Dokumen tersebut membahas mengenai empat jenis pencemaran lingkungan (udara, air, tanah, dan suara) beserta penyebab dan dampaknya. Dokumen juga menjelaskan berbagai upaya penanggulangan pencemaran lingkungan seperti pengolahan limbah, reboisasi, dan penerapan aturan yang tegas.
Dokumen ini membahas tentang parameter kualitas udara dan teknik analisis udara. Terdapat dua jenis teknik sampling udara yaitu sampling udara emisi dan udara ambien. Dokumen ini juga menjelaskan standar baku mutu udara ambien dan emisi menurut peraturan pemerintah serta cara penentuan lokasi dan penggunaan alat impinger dalam menganalisis kadar gas-gas berbahaya di udara.
Ekologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN danUPAYA PENCEGAHANsuningterusberkarya
油
Dokumen tersebut membahas tentang emisi gas CO2 dan dampaknya pada lingkungan wilayah internasional. Emisi didefinisikan sebagai zat atau energi yang dilepaskan ke udara dari berbagai sumber seperti kendaraan, pembakaran, dan industri. Dokumen ini juga membahas tentang kualitas udara ambien dan berbagai jenis pencemar udara serta dampaknya terhadap kesehatan manusia.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi pencemaran udara, jenis-jenis pencemar udara primer dan sekunder seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, belerang oksida, dan partikel, serta sumber-sumber pencemaran udara alami dan buatan manusia seperti kegiatan industri dan transportasi.
Dokumen tersebut membahas berbagai masalah lingkungan global dan nasional seperti pemanasan global, hujan asam, penipisan ozon, pencemaran air dan udara, serta kerusakan hutan tropis di Indonesia yang disebabkan aktivitas manusia.
Dokumen tersebut membahas tentang pencemaran lingkungan khususnya pencemaran udara. Dijelaskan bahwa pencemaran udara disebabkan oleh berbagai sumber seperti hasil pembakaran bahan bakar fosil, kegiatan industri, dan lainnya. Pencemaran udara berdampak buruk pada lingkungan dan kesehatan manusia seperti menyebabkan hujan asam, penipisan lapisan ozon, dan pemanasan global.
Makalah ini membahas tentang pencemaran udara, termasuk pengertian, sumber, dan jenis pencemar udara, faktor penyebab, serta dampaknya bagi kesehatan, tanaman, dan lingkungan.
Dokumen tersebut membahas tentang pencemaran lingkungan dan upaya pelestariannya. Secara ringkas, dibahas tentang jenis-jenis pencemaran lingkungan seperti udara, tanah, dan air beserta dampaknya, serta berbagai upaya pelestarian lingkungan seperti konservasi, tidak membuang limbah sembarangan, menggunakan pestisida sesuai dosis, dan melakukan daur ulang limbah.
Dokumen tersebut membahas tentang pencemaran lingkungan akibat aktivitas manusia, khususnya pencemaran udara. Pencemaran udara disebabkan oleh berbagai sumber seperti hasil pembakaran bahan bakar fosil dan limbah industri. Zat-zat pencemar udara seperti karbon monoksida, sulfur dioksida, dan partikel dapat merusak lingkungan dan menyebabkan masalah kesehatan. Upaya konservasi diperlukan untuk menanggulangi masalah
Dokumen tersebut membahas tentang pencemaran lingkungan, sumber-sumber terjadinya pencemaran lingkungan, dan jenis-jenis bahan pencemar lingkungan seperti bahan pencemar udara, air, dan tanah. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan dampak buruk aktivitas manusia dan proses alam terhadap lingkungan akibat adanya zat-zat pencemar.
Dokumen tersebut membahas tentang pencemaran lingkungan, sumber-sumber terjadinya pencemaran lingkungan, dan jenis-jenis bahan pencemar lingkungan seperti bahan pencemar udara, air, dan tanah. Dokumen ini juga menjelaskan dampak buruk dari pencemaran lingkungan terhadap kehidupan.
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...Hanifah Nurhayati
油
Skripsi ini membahas analisis kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Semarang berdasarkan kebutuhan oksigen. Penelitian ini menganalisis kebutuhan oksigen penduduk, kendaraan bermotor, dan hewan ternak di Kota Semarang hingga tahun 2025. Hasilnya menunjukkan bahwa luas ruang terbuka hijau yang dibutuhkan akan menurun dari tahun ke tahun namun masih lebih besar dari luas ruang terbuka
Dokumen tersebut membahas tentang definisi pencemaran udara, jenis-jenis pencemar udara primer dan sekunder seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, belerang oksida, dan partikel, serta sumber-sumber pencemaran udara alami dan buatan manusia seperti kegiatan industri dan transportasi.
Dokumen tersebut membahas berbagai masalah lingkungan global dan nasional seperti pemanasan global, hujan asam, penipisan ozon, pencemaran air dan udara, serta kerusakan hutan tropis di Indonesia yang disebabkan aktivitas manusia.
Dokumen tersebut membahas tentang pencemaran lingkungan khususnya pencemaran udara. Dijelaskan bahwa pencemaran udara disebabkan oleh berbagai sumber seperti hasil pembakaran bahan bakar fosil, kegiatan industri, dan lainnya. Pencemaran udara berdampak buruk pada lingkungan dan kesehatan manusia seperti menyebabkan hujan asam, penipisan lapisan ozon, dan pemanasan global.
Makalah ini membahas tentang pencemaran udara, termasuk pengertian, sumber, dan jenis pencemar udara, faktor penyebab, serta dampaknya bagi kesehatan, tanaman, dan lingkungan.
Dokumen tersebut membahas tentang pencemaran lingkungan dan upaya pelestariannya. Secara ringkas, dibahas tentang jenis-jenis pencemaran lingkungan seperti udara, tanah, dan air beserta dampaknya, serta berbagai upaya pelestarian lingkungan seperti konservasi, tidak membuang limbah sembarangan, menggunakan pestisida sesuai dosis, dan melakukan daur ulang limbah.
Dokumen tersebut membahas tentang pencemaran lingkungan akibat aktivitas manusia, khususnya pencemaran udara. Pencemaran udara disebabkan oleh berbagai sumber seperti hasil pembakaran bahan bakar fosil dan limbah industri. Zat-zat pencemar udara seperti karbon monoksida, sulfur dioksida, dan partikel dapat merusak lingkungan dan menyebabkan masalah kesehatan. Upaya konservasi diperlukan untuk menanggulangi masalah
Dokumen tersebut membahas tentang pencemaran lingkungan, sumber-sumber terjadinya pencemaran lingkungan, dan jenis-jenis bahan pencemar lingkungan seperti bahan pencemar udara, air, dan tanah. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan dampak buruk aktivitas manusia dan proses alam terhadap lingkungan akibat adanya zat-zat pencemar.
Dokumen tersebut membahas tentang pencemaran lingkungan, sumber-sumber terjadinya pencemaran lingkungan, dan jenis-jenis bahan pencemar lingkungan seperti bahan pencemar udara, air, dan tanah. Dokumen ini juga menjelaskan dampak buruk dari pencemaran lingkungan terhadap kehidupan.
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...Hanifah Nurhayati
油
Skripsi ini membahas analisis kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Semarang berdasarkan kebutuhan oksigen. Penelitian ini menganalisis kebutuhan oksigen penduduk, kendaraan bermotor, dan hewan ternak di Kota Semarang hingga tahun 2025. Hasilnya menunjukkan bahwa luas ruang terbuka hijau yang dibutuhkan akan menurun dari tahun ke tahun namun masih lebih besar dari luas ruang terbuka
Dokumen tersebut membahas tentang sistem asuransi indeks iklim berdasarkan data curah hujan di empat stasiun iklim Indonesia antara tahun 2002-2006. Sistem ini menggunakan indeks curah hujan untuk menentukan peluang terjadinya kekeringan atau banjir serta memberikan jaminan bagi petani apabila terjadi gagal panen akibat perubahan iklim. Beberapa negara seperti Australia, Filipina, Bolivia, dan India telah mengembangkan sistem asuransi
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...Hanifah Nurhayati
油
Dokumen tersebut membahas analisis hama ulat bawang (Spodoptera exigua) pada tanaman bawang merah (Allium cepa). Ia menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, rumusan masalah, tinjauan umum tentang tanaman bawang merah dan hama ulat bawang, serta teknik budidaya bawang merah.
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)Hanifah Nurhayati
油
Hidrograf merupakan grafik yang menggambarkan hubungan antara debit dan waktu. Analisis kurva hidrograf dan resesi digunakan untuk mempelajari komponen-komponen aliran dan sifat aliran pada DAS. Metode pemisahan aliran digunakan untuk menentukan besarnya aliran langsung dengan memisahkan baseflow dan direct runoff dari hidrograf.
Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...Hanifah Nurhayati
油
Dokumen tersebut membahas tentang analisis kurva Depth Duration Frequency (DDF) dan Intensity Duration Frequency (IDF) untuk menentukan kedalaman dan intensitas hujan berdasarkan durasi dan periode ulang. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain menganalisis kurva probabilitas hujan, menentukan kurva DDF, dan membuat kurva IDF untuk memperoleh hubungan antara parameter-parameter hujan. Hasilnya menunjukkan pola hubungan yang sama namun nilai ber
Laporan ini merangkum hasil analisis morfometri daerah aliran sungai (DAS) Manganten di Institut Pertanian Bogor. Metode penelitian meliputi pengukuran kelerengan lereng, perhitungan parameter morfometri, dan analisis pola aliran sungai. Hasilnya menunjukkan karakteristik DAS Manganten dan parameter morfometrinya seperti luas drainase, panjang sungai utama, dan tingkat kelerengan lereng."
Dokumen tersebut membahas tentang analisis meteorologi siklon tropis. Secara umum dibahas tentang pengertian, syarat terbentuknya, tahap-tahap pertumbuhan, dan cara meramal siklon tropis menggunakan satelit dan radar meteorologi.
Berdasarkan analisis data dari tiga stasiun cuaca, terjadi front dingin yang bergerak ke arah barat daya. Front dingin ini ditandai oleh perbedaan suhu udara yang tajam dan hujan lebat di sepanjang garis front.
Dokumen tersebut merangkum langkah-langkah analisis kondisi cuaca untuk rute penerbangan Padang-Medan pada tanggal 7 Juli 2007 menggunakan data satelit, termasuk menentukan suhu udara, kontur suhu, fluktuasi suhu, visibility, dan fluktuasi visibility di sepanjang rute tersebut.
1. MAKALAH PENCEMARAN UDARA
KONTRIBUTOR PENCEMAR UDARA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pencemaran Udara
Oleh:
Hanifah Nurhayati (G24080013)
Ketty (G24080015)
Swari Farkha M. (G24080016)
Fithra Kamela (G24080063)
Emod Tri Utomo (G24080062)
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
1
2. DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......... i
DAFTAR ISI ..............................................ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................... 1
II. METODOLOGI .................................................................................................. 2
III. PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Kualitas Udara Global ................................................................. 3
3.2 Kontributor Pencemar Udara .................................................................... 4
3.2.1 Kegiatan Pertanian .......................................................................... 4
3.2.2 Transportasi .................................................................................... 7
3.2.3 Aktivitas Alam ................................................................................ 10
3.2.4 Kegiatan Industri ............................................................................. 14
3.3 Upaya Pengendalian Pencemaran Udara .................................................. 15
IV. PENUTUP ......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 18
2
3. BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Atmosfer bumi merupakan suatu sistem dimana didalamnya terjadi
prosesdaur ulang karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen yang merupakan
komponen dari makhluk hidup di bumi. Unsur utama yang terdapat di atmosfer
99% adalah nitrogen dan oksigen. Makhluk hidup merubah elemen-elemen
tersebut menjadi nutrisi yang diperlukan yaitu karbohidrat dan protein. Selain itu
atmosfer juga melindungi kehidupan di bumi dari bahaya batu angkasa (meteor)
dan ancaman radiasi matahari.
Lapisan atmosfer bumi mempunyai peranan sangat penting bagi
kehidupan di bumi. Namun akibat aktivitas manusia, lapisan tersebut kini
tercemar dengan berbagai jenis bahan kimia, karbon, dan pencemar lainnya.
Akumulasi bahan pencemar di atmosfer dapat mengancam makhluk hidup.
Meskipun aktivitas alam seperti erupsi gunung berapi dan kebakaran hutan akibat
kekeringan atau el Nino juga turut serta dalam mencemari udara, namun dampak
yang diakibatkan oleh aktivitas alam tidak sebesar dampak yang diakibatkan oleh
aktivitas manusia.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk memudahkan dalam memahami permasalahan yang dikaji dalam
makalah berjudul Kontributor Pencemar Udara ini, maka dibuat rumusan
masalah sebagai berikut yaitu:
1.2.1 Bagaimana kondisi kualitas udara global saat ini?
1.2.2 Apa sajakah yang termasuk kontributor pencemar udara?
1.2.3 Bagaimana upaya pengendalian pencemaran udara?
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah yang berjudul Kontributor Pencemar
Udara ini yaitu:
1.3.1 Untuk mengetahui kondisi kualitas udara global saat ini
1.3.2 Untuk mengetahui kontributor pencemar udara
1.3.3 Untuk mengetahui upaya pengendalian pencemaran udara
3
4. BAB II. METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan makalah yang berjudul
Kontributor Pencemar Udara yaitu metode studi literatur dari beberapa media
massa. Adapun langkah-langkah dalam penyusunannya dijelaskan dengan
diagram alir seperti di bawah ini:
Menentukan tema kliping dan makalah
Mengumpulkan berita-berita tentang pencemaran udara dari media massa
Mengelompokkan berita-berita berdasarkan kategori
Membuat kliping dari berita-berita media massa tentang pencemaran Udara
Menentukan rumusan masalah untuk makalah
Penyusunan Makalah
4
5. BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Kualitas Udara Global
Sejumlah ilmuwan Kanada telah mengembangkan peta polusi udara global
menggunakan data dari satelit National Aeronautics and Space Administration.
Dari data yang tercatat, ternyata kualitas udara di China paling parah
dibandingkan dengan negara lain di seluruh dunia.
Aaron van Donkelaar dan Randall Martin dari Dalhousie University di
Halifax, Kanada membuat peta berdasarkan data satelit karena mereka meyakini
bahwa pendeteksi di permukaan bumi kurang akurat dalam mengukur kondisi
udara. Adapun data yang digunakan menggunakan citra satelit yang diambil dari
2001 sampai 2006.
Peta polusi partikulat udara global menunjukkan densitas partikulat di
seluruh dunia menggunakan pewarnaan. Warna putih dan biru tua merupakan
kawasan di mana konsentrasi partikulat paling rendah sedangkan warnya yang
semakin merah dan gelap merupakan kawasan yang konsentrasi partikulatnya
tinggi. Dari peta global, terlihat bahwa kawasan yang paling merah dari seluruh
dunia berada di kawasan timur China yang merupakan daerah industrial.
Gambar 1 Peta Kualitas Udara Global
(Sumber: http://news.bbc.co.uk)
Kualitas udara yang sangat buruk tersebut juga menghasilkan banyak
masalah kesehatan karena partikulat tertentu dapat menembus sistem kekebalan
tubuh, masuk ke paru-paru, bahkan ke dalam darah.
5
6. 3.2 Kontributor Pencemar Udara
3.2.1 Kegiatan Pertanian
Pertanian dan peternakan memberikan kontribusi terhadap peningkatan
emisi gas rumah kaca melalui sawah-sawah yang tergenang yang menghasilkan
gas metana, pemanfaatan pupuk serta praktek pertanian, pembakaran sisa-sisa
tanaman, dan pembusukan sisa-sisa pertanian, serta pembusukan kotoran
ternak.Dari sektor ini gas rumah kaca yang dihasilkan yaitu gas metana (CH4) dan
gas dinitro oksida (N2O). Di Indonesia, sektor pertanian dan peternakan
menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 8.05 % dari total gas rumah kaca
yang diemisikan ke atmosfer.
Senyawa metana dikenal dengan rumus kimia CH4.Metana merupakan
hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dan tidak berbau.Di atmosfer,
metana termasuk gas yang memicu terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan
global saat ini.
Apabila diamati, jumlah gas metana di atmosfer memang tidak terlalu
besar, komposisinya hanya 0,5 persen dari jumlah karbondioksida (CO2). Meski
demikian, koefisiensi daya tangkap metana terhadap panas jauh lebih tinggi
daripada karbondioksida, yakni hampir 25 kali lebih lipatnya. Ketika metana
memasuki atmosfer, gas itu akan bereaksi dengan molekul-molekul oksigen (O)
dan hidrogen (H) yang disebut radikal OH. Radikal OH kemudian bergabung
dengan metana dan menguraikannya.menciptakan karbondioksida dan uap air
(H2O). Pemanasan global yang terjadi saat ini dan terus mengancam kehidupan
manusia di Bumi diperkirakan sekitar 15 persennya merupakan hasil kontribusi
dari gas metana.
1. Pertanian
Kegiatan pertanian seperti persawahan, perkebunan, ladang, dan lain
sebagainya juga merupakan penyumbang pencemaran udara melalui gas buang.
Seperti dalam aktivitas pengolahan tanah (membajak, menggaru, dan menggali)
yang melepaskan karbon yang diikat oleh tanaman di dalam tanah.Dekomposisi
bahan organik (serasah, sampah, dan lain-lain) oleh dikomposer di lahan pertanian
6
7. juga mengemisikan gas pencemar udara seperti CO2, hasil dekomposisi aerob dan
H2S, yang merupakan hasil dekomposisi anaerob.
Tergenangnya lahan persawahan mengemisikan gas rumah kaca yaitu gas
metana.Emisi gas metana dari lahan sawah ditentukan oleh perbedaan sifat
fisiologi dan morfologi varietas padi.Kemampuan varietas mengemisikan metana
bergantung pada rongga parenkim, jumlah anakan, biomassa, sistem perakaran,
dan aktivitas metabolisme.Emisi gas metana di sawah juga dihasilkan oleh bakteri
metanogenik yang ada dalam usus cacing tanah (Aporrectodea caliginosa,
Lumbricus rubellus, dan Octolasion lacteum), yaitu saat cacing tanah membuat
lubang untuk meningkatkan aerasi tanah sawah.
Alternatif yang dapat dilakukan untuk menurunkan emisi GRK pada
sektor pertanian antara lain:
a. Proses penanaman padi sebaiknya difokuskan pada proses penggenangan
berkala. Proses irigasi yang dilakukan harus terkendali, artinya air hanya
dialirkan dan dibiarkan menggenang pada waktu tertentu saja. Dengan
demikian emisi GRK dapat dikurangi, sementara kualitas maupun
kuantitas panen tak berkurang dan jumlah air yang diperlukan pun
berkurang.
b. Pemakaian pupuk urea tablet sebagai pangganti urea tabur dapat
menurunkan emisi gas N2O yang juga merupakan GRK.
c. Jenis padi juga mempengaruhi emisi GRK. Pemakaian varietas padi jenis
unggul akan mengurangi emisi tanpa mengurangi kualitas padi. Selain itu,
waktu tanam pun lebih singkat sehingga petani lebih sering melakukan
panen.
2. Peternakan
Emisi gas metana dihasilkan dari hewan ternak jenis ruminansia melalui proses
metanogenesis di dalam sistem pencernaan. Seekor sapi dewasa diperkirakan
dapat mengemisi 80 hingga 110 kilogram metana per tahunnya. Apabila dihitung
secara global, estimasi emisi gas metana dari hewan ternak ruminansia
diperkirakan mencapai 65 hingga 85 juta ton per tahun dari emisi total gas metana
global, yakni 400 juta sampai 600 juta ton per tahun.
7
8. Pembentukan gas metana dalam rumen merupakan hasil akhir dari proses
fermentasi pakan ternak. Prinsipnya, proses pembentukan metana dalam rumen
terjadi melalui proses reduksi karbondioksida oleh airdengan enzim sebagai
katalisa-tomya. Enzim tersebut dihasilkan oleh bakteri metanogenik, seperti
protozoa.
Pembentukan gas metana dalam rumen berpengaruh terhadap
pembentukan produk akhir fermentasi di dalam rumen dan pada gilirannya
memengaruhi efisiensi produk mikrobia! rumen. Pengendalian gas metana dalam
peternakan bisa dilakukan dengan menggunakan bahan kimia. Bahan kimia itu
berfungsi menekan proses metanogenesis pada proses fermentasi pakan ternak.
Proses tersebut bisa dihambat, salah satunya, dengan senyawa ta-nin untuk
menekan pertumbuhan protozoa pada fermentasi pakan ternak. Populasi protozoa
berbanding lurus dengan produksi gas metana. Semakin sedikit populasi protozoa,
akan semakin kecil pula gas metana yang dihasilkan. Pe-nambahan senyawa
seperti tanin bisa ditambahkan ke dalam pakan ternak rumen tersebut
Untuk mengurangi emisi gas metana, banyak kalangan yang mengimbau
mengurangi konsumsi daging sebagai salah satu produk peternakan. Dari hasil
penelitian, diketahui bahwa untuk menghasilkan sepotong daging sapi, energi
yang dibutuhkan sama besarnya dengan energi yang digunakan untuk menyalakan
lampu berdaya 100 watt selama tiga minggu.
Satu kilogram daging menyumbangkan 36,4 kilogram karbondioksida.
Adapun emisi gas yang dihasilkan dari kotoran seekor sapi selama satu tahun
disetarakan dengan gas yang dihasilkan dari kendaraan yang dipakai untuk
menempuh jarak 70 ribu kilometer
Alternatif yang dapat dilakukan untuk menurunkan emisi GRK pada
sektor pertanian antara lain:
a. Dalam sektor peternakan, pola dan jenis pakan ternak akan mempengaruhi
emisi GRK. Kualitas pakan yang baik akan mengurangi proses fermentasi
dalam sisitem pencernaan ternak, sehingga gas metana yang dihasilkan
dan dibuang pun berkurang.
8
9. b. Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik
tenaga biogas. Dengan teknologi yang sederhana, kotoran ternak dapat
diolah menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan secara maksimal.
c. Pemerintah harus mulai melaksanakan diversifikasi konsumsi karbohidrat,
sehingga tak lagi bergantung pada beras. Sumber karbohidrat lain seperti
kentang, sagu, jagung dan lainnya sebenarnya telah dikenal dan
dikonsumsi diberbagai daerah, namun perlu didukung dengan mekanisme
finansial agar lebih berkembang. Dengan diversifikasi ini, ketergantungan
akan beras akan menurun dan potensi emisi GRK dari penanaman padi
pun dapat ditekan.
3.2.2 Transportasi
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan mahluk hidup
termasuk manusia, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota, pusat-
pusat industri, dan sektor transportasi membuat kualitas udara telah mengalami
perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Perubahan
lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya
zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara.
Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai hadirnya substansi di udara
dalam konsentrasi yang cukup untuk menyebabkan gangguan pada manusia,
hewan, tanaman maupun material. Substansi ini bisa berupa gas, cair maupun
partikel padat. Ada lima jenis polutan di udara, yaitu partikulat dengan diameter
kurang dari 10 袖m (PM10), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2),
karbon monoksida (CO) dan timbal (Cooper,1994).
Jenis parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara ambien
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi : Sulfur
dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan
(O3), Hidro karbon (HC), PM 10 , PM 2,5, TSP (debu), Pb (Timah Hitam),
Dustfall (debu jatuh). Empat parameter yang lain (Total Fluorides (F), Fluor
Indeks, Khlorine & Khlorine dioksida, Sulphat indeks) akan dibahas
kemudiankarena merupakan parameter pencemaran udara yang diberlakukan
untuk daerah/kawasan industri kimia dasar.
9
10. Daerah perkotaan merupakan salah satu sumber pencemaran udara utama,
yang sangat besar peranannya dalam masalah pencemaran udara. Kegiatan
perkotaan yang meliputi kegiatan sektor-sektor permukiman dan transportasi
merupakan kegiatan yang potensial dalam merubah kualitas udara perkotaan.
Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri disertai dengan
melonjaknya produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan
kepadatan lalu lintas dan hasil produksi sampingan, yang merupakan salah satu
sumber pencemar udara. Dari beberapa artikel yang diperoleh dari berbagai
sumber yaitu kompas, republika, dan tempo beberapa kota sudah tercemar cukup
parah, seperti di Bekasi, Bandung dan DKI Jakarta. Ternyata belum ada upaya
yang serius dari pemerintah atau kesadaran masyarakatnya sendiri untuk
menanggulangi permasalahan pencemaran udara karena transportasi.
Dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, pada
umumnya sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dibandingkan
dengan sektor lainnya. Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan
bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi
gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari
sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah,
kebakaran hutan, dan lain-lain.
Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks
pencemaran udara dikelompokkan sebagai sumber yang bergerak. Dengan
karakteristik yang demikian, penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumber-
sumber kendaraan bermotor ini akan mempunyai suatu pola penyebaran spasial
yang meluas. Faktor perencanaan sistem transportasi akan sangat mempengaruhi
penyebaran pencemaran yang diemisikan, mengikuti jalur-jalur transportasi yang
direncanakan.
Sektor transportasi mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap
sumber energi. Seperti diketahui penggunaan energi inilah yang terutama
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Hampir semua produk energi
konvensional dan rancangan motor bakar yang digunakan dalam sektor
transportasi masih menyebabkan dikeluarkannya emisi pencemar ke udara.
Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor bakar akan selalu
10
11. mengeluarkan senyawa-senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total
hidro karbon), TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida-oksida
sulfur). Premium yang dibubuhi TEL, akan mengeluarkan timbal. Solar dalam
motor diesel akan mengeluarkan beberapa senyawa tambahan di samping senyawa
tersebut di atas, yang terutama adalah fraksi-fraksi organik seperti aldehida, PAH
(Poli Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai dampak kesehatan yang lebih besar
(karsinogenik), dibandingkan dengan senyawa-senyawa lainnya.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa penggunaan bahan bakar
untuk kendaraan bermotor dapat mengemisikan zat-zat pencemar seperti CO,
NOx, SOx, debu, hidrokarbon juga timbal. Udara yang tercemar oleh zat-zat
tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan
jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya. Gangguan
tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan
pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Sumber CO
buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar
bensin. Berdasarkan estimasi, Jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan
mendekati 60 juta Ton per tahun.
Hasil studi yang dilakukan oleh Ditjen PPM & PL, tahun 1999 pada pusat
keramaian di 3 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta dan Semarang
menunjukkan gambaran sebagai berikut : kadar debu (SPM) 280 ug/m3, kadar
SO2 sebesar 0,76 ppm, dan kadar NOx sebesar 0,50 ppm, dimana angka tersebut
telah melebihi nilai ambang batas/standar kualitas udara. Hasil pemeriksaan
kualitas udara disekitar stasiun kereta api dan terminal di kota Yogyakarta pada
tahun 1992 menunjukkan kualitas udara sudah menurun, yaitu kadar debu rata-
rata 699 ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,030,086 ppm, kadar NOx sebesar 0,05 ppm
dan kadar Hidro Karbon sebesar 0,350,68 ppm. Kondisi kualitas udara di Jakarta
Khususnya kualitas debu sudah cukup memprihatinkan, yaitu di Pulo Gadung
rata-rata 155 ug/m3, dan Casablanca rata-rata 680 ug/m3.
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon
monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon
dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida
merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal
11
12. berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai
potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang
kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya
untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengakut
oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan
karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan
oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan
terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa
oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal,
karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi
enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil
tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah
menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.
Dampak dari CO bervasiasi tergantung dari status kesehatan seseorang pada saat
terpapar.
3.2.3 Aktivitas Alam
Sumber alami polusi udara benar-benar tidak disebabkan oleh aktivitas
manusia (National Park Service 2006). Kebakaran hutan dapat menghasilkan
polutan dalam jumlah besar, badai debu dapat menghasilkan partikulat dalam
jumlah yang sangat besar, letusan gunung berapi menghasilkan gas dan partikulat,
tumbuhan dan pepohonan secara alami mengemisikan VOC yang teroksidasi dan
membentuk aerosol yang dapat menyebabkan kabut biru alami, lautan yang
mengemisikan gas yang mengandung sulfur dari hasil aktivitas biologi makhluk
hidup di dalamnya, serta proses pembusukan dalam tanah yang menghasilkan gas
metana (ENVIS Tanpa Tahun). Berikut penjelasan lebih lanjut tentang sumber
alami polusi udara yang paling sering dibahas:
1. Letusan Gunung Berapi
Gas yang paling berbahaya yang diemisikan dari sebuah letusan gunung
berapi adalah sulfur dioksida, karbon dioksida, dan hidrogen flourida. Sulfur
dioksida dapat mendukung terjadinya hujan asam di daerah sekitar gunung berapi
dan dapat menyebabkan polusi udara di daerah lembah.
12
13. Letusan gunung berapi tidak hanya mengemisikan gas berbahaya tetapi
juga menghasilkan debu vukanik. Debu vulkanik tersebut dapat tersebar sejauh
ratusan bahkan ribuan kilometer di daerah lembah. Debu vulkanik berbentuk
seperti pasir yang terbang, keras, dan terkadang bersifat korosif. Debu vulkanik
tersebut dapat mengganggu sistem pernapasan bagi manusia. Debu vulkanik yang
berada di udara dapat menghalangi masuknya sinar matahari ke daerah yang
terkena sehingga suhu di daerah yang terkena akan menurun (Anonim1 2009).
Gambar 2 Letusan Gunung Pinatubo
(Sumber: http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/8622520.stm)
Salah satu contoh letusan gunung berapi yang hebat adalah letusan
Gunung Pinatubo yang terletak di pulau Luzon, Filipina pada tahun 1991. Letusan
Gunung Pinatubo menelan korban lebih dari 800 orang. Letusan Gunung Pinatubo
merupakan letusan gunung berapi terhebat kedua. Letusan Gunung Pinatubo
mengemisikan gas dan debu vulkanik dalam jumlah besar.
Jumlah debu vulkanik yang dihasilkan oleh letusan Gunung Pinatubo
menurunkan suhu rata-rata global sebesar 0,4-0,5oC. Debu vulkanik yang
dihasilkan dari letusan Gunung Pinatubo mencemari air mengalir (sungai) dan
membentuk erosi lumpur berupa lahar. Debu vulkanik yang dihasilkan dari
letusan Gunung Pinatubo juga mengganggu penerbangan yang melewati Filipina
dan wilayah sekitarnya karena debu vulkanik dapat mematikan mesin pesawat
13
14. terbang secara tiba-tiba. Debu vulkanik merupakan gangguan yang tidak terlihat
tetapi dapat menjadi bahaya yang besar saat penerbangan. Letusan Gunung
Pinatubo bahkan dijadikan penyebab utama penipisan lapisan ozon.
Selain polusi udara, letusan Gunung Pinatubo juga menghasilkan
permasalahan sosial dan bencana yang tidak diundang. Cekungan yang berada di
puncak Gunung Pinatubo juga menyebabkan masalah pada 10 tahun kemudian.
Cekungan tersebut telah kosong saat Gunung Pinatubo meletus dan cekungan
tersebut menjadi tampungan air hujan selama beberapa tahun melewati waktu
kejadian. Volume air hujan yang tertampung pada cekungan tersebut semakin
besar seiring dengan berjalannya waktu sehingga suatu hari nanti banjir besar
akan melanda daerah lembah Gunung Pinatubo.
2. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan terjadi secara alami saat terjadi cuaca panas dan kering
dalam kurun waktu yang lama. Suhu yang tinggi dan tidak turunnya hujan
menyebabkan kondisi yang sangat kering di hutan. Jika kondisi tersebut
berlangsung dalam waktu yang lama, maka kebakaran hutan akan sangat mungkin
terjadi. Debu dan asap yang dihasilkan dari kebakaran hutan tersuspensi dalam
udara dan mungkin terbawa oleh angin ke daerah sekitar hutan bahkan ke negara
tetangga (Anonim2 2009).
Kebakaran hutan mengemisikan karbon monoksida, nitrogen dioksida,
ozon, dan partikulat. Karbon monoksida yang merupakan gas beracun dihasilkan
dalam jumlah yang besar dari kebakaran hutan. Partikulat yang diemisikan dari
kebakaran hutan merupakan campuran dari bubuk hitam, senyawa kecil berwarna
hitam, dan senyawa organik yang mudah berubah. Partikulat tersebut diemisikan
dalam jumlah yang besar dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru-paru
dan menyebabkan gangguan pernapasan dan gangguan jantung. Nitrogen dioksida
dihasilkan saat temperatur lebih besar dari 1.500oC. Oleh karena itu, nitrogen
dioksida dihasilkan dalam jumlah yang signifikan hanya saat kebakaran hutan
yang besar terjadi. Konsentrasi sulfur dioksida yang diemisikan oleh kebakaran
hutan biasanya kurang dari 0,2% sehingga gas sulfur dioksida bukan merupakan
gas yang memiliki pengaruh besar pada kebakaran hutan (Anonim1 2009).
14
15. Gambar 3 Kabut Asap di Singapura
(Sumber: http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-11606711)
Kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera menghasilkan kabut asap yang
menutupi Malaysia dan Singapura. Kabut asap yang menyelimuti Singapura
menyebabkan polusi udara yang terparah selama 4 tahun terakhir dan kabut asap
yang menyelimuti Malaysia menyebabkan lebih dari 200 sekolah ditutup.
Aktivitas lingkungan menyatakan bahwa kebakaran hutan yang terjadi disebabkan
oleh pembukaan lahan yang ilegal. Pemerintah Singapura menyarankan kepada
penduduknya untuk berdiam diri di rumah untuk menjaga sistem pernapasan dan
jantung mereka dalam kondisi yang sehat.
Gambar4 Kabut Asap di Moskow
(Sumber: http://news.discovery.com/earth/moscow-smog-wildfires-russia.html)
Kebakaran hutan yang hebat terjadi di Rusia dan menyebabkan sedikitnya
52 orang meninggal dan lusinan orang dirawat. Kebakaran hutan tersebut
menyebabkan kenaikan suhu dan kekeringan yang melanda lahan pertanian di
15
16. Rusia sehingga produksi pangan Rusia menurun drastis. Kebakaran hutan tersebut
sungguh menyebabkan kerusakan yang hebat di Rusia. Kebakaran hutan di Rusia
menyebabkan adanya kabut asap di Moskow. Kabut asap yang menyelimuti
Moskow menyebabkan penundaan beberapa jadwal penerbangan yang berasal dan
menuju Moskow.
3.2.4 Kegiatan Industri
Penyebab dari pencemaran udara di Jakarta itu sekitar 80 persen berasal
dari sektor transportasi, dan 20 persen industri.Sebagai contoh pencemaran
industri yaitu pengamatan pada kualitas udara di Jalan Margonda dan Cimanggis,
Depok. Zat-zat pencemar udara seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida
(CO), dan partikel debu (PM10 dan PM 2,5) sudah di atas ambang batas yang
ditetapkan. Begitu juga PM2,5 memiliki nilai yang jauh di atas ambang batas,
pemicu dari pencemaran udara tersebut yaitu dari pabrik yang membuang asap
tanpa penyaringan sehingga memperparah kualitas udara daerah tersebut. Contoh
di daerah lain yang pencemaran udara di akibatkan oleh industri yaitu daerah
tanggerang, perusahaan pengolahan besi PT. Krakatau steel, karena logam yang di
olah bukan logam murni, sehingga asap yang dihasilkan pembakaran tersebut
sangat hitam, ditambah pendukung lain berupa cat dan karet. Serta kecilnya
diameter payung penopang vacum cleaner yang digunakan untuk menyedot asap
limbah udara tersebut tidak dapat menyedot asap dengan baik sehingga daerah
disekitarpabrik tersebut mengalami pencemaran udara. Pada daerah gresik,
permasalahan pencemaran industri yaitu pada daerah industri tersebut, daerah
industri tersebut dikelilingi oleh pemukiman. Berdasarkan hasil uji udara ambien
di daerah tersebut dari 13 zat pencemar selain debu, zat pencemar kimia juga
terbilang tinggi seperti Karbon Monoksida (CO) mencapai 20,0 ppm, dan
Hidrokarbon (HC) 0,24 PPM. Lebih lanjut ia menjelaskan dari segi kesehatan
dampak pencemaran udara oleh debu bisa menyebabkan penyakit paru-paru
(bronchitis) serta penyakit saluran pernapasan lainnya. Sedangkan dampak
pencemar udara oleh zat kimia seperti Karbon Monoksida bisa menyebabkan
gangguan kesehatan pada hemoglobin (metaloprotein pengangkut oksigen yang
mengandung besi dalam sel darah merah).Hal tersebut dapat membahayakan
warga sekitar sehingga harus di cari penanggulangan dari masalah tersebut. Pada
16
17. daerah karawang, terdapat pencemaran industry yang terjadi dari pembakaran
mangan yang akan di ubah menjadi bahan baja.
Pembakaran yang menghasilkan asap berbahaya yang menggangu tersebut
dihasilkan dari pembakaran kecil, karena pembakaran besar keluar lewat cerobong
yang tinggi. Pembakaran kecil menyebabkan asap-asap tersebut keluar diluar
cerobong.Asap-asap tersebut malam hari, karena pada malam hari itu udara terasa
sangat lembab, jadi debu-debu itu bebas terbang ke pemukiman. Pencemaran
udara industri tersebut disebabkan oleh pembakaran yang dilakukan oleh pabrik-
pabrik, dan sangat berbahaya bagi kesehatan, , sehingga daerah industry harus
jauh daripemukiman warga.
3.3 Upaya Pengendalian Pencemaran Udara
Pada tahun 1960 an pengenalan zat-zat pencemar alam yang ada dimana-
mana seperti: SO2, NO & NO2, CO, SPM, Pb dan O3 di udara perkotaan, serta
tertarik akan pengaruh yang merugikan bagi kesehatan manusia mendorong
institusi-institusi untuk mengatur pemantauan jaringan guna pengukuran rutin
kualitas udara perkotaan. Standard-standard kualitas udara Nasional dan bentuk-
bentuk lain dari Undang-undang juga diperkenalkan untuk melindungi kesehatan
manusia. Banyak di negara-negara maju UU dan pemantauan pada mulanya
difokuskan terhadap SO2 dan SPM, sejak akhir tahun 1970 sejalan dengan
datangnya dan peningkatan jumlah kenderaan bermotor yang merupakan sumber
polusi udara yang penting seperti: CO, NO & NO2 dan Pb, perkembangan
jaringan pemantau polutan kualitas udara dari lalu lintas dilakukan secara rutin.
Pada tahun 1980, pemantau udara secara tradisionil didirikan di negara-
negara berkembang, khususnya di Asia dan Amerika Selatan. Saat ini perhatian
besar ditujukan terhadap pemantauan oksidan fotokimia, O3 dan VOCs.Walaupun
alat ini tidak begitu banyak berkembang, hanya sedikit negara yang rutin
memonitor O3 sebagai pedoman dari polusi fotokimia. Untuk zat polutan VOCs
jarang digunakan karena sulitnya data tentang zat ini diperoleh. Sebagai kunci dari
prioritas pemantauan zat polutan adalah resikonya terhadap kesehatan manusia.
Pusat monitor hanya memantau data-data tentang tingkat polusi udara di saat
tertentu dan contoh tempat tertentu. Bahkan pada negara-negara maju dengan
17
18. tingkat industri tinggi umumnya hanya terbatas pada pengamatan lokasi secara
rutin, karena besarnya biaya untukmendirikannya. Menurt penilitian WHO dari 60
perusahaan-perusahan didunia,hanya34 yang memiliki rencana pemantauan
sedangkan yang 16 lagi tidak ada.Beberapa Kasus Yang Telah dimonitor, yaitu:
1. Beijing ; Dalam musim dingin yang berat,dimana sumber polusi udara
berasaldari pemanasan rumah rumah, dengan penduduknya yang sangat
padat(27000/km2 ditahun 1990) sebagai bahan bakar utama adalah arangbatubara
yang mempunyai konsentrasi SO2,SPM dan CO yang tinggi.
2. Pemantauan kualitas udara di India yang dipantau oleh jaringan NEER(National
Environmental Engineering Research Institute),sebagai parameteradalah ;
SPM,SO2,NO2,HS, dan O3 yang berasal dari daerah daerahindustri.
3. Kairo ; Debu yang terkira banyaknya, dengan iklim gurun dan
panastinggi,curah hujan hanya 22mm rata-rata pertahunnya GMS
memantauTSP(500-1100 ug/m3) dan SPM. Emisi berasal dari
prosespembakaran,industri, pabrik semen dan lainnya. Emisi asap mobil
diestimasisampai 1200 ton/ tahun. Dijumpai lebih dari 450 pabrik industri
metal,keramik, gelas,testil dan plastik.
4. Los Angeles ; lalu lintas dan kabut asap dengan estimasi penduduk tahun2000
sebesar 10,91 juta, mempunyai iklim mediteranian dikelilingi olehpegunungan.
Hanya sedikit industri berat yang dijumpai, sebab baja danpabrik pembuatan
mobil terdapat didaerah daerah. Mobil dan kendaraanbermotor merupakan
sumber berpolusi utama ; asap, O3 yang dibentuk olehfotokimia dari kendaraan
bermotor,NO&NO2 serta VOCs
5. Mexiko City ; letak topografi yang salah dengan populasi 19,37 juta
ditahun1990 dan ketinggian dari permukaan tanah 2240 meter, dikelilingi
0lehpegunungan dengan tinggi 5000 meter dan mempunyai > 30.000
industridengan berbagai ukuran dan tipe. 4000 dipakai pembakaran atau
prosestransformasi yang mengelaurkan emisi ke udara.
18
19. BAB IV. PENUTUP
Banyak kota-kota besar didunia kualitas udaranya memburuk
karenatercemar oleh; zat-zat pencemar yang sumbernya berasal dari kegiatan
industri, kegiatan pertanian,transportasi, dan aktivitas alam. Zat-zatpencemar yang
paling sering dijumpai adalah: So2, NO dan NO2, Pb, SPM, O3 danCO untuk
memonitor zat-zat polutan ini, WHO (tahun 1974) telah bekerjasamadengan
global Environment monitoring System (=GEMS) bagian udara. Faktor-
faktoryang mempengaruhi distribusi dan transport zat polutan ini adalah: letak
topografidaerah, intensitas dan pemaparan, arah angin, suhu dan cuaca. Dampak
yang palingutama adalah terhadap kesehatan manusia terutama pada sistem
pernapasan,pembuluh darah, persarafan, hati dan ginjal.
19
20. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Natural Causes of Air Pollution. http://www.all-recycling-
facts.com/causes-of-air-pollution.html [7 Oktober 2001]
Anonim. 2009. The Air Pollution Issue.
http://theairpollutionissue.blogspot.com/2009/09/air-pollution-part1-tan-
en-li-group.html [7 Oktober 2001]
BBC Mobile. 2010. How volcanoes have shaped history.
http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/8622520.stm[8 Oktober 2011].
BBC Mobile. 2010. Sumatra fires Cause Singapore haze.
http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-11606711 [18 Oktober
2011]
Cooper,C.D and Alley,F.G, 1994. Air Pollution Control A design Approach 2nd
Ed, Waveland Press, Inc, Illinois
Discovery News. 2010. Smog From Fires Chokes Moscow.
http://news.discovery.com/earth/moscow-smog-wildfires-russia.html [18
Oktober 2011]
Ditjen PPM & PL, 2005, Studi Pengukuran Ambang Batas Pencemaran Udara di
Tiga Kota Besar, Ditjen PPM & PL, Depkes RI
ENVIS (Environmental Information System). Acid Rain and Atmospheric
System. Tanpa Tahun. Air Pollution. Indian Institute of Tropical
Meteorology. http://envis.tropmet.res.in/kidscorner/air_pollution.htm [7
Oktober 2001]
National Park Service. U.S. Department of Interior. 2006. Air Pollution-Its
Nature, Sources, and Effects.
http://www.nps.gov/shen/naturescience/airpollution.htm [7 Oktober 2001]
Pemerintah Republik Indonesia, (1999), Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara, Jakarta.
Thomas & Sydenham. 2009. Air pollution. www.kidcyber.com.au [7 Oktober
2001]
20