengan demam, obstruksi pernafasan, dan ketidaknyamanan. 2. Diagnosis didasarkan pada kultur dan hitungan darah, sedangkan gejala utama meliputi batuk dan suara pernafasan. 3. Penatalaksanaan berfokus pada menjaga kebebasan pernafasan, menghilangkan sekret, dan menangani kecemasan orang tua.
1. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang umumnya disebabkan oleh bakteri dan virus, dan menyerang anak-anak terutama yang berusia di bawah 2 tahun.
2. Gejala ISPA antara lain batuk, pilek, demam, dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Faktor risiko penularan meliputi usia, status gizi dan imunisasi, serta lingkungan yang lembab.
3. Diagnosis ISPA didasarkan pada pemeriksaan fisik se
Dokumen tersebut membahas tentang pneumonia, termasuk definisi, penyebab, gejala, diagnosis, komplikasi, kelompok berisiko, pencegahan, dan pengobatan pneumonia. Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau jamur, menimbulkan gejala seperti demam, batuk, dan sesak napas. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik dan tes laboratorium, sementara pengobatannya umumnya menggun
Dokumen tersebut merupakan rancangan satuan acara penyuluhan mengenai Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang mencakup tujuan, subpokok bahasan, media, kegiatan, evaluasi, sumber, dan materi penyuluhan tentang ISPA seperti pengertian, klasifikasi, penyebab, gejala, penularan, pencegahan dan penanganannya.
Makalah ini membahas tentang pneumonia bakterial yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri. Pneumonia bakterial merupakan peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Beberapa bakteri penyebab pneumonia bakterial antara lain Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus grup A. Makalah ini juga membahas gejala, diagnosis, dan pengobatan dari pneumonia bakterial.
Makalah ini membahas dua penyakit menular yaitu tuberculosis paru dan rabies. Tuberculosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan menular melalui udara ketika penderita batuk. Rabies disebabkan oleh virus yang menular melalui gigitan hewan atau kontak kulit dengan cairan tubuh hewan terinfeksi. Makalah ini juga membahas gejala, penyebab, pencegahan, dan penanganan dari kedua penyakit tersebut."
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumoniakhairil10
Ìý
Pneumonia merupakan masalah kesehatan global yang menyebabkan kematian tinggi, terutama di negara berkembang. Dokumen menjelaskan pengertian, etiologi, patofisiologi, dan manifestasi klinis pneumonia pada anak, termasuk gejala seperti demam tinggi, napas cepat dan sesak. Faktor risiko terjadinya pneumonia antara lain status gizi buruk, infeksi virus atau bakteri, dan daya tahan tubuh rendah.
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). ISPA adalah infeksi akut yang menyerang saluran napas dari hidung hingga paru-paru dan disebabkan oleh bakteri dan virus. Faktor penyebab ISPA antara lain usia, gizi, lingkungan, dan status kekebalan tubuh. ISPA dibedakan menjadi pneumonia berat, pneumonia, dan bukan pneumonia berdasarkan gejala dan pemeriksaan. Pencegahannya meliputi g
1. Tugas : Asuhan Keperawatan efusi pleura
Mata Kuliah : keperawatan medical bedah 1
Dosen Pengampuh : ibu darmi manggasa
Disusun Oleh :
MALEAKHI POTOHU
FIFI MASULILI
TIRSA RESKYANTI POTOHU
NARWADINA
ALFANDI USMAN
POLTEKKKES KEMENKES PALU
PRODI DIII KEPERAWATAN POSO
TAHUN AJARAN 2021
3. A. DEFINISI EFUSI PLEURA
Efusi pleura adalah jenis gangguan kesehatan yg muncul sebagai komlikasi dari penyakit lain,
termasuk pneumonia
Pada kasus pneumonia, penyakit ini terjadi karena ada perdangan pada paru paru yg disebabkan
oleh infeksi. Kondisi ini bias menikmbulkan gejala ringan hingga berat.
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah
yang mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi
terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada
banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Somantri, 2012).
Menurut WHO (2015), Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut yang
mempengaruhi paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung kecil yang disebut Alveoli, yang
mengisi dengan udara ketika orang yang sehat bernafas.Ketika seorang individu memiliki
pneumonia, alveoli dipenuhi nanah dan cairan, yang membuat berbafas asupan oksigen yang
menyakitkan dan terbatas.
1. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi pneumonia menurut (Wahid, 2013) adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan agen penyebab
a. Pneumonia komunitas (community – acquired)
- Community acquired pneumonia disebabkan oleh : pneumonia Hemofilus influenza dan
staphylococcus aureus
4. b. Pneumonia atipikal nosokomial
Disebabkan oleh :
- Micoplasma pneumonia dan virus
- Legionella pneumonia dan pneuomcytis carinii
c. Pneumonia aspirasi
Disebabkan oleh :
- Makanan atau cairan
- Flora campuran anaerob dan aerob dari saluran nafas atas
- Kuman enteric gram negative aerob
d. Pneumonia Jamur
Pneumonia yang sering merupakan infeksi sekunder, terutama pada penderita dengan
daya tahan tubuh lemah (immonocompromised).
2. Berdasarkan area paru yang terkena
a. Pneumonia Lobaris
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus baik kanan maupun kiri.
b. Bronkopneumonia
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa
kanan maupu kiri yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan sering terjadi pada orang
tua dan bayi. Klasifikasi pneumonia berdasarkan rentang usianya menurut Depkes RI
(2012).
5. 3. Pneumonia untuk golongan umur < 2 bulan
a. Pneumonia berat
Adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan < 60 kali/menit atau tarikan kuat dinding
dada bagian bawah ke dalam.
b. Bukan Pneumonia
Tidak ada nafas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
4. Pneumonia untuk golongan umur 2 bulan - < 5tahun
a. Pneumonia berat
Adanya nafas sesak atau tarikan diding dada bagian bawah.
b. Pneumonia
c. Disertai nafas cepat, usia
Disertai nafas cepat, usia 2 bulan - 1 tahun 50 kali/menit, untuk usia 1 - < 5 tahun 40
kali/menit.
d. Bukan Pneumonia
Batuk pilek biasa tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas
cepat.
6. A. Etiologi Pneumonia
Menurut Amin dan Hardhi (2015), penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering
disebabkan oleh streptoccuspneumonia, melalui selang infus oleh staphylococcus aureus
sedangkan pada pemakaian ventilator oleh peruginosa dan enterobacter, dan masa kini terjadi
karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi
lingkungan dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Setelah masuk keparu-paru organisme
bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahan paru, terjadi
pneumonia. Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai
penggolongannya (Asih & Effendy, 2014) yaitu:
1. Bakteri
Diplococcus pneumonia, p Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokokus hemolyticus,
Streptokoccusaureus, Hemaphilus Influenza, Mycobacterum
Tuberkolosis, Bacillus Fre
2. Virus
Respiratory Syncytial virus, Adeno virus, V.Sitomegalitik, V. Influenza.
3. Mycoplasma Pneumonia
4. Jamur
HistoplasmaCapsulatum, Cryptococcus Neuroformans, Blastomyces Dermatitisdes,
Coccidosdies Immitis, Aspergilus Species, Candida Albicans
5. Aspirasi
Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), Cairan Amnion, Benda
Asing.
7. 6. Pneumonia Hipostatik.
7. Sindrom Loeffer.
A. Manifestasi Klinis
Menurut Amin dan Hardhi (2015), tanda dan gejala pneumonia adalah sebagai berikut:
5. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada usia 6
bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5°C – 40,5°C bahkan dengan infeksi ringan.
Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euforia dan lebih aktif dari normal,
beberapa anak bicara dengan kecepatan tidak biasa.
6. Meningitis, yaitu tanda – tanda meningeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan awaitan
demam tiba- tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan
leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
7. Anoreksia merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa kanak- kanak.
Sering kali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebih besar
atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai ke
tahap pemulihan.
8. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan petunjuk
untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dapat menetap selama sakit.
9. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyetai infeksi
pernafasan, khususnya karena virus,
8. a. Nyeri abdomen, merupakan keluhaan
1. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendiksitis.
2. Sumbatan nasal, lubang hidung dari bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan mukosa dan
eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusui pada bayi.
3. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit lendir
kental dan purulen, bergantung pada tipe dan tahap infeksi.
4. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.
5. Bunyi pernafasan, seperti mengi, mengorok, dan krekels.
6. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar.
Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan peroral.
7. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusui atau makan/minum, atau memuntahkan
semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distress pernapasan berat.
8. Disamping batuk atau kesulitan bernapas, terdapat napas cepat
a. Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan > 50kali/menit
b. Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun > 40kali/menit
9. B. Patofisiologi Pneumonia
Mikroorganisme mencapai paru melalui beberapa jalur, yaitu:
1. Ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara, mikroorganisme dilepaskan
ke dalam udara dan terhirup oleh orang lain.
2. Mikroorganisme dapat juga terinspirasi denganaerosol dari peralatan terapi pernapasan yang
terkontaminasi.
3. Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal orofaring dapat menjadi
patogenik.
4. Staphilococccus dan bakteri garam negatif dapat menyebar melalui sirkulasi dari infeksi
sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang terkontaminasi.
Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru dikeluarkan atau tertahan dalam
pipi melalui mekanisme pertahanan diri seperti reflek batuk, klirens mukosiliaris, dan
fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada individu yang rentan, pathogen yang masuk kedalam
tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak dan menstimulasi respon
inflamasi dan respon imun, yang keduanya mempunyai efek samping merusak. Reaksi antigen-
antibodi dan endotoksin yang melepaskan oleh beberapa mikroorganisme merusak membrane
mukosa bronchial dan membrane alveolokapilar inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel
acini dan brokhioventilasi perfusi (Asih & Effendy, 2014).
10. C. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin dan Hardhi (2015), pemeriksaan penunjang pneumonia adalah:
1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi structural (missal: lobar, bronchial dapa juga
menyatakan abses)
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnose
3. Pemeriksaan kultur, sputum, dan darah : untuk dapat mengindentifikasi semua organisme
yang ada
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnose organisme khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paruparu, menetapkan luas berat penyakit dan
membantu diagnosis keadaan
6. Spiometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang aspirasi
7. Bronkoskop : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
D. Penatalaksanaan Pneumonia
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per oral
dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau
dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat antibiotik diberikan melalui
infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas
mekanik.
Selanjutnya menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan penderita akan memberikan
respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
11. 1. Oksigen 1-2 L/menit.
2. IVFD dekstosen 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI cairan. Jumlah cairan sesuai
berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastric dengan feeding drip.
4. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis
untuk memperbaiki transport mukosilier.
Penetalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic diberikan sesuai hasil
kultur. Untuk kasus pneumonia community based: 1. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4
kali pemberian 2. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian Untuk kasus
pneumonia hospital based: lain.
1. Abses paru atau paru bernanah.
Abses paru dapat ditangani dengan antibiotik, namun terkadang juga membutuhkan tindakan
medis untuk membuang nanahnya.
2. Efusi Pleura.
Kondisi di mana cairan memenuhi ruang yang menyelimuti paru-paru.
12. TINJAUAN KASUS
Pengkajian Keperawatan
Tanggal Pengkajian : 6 April 2020
Nomor Registrasi : 40-42-80
Diagnosa Medis : Pneumonia
Nama Mahasiswa : Slamet Suryono
NIM : P031914401R058
I. Identitas Pasien
Biodata pasien
A. Nama Pasien : An. H
B. Jenis kelamin : Laki-laki
C. Tempat/tgl lahir : Dumai, 21 Januari 2015
D. Umur : 5 tahun
E. Pendidikan : Belum sekolah
F. Nama ayah/ibu : Tn. S / Ny. M
G. Pekerjaan ayah : PNS
H. Pekerjaan ibu : SPG
I. Agama : Islam
J. Alamat rumah : Jln. Pattimura No. 3 Dumai Kota
K. Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
31
13. II. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami sesak nafas
1. Riwayat keluhan utama
Pada saat masuk rumah sakit tanggal 6/04/2020 klien mengeluh sesak nafas,pasien
mengatakan susah tidur Pada saat pengkajian
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan di dalam keluarga klien tidak pernah mengalami keluhan yang
sama dengan yang klien rasakan. Keluarga klien tidak punya riwayat penyakit
keturunan dan tidak pernah memiliki riwayat penyakit menular.
VI. Riwayat Hospitalisasi
A. Pengalaman keluarga
1. Alasan ibu klien ke RS : Tidak tau penanganan
2. Perasaan ibu klien : Cemas
3. Penjelasan dokter : Ada
B. Pemahaman anak tentang sakitnya : Tidak paham
VII. Pemeriksaan Fisik An.H Keadaan umum
14. 1. Tingkat kesadaran : Composmentis
2. Postur tubuh : Ideal
3. Kondisi : Lemah dan letih
B. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : -
2. Denyut nadi : 104x/mnt
3. Suhu : 39° C
4. Pernafasan : 46x/menit
5. SpO2
C. Ukuran anthropometric
: 92%
1. Tinggi badan : 110 Cm
2. Berat badan : 18 Kg
3. Lingkar kepala
D. Kepala
: 49 Cm
1. Kebersihan : Bersih
2. Warna rambut : Hitam
3. Benjolan : Tidak ada
4. Tekstur rambut
E. Muka
: Halus
1. Bentuk muka : Simetris
2. Ekspresi wajah : Pucat dan lesu
3. Keluhan
F. Mata
: Tidak ada
1. Penglihatan : Normal
15. 2. Kelopak mata : Normal
3. Sklera : Tidak ikterus
4. Pupil : Isokor
5. Konjungtiva : Merah muda
6. Peradangan : Tidak ada
G. Hidung
1. Struktur : Simetris
2. Fungsi penciuman : Normal
3. Keluhan : Hidung tersumbat
H. Telinga
1. Struktur : Simetris
2. Fungsi : Normal
3. Serumen : Tidak ada
4. Keluhan : Tidak ada
5. Pemakaian alat bantu : Tidak pakai
I. Mulut
1. Gigi : Belum lengkap
2. Gusi : Merah
3. Lidah : Bersih
4. Bibir : Merah kering
J. Tenggorokan
1. Warna mukosa : Merah muda
2. Nyeri tekan : Tidak ada
16. 3. Nyeri telan : Tidak ada
K. Leher
1. Kelenjar thyroid : Tidak membesar
2. Kelenjar limfe : Tidak membesar
3. Kaku kuduk : Tidak ada
L. Thorax dan pernafasan
1. Bentuk dada : Simetris
2. Benjolan : Tidak ada
3. Pernafasan
a) Pola nafas : Cepat dan dangkal
b) Frekuensi nafas : 46x/menit
c) Kualitas nafas : Sesak
d) Pengguna otot : Ya
e) Pernafasan tambahan : Ya, pernapasa cuping hidung
f) Batuk : Ya
g) Sputum : Ya
h) Ronki
M. Jantung
: Ya
1. Ictus cordis : Tidak teraba
2. Pembesaran jantung : Tidak ada
3. BJ I : Negatif
17. 4. BJ II
N. Abdomen
: Negatif
1. Bentuk perut : Simentris
2. Nyeri tekan : Tidak ada
3. Kondisi perut : Lembek
4. Bising usus : Normal
O. Genetalia dan anus
1. Keluhan : Tidak ada
2. Alat bantu kateter : Tidak
3. Kandung kencing : Normal
4. Produksi urin : 320 cc
5. Warna/bau :
Kuning/khas
6. Diare : Tidak
7. Konstipasi
P. Ekstremitas
: Tidak
1. Odema : Tidak
2. Kontraktur : Tidak
3. Kelainan : Tidak ada
4. Kekuatan otot :
5 5 5 5 5 5 5 5
Q. Integumen 5 5 5 5 5 5 5 5
1. Kebersihan : Bersih
18. 2. Turgor : Elastis
3. Lesi : Tidak ada
4. Kelainan : Tidak ada
5. Temperatur kulit
R. Status Neurologi
: Hangat
1. Saraf-saraf kranial : Normal
2. Perangsangan selaput
otak
: Normal
XI. Tes Diagnostik
A. Hasil laboratorium meliputi :
1. Hb : 12,8 g/dl (10-14 g/dl)
2. Lekosit : 14.900 ul (4-11 rb/ul)
3. Hematokrit : 36,2 % (37-48 %)
4. Eritrosit : 4.900.000 ul (4,5-5,6 jt/ul)
5. Trombosit : 250.000 ul (150-350 rb/ul)
B. Rontgen dada : Hasil bacaan Pneumonia
19. XII. Program Pengobatan Medis
A. IUFD RL 24 tetes/menit
B. Oksigenasi 1-2 liter/menit/nasal prongs
C. Injeksi Amikacin 125 mg/8 jam/IV
D. Inhalasi Ventolin 1 respule/8 jam
E. Paracetamol sirup 4 x 5 ml
XIII. Data Fokus
A. Data Subjektif
1. Ibu klien mengatakan anaknya sesak
2. Ibu klien mengatakan anaknya batuk disertai dahak
3. Ibu klien mengatakan takut dengan kondisi anaknya
4. Ibu klien mengatakan tidak mengetahui cara penanganan penyakit anaknya
B. Data Objektif
1. Klien terlihat pucat
2. Ronki (+)
3. Nadi : 104x/menit
4. Suhu : 39°C
5. Pernapasan: 46x/menit
6. SpO2 : 92%
7. Klien terlihat lemah
8. Klien terlihat gelisah
9. Klien terlihat sesak nafas, pernafasan cuping hidung dan dangkal
Ibu klien terlihat gelisah dan cemas
20. XIV. Analisa Data
Tabel 3.4
Analisa Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS :
-klien mengeluh sesak nafas
- Ibu klien mengatakan anaknya
batuk disertai dahak
DO :
- Klien terlihat sesak napas
- Ada sekret
- Penapasan : 46x/menit
- Ronki (+)
Penumpukan
sekret
Ketidak efektifan
Bersihan jalan
nafas
2 DS :
- Ibu klien mengatakan anaknya
sesak DO :
- Klien terlihat sesak napas
- Klien terlihat gelisah
- Klien terlihat pucat dan
sianosis
- Nadi: 104x/menit
- Penapasan : 46x/menit
- SpO2 : 92%
Gangguan
pertukaran gas
di alveoli
Ketidakefektifan
pertukaran gas
3 DS :
- Ibu klien mengatakan
anaknya demam
DO :
- Suhu : 39°C
- Nadi : 104x/menit
- Kulit teraba hangat
Proses inflamasi
alveoli
Hipertermi
21. 4 DS :
- Ibu klien mengatakan takut
dengan kondisi anaknya
DO :
- Ibu klien terlihat gelisah dan
cemas
- Sering bertanya soal penyakit
anaknya
Kurangnya
pengetahuan
orang tua
tentang
perawatan anak
Kecemasan
22. 3.3 Intervensi Keperawatan
Tabel 3.5
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Keperawatan dan
Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
1 Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
berhubungan
dengan
penumpukan sekret
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3x24
jam, bersihan jalan nafas
efektif. Kriteria hasil:
- RR 20-30 x/menit
- Bunyi nafas
vasikuler - Tidak ada
sekret
- Irama nafas teratur
- Jalan nafas paten
- Sekresi yang
efektif
- Ronki (-)
1. Pantau tanda-tanda vital
(suhu, RR, HR)
2. Pantau status pernafasan:
irama, frekuensi, suara,
dan retraksi dada
3. Atur posisi yang nyaman
semifowler
4. Lakukan suction sesuai
indikasi
5. Kolaborasi dengan dokter
pemberian inhalasi
ventolin 1 respule per 8
jam
2 Ketidakefektifan
pertukaran gas
berhubungan
dengan gangguan
pertukaran gas di
alveoli
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3x24
jam, pertukaran gas efektif
Kriteria hasil:
- RR 20-30 x/menit
- SpO2 95-100%
- Sianosis tidak ada
1. Pantau tanda-tanda vital
(suhu, RR, HR dan
SpO2)
2. Kaji Frekuensi atau
kedalaman dan
kemudahan bernafas
3. Observasi warna kulit,
membran mukosa dan
- Nafas normal
- Sesak tidak ada
- Gelisah tidak ada
- Hipoksia tidak ada
kuku.
4. Tinggikan kepala dan
dorong untuk sering
mengubah posisi
5. Kolaborasi dengan dokter
pemberian oksigen 2 lpm
nasal prongs
23. 3 Hipertermi
berhubungan
dengan
proses
inflamasi alveoli
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam,
tidak terjadi
demam
Kriteria hasil:
- Tidak demam
- Suhu 36,5-37,5 derajat
celcius
- Kulit tidak
teraba hangat
1. Pantau tanda-tanda vital
(suhu dan HR)
2. Motivasi anak dan
keluarga untuk
meningkatkan asupan
cairan per oral
3. Anjurkan orang tua
melakukan kompres
hangat
4. Anjurkan ibu untuk
menggantikan pakaian
yang mudah menyerap
keringat dari bahan katun
5. Kolaborasi pemberian
Paracetamol sirup 4x5 ml
6. Kolaborasi pemberian
Injeksi Amikasin 150
mg/8 jam
7. Kolaborasi pemberian
cairan infuse RL 24
tts/mnt
4 Kecemasan
berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan orang
tua tentang
perawatan anak
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2x24jam,
kecemasan berkurang
sampai dengan
hilang
Kriteria hasil:
- Orang tua tenang
- Gelisah tidak ada
- Tidak cemas
1. Kaji tingkat kecemasan
2. Lakukan pendekatan
dengan tenang dan
meyakinkan
3. Gunakan media untuk
menjelaskan mengenai
penyakit klien
4. Jelaskan tentang
perawatan yang diberikan
kepada klien dan
prosedur pengobatan
24. 3.4 Implementasi Keperawatan
Tabel 3.6
Implementasi Keperawatan
Tanggal/
Jam
No.
DX
Tindakan Paraf
06-04-2020
09:00 WIB
1 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu, RR, HR)
2. Memantau status pernafasan: irama, frekuensi,
suara, dan retraksi dada
3. Mengatur posisi yang nyaman semifowler
4. Melakukan suction sesuai indikasi
5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
inhalasi ventolin 1 respule per 8 jam
Slamet
Suryono
06-04-2020
10.00 WIB
2 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu, RR, HR dan
Spo2)
2. Mengkaji frekuensi atau
kedalaman dan
kemudahan bernafas
3. Mengobservasi warna kulit, membran mukosa
dan kuku.
4. Meninggikan kepala dan dorong untuk sering
mengubah posisi
5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
oksigen 2 lpm nasal prongs
Slamet
Suryono
06-04-2020
11.00 WIB
3 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu dan HR)
2. Memotivasi anak dan keluarga untuk
meningkatkan asupan cairan per oral
3. Menganjurkan orang tua melakukan kompres
hangat
4. Menganjurkan ibu untuk menggantikan pakaian
yang mudah menyerap keringat dari bahan
katun
5. Berkolaborasi pemberian Paracetamol sirup 4x5
ml
6. Berkolaborasi pemberian Injeksi Amikasin 150
mg/8 jam
7. Berkolaborasi pemberian cairan infuse RL 24
tts/mnt
Slamet
Suryono
25. 06-04-2020
12:00WIB
4 1. Mengkaji tingkat kecemasan
2. Melakukan pendekatan dengan tenang dan
meyakinkan
3. Menggunakan media untuk menjelaskan
mengenai penyakit klien
4. Menjelaskan tentang perawatan yang diberikan
kepada klien dan prosedur pengobatan
Slamet
Suryono
Tanggal/ Jam No.
DX
Tindakan Paraf
07-04-2020
09:00 WIB
1 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu, RR, HR)
2. Memantau status pernafasan: irama, frekuensi,
suara, dan retraksi dada
3. Mengatur posisi yang nyaman semifowler
4. Melakukan suction sesuai indikasi
5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian inhalasi
ventolin 1 respule per 8 jam
Slamet
Suryono
07-04-2020
10.00 WIB
2 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu, RR, HR dan
SpO2)
2. Mengkaji frekuensi atau kedalaman
dan
kemudahan bernafas
3. Mengobservasi warna kulit, membran mukosa
dan kuku.
4. Meninggikan kepala dan dorong untuk sering
mengubah posisi
5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian oksigen
2 lpm nasal prongs
Slamet
Suryono
07-04-2020
11.00 WIB
3 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu dan HR)
2. Memotivasi anak dan keluarga untuk
meningkatkan asupan cairan per oral
3. Menganjurkan orang tua melakukan kompres
hangat
4. Menganjurkan ibu untuk menggantikan pakaian
yang mudah menyerap keringat dari bahan katun
5. Berkolaborasi pemberian Paracetamol sirup 4x5
ml
6. Berkolaborasi pemberian Injeksi Amikasin 150
mg/8 jam
7. Berkolaborasi pemberian cairan infuse RL 24
tts/mnt
Slamet
Suryono
26. 07-04-2020
12:00WIB
4 1. Mengkaji tingkat kecemasan
2. Melakukan pendekatan dengan tenang dan
meyakinkan
3. Menggunakan media untuk menjelaskan
mengenai penyakit klien
4. Menjelaskan tentang perawatan yang diberikan
kepada klien dan prosedur pengobatan
Slamet
Suryono
Tanggal/ Jam No.
DX
Tindakan Paraf
08-04-2020
09:00 WIB
1 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu, RR, HR)
2. Memantau status pernafasan: irama, frekuensi,
suara, dan retraksi dada
3. Mengatur posisi yang nyaman semifowler
4. Melakukan suction sesuai indikasi
5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian inhalasi
ventolin 1 respule per 8 jam
Slamet
Suryono
08-04-2020
10.00 WIB
2 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu, RR, HR dan
SpO2)
2. Mengkaji frekuensi atau kedalaman
dan
kemudahan bernafas
3. Mengobservasi warna kulit, membran mukosa
dan kuku.
4. Meninggikan kepala dan dorong untuk sering
mengubah posisi
5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian oksigen
2 lpm nasal prongs
Slamet
Suryono
08-04-2020
11.00 WIB
3 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu dan HR)
2. Memotivasi anak dan keluarga untuk
meningkatkan asupan cairan per oral
3. Menganjurkan orang tua melakukan kompres
hangat
4. Menganjurkan ibu untuk menggantikan pakaian
yang mudah menyerap keringat dari bahan katun
5. Berkolaborasi pemberian Paracetamol sirup 4x5
ml
6. Berkolaborasi pemberian Injeksi Amikasin 150
mg/8 jam
7. Berkolaborasi pemberian cairan infuse RL 24
tts/mnt
Slamet
Suryono
27. 3.5 Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.7
Evaluasi Keperawatan
No. Tanggal/Jam Evaluasi Keperawatan Paraf
1. 06-04-2020
10.00 WIB
S: Ibu klien mengatakan anaknya masih batuk
disertai dahak O:
- Klien
terlihat sesak
napas
- Ada
sekret -
Ronki (+)
TTV:
N : 104x/menit
S : 39°C
RR: 46x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-5 dilanjutkan
Slamet
Suryono
2. 06-04-2020
11.00 WIB
S: Ibu klien mengatakan anaknya masih sesak O:
- Klien terlihat sesak napas
- Klien terlihat gelisah
- Klien terlihat pucat dan sianosis TTV:
N : 104x/menit
S : 39°C
RR: 46x/menit
SpO2 : 92%
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-5 dilanjutkan
Slamet
Suryono
3. 06-04-2020
12.00WIB
S: Ibu klien mengatakan anaknya masih demam
O:
- Kulit teraba hangat
TTV:
S : 39°C
N : 104x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-7 dilanjutkan
Slamet
Suryono
4. 06-04-2020
13.00WIB
S: Ibu klien mengatakan masih takut dengan
kondisi anaknya O:
28. - Ibu klien terlihat gelisah dan cemas
- Sering bertanya soal penyakit anaknya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-4 dilanjutkan
Slamet
Suryono
No. Tanggal/Jam Evaluasi Keperawatan Paraf
1. 07-04-2020
10.00 WIB
S: Ibu klien mengatakan anaknya batuk dan
dahaknya mulai kerkurang O:
- Klien terlihat
sesak napas
berkurang
- Sekret berkurang
- Ronki (+) TTV:
N : 96x/menit
S : 38°C
RR: 40x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 1-5 dilanjutkan
Slamet
Suryono
2. 07-04-2020
11.00 WIB
S: Ibu klien mengatakan sesak anaknya sudah
berkurang O:
- Klien terlihat sesak napas berkurang
- Klien tidak terlihat pucat
- Gelisah berkurang TTV:
N : 96x/menit
S : 38°C
RR: 40x/menit
Spo2 : 96%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 1-5 dilanjutkan
Slamet
Suryono
3. 07-04-2020
12.00WIB
S: Ibu klien mengatakan anaknya masih demam
O:
- Kulit teraba hangat
TTV:
S : 38°C
N : 96x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-7 dilanjutkan
Slamet
Suryono
4. 07-04-2020
13.00WIB
S: Ibu klien mengatakan sudah paham dengan
kondisi anaknya O:
- Ibu klien terlihat tenang dan tidak cemas A
: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Slamet
Suryono
29. No. Tanggal/Jam Evaluasi Keperawatan Paraf
1. 08-04-2020
10.00 WIB
S: Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
batuk O:
- Klien terlihat
tidak sesak napas
- Tidak ada sekret
- Ronki (-) TTV:
N : 85x/menit
S : 37°C
RR: 30x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Slamet
Suryono
2. 08-04-2020
11.00 WIB
S: Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
sesak O:
- Klien terlihat tidak sesak napas
- Klien tidak terlihat pucat
- Gelisah tidak ada TTV:
N : 85x/menit
S : 37°C
RR: 30x/menit
SpO2 : 98%
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Slamet
Suryono
3. 08-04-2020
12.00WIB
S: Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
demam
O:
- Kulit teraba tidak hangat
TTV:
S : 37°C
N : 85x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Slamet
Suryono