Teks tersebut memberikan penjelasan tentang pola gerak scapula dan pelvis dalam PNF. Terdapat penjelasan tentang anatomi, fungsi, dan prosedur latihan dasar pola gerak diagonal scapula dan pelvis untuk tujuan terapeutik seperti meningkatkan gerakan dan stabilitas.
1. Dokumen tersebut merangkum teknik pengobatan PNF lengan yang meliputi empat pola gerakan dasar lengan dan variasinya.
2. Pola gerakan dasar lengan terdiri dari fleksi/adduksi/rotasi lateral dan ekstensi/abduksi/rotasi medial dengan posisi siku lurus atau fleksi/ekstensi.
3. Teknik terapis meliputi posisi dan pegangan tangan untuk memfasilitasi gerakan lengan secara halus menggunakan berat
Teks tersebut membahas tentang ultrasound therapy, termasuk penjelasan tentang gelombang suara, propagasi gelombang melalui medium, efek termal dan non-termal, serta dosimetri penggunaan ultrasound.
Teknik-teknik PNF merangkum berbagai metode fasilitasi gerakan yang digunakan dalam terapi latihan untuk meningkatkan fungsi dan struktur tubuh serta aktivitas harian. Beberapa teknik utama meliputi rhythmic initiation, agonistic reversal, contract-relax, dan hold-relax yang melibatkan kontraksi otot agonis dan antagonis untuk memperpanjang otot dan meningkatkan rentang gerak sendi.
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)aditya romadhon
Ìý
PNF adalah konsep terapi yang memberikan fasilitasi sistem neuromuscular melalui proprioceptive untuk memperbaiki fungsi motorik. PNF melibatkan stimulasi saraf sensoris proprioceptive dengan pemberian tahanan, traksi, atau aproksimasi untuk memfasilitasi kontraksi otot dan memperbaiki pola gerakan normal. PNF juga melibatkan irradiation untuk memfasilitasi kontraksi otot yang terkait.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Teknik Mulligan menggunakan mobilisasi dengan gerakan untuk memfasilitasi glide sendi secara alami dan membantu pemulihan gerakan.
2. Konsep ini didasarkan pada teori Kaltenborn tentang bidang pengobatan sendi dan berfokus pada koreksi kesalahan posisi sendi minor.
3. Teknik utama termasuk NAGs, SNAGs, dan self-treatment menggunakan prinsip mobilisasi dengan ger
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep anatomi dan biomekanika vertebra, termasuk struktur, kurva, segmen gerak, dan gerakan vertebra.
2. Terdapat 33 tulang vertebra yang membentuk 5 regio dan beberapa kurva, serta terdiri dari anterior dan posterior pillar.
3. Gerakan vertebra terjadi dalam 3 bidang yaitu fleksi-ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi di sekitar 3 sumbu gerak.
Dokumen tersebut membahas tentang trigger points, yaitu titik-titik pemicu nyeri pada otot yang disebabkan oleh hiperiritasi akibat taut band. Trigger points ditandai dengan nyeri tekan atau kontraksi otot dan dapat ditemukan nodules. Stimulasi trigger points dengan listrik bertujuan merangsang serat saraf nyeri untuk memutus siklus nyeri-spasme otot dan memulihkan regulasi nyeri secara alami.
Dokumen tersebut membahas anatomi kaki dan pergelangan kaki, meliputi struktur tulang, sendi, otot, dan fungsi-fungsi utama kaki seperti sebagai penyerap gaya dorong, penopang keseimbangan, dan penyesuaian permukaan tanah yang tidak rata. Juga dibahas mengenai lengkungan kaki, gerakan pergelangan kaki dan sendi-sendinya.
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cervical root syndrome di Klinik Asya Mojokerto meliputi pemberian TENS, mobilisasi saraf, dan dry needling untuk meringankan nyeri dan spasme otot serta meningkatkan fungsi gerak.
Cryotherapy atau terapi dingin digunakan untuk mengobati berbagai gangguan kesehatan dengan cara menggunakan suhu dingin. Terapi dingin dapat menurunkan peradangan, edema, nyeri, dan spasme otot. Beberapa metode terapi dingin meliputi pemberian es, ice massage, mandi air dingin, dan semprotan dingin. Terapi dingin umumnya diberikan pada 24-48 jam pertama setelah cedera untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
Dokumen tersebut memberikan prosedur pengujian otot leher, bahu, siku, pergelangan tangan dan tangan menggunakan skala grading 1-5 dengan manual muscle testing. Terdapat enam belas tes otot yang mencakup fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi dan lainnya untuk setiap bagian tubuh.
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicVertilia Desy
Ìý
Makalah ini membahas tentang penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastik quadriplegik. Secara ringkas, makalah ini menjelaskan definisi cerebral palsy dan anatomi serta fisiologi otak, kemudian menjelaskan penatalaksanaan fisioterapi untuk gangguan gerak, postur, dan ambulasi yang dialami pasien cerebral palsy spastik quadriplegik.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang delapan pola gerakan dasar untuk tungkai bawah. Pola-pola tersebut mencakup kombinasi gerakan fleksi, ekstensi, rotasi, dan gerakan sendi-sendi lutut dan pergelangan kaki. Dokumen ini juga menjelaskan posisi awal dan arah gerakan untuk masing-masing pola gerakan dasar.
Strength Duration Curve (SDC) adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara amplitudo dan durasi stimulasi listrik terhadap eksitabilitas serat saraf. SDC digunakan untuk mengetahui kondisi inervasi otot dengan melihat nilai-nilai seperti rheobase, chronaxie, dan accommodation quotient. Nilai-nilai tersebut bergeser jika terjadi gangguan inervasi otot.
1. Dokumen tersebut membahas kontraindikasi dan indikasi terapi TENS, infrared, ultrasound, dan MWD. Kontraindikasi umum meliputi kelainan kulit, tumor, dan gangguan sirkulasi darah. Indikasi terapinya meliputi pengobatan nyeri, kekakuan otot, dan peradangan.
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus spinal cord injury incomplit ais b sl ...Tri Aviyanto
Ìý
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan fisioterapi pada pasien yang mengalami spinal cord injury akibat spondilitis TB pada C5-C6.
2. Dibahas pula gangguan yang mungkin timbul seperti gangguan sensorik, motorik, vegetatif, ADL, dan mobilisasi.
3. Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui proses penatalaksanaan fisioterapi yang tepat untuk men
Dokumen tersebut membahas berbagai posisi pasien yang umum digunakan dalam perawatan, termasuk tujuan, alat bantu, dan masalah yang mungkin timbul dari masing-masing posisi seperti Sims, Fowler, dan posisi miring.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Teknik Mulligan menggunakan mobilisasi dengan gerakan untuk memfasilitasi glide sendi secara alami dan membantu pemulihan gerakan.
2. Konsep ini didasarkan pada teori Kaltenborn tentang bidang pengobatan sendi dan berfokus pada koreksi kesalahan posisi sendi minor.
3. Teknik utama termasuk NAGs, SNAGs, dan self-treatment menggunakan prinsip mobilisasi dengan ger
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep anatomi dan biomekanika vertebra, termasuk struktur, kurva, segmen gerak, dan gerakan vertebra.
2. Terdapat 33 tulang vertebra yang membentuk 5 regio dan beberapa kurva, serta terdiri dari anterior dan posterior pillar.
3. Gerakan vertebra terjadi dalam 3 bidang yaitu fleksi-ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi di sekitar 3 sumbu gerak.
Dokumen tersebut membahas tentang trigger points, yaitu titik-titik pemicu nyeri pada otot yang disebabkan oleh hiperiritasi akibat taut band. Trigger points ditandai dengan nyeri tekan atau kontraksi otot dan dapat ditemukan nodules. Stimulasi trigger points dengan listrik bertujuan merangsang serat saraf nyeri untuk memutus siklus nyeri-spasme otot dan memulihkan regulasi nyeri secara alami.
Dokumen tersebut membahas anatomi kaki dan pergelangan kaki, meliputi struktur tulang, sendi, otot, dan fungsi-fungsi utama kaki seperti sebagai penyerap gaya dorong, penopang keseimbangan, dan penyesuaian permukaan tanah yang tidak rata. Juga dibahas mengenai lengkungan kaki, gerakan pergelangan kaki dan sendi-sendinya.
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cervical root syndrome di Klinik Asya Mojokerto meliputi pemberian TENS, mobilisasi saraf, dan dry needling untuk meringankan nyeri dan spasme otot serta meningkatkan fungsi gerak.
Cryotherapy atau terapi dingin digunakan untuk mengobati berbagai gangguan kesehatan dengan cara menggunakan suhu dingin. Terapi dingin dapat menurunkan peradangan, edema, nyeri, dan spasme otot. Beberapa metode terapi dingin meliputi pemberian es, ice massage, mandi air dingin, dan semprotan dingin. Terapi dingin umumnya diberikan pada 24-48 jam pertama setelah cedera untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
Dokumen tersebut memberikan prosedur pengujian otot leher, bahu, siku, pergelangan tangan dan tangan menggunakan skala grading 1-5 dengan manual muscle testing. Terdapat enam belas tes otot yang mencakup fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi dan lainnya untuk setiap bagian tubuh.
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicVertilia Desy
Ìý
Makalah ini membahas tentang penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastik quadriplegik. Secara ringkas, makalah ini menjelaskan definisi cerebral palsy dan anatomi serta fisiologi otak, kemudian menjelaskan penatalaksanaan fisioterapi untuk gangguan gerak, postur, dan ambulasi yang dialami pasien cerebral palsy spastik quadriplegik.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang delapan pola gerakan dasar untuk tungkai bawah. Pola-pola tersebut mencakup kombinasi gerakan fleksi, ekstensi, rotasi, dan gerakan sendi-sendi lutut dan pergelangan kaki. Dokumen ini juga menjelaskan posisi awal dan arah gerakan untuk masing-masing pola gerakan dasar.
Strength Duration Curve (SDC) adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara amplitudo dan durasi stimulasi listrik terhadap eksitabilitas serat saraf. SDC digunakan untuk mengetahui kondisi inervasi otot dengan melihat nilai-nilai seperti rheobase, chronaxie, dan accommodation quotient. Nilai-nilai tersebut bergeser jika terjadi gangguan inervasi otot.
1. Dokumen tersebut membahas kontraindikasi dan indikasi terapi TENS, infrared, ultrasound, dan MWD. Kontraindikasi umum meliputi kelainan kulit, tumor, dan gangguan sirkulasi darah. Indikasi terapinya meliputi pengobatan nyeri, kekakuan otot, dan peradangan.
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus spinal cord injury incomplit ais b sl ...Tri Aviyanto
Ìý
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan fisioterapi pada pasien yang mengalami spinal cord injury akibat spondilitis TB pada C5-C6.
2. Dibahas pula gangguan yang mungkin timbul seperti gangguan sensorik, motorik, vegetatif, ADL, dan mobilisasi.
3. Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui proses penatalaksanaan fisioterapi yang tepat untuk men
Dokumen tersebut membahas berbagai posisi pasien yang umum digunakan dalam perawatan, termasuk tujuan, alat bantu, dan masalah yang mungkin timbul dari masing-masing posisi seperti Sims, Fowler, dan posisi miring.
1. Dokumen tersebut membahas tentang mekanika tubuh yang mencakup pengertian, unsur-unsurnya, prinsip dan pergerakan dasar, faktor yang mempengaruhinya, serta sistem tubuh dan konsekuensi buruk mekanika tubuh yang buruk.
Dokumen tersebut memberikan analisis mengenai keterangan, huraiann dan pola-pola pergerakan keterampilan gulungan belakang dalam seni gimnastik. Ia menjelaskan teknik pelaksanaan gulungan belakang termasuk kedudukan berdiri, pengendalian tubuh, otot-otot utama yang terlibat dan latihan asas untuk meningkatkan kemahiran tersebut.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Gait analysis atau analisis gait merupakan studi mengenai pola berjalan manusia yang mencakup fase-fasenya seperti fase berdiri, mengayun, dukungan ganda, serta faktor-faktor penyebabnya seperti otot dan neurologis. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai jenis gait yang abnormal akibat kelainan medis tertentu.
MAKALAH PENDIDIKAN JASMANI TENTANG SENAM LANTAIEman Syukur
Ìý
ini merupakan sebuah contoh makalah sederhana pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani khususnya tentang olahraga senam lantai. sangat membantu siswa, khususnya siswa SMA dalam mempelajari dasar-dasar dan ketentuan dalam senam lantai.
semoga bermanfaat
Dokumen tersebut membahas tentang mekanik badan dan cara mengangkat serta memindahkan pasien dengan cara yang aman dan efektif. Prinsip-prinsip mekanik badan mencakup pemeliharaan postur tubuh yang stabil, pusat gravitasi rendah, dan penggunaan otot besar. Dokumen tersebut juga menjelaskan teknik-teknik mengangkat dan memindahkan pasien antara tempat tidur, kursi roda, dan lokasi kecelakaan dengan menggun
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan jenis-jenis senam lantai yang meliputi gerakan rol depan, rol belakang, lompat harimau, berdiri dengan kepala, berdiri atas tangan, dan meroda. Senam lantai adalah senam yang dilakukan di atas lantai atau permadani tanpa menggunakan alat.
Pusat Permainan Game Tradisional Bermain Suwit Online Link Situs IDN Live Cas...bijigandum5454
Ìý
DAFTAR KETIK DI GOOGLE >> TRANSTOGEL <<
Casino adalah sebuah situs taruhan live casino online uang asli terbaik dan terpercaya tahun 2025. Bagi ada yang tertarik untuk bermain permainan di stasiun online, tentu sekarang bisa bergabung bersama pilihan situs agen taruhan Casino yang resmi dan terpercaya di Indonesia. Diantaranya yaitu di mana anda menjadi pemain bisa langsung bergabung bersama situs online live Casino. Di sini kami menghadirkan terhadap variasi pada agen baccarat yang pertaruhan menuju di online lengkap mulai dari taruhan baccarat online, taruhan rolet online, taruhan dadu online dan banyak lagi variasi games online lainnya tersedia.
Casino Online sendiri Memang jadi pilihan game yang cukup ramai dan banyak peminatnya saat ini terutama Indonesia. Banyak sekali para pecinta taruhan Indonesia yang tertarik untuk mencoba bermain di dan memainkan permainan taruhan casino online tersebut. Apalagi sistem mainnya Sekarang sudah menggunakan sistem main online live Casino online secara streaming. Siapapun kemudian bisa memainkan permainan taruhan game rolet online, taruhan baccarat, dan lain sebagainya menggunakan smartphone ataupun juga komputer laptop. Sistem permainannya sendiri saat ini kemudian juga hadir secara terintegrasi menggunakan satu user ID.
Daftar akun satu kali, anda sudah bisa menikmati ragam variasi Permainan mulai dari baccarat online terpercaya uang asli, rolet online terpercaya, sicbo dan banyak lagi lainnya.
Casino hadir di Indonesia sebagai rekomendasi dari pilihan agen taruhan baccarat terpercaya yang memiliki lisensi dan juga legalitas resmi. Cara player bisa menikmati dan mencoba ragam variasi permainan game baccarat Casino jaminan 100% pasti membayar jika menang. Selain itu juga kami tawarkan ada variasi permainan game lainnya termasuk juga permainan game rolet online yang mudah dalam hal transaksi. Pemain bisa melakukan proses deposit melalui situs agen taruhan baccarat dan juga situs rolet online menggunakan berbagai metode. Menggunakan suatu metode transaksi taruhan rolet online atau agen baccarat yang menggunakan satu akun atau satu user ID.
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGITANGKI4D
Ìý
Bagi kalian yang ingin mendapatkan kemenangan situs slot bonus kami merupakan saran terbaik buat kalian, hanya mengunakan modal rendah & penyedia bonus terbaik sepanjang masa
follow semua dan claim bonus dari kami #Tangki4dexclusive #tangki4dlink #tangki4dvip #bandarsbobet #idpro2025 #stargamingasia #situsjitu #jppragmaticplay #scatternagahitam
2. Introduksi
• Pelvic girdle dan shoulder girdle tidak sama dalam fungsinya, berkaitan dengan stabilisasi
dan gerakan ekstremitas.
• Pada shoulder girdle, scapula dan clavicula bekerja bersamaan sebagai satu unit.
• Support utama scapula adalah otot-otot yang melekat dari trunk ke scapula.
• Pola scapula yang bersifat gerakan atau stabilisasi dapat diaktivasi dari pola upper
extremitas yang terintegrasi dengan gerakan scapula secara bersamaan.
• Pelvic girdle, terdiri dari sacrum dan tulang innominate atau coxa (ilium) ïƒ secara
langsung melekat pada spine dan sebagian besar bergantung pada vertebral support.
• Dalam fungsinya, shoulder girdle tidak termasuk kedalam struktur weight-bearing
sedangkan pelvic girdle termasuk kedalam struktur weight-bearing.
3. Introduksi
• Pola pelvic umumnya berhubungan dengan pola lower extremity namun tidak selalu
fungsinya mengikuti pola lower extremity karena pelvic sebenarnya terpisah dalam
fungsinya.
• Sacrum merupakan perpanjangan dari lumbal spine sehingga fungsinya sesuai dengan
fungsi spine.
• Sacrum hanya terlibat dalam fungsi lower extremity sebagai perpanjangan dari
innominate ïƒ tulang innominate merupakan perpanjangan dari lower extremity dan
bergerak efisien secara bersamaan dengan komponen lower extremity.
• Sacroiliaca joint merupakan transisi antara axial skeleton dan lower extremity ïƒ oleh
karena itu, pola pelvic secara langsung melibatkan sacrum sampai lumbal spine sementara
pola lower extremity dapat melibatkan pelvic girdle melalui innominate ïƒ sehingga
sacrum memiliki peran fungsional dalam pola pelvic.
4. Aplikasi
• Latihan pada scapula dan pelvis adalah penting untuk pengobatan pada neck, trunk, dan
extremitas.
• Otot-otot scapula dapat mengontrol atau mempengaruhi fungsi cervical dan thoracal
spine.
• Fungsi upper extremity yang tepat memerlukan gerakan dan stabilitas scapula.
• Gerakan dan stabilitas pelvis diperlukan untuk fungsi trunk dan lower extremity yang
tepat.
• Latihan scapula memiliki tujuan terapeutik yaitu :
• Latihan scapula secara independen untuk gerakan dan stabilitas.
• Latihan otot-otot scapula melalui penggunaan timing for emphasis dan tahanan pada scapula
untuk fasilitasi.
5. Aplikasi
• Latihan scapula memiliki tujuan terapeutik yaitu :
• Latihan aktivitas fungsional seperti rolling
• Fasilitasi gerak dan stabilitas cervical (dengan menahan gerak scapula dan stabilisasi, karena
scapula dan neck saling memperkuat satu sama lain).
• Fasilitasi gerak dan stabilitas lengan (dengan menahan gerak scapula dan stabilisasi, karena
otot scapula dan otot lengan saling memperkuat satu sama lain).
• Mengobati lower trunk secara tidak langsung melalui gerak irradiasi.
• Latihan pelvis memiliki tujuan terapeutik yaitu :
• Latihan pelvis untuk gerak dan stabilitas
• Fasilitasi gerak dan stabilitas trunk
• Latihan aktivitas fungsional seperti rolling
• Fasilitas gerak dan stabilitas tungkai
• Mengobati upper trunk dan regio cervical secara tidak langsung melalui gerak irradiasi.
6. Prosedur Dasar
• Pola scapula dan pelvis terjadi dalam 2 diagonal yaitu : anterior elevation-posterior
depression dan posterior elevasi-anterior depression.
• Gerakan dalam diagonal tersebut membentuk arkus gerak yang mengikuti kurva torso
pasien ïƒ ketika scapula atau pelvis digerakkan dalam diagonal, pasien tidak akan
berputar ke depan atau ke belakang atau berotasi disekitar 1 segmen spinal.
• Jika diimajinasikan dengan jam maka anterior elevation kearah jam 1 dan posterior
depression kearah jam 7, sedangkan posterior elevation kearah jam 11 dan anterior
depression kearah jam 5.
A. Gerak Diagonal
8. Prosedur Dasar
• Dalam aplikasi pola scapula dan pelvis, digunakan posisi pasien side-lying.
• Prosedur pelaksanaan mulai dari pasien stabil dalam posisi side-lying, dibutuhkan fleksi
pada kedua hip dan knee untuk memperoleh hasil yang optimal, punggung pasien
diposisikan dekat dengan pinggir bed, vertebra dipertahankan dalam alignment normal
serta kepala dan leher dalam posisi senetral mungkin (bukan fleksi atau ekstensi), kepala
disanggah agar segaris dengan vertebra untuk menghindari lateral fleksi.
• Sebelum memulai pola, letakkan scapula atau pelvis dalam mid-posisi, tidak boleh terjadi
rotasi scapula dan glenohumeral complex harus berada dalam midline anteroposterior.
• Pelvis harus dalam posisi midline, antara posisi anterior dan posterior tilt, dapat
menggunakan bantal antara kedua knee ketika pelvis dirotasikan.
• Dari midline posisi, scapula atau pelvis dapat digerakkan kedalam pola lingkup elongasi.
B. Posisi Pasien
9. Prosedur Dasar
• Terapis berdiri dibelakang pasien, segaris dengan garis diagonal scapula atau pelvis
dengan kedua lengan dan tangan align dengan gerakan.
• Posisi alternatif adalah terapis berada di depan pasien yang segaris dengan pilihan
diagonal gerakan, peletakan tangan tetap sama pada tubuh pasien.
• Pola scapula dan pelvis juga dapat dilakukan dengan posisi pasien tidur di atas matras,
tetapi terapis harus kneeling diatas matras dengan posisi di depan atau di belakang pasien.
C. Posisi Terapis
10. Prosedur Dasar
• Grip mengikuti prosedur dasar PNF untuk manual contact, dimana diletakkan dalam arah
berlawanan dari gerakan.
• Dalam aplikasi pola scapula atau pelvis, digunakan two-hand grips ketika pasien side
lying dan terapis berdiri di belakang pasien.
• Two-hand grip dapat dimodifikasi ketika posisi terapis atau pasien berubah, dan beberapa
modifikasi juga dibutuhkan ketika terapis hanya menggunakan satu tangan sementara
tangan lain mengontrol pola lain (pada extremitas).
D. Grips
11. Prosedur Dasar
• Arah tahanan membentuk suatu arkus yang mengikuti kontur tubuh pasien.
• Sudut kedua tangan dan lengan dapat berubah pada saat scapula atau pelvis bergerak
melalui arkus gerak diagonal, dimana arah tahanan berubah secara konstan.
E. Resistance
12. Diagonal Scapula
• Pola scapula dapat dilakukan dengan posisi side lying diatas bed, matras, duduk, atau
berdiri.
• Humerus harus bebas bergerak pada saat scapula bergerak.
• Posisi side lying dapat memberikan kebebasan gerak scapula dan mudah melakukan
reinforcement aktivitas trunk.
• Komponen otot utama yang dapat diaktivasi adalah :
• Anterior elevation ïƒ levator scapula, rhomboid, serratus anterior, upper trapezius.
• Posterior depression ïƒ serratus anterior (bagian lower), rhomboid, latissimus dorsi, lower
trapezius.
• Posterior elevation ïƒ trapezius, levator scapula
• Anterior depression ïƒ rhomboid, serratus anterior, pectoralis minor dan major.
13. Pola anterior elevation
• Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap kearah kepala pasien.
• Dalam aktivitas fungsional, pola anterior elevation dapat memfasilitasi rolling ke depan,
mencapai objek di depan tubuh, dan fase yang berhubungan dengan gait yaitu fase
terminal stance pada sisi ipsilateral dan fase swing pada sisi kontralateral.
• Posisi grip adalah letakkan satu tangan pada bagian anterior glenohumeral joint dan
acromion membentuk cup, sedangkan tangan lain di atas tangan pertama, kontak terjadi
pada jari-jari tangan bukan palmar tangan.
• Tarik scapula ke bawah dan belakang kearah lower thoracal (posterior depression) dengan
angulus inferior berotasi kearah spine untuk menciptakan posisi elongasi.
• Gerakkan scapula ke atas dan depan yang segaris dengan kira-kira hidung pasien, angulus
inferior scapula bergerak jauh dari spine.
• Garis tahanan membentuk arkus mengikuti kurva tubuh pasien, akhir pola acromion
mendekati hidung pasien dan angulus inferior bergerak menjauhi spine.
16. Pola posterior depression
• Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap kearah kepala pasien.
• Dalam aktivitas fungsional, pola posterior depression dapat mengaktivasi ekstensi trunk,
rolling ke belakang, menggunakan kruk sementara berjalan dan mendorong ke atas
dengan trunk lurus, ketika pasien bergerak dari kursi roda ke bed.
• Posisi grip adalah letakkan tumit tangan sepanjang margo vertebralis scapula, jari-jari
tangan berada di atas scapula kearah acromion.
• Dorong scapula ke atas dan depan (anterior elevation) dengan angulus inferior bergerak
menjauhi spine sampai merasakan adanya ketegangan pada otot-otot posterior di bawah
spina scapula.
• Gerakkan scapula ke bawah (caudal) dan belakang (adduksi), kearah lower thoracal
dengan angulus inferior scapula berotasi kearah spine.
• Arah tahanan membentuk arkus mengikuti kurva tubuh pasien, posisi akhir adalah scapula
depresi dan retraksi.
19. Pola anterior depression
• Terapis berdiri di belakang kepala pasien, menghadap kearah bokong/hip pasien.
• Dalam aktivitas fungsional, pola ini dapat memfasilitasi rolling ke depan, mencapai objek
ke depan, melempar bola dalam aktivitas olahraga, mencapai ke bawah (kearah kaki)
untuk melepas kaos kaki dan sepatu.
• Posisi grip adalah letakkan satu tangan pada bagian posterior dengan jari-jari tangan
memegang margo lateralis scapula, tangan yang lain pada bagian anterior memegang pars
axillaris pectoralis major dan processus coracoideus, jari-jari tangan menghadap kearah
ilium sisi kontralateral.
• Posisi elongasi : angkat scapula ke atas dan belakang kearah middle dorsal kepala
(posterior elevation).
• Gerakkan scapula ke bawah (caudal) dan depan, segaris dengan crista iliaca anterior
kontralateral.
• Arah tahanan mengikuti kurva tubuh pasien, posisi akhir adalah scapula berotasi ke
depan, depressi, dan abduksi.
22. Pola posterior elevation
• Terapis berdiri di belakang kepala pasien, menghadap kearah bokong/hip pasien.
• Dalam aktivitas fungsional, pola ini dapat memfasilitasi gerakan ke belakang, meraih
keluar sebelum melempar sesuatu, dan mengambil/meletakkan kemeja.
• Posisi grip adalah letakkan kedua tangan pada bagian posterior di atas upper trapezius
tepatnya di atas spina scapula.
• Posisi elongasi adalah gerakkan scapula ke bawah dan depan kearah ilium kontralateral
(anterior depression) dengan angulus inferior bergerak kearah spine sampai merasakan
upper trapezius tegang.
• Gerakkan scapula ke cranial (angkat bahu) dan belakang (adduksi) yang segaris dengan
middle puncak kepala pasien dimana angulus inferior berotasi menjauhi spine.
• Arah tahanan mengikuti kurva tubuh pasien, posisi akhir adalah scapula elevasi dan
adduksi.
25. Diagonal Pelvis
• Pelvis merupakan bagian dari trunk sehingga lingkup gerak pola pelvic bergantung pada
besarnya gerakan lower spine.
• Pola pelvis dapat diobati terisolir dari trunk jika tidak ada peningkatan fleksi atau ekstensi
lumbal yang besar ïƒ namun secara biomekanis tidak mungkin terjadi gerakan pelvis
tanpa gerak spine karena pelvic memiliki hubungan biomekanik dengan spine
• Pola pelvis dapat dilakukan dengan pasien side lying, duduk, quadruped, atau berdiri.
• Posisi side lying memberikan gerak bebas pelvis dimana sisi pelvis yang bergerak harus
tidak weight-bearing dan dengan mudah memberikan reinforcement aktivitas trunk dan
lower extremitas.
• Komponen otot yang utamanya terlibat adalah :
• Anterior elevation ïƒ otot internal dan external oblique abdominal
• Posterior depression ïƒ otot internal dan external oblique abdominal sisi kontralateral
26. Diagonal Pelvis
• Komponen otot yang utamanya terlibat adalah :
• Posterior elevation ïƒ otot quadratus lumborum ipsilateral, latissimus dorsi ipsilateral,
iliocostalis lumborum dan longissimus thoracis
• Anterior depression ïƒ otot quadratus lumborum kontralateral, iliocostalis lumborum, dan
longissimus thoracis.
27. Pola anterior elevation
• Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap ke atas kearah shoulder pasien sisi bawah.
• Dalam aktivitas fungsional, pola ini terlihat sebagai bagian dari fase swing dalam gait dan
rolling ke depan.
• Posisi grip adalah letakkan satu tangan disekitar crista iliaca tepatnya pada bagian
anterior, sedangkan tangan lainnya diatas tangan pertama.
• Posisi elongasi adalah tarik crista iliaca ke belakang – bawah dalam arah posterior
depression.
• Pelvis bergerak ke atas – depan dengan posterior tilt yang kecil untuk mengikuti arkus
gerak, terjadi pemendekan anterior dari trunk pada satu sisi (lateral fleksi) dan
pemanjangan sisi kontralateral.
• Garis tahanan mengikuti kurva tubuh pasien, posisi akhir adalah pelvis elevasi dan
anterior kearah lower shoulder dengan sedikit peningkatan posterior tilt.
30. Pola posterior depression
• Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap ke atas kearah shoulder pasien sisi bawah.
• Dalam aktivitas fungsional, pola ini terlihat sebagai bagian dari fase terminal stance dalam
gait, melompat, berjalan menaiki tangga.
• Posisi grip adalah letakkan tumit tangan di atas tuberositas ischial, sedangkan tangan
lainnya diatas tangan pertama.
• Posisi elongasi adalah dorong tuberositas ischial ke atas – depan untuk membawa crista
iliaca mendekati sangkar thoraks sisi kontralateral (anterior elevation).
• Pelvis bergerak ke bawah – belakang mengikuti arkus gerak, terjadi elongasi trunk sisi
ipsilateral tanpa perubahan lordosis lumbal.
• Tahanan selalu ke atas pada tuberositas ischial, posisi akhir adalah pelvis ke bawah dan
posterior dengan sedikit peningkatan anterior tilt.
33. Pola anterior depression
• Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap kearah garis sekitar 25o fleksi tungkai
bawah.
• Dalam aktivitas fungsional, pola ini terlihat dalam aktivitas eksentrik (seperti menuruni
tangga, terminal swing, loading respons).
• Ada empat posisi grip dalam pola ini yaitu :
• Letakkan satu tangan di trochanter major dan tangan yang lain di atas tangan pertama.
• Letakkan tangan kanan diatas spina iliaca anterior inferior dan tangan kiri diatas knee pasien,
gerakkan tungkai pasien sampai femur dalam garis pola (sekitar 20o fleksi hip).
• Letakkan satu tangan diatas spina iliaca anterior dengan jari-jari sedikit fleksi dan tangan yang
lain diatas tangan pertama.
• Letakkan satu tangan pada bagian anterior spina iliaca dan tangan yang lain sisi ulnar
diletakkan pada tuberositas ischial, posisi tungkai atas dalam external rotasi untuk memperoleh
arkus gerak yang tepat.
37. Pola anterior depression
• Posisi elongasi adalah gerakkan pelvis secara perlahan keatas (cranial) dan dorsal kearah
lower thoracal (posterior elevation).
• Gerakkan pelvis kearah bawah dan anterior sehingga memberikan sedikit gerakan
posterior tilt pelvis, terjadi elongasi trunk pada sisi ipsilateral tanpa perubahan lordosis
lumbal.
• Tahanan kearah lower thoracal pasien, garis tahanan mengikuti kurva tubuh, posisi akhir
adalah pelvis ke bawah – depan dimana terjadi elongasi trunk tanpa perubahan lordosis
lumbal.
38. Pola posterior elevation
• Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap kearah garis sekitar 25o fleksi tungkai
bawah.
• Dalam aktivitas fungsional, pola ini digunakan dalam aktivitas berjalan ke belakang dan
persiapan untuk menendang bola.
• Posisi grip adalah letakkan tumit tangan di atas crista iliaca posterior, sedangkan tangan
lainnya diatas tangan pertama.
• Posisi elongasi adalah dorong pelvis secara perlahan ke bawah – depan sampai merasakan
jaringan lunak sisi lateral mengalami peregangan (anterior depression).
• Gerakkan pelvis ke cranial dan dorsal kearah posterior elevation, dimana terjadi
pemendekan trunk posterior pada sisi ipsilateral (lateral fleksi) dengan rotasi yang
minimal.
• Tahanan dimulai dengan mendorong crista iliaca posterior kearah depan bed, tahanan
mengikuti arkus tubuh, posisi akhir adalah pelvis keatas dan dorsal.
41. Symmetrical, Reciprocal, dan Asymmetrical Exercise
• Tujuan akhir dari kombinasi pola tersebut adalah terutama digunakan untuk strengthening
trunk, mobilisasi trunk, memperbaiki koordinasi, menormalisasi tonus, dan memperbaiki
aktivitas fungsional seperti rolling.
• Latihan yang dilakukan dengan satu bagian tubuh dalam satu arah (scapula bergerak
kearah anterior elevation) dan dalam dua arah (scapula bergerak ke belakang – bawah
antara anterior elevation dan posterior depression), scapula dan pelvis dapat dilatih secara
bersamaan.
• Kombinasi pola scapula dan pelvis dapat digunakan, bergantung pada tujuan akhir
pengobatan dan kemampuan pasien.
• Kombinasi pola scapula dan pelvis dinamakan dengan Symmetrical-Reciprocal Exercise
dan Asymmetrical Exercise
42. Symmetrical-Reciprocal Exercise
• Dalam teknik latihan ini, scapula dan pelvis bergerak dalam diagonal yang sama tetapi
pola yang berlawanan, posisi tubuh paralel terhadap garis diagonal.
• Kombinasi gerak scapula dan pelvic dapat menyebabkan elongasi dan shortening trunk
secara penuh dengan counter rotasi.
• Gerak scapula, pelvis dan trunk yang luas terjadi selama berjalan, juga pada aktivitas
rolling, mendorong sesuatu menjauhi diri sendiri, dan mencapai di atas kepala (overhead).
• Contoh Symmetrical-Reciprocal Exercise adalah pola anterior elevation scapula disertai
posterior depression pelvis, pola posterior depression scapula disertai elevation anterior
pelvis, ekstensi trunk dengan rotasi dapat menggunakan kombinasi symmetrical anterior
elevation scapula dan posterior depression pelvis disertai dengan gerakan ekstremitas.
46. Asymmetrical Exercise
• Untuk kombinasi symmetrical dan asymmetrical, seluruh prinsip dasar dan teknik dapat
digunakan meskipun dengan tangan tunggal.
• Dalam kombinasi asymmetrical exercise, scapula dan pelvis bergerak dalam diagonal
yang berlawanan dan diagonal bukan paralel.
• Ketika scapula dan pelvis bergerak dalam pola anterior (ke depan satu sama lain) maka
dapat menghasilkan fleksi trunk.
• Ketika scapula dan pelvis bergerak dalam pola posterior (ke belakang menjauhi satu sama
lain) maka dapat menghasilkan ekstensi trunk disertai elongasi.
50. Aktivitas Fungsional
• Kombinasi asymmetrical dan symmetrical dapat digunakan pada pasien dengan
hemiplegia.
• Kombinasi latihan ini dapat digunakan dalam gerak rolling dari terlentang ke tengkurap
dan ke belakang.
• Kombinasi latihan ini juga digunakan dalam aktivitas berjalan.