際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
TUGAS 4
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN POLIFENOL DAN TANIN (Ekstrak Psidium
Guajava)
DISUSUN OLEH :
ANANDA NOVIA RIZKY UJP
201610410311151
KELOMPOK 10
FARMASI D
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
2016
TUGAS 4. IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN POLIFENOL DAN TANIN
(Ekstrak Psidium Guajava)
1) Tujuan
Mahasiswa mampu untuk melakukan identifikasi senyawa golongan polifenol dan
tannin dalam tanaman.
2) Tinjauan
a) Tanaman
KLASIFIKASI TANAMAN
Berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan, tanaman jambu biji
termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava Linn.
(Parimin, 2005)
MORFOLOGI TANAMAN JAMBU BIJI
Tanaman jambu biji (Psidium guajava Linn) bukan merupakan tanaman asli
Indonesia. Tanaman ini pertama kali ditemukan di Amerika Tengah oleh Nikolai
Ivanovich Vavilov saat melakukan ekspedisi ke beberapa negara di Asia, Afrika,
Eropa, Amerika Selatan, dan Uni Soviet antara tahun 1887-1942. Seiring dengan
berjalannya waktu, jambu biji menyebar di beberapa negara seperti Thailand, Taiwan,
Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Australia. Di Thailand dan Taiwan, jambu biji
menjadi tanaman yang dikomersialkan (Parimin, 2005).
Jambu biji merupakan tumbuhan perdu dengan tinggi 5-10 m, batang berkayu,
kulit batang licin, mengelupas, bercabang, dan berwarna cokelat. Merupakan daun
tunggal, berbentuk bulat telur, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata berhadapan,
petulangan daun menyirip berwarna hijau kekuningan. Bunganya termasuk bunga
tunggal, terletak di ketiak daun, bertangkai, kelopak bunga berbentuk corong. Mahkota
bunga berbentuk bulat telur dengan panjang 1,5 cm, benang sari pipih berwarna putih
atau putih kekuningan. Berbuah buni, berbentuk bulat telur, dan bijinya kecil-kecil dan
keras (Parimin, 2005).
Daun jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau bulat oval dengan
ujung tumpul atau lancip. Warna daunnya beragam seperti hijau tua, hijau muda, merah
tua, dan hijau berbelang kuning. Permukaan daun ada yang halus mengilap dan halus
biasa. Tata letak daun saling berhadapan dan tumbuh tunggal. Panjang helai daun
sekitar 5-15 cm dan lebar 3-6 cm. Sementara panjang tangkai daun berkisar 3-7 mm
(Parimin, 2005).
KANDUNGAN TANAMAN
Daun jambu biji banyak mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, saponin,
tannin, minyak atsiri, flavonoid, dan polifenol (Dalimartha, 2006; Daud, 2011; Afizia,
2012). Dilaporkan bahwa senyawa seperti phenolic, terpenoid, flavonoid,
dan alkaloid memilki aktivitas juvenil hormone sehingga memiliki pengaruh pada
perkembangan serangga (Elimamet al., 2009).
Flavonoid merupakan senyawa kimia yang memiliki sifat insektisida.
Flavonoid menyerang bagian saraf pada beberapa organ vital serangga sehingga timbul
suatu perlemahan saraf, seperti pernapasan dan menimbulkan kematian (Dinata, 2009).
Daun jambu biji berkhasiat astringen (pengelat), antidiare, antiradang,
penghenti perdarahan (homeostatis) dan peluruh haid. Buah berkhasiat antioksidan
karena kandungan beta karoten dan vitamin C yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh (Elimamet al., 2009).
MANFAAT TANAMAN
Tanaman jambu biji atau Psidium guajava L. termasuk familia
Myrtaceae. Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat
dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan
minuman. Selain itu, buah jambu biji bermanfaat untuk pengobatan (terapi)
bermacam-macam penyakit, seperti memperlancar pencernaan, menurunkan
kolesterol, antioksidan, menghilangkan rasa lelah dan lesu, demam berdarah, dan
sariawan. Selain buahnya, bagian tanaman jambu biji seperti daun, kulit akar maupun
akarnya dapat berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit disentri, keputihan, sariawan,
kurap, diare, radang lambung, gusi bengkak, dan peradangan mulut, serta kulit terbakar
sinar matahari (Cahyono, 2010).
Ekstrak etanol daun jambu biji juga telah diteliti sebagai antioksidan. Menurut
Indriani (2006), ekstrak etanol dari daun jambu biji dapat berperan sebagai antioksidan.
Daun jambu biji mempunyai manfaat bagi kesehatan yaitu sebagai antiinflamasi,
antidiare, analgesik, antibakteri, antidiabetes, antihipertensi, mengurangi demam dan
penambah trombosit (Kirtikar dan Bashu., 1998). Daun jambu biji putih telah
terbukti secara klinis menghambat pertumbuhan rotavirus 8 yang menyebabkan
enteritis pada anak-anak dan menyembuhkan kejang dan penyakit diare akut (Lozoya
et al., 2002; Wei et al., 2000).
TINJAUAN SENYAWA POLIFENOL DAN TANIN
A. POLIFENOL
Gambar 1. Struktur Senyawa Polifenol
Senyawa fenol dapat didefinisikan secara kimiawi oleh adanya satu cincin aromatic
yang membawa satu (fenol) atau lebih (polifenol) substitusi hydroksil, termasuk derivate
fungsionalnya. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat
ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol
memiliki spectrum luas dengan sifat kelarutannya pada suatu pelarut yang berbeda-beda.
Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut yang dimiliki berbeda pada
jumlah dan posisinya. Turunan polifenol sebagai antioksidan dapat menstabilkan radikal
bebas dengan melengkapi kekurangan electron yang dimiliki radikal bebas, dan
menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas. Polifenol
merupakan komponen yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan dalam buah
dan sayuran (Hattenschwiler dan Vitousek,2000).
Senyawa polifenol banyak terdapat pada tumbuhan, yang termasuk dalam senyawa
fenol yaitu flavanol, flavonol, antosianin dan asam fenolik, dapat dilihat pada struktur
kimianya sebagai aktivitas penangkap radikal bebas. Golongan polifenol mempunyai
aktivitas antioksidan yang tinggi dengan mendonorkan hidrogen kepada radikal bebas,
sehingga menjadi stabil dan polifenol mempunyai potensi berikatan dengan logam
(Wachidah, 2013).
Penentuan kandungan fenolik total dapat ditentukan dengan menggunakan reagen
Folin-Ciocalteau yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Reagen Folin-Ciocalteau
digunakan karena senyawa fenolik dapat bereaksi dengan Folin membentuk larutan
berwarna yang dapat diukur absorbansinya. Prinsip pengukuran kandungan fenolik dengan
reagen Folin-Ciocalteau adalah terbentuknya senyawa kompleks berwarna biru yang dapat
diukur pada panjang gelombang 775 nm. Pereaksi ini mengoksidasi fenolik (garam alkali)
atau gugus fenolik hidroksi mereduksi asam heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungstat) yang
terdapat pada pereaksi Folin Ciocalteau menjadi suatu kompleks molybdenum- ungsten.
Senyawa fenolik bereaksi dengan reagen Folin-Ciocalteau hanya dalam suasana basa agar
terjadi disosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi ion fenolik. Untuk menciptakan
kondisi basa digunakan Na2CO3 20%. Warna biru yang terbentuk akan semakin pekat,
setara dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk, artinya semakin besar konsentrasi
senyawa fenolat maka semakin banyak ion fenolat yang mereduksi asam heteropoli
(fosfomolibdat-fosfotungtat) menjadi kompleks molibdenum-tungsten (Apsari dan
Susanti, 2011). Asam galat digunakan sebagai standar pengukuran karena asam galat
merupakan turunan dari asam hidroksibenzoat yang tergolong asam fenol sederhana
(Wachidah,2013).
B. Tanin
Gambar 2. Struktur Senyawa Tanin
Tanin adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada beberapa tanaman.
Tanin merupakan senyawa kimia yang tergolong dalam senyawa polifenol (Deaville et al.,
2010). Tanin mempunyai kemampuan mengendapkan protein, karena tanin mengandung
sejumlah kelompok ikatan fungsional yang kuat dengan molekul protein yang selanjutnya
akan menghasilkan ikatan silang yang besar dan komplek yaitu protein tanin. Tanin
mempunyai berat molekul 0,5-3 KD. Tanin alami larut dalam air dan memberikan warna
pada air, warna larutan tanin bervariasi dari warna terang sampai warna merah gelap atau
coklat, karena setiap tanin memiliki warna yang khas tergantung sumbernya (Ahadi, 2003).
Tanin pada tanaman diklasifikasikan sebagai tanin terhidrolisis dan tannin terkondensasi.
Tanin terhidrolisis merupakan jenis tanin yang mempunyai struktur poliester yang mudah
dihidrolisis oleh asam atau enzim, dan sebagai hasil hidrolisisnya adalah suatu asam
polifenolat dan gula sederhana. Golongan tanin ini dapat dihidrolisis dengan asam, mineral
panas dan enzim-enzim saluran pencernaan. Sedangkan tanin terkondensasi, yang sering
disebut proantosianidin, merupakan polimer dari katekin dan epikatekin (Maldonado,
1994). Tanin yang tergolong tannin terkondensasi, banyak terdapat pada buah-buahan, biji-
bijian dan tanaman pangan, sementara yang tergolong tanin terhidrolisis terdapat pada
bahan non-pangan (Makkar, 1993), Menurut Susanti (2000), sifat utama tanin pada
tanaman tergantung pada gugus fenolik-OH yang terkandung dalam tanin. Secara garis
besar sifat tanin dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Tanin secara umum memiliki gugus fenol dan bersifat koloid.
b) Semua jenis tanin dapat larut dalam air, kelarutannya besar dan akan bertambah besar
apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu pula dalam pelarut organic seperti metanol,
etanol, aseton dan pelarut organik lainnya.
c) Reaksi warna terjadi bila disatukan dengan garam besi. Reaksi ini digunakan untuk
menguji klasifikasi tanin. Reaksi tanin dengan garam besi akan memberikan warna hijau
dan biru kehitaman, tetapi uji ini kurang baik karena selain tanin yang dapat memberikan
reaksi warna, zat-zat lain juga dapat memberikan reaksi warna yang sama.
d) Tanin mulai terurai pada suhu 98,8C.
e) Tanin dapat dihidrolisis oleh asam, basa, dan enzim.
f) Ikatan kimia yang terjadi antara tanin-protein atau polimer lainnya terdiri dari ikatan
hidrogen, ikatan ionik, dan ikatan kovalen.
g) Tanin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah dioksidasi menjadi suatu
polimer, sebagian besar tanin amorf (tidak berbentuk) dan tidak mempunyai titik leleh.
h) Warna tanin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya atau dibiarkan di udara terbuka.
i) Tanin mempunyai sifat bakteristatik dan fungistatik
Tanin dikenal sebagai senyawa antinutrisi karena kemampuannya membentuk ikatan
komplek dengan protein. Kemampuan tanin untuk mengendapkan protein ini disebabkan tanin
memiliki sejumlah group fungsional yang dapat membentuk komplek kuat dengan molekul-
molekul protein, oleh karena itu secara umum tannin dianggap sebagai anti-nutrisi yang
merugikan. Ikatan antara tanin dan protein sangat kuat sehingga protein tidak mampu tercerna
oleh saluran pencernaan. Pembentukan komplek ini terjadi karena adanya ikatan hidrogen,
interaksi hidrofobik, dan ikatan kovalen antara kedua senyawa tersebut (Makkar, 1993).
Menurut Ariningsih (2004), ikatan kovalen terbentuk apabila tanin telah mengalami oksidasi
dan membentuk polimer quinon yang selanjutnya melalui reaksi adisi eliminasi atom N dari
gugus asam amino protein menggantikan atom oksigen dari senyawa poliquinon. Ikatan
hidrogen yang terbentuk merupakan ikatan antara atom H yang polar dengan atom O baik dari
protein (dari asam amino yang memiliki rantai samping non-polar) atau tanin (cincin benzena),
adapun yang mendominasi kekuatan ikatan ini adalah ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik.
Pembentukan ikatan antara tanin-protein dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (1)
karakteristik protein, seperti komposisi asam amino, struktur, titik isoelektrik dan bobot
molekul, (2) karakteristik tanin, seperti berat molekul, struktur, dan heterogenitas tanin, (3)
kondisi pereaksi, seperti pH, suhu, waktu, komposisi pelarut. Semakin rendah pH, jumlah tanin
yang berinteraksi semakin kecil. Hal ini menunjukkan penurunan afinitas tanin terhadap
protein untuk membentuk komplek dikarenakan adanya efek elektrostatik dari protein, pada
pH tinggi dimana group fenolhidroksil terionisasi maka tanin tidak berinteraksi dengan protein.
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan pemisah terdiri
atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam
atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan yang ditotolkan baik
berupa bercak ataupun pita, setelah plat atau lapisan dimasukkan ke dalam bejana tertutup rapat
yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan
kapiler (pengembangan), selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Stahl,
1985).
Pendeteksian bercak hasil pemisahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Untuk
senyawa tak berwarna cara yang paling sederhana adalah dilakukan pengamatan dengan sinar
ultraviolet. Beberapa senyawa organik bersinar atau berfluorosensi jika disinari dengan sinar
ultraviolet gelombang pendek (254 nm) atau gelombang panjang (366 nm), jika dengan cara
itu senyawa tidak dapat dideteksi maka harus dicoba disemprot dengan pereaksi yang membuat
bercak tersebut tampak yaitu pertama tanpa pemanasan, kemudian bila perlu dengan
pemanasan (Gritter, et al., 1991; Stahl, 1985)
FASA DIAM
Kromatografi lapis tipis, fase diam berupa lapisan tipis yang terdiri atasahan padat yang
dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca, dapat pula
terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan melekat pada permukaan dengan bantuan bahan
pengikat, biasanya kalsium sulfat atau amilum. Penjerap yang umum dipakai untuk
kromatografi lapis tipis adalah silica gel, alumina, kieselgur dan selulosa (Gritter, et al., 1991).
Dua sifat yang penting dari fase diam adalah ukuran partikel dan homogenitasnya,
karena adesi terhadap penyokong sangat tergantung pada kedua sifat tersebut. Ukuran partikel
yang biasa digunakan adalah 1-25 mikron. Partikel yang butirannya sangat kasar tidak akan
memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu cara untuk memperbaiki hasil pemisahan
adalah dengan menggunakan fase diam yang butirannya lebih halus. Butiran yang halus
memberikan aliran pelarut yang lebih lambat dan resolusi yang lebih baik (Sastrohamidjojo,
1985).
FASA GERAK
Fase gerak ialah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut, jika
diperlukan sistem pelarut multi komponen, harus berupa suatu campuran sesederhana mungkin
yang terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl, 1985).
Pemisahan senyawa organik selalu menggunakan pelarut campur. Tujuan
menggunakan pelarut campur adalah untuk memperoleh pemisahan senyawa yang baik.
Kombinasi pelarut adalah berdasarkan atas polaritas masing-masing pelarut, sehingga dengan
demikian akan diperoleh sistem pengembang yang cocok. Pelarut pengembang yang
digunakan dalam kromatografi lapis tipis antara lain: n-heksan, karbontetraklorida, benzen,
kloroform, eter, etilasetat, piridian, aseton, etanol, metanol dan air (Gritter, et al., 1991).
HARGA Rf
Mengidentifikasi noda-noda dalam kromatografi lapis tipis sangat lazim menggunakan
harga Rf (Retordation Factor) yang didefinisikan sebagai:
 =
署  $≒ $
jarak yang ditempuh pelarut (eluen)
Harga Rf beragam mulai dari 0 sampai 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga
Rf (Sastrohamidjojo, 1985):
a. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
b. Sifat penjerap
c. Tebal dan kerataan dari lapisan penjerap
d. Pelarut dan derajat kemurniannya
e. Derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana
f. Teknik percobaan
g. Jumlah cuplikan yang digunakan
h. Suhu
i. Kesetimbangan.
POLARITAS
Polaritas sering diartikan sebagai adanya pemisahan kutub bermuatan positif
dan negatif dari suatu molekul sebagai akibat terbentuknya konfigurasi tertentu dari
atom-atom penyusunnya. Dengan demikian, molekul tersebut dapat tertarik oleh
molekul yang lain yang juga mempunyai polaritas yang kurang lebih sama. Besarnya
polaritas dari suatu pelarut proporsional dengan besarnya konstanta dielektriknya
(Adnan, 1997). Menurut Stahl (1985), konstanta dielektrik (竜) merupakan salah satu
ukuran kepolaran pelarut yang mengukur kemampuan pelarut untuk menyaring daya
tarik elektrostatik antara isi yang berbeda.
Ekstraksi berkesinambungan dilakukan secara berturut-turut dimulai dengan
pelarut nonpolar (misalnya n-heksan atau kloroform) dilanjutkan dengan pelarut
semipolar (etil asetat atau dietil eter) kemudian dilanjutkan dengan pelarut polar
(metanol atau etanol). Pada proses ekstraksi akan diperoleh ekstrak awal (crude extract)
yang mengandung berturutturut senyawa nonpolar, semipolar, dan polar (Hostettmann
et al. 1995).
3) Prosedur Kerja
ALAT DAN BAHAN
a. Alat
 Pipet
 Tisu dan kain lap
 Sudip
 Label
 Penjepit kayu
 Aluminium foil
 Pinset
 Vial 10ml
 KLT
 Plat Kaca
b. Bahan
 Ekstrak daun Psidium guajava
 Aquadest
 NaCl
 Larutan gelatin
 FeCl3
 Metanol
 Etil Asetat
 Asam formiat
 Kiesel gel GF 254
PREPARASI SAMPEL
a) Bagan Alir
Preparasi sampel
Uji Gelatin
Uji Ferri Klorida
Ekstrak 0,3g + 10 mL aquadest, aduk. (+) 3-4gtt 10%
NaCl, aduk lalu saring
Filtrate dibagi 3 bagianmasing-masing +-3 ml sebagai IVA,
IVB, dan IVC
Larutan IVA sebagai blanko, IVB + Lar gelatin 2gtt dan 5
ml NaCL 10%
Endapan putih = adanya tanin
IVC + beberapa tetes FeCl3, amati perubahan warna
Hitam = adanya tanin
Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbuk endapan putih, namun ketika + FeCl3
menunjukkan warna hijau biru hingga hitam = polifenol
FeCl3 (+), Uji gelatin (+) = tannin (+)
FeCl3 (+), Uji Gelatin (-) = Polifenol (+)
FeCl3 (-) = polifenol (-), tannin (-)
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
IVC yang digunakan untuk KLT
Fase diam = Kiesel Gel 254
Fase gerak = metanol:etil asetat:asam formiat
(0,5:9(IIgtt))
Penampak noda = pereaksi FeCl3
Hitam = polifenol
b) Skema Kerja
Preparasi Sampel
Uji Bate-Smith dan Metcalf
IVA IVB
Timbang
ekstrakPsidium
guajava 0,3 gram
+ 10 ml aquadest
aduk ad suhu
temperature
kamar
+ 3-4 gtt 10% NaCl,
aduk kemudian saring
Bagi menjadi 3 bagian, +-3ml (IVA, IVB,
dan IVC)
IIIA = blanko
IIIB + lar. Gelatin
2gtt dan 5ml NaCl
10%
Bila terjadi endapan putih =
senyawa tanin
Uji Ferri Klorida
IVC
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
IVC
IVC + beberapa tetes FeCl3,
amati perubahan warna
Hijau kehitaman =
adanya tanin
FeCl3 (+), Uji gelatin (+) =
tannin (+)
FeCl3 (+), Uji Gelatin (-) =
Polifenol (+)
FeCl3 (-) = polifenol (-),
tannin (-)
IVC ditotolkan pada fase
diam
Fase diam = kiesel gel 254
Fase gerak = methanol:etil
asetat:asam formiat
(0,5:9(IIgtt))
Penampak noda : -pereaksi
FeCl3
polifenol = hitam
DAFTAR PUSTAKA
Elimamet, A.M., Elmalik, K. H., dan Ali, F.S. 2009. Larvicidal, Adult Emergence Inhibition and
Oviposition Deterrent Effects of Foliage Extract from Ricinuscommunis L. against
Anopheles arabiensis and Culexquinquefasciatus in Sudan.Tropical Biomedicine.
Dinata A. 2009. Atasi Jentik DBD dengan Kulit Jengkol. http://arda.students-
blog.undip.ac.id/2009/10/18/atasi-jentik-DBD-dengan-kulit-jengkol diakses tanggal 15
Maret 2019.
Hattenschwiller, S dan Vitousek, P. M. 2000. The Role of Polyphenols Interrestrial Ecosystem
Nutrient Cycling. Review PII: S0169-5347(00)01861-9 TREE vol. 15. 6 Juni 2000.
Wachidah, L. N. 2013. Uji aktivitas antioksidan serta penentuan kandungan fenolat dan
flavonoid total dari buah parijoto (Medinilla speciose Blume). Naskah Skripsi S-1.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta.
Apsari, P.D., & Susanti, H. 2011. Perbandingan Kadar Fenolik Total Ekstrak Metanol Kelopak
Merah dan Ungu Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa, Linn) Secara Spektrofotometri.
Deaville, E. R., Givens,D. I. and Harvey, I. M. 2010. Chesnut and Mimosa tannin silages: Effect
in sheep differ for apparent digestibilty, nitrogen utilitation and losses. Anim. Feed Sci.
Technol.
Ahadi, M. R. 2003. Kandungan Tanin Terkondensasi dan Laju Dekomposisi pada Serasah
Daun Rhizospora mucronata Lamk pada Ekosistem Tambak Tumpangsari, Purwakarta,
Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Maldonado, R. A. P. 1994. The Chemical Nature and Biologycal Activity of Tannins in Forages
Legumes Fed to Sheep and Goat. Thesis. Departement of Agriculture Australia.
University of Quensland Australia, Australia.
Makkar, H. P. S. 1993. Antinutriitional factors in foods for livestock. Animal Production in
Developing Countries. Occasional Publication no. 16.
Susanti, C. M. E. 2000. Autokondensat tanin sebagi perekat kayu lamina. Jurusan IPK. Program
pasca sarjana IPB. Bogor. Desertasi.
Ariningsih, K. 2004. Penambahan Sumber Tanin yang Berbeda dalam Perebusan Telur Asin
terhadap Kualitas Mikrobiologi Selama Penyimpanan. Skripsi. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Gritter, R.J., Bobbit, J.M., dan Swharting, A.E. 1991. Pengantar Kromatografi. Edisi Kedua.
Penerbit ITB. Bandung
Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara kromatografi dan Mikroskopi, diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro, 3-17, ITB, Bandung.
Sastrohamidjojo H, 1985, Kromatografi, Edisi I, Cetakan I, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
K. Hostettmann, M Hostettman, MD, Marston A, 1995, Cara kromatografi preparative Penggunan
pada Isolasi Senyawa Alam, hal 10, ITB, Bandung.
Adnan, M., 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan, Edisi Pertama, 9, 14,
15, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Farnsworth, Norman. R., 1996, Biological and Pytochemical Screening of Plants, Journal Of
Pharmaceutical Sciences.

More Related Content

What's hot (20)

Laporan praktikum uji asam amino
Laporan praktikum uji asam aminoLaporan praktikum uji asam amino
Laporan praktikum uji asam amino
Pujiati Puu
1 alkohol dan fenol
1 alkohol dan fenol1 alkohol dan fenol
1 alkohol dan fenol
Universitas Muslim Indonesia Makassar
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
anandajpz
Ppt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidratPpt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidrat
pure chems
Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
Abulkhair Abdullah
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika KelarutanLaporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Mina Audina
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
aufia w
Kromatografi lapis tipis (klt)
Kromatografi lapis tipis (klt)Kromatografi lapis tipis (klt)
Kromatografi lapis tipis (klt)
UIN Alauddin Makassar
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Sapan Nada
nitrimetri
nitrimetrinitrimetri
nitrimetri
Rani Ye
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonlaporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
Andriana Andriana
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
Annie Rahmatillah
Laporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentumLaporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentum
Kezia Hani Novita
Suspensi
SuspensiSuspensi
Suspensi
Stikes BTH Tasikmalaya
Hidrolisa Suatu Polisakarida
Hidrolisa Suatu PolisakaridaHidrolisa Suatu Polisakarida
Hidrolisa Suatu Polisakarida
Ernalia Rosita
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Fransiska Puteri
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Rukmana Suharta
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
Yaumil Fajri
Analisis kualitatif
Analisis kualitatifAnalisis kualitatif
Analisis kualitatif
ZamZam Pbj
lipid- biokimia
lipid- biokimialipid- biokimia
lipid- biokimia
audya nurfadillah
Laporan praktikum uji asam amino
Laporan praktikum uji asam aminoLaporan praktikum uji asam amino
Laporan praktikum uji asam amino
Pujiati Puu
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
anandajpz
Ppt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidratPpt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidrat
pure chems
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika KelarutanLaporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Mina Audina
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
aufia w
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Sapan Nada
nitrimetri
nitrimetrinitrimetri
nitrimetri
Rani Ye
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonlaporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
Andriana Andriana
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
Annie Rahmatillah
Hidrolisa Suatu Polisakarida
Hidrolisa Suatu PolisakaridaHidrolisa Suatu Polisakarida
Hidrolisa Suatu Polisakarida
Ernalia Rosita
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Fransiska Puteri
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Rukmana Suharta
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
Yaumil Fajri
Analisis kualitatif
Analisis kualitatifAnalisis kualitatif
Analisis kualitatif
ZamZam Pbj

Similar to Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin (Ekstrak Psidium guajava) (20)

Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining FitokimiaPresentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
farmasistikes
Coklat Estetik Tugas Kelompok Presentasi_20231214_113312_0000.pptx
Coklat Estetik Tugas Kelompok Presentasi_20231214_113312_0000.pptxCoklat Estetik Tugas Kelompok Presentasi_20231214_113312_0000.pptx
Coklat Estetik Tugas Kelompok Presentasi_20231214_113312_0000.pptx
alipdesisuyonosaputr
Fenolik fitoaleksin
Fenolik fitoaleksinFenolik fitoaleksin
Fenolik fitoaleksin
Try Purnomo
PPT FITOKIMIA.pptx
PPT FITOKIMIA.pptxPPT FITOKIMIA.pptx
PPT FITOKIMIA.pptx
BintangRizki5
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSI
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSIFLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSI
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSI
BriaRevin
Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)
Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)
Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)
Rahayu Wahyu Ningsih
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDERSKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SofiaNofianti
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunderFistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Aprizal Tsumaruto
PPT FARMAKOGNOSI UJI MAKRO, MIKRO dan Pembuatan Sediaan Simplisia Daun Sirih....
PPT FARMAKOGNOSI UJI MAKRO, MIKRO dan Pembuatan Sediaan Simplisia Daun Sirih....PPT FARMAKOGNOSI UJI MAKRO, MIKRO dan Pembuatan Sediaan Simplisia Daun Sirih....
PPT FARMAKOGNOSI UJI MAKRO, MIKRO dan Pembuatan Sediaan Simplisia Daun Sirih....
DesiRis1
SESI 10-11 FLAVONOID.pptx
SESI 10-11 FLAVONOID.pptxSESI 10-11 FLAVONOID.pptx
SESI 10-11 FLAVONOID.pptx
diah72
JURNAL Larasita.docx
JURNAL Larasita.docxJURNAL Larasita.docx
JURNAL Larasita.docx
LolitaMegi
Fitokimia kel 2 (1).pptx
Fitokimia kel 2 (1).pptxFitokimia kel 2 (1).pptx
Fitokimia kel 2 (1).pptx
AraSalsabila1
Presentasi fistum kelompok 4 etilen dan fenolik
Presentasi fistum kelompok 4 etilen dan fenolikPresentasi fistum kelompok 4 etilen dan fenolik
Presentasi fistum kelompok 4 etilen dan fenolik
agronomy
Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...
Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...
Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...
Rahmahhutami
Bagian 1 metabolit sekunder
Bagian 1 metabolit sekunderBagian 1 metabolit sekunder
Bagian 1 metabolit sekunder
Dinda Gusti Ayu
senyawa fenolik alam
senyawa fenolik alamsenyawa fenolik alam
senyawa fenolik alam
shining_TUP
Makalah alkaloid-dan-terpenoid
Makalah alkaloid-dan-terpenoidMakalah alkaloid-dan-terpenoid
Makalah alkaloid-dan-terpenoid
dharma281276
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdfJURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
Dinda Gusti Ayu
Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...
Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...
Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...
FitriYanti680509
Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining FitokimiaPresentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
farmasistikes
Coklat Estetik Tugas Kelompok Presentasi_20231214_113312_0000.pptx
Coklat Estetik Tugas Kelompok Presentasi_20231214_113312_0000.pptxCoklat Estetik Tugas Kelompok Presentasi_20231214_113312_0000.pptx
Coklat Estetik Tugas Kelompok Presentasi_20231214_113312_0000.pptx
alipdesisuyonosaputr
Fenolik fitoaleksin
Fenolik fitoaleksinFenolik fitoaleksin
Fenolik fitoaleksin
Try Purnomo
PPT FITOKIMIA.pptx
PPT FITOKIMIA.pptxPPT FITOKIMIA.pptx
PPT FITOKIMIA.pptx
BintangRizki5
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSI
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSIFLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSI
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSI
BriaRevin
Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)
Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)
Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)
Rahayu Wahyu Ningsih
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDERSKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SofiaNofianti
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunderFistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Aprizal Tsumaruto
PPT FARMAKOGNOSI UJI MAKRO, MIKRO dan Pembuatan Sediaan Simplisia Daun Sirih....
PPT FARMAKOGNOSI UJI MAKRO, MIKRO dan Pembuatan Sediaan Simplisia Daun Sirih....PPT FARMAKOGNOSI UJI MAKRO, MIKRO dan Pembuatan Sediaan Simplisia Daun Sirih....
PPT FARMAKOGNOSI UJI MAKRO, MIKRO dan Pembuatan Sediaan Simplisia Daun Sirih....
DesiRis1
SESI 10-11 FLAVONOID.pptx
SESI 10-11 FLAVONOID.pptxSESI 10-11 FLAVONOID.pptx
SESI 10-11 FLAVONOID.pptx
diah72
JURNAL Larasita.docx
JURNAL Larasita.docxJURNAL Larasita.docx
JURNAL Larasita.docx
LolitaMegi
Fitokimia kel 2 (1).pptx
Fitokimia kel 2 (1).pptxFitokimia kel 2 (1).pptx
Fitokimia kel 2 (1).pptx
AraSalsabila1
Presentasi fistum kelompok 4 etilen dan fenolik
Presentasi fistum kelompok 4 etilen dan fenolikPresentasi fistum kelompok 4 etilen dan fenolik
Presentasi fistum kelompok 4 etilen dan fenolik
agronomy
Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...
Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...
Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...
Rahmahhutami
Bagian 1 metabolit sekunder
Bagian 1 metabolit sekunderBagian 1 metabolit sekunder
Bagian 1 metabolit sekunder
Dinda Gusti Ayu
senyawa fenolik alam
senyawa fenolik alamsenyawa fenolik alam
senyawa fenolik alam
shining_TUP
Makalah alkaloid-dan-terpenoid
Makalah alkaloid-dan-terpenoidMakalah alkaloid-dan-terpenoid
Makalah alkaloid-dan-terpenoid
dharma281276
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdfJURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
Dinda Gusti Ayu
Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...
Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...
Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...
FitriYanti680509

Recently uploaded (20)

BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptxBERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
putuariutama
Chapter 1 - Network Security.pptx
Chapter 1 -        Network Security.pptxChapter 1 -        Network Security.pptx
Chapter 1 - Network Security.pptx
Universitas Teknokrat Indonesia
pertemuan 13-asuhan komunitas 2025 .pptx
pertemuan 13-asuhan komunitas 2025 .pptxpertemuan 13-asuhan komunitas 2025 .pptx
pertemuan 13-asuhan komunitas 2025 .pptx
AyiDamayani
Scenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia Emas
Scenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia EmasScenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia Emas
Scenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia Emas
Dadang Solihin
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewaANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
MuhamadFahmiAziz
Daftar Judul Paper Artificial Intelligence in Information System
Daftar Judul Paper Artificial Intelligence in Information SystemDaftar Judul Paper Artificial Intelligence in Information System
Daftar Judul Paper Artificial Intelligence in Information System
Ainul Yaqin
pertemuan 12 - asuhan komunitas 2025.pptx
pertemuan 12 - asuhan komunitas 2025.pptxpertemuan 12 - asuhan komunitas 2025.pptx
pertemuan 12 - asuhan komunitas 2025.pptx
AyiDamayani
kebijakan pelayanan transfusi darah hematologi
kebijakan pelayanan transfusi darah hematologikebijakan pelayanan transfusi darah hematologi
kebijakan pelayanan transfusi darah hematologi
SofiaArdani
pertemuan 11 new- asuhan komunitas 2025.pptx
pertemuan 11 new- asuhan komunitas 2025.pptxpertemuan 11 new- asuhan komunitas 2025.pptx
pertemuan 11 new- asuhan komunitas 2025.pptx
AyiDamayani
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsiMenggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
suandi01
5. Program Semester Mapel Bahasa Indonesia.docx
5. Program Semester Mapel Bahasa Indonesia.docx5. Program Semester Mapel Bahasa Indonesia.docx
5. Program Semester Mapel Bahasa Indonesia.docx
KhusnulAzizah4
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptxPERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
Fajar Baskoro
Chapter 3 - Network Thread and Attack Najib Muhammad
Chapter 3 - Network Thread and Attack Najib MuhammadChapter 3 - Network Thread and Attack Najib Muhammad
Chapter 3 - Network Thread and Attack Najib Muhammad
Universitas Teknokrat Indonesia
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025
BangZiel
Materi Tarhib Ramadhan, PRM Situsar.pptx
Materi Tarhib Ramadhan, PRM Situsar.pptxMateri Tarhib Ramadhan, PRM Situsar.pptx
Materi Tarhib Ramadhan, PRM Situsar.pptx
imamtarmiji2
Bahan Ajar Modul Editing Kelas Sinematografi
Bahan Ajar Modul Editing Kelas SinematografiBahan Ajar Modul Editing Kelas Sinematografi
Bahan Ajar Modul Editing Kelas Sinematografi
AdePutraTunggali
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan Indonesia
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan IndonesiaMasukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan Indonesia
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan Indonesia
Dadang Solihin
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdfPROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
Indra Diputra
T2 - Demonstrasi Kontekstual Kelompok- PSE.pptx
T2 - Demonstrasi Kontekstual Kelompok- PSE.pptxT2 - Demonstrasi Kontekstual Kelompok- PSE.pptx
T2 - Demonstrasi Kontekstual Kelompok- PSE.pptx
muhammadzaki112001
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docxKisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
KhusnulAzizah4
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptxBERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
putuariutama
pertemuan 13-asuhan komunitas 2025 .pptx
pertemuan 13-asuhan komunitas 2025 .pptxpertemuan 13-asuhan komunitas 2025 .pptx
pertemuan 13-asuhan komunitas 2025 .pptx
AyiDamayani
Scenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia Emas
Scenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia EmasScenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia Emas
Scenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia Emas
Dadang Solihin
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewaANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
MuhamadFahmiAziz
Daftar Judul Paper Artificial Intelligence in Information System
Daftar Judul Paper Artificial Intelligence in Information SystemDaftar Judul Paper Artificial Intelligence in Information System
Daftar Judul Paper Artificial Intelligence in Information System
Ainul Yaqin
pertemuan 12 - asuhan komunitas 2025.pptx
pertemuan 12 - asuhan komunitas 2025.pptxpertemuan 12 - asuhan komunitas 2025.pptx
pertemuan 12 - asuhan komunitas 2025.pptx
AyiDamayani
kebijakan pelayanan transfusi darah hematologi
kebijakan pelayanan transfusi darah hematologikebijakan pelayanan transfusi darah hematologi
kebijakan pelayanan transfusi darah hematologi
SofiaArdani
pertemuan 11 new- asuhan komunitas 2025.pptx
pertemuan 11 new- asuhan komunitas 2025.pptxpertemuan 11 new- asuhan komunitas 2025.pptx
pertemuan 11 new- asuhan komunitas 2025.pptx
AyiDamayani
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsiMenggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
suandi01
5. Program Semester Mapel Bahasa Indonesia.docx
5. Program Semester Mapel Bahasa Indonesia.docx5. Program Semester Mapel Bahasa Indonesia.docx
5. Program Semester Mapel Bahasa Indonesia.docx
KhusnulAzizah4
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptxPERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
Fajar Baskoro
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025
BangZiel
Materi Tarhib Ramadhan, PRM Situsar.pptx
Materi Tarhib Ramadhan, PRM Situsar.pptxMateri Tarhib Ramadhan, PRM Situsar.pptx
Materi Tarhib Ramadhan, PRM Situsar.pptx
imamtarmiji2
Bahan Ajar Modul Editing Kelas Sinematografi
Bahan Ajar Modul Editing Kelas SinematografiBahan Ajar Modul Editing Kelas Sinematografi
Bahan Ajar Modul Editing Kelas Sinematografi
AdePutraTunggali
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan Indonesia
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan IndonesiaMasukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan Indonesia
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan Indonesia
Dadang Solihin
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdfPROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
Indra Diputra
T2 - Demonstrasi Kontekstual Kelompok- PSE.pptx
T2 - Demonstrasi Kontekstual Kelompok- PSE.pptxT2 - Demonstrasi Kontekstual Kelompok- PSE.pptx
T2 - Demonstrasi Kontekstual Kelompok- PSE.pptx
muhammadzaki112001
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docxKisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
KhusnulAzizah4

Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin (Ekstrak Psidium guajava)

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA TUGAS 4 IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN POLIFENOL DAN TANIN (Ekstrak Psidium Guajava) DISUSUN OLEH : ANANDA NOVIA RIZKY UJP 201610410311151 KELOMPOK 10 FARMASI D UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI 2016
  • 2. TUGAS 4. IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN POLIFENOL DAN TANIN (Ekstrak Psidium Guajava) 1) Tujuan Mahasiswa mampu untuk melakukan identifikasi senyawa golongan polifenol dan tannin dalam tanaman. 2) Tinjauan a) Tanaman KLASIFIKASI TANAMAN Berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan, tanaman jambu biji termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Psidium Spesies : Psidium guajava Linn. (Parimin, 2005) MORFOLOGI TANAMAN JAMBU BIJI Tanaman jambu biji (Psidium guajava Linn) bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini pertama kali ditemukan di Amerika Tengah oleh Nikolai Ivanovich Vavilov saat melakukan ekspedisi ke beberapa negara di Asia, Afrika,
  • 3. Eropa, Amerika Selatan, dan Uni Soviet antara tahun 1887-1942. Seiring dengan berjalannya waktu, jambu biji menyebar di beberapa negara seperti Thailand, Taiwan, Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Australia. Di Thailand dan Taiwan, jambu biji menjadi tanaman yang dikomersialkan (Parimin, 2005). Jambu biji merupakan tumbuhan perdu dengan tinggi 5-10 m, batang berkayu, kulit batang licin, mengelupas, bercabang, dan berwarna cokelat. Merupakan daun tunggal, berbentuk bulat telur, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata berhadapan, petulangan daun menyirip berwarna hijau kekuningan. Bunganya termasuk bunga tunggal, terletak di ketiak daun, bertangkai, kelopak bunga berbentuk corong. Mahkota bunga berbentuk bulat telur dengan panjang 1,5 cm, benang sari pipih berwarna putih atau putih kekuningan. Berbuah buni, berbentuk bulat telur, dan bijinya kecil-kecil dan keras (Parimin, 2005). Daun jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau bulat oval dengan ujung tumpul atau lancip. Warna daunnya beragam seperti hijau tua, hijau muda, merah tua, dan hijau berbelang kuning. Permukaan daun ada yang halus mengilap dan halus biasa. Tata letak daun saling berhadapan dan tumbuh tunggal. Panjang helai daun sekitar 5-15 cm dan lebar 3-6 cm. Sementara panjang tangkai daun berkisar 3-7 mm (Parimin, 2005). KANDUNGAN TANAMAN Daun jambu biji banyak mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, saponin, tannin, minyak atsiri, flavonoid, dan polifenol (Dalimartha, 2006; Daud, 2011; Afizia, 2012). Dilaporkan bahwa senyawa seperti phenolic, terpenoid, flavonoid, dan alkaloid memilki aktivitas juvenil hormone sehingga memiliki pengaruh pada perkembangan serangga (Elimamet al., 2009). Flavonoid merupakan senyawa kimia yang memiliki sifat insektisida. Flavonoid menyerang bagian saraf pada beberapa organ vital serangga sehingga timbul suatu perlemahan saraf, seperti pernapasan dan menimbulkan kematian (Dinata, 2009).
  • 4. Daun jambu biji berkhasiat astringen (pengelat), antidiare, antiradang, penghenti perdarahan (homeostatis) dan peluruh haid. Buah berkhasiat antioksidan karena kandungan beta karoten dan vitamin C yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Elimamet al., 2009). MANFAAT TANAMAN Tanaman jambu biji atau Psidium guajava L. termasuk familia Myrtaceae. Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman. Selain itu, buah jambu biji bermanfaat untuk pengobatan (terapi) bermacam-macam penyakit, seperti memperlancar pencernaan, menurunkan kolesterol, antioksidan, menghilangkan rasa lelah dan lesu, demam berdarah, dan sariawan. Selain buahnya, bagian tanaman jambu biji seperti daun, kulit akar maupun akarnya dapat berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit disentri, keputihan, sariawan, kurap, diare, radang lambung, gusi bengkak, dan peradangan mulut, serta kulit terbakar sinar matahari (Cahyono, 2010). Ekstrak etanol daun jambu biji juga telah diteliti sebagai antioksidan. Menurut Indriani (2006), ekstrak etanol dari daun jambu biji dapat berperan sebagai antioksidan. Daun jambu biji mempunyai manfaat bagi kesehatan yaitu sebagai antiinflamasi, antidiare, analgesik, antibakteri, antidiabetes, antihipertensi, mengurangi demam dan penambah trombosit (Kirtikar dan Bashu., 1998). Daun jambu biji putih telah terbukti secara klinis menghambat pertumbuhan rotavirus 8 yang menyebabkan enteritis pada anak-anak dan menyembuhkan kejang dan penyakit diare akut (Lozoya et al., 2002; Wei et al., 2000). TINJAUAN SENYAWA POLIFENOL DAN TANIN A. POLIFENOL
  • 5. Gambar 1. Struktur Senyawa Polifenol Senyawa fenol dapat didefinisikan secara kimiawi oleh adanya satu cincin aromatic yang membawa satu (fenol) atau lebih (polifenol) substitusi hydroksil, termasuk derivate fungsionalnya. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol memiliki spectrum luas dengan sifat kelarutannya pada suatu pelarut yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut yang dimiliki berbeda pada jumlah dan posisinya. Turunan polifenol sebagai antioksidan dapat menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan electron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas. Polifenol merupakan komponen yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan dalam buah dan sayuran (Hattenschwiler dan Vitousek,2000). Senyawa polifenol banyak terdapat pada tumbuhan, yang termasuk dalam senyawa fenol yaitu flavanol, flavonol, antosianin dan asam fenolik, dapat dilihat pada struktur kimianya sebagai aktivitas penangkap radikal bebas. Golongan polifenol mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi dengan mendonorkan hidrogen kepada radikal bebas, sehingga menjadi stabil dan polifenol mempunyai potensi berikatan dengan logam (Wachidah, 2013).
  • 6. Penentuan kandungan fenolik total dapat ditentukan dengan menggunakan reagen Folin-Ciocalteau yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Reagen Folin-Ciocalteau digunakan karena senyawa fenolik dapat bereaksi dengan Folin membentuk larutan berwarna yang dapat diukur absorbansinya. Prinsip pengukuran kandungan fenolik dengan reagen Folin-Ciocalteau adalah terbentuknya senyawa kompleks berwarna biru yang dapat diukur pada panjang gelombang 775 nm. Pereaksi ini mengoksidasi fenolik (garam alkali) atau gugus fenolik hidroksi mereduksi asam heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungstat) yang terdapat pada pereaksi Folin Ciocalteau menjadi suatu kompleks molybdenum- ungsten. Senyawa fenolik bereaksi dengan reagen Folin-Ciocalteau hanya dalam suasana basa agar terjadi disosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi ion fenolik. Untuk menciptakan kondisi basa digunakan Na2CO3 20%. Warna biru yang terbentuk akan semakin pekat, setara dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk, artinya semakin besar konsentrasi senyawa fenolat maka semakin banyak ion fenolat yang mereduksi asam heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungtat) menjadi kompleks molibdenum-tungsten (Apsari dan Susanti, 2011). Asam galat digunakan sebagai standar pengukuran karena asam galat merupakan turunan dari asam hidroksibenzoat yang tergolong asam fenol sederhana (Wachidah,2013). B. Tanin Gambar 2. Struktur Senyawa Tanin Tanin adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada beberapa tanaman. Tanin merupakan senyawa kimia yang tergolong dalam senyawa polifenol (Deaville et al.,
  • 7. 2010). Tanin mempunyai kemampuan mengendapkan protein, karena tanin mengandung sejumlah kelompok ikatan fungsional yang kuat dengan molekul protein yang selanjutnya akan menghasilkan ikatan silang yang besar dan komplek yaitu protein tanin. Tanin mempunyai berat molekul 0,5-3 KD. Tanin alami larut dalam air dan memberikan warna pada air, warna larutan tanin bervariasi dari warna terang sampai warna merah gelap atau coklat, karena setiap tanin memiliki warna yang khas tergantung sumbernya (Ahadi, 2003). Tanin pada tanaman diklasifikasikan sebagai tanin terhidrolisis dan tannin terkondensasi. Tanin terhidrolisis merupakan jenis tanin yang mempunyai struktur poliester yang mudah dihidrolisis oleh asam atau enzim, dan sebagai hasil hidrolisisnya adalah suatu asam polifenolat dan gula sederhana. Golongan tanin ini dapat dihidrolisis dengan asam, mineral panas dan enzim-enzim saluran pencernaan. Sedangkan tanin terkondensasi, yang sering disebut proantosianidin, merupakan polimer dari katekin dan epikatekin (Maldonado, 1994). Tanin yang tergolong tannin terkondensasi, banyak terdapat pada buah-buahan, biji- bijian dan tanaman pangan, sementara yang tergolong tanin terhidrolisis terdapat pada bahan non-pangan (Makkar, 1993), Menurut Susanti (2000), sifat utama tanin pada tanaman tergantung pada gugus fenolik-OH yang terkandung dalam tanin. Secara garis besar sifat tanin dapat dijabarkan sebagai berikut : a) Tanin secara umum memiliki gugus fenol dan bersifat koloid. b) Semua jenis tanin dapat larut dalam air, kelarutannya besar dan akan bertambah besar apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu pula dalam pelarut organic seperti metanol, etanol, aseton dan pelarut organik lainnya. c) Reaksi warna terjadi bila disatukan dengan garam besi. Reaksi ini digunakan untuk menguji klasifikasi tanin. Reaksi tanin dengan garam besi akan memberikan warna hijau dan biru kehitaman, tetapi uji ini kurang baik karena selain tanin yang dapat memberikan reaksi warna, zat-zat lain juga dapat memberikan reaksi warna yang sama. d) Tanin mulai terurai pada suhu 98,8C. e) Tanin dapat dihidrolisis oleh asam, basa, dan enzim. f) Ikatan kimia yang terjadi antara tanin-protein atau polimer lainnya terdiri dari ikatan hidrogen, ikatan ionik, dan ikatan kovalen. g) Tanin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah dioksidasi menjadi suatu polimer, sebagian besar tanin amorf (tidak berbentuk) dan tidak mempunyai titik leleh.
  • 8. h) Warna tanin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya atau dibiarkan di udara terbuka. i) Tanin mempunyai sifat bakteristatik dan fungistatik Tanin dikenal sebagai senyawa antinutrisi karena kemampuannya membentuk ikatan komplek dengan protein. Kemampuan tanin untuk mengendapkan protein ini disebabkan tanin memiliki sejumlah group fungsional yang dapat membentuk komplek kuat dengan molekul- molekul protein, oleh karena itu secara umum tannin dianggap sebagai anti-nutrisi yang merugikan. Ikatan antara tanin dan protein sangat kuat sehingga protein tidak mampu tercerna oleh saluran pencernaan. Pembentukan komplek ini terjadi karena adanya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, dan ikatan kovalen antara kedua senyawa tersebut (Makkar, 1993). Menurut Ariningsih (2004), ikatan kovalen terbentuk apabila tanin telah mengalami oksidasi dan membentuk polimer quinon yang selanjutnya melalui reaksi adisi eliminasi atom N dari gugus asam amino protein menggantikan atom oksigen dari senyawa poliquinon. Ikatan hidrogen yang terbentuk merupakan ikatan antara atom H yang polar dengan atom O baik dari protein (dari asam amino yang memiliki rantai samping non-polar) atau tanin (cincin benzena), adapun yang mendominasi kekuatan ikatan ini adalah ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Pembentukan ikatan antara tanin-protein dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (1) karakteristik protein, seperti komposisi asam amino, struktur, titik isoelektrik dan bobot molekul, (2) karakteristik tanin, seperti berat molekul, struktur, dan heterogenitas tanin, (3) kondisi pereaksi, seperti pH, suhu, waktu, komposisi pelarut. Semakin rendah pH, jumlah tanin yang berinteraksi semakin kecil. Hal ini menunjukkan penurunan afinitas tanin terhadap protein untuk membentuk komplek dikarenakan adanya efek elektrostatik dari protein, pada pH tinggi dimana group fenolhidroksil terionisasi maka tanin tidak berinteraksi dengan protein. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan pemisah terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan yang ditotolkan baik berupa bercak ataupun pita, setelah plat atau lapisan dimasukkan ke dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan
  • 9. kapiler (pengembangan), selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Stahl, 1985). Pendeteksian bercak hasil pemisahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Untuk senyawa tak berwarna cara yang paling sederhana adalah dilakukan pengamatan dengan sinar ultraviolet. Beberapa senyawa organik bersinar atau berfluorosensi jika disinari dengan sinar ultraviolet gelombang pendek (254 nm) atau gelombang panjang (366 nm), jika dengan cara itu senyawa tidak dapat dideteksi maka harus dicoba disemprot dengan pereaksi yang membuat bercak tersebut tampak yaitu pertama tanpa pemanasan, kemudian bila perlu dengan pemanasan (Gritter, et al., 1991; Stahl, 1985) FASA DIAM Kromatografi lapis tipis, fase diam berupa lapisan tipis yang terdiri atasahan padat yang dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca, dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan melekat pada permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat atau amilum. Penjerap yang umum dipakai untuk kromatografi lapis tipis adalah silica gel, alumina, kieselgur dan selulosa (Gritter, et al., 1991). Dua sifat yang penting dari fase diam adalah ukuran partikel dan homogenitasnya, karena adesi terhadap penyokong sangat tergantung pada kedua sifat tersebut. Ukuran partikel yang biasa digunakan adalah 1-25 mikron. Partikel yang butirannya sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu cara untuk memperbaiki hasil pemisahan adalah dengan menggunakan fase diam yang butirannya lebih halus. Butiran yang halus memberikan aliran pelarut yang lebih lambat dan resolusi yang lebih baik (Sastrohamidjojo, 1985). FASA GERAK Fase gerak ialah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut, jika diperlukan sistem pelarut multi komponen, harus berupa suatu campuran sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl, 1985).
  • 10. Pemisahan senyawa organik selalu menggunakan pelarut campur. Tujuan menggunakan pelarut campur adalah untuk memperoleh pemisahan senyawa yang baik. Kombinasi pelarut adalah berdasarkan atas polaritas masing-masing pelarut, sehingga dengan demikian akan diperoleh sistem pengembang yang cocok. Pelarut pengembang yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis antara lain: n-heksan, karbontetraklorida, benzen, kloroform, eter, etilasetat, piridian, aseton, etanol, metanol dan air (Gritter, et al., 1991). HARGA Rf Mengidentifikasi noda-noda dalam kromatografi lapis tipis sangat lazim menggunakan harga Rf (Retordation Factor) yang didefinisikan sebagai: = 署 $≒ $ jarak yang ditempuh pelarut (eluen) Harga Rf beragam mulai dari 0 sampai 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf (Sastrohamidjojo, 1985): a. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan b. Sifat penjerap c. Tebal dan kerataan dari lapisan penjerap d. Pelarut dan derajat kemurniannya e. Derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana f. Teknik percobaan g. Jumlah cuplikan yang digunakan h. Suhu i. Kesetimbangan. POLARITAS Polaritas sering diartikan sebagai adanya pemisahan kutub bermuatan positif dan negatif dari suatu molekul sebagai akibat terbentuknya konfigurasi tertentu dari atom-atom penyusunnya. Dengan demikian, molekul tersebut dapat tertarik oleh
  • 11. molekul yang lain yang juga mempunyai polaritas yang kurang lebih sama. Besarnya polaritas dari suatu pelarut proporsional dengan besarnya konstanta dielektriknya (Adnan, 1997). Menurut Stahl (1985), konstanta dielektrik (竜) merupakan salah satu ukuran kepolaran pelarut yang mengukur kemampuan pelarut untuk menyaring daya tarik elektrostatik antara isi yang berbeda. Ekstraksi berkesinambungan dilakukan secara berturut-turut dimulai dengan pelarut nonpolar (misalnya n-heksan atau kloroform) dilanjutkan dengan pelarut semipolar (etil asetat atau dietil eter) kemudian dilanjutkan dengan pelarut polar (metanol atau etanol). Pada proses ekstraksi akan diperoleh ekstrak awal (crude extract) yang mengandung berturutturut senyawa nonpolar, semipolar, dan polar (Hostettmann et al. 1995). 3) Prosedur Kerja ALAT DAN BAHAN a. Alat Pipet Tisu dan kain lap Sudip Label Penjepit kayu Aluminium foil Pinset Vial 10ml KLT Plat Kaca b. Bahan Ekstrak daun Psidium guajava Aquadest NaCl Larutan gelatin FeCl3 Metanol Etil Asetat Asam formiat Kiesel gel GF 254 PREPARASI SAMPEL a) Bagan Alir
  • 12. Preparasi sampel Uji Gelatin Uji Ferri Klorida Ekstrak 0,3g + 10 mL aquadest, aduk. (+) 3-4gtt 10% NaCl, aduk lalu saring Filtrate dibagi 3 bagianmasing-masing +-3 ml sebagai IVA, IVB, dan IVC Larutan IVA sebagai blanko, IVB + Lar gelatin 2gtt dan 5 ml NaCL 10% Endapan putih = adanya tanin IVC + beberapa tetes FeCl3, amati perubahan warna Hitam = adanya tanin Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbuk endapan putih, namun ketika + FeCl3 menunjukkan warna hijau biru hingga hitam = polifenol FeCl3 (+), Uji gelatin (+) = tannin (+) FeCl3 (+), Uji Gelatin (-) = Polifenol (+) FeCl3 (-) = polifenol (-), tannin (-)
  • 13. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) IVC yang digunakan untuk KLT Fase diam = Kiesel Gel 254 Fase gerak = metanol:etil asetat:asam formiat (0,5:9(IIgtt)) Penampak noda = pereaksi FeCl3 Hitam = polifenol
  • 14. b) Skema Kerja Preparasi Sampel Uji Bate-Smith dan Metcalf IVA IVB Timbang ekstrakPsidium guajava 0,3 gram + 10 ml aquadest aduk ad suhu temperature kamar + 3-4 gtt 10% NaCl, aduk kemudian saring Bagi menjadi 3 bagian, +-3ml (IVA, IVB, dan IVC) IIIA = blanko IIIB + lar. Gelatin 2gtt dan 5ml NaCl 10% Bila terjadi endapan putih = senyawa tanin
  • 15. Uji Ferri Klorida IVC Kromatografi Lapis Tipis (KLT) IVC IVC + beberapa tetes FeCl3, amati perubahan warna Hijau kehitaman = adanya tanin FeCl3 (+), Uji gelatin (+) = tannin (+) FeCl3 (+), Uji Gelatin (-) = Polifenol (+) FeCl3 (-) = polifenol (-), tannin (-) IVC ditotolkan pada fase diam Fase diam = kiesel gel 254 Fase gerak = methanol:etil asetat:asam formiat (0,5:9(IIgtt)) Penampak noda : -pereaksi FeCl3 polifenol = hitam
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Elimamet, A.M., Elmalik, K. H., dan Ali, F.S. 2009. Larvicidal, Adult Emergence Inhibition and Oviposition Deterrent Effects of Foliage Extract from Ricinuscommunis L. against Anopheles arabiensis and Culexquinquefasciatus in Sudan.Tropical Biomedicine. Dinata A. 2009. Atasi Jentik DBD dengan Kulit Jengkol. http://arda.students- blog.undip.ac.id/2009/10/18/atasi-jentik-DBD-dengan-kulit-jengkol diakses tanggal 15 Maret 2019. Hattenschwiller, S dan Vitousek, P. M. 2000. The Role of Polyphenols Interrestrial Ecosystem Nutrient Cycling. Review PII: S0169-5347(00)01861-9 TREE vol. 15. 6 Juni 2000. Wachidah, L. N. 2013. Uji aktivitas antioksidan serta penentuan kandungan fenolat dan flavonoid total dari buah parijoto (Medinilla speciose Blume). Naskah Skripsi S-1. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta. Apsari, P.D., & Susanti, H. 2011. Perbandingan Kadar Fenolik Total Ekstrak Metanol Kelopak Merah dan Ungu Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa, Linn) Secara Spektrofotometri. Deaville, E. R., Givens,D. I. and Harvey, I. M. 2010. Chesnut and Mimosa tannin silages: Effect in sheep differ for apparent digestibilty, nitrogen utilitation and losses. Anim. Feed Sci. Technol. Ahadi, M. R. 2003. Kandungan Tanin Terkondensasi dan Laju Dekomposisi pada Serasah Daun Rhizospora mucronata Lamk pada Ekosistem Tambak Tumpangsari, Purwakarta, Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Maldonado, R. A. P. 1994. The Chemical Nature and Biologycal Activity of Tannins in Forages Legumes Fed to Sheep and Goat. Thesis. Departement of Agriculture Australia. University of Quensland Australia, Australia.
  • 17. Makkar, H. P. S. 1993. Antinutriitional factors in foods for livestock. Animal Production in Developing Countries. Occasional Publication no. 16. Susanti, C. M. E. 2000. Autokondensat tanin sebagi perekat kayu lamina. Jurusan IPK. Program pasca sarjana IPB. Bogor. Desertasi. Ariningsih, K. 2004. Penambahan Sumber Tanin yang Berbeda dalam Perebusan Telur Asin terhadap Kualitas Mikrobiologi Selama Penyimpanan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gritter, R.J., Bobbit, J.M., dan Swharting, A.E. 1991. Pengantar Kromatografi. Edisi Kedua. Penerbit ITB. Bandung Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara kromatografi dan Mikroskopi, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, 3-17, ITB, Bandung. Sastrohamidjojo H, 1985, Kromatografi, Edisi I, Cetakan I, Penerbit Liberty, Yogyakarta. K. Hostettmann, M Hostettman, MD, Marston A, 1995, Cara kromatografi preparative Penggunan pada Isolasi Senyawa Alam, hal 10, ITB, Bandung. Adnan, M., 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan, Edisi Pertama, 9, 14, 15, Penerbit Andi, Yogyakarta. Farnsworth, Norman. R., 1996, Biological and Pytochemical Screening of Plants, Journal Of Pharmaceutical Sciences.