際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Klasifikasi paduan Aluminium
Klasifikasi paduan aluminium di susun oleh the International Alloy Designation
System (IADS) , klasifikasi tersebut didasarkan dari penamaan asosiasi aluminium
di Amerika Serikat.
Klasifikasi yang diterima oleh banyak Negara adalah :
1. Klasifikasi paduan aluminium tempa
2. Klasifikasi paduan aluminum coran
Klasifikasi paduan Aluminium Tempa
Setiap paduan aluminium tempa disusun menggunakan empat digit nomor.
1. Nomor Pertama ; mengindikasikan kelompok paduan berdasarkan
pada unsure paduan utamanya.
1xxx Aluminium murni dengan persentase hampir 99,0%
2xxx
(HT)
Paduan aluminium dengan unsure paduan utamanya
adalah tembaga sebesar 1,9  6,8%
3xxx Paduan Aluminium dengan padauan unsure utamanya
Manganese sebesar 0,3  1,5 %
4xxx Paduan Aluminum dengan paduan unsure utamanya
silicon sebesar 3,6  13,5 %
5xxx Paduan Aluminium dengan paduan unsure utamanya
magnesium sebesar 0,5  5,5 %
6xxx
(HT)
Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya
Magnesium 0,4% - 1,5% dan Silikon 0,2-1,7%
7xxx
(HT)
Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya Zinc
sebesar 1  8,2% dan magnesium
8xxx Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya
lithium
2. Nomor Kedua : Mengindikasikan modifikasi paduan dan batasan
persentase impuritiesnya.
Paduan Original (basic) di lambangkan dengan 0 pada nomor keduanya.
Penomoran 19 mengindikasikan modifikasi berbagai jenis paduan
aluminiumnya dengan besaran komposisi yang tidak terlalu jauh.
Pada paduan series 1xxx penomoran keduan mengindikasikan besaran
ketidakmurniannya (impuritiesnya), 1..9 mengindikasinya besaran
ketidakmurniannya
3. Dua Nomor terakhir ; Mengindikasikan persentase kemurnian paduan
aluminiumnya.
Contoh untuk grup 1 :
1070 atau 1170 : Persentase aluminum sebesar 99,70%
1050 atau 1250 : Persentase aluminium sebesar 99,50 %
1100 atau 1200 : persentase aluminium sebesar 99,00 %
Untuk jenis grup paduan aluminium lainnya series 2xxx hingga 8xxx : dua
nomor terakhir menunjukan signifikasi perbedaan paduan dalam kelompok
paduannya.
Klasifikasi paduan aluminium cor.
Setiap paduan aluminium cor di designasi dengan empat digit dengan
titik desimal memisahkan angka ketiga dan ke empatnya.
Angka pertama menunjukkan kelompok paduan sesuai dengan elemen
paduan utama:
1xx.x Aluminium 99,0% minimum
2xx.x Tembaga (4% ... 4,6%);
3xx.x Silicon (5% ... 17%) dengan tembaga dan / atau
magnesium ditambahkan;
4xx.x Silicon (5% ... 12%);
5xxx Magnesium (4% ... 10%);
7xxx Zinc (6,2% ... 7,5%);
8xxx Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya
Tin;
9xx.x Lainnya
Dua digit kedua ; mengidentifikasi paduan aluminium atau
menunjukkan kemurnian paduan.
Dalam paduan dari seri 1xx.x kedua dua digit menunjukkan tingkat
kemurnian paduan - sama dengan dua digit ke kanan titik desimal dalam
konsentrasi minimum aluminium (dalam persen): 150.0 berarti minimum
99.50% aluminium dalam paduan, 120,1 berarti minimal 99,20%
aluminium dalam paduan.
Dalam semua kelompok lain dari paduan aluminium (2xx.x melalui
9xx.x) kedua dua digit menandakan paduan yang berbeda dalam
kelompok.
Digit terakhir : menunjukkan bentuk produk: pengecoran (ditunjuk
oleh "0") atau ingot (ditunjuk oleh "1" atau "2" tergantung pada batas
komposisi kimia.)
Sebuah modifikasi dari paduan atau pengotor batas asli ditunjukkan
dengan surat berantai sebelum penunjukan numerik.
Klasifikasi paduan aluminium
DESIGNASI TEMPER
1. Series F : As Fabricated
 Paduan aluminium tidak ada perlakuan apapun saat di fabrikasi,
hasil coran dibiarkan dingin perlahan hingga temperatur kamar.
 Terdapat dua phase pada kondisi dingin. Contoh kelas 5xxx,
terdapat dua padauan Al2Mg3 + Al pada suhu kamar.
(a)
(b)
Gambar 1. (a) Diagram fasa biner Al-Mg; (b) TTT diagram
Untuk proses anneling as fabricated
2. Series O : Anneled Wrought Product Only
 Untuk mendapatkan keseragaman penyebaran butir dan kemerataan
properties material paduan, maka paduan dipanaskan hingga
tempertur melewati garis kesetimbangan sehingga paduan totally
pada phase 留 lalu didinginkan perlahan hingga temperatur kamar.
Heating until over equilibrium line  then Annealing (without any
heating process)
3. Series H :  Cold working (strain hardening)
 Deformasi plastis membentuk dislokasi, proses terus berlanjut
sehingga luas material yang terdeformasi meningkat , dislokasi
semakin besar dan saling berhimpit menyebabkan penurunan
mobilitas dari dislokasi sendiri. Hal ini menyebabkan terjadinya
peningkatan ultimate tensile strength.
Series H dibagi lagi dalam beberapa sub-series :
3.1. Subseries Pertama : melambangkan secondary treatment
untuk menentukan tingkatan propertinya. Sub series pertama
terdiri dari :
3.1.1. Subseries 1 : Cold Working Only
 Material yang dihasilkan hanya melalui proses cold working,
Ultimate strength dan tensile strength tinggi namun
material sangat getas dan keras karena besarnya tegangan
permukaan dan bentuk atom yang pipih hasil rollan
(pekerjaan dingin)
3.1.2. Subseries 2 :  cold working and partially annealing
 Material mengalami cold working  kemudian dipanasi
hingga melewati garis kesetimbangan (hingga mencapai
kekerasan yang diinginkan)  di dinginkan perlahan hingga
mencapai suhu kamar
Cold working  recovery  until control recristalization
3.1.3. Subseries 3 : cold working and stabilized temper
 Material mengalami cold working  kemudian dipanasi pada
low temperatur tapi tidak sampai melewati garis
kesetimbangan- ditahan hingga mencapai kekerasan yang
diinginkan  di dinginkan perlahan hingga mencapai suhu
kamar
3.2. Subseries kedua :  Untuk class H hanya melambangkan
tingkatan residual hardening
Designation Hardening level Yield Strength (Ksi)
2 村 Hard 23.0
4 遜 Hard 26.0
6 他 Hard 29.0
8 Hard 32.0
9 Extra Hard >32.0
4. Series T : Heat Treated
 Paduan Aluminium yang bisa dilakukan treatment untuk
mendapatkan property yang diinginkan.
 Bisa melalui solid solution kemudian dilakukan aging, bisa
juga dianneal kemudian di aging, atau bisa juga hanya di
lakukan aging tanpa menjadikannya solid solution.
4.1. Dapat dibagi menjadi 9 subseries :
4.1.1. Subseries T1 : Partial solution plus natural
aging.
 Paduan dipanasi hingga melewati garis equilibrium dan
ditahan dengan waktu tidak terlalu lama (tidak sepenuhnya
phase 硫 larut seluruhnya di phase 留)
 Kemudian di quench untuk mendapatkan kondisi solid
superhated solid solution
 Kemudian di diamkan pada suhu kamar hingga mengalami
penguatan precipitate secara alami.
Contoh : Paduan Al -Mg
4.1.2. Subseries 2 :  Annealed Cast product only
 Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan
hingga seluruh phase 硫 larut di phase 留
 Kemudian di dinginkan perlahan hingga mencapai temperatur
ruang
4.1.3. Subseries 3 :  Sollution plus cold work
 Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan
hingga seluruh phase 硫 larut di phase 留
 Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang
untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid sollution
 Setelah itu dilakukan pengerolan dingin untuk meningkatkan
besaran tensile dan ultimate strengthnya.
4.1.4. Subseries 4 : Sollution plus natural ageing
 Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan
hingga seluruh phase 硫 larut di phase 留
 Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang
untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid sollution
 Setelah itu dibiarkan hingga munculnya precipitate secara alami
untuk proses penguatan propertinya.
4.1.5. Subseries 5 : Artificial ageing only
 Setelah produk paduan di cor, paduan dipanasi pada low
temperatur dan tidak melewati garis kesetimbangan
 Di holding hingga waktu tertentu untuk mempercepat
terbentuknya precipitate hardening dalam penguatan paduan.
 kemudian di dinginkan perlahan
4.1.6. Subseries 6 :  Sollution plus artificial ageing
 Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan
hingga seluruh phase 硫 larut di phase 留
 Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang
untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution
 paduan dipanasi pada low temperatur dan tidak melewati garis
kesetimbangan
 Di holding hingga waktu tertentu untuk mempercepat
terbentuknya precipitate hardening dalam penguatan paduan.
 kemudian di dinginkan perlahan
4.1.7. Subseries 7 : Sollution plus stabilizing
 Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan
hingga seluruh phase 硫 larut di phase 留
 Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang
untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution
 paduan dipanasi pada low temperatur (temperatur sama dengan
T6) dan tidak melewati garis kesetimbangan
 Di holding hingga waktu tertentu hingga over aging atau
ditingkatkan temperatur tempernya dengan waktu yang sama
sehingga penguatan precipitate tidak lagi maksimum hal ini
dimaksudkan untuk :
1. Peningkatan stablitas dimensional
2. Untuk meningkatkan ketahana penggunaan pada temperratur
rendah dan tinggi
3. Peningkatan ketahanan terhadap exfloation corrosion/ korosi
pengelupasan (; bentuk korosi intergranular korosi yang
time
1
2
3
4
5
6
1. Heating at below equibrilium line
2. Holding untill prevalent
3. Quenching untill room temperatur
4. Holding time
5. Temper at temp below equlibrium line
6. holding time
7. cooling down
7
melibatkan serangan korosi selektif pada lokasi yang
berdekatan dengan batas butir, hal ini membuat logam paduan
aluminium seperti mengelupas kelihatan seperti berlapis)
 kemudian di dinginkan perlahan.
4.1.8. Subseries 8 :  Sollution plus cold work plus artificial aging
 Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan
hingga seluruh phase 硫 larut di phase 留
 Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang
untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution
 Paduan di roll pada kondisi dingin (cold working)
 Kemudian paduan dipanasi pada low temperatur (temperatur sama
dengan T6) dan tidak melewati garis kesetimbangan
 Di holding hingga waktu tertentu untuk mendapatkan property
tensile dan ultimate yang di inginkan.
 kemudian di dinginkan perlahan.
4.1.9. Subseries 9 :  Sollution plus artificial aging plus cold work
 Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan
hingga seluruh phase 硫 larut di phase 留
 Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang
untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution
 Kemudian paduan dipanasi pada low temperatur (temperatur sama
dengan T6) dan tidak melewati garis kesetimbangan
 Di holding hingga waktu tertentu untuk mendapatkan property
tensile dan ultimate yang di inginkan.
 kemudian di dinginkan perlahan.
 Paduan di roll pada kondisi dingin (cold working)
time
1
2
3
4
5
6
1. Heating at below equibrilium line
2. Holding untill prevalent
3. Quenching untill room temperatur
4. Cold Working (rolling, forging, extrusion)
5. Temper at temp below equlibrium line
6. holding time
7. cooling down
7
4.2. Subseries kedua :  Untuk class T
Designation Hardening level Yield Strength (Ksi)
2 村 Hard 23.0
4 遜 Hard 26.0
6 他 Hard 29.0
8 Hard 32.0
9 Extra Hard >32.0
time
1
2
3
4
5
6
1. Heating at below equibrilium line
2. Holding untill prevalent
3. Quenching untill room temperatur
4. holding until room temperatur
5. Temper at temp below equlibrium line
6. holding time
7. cooling down
8. Cold working (rolling, forging, extrusion)
7 8

More Related Content

What's hot (20)

Transformasi fasa
Transformasi fasaTransformasi fasa
Transformasi fasa
rombang
Jenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaJenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nya
Muhamad Awal
Hot rolling and cold rolling
Hot rolling and cold rollingHot rolling and cold rolling
Hot rolling and cold rolling
noussevarenna
Heat Treatment
Heat TreatmentHeat Treatment
Heat Treatment
Ririn Wijayanti
Lingkaran Mohr utk tegangan
Lingkaran Mohr utk teganganLingkaran Mohr utk tegangan
Lingkaran Mohr utk tegangan
Christian indrajaya, ST, MT
Aluminium
AluminiumAluminium
Aluminium
Hendra Yoska Tanjung
Material Teknik - Korosi
Material Teknik - KorosiMaterial Teknik - Korosi
Material Teknik - Korosi
Zhafran Anas
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
Abrianto Akuan
Susunan paduan
Susunan paduanSusunan paduan
Susunan paduan
Mn Hidayat
Diagram fasa
Diagram fasaDiagram fasa
Diagram fasa
SMK IT TEBUIRENG III
Tin107 2-sifat-material
Tin107 2-sifat-materialTin107 2-sifat-material
Tin107 2-sifat-material
Yuneo Nurcahya
Material Teknik Polimer
Material Teknik PolimerMaterial Teknik Polimer
Material Teknik Polimer
Zhafran Anas
SIFAT BAHAN TEKNIK
SIFAT BAHAN TEKNIKSIFAT BAHAN TEKNIK
SIFAT BAHAN TEKNIK
Lifia Citra Ramadhanti
Laporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasanLaporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasan
ArdHian Milanisti
Material Teknik - Tembaga
Material Teknik - TembagaMaterial Teknik - Tembaga
Material Teknik - Tembaga
Zhafran Anas
Material teknik 00
Material teknik 00Material teknik 00
Material teknik 00
Alen Pepa
Pengendalian korosi dengan coating
Pengendalian korosi dengan coating Pengendalian korosi dengan coating
Pengendalian korosi dengan coating
Yoga Firmansyah
Surface hardening
Surface hardeningSurface hardening
Surface hardening
Mn Hidayat
Teknik Pengelasan
Teknik Pengelasan Teknik Pengelasan
Teknik Pengelasan
Septiadi Nugroho
Penempaan forging
Penempaan forgingPenempaan forging
Penempaan forging
Rudy Indra Permana
Transformasi fasa
Transformasi fasaTransformasi fasa
Transformasi fasa
rombang
Jenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaJenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nya
Muhamad Awal
Hot rolling and cold rolling
Hot rolling and cold rollingHot rolling and cold rolling
Hot rolling and cold rolling
noussevarenna
Material Teknik - Korosi
Material Teknik - KorosiMaterial Teknik - Korosi
Material Teknik - Korosi
Zhafran Anas
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
Abrianto Akuan
Susunan paduan
Susunan paduanSusunan paduan
Susunan paduan
Mn Hidayat
Tin107 2-sifat-material
Tin107 2-sifat-materialTin107 2-sifat-material
Tin107 2-sifat-material
Yuneo Nurcahya
Material Teknik Polimer
Material Teknik PolimerMaterial Teknik Polimer
Material Teknik Polimer
Zhafran Anas
Material Teknik - Tembaga
Material Teknik - TembagaMaterial Teknik - Tembaga
Material Teknik - Tembaga
Zhafran Anas
Material teknik 00
Material teknik 00Material teknik 00
Material teknik 00
Alen Pepa
Pengendalian korosi dengan coating
Pengendalian korosi dengan coating Pengendalian korosi dengan coating
Pengendalian korosi dengan coating
Yoga Firmansyah
Surface hardening
Surface hardeningSurface hardening
Surface hardening
Mn Hidayat

Viewers also liked (20)

Aplikasi alumunium dan paduannya
Aplikasi alumunium dan paduannyaAplikasi alumunium dan paduannya
Aplikasi alumunium dan paduannya
Mechanical Engineering UNPAS
makalah-aluminium
makalah-aluminiummakalah-aluminium
makalah-aluminium
Intan Sari
jurnal aluminium
jurnal aluminiumjurnal aluminium
jurnal aluminium
Universitas Negeri Padang
Mengenal aluminium & prosesnya
Mengenal aluminium & prosesnyaMengenal aluminium & prosesnya
Mengenal aluminium & prosesnya
Deden Darmono
Baja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyaBaja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinya
wizdan ozil
Pembuatan aluminium
Pembuatan aluminiumPembuatan aluminium
Pembuatan aluminium
Ayu Soraya
Pengolahan Nikel Laterit
Pengolahan Nikel LateritPengolahan Nikel Laterit
Pengolahan Nikel Laterit
Sushinta Feby Astuti
Logam nikel
Logam nikelLogam nikel
Logam nikel
Aditya Dwiaji
Presentation pbt
Presentation pbtPresentation pbt
Presentation pbt
Bayu Fajri
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
Nurmalina Adhiyanti
Pyrometallurgy
PyrometallurgyPyrometallurgy
Pyrometallurgy
achmad shofi
Nickal and its alloys
Nickal and its alloysNickal and its alloys
Nickal and its alloys
Jim Alex
Makalah Logam murni dan logam paduan
Makalah Logam murni dan logam paduan Makalah Logam murni dan logam paduan
Makalah Logam murni dan logam paduan
Yulianis Zella
Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}
Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}
Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}
085753889956
Hasil rekayasa paduan logam modern
Hasil rekayasa paduan logam modernHasil rekayasa paduan logam modern
Hasil rekayasa paduan logam modern
Putri Mawardani
Material Teknik Alumunium
Material Teknik AlumuniumMaterial Teknik Alumunium
Material Teknik Alumunium
Zhafran Anas
Material Teknik - Nikel
Material Teknik - NikelMaterial Teknik - Nikel
Material Teknik - Nikel
Zhafran Anas
Nickel base superalloys
Nickel base superalloysNickel base superalloys
Nickel base superalloys
ECDS Private Limited
makalah-aluminium
makalah-aluminiummakalah-aluminium
makalah-aluminium
Intan Sari
Mengenal aluminium & prosesnya
Mengenal aluminium & prosesnyaMengenal aluminium & prosesnya
Mengenal aluminium & prosesnya
Deden Darmono
Baja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyaBaja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinya
wizdan ozil
Pembuatan aluminium
Pembuatan aluminiumPembuatan aluminium
Pembuatan aluminium
Ayu Soraya
Presentation pbt
Presentation pbtPresentation pbt
Presentation pbt
Bayu Fajri
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
Nurmalina Adhiyanti
Nickal and its alloys
Nickal and its alloysNickal and its alloys
Nickal and its alloys
Jim Alex
Makalah Logam murni dan logam paduan
Makalah Logam murni dan logam paduan Makalah Logam murni dan logam paduan
Makalah Logam murni dan logam paduan
Yulianis Zella
Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}
Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}
Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}
085753889956
Hasil rekayasa paduan logam modern
Hasil rekayasa paduan logam modernHasil rekayasa paduan logam modern
Hasil rekayasa paduan logam modern
Putri Mawardani
Material Teknik Alumunium
Material Teknik AlumuniumMaterial Teknik Alumunium
Material Teknik Alumunium
Zhafran Anas
Material Teknik - Nikel
Material Teknik - NikelMaterial Teknik - Nikel
Material Teknik - Nikel
Zhafran Anas

Similar to Klasifikasi paduan aluminium (6)

3. heat treatment
3. heat treatment3. heat treatment
3. heat treatment
Megi LastFriend
3. heat treatment
3. heat treatment3. heat treatment
3. heat treatment
Niko Sh
metalurgi_fisik_teknik_mesin ke 3pptx.pptx
metalurgi_fisik_teknik_mesin ke 3pptx.pptxmetalurgi_fisik_teknik_mesin ke 3pptx.pptx
metalurgi_fisik_teknik_mesin ke 3pptx.pptx
ssuser68f893
Perlakuan Panas pada material, diagram fasa dan lain lain
Perlakuan Panas pada material, diagram fasa dan lain lainPerlakuan Panas pada material, diagram fasa dan lain lain
Perlakuan Panas pada material, diagram fasa dan lain lain
hizbuljpn
Material-Teknik-Pertemuan 9 tempering austeniszing
Material-Teknik-Pertemuan 9 tempering austeniszingMaterial-Teknik-Pertemuan 9 tempering austeniszing
Material-Teknik-Pertemuan 9 tempering austeniszing
Redian2
hardenability: quenching cracks of metal
hardenability: quenching cracks of metalhardenability: quenching cracks of metal
hardenability: quenching cracks of metal
BudiIstana1
3. heat treatment
3. heat treatment3. heat treatment
3. heat treatment
Niko Sh
metalurgi_fisik_teknik_mesin ke 3pptx.pptx
metalurgi_fisik_teknik_mesin ke 3pptx.pptxmetalurgi_fisik_teknik_mesin ke 3pptx.pptx
metalurgi_fisik_teknik_mesin ke 3pptx.pptx
ssuser68f893
Perlakuan Panas pada material, diagram fasa dan lain lain
Perlakuan Panas pada material, diagram fasa dan lain lainPerlakuan Panas pada material, diagram fasa dan lain lain
Perlakuan Panas pada material, diagram fasa dan lain lain
hizbuljpn
Material-Teknik-Pertemuan 9 tempering austeniszing
Material-Teknik-Pertemuan 9 tempering austeniszingMaterial-Teknik-Pertemuan 9 tempering austeniszing
Material-Teknik-Pertemuan 9 tempering austeniszing
Redian2
hardenability: quenching cracks of metal
hardenability: quenching cracks of metalhardenability: quenching cracks of metal
hardenability: quenching cracks of metal
BudiIstana1

Recently uploaded (7)

Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptxTugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
iqbalhadad517
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptxPengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
gintingdesiana
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
rhamset
Matematika Mengengah Pertemuan Ke-13 ok.
Matematika Mengengah Pertemuan Ke-13 ok.Matematika Mengengah Pertemuan Ke-13 ok.
Matematika Mengengah Pertemuan Ke-13 ok.
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.pptpelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
rhamset
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.pptMekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
iwankawank
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
rhamset
Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptxTugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
iqbalhadad517
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptxPengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
gintingdesiana
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
rhamset
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.pptpelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
rhamset
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.pptMekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
iwankawank
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
rhamset

Klasifikasi paduan aluminium

  • 1. Klasifikasi paduan Aluminium Klasifikasi paduan aluminium di susun oleh the International Alloy Designation System (IADS) , klasifikasi tersebut didasarkan dari penamaan asosiasi aluminium di Amerika Serikat. Klasifikasi yang diterima oleh banyak Negara adalah : 1. Klasifikasi paduan aluminium tempa 2. Klasifikasi paduan aluminum coran Klasifikasi paduan Aluminium Tempa Setiap paduan aluminium tempa disusun menggunakan empat digit nomor. 1. Nomor Pertama ; mengindikasikan kelompok paduan berdasarkan pada unsure paduan utamanya. 1xxx Aluminium murni dengan persentase hampir 99,0% 2xxx (HT) Paduan aluminium dengan unsure paduan utamanya adalah tembaga sebesar 1,9 6,8% 3xxx Paduan Aluminium dengan padauan unsure utamanya Manganese sebesar 0,3 1,5 % 4xxx Paduan Aluminum dengan paduan unsure utamanya silicon sebesar 3,6 13,5 % 5xxx Paduan Aluminium dengan paduan unsure utamanya magnesium sebesar 0,5 5,5 % 6xxx (HT) Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya Magnesium 0,4% - 1,5% dan Silikon 0,2-1,7% 7xxx (HT) Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya Zinc sebesar 1 8,2% dan magnesium 8xxx Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya lithium
  • 2. 2. Nomor Kedua : Mengindikasikan modifikasi paduan dan batasan persentase impuritiesnya. Paduan Original (basic) di lambangkan dengan 0 pada nomor keduanya. Penomoran 19 mengindikasikan modifikasi berbagai jenis paduan aluminiumnya dengan besaran komposisi yang tidak terlalu jauh. Pada paduan series 1xxx penomoran keduan mengindikasikan besaran ketidakmurniannya (impuritiesnya), 1..9 mengindikasinya besaran ketidakmurniannya 3. Dua Nomor terakhir ; Mengindikasikan persentase kemurnian paduan aluminiumnya. Contoh untuk grup 1 : 1070 atau 1170 : Persentase aluminum sebesar 99,70% 1050 atau 1250 : Persentase aluminium sebesar 99,50 % 1100 atau 1200 : persentase aluminium sebesar 99,00 % Untuk jenis grup paduan aluminium lainnya series 2xxx hingga 8xxx : dua nomor terakhir menunjukan signifikasi perbedaan paduan dalam kelompok paduannya. Klasifikasi paduan aluminium cor. Setiap paduan aluminium cor di designasi dengan empat digit dengan titik desimal memisahkan angka ketiga dan ke empatnya. Angka pertama menunjukkan kelompok paduan sesuai dengan elemen paduan utama:
  • 3. 1xx.x Aluminium 99,0% minimum 2xx.x Tembaga (4% ... 4,6%); 3xx.x Silicon (5% ... 17%) dengan tembaga dan / atau magnesium ditambahkan; 4xx.x Silicon (5% ... 12%); 5xxx Magnesium (4% ... 10%); 7xxx Zinc (6,2% ... 7,5%); 8xxx Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya Tin; 9xx.x Lainnya Dua digit kedua ; mengidentifikasi paduan aluminium atau menunjukkan kemurnian paduan. Dalam paduan dari seri 1xx.x kedua dua digit menunjukkan tingkat kemurnian paduan - sama dengan dua digit ke kanan titik desimal dalam konsentrasi minimum aluminium (dalam persen): 150.0 berarti minimum 99.50% aluminium dalam paduan, 120,1 berarti minimal 99,20% aluminium dalam paduan. Dalam semua kelompok lain dari paduan aluminium (2xx.x melalui 9xx.x) kedua dua digit menandakan paduan yang berbeda dalam kelompok. Digit terakhir : menunjukkan bentuk produk: pengecoran (ditunjuk oleh "0") atau ingot (ditunjuk oleh "1" atau "2" tergantung pada batas komposisi kimia.) Sebuah modifikasi dari paduan atau pengotor batas asli ditunjukkan dengan surat berantai sebelum penunjukan numerik.
  • 5. DESIGNASI TEMPER 1. Series F : As Fabricated Paduan aluminium tidak ada perlakuan apapun saat di fabrikasi, hasil coran dibiarkan dingin perlahan hingga temperatur kamar. Terdapat dua phase pada kondisi dingin. Contoh kelas 5xxx, terdapat dua padauan Al2Mg3 + Al pada suhu kamar. (a) (b) Gambar 1. (a) Diagram fasa biner Al-Mg; (b) TTT diagram Untuk proses anneling as fabricated
  • 6. 2. Series O : Anneled Wrought Product Only Untuk mendapatkan keseragaman penyebaran butir dan kemerataan properties material paduan, maka paduan dipanaskan hingga tempertur melewati garis kesetimbangan sehingga paduan totally pada phase 留 lalu didinginkan perlahan hingga temperatur kamar. Heating until over equilibrium line then Annealing (without any heating process) 3. Series H : Cold working (strain hardening) Deformasi plastis membentuk dislokasi, proses terus berlanjut sehingga luas material yang terdeformasi meningkat , dislokasi
  • 7. semakin besar dan saling berhimpit menyebabkan penurunan mobilitas dari dislokasi sendiri. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan ultimate tensile strength. Series H dibagi lagi dalam beberapa sub-series : 3.1. Subseries Pertama : melambangkan secondary treatment untuk menentukan tingkatan propertinya. Sub series pertama terdiri dari : 3.1.1. Subseries 1 : Cold Working Only Material yang dihasilkan hanya melalui proses cold working, Ultimate strength dan tensile strength tinggi namun material sangat getas dan keras karena besarnya tegangan permukaan dan bentuk atom yang pipih hasil rollan (pekerjaan dingin) 3.1.2. Subseries 2 : cold working and partially annealing Material mengalami cold working kemudian dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan (hingga mencapai kekerasan yang diinginkan) di dinginkan perlahan hingga mencapai suhu kamar Cold working recovery until control recristalization 3.1.3. Subseries 3 : cold working and stabilized temper Material mengalami cold working kemudian dipanasi pada low temperatur tapi tidak sampai melewati garis
  • 8. kesetimbangan- ditahan hingga mencapai kekerasan yang diinginkan di dinginkan perlahan hingga mencapai suhu kamar 3.2. Subseries kedua : Untuk class H hanya melambangkan tingkatan residual hardening Designation Hardening level Yield Strength (Ksi) 2 村 Hard 23.0 4 遜 Hard 26.0 6 他 Hard 29.0 8 Hard 32.0 9 Extra Hard >32.0 4. Series T : Heat Treated
  • 9. Paduan Aluminium yang bisa dilakukan treatment untuk mendapatkan property yang diinginkan. Bisa melalui solid solution kemudian dilakukan aging, bisa juga dianneal kemudian di aging, atau bisa juga hanya di lakukan aging tanpa menjadikannya solid solution. 4.1. Dapat dibagi menjadi 9 subseries : 4.1.1. Subseries T1 : Partial solution plus natural aging. Paduan dipanasi hingga melewati garis equilibrium dan ditahan dengan waktu tidak terlalu lama (tidak sepenuhnya phase 硫 larut seluruhnya di phase 留) Kemudian di quench untuk mendapatkan kondisi solid superhated solid solution Kemudian di diamkan pada suhu kamar hingga mengalami penguatan precipitate secara alami. Contoh : Paduan Al -Mg
  • 10. 4.1.2. Subseries 2 : Annealed Cast product only Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan hingga seluruh phase 硫 larut di phase 留 Kemudian di dinginkan perlahan hingga mencapai temperatur ruang 4.1.3. Subseries 3 : Sollution plus cold work Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan hingga seluruh phase 硫 larut di phase 留 Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid sollution Setelah itu dilakukan pengerolan dingin untuk meningkatkan besaran tensile dan ultimate strengthnya. 4.1.4. Subseries 4 : Sollution plus natural ageing Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan hingga seluruh phase 硫 larut di phase 留
  • 11. Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid sollution Setelah itu dibiarkan hingga munculnya precipitate secara alami untuk proses penguatan propertinya. 4.1.5. Subseries 5 : Artificial ageing only Setelah produk paduan di cor, paduan dipanasi pada low temperatur dan tidak melewati garis kesetimbangan Di holding hingga waktu tertentu untuk mempercepat terbentuknya precipitate hardening dalam penguatan paduan. kemudian di dinginkan perlahan 4.1.6. Subseries 6 : Sollution plus artificial ageing Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan hingga seluruh phase 硫 larut di phase 留 Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution paduan dipanasi pada low temperatur dan tidak melewati garis kesetimbangan
  • 12. Di holding hingga waktu tertentu untuk mempercepat terbentuknya precipitate hardening dalam penguatan paduan. kemudian di dinginkan perlahan 4.1.7. Subseries 7 : Sollution plus stabilizing Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan hingga seluruh phase 硫 larut di phase 留 Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution paduan dipanasi pada low temperatur (temperatur sama dengan T6) dan tidak melewati garis kesetimbangan Di holding hingga waktu tertentu hingga over aging atau ditingkatkan temperatur tempernya dengan waktu yang sama sehingga penguatan precipitate tidak lagi maksimum hal ini dimaksudkan untuk : 1. Peningkatan stablitas dimensional 2. Untuk meningkatkan ketahana penggunaan pada temperratur rendah dan tinggi 3. Peningkatan ketahanan terhadap exfloation corrosion/ korosi pengelupasan (; bentuk korosi intergranular korosi yang time 1 2 3 4 5 6 1. Heating at below equibrilium line 2. Holding untill prevalent 3. Quenching untill room temperatur 4. Holding time 5. Temper at temp below equlibrium line 6. holding time 7. cooling down 7
  • 13. melibatkan serangan korosi selektif pada lokasi yang berdekatan dengan batas butir, hal ini membuat logam paduan aluminium seperti mengelupas kelihatan seperti berlapis) kemudian di dinginkan perlahan. 4.1.8. Subseries 8 : Sollution plus cold work plus artificial aging Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan hingga seluruh phase 硫 larut di phase 留 Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution Paduan di roll pada kondisi dingin (cold working) Kemudian paduan dipanasi pada low temperatur (temperatur sama dengan T6) dan tidak melewati garis kesetimbangan Di holding hingga waktu tertentu untuk mendapatkan property tensile dan ultimate yang di inginkan. kemudian di dinginkan perlahan.
  • 14. 4.1.9. Subseries 9 : Sollution plus artificial aging plus cold work Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan hingga seluruh phase 硫 larut di phase 留 Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution Kemudian paduan dipanasi pada low temperatur (temperatur sama dengan T6) dan tidak melewati garis kesetimbangan Di holding hingga waktu tertentu untuk mendapatkan property tensile dan ultimate yang di inginkan. kemudian di dinginkan perlahan. Paduan di roll pada kondisi dingin (cold working) time 1 2 3 4 5 6 1. Heating at below equibrilium line 2. Holding untill prevalent 3. Quenching untill room temperatur 4. Cold Working (rolling, forging, extrusion) 5. Temper at temp below equlibrium line 6. holding time 7. cooling down 7
  • 15. 4.2. Subseries kedua : Untuk class T Designation Hardening level Yield Strength (Ksi) 2 村 Hard 23.0 4 遜 Hard 26.0 6 他 Hard 29.0 8 Hard 32.0 9 Extra Hard >32.0 time 1 2 3 4 5 6 1. Heating at below equibrilium line 2. Holding untill prevalent 3. Quenching untill room temperatur 4. holding until room temperatur 5. Temper at temp below equlibrium line 6. holding time 7. cooling down 8. Cold working (rolling, forging, extrusion) 7 8