Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas hubungan antara kadar aspal dengan karakteristik campuran perkerasan jalan lentur dan umur pelayanannya. Kadar aspal yang tepat diperlukan untuk mencapai nilai karakteristik yang memenuhi spesifikasi teknis sehingga dapat memaksimalkan umur pelayanan perkerasan jalan.
Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...Debora Elluisa Manurung
油
Dokumen ini membandingkan beberapa metode perkerasan beton semen untuk jalan akses jembatan, mencakup jenis perkerasan kaku, bahan-bahan konstruksi seperti tanah dasar, lapis pondasi, dan sambungan. Jenis sambungan yang dijelaskan termasuk sambungan melintang, memanjang, dan konstruksi. Prinsip-prinsip perencanaan campuran beton juga dibahas, termasuk perbandingan semen dan air serta kontrol gradasi agregat
Perkerasan kaku menggunakan beton sebagai bahan utama. Jenisnya antara lain JPCP, JRCP, dan CRCP yang membedakan sistem joint-nya. Perkerasan kaku umum digunakan untuk jalan berat karena mampu mendistribusikan beban ke subgrade lebih baik daripada perkerasan lentur.
Dokumen tersebut membahas tentang perkerasan jalan yang terdiri dari beberapa lapisan dan bahan-bahan yang digunakan untuk membangun perkerasan jalan, seperti agregat, filler, semen, dan aspal sebagai bahan pengikat. Bahan-bahan tersebut harus memenuhi standar kualitas untuk membangun perkerasan jalan yang kuat dan tahan lama.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Jalan mempunyai peranan penting dalam transportasi dan ekonomi
2. Aspal beton digunakan sebagai material utama pembangunan jalan karena murah dan kuat
3. Rancangan campuran aspal beton melibatkan pemilihan agregat dan aspal serta proporsi yang tepat
Dokumen tersebut merupakan proposal skripsi yang membahas tentang kombinasi fraksi agregat Palu dan Kerang Dayu Paser untuk campuran perkerasan jalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan agregat lokal sebagai bahan campuran dan mengetahui karakteristik campuran yang menggabungkan kedua jenis agregat tersebut. Penelitian akan menguji kombinasi fraksi kasar Palu dan fraksi halus Kerang Dayu pada campuran aspal ber
Distribusi Beban Tegangan, Sejarah Konstruksi Perkerasan, Jenis Konstruksi Lainnya, Struktur Perkerasan, Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course), Lapisan pondasi atas (base course), Lapisan Permukaan (Surface Course), Perkerasan Kaku (rigid pavement) , Perkembangan perkerasan kaku, Jenis-jenis perkerasan jalan beton semen, Perkerasan Komposit
Dokumen tersebut membahas tentang pembangunan jalan dan proses perkerasannya. Pembangunan jalan melibatkan pengalihan bentuk muka bumi untuk membuka ruang lalu lintas. Proses perkerasan jalan meliputi berbagai lapisan mulai dari tanah dasar, lapisan pondasi bawah dan atas, hingga lapisan permukaan. Masing-masing lapisan memiliki fungsi untuk menerima dan menyebarkan beban lalu lintas.
1. Konstruksi jalan fleksibel belum mampu memenuhi target umur rencana jalan karena pengaruh cuaca panas dan beban overload kendaraan.
2. Konstruksi jalan komposit menggunakan beton pracetak K400 sebagai pondasi atas dan HRS sebagai lapisan atas dirancang untuk memenuhi target umur rencana jalan dengan biaya yang lebih rendah.
3. Analisis struktur menunjukkan bahwa konstruksi jalan komposit ini mampu menahan beban mu
Batuan diklasifikasikan menjadi tiga golongan berdasarkan asalnya: batuan beku, sedimen, dan metamorf. Sifat teknis batuan meliputi kekerasan, abrasivitas, tekstur, struktur, karakteristik pecahan, dan drillability yang mempengaruhi kinerja pemboran. Faktor lainnya seperti sifat batuan, kondisi mesin bor, dan ketrampilan operator juga berpengaruh. Pola dan geometri pemboran seperti diameter, kemiringan, dan
Perbandingan Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang Pancang Beton Kasus : Abutmen...ikhsan setiawan
油
Artikel ini membandingkan penggunaan pondasi sumuran dan tiang pancang untuk proyek pembangunan jembatan di Kabupaten Pacitan. Analisis biaya menunjukkan bahwa pondasi tiang pancang lebih murah dari pada pondasi sumuran. Selain itu, pondasi tiang pancang juga lebih cepat dibangun. Oleh karena itu, pondasi tiang pancang direkomendasikan untuk proyek jembatan tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan peledakan, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan peledakan seperti aspek teknis, keselamatan, dan lingkungan. Dokumen tersebut juga menjelaskan parameter-parameter penting dalam perencanaan peledakan seperti diameter lubang ledak, tinggi jenjang, fragmentasi batuan, dan geometri peledakan.
Pedoman ini membahas perencanaan tebal perkerasan jalan yang meliputi ketentuan umum, teknis, dan contoh-contoh perencanaan. Struktur perkerasan lentur umumnya terdiri atas lapis pondasi bawah, pondasi, dan permukaan. Kriteria perencanaan mencakup lalu lintas, reliabilitas, dan tanah dasar.
Teks tersebut membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pemboran. Tiga faktor utama yang disebutkan adalah sifat batuan yang akan dibor, kondisi mesin bor, dan pemilihan alat bor yang tepat sesuai dengan jenis batuan dan kondisi lapangan. Faktor-faktor ini perlu diperhatikan agar hasil pemboran dapat optimal.
Perkerasan jalan dirancang berdasarkan jenis kendaraan dan volume lalu lintasnya. Kondisi terberat untuk perkerasan lentur adalah panas tinggi, kecepatan rendah, dan beban berlebih. Perkerasan kaku dilapisi aspal beton untuk mendistribusikan beban ke tanah dasar. Pondasi dan dowel menyalurkan beban, sedangkan flekson memberi fleksibilitas untuk mencegah retak.
Dokumen tersebut membahas analisis karakteristik limbah stone crusher sebagai bahan campuran beton. Hasil pengujian menunjukkan limbah tersebut memenuhi syarat sebagai agregat halus dan kuat tekan beton menggunakannya lebih tinggi dari target, meskipun lebih rendah dari kuat tekan rencana.
Distribusi Beban Tegangan, Sejarah Konstruksi Perkerasan, Jenis Konstruksi Lainnya, Struktur Perkerasan, Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course), Lapisan pondasi atas (base course), Lapisan Permukaan (Surface Course), Perkerasan Kaku (rigid pavement) , Perkembangan perkerasan kaku, Jenis-jenis perkerasan jalan beton semen, Perkerasan Komposit
Dokumen tersebut membahas tentang pembangunan jalan dan proses perkerasannya. Pembangunan jalan melibatkan pengalihan bentuk muka bumi untuk membuka ruang lalu lintas. Proses perkerasan jalan meliputi berbagai lapisan mulai dari tanah dasar, lapisan pondasi bawah dan atas, hingga lapisan permukaan. Masing-masing lapisan memiliki fungsi untuk menerima dan menyebarkan beban lalu lintas.
1. Konstruksi jalan fleksibel belum mampu memenuhi target umur rencana jalan karena pengaruh cuaca panas dan beban overload kendaraan.
2. Konstruksi jalan komposit menggunakan beton pracetak K400 sebagai pondasi atas dan HRS sebagai lapisan atas dirancang untuk memenuhi target umur rencana jalan dengan biaya yang lebih rendah.
3. Analisis struktur menunjukkan bahwa konstruksi jalan komposit ini mampu menahan beban mu
Batuan diklasifikasikan menjadi tiga golongan berdasarkan asalnya: batuan beku, sedimen, dan metamorf. Sifat teknis batuan meliputi kekerasan, abrasivitas, tekstur, struktur, karakteristik pecahan, dan drillability yang mempengaruhi kinerja pemboran. Faktor lainnya seperti sifat batuan, kondisi mesin bor, dan ketrampilan operator juga berpengaruh. Pola dan geometri pemboran seperti diameter, kemiringan, dan
Perbandingan Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang Pancang Beton Kasus : Abutmen...ikhsan setiawan
油
Artikel ini membandingkan penggunaan pondasi sumuran dan tiang pancang untuk proyek pembangunan jembatan di Kabupaten Pacitan. Analisis biaya menunjukkan bahwa pondasi tiang pancang lebih murah dari pada pondasi sumuran. Selain itu, pondasi tiang pancang juga lebih cepat dibangun. Oleh karena itu, pondasi tiang pancang direkomendasikan untuk proyek jembatan tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan peledakan, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan peledakan seperti aspek teknis, keselamatan, dan lingkungan. Dokumen tersebut juga menjelaskan parameter-parameter penting dalam perencanaan peledakan seperti diameter lubang ledak, tinggi jenjang, fragmentasi batuan, dan geometri peledakan.
Pedoman ini membahas perencanaan tebal perkerasan jalan yang meliputi ketentuan umum, teknis, dan contoh-contoh perencanaan. Struktur perkerasan lentur umumnya terdiri atas lapis pondasi bawah, pondasi, dan permukaan. Kriteria perencanaan mencakup lalu lintas, reliabilitas, dan tanah dasar.
Teks tersebut membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pemboran. Tiga faktor utama yang disebutkan adalah sifat batuan yang akan dibor, kondisi mesin bor, dan pemilihan alat bor yang tepat sesuai dengan jenis batuan dan kondisi lapangan. Faktor-faktor ini perlu diperhatikan agar hasil pemboran dapat optimal.
Perkerasan jalan dirancang berdasarkan jenis kendaraan dan volume lalu lintasnya. Kondisi terberat untuk perkerasan lentur adalah panas tinggi, kecepatan rendah, dan beban berlebih. Perkerasan kaku dilapisi aspal beton untuk mendistribusikan beban ke tanah dasar. Pondasi dan dowel menyalurkan beban, sedangkan flekson memberi fleksibilitas untuk mencegah retak.
Dokumen tersebut membahas analisis karakteristik limbah stone crusher sebagai bahan campuran beton. Hasil pengujian menunjukkan limbah tersebut memenuhi syarat sebagai agregat halus dan kuat tekan beton menggunakannya lebih tinggi dari target, meskipun lebih rendah dari kuat tekan rencana.
Dokumen tersebut membahas tentang agregat, bahan pengisi, dan bahan bitumen yang digunakan dalam campuran aspal beton. Agregat merupakan komponen terbesar dalam campuran dan terdiri dari berbagai ukuran butiran yang bergradasi menerus. Bahan pengisi seperti abu batu dan semen portland digunakan untuk meningkatkan stabilitas campuran. Bitumen berfungsi sebagai perekat antar butiran agregat.
Tiga kalimat:
Penelitian ini menguji pengaruh konsentrasi asam karbonat dan lama perendaman terhadap kekuatan tumbukan agregat batu kapur. Hasilnya menunjukkan bahwa variasi konsentrasi asam karbonat tidak berpengaruh nyata tetapi lama perendaman berpengaruh nyata terhadap kekuatan tumbukan agregat batu kapur. Tidak terdapat interaksi antara konsentrasi asam karbonat dengan lama perendaman.
Dokumen ini membahas analisis kadar aspal optimum untuk lapisan aus pada proyek pemeliharaan jalan Simpang Sakah - Simpang Blahbatuh. Berdasarkan percobaan dengan kadar aspal 5,5-7,5%, diperoleh kadar aspal optimum sebesar 6,8%. Kadar ini memenuhi persyaratan teknis seperti VIM, VMA, stabilitas, dan lainnya."
Dokumen tersebut membahas analisis dampak beban overload kendaraan terhadap umur perkerasan kaku pada ruas jalan Lago-Sorek. Penelitian menunjukkan bahwa beban sumbu kendaraan melebihi batas maksimum sebesar 17,98%, mengakibatkan penurunan umur layanan perkerasan hingga 8 tahun dari rencana 20 tahun.
DESAIN DAN APLIKASI JALAN BETONDI PENDEKAT UTARA JALAN RINGROADTIMUR, PEREM...Debora Elluisa Manurung
油
Dalam perencanaannya, pelaksanaan jalan beton mengacu pada Petunjuk Perencanaan Jalan Beton Semen yang diterbitkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Pd T-14-2003.油(diadopsi dari AUSTROADS, Pavement Design, A Guide to the Structural Design of Pavements 1992)
1. Beban berlebih pada jalan Soekarno Hatta Palembang disebabkan oleh muatan kendaraan yang melebihi batas serta peningkatan volume lalu lintas.
2. Volume lalu lintas di jalan tersebut mencapai 1705-1826 kendaraan per jam dan membutuhkan penambahan tebal lapisan hingga 4,8-8,7 cm.
3. Struktur perkerasan hanya mampu menahan beban berlebih selama 2,5 tahun dari rencana umur 20 t
Tinjauan dokumen ini membahas sifat-sifat agregat yang digunakan pada campuran aspal panas di beberapa quarry di Gorontalo. Hasil pengujian menunjukkan bahwa agregat dari Quarry Pilolalenga memenuhi spesifikasi, sedangkan agregat dari Quarry Molintogupo dan Tangkobu tidak sepenuhnya memenuhi spesifikasi untuk beberapa sifat seperti gradasi dan penyerapan air.
1. Aspal adalah bahan hidrokarbon berwarna hitam kecoklatan yang melekat dan dapat meleleh pada suhu tertentu.
2. Aspal berasal dari minyak bumi atau alam dan digunakan sebagai bahan pengikat dan pelapis jalan.
3. Material cerdas mampu mengubah sifatnya sebagai respon terhadap kondisi lingkungan seperti suhu, tekanan, cahaya.
PerhitungaPERHITUNGAN NILAI PCI PADA JALAN TENTARA PELAJAR SURAKARTA TAHUN 20...Arsyad Asli
油
Dokumen tersebut merangkum hasil survei kondisi jalan di Jalan Tentara Pelajar, Surakarta menggunakan metode Pavement Condition Index (PCI). Survei menemukan berbagai jenis kerusakan seperti retak, kegemukan aspal, dan lubang. Nilai PCI jalan adalah 35 yang termasuk kategori jelek, sehingga diperlukan rekonstruksi. Saran yang diberikan adalah melakukan perbaikan segera, mengatur angkutan barang,
PerhitungaPERHITUNGAN NILAI PCI PADA JALAN TENTARA PELAJAR SURAKARTA TAHUN 20...Arsyad Asli
油
Kadar aspal
1. Kadar Aspal - Umur Pelayanan Jalan
HUBUNGAN KADAR ASPAL DENGAN UMUR PELAYANAN JALAN
PADA PERKERASAN LENTUR.
(Oleh: I.B. Wirahaji, S.T., S.Ag., M.Si)
ABSTRAK
Jalan merupakan barometer bagi kemajuan suatu bangsa. Jalan mempunyai fungsi yang
sangat strategis pada berbagai sektor kehidupan manusia. Konstruksi perkerasan jalan harus
mampu melayani segala beban lalu-lintas yang melewatinya. Kesalahan dalam pelaksanaan
pekerjaan jalan memegang peranan yang sangat besar pengaruhnya terhadap umur pelayanan
jalan. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain: pemilihan jenis aspal, pemilihan jenis agregat,
penentuan kadar aspal campuran, gradasi agregat, suhu pencampuran dan pemadatan, passing
pemadatan dan sebagainya. Kadar aspal sangat berpengaruh terhadap karakteristik campuran,
seperti: Specific Gravity/Berat Jenis (SG), Voids in Mix (VIM), Voids in Mineral Aggregates
(VMA), Voids Filled with Bitumen (VFB), Stability, Kelelehan Plastis (Flow), dan Marshall
Qoutient (MQ). Masing-masing karakteristik mempunyai interval angka kadar aspal yang
disyaratkan dalam spesifikasi teknis. Oleh sebab itu harus diupayakan mencari kadar aspal
optimum sebagai nilai tengah dari rentang kadar minimum dan maksimum yang memenuhi semua
persyaratan nilai karakteristik campuran perkerasan jalan.
Kata kunci: Kadar Aspal, Karakteristik Campuran, Umur Pelayanan.
Pendahuluan
Jalan merupakan prasarana yang sangat penting dalam menunjang pembangunan dan
kemajuan suatu bangsa. Jalan mempunyai fungsi yang sangat strategis, sebagai prasarana sosial,
budaya, ekonomi, politik, pertahanan dan kemanan. Sehingga kondisi jalan dan jaringan-jaringan
jalan dapat dijadikan barometer tentang tingginya kebudayaan dan kemajuan ekonomi suatu
bangsa. Soedarsono (1987:3), menyatakan hanya bangsa yang ingin maju saja yang menyadari
akan arti pentingnya jalan pada khususnya dan perhubungan pada umumnya. Sebuah pepatah
menyatakan: Bagaimana jalannya, demikian pulalah bangsanya.
Dalam UU No. 23/2004, yang dimaksud dengan jalan adalah prasarana transportasi darat
yang meliputi segala bagian-bagiannya, termasuk bangunan pelengkap, dan perlengkapannya
yang diperuntukkan bagi lalu-lintas, yang berada pada permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel (DPU,
2009:3). Sedangkan definisi dari Perkerasan jalan menurut Saodang (2005:1), adalah bagian dari
jalur lalu-lintas yang merupakan penampang struktur dalam kedudukan yang paling sentral dalam
suatu badan jalan. Lalu-lintas langsung terkonsetrasi pada bagian ini, sehingga dapat dikatakan
merupakan urat nadi suatu konstruksi jalan.
Berpangkal dari pengertian di atas, apa pun jenis konstruksi perkerasannya, dia harus
mampu memfasilitasi sejumlah pergerakan lalu-lintas dengan beragam jenis kendaraan dengan
2. berbagai variasi beban angkutannya. Kendaraan pada posisi diam menimbulkan beban langsung
(tegangan statis) pada perkerasan yang terkonsentrasi pada bidang kontak yang kecil antara roda
dengan perkerasan. Ketika kendaraan bergerak, timbul tambahan tegangan dinamis, beban angin
dan lain sebagainya.
Sampai sekarang teknologi perkerasan jalan menurut Sukirman (1995:4) terdiri dari 3 (tiga)
macam, yaitu:
1. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), menggunakan aspal sebagai bahan pengikat.
2. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), menggunakan semen sebagai bahan pengikat,
dengan atau tanpa baja tulangan.
3. Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement), kombinasi perkerasan kaku dengan
perkerasan lentur.
Di Indonesia jenis perkerasan yang lebih banyak digunakan adalah konstruksi perkerasan
lentur (flexible pavment), karena relatif lebih murah daripada rigid pavement. Disebut lentur
karena konstruksi ini mengijinkan terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu-lintas. Lapisan-
lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu-lintas ke tanah dasar
(Wignall, 2008:77).
Gambar 01: Struktur Lapis Perkerasan Lentur.
Pada kenyataannya banyak ditemui kerusakan perkerasan jalan lebih awal dan tidak
memenuhi umur rencana 20 tahun. Hal ini tidak dapat dilepaskan dengan kesalahan umum pada
pelaksanaan jalan yang menjadi penyebab banyaknya kerusakan sebelum umur pelayanan dicapai.
Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain penentuan jenis aspal yang digunakan, kadar aspal, sifat
agregat, gradasi agregat, pori/rongga dalam campuran, temperatur pencampuran dan pemadatan,
passing pemadatan dan sebagainya.
Batasan Masalah
Aspal sebagai bahan pengikat agregat untuk perkerasan jalan di mana mutu dan jumlahnya
mempunyai andil besar terhadap terjadinya kerusakan jalan. Tidak sesuainya kadar aspal dalam
campuran dan tebal lapisan aspal (prime coat dan tack coat) dapat mengakibatkan kerusakan
lapisan perkerasan lebih cepat.
Dalam tulisan ini dibatasi pada pengaruh kadar aspal dalam campuran AC-BC (Asphalt
Concrete Binder Course) pada perkerasan lentur, dengan menggunakan Metode Marshall
berdasarkan SNI-06-2489-1991. Grafik-grafik yang dianalisis adalah hasil pemeriksaan
laboratorium di Base Camp PT. Damai Bangun Persada, Desa Banyubiru, Negara, pada Proyek
Pemeliharaan Berkala Ruas Jalan Pekutatan - Negara tahun 2009. Material agregat yang
digunakan Ex. Peh, dan bahan pengikat Aspal Keras (AC) pen 60/70.
Kadar aspal dalam campuran memiliki pengaruh besar pada karakteristik campuran.
Dengan demikian penting untuk diketahui bagaimana hubungan kadar aspal dengan karakteristik
campuran yang terdiri dari parameter, yaitu:
1. Specific Gravity campuran (gram/ ) ?
2. Voids in Mix / VIM (%) ?
3. Voids in Mineral Agregate / VMA (%) ?
4. Voids Filled Bitumen / VFB (%) ?
5. Stability (kg) ?
6. Flow (mm) ?
7. Marshall Qoutient / MQ (kg/mm) ?
3. Kajian Pustaka
1. Aspal
Aspal adalah campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral. Bitumen adalah bahan yang
berwarna coklat hingga hitam, berbentuk keras hingga cair, mempunyai sifat lekat yang baik,
adhesiv, kedap air dan mudah dikerjakan. Aspal bersifat plastis yang dengan kelenturannya
mudah diawasi untuk dicampur dengan agregat (Alamsyah, 2003:90).
Menurut Sukirman (2003:27), berdasarkan tempat diperolehnya, aspal dibedakan atas: (1)
Aspal Alam; (2) Aspal Minyak. Aspal Alam, yaitu aspal yang didapat di suatu tempat di alam dan
dapat digunakan sebagaiana diperolehnya atau dengan pengolahan. Aspal Minyak adalah aspal
yang merupakan residu pengilangan minyak bumi.
Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung, seperti aspal di P. Buton, dan ada yang
diperoleh di danau, seperti di Trinidad. Aspal di Trinidad merupakan aspal alam yang terbesar di
seluruh dunia (Trinidad Lake Asphalt).
Aspal Minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi. Setiap minyak
bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil, yang banyak mengandung aspal.
Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis asphaltic base crude oil.
2. Agregat
Agregat atau batuan adalah formasi kulit bumi yang keras dan solid, yang terdiri dari
mineral padat, berupa masa berukuran besar atau pun berupa frgamen-fragmen (Sukirman.
1995:41). Kebanyakan agregat untuk konstruksi jalan diperoleh baik dari batu alam atau pun dari
batu pecah melalui proses pemecahan / penghancuran dengan stone crusher.
Menurut Wignall (2004:170), batuan alam diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok,
yaitu: (1) Batuan beku dari gunung, terbentuk dari proses pembekuan magma; (2) Batuan
Sedimen, terbentuk dari campuran partikel mineral, sisa-sisa hewan dan tanaman; (3) Batuan
Metamorf, terbentuk dari batuan beku atau batuan sedimen yang mengalami perubahan bentuk
akibat tekanan, perubahan temperatur kulit bumi.
Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan. Berdasarkan beratnya,
perkerasan mengandung 90 - 95 % agregat. Berdasarkan volumenya, perkerasan mengandung 75
- 85% agregat. Dengan demikian daya dukung, keawetan, perkerasan jalan ditentukan juga dari
sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain.
3. Beberapa Difinisi
a. Specific Gravity (SG), adalah rasio antara berat agregat dengan volume campuran. Terdapat 3
jenis SG agregat dalam campuran tergantung sifat penetrasi aspal ke dalam agregat, yaitu:
Bulk SG, dengan asumsi: aspal hanya menyelimuti agregat dipermukaan saja, tidak meresap ke
bagian yang permeable.
Apperent SG, dengan asumsi: aspal meresap ke dalam agregat dengan tingkat resapan sama
dengan air.
Effective SG, dengan asumsi aspal meresap ke dalam agregat dengan tingkat resapan lebih
rendah dari pada air.
b. Voids in Mix (VIM), adalah volume pori/rongga di antara partikel agregat yang diselimuti aspal
dalam campuran yang telah dipadatkan, yang dinyatakan dalam (%) terhadap volume total
campuran.
4. c. Voids in Mineral Aggregates (VMA), adalah volume pori di antara partikel agregat dalam
campuran yang telah dipadatkan, termasuk pori yang terisi oleh aspal, yang dinyatakan dalam (%)
terhadap volume total campuran.
Gambar 02: Ilustrasi pengertian VIM dan VMA (Sukirman, 2003:86)
d. Voids Filled with Bitumen (VFB), adalah volume pori di antara partikel-partikel agregat yang
terisi aspal dalam campuran padat, yang dinyatakan dalam (%) terhadap volume total campuran.
e. Stability, adalah ketahanan perkerasan menahan deformasi karena beban lalu-lintas. Stabilitas
dinyatakan dalam (kg) (The Asphalt Institute, 1983).
f. Flow, adalah angka yang menunjukkan besarnya penurunan vertikal pada benda uji, yang
dinyatakan dalam mm atau 0,01 (The Asphalt Institute, 1983).
g. Marshall Qoutient (MQ), adalah angka yang menyatakan tingkat kelenturan (flexibilty) suatu
campuran. MQ merupakan hasil bagi stability terhadap flow, yang dinyatakan dalam (kN/mm).
h. Kadar Aspal Optimum, adalah kadar aspal yang memberikan hasil yang memenuhi spesifikasi
dari keseluruhan nilai karakteristik yang ada.
Analisis
A. Hubungan Kadar Aspal dengan Specific Gravity (SG)
Specific Gravity (SG) merupakan sifat agregat yang penting, yang dapat dipergunakan
untuk menghitung parameter perencanaan campuran aspal, seperti SG mix, porositas, VMA, dan
VFB. Grafik 01 menggambarkan contoh hubungan kadar aspal dengan SG mix. Dari grafik ini
dapat dibaca bahwa semakin tinggi kadar aspal semakin tinggi nilai SG mix. Ini berarti campuran
ini masih banyak mengandung pori/rongga, sehingga penambahan aspal akan menambah berat
campuran dalam volume yang sama.
Grafik 01: Hubungan Kadar Aspal dengan SG mix.
B. Hubungan Kadar Aspal dengan VIM
Masalah di lapangan yang sering terjadi, kadar rongga akhir selalu tinggi atau pada saat
pemadatan selesai. VIM dicapai lebih besar dari 6%. Akibat yang terjadi adalah munculnya retak
dini, pelepasan butir, dan pengelupasan. VIM dapat manjadi indikator durability dan
kemungkinan bleeding.
Dari Grafik 02. dapat dilihat bahwa penambahan penambahan kadar aspal menyebabkan
rongga dalam campuran mengecil, hal ini disebabkan aspal mampu mengisi lebih banyak rongga-
rongga yang ada sehingga campuran menjadi lebih rapat atau rongga menjadi makin kecil dan
makin sedikit. DPU 2008 (VI-41) menginjinkan nilai VIM 3,5 - 5,5%.
Grafik 02: Hubungan Kadar Aspal dengan VIM.
Campuran yang mengalami pemadatan karena lalu-lintas berat di mana VIM dicapai kurang
dari 3,5% akan mengakibatkan alur plastis dan jembul. Nilai VIM lebih dari 5,5 %
mengakibatkan campuran tidak kedap air. Di damping itu, kadar aspal menjadi tinggi dapat pula
disebabkan oleh fasilitas pencampuran yang kurang baik, atau adanya sejumlah bahan filler lolos
Saringan No.200 yang tinggi.
5. Garis VIM std adalah hasil yang diperoleh dengan Metode Marshall, yaitu 75 kali tumbukan
tiap sisinya. Garis VIM PRD adalah hasil yang diperoleh dari pemadatan PRD, di mana
prosedurnya sama dengan Metode Marshall hanya saja jumlah tumbukan 400 kali untuk mould
yang berdiameter 4 dan 600 kali tumbukan untuk mould yang berdiameter 6 pada tiap sisinya.
C. Hubungan Kadar Aspal dengan VMA
Dari Grafik 03. Dapat dilihat bahwa penambahan kadar aspal menyebabkan VMA semakin
menurun. DPU 2008 (VI-41) memberikan prosentase minimum sebesar 14%. Dari grafik hasil
percobaan ini menunjukkan garis hubungan tidak mempunyai nilai minimum tetapi berada di atas
batas minimum, maka perlu ditambahkan kadar aspal pada benda uji.
Rongga minimum dalam agregat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kekurangan aspal
dalam campuran yang mengakibatkan butiran dalam campuran lepas, campuran retak (crack),
sehingga umur layanan menkadi lebih pendek. VMA juga dapat dijadikan indikator terhadap
durability campuran.
Grafik 03: Hubungan Kadar Aspal dengan VMA
Nilai VMA dapat ditambah dengan menyediakan rongga yang cukup untuk aspal dan VIM,
yaitu dengan mengatur gradasi agregat. Penambahan proporsi agregat kasar atau halus dan
pengurangan bahan pengisi / filler mengaikibatkan volume rongga semakin besar.
D. Hubungan Kadar Aspal dengan VFB
VFB adalah bagian dari VMA yang terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang terabsorbsi
oleh masing-masing butir agregat (Sukirman, 2003:89). Dengan demikian, aspal VFB adalah
aspal yang berfungsi untuk menyelimuti butir-butir agregat dalam campuran padat. VFB inilah
menjadi film atau selimut aspal, yang menjadi indikator tentang durability campuran.
Dari grafik 04. dapat dilihat bahwa peningkatan kadar aspal dalam campuran menyebabkan
rongga-rongga dalam campuran semakin banyak terisi aspal. Hal ini menunjukkan tidak adanya
halangan bagi aspal dalam mengisi rongga-rongga yang ada.
DPU 2008 (VI-41) memberikan toleransi minimum VFB sebesar 63%. Nilai minimum ini
untuk mencegah terjadinya keausan lapisan perkerasan jalan.
Grafik 04. Hubungan Kadar Aspal dengan VFB
VFB membatasi level maksimum VMA, sekaligus membatasi level maksimum
penambahan kadar aspal VFB juga membatasi rongga udara untuk campuran yang mendekati
kriteria VMA. Kriteria dari VFB membantu agar campuran tidak mudah rutting terhadap beban
lalu-lintas berat.
E. Hubungan Kadar Aspal dengan Stability
Dari Grafik 05. dapat dilihat penambahan kadar aspal menaikkan nilai stabilitas. Ini
menunjukkan bahwa dengan bertambahnya aspal menyebabkan penguncian antar partikel agregat
dan daya ikat aspal terhadap agregat menjadi lebih kuat, juga daya adhesi dan kohesi dari aspal
menjadi lebih baik.
Penambahan kadar aspal yang terus menerus tidaklah menyebabkan nilai stabilitas semakin
tinggi, karena sudah tidak efektif lagi. Kadar aspal yang terlalu tinggi menyebabkan aspal tidak
dapat menyelimuti agregat dengan baik. Aspal yang berlebihan tidak mampu lagi diserap oleh
6. rongga dalam campuran, apabila ada beban lalu-lintas yang menambah pemadatan lapisan,
mengakibatkan aspal meleleh keluar, yang disebut bleeding.
Grafik 05. Hubungan Kadar Aspal dengan Stabilitas.
DPU 2008 (VI-41) memberikan batasan stabilitas minimum sebesar 800 kg. Dari grafik
dapat dilihat pada kadar aspal 6% stabilitas mencapai nilai tertinggi. Penambahan kadar aspal
yang melampui 6% sudah menunjukkan penurunan nilai stabilitas. Stabilitas yang terlalu tinggi
menyebabkan perkerasan mudah retak dan bila terlalu rendah mudah terjadi deformasi.
F. Hubungan Kadar Aspal dengan Flow
Kelelehan plastis (flow) merupakan indikator terhadap lentur. Pada Grafik 06. diperlihatkan
bahwa dengan penambahan kadar aspal mengakibatkan bertambahnya nilai kelelehan plastis
(flow). Hal ini disebabkan karena bertambahnya aspal yang mengisi rongga sehingga volume
rongga semakin kecil.
Rongga terisi aspal yang semakin membesar membuat rentang kelelehan aspal makin besar,
sehingga benda uji lebih mampu mengikuti perubahan bentuk sampai benda uji tersebut hancur
karena pembebanan.
Grafik 06: Hubungan Kadar Aspal dengan Flow.
DPU 2008 (VI-41) memberikan batasan minimum untuk flow sebesar 3 mm. Flow
dibutuhkan agar perkerasan mempunyai daerah mulur akibat pembebanan. Pada saat terjadi
pembebanan campuran mulur / memanjang untuk mengikuti pembebanan agar perkerasan tidak
retak.
Dalam grafik diperlihatkan, semakin kecil kadar aspal semakin kecil pula nilai flow. Itu
berarti perkerasan mudah retak. Tetapi besarnya flow juga dibatasi untuk mencegah terjadi
gelombang dan alur pada perkerasan, sehingga perkerasan memberikan kenyamanan dan
keamanan berlalu-lintas.
G. Hubungan Kadar Aspal dengan MQ
Nilai MQ merupakan pendekatan terhadap kekakuan dan kelenturan dari suatu lapis
perkerasan. Bila campuran mempunyai nilai MQ yang tinggi berarti campuran itu kaku atau
fleksibilitasnya rendah.
Pada grafik 07. dapat dilihat pada kadar aspal 5,5% MQ mencapai nilai maksimum, dan
menurun dengan penambahan kadar aspal. DPU 2008 (VI-41) memberi batasan minimum 250
kg/mm. Dengan demikian MQ dapat dijadikan indikator terhadap kelenturan (flexibility) yang
potensial terhadap keratakan.
Grafik 07: Hubungan Kadar Aspal dengan MQ
H. Penentuan Kadar Aspal Optimum
Oleh karena rentang kadar aspal dari masing-masing parameter berbeda-beda, maka perlu
diupayakan untuk mencari kadar aspal yang memenuhi semua persyaratan dari parameter di atas,
yang disebut dengan kadar aspal optimum. Kadar aspal optimum ditentukan sebagai nilai tengah
dari rentang kadar minimum dan maksimum yang memenuhi semua persyaratan nilai
karakteristik campuran perkerasan jalan. Pada grafik 08. Dalam contoh ini, interval yang
memenuhi syarat 5,2% - 5,8%, sehingga didapat nilai kadar apal optimum adalah sebesar 5,5%.
7. Grafik 08: Penentuan Kadar Aspal Optimum.
Simpulan
Dari hasil analisis grafik-grafik di atas dapat disimpulkan pengaruh kadar aspal terhadap
karakteristik campuran, yaitu:
1. Spesific Grafity (SG) akan bertambah dengan bertambahnya kadar aspal sampai pada batas
maksimum kemudian nilainya menurun.
2. Voids in Mix (VIM) menurun secara konsisten dengan bertambahnya kadar aspal.
3. Voids in Mineral Agregates (VMA) umumnya menurun kemudian bertambah dengan
bertambahnya kadar aspal.
4. Voids Filled with Bitumen (VFB) secara konsisten bertambah dengan bertambahnya kadar aspal.
5. Stabilitas bertambah dengan bertambahnya kadar aspal sampai batas maksimum kemudian
menurun.
6. Secara konsisten flow naik dengan bertambahnya kadar aspal.
7. Marshall Qoutient (MQ) bertambah dengan bertambahnya kadar aspal sampai pada batas
maksimum kemudian menurun.
Kadar aspal sangat besar pengaruhnya terhadap karakteristik campuran. Oleh sebab itu
harus diupayakan secara seksama agar diperoleh kadar aspal optimum. Pada contoh grafik-grafik
diatas diperoleh kadar aspal optimum sebesar 5,5%. Campuran pada kadar aspal optimum
memungkinkan perkerasan memberikan pelayanan sesuai dengan umur rencana pelayanan yang
pada umumnya dicanangkan selama 20 tahun.