際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
TUGAS 2
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN GLIKOSIDA SAPONIN, TRITERPENOID
DAN STEROID (Ekstrak Sapindus rarak DC.)
DISUSUN OLEH :
ANANDA NOVIA RIZKY UJP
201610410311151
KELOMPOK 10
FARMASI D
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
2016
TUGAS 2. IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN GLIKOSIDA SAPONIN,
TRITERPENOID DAN STEROID (Ekstrak Sapindus rarak DC.).
1) Tujuan
Mahasiswa mampu untuk melakukan identifikasi senyawa golongan glikosida
saponin, triterpenoid dan steroid dalam tanaman.
2) Tinjauan
a) Tanaman
KLASIFIKASI TANAMAN
Lerak (Sapindus rarak) merupakan jenis tumbuhan yang berasal dari Asia
Tenggara yang dapat tumbuh dengan baik pada hampir semua jenis tanah dan
keadaan iklim, dari daratan rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 450-
1500m dari permukaan laut.
Taksonomi tanaman lerak yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledons
Sub kelas : Rosidae
Bangsa : Sapindales
Suku : Sapindaceae
Marga : Sapindus
Jenis : Sapindus rarak DC.
(Afriastini, 1990)
CIRI MORFOLOGI
Bentuk daun lerak bundar telur, perbungaan majemuk, malai, terdapat di
ujung batang warna putih kekuningan. Bentuk buah seperti kelereng kalau sudah
tua atau masak, warnanya coklat kehitaman, permukaan buah licin atau mengkilat,
bijinya bundar berwarna hitam. Daging buah sedikit berlendir dan aromanya wangi
(Plantus, 2008).
Bakal buah berlekuk tiga dengan satu bakal biji pada setiap ruang. Buah
yang dihasilkan bulat mirip bola dengan diameter 2-2,5 cm, berminyak dan sedikit
berkerut. Buah lerak yang masih muda berwarna hijau dan buah yang sudah tua
berwarna coklat kehitaman. Daging buah pada lerak banyak mengandung air,
mempunyai rasa pahit dan beracun. Tiap buah mempunyai satu biji yang berkulit
keras berwarna hitam mengkilat dengan diameter kurang lebih 1 cm. Buah lerak
terdiri dari 75 persen daging buah dan 25 persen biji, pada bagian daging buah
banyak terkandung senyawa saponin yang merupakan racun yang cukup kuat
(Heyne, 1987).
KANDUNGAN TANAMAN
Pengujian secara kualitatif senyawa yang terdapat pada daging buah
diantaranya adalah triterpen, alkaloid, steroid, antrakinon, tanin, fenol, flavonoid,
dan minyak atsiri (Sunaryadi, 1999). Kulit buah, biji, kulit batang dan daun lerak
mengandung saponin dan flavonoid, sedangkan kulit buah juga mengandung
alkaloida dan polifenol. Kulit batang dan daun tanaman lerak mengandung tanin.
Senyawa aktif yang telah diketahui dari buah lerak adalah senyawasenyawa dari
golongan saponin dan sesquiterpen (Wina et al., 2005)
Tabel 1. Persentase Senyawa Aktif Pada Lerak
NO. Senyawa Aktif Persentase Senyawa
1. Saponin 12%
2. Alkaloid 1%
3. Steroid 0,036%
4. Triterpene 0,029%
Sumber : Nevi Yanti, 2009
1. Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam
lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan
bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya
membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Pencarian saponin dalam tumbuhan
telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah diperoleh dan
dapat diubah di laboratorium menjadi sterol hewan yang berkhasiat penting. Pola
glikosida saponin kadang-kadang rumit, banyak saponin yang mempunyai satuan
gula sampai lima dan komponen yang umum ialah asam glukoronat (Harborne,
1987)
Spesies tanaman Sapindus seperti Sapindus saponaria, S. rarak, S.
emarginatus, S. drummonii dan S. delavay pada umumnya mempunyai kandungan
saponin yang tinggi. Salah satu jenis Sapindus yang mempunyai kandungan
saponin tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai imbuhan pakan pada ruminansia
adalah S. rarak (lerak). Buah dalam bentuk hasil ekstraksi dengan metanol telah
dilaporkan mengandung saponin dengan kadar tinggi daripada buahnya yang tanpa
diekstrak (Thalib, 2004).
Sifat yang khas dari saponin antara lain berasa pahit, berbusa dalam air,
mempunyai sifat detergen yang baik, beracun bagi binatang berdarah dingin,
mempunyai aktivitas hemolisis (merusak sel darah merah), tidak beracun bagi
binatang berdarah panas, mempunyai sifat anti eksudatif dan mempunyai sifat anti
inflamatori. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, senyawa saponin mempunyai
kegunaan yang sangat luas, antara lain sebagai detergen, pembentuk busa pada alat
pemadam kebakaran, pembentuk busa pada industri sampo dan digunakan dalam
industri farmasi serta dalam bidang fotografi. Beberapa saponin bekerja sebagai
antimikroba, saponin tertentu menjadi penting karena dapat diperoleh dari beberapa
tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormone steroid yang
digunakan dalam bidang kesehatan (Robinson, 1995).
KLASIFIKASI SENYAWA SAPONIN
Secara umum saponin merupakan bentuk glikosida yang memiliki
aglikon berupa steroid dan triterpen. Triterpen merupakan jenis senyawa
bahan alam yangmemiliki 6 monoterpen atau memiliki jumlah atom karbon
sebanyak 30.Dari aglikonnya saponin dapat bagi menjadi dua yaitu saponin dengan
steroid dansaponin dengan triterpen.
1. Saponin Steroid
Tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat.Steroidsaponin
dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagaisapogenin.Tipe
saponin ini memiliki efek antijamur. Pada binatang
menunjukan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan set
elah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada
proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa
steroid yang diperoleh dari metabolism sekunder tumbuhan. Jembatan ini juga
sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini dikarenakan memiliki efek kuat
terhadap jantung (Anonim, 2009).
2. Saponin Triterpene
Triterpen yang memiliki atom C sebanyak 30.Saponin jenis ini
bersifatasam.Tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul
karbohidrat.Dihidrolisismenghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini
merupakan suatu senyawayang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat
dimurnikan. Tipe saponinini adalah turunan -amyrine (Amirt Pal,2002).
MANFAAT SAPONIN
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa saponin dan tanaman
yang banyak mengandung saponin memiliki efek toksik pada protozoa dengan
cara membentuk sebuah kompleks ireversibel dengan steroid dalam dinding sel
protozoa (Wang et al., 1998; Francis et al., 2002). Kompleks yang terbentuk
tersebut akan mengakibatkan rusaknya membran sel protozoa (Hostettmann &
Marston, 1995). Penurunan populasi protozoa dalam rumen ini kemungkinan
memiliki beberapa efek positif seperti peningkatan efisiensi metabolisme
nitrogen, pengurangan emisi gas metana, pergeseran dalam populasi bakteri dan
jamur dalam rumenserta potensi peningkatan aliran protein bakteri menuju
saluran pencernaan yang lebih rendah (Wallace et al., 1994)
IDENTIFIKASI SAPONIN
1. Uji Buih
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun
sehingga keberadan saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan
larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil
(Gunawan dan Mulyadi, 2004).
2. Uji Liebermann-Burchard
Senyawa saponin dapat diidentifikasi dari warna yang dihasilkannya
dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Warna biru-hijau menunjukkan
saponin steroida, dan warna merah, merah muda, atau ungu menunjukkan
saponin triterpenoida (Farnsworth, 1996)
3. Uji Salkowski
Uji salkowski digunakan untuk mengidentifikasi adanya steroid tak
jenuh pada ekstrak, uji ini dilakukan dengan penambahan asam sulfat pekat dan
jika terdapat gugus steroid tak jenuh pada larutan akan terbentuk cincin
berwarna merah terang yang lama kelamaan akan berwarna merah ungu
(Farnsworth, 1996).
4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan pemisah
terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa plat
gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan yang
ditotolkan baik berupa bercak ataupun pita, setelah plat atau lapisan dimasukkan ke
dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak),
pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan), selanjutnya senyawa
yang tidak berwarna harus ditampakkan (Stahl, 1985).
Pendeteksian bercak hasil pemisahan dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Untuk senyawa tak berwarna cara yang paling sederhana adalah dilakukan pengamatan
dengan sinar ultraviolet. Beberapa senyawa organik bersinar atau berfluorosensi jika
disinari dengan sinar ultraviolet gelombang pendek (254 nm) atau gelombang panjang
(366 nm), jika dengan cara itu senyawa tidak dapat dideteksi maka harus dicoba
disemprot dengan pereaksi yang membuat bercak tersebut tampak yaitu pertama tanpa
pemanasan, kemudian bila perlu dengan pemanasan (Gritter, et al., 1991; Stahl, 1985)
FASA DIAM
Kromatografi lapis tipis, fase diam berupa lapisan tipis yang terdiri atasahan
padat yang dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat dari
kaca, dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan melekat pada permukaan
dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat atau amilum. Penjerap yang
umum dipakai untuk kromatografi lapis tipis adalah silica gel, alumina, kieselgur dan
selulosa (Gritter, et al., 1991).
Dua sifat yang penting dari fase diam adalah ukuran partikel dan
homogenitasnya, karena adesi terhadap penyokong sangat tergantung pada kedua sifat
tersebut. Ukuran partikel yang biasa digunakan adalah 1-25 mikron. Partikel yang
butirannya sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu
cara untuk memperbaiki hasil pemisahan adalah dengan menggunakan fase diam yang
butirannya lebih halus. Butiran yang halus memberikan aliran pelarut yang lebih lambat
dan resolusi yang lebih baik (Sastrohamidjojo, 1985).
FASA GERAK
Fase gerak ialah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut,
jika diperlukan sistem pelarut multi komponen, harus berupa suatu campuran
sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl, 1985).
Pemisahan senyawa organik selalu menggunakan pelarut campur. Tujuan
menggunakan pelarut campur adalah untuk memperoleh pemisahan senyawa yang
baik. Kombinasi pelarut adalah berdasarkan atas polaritas masing-masing pelarut,
sehingga dengan demikian akan diperoleh sistem pengembang yang cocok. Pelarut
pengembang yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis antara lain: n-heksan,
karbontetraklorida, benzen, kloroform, eter, etilasetat, piridian, aseton, etanol, metanol
dan air (Gritter, et al., 1991).
HARGA Rf
Mengidentifikasi noda-noda dalam kromatografi lapis tipis sangat lazim
menggunakan harga Rf (Retordation Factor) yang didefinisikan sebagai:
 =
署  $≒ $
jarak yang ditempuh pelarut (eluen)
Harga Rf beragam mulai dari 0 sampai 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi
harga Rf (Sastrohamidjojo, 1985):
a. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
b. Sifat penjerap
c. Tebal dan kerataan dari lapisan penjerap
d. Pelarut dan derajat kemurniannya
e. Derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana
f. Teknik percobaan
g. Jumlah cuplikan yang digunakan
h. Suhu
i. Kesetimbangan.
POLARITAS
Polaritas sering diartikan sebagai adanya pemisahan kutub bermuatan positif
dan negatif dari suatu molekul sebagai akibat terbentuknya konfigurasi tertentu dari
atom-atom penyusunnya. Dengan demikian, molekul tersebut dapat tertarik oleh
molekul yang lain yang juga mempunyai polaritas yang kurang lebih sama. Besarnya
polaritas dari suatu pelarut proporsional dengan besarnya konstanta dielektriknya
(Adnan, 1997). Menurut Stahl (1985), konstanta dielektrik (竜) merupakan salah satu
ukuran kepolaran pelarut yang mengukur kemampuan pelarut untuk menyaring daya
tarik elektrostatik antara isi yang berbeda.
Ekstraksi berkesinambungan dilakukan secara berturut-turut dimulai dengan
pelarut nonpolar (misalnya n-heksan atau kloroform) dilanjutkan dengan pelarut
semipolar (etil asetat atau dietil eter) kemudian dilanjutkan dengan pelarut polar
(metanol atau etanol). Pada proses ekstraksi akan diperoleh ekstrak awal (crude extract)
yang mengandung berturutturut senyawa nonpolar, semipolar, dan polar (Hostettmann
et al. 1995).
3) Prosedur Kerja
ALAT DAN BAHAN
a. Alat
 Pipet
 Tisu dan kain lap
 Sudip
 Label
 Penjepit kayu
 Aluminium foil
 Pinset
 Vial 10ml
 KLT
 Plat Kaca
b. Bahan
 Ekstrak Sapindus rarak DC.
 Etanol
 Aquadest
 Asam asetat anhidrat
 H2SO4 pekat
 HCL 2N
 Ammonia
 N-Heksana
 Kiesel gel GF 254
PREPARASI SAMPEL
a) Bagan Alir
Preparasi sampel
 Uji Buih
Ekstrak 0,2 g masukkan tabung reaksi
+ 10 mL air suling, kocok kuat 賊30 detik
Tes buih postof mengandung saponin bila terjadi buih stabil
semalam lebih dari 30 menit dengan tinggi 3cm di atas
permukaan cairan
 Reaksi Warna
Preparasi sampel:
ekstrak 0,5g + etanol 15mL, bagi menjadi 3 bagian masing-masing 5mL, sebagai
larutan IIA, IIB, IIC
Uji Liebermann-Burchard Uji Salkowski
IIA sebagai blanko, IIB + 3gtt asam asetat
anhidrat + 5gtt H2SO4 pekat, kocok
perlahan, amati perubahan warna
IIA sebagai blanko, IIC + 1-2mL asam
H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi
Biru-hijau = saponin steroid
Merah-ungu = saponin triterpenoid
Kuning muda = saponin jenuh
Cincin warna merah = steroid tak jenuh
 Kromatografi Lapis Tipis (Sapogenin)
 Kromatografi Lapis Tipis (Steroid/Triterpene)
ekstrak 0,5g + 5mL HCN 2N, didihkan lalu tutup dengan corong berisi kapas
basah 賊50 menit untuk menghidrolisis saponin
Setelah dingin + amoniak sampai basa, ekstraksi 4-5mL n-heksana sebanyak 2x,
uapkan sampai tinggal 0,5mL, totolkan pada plat KLT
Cek dengan sinar UV 254nm.
Sapogenin ditunjukan dengan warna merah untu untuk
anesaldehida asam sulfat
Sedikit ekstrak + beberapa tetes etanol, aduk sampai larut
Totolkan pada fase diam (Kiesel Gel 254)
Adanya terpenoid/steroid ditunjukkan dengan adanya
warna merah ungu atau ungu
b) Skema Kerja
 Uji Buih
 Reaksi Warna
Timbang ekstrak piper
nigrum L. 0,9 gram Masukkan
tabung reaksi
+ aquadest 10mL,
kocok kuat 賊30 detik
Tes buih postof mengandung saponin bila terjadi buih stabil
semalam lebih dari 30 menit dengan tinggi 3cm di atas permukaan
cairan
ekstrak 0,5g +
etanol 15mL
bagi menjadi 3 bagian masing-
masing 5mL, sebagai larutan IIA,
IIB, IIC
IIA IIB IIC
 Uji Liebermann-Burchard

 Uji Salkowski
 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
IIA sebagai blanko, IIB + 3gtt asam
asetat anhidrat + 5gtt H2SO4 pekat,
kocok perlahan, amati perubahan
warna
IIA IIB
Biru-hijau = saponin steroid
Merah-ungu = saponin triterpenoid
Kuning muda = saponin jenuh
IIA sebagai blanko, IIC + 1-2mL
asam H2SO4 pekat melalui dinding
tabung reaksi
IIA IIB
Cincin warna merah = steroid tak
jenuh
ekstrak 0,5g + 5mL
HCN 2N
didihkan lalu tutup dengan corong
berisi kapas basah 賊50 menit untuk
menghidrolisis saponin
1
Setelah dingin +
amoniak sampai basa,
ekstraksi 4-5mL n-
heksana sebanyak 2x
 Kromatografi Lapis Tipis (Steroid/Triterpene)
1
1
didihkan lalu tutup dengan corong
berisi kapas basah 賊50 menit untuk
menghidrolisis saponin
1
totolkan pada plat KLT
1
Cek dengan sinar UV
254nm.
Sapogenin ditunjukan dengan warna
merah untu untuk anesaldehida asam
sulfat
Sedikit ekstrak +
beberapa tetes etanol
aduk sampai larut
Totolkan pada fase diam
(Kiesel Gel 254)
Adanya terpenoid/steroid
ditunjukkan dengan adanya
warna merah ungu atau ungu
DAFTAR PUSTAKA
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB.
Robinson, T. 1995. Kandungan Kimia Organik Tumbuhan Tingi. Bandung: Penerbit ITB.
Sastrohamidjojo H, 1985, Kromatografi, Edisi I, Cetakan I, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Afriastini.J.J. 1990. Bertanam Kencur. Wakarta Penebar Swadaya. Jakarta.
Plantus, 2008, Tanaman Obat, http://www. Iptek net, diakses tanggal 3 Maret 2019
Amirth,Pal,Singh,2002. A Trestie on Phytochemistry. Emedia Sience Ltd.
Wang, Y., T.A. McAllister, C.J. Newbold, L.M. Rode, P.R. Cheeke, & K.J. Cheng. 1998. Effects
of Yucca schidigera extract on fermentation and degradation of steroidal saponins in the
rumen simulation technique (RUSITEC). Animal Feed Science and Technology.
Francis, G., Z. Kerem, H.P.S. Makkar, & K. Becker. 2002. The biological action of saponins in
animal systems: A review.
Br. J. Nutr Hostettmann, K. & A. Marston. 1995. Saponins. Cambridge: Cambridge University
Press.
K. Hostettmann, M Hostettman, MD, Marston A, 1995, Cara kromatografi preparative Penggunan
pada Isolasi Senyawa Alam, hal 10, ITB, Bandung.
Wallace, R.J., L. Arthaud, & C.J. Newbold. 1994. Influence of Yucca shidigera extract on ruminal
ammonia concentrations and ruminal microorganisms. Applied Environmental
Microbiology.
Heyne, K.,1987,Tumbuhan Berguna Indonesia, Volume II, Yayasan Sarana Wana Jaya:
Diedarkan oleh Koperasi Karyawan, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.
Sunaryadi, 1999, Ekstraksi dan isolasi buah lerak (Sapindus rarak) serta pengujian daya
defaunasinya, Tesis, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pasaribu T, Wina E, Sumiati, Setiyono A, Astuti DA. 2014. Effect of Sapindus rarak powder as
feed additive on performance and lipid profile of broiler chicken infected by Eimeria
tenella. JITV 19(4): 263-271. DOI: http://dx.doi.org/10.14334/jitv.v19i4.1099
Nevi Y, Fadhlina I. Efek antibakteri buah lerak terhadap Streptococcus mutans. Maj Kedokteran
Gigi (Dent.J). 2009.
Thalib, A. 2004. Uji efektivitas saponin buah sapindus rarak sebagai inhibitor metanogenesis
secara in vitro. Jurnal ilmu Ternak dan Veteriner.
Gunawan, D dan Mulyadi, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Jakarta. Penebar
Swadaya
Farnsworth, Norman. R., 1996, Biological and Pytochemical Screening of Plants, Journal Of
Pharmaceutical Sciences.
Gritter, R.J., Bobbit, J.M., dan Swharting, A.E. 1991. Pengantar Kromatografi. Edisi Kedua.
Penerbit ITB. Bandung
Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara kromatografi dan Mikroskopi, diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro, 3-17, ITB, Bandung.
Adnan, M., 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan, Edisi Pertama, 9, 14,
15, Penerbit Andi, Yogyakarta.

More Related Content

What's hot (20)

Larutan ( solution )
Larutan ( solution )Larutan ( solution )
Larutan ( solution )
Ranny Rolinda R
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoat
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoatLaporan praktikum - pembuatan asam benzoat
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoat
Firda Shabrina
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Mina Audina
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...
anandajpz
laporan praktikum 3.docx
laporan praktikum 3.docxlaporan praktikum 3.docx
laporan praktikum 3.docx
akqj10oke
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
Yaumil Fajri
Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi
Trie Marcory
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Glikosida
Dokter Tekno
laprak 2.pdf
laprak 2.pdflaprak 2.pdf
laprak 2.pdf
SEPTYANADEWIKUMARAFa
Laporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenLaporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofen
Kezia Hani Novita
Emulsi
Emulsi Emulsi
Emulsi
Stikes BTH Tasikmalaya
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamol
Kezia Hani Novita
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Novi Fachrunnisa
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika KelarutanLaporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Mina Audina
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Kezia Hani Novita
Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2
Cholid Maradanger
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Rukmana Suharta
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
srinova uli
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrik
Trie Marcory
Ppt bu anggun
Ppt bu anggunPpt bu anggun
Ppt bu anggun
Dokter Tekno
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoat
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoatLaporan praktikum - pembuatan asam benzoat
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoat
Firda Shabrina
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Mina Audina
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...
anandajpz
laporan praktikum 3.docx
laporan praktikum 3.docxlaporan praktikum 3.docx
laporan praktikum 3.docx
akqj10oke
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
Yaumil Fajri
Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi
Trie Marcory
Laporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenLaporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofen
Kezia Hani Novita
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamol
Kezia Hani Novita
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Novi Fachrunnisa
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika KelarutanLaporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Mina Audina
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Kezia Hani Novita
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Rukmana Suharta
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
srinova uli
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrik
Trie Marcory

Similar to Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, triterpenoid, dan steroid (Ekstrak sapindus rarak DC) (20)

Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining FitokimiaPresentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
farmasistikes
221 301-1-pb
221 301-1-pb221 301-1-pb
221 301-1-pb
Ika Hartati
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)
Bondan the Planter of Palm Oil
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Rista Siti Mawarni
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdfJURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
Dinda Gusti Ayu
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
aufia w
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDERSKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SofiaNofianti
Flavonoid
FlavonoidFlavonoid
Flavonoid
kurniaramadani
9. ririn.pdf
9. ririn.pdf9. ririn.pdf
9. ririn.pdf
ririnsagita1
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pareIsolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Puspita Eka Rohmah
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdfJURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
Dinda Gusti Ayu
Mikoremediasi ppt
Mikoremediasi pptMikoremediasi ppt
Mikoremediasi ppt
RiaAnggun
47674-75676649216-2-PB.pdf
47674-75676649216-2-PB.pdf47674-75676649216-2-PB.pdf
47674-75676649216-2-PB.pdf
FaridMajedi1
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Fendi Pradana
Jurnal edi mahap
Jurnal edi mahapJurnal edi mahap
Jurnal edi mahap
edy7140
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
anandajpz
6829 19209-1-pb
6829 19209-1-pb6829 19209-1-pb
6829 19209-1-pb
Andrew Solo
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)
Repository Ipb
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolata
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolataPPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolata
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolata
Fitranul Untsa
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolata
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolataPPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolata
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolata
Fitranul Untsa
Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining FitokimiaPresentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
farmasistikes
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)
Bondan the Planter of Palm Oil
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Rista Siti Mawarni
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdfJURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
Dinda Gusti Ayu
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
aufia w
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDERSKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SofiaNofianti
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pareIsolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Puspita Eka Rohmah
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdfJURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
Dinda Gusti Ayu
Mikoremediasi ppt
Mikoremediasi pptMikoremediasi ppt
Mikoremediasi ppt
RiaAnggun
47674-75676649216-2-PB.pdf
47674-75676649216-2-PB.pdf47674-75676649216-2-PB.pdf
47674-75676649216-2-PB.pdf
FaridMajedi1
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Fendi Pradana
Jurnal edi mahap
Jurnal edi mahapJurnal edi mahap
Jurnal edi mahap
edy7140
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
anandajpz
6829 19209-1-pb
6829 19209-1-pb6829 19209-1-pb
6829 19209-1-pb
Andrew Solo
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)
Repository Ipb
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolata
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolataPPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolata
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolata
Fitranul Untsa
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolata
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolataPPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolata
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolata
Fitranul Untsa

Recently uploaded (20)

Program Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptx
Program Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptxProgram Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptx
Program Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptx
Fajar Baskoro
SOP ASESMEN MADRASAH 2025 KEMENTERIAN AGAMA
SOP ASESMEN MADRASAH  2025 KEMENTERIAN AGAMASOP ASESMEN MADRASAH  2025 KEMENTERIAN AGAMA
SOP ASESMEN MADRASAH 2025 KEMENTERIAN AGAMA
ZulfikarRidwan2
Kisi-kisi Ujian Praktik Bahasa Indonesia SD-MI (Websiteedukasi.com).docx
Kisi-kisi Ujian Praktik Bahasa Indonesia SD-MI (Websiteedukasi.com).docxKisi-kisi Ujian Praktik Bahasa Indonesia SD-MI (Websiteedukasi.com).docx
Kisi-kisi Ujian Praktik Bahasa Indonesia SD-MI (Websiteedukasi.com).docx
AnohSuhaemi
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptxPERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
Fajar Baskoro
BUNGAI JAKU SEMPAMA dikena bala pengajar Iban nyadika malin dalam ngajar.
BUNGAI JAKU SEMPAMA dikena bala pengajar Iban nyadika malin dalam ngajar.BUNGAI JAKU SEMPAMA dikena bala pengajar Iban nyadika malin dalam ngajar.
BUNGAI JAKU SEMPAMA dikena bala pengajar Iban nyadika malin dalam ngajar.
SantaMartina2
Komsas: Justeru Impian Di Jaring (Tingkatan 3)
Komsas: Justeru Impian Di Jaring (Tingkatan 3)Komsas: Justeru Impian Di Jaring (Tingkatan 3)
Komsas: Justeru Impian Di Jaring (Tingkatan 3)
ChibiMochi
T2 - Demonstrasi Kontekstual Kelompok- PSE.pptx
T2 - Demonstrasi Kontekstual Kelompok- PSE.pptxT2 - Demonstrasi Kontekstual Kelompok- PSE.pptx
T2 - Demonstrasi Kontekstual Kelompok- PSE.pptx
muhammadzaki112001
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptxBERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
putuariutama
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docxKisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
KhusnulAzizah4
626958694-GEREJA-PEDULI-KEPADA-SESAMA-YANG-SAKIT.pptx
626958694-GEREJA-PEDULI-KEPADA-SESAMA-YANG-SAKIT.pptx626958694-GEREJA-PEDULI-KEPADA-SESAMA-YANG-SAKIT.pptx
626958694-GEREJA-PEDULI-KEPADA-SESAMA-YANG-SAKIT.pptx
papamamajason21
Chapter 1 - Network Security.pptx
Chapter 1 -        Network Security.pptxChapter 1 -        Network Security.pptx
Chapter 1 - Network Security.pptx
Universitas Teknokrat Indonesia
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
shafiqsmkamil
Topik 1 - Memahami Konsep Literasi Dasar.pptx
Topik 1 - Memahami Konsep Literasi Dasar.pptxTopik 1 - Memahami Konsep Literasi Dasar.pptx
Topik 1 - Memahami Konsep Literasi Dasar.pptx
SyamsuRiwal2
MODUL-AJAR-KELAS-9-sem-GENAP kurikulum 2013
MODUL-AJAR-KELAS-9-sem-GENAP kurikulum 2013MODUL-AJAR-KELAS-9-sem-GENAP kurikulum 2013
MODUL-AJAR-KELAS-9-sem-GENAP kurikulum 2013
HariSucihatiHutahaea
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS VIII " ALAT MUSIK TRADISIONAL"
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS VIII " ALAT MUSIK TRADISIONAL"MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS VIII " ALAT MUSIK TRADISIONAL"
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS VIII " ALAT MUSIK TRADISIONAL"
MUMUL CHAN
TUGAS KELOMPOK 3 ANGKATAN 20 TUGAS ORIENTASI PPPK .pptx
TUGAS KELOMPOK 3 ANGKATAN 20  TUGAS ORIENTASI PPPK .pptxTUGAS KELOMPOK 3 ANGKATAN 20  TUGAS ORIENTASI PPPK .pptx
TUGAS KELOMPOK 3 ANGKATAN 20 TUGAS ORIENTASI PPPK .pptx
eraoktafia92
pertemuan 11 new- asuhan komunitas 2025.pptx
pertemuan 11 new- asuhan komunitas 2025.pptxpertemuan 11 new- asuhan komunitas 2025.pptx
pertemuan 11 new- asuhan komunitas 2025.pptx
AyiDamayani
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdfPROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
Indra Diputra
5. Program Semester Mapel Bahasa Indonesia.docx
5. Program Semester Mapel Bahasa Indonesia.docx5. Program Semester Mapel Bahasa Indonesia.docx
5. Program Semester Mapel Bahasa Indonesia.docx
KhusnulAzizah4
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan Indonesia
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan IndonesiaMasukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan Indonesia
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan Indonesia
Dadang Solihin
Program Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptx
Program Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptxProgram Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptx
Program Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptx
Fajar Baskoro
SOP ASESMEN MADRASAH 2025 KEMENTERIAN AGAMA
SOP ASESMEN MADRASAH  2025 KEMENTERIAN AGAMASOP ASESMEN MADRASAH  2025 KEMENTERIAN AGAMA
SOP ASESMEN MADRASAH 2025 KEMENTERIAN AGAMA
ZulfikarRidwan2
Kisi-kisi Ujian Praktik Bahasa Indonesia SD-MI (Websiteedukasi.com).docx
Kisi-kisi Ujian Praktik Bahasa Indonesia SD-MI (Websiteedukasi.com).docxKisi-kisi Ujian Praktik Bahasa Indonesia SD-MI (Websiteedukasi.com).docx
Kisi-kisi Ujian Praktik Bahasa Indonesia SD-MI (Websiteedukasi.com).docx
AnohSuhaemi
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptxPERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
Fajar Baskoro
BUNGAI JAKU SEMPAMA dikena bala pengajar Iban nyadika malin dalam ngajar.
BUNGAI JAKU SEMPAMA dikena bala pengajar Iban nyadika malin dalam ngajar.BUNGAI JAKU SEMPAMA dikena bala pengajar Iban nyadika malin dalam ngajar.
BUNGAI JAKU SEMPAMA dikena bala pengajar Iban nyadika malin dalam ngajar.
SantaMartina2
Komsas: Justeru Impian Di Jaring (Tingkatan 3)
Komsas: Justeru Impian Di Jaring (Tingkatan 3)Komsas: Justeru Impian Di Jaring (Tingkatan 3)
Komsas: Justeru Impian Di Jaring (Tingkatan 3)
ChibiMochi
T2 - Demonstrasi Kontekstual Kelompok- PSE.pptx
T2 - Demonstrasi Kontekstual Kelompok- PSE.pptxT2 - Demonstrasi Kontekstual Kelompok- PSE.pptx
T2 - Demonstrasi Kontekstual Kelompok- PSE.pptx
muhammadzaki112001
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptxBERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
putuariutama
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docxKisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
KhusnulAzizah4
626958694-GEREJA-PEDULI-KEPADA-SESAMA-YANG-SAKIT.pptx
626958694-GEREJA-PEDULI-KEPADA-SESAMA-YANG-SAKIT.pptx626958694-GEREJA-PEDULI-KEPADA-SESAMA-YANG-SAKIT.pptx
626958694-GEREJA-PEDULI-KEPADA-SESAMA-YANG-SAKIT.pptx
papamamajason21
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
shafiqsmkamil
Topik 1 - Memahami Konsep Literasi Dasar.pptx
Topik 1 - Memahami Konsep Literasi Dasar.pptxTopik 1 - Memahami Konsep Literasi Dasar.pptx
Topik 1 - Memahami Konsep Literasi Dasar.pptx
SyamsuRiwal2
MODUL-AJAR-KELAS-9-sem-GENAP kurikulum 2013
MODUL-AJAR-KELAS-9-sem-GENAP kurikulum 2013MODUL-AJAR-KELAS-9-sem-GENAP kurikulum 2013
MODUL-AJAR-KELAS-9-sem-GENAP kurikulum 2013
HariSucihatiHutahaea
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS VIII " ALAT MUSIK TRADISIONAL"
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS VIII " ALAT MUSIK TRADISIONAL"MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS VIII " ALAT MUSIK TRADISIONAL"
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS VIII " ALAT MUSIK TRADISIONAL"
MUMUL CHAN
TUGAS KELOMPOK 3 ANGKATAN 20 TUGAS ORIENTASI PPPK .pptx
TUGAS KELOMPOK 3 ANGKATAN 20  TUGAS ORIENTASI PPPK .pptxTUGAS KELOMPOK 3 ANGKATAN 20  TUGAS ORIENTASI PPPK .pptx
TUGAS KELOMPOK 3 ANGKATAN 20 TUGAS ORIENTASI PPPK .pptx
eraoktafia92
pertemuan 11 new- asuhan komunitas 2025.pptx
pertemuan 11 new- asuhan komunitas 2025.pptxpertemuan 11 new- asuhan komunitas 2025.pptx
pertemuan 11 new- asuhan komunitas 2025.pptx
AyiDamayani
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdfPROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
Indra Diputra
5. Program Semester Mapel Bahasa Indonesia.docx
5. Program Semester Mapel Bahasa Indonesia.docx5. Program Semester Mapel Bahasa Indonesia.docx
5. Program Semester Mapel Bahasa Indonesia.docx
KhusnulAzizah4
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan Indonesia
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan IndonesiaMasukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan Indonesia
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan Indonesia
Dadang Solihin

Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, triterpenoid, dan steroid (Ekstrak sapindus rarak DC)

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA TUGAS 2 IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN GLIKOSIDA SAPONIN, TRITERPENOID DAN STEROID (Ekstrak Sapindus rarak DC.) DISUSUN OLEH : ANANDA NOVIA RIZKY UJP 201610410311151 KELOMPOK 10 FARMASI D UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI 2016
  • 2. TUGAS 2. IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN GLIKOSIDA SAPONIN, TRITERPENOID DAN STEROID (Ekstrak Sapindus rarak DC.). 1) Tujuan Mahasiswa mampu untuk melakukan identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, triterpenoid dan steroid dalam tanaman. 2) Tinjauan a) Tanaman KLASIFIKASI TANAMAN Lerak (Sapindus rarak) merupakan jenis tumbuhan yang berasal dari Asia Tenggara yang dapat tumbuh dengan baik pada hampir semua jenis tanah dan keadaan iklim, dari daratan rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 450- 1500m dari permukaan laut. Taksonomi tanaman lerak yaitu: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledons Sub kelas : Rosidae Bangsa : Sapindales Suku : Sapindaceae Marga : Sapindus Jenis : Sapindus rarak DC. (Afriastini, 1990)
  • 3. CIRI MORFOLOGI Bentuk daun lerak bundar telur, perbungaan majemuk, malai, terdapat di ujung batang warna putih kekuningan. Bentuk buah seperti kelereng kalau sudah tua atau masak, warnanya coklat kehitaman, permukaan buah licin atau mengkilat, bijinya bundar berwarna hitam. Daging buah sedikit berlendir dan aromanya wangi (Plantus, 2008). Bakal buah berlekuk tiga dengan satu bakal biji pada setiap ruang. Buah yang dihasilkan bulat mirip bola dengan diameter 2-2,5 cm, berminyak dan sedikit berkerut. Buah lerak yang masih muda berwarna hijau dan buah yang sudah tua berwarna coklat kehitaman. Daging buah pada lerak banyak mengandung air, mempunyai rasa pahit dan beracun. Tiap buah mempunyai satu biji yang berkulit keras berwarna hitam mengkilat dengan diameter kurang lebih 1 cm. Buah lerak terdiri dari 75 persen daging buah dan 25 persen biji, pada bagian daging buah banyak terkandung senyawa saponin yang merupakan racun yang cukup kuat (Heyne, 1987). KANDUNGAN TANAMAN Pengujian secara kualitatif senyawa yang terdapat pada daging buah diantaranya adalah triterpen, alkaloid, steroid, antrakinon, tanin, fenol, flavonoid, dan minyak atsiri (Sunaryadi, 1999). Kulit buah, biji, kulit batang dan daun lerak mengandung saponin dan flavonoid, sedangkan kulit buah juga mengandung alkaloida dan polifenol. Kulit batang dan daun tanaman lerak mengandung tanin. Senyawa aktif yang telah diketahui dari buah lerak adalah senyawasenyawa dari golongan saponin dan sesquiterpen (Wina et al., 2005) Tabel 1. Persentase Senyawa Aktif Pada Lerak NO. Senyawa Aktif Persentase Senyawa 1. Saponin 12% 2. Alkaloid 1%
  • 4. 3. Steroid 0,036% 4. Triterpene 0,029% Sumber : Nevi Yanti, 2009 1. Saponin Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Pencarian saponin dalam tumbuhan telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah diperoleh dan dapat diubah di laboratorium menjadi sterol hewan yang berkhasiat penting. Pola glikosida saponin kadang-kadang rumit, banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum ialah asam glukoronat (Harborne, 1987) Spesies tanaman Sapindus seperti Sapindus saponaria, S. rarak, S. emarginatus, S. drummonii dan S. delavay pada umumnya mempunyai kandungan saponin yang tinggi. Salah satu jenis Sapindus yang mempunyai kandungan saponin tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai imbuhan pakan pada ruminansia adalah S. rarak (lerak). Buah dalam bentuk hasil ekstraksi dengan metanol telah dilaporkan mengandung saponin dengan kadar tinggi daripada buahnya yang tanpa diekstrak (Thalib, 2004). Sifat yang khas dari saponin antara lain berasa pahit, berbusa dalam air, mempunyai sifat detergen yang baik, beracun bagi binatang berdarah dingin, mempunyai aktivitas hemolisis (merusak sel darah merah), tidak beracun bagi binatang berdarah panas, mempunyai sifat anti eksudatif dan mempunyai sifat anti inflamatori. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, senyawa saponin mempunyai kegunaan yang sangat luas, antara lain sebagai detergen, pembentuk busa pada alat pemadam kebakaran, pembentuk busa pada industri sampo dan digunakan dalam industri farmasi serta dalam bidang fotografi. Beberapa saponin bekerja sebagai
  • 5. antimikroba, saponin tertentu menjadi penting karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormone steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan (Robinson, 1995). KLASIFIKASI SENYAWA SAPONIN Secara umum saponin merupakan bentuk glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan triterpen. Triterpen merupakan jenis senyawa bahan alam yangmemiliki 6 monoterpen atau memiliki jumlah atom karbon sebanyak 30.Dari aglikonnya saponin dapat bagi menjadi dua yaitu saponin dengan steroid dansaponin dengan triterpen. 1. Saponin Steroid Tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat.Steroidsaponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagaisapogenin.Tipe saponin ini memiliki efek antijamur. Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan set elah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa steroid yang diperoleh dari metabolism sekunder tumbuhan. Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini dikarenakan memiliki efek kuat terhadap jantung (Anonim, 2009).
  • 6. 2. Saponin Triterpene Triterpen yang memiliki atom C sebanyak 30.Saponin jenis ini bersifatasam.Tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat.Dihidrolisismenghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawayang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponinini adalah turunan -amyrine (Amirt Pal,2002). MANFAAT SAPONIN Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa saponin dan tanaman yang banyak mengandung saponin memiliki efek toksik pada protozoa dengan cara membentuk sebuah kompleks ireversibel dengan steroid dalam dinding sel protozoa (Wang et al., 1998; Francis et al., 2002). Kompleks yang terbentuk tersebut akan mengakibatkan rusaknya membran sel protozoa (Hostettmann & Marston, 1995). Penurunan populasi protozoa dalam rumen ini kemungkinan memiliki beberapa efek positif seperti peningkatan efisiensi metabolisme nitrogen, pengurangan emisi gas metana, pergeseran dalam populasi bakteri dan
  • 7. jamur dalam rumenserta potensi peningkatan aliran protein bakteri menuju saluran pencernaan yang lebih rendah (Wallace et al., 1994) IDENTIFIKASI SAPONIN 1. Uji Buih Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun sehingga keberadan saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil (Gunawan dan Mulyadi, 2004). 2. Uji Liebermann-Burchard Senyawa saponin dapat diidentifikasi dari warna yang dihasilkannya dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Warna biru-hijau menunjukkan saponin steroida, dan warna merah, merah muda, atau ungu menunjukkan saponin triterpenoida (Farnsworth, 1996) 3. Uji Salkowski Uji salkowski digunakan untuk mengidentifikasi adanya steroid tak jenuh pada ekstrak, uji ini dilakukan dengan penambahan asam sulfat pekat dan jika terdapat gugus steroid tak jenuh pada larutan akan terbentuk cincin berwarna merah terang yang lama kelamaan akan berwarna merah ungu (Farnsworth, 1996). 4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan pemisah terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan yang ditotolkan baik berupa bercak ataupun pita, setelah plat atau lapisan dimasukkan ke dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan), selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Stahl, 1985).
  • 8. Pendeteksian bercak hasil pemisahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Untuk senyawa tak berwarna cara yang paling sederhana adalah dilakukan pengamatan dengan sinar ultraviolet. Beberapa senyawa organik bersinar atau berfluorosensi jika disinari dengan sinar ultraviolet gelombang pendek (254 nm) atau gelombang panjang (366 nm), jika dengan cara itu senyawa tidak dapat dideteksi maka harus dicoba disemprot dengan pereaksi yang membuat bercak tersebut tampak yaitu pertama tanpa pemanasan, kemudian bila perlu dengan pemanasan (Gritter, et al., 1991; Stahl, 1985) FASA DIAM Kromatografi lapis tipis, fase diam berupa lapisan tipis yang terdiri atasahan padat yang dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca, dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan melekat pada permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat atau amilum. Penjerap yang umum dipakai untuk kromatografi lapis tipis adalah silica gel, alumina, kieselgur dan selulosa (Gritter, et al., 1991). Dua sifat yang penting dari fase diam adalah ukuran partikel dan homogenitasnya, karena adesi terhadap penyokong sangat tergantung pada kedua sifat tersebut. Ukuran partikel yang biasa digunakan adalah 1-25 mikron. Partikel yang butirannya sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu cara untuk memperbaiki hasil pemisahan adalah dengan menggunakan fase diam yang butirannya lebih halus. Butiran yang halus memberikan aliran pelarut yang lebih lambat dan resolusi yang lebih baik (Sastrohamidjojo, 1985). FASA GERAK Fase gerak ialah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut, jika diperlukan sistem pelarut multi komponen, harus berupa suatu campuran sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl, 1985).
  • 9. Pemisahan senyawa organik selalu menggunakan pelarut campur. Tujuan menggunakan pelarut campur adalah untuk memperoleh pemisahan senyawa yang baik. Kombinasi pelarut adalah berdasarkan atas polaritas masing-masing pelarut, sehingga dengan demikian akan diperoleh sistem pengembang yang cocok. Pelarut pengembang yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis antara lain: n-heksan, karbontetraklorida, benzen, kloroform, eter, etilasetat, piridian, aseton, etanol, metanol dan air (Gritter, et al., 1991). HARGA Rf Mengidentifikasi noda-noda dalam kromatografi lapis tipis sangat lazim menggunakan harga Rf (Retordation Factor) yang didefinisikan sebagai: = 署 $≒ $ jarak yang ditempuh pelarut (eluen) Harga Rf beragam mulai dari 0 sampai 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf (Sastrohamidjojo, 1985): a. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan b. Sifat penjerap c. Tebal dan kerataan dari lapisan penjerap d. Pelarut dan derajat kemurniannya e. Derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana f. Teknik percobaan g. Jumlah cuplikan yang digunakan h. Suhu i. Kesetimbangan. POLARITAS Polaritas sering diartikan sebagai adanya pemisahan kutub bermuatan positif dan negatif dari suatu molekul sebagai akibat terbentuknya konfigurasi tertentu dari
  • 10. atom-atom penyusunnya. Dengan demikian, molekul tersebut dapat tertarik oleh molekul yang lain yang juga mempunyai polaritas yang kurang lebih sama. Besarnya polaritas dari suatu pelarut proporsional dengan besarnya konstanta dielektriknya (Adnan, 1997). Menurut Stahl (1985), konstanta dielektrik (竜) merupakan salah satu ukuran kepolaran pelarut yang mengukur kemampuan pelarut untuk menyaring daya tarik elektrostatik antara isi yang berbeda. Ekstraksi berkesinambungan dilakukan secara berturut-turut dimulai dengan pelarut nonpolar (misalnya n-heksan atau kloroform) dilanjutkan dengan pelarut semipolar (etil asetat atau dietil eter) kemudian dilanjutkan dengan pelarut polar (metanol atau etanol). Pada proses ekstraksi akan diperoleh ekstrak awal (crude extract) yang mengandung berturutturut senyawa nonpolar, semipolar, dan polar (Hostettmann et al. 1995).
  • 11. 3) Prosedur Kerja ALAT DAN BAHAN a. Alat Pipet Tisu dan kain lap Sudip Label Penjepit kayu Aluminium foil Pinset Vial 10ml KLT Plat Kaca b. Bahan Ekstrak Sapindus rarak DC. Etanol Aquadest Asam asetat anhidrat H2SO4 pekat HCL 2N Ammonia N-Heksana Kiesel gel GF 254 PREPARASI SAMPEL a) Bagan Alir Preparasi sampel Uji Buih Ekstrak 0,2 g masukkan tabung reaksi + 10 mL air suling, kocok kuat 賊30 detik Tes buih postof mengandung saponin bila terjadi buih stabil semalam lebih dari 30 menit dengan tinggi 3cm di atas permukaan cairan
  • 12. Reaksi Warna Preparasi sampel: ekstrak 0,5g + etanol 15mL, bagi menjadi 3 bagian masing-masing 5mL, sebagai larutan IIA, IIB, IIC Uji Liebermann-Burchard Uji Salkowski IIA sebagai blanko, IIB + 3gtt asam asetat anhidrat + 5gtt H2SO4 pekat, kocok perlahan, amati perubahan warna IIA sebagai blanko, IIC + 1-2mL asam H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi Biru-hijau = saponin steroid Merah-ungu = saponin triterpenoid Kuning muda = saponin jenuh Cincin warna merah = steroid tak jenuh
  • 13. Kromatografi Lapis Tipis (Sapogenin) Kromatografi Lapis Tipis (Steroid/Triterpene) ekstrak 0,5g + 5mL HCN 2N, didihkan lalu tutup dengan corong berisi kapas basah 賊50 menit untuk menghidrolisis saponin Setelah dingin + amoniak sampai basa, ekstraksi 4-5mL n-heksana sebanyak 2x, uapkan sampai tinggal 0,5mL, totolkan pada plat KLT Cek dengan sinar UV 254nm. Sapogenin ditunjukan dengan warna merah untu untuk anesaldehida asam sulfat Sedikit ekstrak + beberapa tetes etanol, aduk sampai larut Totolkan pada fase diam (Kiesel Gel 254) Adanya terpenoid/steroid ditunjukkan dengan adanya warna merah ungu atau ungu
  • 14. b) Skema Kerja Uji Buih Reaksi Warna Timbang ekstrak piper nigrum L. 0,9 gram Masukkan tabung reaksi + aquadest 10mL, kocok kuat 賊30 detik Tes buih postof mengandung saponin bila terjadi buih stabil semalam lebih dari 30 menit dengan tinggi 3cm di atas permukaan cairan ekstrak 0,5g + etanol 15mL bagi menjadi 3 bagian masing- masing 5mL, sebagai larutan IIA, IIB, IIC IIA IIB IIC
  • 15. Uji Liebermann-Burchard Uji Salkowski Kromatografi Lapis Tipis (KLT) IIA sebagai blanko, IIB + 3gtt asam asetat anhidrat + 5gtt H2SO4 pekat, kocok perlahan, amati perubahan warna IIA IIB Biru-hijau = saponin steroid Merah-ungu = saponin triterpenoid Kuning muda = saponin jenuh IIA sebagai blanko, IIC + 1-2mL asam H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi IIA IIB Cincin warna merah = steroid tak jenuh ekstrak 0,5g + 5mL HCN 2N didihkan lalu tutup dengan corong berisi kapas basah 賊50 menit untuk menghidrolisis saponin 1 Setelah dingin + amoniak sampai basa, ekstraksi 4-5mL n- heksana sebanyak 2x
  • 16. Kromatografi Lapis Tipis (Steroid/Triterpene) 1 1 didihkan lalu tutup dengan corong berisi kapas basah 賊50 menit untuk menghidrolisis saponin 1 totolkan pada plat KLT 1 Cek dengan sinar UV 254nm. Sapogenin ditunjukan dengan warna merah untu untuk anesaldehida asam sulfat Sedikit ekstrak + beberapa tetes etanol aduk sampai larut Totolkan pada fase diam (Kiesel Gel 254) Adanya terpenoid/steroid ditunjukkan dengan adanya warna merah ungu atau ungu
  • 17. DAFTAR PUSTAKA Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB. Robinson, T. 1995. Kandungan Kimia Organik Tumbuhan Tingi. Bandung: Penerbit ITB. Sastrohamidjojo H, 1985, Kromatografi, Edisi I, Cetakan I, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Afriastini.J.J. 1990. Bertanam Kencur. Wakarta Penebar Swadaya. Jakarta. Plantus, 2008, Tanaman Obat, http://www. Iptek net, diakses tanggal 3 Maret 2019 Amirth,Pal,Singh,2002. A Trestie on Phytochemistry. Emedia Sience Ltd. Wang, Y., T.A. McAllister, C.J. Newbold, L.M. Rode, P.R. Cheeke, & K.J. Cheng. 1998. Effects of Yucca schidigera extract on fermentation and degradation of steroidal saponins in the rumen simulation technique (RUSITEC). Animal Feed Science and Technology. Francis, G., Z. Kerem, H.P.S. Makkar, & K. Becker. 2002. The biological action of saponins in animal systems: A review. Br. J. Nutr Hostettmann, K. & A. Marston. 1995. Saponins. Cambridge: Cambridge University Press. K. Hostettmann, M Hostettman, MD, Marston A, 1995, Cara kromatografi preparative Penggunan pada Isolasi Senyawa Alam, hal 10, ITB, Bandung. Wallace, R.J., L. Arthaud, & C.J. Newbold. 1994. Influence of Yucca shidigera extract on ruminal ammonia concentrations and ruminal microorganisms. Applied Environmental Microbiology. Heyne, K.,1987,Tumbuhan Berguna Indonesia, Volume II, Yayasan Sarana Wana Jaya: Diedarkan oleh Koperasi Karyawan, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta. Sunaryadi, 1999, Ekstraksi dan isolasi buah lerak (Sapindus rarak) serta pengujian daya
  • 18. defaunasinya, Tesis, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pasaribu T, Wina E, Sumiati, Setiyono A, Astuti DA. 2014. Effect of Sapindus rarak powder as feed additive on performance and lipid profile of broiler chicken infected by Eimeria tenella. JITV 19(4): 263-271. DOI: http://dx.doi.org/10.14334/jitv.v19i4.1099 Nevi Y, Fadhlina I. Efek antibakteri buah lerak terhadap Streptococcus mutans. Maj Kedokteran Gigi (Dent.J). 2009. Thalib, A. 2004. Uji efektivitas saponin buah sapindus rarak sebagai inhibitor metanogenesis secara in vitro. Jurnal ilmu Ternak dan Veteriner. Gunawan, D dan Mulyadi, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Jakarta. Penebar Swadaya Farnsworth, Norman. R., 1996, Biological and Pytochemical Screening of Plants, Journal Of Pharmaceutical Sciences. Gritter, R.J., Bobbit, J.M., dan Swharting, A.E. 1991. Pengantar Kromatografi. Edisi Kedua. Penerbit ITB. Bandung Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara kromatografi dan Mikroskopi, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, 3-17, ITB, Bandung. Adnan, M., 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan, Edisi Pertama, 9, 14, 15, Penerbit Andi, Yogyakarta.