際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
KONSEP DAN TEKNIK MULLIGAN
OLEH
SUDARYANTO, SST.FT, M.FIS
PHILOSOPHY MANUAL TERAPY
 Philosophy Cyriax : teknik manual terapi spine didesain untuk menggerakkan diskus,
sehingga dapat menurunkan tekanan pada akar saraf. Teknik Cyriax tidak spesifik dan
dapat mempengaruhi struktur lainnya seperti otot dan facet joint.
 Philosophy Maitland : menggunakan oscillasi untuk mengeliminir gejala/tanda. Teknik
Maitland adalah spesifik.
 Philosophy Mc.Kenzie : gerakan yang repetitif digunakan untuk menghasilkan sentralisasi
pain, dimana menghasilkan interpretasi sebagai sentralisasi diskus.
 Philosophy Kaltenborn : teknik manual terapi yang menekankan pada arthrokinematika,
khususnya hubungan konkaf-konveks.Teknik ini sangat spesifik
 Philosophy Mulligan : memfasilitasi glide facet joint secara natural dengan membantu
gerakan yang dilakukan pasien, dimana dilakukan dalam posisi weight bearing
SEJARAH MULLIGANS TECHNIQUE
 Penemunya adalah Brian R. Mulligan FNZSP (Hon), Dip MT, di New Zealand pada tahun
1970-an.
 Kemudian, Brian R. Mulligan menemukan teknik mobilization with movement (MWM)
pada tahun 1984 dan mengajarkan teknik tersebut pada tahun 1986
 Konsep ini memiliki fondasi yang terbentuk dari prinsip Kaltenborns (1989) didalam
mengembalikan komponen gerak asesoris dan gerak fisiologis.
 Mulligan menjelaskan bahwa cidera (injury) atau sprain dapat menyebabkan minor
positional faults didalam sendi sehingga menyebabkan keterbatasan gerak fisiologis.
MOBILISASI SPINE
 Hal yang terpenting dalam mobilisasi spine adalah bidang gerakan dari facet joint.
 Arah gerakan dari salah satu thrust adalah berkaitan dengan bidang gerakan facet joint
khususnya saat digunakan teknik rotasi dan lateral fleksi.
 Konsep mobilisasi spine dalam Mulligan adalah mobilisasi selalu diaplikasikan dalam
sudut yang paralel terhadap bidang pengobatan facet joint.
 Konsep mulligan mengikuti rule dari Freddy M. Kaltenborn  dia menjelaskan bahwa
bidang pengobatan selalu mengikuti permukaan konkafnya.
 Terbentuknya konsep Mulligan berdasarkan pada bidang pengobatan dari teori
Kaltenborn
 Bidang pengobatan Kaltenborn terletak pada permukaan sendi yang konkaf.
MOBILISASI SPINE
 Dalam Bidang pengobatan Kaltenborn,
tetap mengacu pada permukaan sendi
yang konkaf tanpa memperhatikan apakah
partner sendi yang bergerak adalah
konveks atau konkaf.
 Dalam konsep Mulligan, hampir seluruh
mobilisasi spine dilakukan dalam posisi
weight bearing.
PRINSIP PENGOBATAN
 Selama pemeriksaan, terapis harus mengidentifikasi salah satu atau lebih tanda-tanda
yang dibandingkan, yaitu hilangnya gerakan sendi, nyeri yang berkaitan dengan gerakan,
atau nyeri yang berhubungan dengan aktivitas fungsional spesifik.
 Mobilisasi pasif gerak asesoris sendi diaplikasikan mengikuti prinsip Kaltenborn yakni
paralel atau perpendikular terhadap bidang sendi sehingga glide asesoris harus bebas
dari nyeri.
 Terapis harus selalu memonitor reaksi pasien untuk meyakinkan bahwa tidak ada nyeri
yang ditimbulkan.
 Sementara melakukan glide asesoris yang terus menerus, pasien diminta untuk
membandingkan tanda-tanda yang dirasakan.
PRINSIP PENGOBATAN
 Kegagalan dalam perbaikan terhadap tanda/gejala menunjukkan bahwa terapis belum
menemukan bidang pengobatan yang tepat, grade mobilisasi, segmen spinal yang tepat,
atau teknik ini bukan indikasi.
 Keterbatasan gerak dan/atau nyeri gerak yang hebat atau keterbatasan aktivitas
dilakukan berulang-ulang oleh pasien sementara terapis secara kontinyu
mempertahankan glide asesoris yang tepat.
 Kemajuan yang lebih jauh sangat diharapkan saat dilakukan repetisi gerakan selama sesi
pengobatan khususnya ketika diaplikasikan overpressure yang bebas nyeri.
 Pengobatan yang dilakukan sendiri (self-treatment) seringkali menggunakan prinsip
mobilisasi dengan gerakan dan menggunakan taping adhesive sport dan/atau pasien
melakukan usaha sendiri untuk menghasilkan komponen glide beserta gerakan aktif
fisiologis.
PRINSIP PENGOBATAN
 Nyeri selalu menjadi petunjuk dalam prosedur teknik ini. Keberhasilan dari teknik
mobilisasi dengan gerakan harus memberikan perubahan tanda/gejala yang secara
signifikan sehingga terjadi perbaikan fungsi selama aplikasi teknik ini.
 Konsep PILL  Pain Free, Instant, Long Lasting
 Konsep CROCKS :
 C = Contraindication  secara general, kontraindikasi MWM adalah inflamasi, infeksi,
fraktur.
 R = Repetitions  repetisi harus dilakukan selama MWM dengan gerakan yang bebas nyeri,
yang akhirnya membangun dynamic natural, dalam MWM adalah 6  10 repetisi selama 3 set
 O = Overpressure  untuk memperoleh gerakan yang maksimal (pemulihan gerak penuh)
maka harus digunakan overpressure, dilakukan oleh pasien sendiri.
PRINSIP PENGOBATAN
 C = Communication dan co-operation  memberikan perintah yang jelas dengan bahasa
yang mudah dan pasien harus kooperatif
 K = Knowledge  terapis harus menguasai ilmu anatomi, biomekanik, dan positional faults.
 S = Sustain, Sense, Skill, Slow, Subtle Change.
 Keberhasilan teknik MWM harus memberikan penurunan nyeri pada comparable sign
sementara secara signifikan memperbaiki fungsi selama aplikasi teknik  kombinasi
dengan self treatment yang menggunakan prinsip MWM & tape adhesive.
POSITIONAL FAULT HYPOTHESIS
 Mulligan (1995) menjelaskan bahwa minor positional fault pada sendi dapat terjadi pasca
injury atau strain yang menghasilkan keterbatasan gerak atau nyeri.
 Mobilisasi Mulligan dapat mengoreksi positional fault dan memulihkan sendi yang
terbatas, memulihkan gerakan yang nyeri hebat menjadi gerakan yang bebas nyeri dan
kembali ke full ROM.
 Positional fault dapat dikoreksi dengan MWM yang menghasilkan efek terhadap
perbaikan gerak, menurunkan nyeri dan mengembalikan fungsi
 Arah MWM yang paling efektif terhadap positional fault adalah arah berlawanan dari
positional fault.
 Mengukur adanya positional fault dapat terlihat dengan pemeriksaan radiologi
POSITIONAL FAULT HYPOTHESIS
 Terdapat beberapa evidence based berdasarkan pemeriksaan radiologi tentang adanya
positional fault, yaitu :
 Inferior tibiofibular joint : menurunnya jarak antara kedua malleolus
 Patellofemoral joint : meningkatnya sudut antara patella dan condylus tibia
 Glenohumeral joint : menurunnya jarak antara acromion dan caput humeri
HAL-HALYANG PERLU DIPERHATIKAN
 POSISI PASIEN
 POSISITERAPIS
 POSISITANGAN TERAPIS
 TEKNIK MOBILISASINYA
 GERAK SENDIYANG DIHASILKAN
 OUTCOME
KUNCI KEBERHASILAN TEKNIK
 50% KEBERHASILAN ADALAH TEKNIK MOBILISASIYANGTEPAT
 40% KEBERHASILAN ADALAH POSISITANGAN TERAPISYANG TEPAT
 10% KEBERHASILAN ADALAH KEBIASAAN MELAKUKAN TEKNIK, REPETISI
GERAKAN, FREKUENSI TERAPI
 CRITICAL POINT DARI TEKNIK MULLIGAN :
 KONTAK
 FORCE
 ARAH
BIDANG PENGOBATAN CERVICAL
 Gaya glide harus dalam arah yang sama dengan gerak aktif.
 Arah glide adalah antero-cranial 45o.
 Glide dapat diaplikasikan diatas proc.spinosus dan proc.transversus.
 Perubahan kurva (gerakan) melibatkan perubahan arah glide.
TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
 NAGs (Natural Apophyseal Glides) :
 Mobilisasi pasif oscillatory yang diaplikasikan pada cervical dan upper thoracal (C2  Th3)
 Menggerakkan segmen vertebra superior kearah anterocranial (45o) terhadap segmen
vertebra inferior yang terfiksir
 Teknik ini harus pain-free
 Tidak ada MWM
 Traksi dapat diaplikasikan jika dibutuhkan
 Dilakukan dalam posisi weight bearing dan khususnya teknik ini diaplikasikan dalam Mid-
Range sampai End-Range.
TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
 Prosedur Pelaksanaan NAGs (Natural Apophyseal Glides) :
 Posisi pasien duduk, dengan kepala pasien dipeluk melalui axilla fisioterapis
 Terapis berdiri pada sisi antero-lateral dari pasien
 Mobilisasi : middle phalanx jari ke-5 fisioterapis diletakkan pada proc.spinosus, dan diperkuat
oleh thenar eminence pada sisi ibu jari untuk memberikan glide kearah antero-cranial
(bidang facet joint)
 Start palpasi dibawah segmen untuk aplikasi NAGs
 Mengambil posisi relaksasi pada jaringan lunak
 Ketika nyeri terjadi, ubah sudut glide
 5  10 kali repetisi, 2 set
Sentral NAGs Unilateral NAGs
TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
 Indikasi NAGs (Natural Apophyseal Glides) :
 Acute neck pain
 Neck pain pada populasi usia tua
 Tidak ada kondisi iritabilitas
 Keterbatasan gerak multidirectional
 Penurunan nyeri pasca pengobatan
 Pertimbangan lainnya : lakukan tes iritabilitas
TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
 Indikasi NAGs unilateral :
 Ketika central NAGs menimbulkan nyeri
 Keluhan unilateral pain atau dysfunction facet joint unilateral
 Nyeri tekan pada processus spinosus
TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
 Prosedur Pelaksanaan Reverse NAGs (Natural Apophyseal Glides) :
 Posisi pasien duduk, tanpa sanggahan lengan
 Terapis berdiri pada lebih ke lateral dari pasien
 Mobilisasi : fleksi interphalangeal joint jari ke-2 dan ekstensi interphalangeal joint ibu jari
sehingga membentuk huruf V, memberikan glide kearah antero-cranial (bidang facet joint),
fleksi jari-jari tangan lainnya
 Diaplikasikan pada cervicothoracic joint (C7  Th1) dan upper thoracal
 Dianjurkan variasi unilateral
 Untuk meminimalkan nyeri tekan, gunakan foam pad
 5  10 kali repetisi, 2 set
BentukTangan pada Reverse NAGs Reverse NAGs pada upper thoracal
TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
 Indikasi Reverse NAGs (Natural Apophyseal Glides) :
 Nyeri gerak akhir ROM cervical
 Postural dysfunction : forward head posture dengan upper trapezius pain
 Degeneratif lower cervical atau upper thoracal spine
 Dikombinasikan dengan chin retraction exercise
TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
 SNAGs (Sustained Natural Apophyseal Glides) :
 SNAGs = MWM, yaitu gerak pasif asesori (glides) secara terus menerus yang dikombinasikan
dengan gerak fisologis aktif
 Posisi weight bearing
 Gerak fisiologisnya adalah fleksi, ekstensi, lateral fleksi (L/R), rotasi (L/R)
 Perhatian :
 Untuk fleksi dan ekstensi seringkali memerlukan teknik sentral SNAGs
 Untuk lateral fleksi dan rotasi akan menghasilkan respon yang lebih baik jika diaplikasikan unilateral
SNAGs
 Dipertahankan 2 detik pada akhir gerakan
TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
 Prosedur Pelaksanaan SNAGs (Sustained Natural Apophyseal Glides) :
 Grip : sisi medial dari tangan kontak tepat pada vertebra, sisi palmar ibu jari tepat diatas sisi
lateral tangan kontak, jari-jari lainnya menstabilisasi lateral cervical atau pipi pasien
(bergantung pada level/ukuran tangan)
 Kontak : sentral SNAGs pada proc.spinosus, unilateral SNAGs pada pilar articular (facet
joint)
 Lokasi : seluruh segmen spinal
 Arah gerakan : antero-cranial (45o tetapi bisa bervariasi), paralel terhadap bidang pengobatan
 Aplikasi gaya dari Mid-Range sampai End-Range
 Overpressure oleh pasien, untuk ekstensi menggunakan berat kepala
 Repetisi 6  10 kali, 3 set bahkan sampai 10 set
 Jika nyeri, stop gerakan dan kembali ke posisi awal
SNAGs untuk perbaikan extensi SNAGs untuk perbaikan fleksi
SNAGs untuk perbaikan lateral fleksi SNAGs untuk perbaikan rotasi
TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
 Hambatan dari SNAGs (Sustained Natural Apophyseal Glides) :
 Jika gejala-gejala belum mengalami perubahan setelah aplikasi MWM, hal ini dapat disebabkan
oleh pemilihan segmen sendi yang kurang tepat, pemilihan teknik yang kurang tepat, handling
skill yang jelek, arah gerakan dan gaya yang salah, dan komunikasi yang jelek
 SNAGs self treatment :
 Extensi
 Lateral fleksi
 Rotasi
SNAGs self extensi SNAGs self lateral fleksi
SNAGS SELF ROTASI
TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
 Prosedur Pelaksanaan Fist Traction (self treatment) :
 Kepalan tangan diletakkan dibawah dagu
 Tangan yang lain menarik ke depan menggunakan fulcrum kepalan tangan
 Gunakan handuk di atas sternum untuk bantalan jika dibutuhkan
 Sudut tarikan bisa bervariasi (oblique ke kanan/kiri) sehingga terjadi stretch pada bagian
dorsal cervical
 Dipertahankan 10 detik dengan 3 set
 Note : digunakan sebagai self treatment untuk reverse headache SNAGs
FIST TRACTION
TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
 Indikasi Fist Traction (self treatment) :
 Keterbatasan fleksi cervical
 Nyeri saat Mid Range sampai End Range fleksi cervical
 Kaku pada lower cervical dan/atau upper thoracal
 Prosedur Pelaksanaan Cervical BeltTraction :
 Grip : posisi jari ke3 dan jari ke4 kedua tangan fisioterapis berada didalam belt dan
membentuk celah diantara jari-jari tangan untuk proc.spinosus
 Posisi belt : mengubah tinggi/panjang belt sampai disekitar badan fisioterapis
 Durasi : lakukan traksi yang dipertahankan selama 10 detik
 Indikasi : disc problem, dimana tidak menimbulkan respon saat aplikasi mobilisasi
CERVICAL BELT TRACTION
Konsep dan teknik mulligan

More Related Content

What's hot (20)

Konsep dasar PNF
Konsep dasar PNFKonsep dasar PNF
Konsep dasar PNF
Yanto Physio
Core Stability Exercise
Core Stability ExerciseCore Stability Exercise
Core Stability Exercise
Yanto Physio
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
aditya romadhon
Konsep Terapi Latihan
Konsep Terapi LatihanKonsep Terapi Latihan
Konsep Terapi Latihan
Yanto Physio
Dmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressiveDmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressive
Student
Anatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAnatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot fo
Aisyah NurHasanah
Pengukuran rom
Pengukuran romPengukuran rom
Pengukuran rom
berliangurning2
Frozen shoulder
Frozen shoulderFrozen shoulder
Frozen shoulder
Handini Kusuma Putri
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Vertilia Desy
Konsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar ElektroterapiKonsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar Elektroterapi
Yanto Physio
Frozen Shoulder.pptx
Frozen Shoulder.pptxFrozen Shoulder.pptx
Frozen Shoulder.pptx
aditya romadhon
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan AtasAnatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Darwis Yang Terbuang
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
Yulvi Hasrianti
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Yanto Physio
PNF lengan
PNF lenganPNF lengan
PNF lengan
Yanto Physio
Elbow : Fisioterapi
Elbow : FisioterapiElbow : Fisioterapi
Elbow : Fisioterapi
Wahyu Budi Prasetyo
04 ultrasound terapy
04 ultrasound terapy04 ultrasound terapy
04 ultrasound terapy
Patrisius Olla
Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis Fraktur
Yanto Physio
Modul Trigger Points
Modul Trigger PointsModul Trigger Points
Modul Trigger Points
aditya romadhon
Teknik cryotherapy
Teknik cryotherapyTeknik cryotherapy
Teknik cryotherapy
UFDK
Konsep dasar PNF
Konsep dasar PNFKonsep dasar PNF
Konsep dasar PNF
Yanto Physio
Core Stability Exercise
Core Stability ExerciseCore Stability Exercise
Core Stability Exercise
Yanto Physio
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
aditya romadhon
Konsep Terapi Latihan
Konsep Terapi LatihanKonsep Terapi Latihan
Konsep Terapi Latihan
Yanto Physio
Dmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressiveDmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressive
Student
Anatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAnatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot fo
Aisyah NurHasanah
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Vertilia Desy
Konsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar ElektroterapiKonsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar Elektroterapi
Yanto Physio
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan AtasAnatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Darwis Yang Terbuang
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
Yulvi Hasrianti
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Yanto Physio
04 ultrasound terapy
04 ultrasound terapy04 ultrasound terapy
04 ultrasound terapy
Patrisius Olla
Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis Fraktur
Yanto Physio
Teknik cryotherapy
Teknik cryotherapyTeknik cryotherapy
Teknik cryotherapy
UFDK

Similar to Konsep dan teknik mulligan (20)

Arif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptx
Arif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptxArif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptx
Arif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptx
arifsugiri
principle-of-mulligans-technique.pdf
principle-of-mulligans-technique.pdfprinciple-of-mulligans-technique.pdf
principle-of-mulligans-technique.pdf
NisaaAnnisa1
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptxPPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
cobadulu007123
Presentasii jurnal
Presentasii jurnalPresentasii jurnal
Presentasii jurnal
Diand Geblek
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan MahirChiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
VideoNewsID
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan MahirChiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
VideoNewsID
Rockn dut fisioterapi
Rockn dut fisioterapiRockn dut fisioterapi
Rockn dut fisioterapi
Wahyu Budi Prasetyo
Presentase calkaneus spur
Presentase calkaneus spurPresentase calkaneus spur
Presentase calkaneus spur
Bustanil Ervan
Elbow Injury and Rehabilitation in Sports Setting
Elbow Injury and Rehabilitation in Sports SettingElbow Injury and Rehabilitation in Sports Setting
Elbow Injury and Rehabilitation in Sports Setting
fahrinramadanandiwij
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptxPPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
Sehan9
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
aditya romadhon
Presjur.pptx
Presjur.pptxPresjur.pptx
Presjur.pptx
IkbalMuharrom1
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Uzlifati Jannatin Alfafa
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Uzlifati Jannatin Alfafa
10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf
10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf
10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf
MuhammadSyarif783439
Bobat exc
Bobat exc Bobat exc
Bobat exc
vetinovita
Kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi
Kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasiKebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi
Kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi
Operator Warnet Vast Raha
reflex-dan-gerak postur tubuh akbid.ppt-
reflex-dan-gerak postur tubuh akbid.ppt-reflex-dan-gerak postur tubuh akbid.ppt-
reflex-dan-gerak postur tubuh akbid.ppt-
IrfanNersMaulana
fisiotearpi muskulosskeletal dan praktikum cara penanganan
fisiotearpi muskulosskeletal dan praktikum cara penangananfisiotearpi muskulosskeletal dan praktikum cara penanganan
fisiotearpi muskulosskeletal dan praktikum cara penanganan
htcsidoarjo
Arif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptx
Arif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptxArif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptx
Arif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptx
arifsugiri
principle-of-mulligans-technique.pdf
principle-of-mulligans-technique.pdfprinciple-of-mulligans-technique.pdf
principle-of-mulligans-technique.pdf
NisaaAnnisa1
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptxPPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
cobadulu007123
Presentasii jurnal
Presentasii jurnalPresentasii jurnal
Presentasii jurnal
Diand Geblek
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan MahirChiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
VideoNewsID
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan MahirChiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
VideoNewsID
Presentase calkaneus spur
Presentase calkaneus spurPresentase calkaneus spur
Presentase calkaneus spur
Bustanil Ervan
Elbow Injury and Rehabilitation in Sports Setting
Elbow Injury and Rehabilitation in Sports SettingElbow Injury and Rehabilitation in Sports Setting
Elbow Injury and Rehabilitation in Sports Setting
fahrinramadanandiwij
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptxPPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
Sehan9
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
aditya romadhon
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Uzlifati Jannatin Alfafa
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Uzlifati Jannatin Alfafa
10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf
10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf
10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf
MuhammadSyarif783439
reflex-dan-gerak postur tubuh akbid.ppt-
reflex-dan-gerak postur tubuh akbid.ppt-reflex-dan-gerak postur tubuh akbid.ppt-
reflex-dan-gerak postur tubuh akbid.ppt-
IrfanNersMaulana
fisiotearpi muskulosskeletal dan praktikum cara penanganan
fisiotearpi muskulosskeletal dan praktikum cara penangananfisiotearpi muskulosskeletal dan praktikum cara penanganan
fisiotearpi muskulosskeletal dan praktikum cara penanganan
htcsidoarjo

More from Yanto Physio (7)

Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Yanto Physio
Pengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikPengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi Mekanik
Yanto Physio
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyImplikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Yanto Physio
Konsep Fraktur
Konsep FrakturKonsep Fraktur
Konsep Fraktur
Yanto Physio
Kombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganKombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF Lengan
Yanto Physio
PNF cervical
PNF cervicalPNF cervical
PNF cervical
Yanto Physio
PNF tungkai
PNF tungkaiPNF tungkai
PNF tungkai
Yanto Physio
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Yanto Physio
Pengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikPengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi Mekanik
Yanto Physio
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyImplikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Yanto Physio
Kombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganKombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF Lengan
Yanto Physio

Recently uploaded (20)

Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensiBimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
ReviYulia
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptxppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ekamaya6
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptxPPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
rinjani13
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdfmateri buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
dkmalhidayahbogor
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
JulimuhamadKartiko
Promosi kesehatan untuk perawat_pptx.pptx
Promosi kesehatan untuk perawat_pptx.pptxPromosi kesehatan untuk perawat_pptx.pptx
Promosi kesehatan untuk perawat_pptx.pptx
JulimingKenedy
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdfdr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
yunitayun9
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdfpenyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
NuyungLuvlivi
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
TANGKI4D
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus GestasionalAsuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologipemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
AgungIstri3
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusiaPertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
TugasHSE
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAPDokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
AstriYuliaSariLubis1
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remajakenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
annazzakariaarifin
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xiFARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
aripprihandoko1
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusiaAspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
AlterGlenKakisina
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus GestasionalKonsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.pptRencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Wahid Husein
Pusat Permainan Game Tradisional Bermain Suwit Online Link Situs IDN Live Cas...
Pusat Permainan Game Tradisional Bermain Suwit Online Link Situs IDN Live Cas...Pusat Permainan Game Tradisional Bermain Suwit Online Link Situs IDN Live Cas...
Pusat Permainan Game Tradisional Bermain Suwit Online Link Situs IDN Live Cas...
bijigandum5454
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
Taufiqurrokhman Rofii
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensiBimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
ReviYulia
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptxppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ekamaya6
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptxPPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
rinjani13
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdfmateri buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
dkmalhidayahbogor
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
JulimuhamadKartiko
Promosi kesehatan untuk perawat_pptx.pptx
Promosi kesehatan untuk perawat_pptx.pptxPromosi kesehatan untuk perawat_pptx.pptx
Promosi kesehatan untuk perawat_pptx.pptx
JulimingKenedy
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdfdr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
yunitayun9
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdfpenyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
NuyungLuvlivi
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
TANGKI4D
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus GestasionalAsuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologipemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
AgungIstri3
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusiaPertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
TugasHSE
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAPDokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
AstriYuliaSariLubis1
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remajakenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
annazzakariaarifin
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xiFARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
aripprihandoko1
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusiaAspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
AlterGlenKakisina
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus GestasionalKonsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.pptRencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Wahid Husein
Pusat Permainan Game Tradisional Bermain Suwit Online Link Situs IDN Live Cas...
Pusat Permainan Game Tradisional Bermain Suwit Online Link Situs IDN Live Cas...Pusat Permainan Game Tradisional Bermain Suwit Online Link Situs IDN Live Cas...
Pusat Permainan Game Tradisional Bermain Suwit Online Link Situs IDN Live Cas...
bijigandum5454
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
Taufiqurrokhman Rofii

Konsep dan teknik mulligan

  • 1. KONSEP DAN TEKNIK MULLIGAN OLEH SUDARYANTO, SST.FT, M.FIS
  • 2. PHILOSOPHY MANUAL TERAPY Philosophy Cyriax : teknik manual terapi spine didesain untuk menggerakkan diskus, sehingga dapat menurunkan tekanan pada akar saraf. Teknik Cyriax tidak spesifik dan dapat mempengaruhi struktur lainnya seperti otot dan facet joint. Philosophy Maitland : menggunakan oscillasi untuk mengeliminir gejala/tanda. Teknik Maitland adalah spesifik. Philosophy Mc.Kenzie : gerakan yang repetitif digunakan untuk menghasilkan sentralisasi pain, dimana menghasilkan interpretasi sebagai sentralisasi diskus. Philosophy Kaltenborn : teknik manual terapi yang menekankan pada arthrokinematika, khususnya hubungan konkaf-konveks.Teknik ini sangat spesifik Philosophy Mulligan : memfasilitasi glide facet joint secara natural dengan membantu gerakan yang dilakukan pasien, dimana dilakukan dalam posisi weight bearing
  • 3. SEJARAH MULLIGANS TECHNIQUE Penemunya adalah Brian R. Mulligan FNZSP (Hon), Dip MT, di New Zealand pada tahun 1970-an. Kemudian, Brian R. Mulligan menemukan teknik mobilization with movement (MWM) pada tahun 1984 dan mengajarkan teknik tersebut pada tahun 1986 Konsep ini memiliki fondasi yang terbentuk dari prinsip Kaltenborns (1989) didalam mengembalikan komponen gerak asesoris dan gerak fisiologis. Mulligan menjelaskan bahwa cidera (injury) atau sprain dapat menyebabkan minor positional faults didalam sendi sehingga menyebabkan keterbatasan gerak fisiologis.
  • 4. MOBILISASI SPINE Hal yang terpenting dalam mobilisasi spine adalah bidang gerakan dari facet joint. Arah gerakan dari salah satu thrust adalah berkaitan dengan bidang gerakan facet joint khususnya saat digunakan teknik rotasi dan lateral fleksi. Konsep mobilisasi spine dalam Mulligan adalah mobilisasi selalu diaplikasikan dalam sudut yang paralel terhadap bidang pengobatan facet joint. Konsep mulligan mengikuti rule dari Freddy M. Kaltenborn dia menjelaskan bahwa bidang pengobatan selalu mengikuti permukaan konkafnya. Terbentuknya konsep Mulligan berdasarkan pada bidang pengobatan dari teori Kaltenborn Bidang pengobatan Kaltenborn terletak pada permukaan sendi yang konkaf.
  • 5. MOBILISASI SPINE Dalam Bidang pengobatan Kaltenborn, tetap mengacu pada permukaan sendi yang konkaf tanpa memperhatikan apakah partner sendi yang bergerak adalah konveks atau konkaf. Dalam konsep Mulligan, hampir seluruh mobilisasi spine dilakukan dalam posisi weight bearing.
  • 6. PRINSIP PENGOBATAN Selama pemeriksaan, terapis harus mengidentifikasi salah satu atau lebih tanda-tanda yang dibandingkan, yaitu hilangnya gerakan sendi, nyeri yang berkaitan dengan gerakan, atau nyeri yang berhubungan dengan aktivitas fungsional spesifik. Mobilisasi pasif gerak asesoris sendi diaplikasikan mengikuti prinsip Kaltenborn yakni paralel atau perpendikular terhadap bidang sendi sehingga glide asesoris harus bebas dari nyeri. Terapis harus selalu memonitor reaksi pasien untuk meyakinkan bahwa tidak ada nyeri yang ditimbulkan. Sementara melakukan glide asesoris yang terus menerus, pasien diminta untuk membandingkan tanda-tanda yang dirasakan.
  • 7. PRINSIP PENGOBATAN Kegagalan dalam perbaikan terhadap tanda/gejala menunjukkan bahwa terapis belum menemukan bidang pengobatan yang tepat, grade mobilisasi, segmen spinal yang tepat, atau teknik ini bukan indikasi. Keterbatasan gerak dan/atau nyeri gerak yang hebat atau keterbatasan aktivitas dilakukan berulang-ulang oleh pasien sementara terapis secara kontinyu mempertahankan glide asesoris yang tepat. Kemajuan yang lebih jauh sangat diharapkan saat dilakukan repetisi gerakan selama sesi pengobatan khususnya ketika diaplikasikan overpressure yang bebas nyeri. Pengobatan yang dilakukan sendiri (self-treatment) seringkali menggunakan prinsip mobilisasi dengan gerakan dan menggunakan taping adhesive sport dan/atau pasien melakukan usaha sendiri untuk menghasilkan komponen glide beserta gerakan aktif fisiologis.
  • 8. PRINSIP PENGOBATAN Nyeri selalu menjadi petunjuk dalam prosedur teknik ini. Keberhasilan dari teknik mobilisasi dengan gerakan harus memberikan perubahan tanda/gejala yang secara signifikan sehingga terjadi perbaikan fungsi selama aplikasi teknik ini. Konsep PILL Pain Free, Instant, Long Lasting Konsep CROCKS : C = Contraindication secara general, kontraindikasi MWM adalah inflamasi, infeksi, fraktur. R = Repetitions repetisi harus dilakukan selama MWM dengan gerakan yang bebas nyeri, yang akhirnya membangun dynamic natural, dalam MWM adalah 6 10 repetisi selama 3 set O = Overpressure untuk memperoleh gerakan yang maksimal (pemulihan gerak penuh) maka harus digunakan overpressure, dilakukan oleh pasien sendiri.
  • 9. PRINSIP PENGOBATAN C = Communication dan co-operation memberikan perintah yang jelas dengan bahasa yang mudah dan pasien harus kooperatif K = Knowledge terapis harus menguasai ilmu anatomi, biomekanik, dan positional faults. S = Sustain, Sense, Skill, Slow, Subtle Change. Keberhasilan teknik MWM harus memberikan penurunan nyeri pada comparable sign sementara secara signifikan memperbaiki fungsi selama aplikasi teknik kombinasi dengan self treatment yang menggunakan prinsip MWM & tape adhesive.
  • 10. POSITIONAL FAULT HYPOTHESIS Mulligan (1995) menjelaskan bahwa minor positional fault pada sendi dapat terjadi pasca injury atau strain yang menghasilkan keterbatasan gerak atau nyeri. Mobilisasi Mulligan dapat mengoreksi positional fault dan memulihkan sendi yang terbatas, memulihkan gerakan yang nyeri hebat menjadi gerakan yang bebas nyeri dan kembali ke full ROM. Positional fault dapat dikoreksi dengan MWM yang menghasilkan efek terhadap perbaikan gerak, menurunkan nyeri dan mengembalikan fungsi Arah MWM yang paling efektif terhadap positional fault adalah arah berlawanan dari positional fault. Mengukur adanya positional fault dapat terlihat dengan pemeriksaan radiologi
  • 11. POSITIONAL FAULT HYPOTHESIS Terdapat beberapa evidence based berdasarkan pemeriksaan radiologi tentang adanya positional fault, yaitu : Inferior tibiofibular joint : menurunnya jarak antara kedua malleolus Patellofemoral joint : meningkatnya sudut antara patella dan condylus tibia Glenohumeral joint : menurunnya jarak antara acromion dan caput humeri
  • 12. HAL-HALYANG PERLU DIPERHATIKAN POSISI PASIEN POSISITERAPIS POSISITANGAN TERAPIS TEKNIK MOBILISASINYA GERAK SENDIYANG DIHASILKAN OUTCOME
  • 13. KUNCI KEBERHASILAN TEKNIK 50% KEBERHASILAN ADALAH TEKNIK MOBILISASIYANGTEPAT 40% KEBERHASILAN ADALAH POSISITANGAN TERAPISYANG TEPAT 10% KEBERHASILAN ADALAH KEBIASAAN MELAKUKAN TEKNIK, REPETISI GERAKAN, FREKUENSI TERAPI CRITICAL POINT DARI TEKNIK MULLIGAN : KONTAK FORCE ARAH
  • 14. BIDANG PENGOBATAN CERVICAL Gaya glide harus dalam arah yang sama dengan gerak aktif. Arah glide adalah antero-cranial 45o. Glide dapat diaplikasikan diatas proc.spinosus dan proc.transversus. Perubahan kurva (gerakan) melibatkan perubahan arah glide.
  • 15. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL NAGs (Natural Apophyseal Glides) : Mobilisasi pasif oscillatory yang diaplikasikan pada cervical dan upper thoracal (C2 Th3) Menggerakkan segmen vertebra superior kearah anterocranial (45o) terhadap segmen vertebra inferior yang terfiksir Teknik ini harus pain-free Tidak ada MWM Traksi dapat diaplikasikan jika dibutuhkan Dilakukan dalam posisi weight bearing dan khususnya teknik ini diaplikasikan dalam Mid- Range sampai End-Range.
  • 16. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL Prosedur Pelaksanaan NAGs (Natural Apophyseal Glides) : Posisi pasien duduk, dengan kepala pasien dipeluk melalui axilla fisioterapis Terapis berdiri pada sisi antero-lateral dari pasien Mobilisasi : middle phalanx jari ke-5 fisioterapis diletakkan pada proc.spinosus, dan diperkuat oleh thenar eminence pada sisi ibu jari untuk memberikan glide kearah antero-cranial (bidang facet joint) Start palpasi dibawah segmen untuk aplikasi NAGs Mengambil posisi relaksasi pada jaringan lunak Ketika nyeri terjadi, ubah sudut glide 5 10 kali repetisi, 2 set
  • 18. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL Indikasi NAGs (Natural Apophyseal Glides) : Acute neck pain Neck pain pada populasi usia tua Tidak ada kondisi iritabilitas Keterbatasan gerak multidirectional Penurunan nyeri pasca pengobatan Pertimbangan lainnya : lakukan tes iritabilitas
  • 19. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL Indikasi NAGs unilateral : Ketika central NAGs menimbulkan nyeri Keluhan unilateral pain atau dysfunction facet joint unilateral Nyeri tekan pada processus spinosus
  • 20. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL Prosedur Pelaksanaan Reverse NAGs (Natural Apophyseal Glides) : Posisi pasien duduk, tanpa sanggahan lengan Terapis berdiri pada lebih ke lateral dari pasien Mobilisasi : fleksi interphalangeal joint jari ke-2 dan ekstensi interphalangeal joint ibu jari sehingga membentuk huruf V, memberikan glide kearah antero-cranial (bidang facet joint), fleksi jari-jari tangan lainnya Diaplikasikan pada cervicothoracic joint (C7 Th1) dan upper thoracal Dianjurkan variasi unilateral Untuk meminimalkan nyeri tekan, gunakan foam pad 5 10 kali repetisi, 2 set
  • 21. BentukTangan pada Reverse NAGs Reverse NAGs pada upper thoracal
  • 22. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL Indikasi Reverse NAGs (Natural Apophyseal Glides) : Nyeri gerak akhir ROM cervical Postural dysfunction : forward head posture dengan upper trapezius pain Degeneratif lower cervical atau upper thoracal spine Dikombinasikan dengan chin retraction exercise
  • 23. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL SNAGs (Sustained Natural Apophyseal Glides) : SNAGs = MWM, yaitu gerak pasif asesori (glides) secara terus menerus yang dikombinasikan dengan gerak fisologis aktif Posisi weight bearing Gerak fisiologisnya adalah fleksi, ekstensi, lateral fleksi (L/R), rotasi (L/R) Perhatian : Untuk fleksi dan ekstensi seringkali memerlukan teknik sentral SNAGs Untuk lateral fleksi dan rotasi akan menghasilkan respon yang lebih baik jika diaplikasikan unilateral SNAGs Dipertahankan 2 detik pada akhir gerakan
  • 24. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL Prosedur Pelaksanaan SNAGs (Sustained Natural Apophyseal Glides) : Grip : sisi medial dari tangan kontak tepat pada vertebra, sisi palmar ibu jari tepat diatas sisi lateral tangan kontak, jari-jari lainnya menstabilisasi lateral cervical atau pipi pasien (bergantung pada level/ukuran tangan) Kontak : sentral SNAGs pada proc.spinosus, unilateral SNAGs pada pilar articular (facet joint) Lokasi : seluruh segmen spinal Arah gerakan : antero-cranial (45o tetapi bisa bervariasi), paralel terhadap bidang pengobatan Aplikasi gaya dari Mid-Range sampai End-Range Overpressure oleh pasien, untuk ekstensi menggunakan berat kepala Repetisi 6 10 kali, 3 set bahkan sampai 10 set Jika nyeri, stop gerakan dan kembali ke posisi awal
  • 25. SNAGs untuk perbaikan extensi SNAGs untuk perbaikan fleksi
  • 26. SNAGs untuk perbaikan lateral fleksi SNAGs untuk perbaikan rotasi
  • 27. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL Hambatan dari SNAGs (Sustained Natural Apophyseal Glides) : Jika gejala-gejala belum mengalami perubahan setelah aplikasi MWM, hal ini dapat disebabkan oleh pemilihan segmen sendi yang kurang tepat, pemilihan teknik yang kurang tepat, handling skill yang jelek, arah gerakan dan gaya yang salah, dan komunikasi yang jelek SNAGs self treatment : Extensi Lateral fleksi Rotasi
  • 28. SNAGs self extensi SNAGs self lateral fleksi
  • 30. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL Prosedur Pelaksanaan Fist Traction (self treatment) : Kepalan tangan diletakkan dibawah dagu Tangan yang lain menarik ke depan menggunakan fulcrum kepalan tangan Gunakan handuk di atas sternum untuk bantalan jika dibutuhkan Sudut tarikan bisa bervariasi (oblique ke kanan/kiri) sehingga terjadi stretch pada bagian dorsal cervical Dipertahankan 10 detik dengan 3 set Note : digunakan sebagai self treatment untuk reverse headache SNAGs
  • 32. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL Indikasi Fist Traction (self treatment) : Keterbatasan fleksi cervical Nyeri saat Mid Range sampai End Range fleksi cervical Kaku pada lower cervical dan/atau upper thoracal Prosedur Pelaksanaan Cervical BeltTraction : Grip : posisi jari ke3 dan jari ke4 kedua tangan fisioterapis berada didalam belt dan membentuk celah diantara jari-jari tangan untuk proc.spinosus Posisi belt : mengubah tinggi/panjang belt sampai disekitar badan fisioterapis Durasi : lakukan traksi yang dipertahankan selama 10 detik Indikasi : disc problem, dimana tidak menimbulkan respon saat aplikasi mobilisasi