Udang memiliki berbagai organ indera termasuk chemoreseptor yang berfungsi untuk mendeteksi makanan. Chemoreseptor utama udang terdapat pada antenula dan memiliki rambut-rambut halus yang peka terhadap zat kimia dalam lingkungan. Chemoreseptor memungkinkan udang menemukan sumber makanan dengan sensitivitas tinggi meskipun dari jarak jauh.
ºÝºÝߣs ini membahas tentang karakteristik, klasifikasi, dan perbandingan antara amfibi dan reptil. Amfibi memiliki ciri seperti kulit lembab tanpa sisik, paru-paru atau insang, dan mengalami metamorfosis. Reptil memiliki ciri seperti kulit bersisik, telur bermembran, dan tidak mengalami metamorfosis. Keduanya dibedakan antara lain berdasarkan ciri kulit, telur, rahang, dan sistem sirk
Daun memiliki berbagai struktur dan fungsi. Struktur anatomi daun meliputi epidermis, mesofil, sistem pembuluh, dan jaringan penyokong. Fungsi utama daun adalah fotosintesis, pertukaran gas, dan penyimpanan makanan. Struktur daun bervariasi antara tumbuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanamanshafirasalsa11
Ìý
Praktikum ini melibatkan identifikasi dan klasifikasi enam jenis tumbuhan yang berbeda hingga tingkat spesies menggunakan kunci determinasi. Jenis-jenis tumbuhan tersebut diidentifikasi sebagai paku, lumut, bunga kertas, kelapa, lada, dan jambu air.
Binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya; adanya rambut; dan tubuh yang endoterm atau "berdarah panas"
Sistem transportasi pada hewan meliputi jantung, pembuluh darah, dan cairan tubuh seperti darah dan limfe. Jantung berfungsi sebagai pompa untuk mendorong aliran cairan, sementara pembuluh darah dan limfe mengangkut cairan ke seluruh tubuh. Sistem ini memungkinkan pertukaran zat dan energi antar sel.
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan fisiologi ikan nila hitam, meliputi 10 sistem anatomi utamanya seperti sistem penutup tubuh, sistem otot, sistem rangka, sistem pernapasan, sistem sirkulasi, sistem pencernaan, sistem saraf dan hormon, sistem ekskresi dan osmoregulasi. Dokumen ini juga menjelaskan morfologi dan organ-organ kunci setiap sistem anatomi pada ikan.
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada MamaliaUNESA
Ìý
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa refleks pupil terhadap intensitas cahaya yaitu semakin terang suatu lingkungan, maka semakin kecil diameter pupil, dan begitu juga sebaliknya. Untuk refleks pupil terhadap akomodasi mata yaitu semakin jauh suatu benda, maka semakin besar diameter pupil dan begitu juga sebaliknya. Dan semakin jauh jarak benda, maka semakin besar bayangan yang jatuh pada bintik buta mata.
Tugas ini membahas spesies spons Leucosolenia variabilis. Spons ini memiliki tubuh berbentuk tidak beraturan dengan pola sederhana seperti kumpulan jambangan kecil. Tubuh terdiri dari tiga lapisan dan sistem kanalnya adalah asconoid. Leucosolenia variabilis hidup di perairan dangkal menempel pada substrat. Spons ini berkembang biak secara aseksual dan seksual, dan memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.
Daphnia sp. digunakan untuk mengamati pengaruh suhu terhadap denyut jantung. Denyut jantung Daphnia sp. dihitung pada berbagai suhu dan didapati bahwa denyut jantung bertambah seiring kenaikan suhu.
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...UNESA
Ìý
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Perkembangan sel fibroblas embrio ayam umur 6 hari yang diamati menggunakan mikroskop inverted mengalami pertumbuhan dan tampak bahwa jumlah sel bertambah. Jumlah sel embrio ayam pada cawan 1 sebanyak 1861, lebih banyak daripada jumlah sel embrio ayam pada cawan 2 yaitu sebanyak 329. Dengan viabilitas sel pada cawan 1 sebesar 70,23 %, dan viabilitas sel pada cawan 2 sebesar 25 %.
2. Faktor yang memepngaruhi pertumbuhan dan perkembangan kultur sel fibroblast embrio ayam yang berumur 6 hari adalah lingkungan kultur seperti kondisi psikokimia dan fisiologis dari medium penumbuh sel serta lingkungan di inkubator, jenis sel primer yang akan dikultur, usia sampel, teknik pengerjaan kultur dan faktor kontaminasi.
1) Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan insektarium dan preparat basa, mencakup tinjauan pustaka, alat dan bahan, prosedur kerja, pembahasan struktur tubuh serangga seperti belalang dan laba-laba serta klasifikasi filum arthropoda dan insecta.
Dokumen tersebut membahas tentang filum Arthropoda yang terdiri atas 4 kelas yaitu Insecta, Crustacea, Arachnida, dan Myriapoda. Setiap kelas memiliki ciri khas masing-masing seperti Insecta yang memiliki tubuh terbagi atas kepala, dada, dan perut serta mengalami metamorfosis.
1. Rekayasa genetika telah diterapkan pada berbagai tanaman dan hewan untuk menghasilkan individu yang lebih unggul dan resisten terhadap penyakit tertentu.
2. Teknik bioteknologi modern seperti kultur jaringan, kloning, dan transfer genetik memungkinkan perbanyakan tanaman dan hewan secara masal.
3. Bioteknologi juga telah menghasilkan produk-produk farmasi seperti antibiotik, insulin, dan vaksin
Tumbuhan paku disebut juga Pteridophyta. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan dengan tingkatan lebih tinggi dari lumut karena memiliki akar, daun, dan batang sejati. Selain itu, meskipun habitat utama tumbuhan paku pada tempat yang lembab (higrofit), namun tumbuhan paku juga dapat hidup diberbagai tempat seperti di air (hidrofit), permukaan batu, tanah, serta dapat juga menempel (epifit) pada pohon.
Dokumen ini membahas tentang fermentasi oncom yang merupakan produk fermentasi kapang yang dibuat dari campuran bahan organik seperti bungkil kacang tanah dan ampas tahu. Terdapat dua jenis oncom yaitu oncom merah dan hitam, yang diproduksi oleh kapang Neurospora sitophila dan Rhizopus oligosporus. Proses fermentasi menghasilkan enzim yang mendegradasi pati, protein, dan lemak menjadi senyawa yang lebih sederhana untuk penc
Arthropoda dan Crustacea merupakan kelompok hewan yang besar dengan ciri khas tubuh tersegmentasi dan ditutupi ekoskeleton. Crustacea termasuk kelas Arthropoda yang memiliki cangkang luar dan terdiri dari dua bagian, kepala/dada dan perut. Kebanyakan Crustacea hidup di air dan beberapa menguntungkan manusia sebagai makanan, sementara beberapa lain merusak tanaman dan infrastruktur.
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan fisiologi ikan nila hitam, meliputi 10 sistem anatomi utamanya seperti sistem penutup tubuh, sistem otot, sistem rangka, sistem pernapasan, sistem sirkulasi, sistem pencernaan, sistem saraf dan hormon, sistem ekskresi dan osmoregulasi. Dokumen ini juga menjelaskan morfologi dan organ-organ kunci setiap sistem anatomi pada ikan.
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada MamaliaUNESA
Ìý
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa refleks pupil terhadap intensitas cahaya yaitu semakin terang suatu lingkungan, maka semakin kecil diameter pupil, dan begitu juga sebaliknya. Untuk refleks pupil terhadap akomodasi mata yaitu semakin jauh suatu benda, maka semakin besar diameter pupil dan begitu juga sebaliknya. Dan semakin jauh jarak benda, maka semakin besar bayangan yang jatuh pada bintik buta mata.
Tugas ini membahas spesies spons Leucosolenia variabilis. Spons ini memiliki tubuh berbentuk tidak beraturan dengan pola sederhana seperti kumpulan jambangan kecil. Tubuh terdiri dari tiga lapisan dan sistem kanalnya adalah asconoid. Leucosolenia variabilis hidup di perairan dangkal menempel pada substrat. Spons ini berkembang biak secara aseksual dan seksual, dan memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.
Daphnia sp. digunakan untuk mengamati pengaruh suhu terhadap denyut jantung. Denyut jantung Daphnia sp. dihitung pada berbagai suhu dan didapati bahwa denyut jantung bertambah seiring kenaikan suhu.
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...UNESA
Ìý
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Perkembangan sel fibroblas embrio ayam umur 6 hari yang diamati menggunakan mikroskop inverted mengalami pertumbuhan dan tampak bahwa jumlah sel bertambah. Jumlah sel embrio ayam pada cawan 1 sebanyak 1861, lebih banyak daripada jumlah sel embrio ayam pada cawan 2 yaitu sebanyak 329. Dengan viabilitas sel pada cawan 1 sebesar 70,23 %, dan viabilitas sel pada cawan 2 sebesar 25 %.
2. Faktor yang memepngaruhi pertumbuhan dan perkembangan kultur sel fibroblast embrio ayam yang berumur 6 hari adalah lingkungan kultur seperti kondisi psikokimia dan fisiologis dari medium penumbuh sel serta lingkungan di inkubator, jenis sel primer yang akan dikultur, usia sampel, teknik pengerjaan kultur dan faktor kontaminasi.
1) Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan insektarium dan preparat basa, mencakup tinjauan pustaka, alat dan bahan, prosedur kerja, pembahasan struktur tubuh serangga seperti belalang dan laba-laba serta klasifikasi filum arthropoda dan insecta.
Dokumen tersebut membahas tentang filum Arthropoda yang terdiri atas 4 kelas yaitu Insecta, Crustacea, Arachnida, dan Myriapoda. Setiap kelas memiliki ciri khas masing-masing seperti Insecta yang memiliki tubuh terbagi atas kepala, dada, dan perut serta mengalami metamorfosis.
1. Rekayasa genetika telah diterapkan pada berbagai tanaman dan hewan untuk menghasilkan individu yang lebih unggul dan resisten terhadap penyakit tertentu.
2. Teknik bioteknologi modern seperti kultur jaringan, kloning, dan transfer genetik memungkinkan perbanyakan tanaman dan hewan secara masal.
3. Bioteknologi juga telah menghasilkan produk-produk farmasi seperti antibiotik, insulin, dan vaksin
Tumbuhan paku disebut juga Pteridophyta. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan dengan tingkatan lebih tinggi dari lumut karena memiliki akar, daun, dan batang sejati. Selain itu, meskipun habitat utama tumbuhan paku pada tempat yang lembab (higrofit), namun tumbuhan paku juga dapat hidup diberbagai tempat seperti di air (hidrofit), permukaan batu, tanah, serta dapat juga menempel (epifit) pada pohon.
Dokumen ini membahas tentang fermentasi oncom yang merupakan produk fermentasi kapang yang dibuat dari campuran bahan organik seperti bungkil kacang tanah dan ampas tahu. Terdapat dua jenis oncom yaitu oncom merah dan hitam, yang diproduksi oleh kapang Neurospora sitophila dan Rhizopus oligosporus. Proses fermentasi menghasilkan enzim yang mendegradasi pati, protein, dan lemak menjadi senyawa yang lebih sederhana untuk penc
Arthropoda dan Crustacea merupakan kelompok hewan yang besar dengan ciri khas tubuh tersegmentasi dan ditutupi ekoskeleton. Crustacea termasuk kelas Arthropoda yang memiliki cangkang luar dan terdiri dari dua bagian, kepala/dada dan perut. Kebanyakan Crustacea hidup di air dan beberapa menguntungkan manusia sebagai makanan, sementara beberapa lain merusak tanaman dan infrastruktur.
Tugas bahan mentah ini membahas tentang mollusca. Mollusca merupakan filum terbesar kedua dari kerajaan binatang setelah arthropoda. Mollusca memiliki ciri-ciri seperti tubuh lunak dan tidak beruas-ruas, serta hidup di air dan darat. Tugas ini juga menjelaskan kelas-kelas mollusca beserta ciri khasnya seperti cephalopoda, gastropoda, bivalvia. Diakhiri dengan pemanfaatan mollusca
1) Laporan ini mengidentifikasi keanekaragaman invertebrata khususnya echinodermata di Pantai Bama Taman Nasional Baluran. 2) Dokumen ini membahas taksonomi, sistem tubuh, dan peran echinodermata serta klasifikasinya ke dalam 5 kelas. 3) Echinodermata memiliki peran penting sebagai pembersih laut.
Kelompok 6 membahas tentang filum Arthropoda, terutama subfilum Crustacea. Crustacea memiliki tubuh bersegmen dengan kepala dan dada menyatu dilindungi karapaks, serta memiliki sepuluh kaki. Terbagi menjadi Entomostraca dan Malakostraca. Contoh Crustacea penting seperti udang, lobster, dan kepiting memberikan manfaat sebagai sumber protein, sementara beberapa spesies dapat merusak infrastruktur.
Mollusca dan Echinodermata adalah binatang invertebrata yang tersebar luas di air dan darat. Mollusca terdiri dari kelas Gastropoda, Bivalvia, dan Cephalopoda, sedangkan Echinodermata terdiri dari Asteroidea, Echinoidea, Ophiuroidea, Crinoidea, dan Holoturoidea. Fosil-fosil kedua phylum ini sangat membantu dalam penentuan lingkungan fosil dan kronologi geologi.
Teks tersebut membahas tentang sistem pencernaan ikan lomek (Harpodonnehereus) di perairan Dumai. Secara singkat, teks menjelaskan bahwa ikan lomek memiliki sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Teks juga menjelaskan bahwa ikan lomek adalah omnivora yang memakan ikan kecil, udang, dan teri.
Dokumen tersebut membahas tentang hewan berbuku-buku (Arthropoda) yang terdiri dari 5 kelas, yaitu Crustacea, Insecta, Diplopoda, Chilopoda, dan Arachnida. Arthropoda memiliki ciri-ciri seperti tubuh bersegmen, ekoskeleton keras, dan berbagai macam bentuk dan ukuran.
Dokumen tersebut membahas tentang kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran biologi tentang filum Chordata khususnya kelas-kelas vertebrata. Secara garis besar dibahas tentang ciri-ciri umum vertebrata meliputi struktur tubuh, sistem organ, dan habitat. Kemudian dibahas pula tentang klasifikasi vertebrata ke dalam lima kelas yaitu Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mammalia beserta ciri khas masing
Filum Arthropoda merupakan hewan invertebrata yang memiliki ciri utama tubuh bersegmen, memiliki eksoskeleton keras, kaki berbuku-buku, dan mengalami metamorfosis. Crustacea adalah salah satu kelas dalam filum ini yang hidup di air, dengan ciri kepala dan dada menyatu dilindungi karapaks. Crustacea memiliki peran penting bagi manusia sebagai sumber protein dan ekologi, meski beberapa juga merusak. Arachnida ad
Laporan ini meninjau keanekaragaman benthos dan nekton di hutan mangrove Pulau Sembilan, Sumatera Utara. Tujuannya adalah mengetahui jenis-jenis organisme yang hidup di mangrove serta hubungan antara vegetasi dan kondisi lingkungan terhadap kelimpahan spesies. Berbagai jenis moluska dan crustacea ditemukan yang bergantung pada mangrove sebagai habitat dan sumber makanan.
Laporan ini membahas tentang pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) di laboratorium mikrobiologi. Media PDA digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme dengan menyediakan nutrisi seperti karbon, nitrogen, dan zat gizi lainnya. Laporan ini menjelaskan bahan, alat, prosedur pembuatan media PDA, hasil observasi pertumbuhan mikroba, dan manfaat media PDA untuk menumbuhkan kultur mikroba.
Dokumen tersebut membahas tentang praktikum sistem informasi sumberdaya perairan yang meliputi digitasi peta Jawa Barat menggunakan MapInfo 6.0 dan membuat layout peta Jawa Barat menggunakan ArcView 3.3 untuk memahami fungsi SIG dan simbol-simbol pada peta.
Laporan ini membahas tentang digitasi peta Jawa Barat menggunakan MapInfo 6.0. Tujuannya antara lain untuk mengenal fungsi SIG, melakukan instalasi MapInfo 6.0, dan membuat digitasi peta Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah mengumpulkan data peta, melakukan pengolahan data, dan membuat layer-layer pada MapInfo 6.0.
Makalah ini membahas tentang budidaya ikan patin di keramba jaring apung, meliputi taksonomi dan morfologi ikan patin, pemilihan lokasi budidaya, persiapan budidaya, pemeliharaan, panen dan pascapanen.
Laporan ini membahas tingkah laku reproduksi ikan plati pedang (Xiphophorus helleri) melalui observasi langsung. Ikan plati pedang memiliki ciri khas seperti pedang panjang pada ekor jantan dan melahirkan anaknya. Tujuan laporan ini adalah untuk mempelajari perbedaan ciri jantan dan betina, pola tingkah laku sebelum dan sesudah pemijahan, serta lamanya waktu pemijahan.
Laporan ini membahas perkembangan larva ikan nila mulai dari telur yang dibuahi hingga menjadi larva muda. Telur ikan nila akan menetas menjadi larva setelah 4-5 hari kemudian diasuh oleh induk betina selama 11 hari.
Laporan ini membahas tentang pengambilan hipofisa ikan mas (Cyprinus carpio) yang merupakan bagian penting dalam reproduksi ikan. Laporan ini menjelaskan prosedur pengambilan hipofisa dari kepala ikan serta fungsi dan manfaat hipofisa bagi reproduksi ikan.
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu hewan yang termasuk dalam avertebrata adalah filum crustacea. Crusta
berarti kulit keras, kerak di alam terdapat sekitar 40.000 spesies mencakup jenis-
jenis copepoda, udang dan kepiting. Ukurannya bervariasi mulai dari 0,1 mm
sampai 60 cm. Demikian juga dengan bentuk tubuh mulai dari panjang sampai
yang bulat. Sebagian besar hidup crustacea di laut, 13% di air tawar dan 3% di
darat untuk filum crustacea, ada yang bersifat plankton baik itu sebagian hidupnya
sebagai plankton (nano plankton) atau seluruh hidupnya bersifat plankton (scolo
plankton). Ada juga bersifat benthos, baik sebagai spesies interstisial maupun
makroskopis. Ada juga hidup sebagai pasarit contohnya copepoda dan rebon
(Suwarni, 2008).
Udang adalah binatang yang hidup di perairan khususnya sungai maupun
laut atau danau. Udang menjadi dewasa dan bertelur hanya di habitat air laut.
Betina mampu menetaskan telur 50.000 hingga 1 juta telur yang akan menetas
setelah 24 jam menjadi larva (nauplius). Nauplius kemudian bermetamorfosis
memasuki fase ke dua yaitu zoea (jamakzoeae). Zoea memakan ganggang liar.
Setelah beberapa hari bermetamorfosis lagi menjadi mysis (jamak myses). Mysis
memakan ganggang dan zooplankton. Setelah tiga sampai empat hari kemudian
mereka bermetamorfosis terakhir kali memasuki tahap postlarvae: udang muda
yang sudah memiliki ciri-ciri hewan dewasa. Udang air tawar mempunyai peranan
yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Udang air tawar berfungsi
sebagai makanan bagi hewan akuatik yang lebih besar seperti ikan. Udang air
tawar juga berfungsi sebagai pemakan bangkai dan detritus di sungai, kolam dan
danau. Apabila udang air tawar tidak terdapat di perairan, perairan akan
mengalami pembusukan yang dapat meningkatkan zat amoniak dan bersifat racun
(Yoga, 2008).
Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah
13 (5 ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar
yang disebut eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian
2. besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air
tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air
tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae, sehingga para ahli
sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid. Udang laut, terutama
dari keluarga Penaeidae, yang biasa disebut udang penaeid oleh para ahli. Udang
merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu
tinggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas.
Permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun.
Walaupun masih banyak kendala namun hingga saat ini negara produsen udang
yang menjadi pesaing baru ekspor udang Indonesia terus bermunculan atau
semakin meningkat (BPP Teknologi, 2001).
Pada udang hampir seluruh bagian tubuh yaitu daging dan bagian tubuh
yang lainnya terdiri atas protein yang terkandung dalam pakan. Dengan
menggunakan sumber protein dari Artemia yang susunannya mirip dengan
susunan protein udang, maka akan memperpendek waktu yang dibutuhkan udang
untuk proses metabolisme. Penambahan silase Artemia atau yang lebih dikenal
dengan Ekstrak Biomass Artemia (EBA) ternyata memberikan pertumbuhan
harian (Average Daily Growth, ADG) yang lebih baik. Udang Penaeid
membutuhkan konsumsi lemak sebagai sumber asam lemak esensial dan berbagai
kelas lemak yang lain seperti phospholipid dan sterol. Udang atau hewan
Crustacea yang lain memiliki kemampuan yang terbatas dalam elongasi dan
desaturasi Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) menjadi Highly Unsaturated Fatty
Acid (HUFA). Udang Penaeid dapat memperoleh asam lemak tersebut dari
Artemia sebagai pakan alami yang tak tergantikan. Namun, kandungan asam
lemaknya masih jauh dari ideal yang dibutuhkan, misalnya eicosapentaenoic acid
(EPA, C20:5n-3) dan docosahexaenoic acid (DHA, C22:6n-3) (Yuniarso, 2006).
Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya hidup
di perairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial. Udang
laut merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan terbatas dan
mentolerir perubahan salinitas. Kelompok ini biasanya hidup terbatas pada daerah
terjauh pada estuari yang umumnya mempunyai salinitas 30% atau lebih.
Kelompok yang mempunyai kemampuan untuk mentolerir variasi penurunan
3. salinitas sampai dibawah 30% hidup di daerah terestrial dan menembus hulu
estuari dengan tingkat kejauhan bervariasi sesuai dengan kemampuan spesies
untuk mentolerir penurunan tingkat salinitas. Kelompok terakhir adalah udang air
tawar. Udang dari kelompok ini biasanya tidak dapat mentolerir salinitas diatas
5%. Udang termasuk golongan omnivora ataupun pemakan segalanya. Beberapa
sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda,
polichaeta, larva kerang dan lumut. Untuk mendeteksi sumber pakan udang
berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Makanan ditangkap
dengan capit kaki jalan (periopod) dan masukkan kebagian mulut (Didi, 2010).
Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses
informasi indera. Di dalam sistem indera terdapat reseptor indera, jalur saraf dan
bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya sistem indera yang
dikenal adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba.
Alat indra merupakan suatu alat tubuh yang mampu menerima rangsang tertentu.
Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan lingkungan
sehingga fungsi utama indra adalah mengenal lingkungan luar atau berbagai
rangsang dari lingkungan di luar tubuh. Sistem indera adalah bagian dari sistem
saraf yang berfungsi untuk proses informasi indera. Di dalam sistem indera,
terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam
tanggapan indera. Dalam kerjanya organ Indra tidak dapat dipisahkan dari fungsi
dan kerja sistem syaraf dan sistem endokrin yang keduanya membantu untuk
memadukan dan mengkoordinasikan informasi yang diterima dari lingkungan dan
untuk menimbulkan respon (Guspandi dan Riko, 2005).
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui secara langsung bentuk dan morfologi pada tubuh
udang
2. Untuk mengetahui organ-organ pada tubuh udang dan fungsinya.
3. Untuk mengetahui organ pada udang yang berfungsi sebagai
chemoreseptor.
4. Mampu mengaplikasikan kegunaannya dalam kehidupan sehar-hari.
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Udang
Menurut Didi (2011), udang mempunyai tubuh yang bilateral simetris
terdiri atas sejumlah ruas yang dibungkus oleh kitin sebagai eksoskleton. Tiga
pasang maksilliped yang terdapat dibagian dada digunakan untuk makan dan
mempunyai lima pasang kaki jalan sehingga disebut hewan berkaki sepuluh
(Decapoda). Tubuh biasanya beruas dan sistem syarafnya berupa tangga tali.
Dilihat dari luar, tubuh udang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan
bagian belakang. Bagian depan disebut bagian kepala, yang sebenarnya terdiri
dari bagian kepala dan dada yang menyatu. Bagian kepala tertutup kerapak,
bagian perut terdiri dari lima ruas yang masing-masing ruas mempunyai pleopod
dan ruas terakhir terdiri dari ruas perut, dan ruas telson serta uropod (ekor kipas).
Tubuh udang mempunyai rostrum, sepasang mata, sepasang antena, sepasang
antenula bagian dalam dan luar, tiga buah maksilipied, lima pasang cholae
(periopod), lima pasang pleopod, sepasang telson dan uropod. Adapun klasifikasi
udang adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Familia : Penaeidae
Genus : Macrobachium
Species : Macrobachium sp.
Tubuh crustacea dapat dibedakan menjadi kepala, thorax dan abdomen.
Tubuhnya beruas-ruas biasanya disebut somite (meta meru). Tiap ruas tubuh
mempunyai sepasang appendix (anggota badan) yang biramus dan jumlahnya
banyak. Ruas-ruas pembentuk kepala pada semua crustacean tumbuh menjadi
satu. Penyatuan kepala dengan ruas thorax disebut ciphalothorax dan ditutupi oleh
kerapas dibagian dorsalnya. Kerapas merupakan pelebaran dan melipatnya bagian
5. posterior kulit kepala. Biasanya tepi lateral kerapas menutupi kedua sisi
cephalothorax. Pada kepala crustacea mulai dari anterior sampai ke posterior
terdapat sepasang antena kedua (antena), sepasang mandibel menjepit mulut atau
menutup bagian ventral mulut sepasang maxilla pertama dan sepasang maxilla
kedua. Bentuk mandibel pendek dan tebal berfungsi untuk menggiling atau
menggigit, maxilla pertama dan kedua untuk membantu proses makan untuk
pencernaannya (Suwarni, 2008).
Secara morfologis tubuh udang terdiri dari dua bagian, bagian kepala dan
bagian dada (cephalothorax) serta bagian perut (abdomen). Udang windu hidup di
dasar perairan, tidak menyukai cahaya terang dan bersembunyi di lumpur pada
siang hari, bersifat kanibal terutama dalam keadaan lapar dan tidak ada makanan
yang tersedia, mempunyai ekskresi amonia yang cukup tinggi dan untuk
pertumbuhan diperlukan pergantian kulit (moulting). Pada saat proses pergantian
kerangka baru inilah udang tumbuh dengan pesatnya dan menyerap air lebih
banyak sampai kulit luar yang baru mengeras. Pada umumnya semua udang
memiliki sifat alami yang sama, yakni aktif pada malam hari (nocturnal), baik
aktifitas untuk mencari makan dan reproduksi. Beberapa indera yang digunakan
udang untuk mendeteksi makanan adalah penglihatan (sight), audio atau vibrio
sense, thermosense dan chemosense. Dari keempat indera tersebut chemosense
atau chemoreseptor merupakan alat yang paling peka untuk mendeteksi pakan.
Dalam mencari pakan udang lebih mengandalkan indera kimia daripada indera
penglihatan. Alat chemoreseptor pada Crustacea bersifat sensitif dalam
memberikan respon untuk bahan-bahan kimia sebaik terhadap temperatur dan pH
(Yuniarso, 2006).
2.2 Chemoreseptor Pada Udang
Chemoreseptor merupakan organ indera yang distimulasi oleh berbagai
ion atau molekul kimia baik dalam bentuk gas maupun cairan. Ini meliputi indera.
Antenulla merupakan salah satu chemoreceptor yang terdapat disekitar mulut
udang yang biasanya ditutupi oleh rambut-rambut halus yang berfungsi sebagai
alat penciuman. penciuman, perasa dan juga reseptor yang memantau konsentrasi
oksigen dan karbondioksida Chemoreseptor dikenal ada dua macam, yaitu untuk
6. mengenal stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh, berupa rambut-
rambut pada antenulla dengan nilai ambang yang sangat rendah. Stimulus cukup
berupa gas dengan konsentrasi rendah dan untuk mengenal stimulus yang datang
dari sumber yang dekat dengan tubuh terdapat pada palpus maxillaris dan sering
pada torsi dengan nilai ambang tinggi. Kemampuan saraf untuk menanggapi
rangsang, mempunyai peran sangat penting dalam adaptasi ekologis. Misalnya
menemukan makanan, kawin dan mengetahui tempat atau keluarganya dan
menghindari toksin dan predator. Hewan mengembangkan chemoreseptor yaitu
alat indera yang distimilsi oleh berbagai ion atau molekul kimia baik dalam
bentuk gas maupun cairan meliputi penciuman dan perasa sebagai alat untuk
berinteraksi dengan dunia luar dan dalam pengubahan penciuman dan sensitivitas
perasa (rasa), sering juga sebagai petunjuk (Wibowo, 2005).
Chemoreseptor adalah alat indera yang bereaksi terhadap zat-zat kimia,
dalam hal ini adalah pakannya. Chemoreseptor dikenal ada dua macam, yaitu
untuk mengenal stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh, berupa
rambut-rambut pada antenulla dengan nilai ambang yang sangat rendah. Stimulus
cukup berupa gas dengan konsentrasi rendah dan untuk mengenal stimulus yang
datang dari sumber yang dekat dengan tubuh terdapat pada palpus maxillaris dan
sering pada torsi dengan nilai ambang tinggi. Chemoreseptor berfungsi untuk
mendeteksi dan mengetahui adanya makanan dan tempat hidupnya dan juga
dipakai untuk mengenal satu sama lain dengan menunjukkan tingkah laku masak
kelamin (molting), dan mendeteksi adanya musuh. Rangsang yang berupa aroma
pakan diterima antenula yang di dalamnya terdapat rambut-rambut sensori yang
berfungsi sebagai reseptor. Reseptor akan menerima dan mengirimkan rangsangan
melalui urat syaraf dan tanggapan akan diberikan oleh alat tubuh yang disebut
efektor (Raharjo, 2010).
Mekanisme stimulus yang sampai ke udang dan diterima oleh organ
chemoreseptor adalah senyawa yang terkandung dalam pakan yang dimasukkan
ke dalam air akan berdifusi dalam air menjadi bentuk-bentuk ion-ion, sehingga
menimbulkan aroma yang khas bagi udang. Rangsangan ini diterima oleh
chemoreseptor melalui antenula dan ditransformasi ke otak oleh neuron efferent,
kemudian otak akan memprosesnya menjadi tanggapan yang kemudian akan
7. diteruskan ke organ melalui neuron afferent, selanjutnya organ reseptor
melakukan gerakan sesuai informasi dari otak. Berdasarkan mekanisme ini dapat
diketahui bahwa organ chemoreseptor udang terletak pada antenulla yang
berfungsi untuk merespon kehadiran pakan yang beraroma khas sebagai stimulus
zat kimia. Faktor yang mempengaruhi udang mendekati pakan antara lain berupa
sensori berupa kimia, cahaya, osmotik, rangsangan mekanik dan adanya
chemoreaktant yang dikeluarkan oleh pelet/pakan. Chemostimulan yang
dimasukkan pada lingkungan yang terkontrol untuk beberapa spesies Crustaceae,
mampu memacu perilaku makan, dan dalam kondisi alami, udang menunjukkan
respon rangsangan pada campuran kimia yang sangat sinergis (Raharjo, 2010).
Antennula pendek dan antennula panjang adalah struktur gerakan sensoris
yang berfungsi untuk menguji dan menerima rangsang dari lingkungan. Rahang
bawah yang kuat untuk menghancurkan makanan. Antena tidak memiliki setae
chemosensory khusus sedangkan antennula dengan fungsinya yang lebih
kompleks memiliki deret-deret setae chemosensory khusus yang berguna untuk
mencari jejak sinyal kimia dari makanan lawan jenis dan lingkungannnya.
Antennula merupakan alat peraba yang digunakan untuk mendeteksi makanan dan
merupakan organ yang paling penting dalam fungsi chemoreseptor pada udang.
Kemoreseptor adalah organ vital bagi semua hewan, namun hanya sedikit yang
diketahui tentang mekanisme genetik pada organisme akuatik. Cepat lambatnya
deteksi pakan dipengaruhi oleh keadaan fisiologi udang, keadaan lingkungan,
faktor kimia, tekanan osmosis, dan cahaya. Mata pada udang tidak berfungsi
untuk mengenal bentuk, tetapi untuk mengenal sesuatu yang bergerak. Pakan yang
diberikan berpengaruh terhadap cepat lambatnya respon. Semakin banyak pakan
semakin cepat molekul kimia pakan berdifusi, sehingga semakin cepat stimulus
tersebut direspon udang. Antenula udang sangat sensitif terhadap aroma dari
molekul kimiawi yang dikeluarkan pakan (Surya, 2010).
Menurut Wibowo (2005), udang mempunyai 3 organ chemoreseptor utama
yaitu antenulla bagian medial, antenulla bagian lateral dan segmen dactylus
probandial dari kaki jalan yang secara fisiologis hampir sama. Organ tersebut
dapat berfungsi untuk membau dan merasai. Dua pasang kaki jalan pertama dan
reseptor bagian antenulla lateral tidak dilengkapi bulu aesthetase yang mempunyai
8. fungsi dalam orientasi secara kimia. Beberapa pergerakan pada udang untuk
mendekati pakan adalah:
1. Gerakan flicking, yaitu gerakan dimana udang melakukan gerakan pelucutan
antenulla ke depan, dan gerakan tersebut berfungsi dalam mencari atau
mendekati pakan.
2. Gerakan wipping, yaitu gerakan pembersihan antenulla, dimana gerakan
tersebut berfungsi dalam pembersihan setelah mendapatkan makanan atau
setelah memakan pakan.
3. Gerakan withdraw, yaitu gerakan dimana udang melakukan gerakan pelucutan
ke belakang, dimana gerakan tersebut berfungsi untuk melawan atau
menghindari musuh yang akan mendekatinya.
4. Gerakan rotation, yaitu gerakan pemutaran antenulla yang berfungsi untuk
mencari sensor kimia. Frekuensi flicking, dipengaruhi oleh keadaan fisiologis
udang seperti parameter sensori berupa kimia, cahaya, osmotik,.
Chemoreseptor berfungsi untuk mendekati dan mengetahui tempat
hidupnya. Chemoreseptor juga digunakan untuk mengenal keberadaan sesamanya
dan hewan lain, serta menunjukkan tingkah laku matang kelamin. Fungsi
chemoreceptor pada udang (crustacea), adalah sebagai berikut : Sebagai indera
pembau, berperan dalam mencari dan menemukan makanan, untuk mengetahui
posisi tubuh, sebagai media komunikasi antar hewan yaitu menangkap stimulus
kimia berupa feromon dari hewan lawan jenis. Frekuensi flicking dipengaruhi
oleh keadaan fisiologis udang seperti, parameter sensori berupa kimia, cahaya
osmotik dan rangsangan mekanik. Frekuensi flicking, pelecutan dipengaruhi oleh
keadaan fisiologis udang seperti parameter sensori berupa kimia, cahaya, osmotik
dan tekanan mekanik. Rotasi antennula berupa pergerakan dari bagian proximal
ke bagian medial. Antennula mengarah ke sisi yang sama. Pembersihan antennula
berfungsi untuk chemoreceptor yang digunakan untuk mendeteksi senyawa kimia
(Surya, 2010).
9. BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan pada tanggal 08 April
2014, pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai, bertempat di Laboratorium
Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: aquarium
sebagai wadah air untuk udang yang masih hidup, stowatch untuk menghitung
waktu udang melakukan berbagai gerakan, gunting kecil untukmengablasi mata
maupun antenullus udang, air suntuk mengisi aquarium, peralatan tulis untuk
mencatat data yang diperoleh
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah: udang air tawar yang
akan diamati organ yang berfungsi sebagai chemoreseptor dan pellet sbagai pakan
ikan.
1.3 Prosedur Praktikum
1. Diisi akuarium dengan air bersih, kemudian dimasukkan pakan pellet ke
dalamnya.
2. Diablasi satu mata udang sedangkan udang lain dua diablasi total, ablasi
jiga dilakukan pada antenulla.
3. Diamati gerakan udang sampai udang tersebut menyentuh pakan, waktu
dihitung.
4. Dilakukan pengamatan sampai 15 menit atau sampai udang mengambil
pakan dua atau tiga kali jika diperlukan.
5. Dicatat hasil yang diperoleh.
10. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Gambar udang
b. Data Morfometrik
No Nama Pengukuran Cm
1. Panjang Total 4
2 Panjang Antenulla 5
3 Panjang kaki jalan 2.5
4 Chepalatorax 1
c. Tabel Pengamatan
Ablasi 1 Mata
WAKTU PERLAKUAN
FL WD WP RT MP
15’ 08.53 00.10
10.22 00.40
10.58 01.37
11.50
12.10
13.34
13.40
Ablasi 2 Mata
Waktu PERLAKUAN
FL WD WP RT MP
15’ 08.25 01.05 00.31
13. RT (Rotation) : Memutar Antenula
MP : Menuju Pakan
4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum dapat dilihat bahwa udang memiliki bagian-bagian
tubuh yang membedakannya dengan yang lain. Menurut literatur Yuniarso (2006),
secara morfologis tubuh udang terdiri dari dua bagian, bagian kepala dan bagian
dada (cephalothorax) serta bagian perut (abdomen). Udang hidup di dasar
perairan, tidak menyukai cahaya terang dan bersembunyi di lumpur pada siang
hari, bersifat kanibal terutama dalam keadaan lapar dan tidak ada makanan yang
tersedia, mempunyai ekskresi amonia yang cukup tinggi dan untuk pertumbuhan
diperlukan pergantian kulit (moulting). Pada saat proses pergantian kerangka baru
inilah udang tumbuh dengan pesatnya dan menyerap air lebih banyak sampai kulit
luar yang baru mengeras.
Dari hasil pengamatan praktikum diketahui bahwa udang memiliki alat
chemoreseptor pada organ tubuhnya yang membantunya untuk dapat bertahan
hidup. Menurut literatur Wibowo (2005), yang menjelaskan bahwa udang
mempunyai 3 organ chemoreseptor utama yaitu antenulla bagian medial, antenulla
bagian lateral dan segmen dactylus probandial dari kaki jalan yang secara
fisiologis hampir sama. Dua pasang kaki jalan pertama dan reseptor bagian
antenulla lateral tidak dilengkapi bulu aesthetase yang mempunyai fungsi dalam
orientasi secara kimia. Dan sesuai dengan literatur Raharjo (2010), yang
mengatakan bahwa chemoreseptor berfungsi untuk mendeteksi dan mengetahui
adanya makanan dan tempat hidupnya dan juga dipakai untuk mengenal satu sama
lain dengan menunjukkan tingkah laku masak kelamin (molting), dan mendeteksi
adanya musuh. Rangsang yang berupa aroma pakan diterima antenula yang di
dalamnya terdapat rambut-rambut sensori yang berfungsi sebagai reseptor.
Dari hasil pengamatan praktikum dapat dilihat bahwa pada udang yang
matanya diablasi satu dan diablasi total sekalipun masih memiliki kemampuan
untuk mendekati pakan. Menurut literatur surya (2010), yang menjelaskan bahwa
mata pada udang tidak berfungsi untuk mengenal bentuk, tetapi untuk mengenal
sesuatu yang bergerak. Pakan yang diberikan berpengaruh terhadap cepat
lambatnya respon. Semakin banyak pakan semakin cepat molekul kimia pakan
berdifusi, sehingga semakin cepat stimulus tersebut direspon udang. Antenula
14. udang sangat sensitif terhadap aroma dari molekul kimiawi yang dikeluarkan
pakan.
Dari hasil pengamatan praktikum dapat lihat juga pergerakan memanjang
dan memendek antenullus dari udang control dan udang yang matanya diablasi
sebagai hasil dari respon terhadap pemberian pakan. Menurut literatur Surya
(2010), yang menjelaskan bahwa antennula pendek dan antennula panjang adalah
struktur gerakan sensoris yang berfungsi untuk menguji dan menerima rangsang
dari lingkungan. Rahang bawah yang kuat untuk menghancurkan makanan.
Antena tidak memiliki setae chemosensory khusus sedangkan antennula dengan
fungsinya yang lebih kompleks memiliki deret-deret setae chemosensory khusus
yang berguna untuk mencari jejak sinyal kimia dari makanan lawan jenis dan
lingkungannnya. Antennula merupakan alat peraba yang digunakan untuk
mendeteksi makanan dan merupakan organ yang paling penting dalam fungsi
chemoreseptor pada udang. Kemoreseptor adalah organ vital bagi semua hewan,
namun hanya sedikit yang diketahui tentang mekanisme genetik pada organisme
akuatik.
Pada udang kontrol waktu bertahan hidup lebih lama serta gerakan lebih
aktif bila dibandingkan dengan perlakuan udang yang diablasi antenullus dan
matanya. Udang melakukan berbagai gerakan-gerakan sebagai respon terhadap
kondisi lingkungannya. Menurut literatur Wibowo (2005), yang menjelaskan
bahwa berbagai gerakan udang untuk merespon pakan yang diberikan yaitu
gerakan flicking, gerakan wipping, gerakan withdraw, dan gerakan rotation.
Frekuensi flicking, dipengaruhi oleh keadaan fisiologis udang seperti parameter
sensori berupa kimia, cahaya, osmotic dan tekanan mekanik. Rotasi antennula
berupa pergerakan dari bagian proximal ke bagian medial. Antennula mengarah
ke sisi yang sama. Pembersihan antennula berfungsi untuk chemoreseptor yang
digunakan untuk mendeteksi senyawa kimia.
15. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum ini adalah :
1. Tubuh udang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kepala dan bagian dada
(cephalothorax) serta bagian perut (abdomen). Udang hidup di dasar perairan,
tidak menyukai cahaya terang dan bersembunyi di lumpur pada
2. Udang mempunyai 3 organ chemoreseptor utama yaitu antenulla bagian
medial, antenulla bagian lateral dan segmen dactylus probandial dari kaki jalan
yang secara fisiologis hampir sama.
3. Antennula merupakan alat peraba yang digunakan untuk mendeteksi makanan
dan merupakan organ yang paling penting dalam fungsi chemoreseptor pada
udang.
4. Mata pada udang tidak berfungsi untuk mengenal bentuk, tetapi untuk
mengenal sesuatu yang bergerak, pakan yang diberikan berpengaruh terhadap
cepat lambatnya respon.
5. Berbagai gerakan udang untuk merespon pakan yang diberikan yaitu gerakan
flicking, gerakan wipping, gerakan withdraw, dan gerakan rotation, frekuensi
flicking dipengaruhi oleh keadaan fisiologis udang seperti parameter sensori
berupa kimia, cahaya, osmotik dan tekanan mekanik.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya peralatan dan bahan yang
digunakan harus lengkap dan sesuai dengan prosedur kerja agar pelaksanaan
praktikum dapat berjalan dengan baik dan hasil yang diperoleh lebih maksimal.
16. DAFTAR PUSTAKA
BPP Teknologi. 2001. Budidaya Udang Windu (Palaemonidae / Penaeidae).
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.
Didi, A. 2010. Biologi Crustacea. Laborarium Kimia Fisik. Jurusan Kimia
Fakultas Mipa. Universitas Diponegoro, Semarang.
Guspandi, F dan Riko, J. 2005. Sistem Saraf Hewan. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Raharjo, G. A. 2010. Fungsi Chemoreseptor Pada Udang. Kementerian
Pendidikan Nasional Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Biologi,
Purwokerto.
Surya, H. 2010. Fungsi Chemoreseptur pada Udang
(Macrobrachium rosenbergii. Fakultas FMIPA. Jurusan Biologi.
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Suwarni. 2008. Optimalisasi Proses Belajar Mengajar Mata Kuliah Avertebrata
Air Yang Berbasis Scl (Students Center Learning). Program Studi
Manajemen Sumber Daya Hayati Perairan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan
Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pranata Yoga. 2008. Udang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Tommy Yuniarso. 2006. Peningkatan Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, dan
Daya Tahan Udang Windu (Penaeus Monodon Fab.) Stadium Pl 7 – Pl 20
Setelah Pemberian Silase Artemia yang Telah Diperkaya dengan Silase
Ikan. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Wibowo, L. 2005. Fungsi Chemoreseptor Pada Lobster. Universitas Hasanuddin,
Makassar.