Dokumen tersebut merangkum percobaan untuk menentukan efek antidiare dari beberapa obat, yaitu loperamide, rebusan daun jambu biji, dan larutan Na.CMC 1%. Percobaan dilakukan dengan memberikan induksi diare terlebih dahulu menggunakan oleum ricini, kemudian memberikan obat-obatan tersebut untuk mengamati parameter seperti frekuensi defekasi dan konsistensi feses.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis reaksi kimia dan bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan reaksi kimia.
2. Diuraikan pula teori-teori dasar mengenai reaksi kimia beserta contoh-contohnya.
3. Juga diberikan penjelasan mengenai beberapa bahan kimia yang digunakan sebagai reaktan dalam percobaan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas tentang kromatografi lapis tipis (KLT) yang merupakan salah satu metode kromatografi, dengan menjelaskan sejarah, prinsip kerja, alat-alat, dan teknik standar pemisahan KLT.
Ekstraksi herba Putri Malu (Mimosa pudica L.) dilakukan menggunakan metode ekstraksi dingin berupa maserasi dengan pelarut metanol selama 3 hari. Tujuan ekstraksi ini adalah untuk memperoleh ekstrak dari herba tersebut.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut secara merata dalam pelarut. Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh faktor seperti polaritas, temperatur, dan keberadaan garam lain. Bentuk sediaan larutan umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan ketelitian.
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoatFirda Shabrina
油
Laporan praktikum kimia ini memberikan ringkasan singkat tentang sintesis asam benzoat dari oksidasi toluena menggunakan KMnO4. Prosesnya melibatkan reaksi oksidasi toluena menjadi aldehida lalu asam benzoat dalam kondisi basa. Hasil akhir adalah kristal asam benzoat berbentuk panjang tajam berwarna putih seberat 0,171 gram.
Glikosida adalah senyawa yang terdiri dari bagian gula (glikon) dan bagian bukan gula (aglikon). Glikosida memegang peranan penting dalam pertumbuhan tanaman dan terlibat dalam sistem regulatori dan pertahanan tubuh. Terdapat banyak senyawa glikosida yang aktif farmakologi sehingga dapat dimanfaatkan dalam terapeutik seperti glikosida jantung, laksatif, analgesik, dan antiinflamasi.
1. Praktikum ini bertujuan untuk memformulasi dan mengevaluasi emulsi dengan mempelajari pengaruh HLB dan alat terhadap stabilitas emulsi.
2. Tiga formula emulsi dibuat dengan variasi rasio tween dan span. Stabilitas emulsi dibandingkan dengan nilai HLB dan viskositasnya.
3. Tiga emulsi dibuat menggunakan alat yang berbeda, yaitu mixer, blender, dan mortir. Stabilitas emulsi dibandingkan unt
Laporan ini membahas tentang pembuatan sediaan eliksir parasetamol. Terdapat tujuan pembuatan yaitu mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan eliksir parasetamol dengan baik serta membuat kemasannya. Dokumen ini juga menjelaskan teori, bahan, perhitungan, dan penetapan dosis eliksir parasetamol.
Laporan ini membahas formulasi dan evaluasi tablet vitamin C yang dibuat oleh kelompok mahasiswa farmasi. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dievaluasi ukuran partikel, bobot, dan waktu hancur tabletnya."
Praktikum ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh temperatur terhadap kelarutan asam benzoat dan asam borat. Kelarutan kedua zat diukur pada suhu kamar, 450C, dan 600C. Hasilnya menunjukkan bahwa kelarutan asam benzoat dan asam borat meningkat dengan peningkatan suhu.
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANsrinova uli
油
BAB 1 PENDAHULUAN memberikan tujuan percobaan untuk membantu mahasiswa mempelajari prinsip farmakologi secara praktis dan menghargai peran hewan percobaan. Dokumen ini juga menjelaskan tentang penanganan hewan percobaan seperti mencit dan tikus serta cara-cara pemberian obat secara oral, subkutan, intravena, intramuscular, dan intraperitoneal.
Dokumen tersebut membahas tentang eliksir sebagai sediaan farmasi cair yang mengandung alkohol sebagai pelarut utama. Eliksir biasanya mengandung 5-10% alkohol dan digunakan untuk menghantarkan obat dalam tubuh. Dokumen ini juga menjelaskan cara pembuatan eliksir dan contoh perhitungan konstanta dielektrik untuk campuran pelarut eliksir.
Dokumen tersebut membahas tentang pasta sebagai sediaan farmasi semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat untuk pemakaian topikal. Dibahas pula karakteristik, penggolongan, metode pembuatan, contoh formula standar, perbedaan dengan salep, serta keuntungan dan kerugian pasta. Dokumen ini menyimpulkan bahwa kelebihan pasta adalah mengikat cairan luka dan melekat lebih lama pada kulit, sement
Ekstrak daun sirih mengandung senyawa fenolik. Praktikum ini melakukan identifikasi senyawa fenolik pada ekstrak daun sirih dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% sebagai pelarut. Uji kualitatif menggunakan pereaksi FeCl3 menghasilkan perubahan warna biru kehitaman, menunjukkan adanya senyawa fenolik pada ekstrak daun sirih.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini menentukan kadar flavonoid total ekstrak etanol daun cengkeh dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis.
2. Hasil ekstraksi daun cengkeh menghasilkan rendamen sebesar 16,1134% dan kadar flavonoid totalnya adalah 73,08 mgRE/g ekstrak atau setara 7,308%.
3. Penelitian ini menggunakan metode maserasi dengan pelarut
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut secara merata dalam pelarut. Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh faktor seperti polaritas, temperatur, dan keberadaan garam lain. Bentuk sediaan larutan umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan ketelitian.
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoatFirda Shabrina
油
Laporan praktikum kimia ini memberikan ringkasan singkat tentang sintesis asam benzoat dari oksidasi toluena menggunakan KMnO4. Prosesnya melibatkan reaksi oksidasi toluena menjadi aldehida lalu asam benzoat dalam kondisi basa. Hasil akhir adalah kristal asam benzoat berbentuk panjang tajam berwarna putih seberat 0,171 gram.
Glikosida adalah senyawa yang terdiri dari bagian gula (glikon) dan bagian bukan gula (aglikon). Glikosida memegang peranan penting dalam pertumbuhan tanaman dan terlibat dalam sistem regulatori dan pertahanan tubuh. Terdapat banyak senyawa glikosida yang aktif farmakologi sehingga dapat dimanfaatkan dalam terapeutik seperti glikosida jantung, laksatif, analgesik, dan antiinflamasi.
1. Praktikum ini bertujuan untuk memformulasi dan mengevaluasi emulsi dengan mempelajari pengaruh HLB dan alat terhadap stabilitas emulsi.
2. Tiga formula emulsi dibuat dengan variasi rasio tween dan span. Stabilitas emulsi dibandingkan dengan nilai HLB dan viskositasnya.
3. Tiga emulsi dibuat menggunakan alat yang berbeda, yaitu mixer, blender, dan mortir. Stabilitas emulsi dibandingkan unt
Laporan ini membahas tentang pembuatan sediaan eliksir parasetamol. Terdapat tujuan pembuatan yaitu mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan eliksir parasetamol dengan baik serta membuat kemasannya. Dokumen ini juga menjelaskan teori, bahan, perhitungan, dan penetapan dosis eliksir parasetamol.
Laporan ini membahas formulasi dan evaluasi tablet vitamin C yang dibuat oleh kelompok mahasiswa farmasi. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dievaluasi ukuran partikel, bobot, dan waktu hancur tabletnya."
Praktikum ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh temperatur terhadap kelarutan asam benzoat dan asam borat. Kelarutan kedua zat diukur pada suhu kamar, 450C, dan 600C. Hasilnya menunjukkan bahwa kelarutan asam benzoat dan asam borat meningkat dengan peningkatan suhu.
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANsrinova uli
油
BAB 1 PENDAHULUAN memberikan tujuan percobaan untuk membantu mahasiswa mempelajari prinsip farmakologi secara praktis dan menghargai peran hewan percobaan. Dokumen ini juga menjelaskan tentang penanganan hewan percobaan seperti mencit dan tikus serta cara-cara pemberian obat secara oral, subkutan, intravena, intramuscular, dan intraperitoneal.
Dokumen tersebut membahas tentang eliksir sebagai sediaan farmasi cair yang mengandung alkohol sebagai pelarut utama. Eliksir biasanya mengandung 5-10% alkohol dan digunakan untuk menghantarkan obat dalam tubuh. Dokumen ini juga menjelaskan cara pembuatan eliksir dan contoh perhitungan konstanta dielektrik untuk campuran pelarut eliksir.
Dokumen tersebut membahas tentang pasta sebagai sediaan farmasi semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat untuk pemakaian topikal. Dibahas pula karakteristik, penggolongan, metode pembuatan, contoh formula standar, perbedaan dengan salep, serta keuntungan dan kerugian pasta. Dokumen ini menyimpulkan bahwa kelebihan pasta adalah mengikat cairan luka dan melekat lebih lama pada kulit, sement
Ekstrak daun sirih mengandung senyawa fenolik. Praktikum ini melakukan identifikasi senyawa fenolik pada ekstrak daun sirih dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% sebagai pelarut. Uji kualitatif menggunakan pereaksi FeCl3 menghasilkan perubahan warna biru kehitaman, menunjukkan adanya senyawa fenolik pada ekstrak daun sirih.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini menentukan kadar flavonoid total ekstrak etanol daun cengkeh dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis.
2. Hasil ekstraksi daun cengkeh menghasilkan rendamen sebesar 16,1134% dan kadar flavonoid totalnya adalah 73,08 mgRE/g ekstrak atau setara 7,308%.
3. Penelitian ini menggunakan metode maserasi dengan pelarut
Analisis pigmen tanaman dengan kromatografi lapis tipis menghasilkan 6 pigmen pada daun kangkung dan 3 pigmen pada daun bayam. Pigmen-pigmen tersebut teridentifikasi sebagai klorofil a dan b berdasarkan warna dan nilai Rf yang sesuai dengan literatur.
Laporan ini membahas skrining fitokimia yang dilakukan terhadap tanaman kemangi untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder. Tanaman kemangi mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid, tanin, steroid, dan saponin yang bermanfaat sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan antimikroba.
Ekstrak etanol buah delima (Punica granatum L.) mengandung flavanoid, alkaloid, terpenoid, saponin dan tanin berdasarkan hasil skrining fitokimia. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder pada ekstrak etanol buah delima yang diperoleh dari Kabupaten Wajo dengan menggunakan beberapa uji kimia. Hasilnya menunjukkan ekstrak tersebut positif mengandung kelima golongan senyawa terse
Ekstraksi daging buah pare menggunakan n-heksana, kloroform, dan etanol menghasilkan tiga ekstrak. Uji toksisitas menggunakan larva udang Artemia salina menunjukkan ekstrak etanol paling toksik dengan LC50 223 ppm. Pemisahan ekstrak etanol menghasilkan tiga fraksi, dimana fraksi 1 paling toksik dengan LC50 31,62 ppm. Fraksi 3 kemudian diidentifikasi mengandung ester dioktil heksadioat, asam palmitat
Dokumen ini membahas tentang isolasi dan identifikasi senyawa kimia terpenoid dari daun ekaliptus melalui proses ekstraksi, fraksinasi, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi gas-spektrometri massa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses isolasi terpenoid, menguji aktivitas antioksidan, dan mengidentifikasi jenis senyawa terpenoid yang terkandung dalam daun ekaliptus."
Tiga genus jamur, yaitu Aspergillus sp., Rhizopus sp. dan Penicillium sp. mampu mendegradasi tiga jenis pestisida, yaitu Gramoxon, Lindomin dan Roundup berdasarkan nilai Hambatan Pertumbuhan Relatif (HPR) terendah. Aspergillus sp. paling efektif mendegradasi Lindomin dan Roundup, sedangkan Penicillium sp. dan Rhizopus sp. masing-masing paling baik untuk mendegradasi Roundup dan Lindomin.
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa golongan steroid dari daun adam hawa dan menguji potensinya sebagai tabir surya.
2. Ekstraksi daun adam hawa menggunakan metanol menghasilkan ekstrak metanol dan tiga fraksi yaitu fraksi n-heksana, fraksi diklorometana, dan fraksi metanol.
3. Isolasi menggunakan kromatografi kolom vakum dan gravitasi menghasilkan senyawa isolat BF2 yang ke
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...Fendi Pradana
油
Dokumen tersebut membahas tentang aktivitas antioksidan antosianin yang terkandung dalam buah duwet (Syzygium cumini). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kontribusi antosianin dalam buah duwet terhadap aktivitas antioksidannya secara in vitro dengan membandingkan antosianin, ekstrak antosianin, dan isolat antosianin buah duwet dengan senyawa antioksidan standar. Metode penelitian meliputi ekstraksi, fraksinasi, peng
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...anandajpz
油
Laporan praktikum ini mendeskripsikan identifikasi senyawa golongan alkaloida dalam ekstrak piper nigrum L. dengan melakukan ekstraksi, pemisahan menggunakan kromatografi lapis tipis, dan reaksi identifikasi. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi senyawa alkaloida seperti piperine.
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)Repository Ipb
油
Dokumen ini membahas hasil penelitian aktivitas antioksidan dan toksisitas ekstrak etanol dari berbagai bagian pohon Surian (Toona sinensis) terhadap larva udang Artemia salina. Hasilnya menunjukkan ekstrak daun, kayu teras, dan kayu gubal memiliki aktivitas antioksidan tinggi berdasarkan nilai EC50, sedangkan ekstrak kayu teras dan kayu gubal memiliki toksisitas tinggi berdasarkan nilai LC50. Analisis kimia menunjuk
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolataFitranul Untsa
油
Journal from India "Anti--Inflammatory Terpenoids from Boswellia Ovalifoliolata"
Present by : Fitranul Untsa, Herlina Yusdi, Lintang Ayu Nastiti, dan Sahrul Ardianto
Politeknik AKA Bogor
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolataFitranul Untsa
油
Tiga senyawa baru diisolasi dari tanaman Boswellia ovalifoliolata, termasuk satu sesquiterpenoid dan dua triterpenoid. Senyawa 2 dan 5 menunjukkan aktivitas anti-inflamasi dengan secara signifikan menghambat sitokin pro-inflamasi TNF-留 dan mengurangi produksi interleukin serta nitrit oksida. Hal ini menunjukkan potensi senyawa tersebut untuk digunakan dalam terapi anti-inflamasi.
Komsas: Justeru Impian Di Jaring (Tingkatan 3)ChibiMochi
油
Buku Skrap Kupasan Novel Justeru Impian Di Jaring yang lengkap bersertakan contoh yang padat. Reka bentuk isi buku yang menarik mampu menarik minat untuk membaca. Susunan ayat yang teratur dapat menyenangkan ketika mahu mencari nota.
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS VIII " ALAT MUSIK TRADISIONAL"MUMUL CHAN
油
Semoga Modul Ajar Seni Musik Kelas VIII ini bisa menjadi referensi untuk kalian dan bermanfaat untuk bersama. Aamiin...
Salam Manis
Widya Mukti Mulyani
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan IndonesiaDadang Solihin
油
Tujuan penyusunan naskah masukan untuk peta jalan strategis keangkasaan Indonesia ini adalah untuk meningkatkan kedaulatan dan pemanfaatan wilayah angkasa Indonesia dalam rangka memperkuat Ketahanan Nasional dan Visi Indonesia Emas 2045.
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan IndonesiaDadang Solihin
油
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, triterpenoid, dan steroid (Ekstrak sapindus rarak DC)
1. LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
TUGAS 2
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN GLIKOSIDA SAPONIN, TRITERPENOID
DAN STEROID (Ekstrak Sapindus rarak DC.)
DISUSUN OLEH :
ANANDA NOVIA RIZKY UJP
201610410311151
KELOMPOK 10
FARMASI D
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
2016
2. TUGAS 2. IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN GLIKOSIDA SAPONIN,
TRITERPENOID DAN STEROID (Ekstrak Sapindus rarak DC.).
1) Tujuan
Mahasiswa mampu untuk melakukan identifikasi senyawa golongan glikosida
saponin, triterpenoid dan steroid dalam tanaman.
2) Tinjauan
a) Tanaman
KLASIFIKASI TANAMAN
Lerak (Sapindus rarak) merupakan jenis tumbuhan yang berasal dari Asia
Tenggara yang dapat tumbuh dengan baik pada hampir semua jenis tanah dan
keadaan iklim, dari daratan rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 450-
1500m dari permukaan laut.
Taksonomi tanaman lerak yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledons
Sub kelas : Rosidae
Bangsa : Sapindales
Suku : Sapindaceae
Marga : Sapindus
Jenis : Sapindus rarak DC.
(Afriastini, 1990)
3. CIRI MORFOLOGI
Bentuk daun lerak bundar telur, perbungaan majemuk, malai, terdapat di
ujung batang warna putih kekuningan. Bentuk buah seperti kelereng kalau sudah
tua atau masak, warnanya coklat kehitaman, permukaan buah licin atau mengkilat,
bijinya bundar berwarna hitam. Daging buah sedikit berlendir dan aromanya wangi
(Plantus, 2008).
Bakal buah berlekuk tiga dengan satu bakal biji pada setiap ruang. Buah
yang dihasilkan bulat mirip bola dengan diameter 2-2,5 cm, berminyak dan sedikit
berkerut. Buah lerak yang masih muda berwarna hijau dan buah yang sudah tua
berwarna coklat kehitaman. Daging buah pada lerak banyak mengandung air,
mempunyai rasa pahit dan beracun. Tiap buah mempunyai satu biji yang berkulit
keras berwarna hitam mengkilat dengan diameter kurang lebih 1 cm. Buah lerak
terdiri dari 75 persen daging buah dan 25 persen biji, pada bagian daging buah
banyak terkandung senyawa saponin yang merupakan racun yang cukup kuat
(Heyne, 1987).
KANDUNGAN TANAMAN
Pengujian secara kualitatif senyawa yang terdapat pada daging buah
diantaranya adalah triterpen, alkaloid, steroid, antrakinon, tanin, fenol, flavonoid,
dan minyak atsiri (Sunaryadi, 1999). Kulit buah, biji, kulit batang dan daun lerak
mengandung saponin dan flavonoid, sedangkan kulit buah juga mengandung
alkaloida dan polifenol. Kulit batang dan daun tanaman lerak mengandung tanin.
Senyawa aktif yang telah diketahui dari buah lerak adalah senyawasenyawa dari
golongan saponin dan sesquiterpen (Wina et al., 2005)
Tabel 1. Persentase Senyawa Aktif Pada Lerak
NO. Senyawa Aktif Persentase Senyawa
1. Saponin 12%
2. Alkaloid 1%
4. 3. Steroid 0,036%
4. Triterpene 0,029%
Sumber : Nevi Yanti, 2009
1. Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam
lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan
bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya
membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Pencarian saponin dalam tumbuhan
telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah diperoleh dan
dapat diubah di laboratorium menjadi sterol hewan yang berkhasiat penting. Pola
glikosida saponin kadang-kadang rumit, banyak saponin yang mempunyai satuan
gula sampai lima dan komponen yang umum ialah asam glukoronat (Harborne,
1987)
Spesies tanaman Sapindus seperti Sapindus saponaria, S. rarak, S.
emarginatus, S. drummonii dan S. delavay pada umumnya mempunyai kandungan
saponin yang tinggi. Salah satu jenis Sapindus yang mempunyai kandungan
saponin tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai imbuhan pakan pada ruminansia
adalah S. rarak (lerak). Buah dalam bentuk hasil ekstraksi dengan metanol telah
dilaporkan mengandung saponin dengan kadar tinggi daripada buahnya yang tanpa
diekstrak (Thalib, 2004).
Sifat yang khas dari saponin antara lain berasa pahit, berbusa dalam air,
mempunyai sifat detergen yang baik, beracun bagi binatang berdarah dingin,
mempunyai aktivitas hemolisis (merusak sel darah merah), tidak beracun bagi
binatang berdarah panas, mempunyai sifat anti eksudatif dan mempunyai sifat anti
inflamatori. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, senyawa saponin mempunyai
kegunaan yang sangat luas, antara lain sebagai detergen, pembentuk busa pada alat
pemadam kebakaran, pembentuk busa pada industri sampo dan digunakan dalam
industri farmasi serta dalam bidang fotografi. Beberapa saponin bekerja sebagai
5. antimikroba, saponin tertentu menjadi penting karena dapat diperoleh dari beberapa
tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormone steroid yang
digunakan dalam bidang kesehatan (Robinson, 1995).
KLASIFIKASI SENYAWA SAPONIN
Secara umum saponin merupakan bentuk glikosida yang memiliki
aglikon berupa steroid dan triterpen. Triterpen merupakan jenis senyawa
bahan alam yangmemiliki 6 monoterpen atau memiliki jumlah atom karbon
sebanyak 30.Dari aglikonnya saponin dapat bagi menjadi dua yaitu saponin dengan
steroid dansaponin dengan triterpen.
1. Saponin Steroid
Tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat.Steroidsaponin
dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagaisapogenin.Tipe
saponin ini memiliki efek antijamur. Pada binatang
menunjukan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan set
elah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada
proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa
steroid yang diperoleh dari metabolism sekunder tumbuhan. Jembatan ini juga
sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini dikarenakan memiliki efek kuat
terhadap jantung (Anonim, 2009).
6. 2. Saponin Triterpene
Triterpen yang memiliki atom C sebanyak 30.Saponin jenis ini
bersifatasam.Tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul
karbohidrat.Dihidrolisismenghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini
merupakan suatu senyawayang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat
dimurnikan. Tipe saponinini adalah turunan -amyrine (Amirt Pal,2002).
MANFAAT SAPONIN
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa saponin dan tanaman
yang banyak mengandung saponin memiliki efek toksik pada protozoa dengan
cara membentuk sebuah kompleks ireversibel dengan steroid dalam dinding sel
protozoa (Wang et al., 1998; Francis et al., 2002). Kompleks yang terbentuk
tersebut akan mengakibatkan rusaknya membran sel protozoa (Hostettmann &
Marston, 1995). Penurunan populasi protozoa dalam rumen ini kemungkinan
memiliki beberapa efek positif seperti peningkatan efisiensi metabolisme
nitrogen, pengurangan emisi gas metana, pergeseran dalam populasi bakteri dan
7. jamur dalam rumenserta potensi peningkatan aliran protein bakteri menuju
saluran pencernaan yang lebih rendah (Wallace et al., 1994)
IDENTIFIKASI SAPONIN
1. Uji Buih
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun
sehingga keberadan saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan
larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil
(Gunawan dan Mulyadi, 2004).
2. Uji Liebermann-Burchard
Senyawa saponin dapat diidentifikasi dari warna yang dihasilkannya
dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Warna biru-hijau menunjukkan
saponin steroida, dan warna merah, merah muda, atau ungu menunjukkan
saponin triterpenoida (Farnsworth, 1996)
3. Uji Salkowski
Uji salkowski digunakan untuk mengidentifikasi adanya steroid tak
jenuh pada ekstrak, uji ini dilakukan dengan penambahan asam sulfat pekat dan
jika terdapat gugus steroid tak jenuh pada larutan akan terbentuk cincin
berwarna merah terang yang lama kelamaan akan berwarna merah ungu
(Farnsworth, 1996).
4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan pemisah
terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa plat
gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan yang
ditotolkan baik berupa bercak ataupun pita, setelah plat atau lapisan dimasukkan ke
dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak),
pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan), selanjutnya senyawa
yang tidak berwarna harus ditampakkan (Stahl, 1985).
8. Pendeteksian bercak hasil pemisahan dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Untuk senyawa tak berwarna cara yang paling sederhana adalah dilakukan pengamatan
dengan sinar ultraviolet. Beberapa senyawa organik bersinar atau berfluorosensi jika
disinari dengan sinar ultraviolet gelombang pendek (254 nm) atau gelombang panjang
(366 nm), jika dengan cara itu senyawa tidak dapat dideteksi maka harus dicoba
disemprot dengan pereaksi yang membuat bercak tersebut tampak yaitu pertama tanpa
pemanasan, kemudian bila perlu dengan pemanasan (Gritter, et al., 1991; Stahl, 1985)
FASA DIAM
Kromatografi lapis tipis, fase diam berupa lapisan tipis yang terdiri atasahan
padat yang dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat dari
kaca, dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan melekat pada permukaan
dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat atau amilum. Penjerap yang
umum dipakai untuk kromatografi lapis tipis adalah silica gel, alumina, kieselgur dan
selulosa (Gritter, et al., 1991).
Dua sifat yang penting dari fase diam adalah ukuran partikel dan
homogenitasnya, karena adesi terhadap penyokong sangat tergantung pada kedua sifat
tersebut. Ukuran partikel yang biasa digunakan adalah 1-25 mikron. Partikel yang
butirannya sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu
cara untuk memperbaiki hasil pemisahan adalah dengan menggunakan fase diam yang
butirannya lebih halus. Butiran yang halus memberikan aliran pelarut yang lebih lambat
dan resolusi yang lebih baik (Sastrohamidjojo, 1985).
FASA GERAK
Fase gerak ialah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut,
jika diperlukan sistem pelarut multi komponen, harus berupa suatu campuran
sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl, 1985).
9. Pemisahan senyawa organik selalu menggunakan pelarut campur. Tujuan
menggunakan pelarut campur adalah untuk memperoleh pemisahan senyawa yang
baik. Kombinasi pelarut adalah berdasarkan atas polaritas masing-masing pelarut,
sehingga dengan demikian akan diperoleh sistem pengembang yang cocok. Pelarut
pengembang yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis antara lain: n-heksan,
karbontetraklorida, benzen, kloroform, eter, etilasetat, piridian, aseton, etanol, metanol
dan air (Gritter, et al., 1991).
HARGA Rf
Mengidentifikasi noda-noda dalam kromatografi lapis tipis sangat lazim
menggunakan harga Rf (Retordation Factor) yang didefinisikan sebagai:
=
署 $≒ $
jarak yang ditempuh pelarut (eluen)
Harga Rf beragam mulai dari 0 sampai 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi
harga Rf (Sastrohamidjojo, 1985):
a. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
b. Sifat penjerap
c. Tebal dan kerataan dari lapisan penjerap
d. Pelarut dan derajat kemurniannya
e. Derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana
f. Teknik percobaan
g. Jumlah cuplikan yang digunakan
h. Suhu
i. Kesetimbangan.
POLARITAS
Polaritas sering diartikan sebagai adanya pemisahan kutub bermuatan positif
dan negatif dari suatu molekul sebagai akibat terbentuknya konfigurasi tertentu dari
10. atom-atom penyusunnya. Dengan demikian, molekul tersebut dapat tertarik oleh
molekul yang lain yang juga mempunyai polaritas yang kurang lebih sama. Besarnya
polaritas dari suatu pelarut proporsional dengan besarnya konstanta dielektriknya
(Adnan, 1997). Menurut Stahl (1985), konstanta dielektrik (竜) merupakan salah satu
ukuran kepolaran pelarut yang mengukur kemampuan pelarut untuk menyaring daya
tarik elektrostatik antara isi yang berbeda.
Ekstraksi berkesinambungan dilakukan secara berturut-turut dimulai dengan
pelarut nonpolar (misalnya n-heksan atau kloroform) dilanjutkan dengan pelarut
semipolar (etil asetat atau dietil eter) kemudian dilanjutkan dengan pelarut polar
(metanol atau etanol). Pada proses ekstraksi akan diperoleh ekstrak awal (crude extract)
yang mengandung berturutturut senyawa nonpolar, semipolar, dan polar (Hostettmann
et al. 1995).
11. 3) Prosedur Kerja
ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Pipet
Tisu dan kain lap
Sudip
Label
Penjepit kayu
Aluminium foil
Pinset
Vial 10ml
KLT
Plat Kaca
b. Bahan
Ekstrak Sapindus rarak DC.
Etanol
Aquadest
Asam asetat anhidrat
H2SO4 pekat
HCL 2N
Ammonia
N-Heksana
Kiesel gel GF 254
PREPARASI SAMPEL
a) Bagan Alir
Preparasi sampel
Uji Buih
Ekstrak 0,2 g masukkan tabung reaksi
+ 10 mL air suling, kocok kuat 賊30 detik
Tes buih postof mengandung saponin bila terjadi buih stabil
semalam lebih dari 30 menit dengan tinggi 3cm di atas
permukaan cairan
12. Reaksi Warna
Preparasi sampel:
ekstrak 0,5g + etanol 15mL, bagi menjadi 3 bagian masing-masing 5mL, sebagai
larutan IIA, IIB, IIC
Uji Liebermann-Burchard Uji Salkowski
IIA sebagai blanko, IIB + 3gtt asam asetat
anhidrat + 5gtt H2SO4 pekat, kocok
perlahan, amati perubahan warna
IIA sebagai blanko, IIC + 1-2mL asam
H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi
Biru-hijau = saponin steroid
Merah-ungu = saponin triterpenoid
Kuning muda = saponin jenuh
Cincin warna merah = steroid tak jenuh
13. Kromatografi Lapis Tipis (Sapogenin)
Kromatografi Lapis Tipis (Steroid/Triterpene)
ekstrak 0,5g + 5mL HCN 2N, didihkan lalu tutup dengan corong berisi kapas
basah 賊50 menit untuk menghidrolisis saponin
Setelah dingin + amoniak sampai basa, ekstraksi 4-5mL n-heksana sebanyak 2x,
uapkan sampai tinggal 0,5mL, totolkan pada plat KLT
Cek dengan sinar UV 254nm.
Sapogenin ditunjukan dengan warna merah untu untuk
anesaldehida asam sulfat
Sedikit ekstrak + beberapa tetes etanol, aduk sampai larut
Totolkan pada fase diam (Kiesel Gel 254)
Adanya terpenoid/steroid ditunjukkan dengan adanya
warna merah ungu atau ungu
14. b) Skema Kerja
Uji Buih
Reaksi Warna
Timbang ekstrak piper
nigrum L. 0,9 gram Masukkan
tabung reaksi
+ aquadest 10mL,
kocok kuat 賊30 detik
Tes buih postof mengandung saponin bila terjadi buih stabil
semalam lebih dari 30 menit dengan tinggi 3cm di atas permukaan
cairan
ekstrak 0,5g +
etanol 15mL
bagi menjadi 3 bagian masing-
masing 5mL, sebagai larutan IIA,
IIB, IIC
IIA IIB IIC
15. Uji Liebermann-Burchard
Uji Salkowski
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
IIA sebagai blanko, IIB + 3gtt asam
asetat anhidrat + 5gtt H2SO4 pekat,
kocok perlahan, amati perubahan
warna
IIA IIB
Biru-hijau = saponin steroid
Merah-ungu = saponin triterpenoid
Kuning muda = saponin jenuh
IIA sebagai blanko, IIC + 1-2mL
asam H2SO4 pekat melalui dinding
tabung reaksi
IIA IIB
Cincin warna merah = steroid tak
jenuh
ekstrak 0,5g + 5mL
HCN 2N
didihkan lalu tutup dengan corong
berisi kapas basah 賊50 menit untuk
menghidrolisis saponin
1
Setelah dingin +
amoniak sampai basa,
ekstraksi 4-5mL n-
heksana sebanyak 2x
16. Kromatografi Lapis Tipis (Steroid/Triterpene)
1
1
didihkan lalu tutup dengan corong
berisi kapas basah 賊50 menit untuk
menghidrolisis saponin
1
totolkan pada plat KLT
1
Cek dengan sinar UV
254nm.
Sapogenin ditunjukan dengan warna
merah untu untuk anesaldehida asam
sulfat
Sedikit ekstrak +
beberapa tetes etanol
aduk sampai larut
Totolkan pada fase diam
(Kiesel Gel 254)
Adanya terpenoid/steroid
ditunjukkan dengan adanya
warna merah ungu atau ungu
17. DAFTAR PUSTAKA
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB.
Robinson, T. 1995. Kandungan Kimia Organik Tumbuhan Tingi. Bandung: Penerbit ITB.
Sastrohamidjojo H, 1985, Kromatografi, Edisi I, Cetakan I, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Afriastini.J.J. 1990. Bertanam Kencur. Wakarta Penebar Swadaya. Jakarta.
Plantus, 2008, Tanaman Obat, http://www. Iptek net, diakses tanggal 3 Maret 2019
Amirth,Pal,Singh,2002. A Trestie on Phytochemistry. Emedia Sience Ltd.
Wang, Y., T.A. McAllister, C.J. Newbold, L.M. Rode, P.R. Cheeke, & K.J. Cheng. 1998. Effects
of Yucca schidigera extract on fermentation and degradation of steroidal saponins in the
rumen simulation technique (RUSITEC). Animal Feed Science and Technology.
Francis, G., Z. Kerem, H.P.S. Makkar, & K. Becker. 2002. The biological action of saponins in
animal systems: A review.
Br. J. Nutr Hostettmann, K. & A. Marston. 1995. Saponins. Cambridge: Cambridge University
Press.
K. Hostettmann, M Hostettman, MD, Marston A, 1995, Cara kromatografi preparative Penggunan
pada Isolasi Senyawa Alam, hal 10, ITB, Bandung.
Wallace, R.J., L. Arthaud, & C.J. Newbold. 1994. Influence of Yucca shidigera extract on ruminal
ammonia concentrations and ruminal microorganisms. Applied Environmental
Microbiology.
Heyne, K.,1987,Tumbuhan Berguna Indonesia, Volume II, Yayasan Sarana Wana Jaya:
Diedarkan oleh Koperasi Karyawan, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.
Sunaryadi, 1999, Ekstraksi dan isolasi buah lerak (Sapindus rarak) serta pengujian daya
18. defaunasinya, Tesis, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pasaribu T, Wina E, Sumiati, Setiyono A, Astuti DA. 2014. Effect of Sapindus rarak powder as
feed additive on performance and lipid profile of broiler chicken infected by Eimeria
tenella. JITV 19(4): 263-271. DOI: http://dx.doi.org/10.14334/jitv.v19i4.1099
Nevi Y, Fadhlina I. Efek antibakteri buah lerak terhadap Streptococcus mutans. Maj Kedokteran
Gigi (Dent.J). 2009.
Thalib, A. 2004. Uji efektivitas saponin buah sapindus rarak sebagai inhibitor metanogenesis
secara in vitro. Jurnal ilmu Ternak dan Veteriner.
Gunawan, D dan Mulyadi, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Jakarta. Penebar
Swadaya
Farnsworth, Norman. R., 1996, Biological and Pytochemical Screening of Plants, Journal Of
Pharmaceutical Sciences.
Gritter, R.J., Bobbit, J.M., dan Swharting, A.E. 1991. Pengantar Kromatografi. Edisi Kedua.
Penerbit ITB. Bandung
Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara kromatografi dan Mikroskopi, diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro, 3-17, ITB, Bandung.
Adnan, M., 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan, Edisi Pertama, 9, 14,
15, Penerbit Andi, Yogyakarta.