Dokumen tersebut membahas upaya pengelolaan bendungan dalam meningkatkan layanan waduk, mencakup evolusi pengelolaan bendungan di Indonesia, isu-isu strategis dalam pengelolaan bendungan, serta pentingnya keamanan publik di sekitar bendungan.
Dokumen tersebut membahas rekomendasi teknis di bidang sumber daya air di Wilayah Sungai Cidanau - Ciujung - Cidurian, mencakup tugas dan fungsi Badan Pengelola Wilayah Sungai C3, visi dan misi pengelolaan sumber daya air di wilayah tersebut, gambaran umum perizinan sumber daya air termasuk jenis perizinan dan proses permohonannya, serta rekomendasi terkait pelayanan perizin
Pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai serayu bogowontoAchmad Wahid
Ìý
Dokumen ini membahas perencanaan pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Serayu Bogowonto dengan mengidentifikasi kondisi saat ini, kebutuhan air masa kini dan masa depan, serta mengevaluasi alternatif penggunaan sumber daya air yang lebih baik. Dokumen ini merupakan kerangka dasar dalam merencana, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi, pendayagunaan, dan pengendalian pencemaran air di
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Ìý
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseinfosanitasi
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip dasar sistem drainase perkotaan yang meliputi fungsi, komponen, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti intensitas hujan, daerah tangkapan, dan pertumbuhan kota."
Dokumen tersebut membahas tentang perundangan, kebijakan, dan strategi penanganan drainase perkotaan. Secara garis besar membahas 4 kebijakan utama yaitu pengembangan sistem drainase berwawasan lingkungan, optimalisasi prasarana drainase, pengembangan peraturan, dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola drainase. Dokumen ini juga menjelaskan komponen sektor drainase dan pengertian drainase perkotaan berwawasan lingkun
Dokumen tersebut membahas tentang komponen-komponen sistem drainase perkotaan seperti saluran terbuka, saluran tertutup, waduk retensi, pintu air, pompa, bangunan persilangan, dan cara-cara penanganan masalah genangan di kawasan perkotaan melalui kolam retensi, pompa, dan polder.
Pemetaan, Survei dan Penyajian Gambar Sistem Pengelolaan Air Limbah TerpusatJoy Irman
Ìý
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Teks tersebut membahas mengenai sumber air baku dan rancangan bangunan pengambilan. Sumber air baku yang digunakan adalah air sungai Lenovo dengan debit 1,4 liter/detik. Teks ini juga menjelaskan berbagai jenis bangunan pengambilan air seperti direct intake, indirect intake, dan spring intake beserta komponen-komponennya seperti screen, pompa intake, dan kriteria desainnya.
Perizinan Pengusahaan dan Penggunaan Sumber Daya Airushfia
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang pengaturan pengelolaan sumber daya air di Indonesia, termasuk prinsip-prinsip penguasaan air oleh negara, dasar hukum, jenis izin dan prioritas pemberian izin, serta persyaratan permohonan izin."
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan Joy Irman
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang tata cara pembuatan rencana induk drainase perkotaan yang mencakup inventarisasi kondisi awal sistem drainase, analisis drainase dan konservasi air, pendekatan penyelenggaraan sistem drainase, rencana sistem jaringan drainase, dan cara pengerjaannya.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem drainase perkotaan yang berfungsi untuk mengalirkan air permukaan dari wilayah perkotaan agar tidak tergenang, mencakup jenis dan fungsi drainase lokal, utama, pengendalian banjir, serta permasalahan yang sering dihadapi seperti penyumbatan dan kapasitas yang kurang memadai."
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013Irene Baria
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang kriteria perencanaan irigasi di Indonesia. Secara garis besar, dokumen ini menjelaskan tiga tingkatan jaringan irigasi yaitu irigasi sederhana, semiteknis, dan teknis beserta unsur-unsurnya. Selain itu, dokumen ini juga menjelaskan proses perencanaan irigasi mulai dari tahap studi, perencanaan awal hingga akhir, serta data dan pengukuran yang dibutuhkan dalam
Dokumen tersebut merupakan ringkasan dari materi kuliah tentang perencanaan dan pengelolaan waduk. Ia menjelaskan pengertian waduk, fungsi utamanya untuk menyediakan tampungan air, dan jenis-jenis waduk beserta contoh-contoh waduk besar di Indonesia beserta data teknisnya. Dokumen ini juga membahas tahapan perencanaan waduk mulai dari investigasi lokasi, evaluasi alternatif, hingga aspek
Dokumen tersebut membahas tiga poin utama:
1. Perundangan dan kebijakan terkait sistem drainase perkotaan di Indonesia.
2. Isu-isu strategis dan kebijakan serta strategi dalam penanganan drainase perkotaan.
3. Jenis dan persyaratan data yang dibutuhkan dalam perencanaan drainase perkotaan.
Jaringan Distribusi - Sistem Jaringan Perpipaan Yahya M Aji
Ìý
Fungsi jaringan distribusi adalah menyalurkan air bersih dari tendon ke rumah tangga atau konsumen.
Ada 2 jenis system distribusi, yaitu :
1. Sistem berkelanjutan (continuous)
Pada system ini, air akan disuplai dan didistribusikan selama 24 jam kepada konsumen. Sistem ini dipakai bila kuantitas air baku dapat mensuplai kebutuhan yang ada.
ïƒ Keuntungannya:
Air tersedia setiap saat
Air selalu berada dalam keadaan segar
ïƒ Kerugiannya:
Pemakaian air cenderung boros
Jika ada sedikit kebocoran, maka akumulasinya akan sangat besar
2. System intermitten
Pada system ini, air tidak diproduksi secara terus menerus, melainkan beberapa jam saja dalam satu hari. Sistem ini dipakai bila kuanititas dan tekanan yang diperlukan tidak terpenuhi.
ïƒ Keuntungannya:
Pemakaian air cenderung lebih hemat
Jika ada kebocoran, maka jumlah yang terbuang tidak akan besar
ïƒ Kerugiannya:
Air tidak tersedia setiap saat, sehingga sangat merepotkan bila pada saat-saat tersebut air dibutuhkan
Setiap rumah harus memiliki tempat penyimpanan air untuk memenuhi kebutuhannya
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem drainase perkotaan yang berwawasan lingkungan. Sistem ini bertujuan mengelola air permukaan di kota dengan cara menahan dan meresapkan air hujan sebanyak-banyaknya ke dalam tanah sebelum dialirkan ke badan air, sehingga dapat mencegah banjir dan menjaga ketersediaan air tanah. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai metode drainase ramah lingkungan seperti kolam konservasi, sum
Dokumen tersebut membahas tentang komponen-komponen sistem drainase perkotaan seperti saluran terbuka, saluran tertutup, waduk retensi, pintu air, pompa, bangunan persilangan, dan cara-cara penanganan masalah genangan di kawasan perkotaan melalui kolam retensi, pompa, dan polder.
Pemetaan, Survei dan Penyajian Gambar Sistem Pengelolaan Air Limbah TerpusatJoy Irman
Ìý
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Teks tersebut membahas mengenai sumber air baku dan rancangan bangunan pengambilan. Sumber air baku yang digunakan adalah air sungai Lenovo dengan debit 1,4 liter/detik. Teks ini juga menjelaskan berbagai jenis bangunan pengambilan air seperti direct intake, indirect intake, dan spring intake beserta komponen-komponennya seperti screen, pompa intake, dan kriteria desainnya.
Perizinan Pengusahaan dan Penggunaan Sumber Daya Airushfia
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang pengaturan pengelolaan sumber daya air di Indonesia, termasuk prinsip-prinsip penguasaan air oleh negara, dasar hukum, jenis izin dan prioritas pemberian izin, serta persyaratan permohonan izin."
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan Joy Irman
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang tata cara pembuatan rencana induk drainase perkotaan yang mencakup inventarisasi kondisi awal sistem drainase, analisis drainase dan konservasi air, pendekatan penyelenggaraan sistem drainase, rencana sistem jaringan drainase, dan cara pengerjaannya.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem drainase perkotaan yang berfungsi untuk mengalirkan air permukaan dari wilayah perkotaan agar tidak tergenang, mencakup jenis dan fungsi drainase lokal, utama, pengendalian banjir, serta permasalahan yang sering dihadapi seperti penyumbatan dan kapasitas yang kurang memadai."
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013Irene Baria
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang kriteria perencanaan irigasi di Indonesia. Secara garis besar, dokumen ini menjelaskan tiga tingkatan jaringan irigasi yaitu irigasi sederhana, semiteknis, dan teknis beserta unsur-unsurnya. Selain itu, dokumen ini juga menjelaskan proses perencanaan irigasi mulai dari tahap studi, perencanaan awal hingga akhir, serta data dan pengukuran yang dibutuhkan dalam
Dokumen tersebut merupakan ringkasan dari materi kuliah tentang perencanaan dan pengelolaan waduk. Ia menjelaskan pengertian waduk, fungsi utamanya untuk menyediakan tampungan air, dan jenis-jenis waduk beserta contoh-contoh waduk besar di Indonesia beserta data teknisnya. Dokumen ini juga membahas tahapan perencanaan waduk mulai dari investigasi lokasi, evaluasi alternatif, hingga aspek
Dokumen tersebut membahas tiga poin utama:
1. Perundangan dan kebijakan terkait sistem drainase perkotaan di Indonesia.
2. Isu-isu strategis dan kebijakan serta strategi dalam penanganan drainase perkotaan.
3. Jenis dan persyaratan data yang dibutuhkan dalam perencanaan drainase perkotaan.
Jaringan Distribusi - Sistem Jaringan Perpipaan Yahya M Aji
Ìý
Fungsi jaringan distribusi adalah menyalurkan air bersih dari tendon ke rumah tangga atau konsumen.
Ada 2 jenis system distribusi, yaitu :
1. Sistem berkelanjutan (continuous)
Pada system ini, air akan disuplai dan didistribusikan selama 24 jam kepada konsumen. Sistem ini dipakai bila kuantitas air baku dapat mensuplai kebutuhan yang ada.
ïƒ Keuntungannya:
Air tersedia setiap saat
Air selalu berada dalam keadaan segar
ïƒ Kerugiannya:
Pemakaian air cenderung boros
Jika ada sedikit kebocoran, maka akumulasinya akan sangat besar
2. System intermitten
Pada system ini, air tidak diproduksi secara terus menerus, melainkan beberapa jam saja dalam satu hari. Sistem ini dipakai bila kuanititas dan tekanan yang diperlukan tidak terpenuhi.
ïƒ Keuntungannya:
Pemakaian air cenderung lebih hemat
Jika ada kebocoran, maka jumlah yang terbuang tidak akan besar
ïƒ Kerugiannya:
Air tidak tersedia setiap saat, sehingga sangat merepotkan bila pada saat-saat tersebut air dibutuhkan
Setiap rumah harus memiliki tempat penyimpanan air untuk memenuhi kebutuhannya
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem drainase perkotaan yang berwawasan lingkungan. Sistem ini bertujuan mengelola air permukaan di kota dengan cara menahan dan meresapkan air hujan sebanyak-banyaknya ke dalam tanah sebelum dialirkan ke badan air, sehingga dapat mencegah banjir dan menjaga ketersediaan air tanah. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai metode drainase ramah lingkungan seperti kolam konservasi, sum
Dokumen tersebut membahas sejarah pembangunan Bendungan Malahayu pada tahun 1928 oleh pemerintah Belanda untuk mengairi lahan persawahan. Bendungan ini dibangun dengan meledakkan gunung menggunakan dinamit sehingga beberapa desa tenggelam. Bendungan ini kini bermanfaat untuk irigasi dan pengendalian banjir di sekitarnya.
Dokumen tersebut membahas tentang waduk, termasuk definisi, komponen, manfaat, dan permasalahan yang ditimbulkan oleh waduk. Waduk dijelaskan sebagai danau buatan yang besar yang digunakan untuk menampung air dan memiliki berbagai komponen seperti bendungan, pelimpah, dan rumah pembangkit listrik. Manfaat waduk meliputi penyediaan air, irigasi, pengendalian banjir, dan pariwisata. Namun waduk juga
Banjir besar terjadi di Jakarta pada 2014 akibat kombinasi faktor alam dan manusia. Survei menunjukkan 43,4% warga menilai banjir 2014 lebih parah dari sebelumnya. Kerusakan jalan mencapai 619 lokasi di Jakarta. Penyebabnya adalah penebangan pohon, pembangunan, dan ketidakmampuan sistem drainase menangani air hujan. Upaya penanggulangannya meliputi mitigasi, tanggap darurat
Proyek ADB di bidang pertanahan dan energi diduga berkontribusi terhadap krisis pangan global melalui beberapa mekanisme. Pertama, meningkatkan investasi asing yang mengakibatkan konversi lahan pertanian menjadi areal industri dan menurunkan produksi pangan. Kedua, memfasilitasi perampasan lahan petani oleh perusahaan melalui skema pasar tanah. Ketiga, memperluas budidaya komoditas untuk agroindustri seperti udang dan agrofuel
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim globalpariatmono
Ìý
Diskusi kelompok membahas penataan sumber daya air untuk menghadapi perubahan iklim global dalam rangka ketahanan nasional. Kelompok ini menyarankan peningkatan pengelolaan sumber daya air, perencanaan antisipasi dampak perubahan iklim, dan budaya hemat air melalui regulasi dan sosialisasi.
Pengelolaan DAS adalah upaya manusia
dalam mengatur hubungan timbal balik
antara sumberdaya alam dengan manusia di
dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar
terwujud kelestarian dan keserasian
ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan
sumberdaya alam bagimanusia secara
berkelanjutan
1. 1
UPAYA PENGELOLAAN BENDUNGAN
DALAM MENINGKATKAN LAYANAN WADUK
KOMITE NASIONAL INDONESIA UNTUK BENDUNGAN BESAR (KNI-BB)
INDONESIAN NATIONAL COMMITTEE ON LARGE DAMS (INACOLD)
Dr. Ir. Harry M. Sungguh, MT, PUB
Komite Eksekutif KNIBB
Disampaikan pada
Webminar Pengelolaan dan Proses Izin Operasi Bendungan
Kementerian PUPR dan KNIBB
Jakarta, 17 Desember 2020
2. 2
1. Selama setengah abad ke-20, rata-rata setiap hari dibangun dua
bendungan besar (WCD 2000).
2. Pada tahun 2000, di dunia telah dibangun 47.000 bendungan besar
dan sekitar 800.000 bendungan kecil (WCD 2000). Secara global,
setengah lebih dari 292 sistem sungai besar telah dipengaruhi oleh
bendungan.
3. Bendungan mempunyai peran yang sangat penting dalam
mendukung ketahanan air, pangan, energi dan lingkungan.
4. Sekitar setengah dari bendungan besar di dunia dibangun terutama
untuk melayani irigasi, dan diperkirakan berkontribusi langsung
terhadap 12-16% produksi pangan global (WCD 2000).
5. Di Indonesia, pada tahun 2015 Pemerintah telah mencanangkan
program pembangunan 65 bendungan, dan sampai tahun 2021 telah
diselesaikan 31. Sehingga secara keseluruhan di Indonesia terdapat
lebih dari 250 unit bendungan.
PENDAHULUAN
3. 3
EVOLUSI PENGELOLAAN BENDUNGAN DI INDONESIA
Pengelolaan bendungan
di Indonesia (1910 an)
dengan konsep pengelolaan
eka guna, untuk irigasi
1960 an pengelolaan
dengan konsep
serbaguna
1970 an pengelolaan
dengan konsep holistik,
dimensi DAS
1990
Beberapa bendungan
dikelola secara korporasi
dengan menerapkan
BJPSDA
Bend Nglangon – Jateng
(1910 – 1916)
Bend. Prijetan – Jatim
(1911 – 1917)
Bend Tempuran – Jateng
(1914 – 1916)
Bend Cileunca – Jabar
(1922)
Bend Jatiluhur – Jabar
(1957 – 1967)
Bend Karangkates – Lahor
(1964 – 1972)
Bend Karangkates
4. 4
LAYANAN WADUK DAN BENDUNGAN
Eksisting Sampai 2021
Sampai 2025
(Target)
Sampai 2027
(Target)
Volume (milyar m3) 13,82 15,59 17,63 19,41
Irigasi (ha) 761.542 995.157 1.147.188 1.229.987
Banjir (m3/detik) 5.236,89 12.569,86 15.856,16
Air Baku (m3/detik) 169,60 182,70 218,61 243,66
PLTA (MW) 6.145,06 6.283,53 6.401,57 6.524,06
Sumber: Dit. Benda – Kementerian PUPR
5. 5
ISSUE - ISSUE STRATEGIS DALAM PENGELOLAAAN BENDUNGAN (2/2)
PERUBAHAN IKLIM
Perubahan
iklim
Pergeseran
perubahan MH
•Durasi hujan pendek
•Intensitas tinggi
Muka air waduk naik tiba-tiba
Sanford Dam – USA (Mei 2020) Edenville Dam – USA ( Mei 2020)
Tailrace Bendungan Jatiluhur
Inflow Tahunan Sungai Citarum
6. 6
1. Watershed Issues → meningkatnya aktifitas masyarakat → kerusakan
DTA → erosi → meningkatkan sedimentasi.
2. Environmental Impact → daya dukung perairan waduk menurun akibat
kualitas air sungai di hulu menurun dan over populated KJA pada
beberapa bendungan → eutrofikasi.
3. User Water Conflict → alokasi air pada kondisi shortage water
4. Mobilisasi dana pengelolaan kurang optimal → kegiatan O P tertunda
→ kerusakan bendungan dan bangunan pelengkapnya.
5. Kuantitas, kualitas dan kualifiasi SDM belum cukup (kurangnya tenaga
ahli bendungan yang bersertifikat).
6. Keamanan public sekitar bendungan.
7. Sistem dokumen dan data belum tertata dengan baik.
ISSUE - ISSUE STRATEGIS DALAM PENGELOLAAAN BENDUNGAN (1/2)
7. 7
EARLY RELEASE DALAM OPERASI WADUK
1. Untuk mengantisipasi banjir akibat perubahan iklim, operasi waduk dapat dilakukan dengan early release.
2. Early release dapat diterapkan, bila dalam pelaksanaan operasi waduk diperoleh informasi dari BMKG bahwa akan
terjadi hujan yang dapat mengakibatkan banjir.
8. 8
PENATAGUNAAN WADUK
• Penatagunaan waduk yang
merupakan pendayagunaan
waduk dilakukan apabila
terjadi perubahan ruang
dalam waduk akibat adanya:
- Sedimen dan/atau
- Pemanfaatan air waduk dan
daya air waduk untuk
keperluan lain.
• Penatagunaan waduk
ditujukan untuk menetapkan
zona pemanfaatan waduk dan
peruntukan air pada waduk,
meliputi ruang waduk sampai
dengan garis sempadan
waduk sebagai fungsi lindung
dan fungsi budi daya.
Sumber: BP Batam
Bendungan Duriangkang
10. 10
SEDIMENTASI DI WADUK
A.Bendungan/waduk baru yang
menunjukkan tampungan
efektif dan tampungan mati;
B. Periode operasional awal
dengan dampak sedimen
minimal, menunjukkan pola
pengendapan untuk sedimen
kasar dan halus;
C. Sedimen mulai mengisi
tampungan efektif dengan
pembentukan delta yang
substansial;
D.Dampak sedimen yang parah
termasuk mulai hilangnya
tampungan efektif,
penyumbatan intake.
• Semua sungai secara alami mengangkut partikel sedimen yang terkikis dari
Daerah Tangkapan Air (DTA), termasuk dasar dan tebing sungai.
• Transportasi erosi dan sedimen adalah proses alami, tetapi laju erosi dapat
sangat dipercepat oleh aktivitas masyarakat yang merusak DTA.
13. 13
FLUSHING SEDIMEN
Flushing atau penggelontoran waduk merupakan
salah satu kegiatan pemeliharaan bendungan.
Flushing, selain dapat menjamin keberlangsungan
fungsi bendungan, juga bertujuan untuk
mengoptimalkan ruang tampungan air sehingga
dapat meningkatkan suplai air untuk berbagai
kebutuhan di hilirnya.
Flushing dapat membersihkan sampah sekaligus
sedimen yang menumpuk di dasar waduk.
Flushing Waduk Paonia, Colorado USA
Flushing Waduk Wlingi, Indonesia
14. 14
PENINGKATAN KAPASITAS WADUK
Waduk krenceng yang terletak di Kota Cilegon memiliki kapasitas awal 2,57
juta m3. Dengan adanya program peningkatan kapasitas waduk tahun 2010 -
2012, kapasitas tampungan waduk bertambah 2,50 juta m3, sehingga saat ini
kapasitasnya menjadi lebih dari 5 juta m3.
Sebelum pengerukan Rencana lokasi pengerukan Setelah pengerukan
Tampak atas genangan waduk Nadra Krenceng
15. 15
PENGERUKAN WADUK
• Akumulasi sedimen di waduk-waduk menjadi masalah dalam pengelolaan bendungan, bila diabaikan dapat
menurunkan layanan waduk untuk suplai air baku dan pengendalian banjir.
• Masalah sedimentasi tidak dapat diselesaikan dengan membangun bendungan baru, karena keterbatasan lahan dan
masalah sosial. Salah satu strategi untuk mempertahankan fungsi layanan waduk adalah dengan melakukan
pengerukan
16. 16
RENOVASI BENDUNGAN
Akumulasi sedimen di waduk-waduk menjadi masalah dalam
pengelolaan bendungan, bila diabaikan dapat menurunkan layanan
waduk untuk suplai air baku dan pengendalian banjir.
Masalah sedimentasi tidak dapat diselesaikan dengan membangun
bendungan baru, karena keterbatasan lahan dan masalah sosial.
Bendungan harus dikelola dengan paradigma baru, yaitu Pengelolaan
Bendungan Berkelanjutan
20. 20
APA ITU KEAMANAN PUBLIK ?
Dalam manajemen keamanan bendungan, pengelola bendungan harus
memperhatikan tentang pentingnya menerapkan public safety. Langkah pertama
yang harus dilakukan adalah menyusun klasifikasi dampak bahaya bendungan dan
rencana tindak darurat bila terjadi kegagalan bendungan.
21. 21
PENTINGNYA KEAMANAN PUBLIK
SEKITAR BENDUNGAN
• Di beberapa negara ditunjukkan bahwa
korban jiwa yang disebabkan oleh aktivitas di
sekitar bendungan sering mirip dengan, atau
melebihi, jumlah insiden yang disebabkan
oleh kegagalan bendungan.
• Diperoleh data bahwa sebagian besar orang
yang mengalami kecelakaan atau kematian
adalah penduduk setempat, atau mereka
yang akrab dengan bendungan tersebut.
• Data dari Ontario Power - Canada, pada
tahun 2019 terjadi peristiwa dan korban jiwa
terkait public safety sekitar bendungan, yaitu
1.004 kejadian dengan 1.043 mati.
22. 22
ISU - ISU KEAMANAN PUBLIK
SEKITAR BENDUNGAN
• Akses masyarakat di hulu, hilir bendungan
dan di sekitar sempadan waduk.
• Spillway, operasi PLTA, tailrace.
• Fluktuasi muka air waduk dan pusaran air.
• Puncak bendungan menjadi akses umum.
• Adanya lokasi wisata di sekitar waduk.
23. 23
KEAMANAN PUBLIK
SEKITAR TAILRACE BENDUNGAN
Pengelola Bendungan Juanda - Jatiluhur bertanggung jawab atas pengelolaan
bendungan yang aman, termasuk lingkungan tailrace dan sekitarnya. Safety public
perlu secara ketat diterapkan dan harus menjadi bagian dari kegiatan operasi dan
pemeliharaan bendungan yang dipantau secara rutin untuk menghindari bahaya
dan risiko terhadap masyarakat dan karyawan.
24. 24
PENGELOLAAN KEAMANAN PUBLIK
SEKITAR BENDUNGAN
Dalam pengelolaan keamanan pulik di sekitar bendungan diperlukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi potensi bahaya
2. Pengendalian bahaya
• Eliminasi
• Mitigasi :
- Struktural (pagar, boom, guardrail)
- Peringatan (rambu-rambu, buoys, sirine)
- Menyiapkan peralatan darurat (pelampung, perahu)
• Edukasi publik
3. Public safety management plan
25. 25
PERAN PENGELOLA BENDUNGAN
DALAM KEAMANAN PUBLIK
• Pengelola bendungan harus menyiapkan suatu sistem dalam mengelola
keamanan publik sekitar bendungan.
• Elemen-elemen dalam manajemen keamanan publik meliputi: planning,
implementing, checking dan corrective action, reporting
Sumber: Canadian Dam Association