identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilatzakirafi
油
Laporan ini merangkum hasil praktikum identifikasi senyawa golongan alkohol, fenol, dan asam karboksilat. Praktikum ini bertujuan untuk mengenali gugus fungsional dari senyawa-senyawa tersebut melalui reaksi kimia khas. Beberapa senyawa diuji meliputi etanol, gliserin, mentol, fenol, dan asam tartrat. Hasil pengujian menunjukkan adanya reaksi esterifikasi pada alkohol dan pembentukan kompleks
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas tentang kromatografi lapis tipis (KLT) yang merupakan salah satu metode kromatografi, dengan menjelaskan sejarah, prinsip kerja, alat-alat, dan teknik standar pemisahan KLT.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis reaksi kimia dan bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan reaksi kimia.
2. Diuraikan pula teori-teori dasar mengenai reaksi kimia beserta contoh-contohnya.
3. Juga diberikan penjelasan mengenai beberapa bahan kimia yang digunakan sebagai reaktan dalam percobaan.
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...anandajpz
油
Laporan praktikum ini mendeskripsikan identifikasi senyawa golongan alkaloida dalam ekstrak piper nigrum L. dengan melakukan ekstraksi, pemisahan menggunakan kromatografi lapis tipis, dan reaksi identifikasi. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi senyawa alkaloida seperti piperine.
Praktikum ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh temperatur terhadap kelarutan asam benzoat dan asam borat. Kelarutan kedua zat diukur pada suhu kamar, 450C, dan 600C. Hasilnya menunjukkan bahwa kelarutan asam benzoat dan asam borat meningkat dengan peningkatan suhu.
Kromatografi peertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO3). (Gandjar, 2007)
Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umumdan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik secara kuantitatif, kualitatif atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri dan sebagainya. (Gandjar, 2007)
Dokumen tersebut merangkum percobaan untuk menentukan efek antidiare dari beberapa obat, yaitu loperamide, rebusan daun jambu biji, dan larutan Na.CMC 1%. Percobaan dilakukan dengan memberikan induksi diare terlebih dahulu menggunakan oleum ricini, kemudian memberikan obat-obatan tersebut untuk mengamati parameter seperti frekuensi defekasi dan konsistensi feses.
Titrasi nitrimetri merupakan metode titrasi yang menggunakan natrium nitrit untuk menentukan kadar senyawa organik melalui reaksi diazotasi pada suhu rendah. Laporan ini menggunakan metode tersebut untuk menentukan kadar parasetamol pada obat tablet dan standar, yang menghasilkan kadar masing-masing sebesar 17,44% dan 37,41%.
Laporan ini membahas pembuatan unguentum asam salisilat dengan bahan asam salisilat dan vaselinum flavum. Dilakukan evaluasi homogenitas, daya lekat, daya sebar, dan kemampuan proteksi. Hasilnya menunjukkan tidak homogen, daya lekat 1,3 detik, daya sebar semakin besar dengan tambahan beban, dan kemampuan proteksi 42 detik.
Laporan praktikum biokimia mendiskusikan pengaruh pH dan suhu terhadap aktivitas enzim diastase, serta menguji aktivitas enzim amilase pada biji kacang hijau dan tauge. Metode yang digunakan meliputi pengujian iod untuk mendeteksi karbohidrat dan reaksi Benedict untuk mendeteksi monosakarida hasil hidrolisis pati oleh enzim.
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan MikroorganismeRukmana Suharta
油
Laporan praktikum mikrobiologi mengenai teknik pewarnaan mikroorganisme. Mahasiswa melakukan pewarnaan gram pada Escherichia coli dan mengamati bentuknya di bawah mikroskop. Hasilnya adalah E. coli berbentuk basil dan berwarna merah setelah pewarnaan gram, menunjukkan bahwa bakteri tersebut termasuk gram negatif.
Ekstrak daun sirih mengandung senyawa fenolik. Praktikum ini melakukan identifikasi senyawa fenolik pada ekstrak daun sirih dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% sebagai pelarut. Uji kualitatif menggunakan pereaksi FeCl3 menghasilkan perubahan warna biru kehitaman, menunjukkan adanya senyawa fenolik pada ekstrak daun sirih.
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...anandajpz
油
Laporan praktikum ini mendeskripsikan identifikasi senyawa golongan alkaloida dalam ekstrak piper nigrum L. dengan melakukan ekstraksi, pemisahan menggunakan kromatografi lapis tipis, dan reaksi identifikasi. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi senyawa alkaloida seperti piperine.
Praktikum ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh temperatur terhadap kelarutan asam benzoat dan asam borat. Kelarutan kedua zat diukur pada suhu kamar, 450C, dan 600C. Hasilnya menunjukkan bahwa kelarutan asam benzoat dan asam borat meningkat dengan peningkatan suhu.
Kromatografi peertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO3). (Gandjar, 2007)
Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umumdan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik secara kuantitatif, kualitatif atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri dan sebagainya. (Gandjar, 2007)
Dokumen tersebut merangkum percobaan untuk menentukan efek antidiare dari beberapa obat, yaitu loperamide, rebusan daun jambu biji, dan larutan Na.CMC 1%. Percobaan dilakukan dengan memberikan induksi diare terlebih dahulu menggunakan oleum ricini, kemudian memberikan obat-obatan tersebut untuk mengamati parameter seperti frekuensi defekasi dan konsistensi feses.
Titrasi nitrimetri merupakan metode titrasi yang menggunakan natrium nitrit untuk menentukan kadar senyawa organik melalui reaksi diazotasi pada suhu rendah. Laporan ini menggunakan metode tersebut untuk menentukan kadar parasetamol pada obat tablet dan standar, yang menghasilkan kadar masing-masing sebesar 17,44% dan 37,41%.
Laporan ini membahas pembuatan unguentum asam salisilat dengan bahan asam salisilat dan vaselinum flavum. Dilakukan evaluasi homogenitas, daya lekat, daya sebar, dan kemampuan proteksi. Hasilnya menunjukkan tidak homogen, daya lekat 1,3 detik, daya sebar semakin besar dengan tambahan beban, dan kemampuan proteksi 42 detik.
Laporan praktikum biokimia mendiskusikan pengaruh pH dan suhu terhadap aktivitas enzim diastase, serta menguji aktivitas enzim amilase pada biji kacang hijau dan tauge. Metode yang digunakan meliputi pengujian iod untuk mendeteksi karbohidrat dan reaksi Benedict untuk mendeteksi monosakarida hasil hidrolisis pati oleh enzim.
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan MikroorganismeRukmana Suharta
油
Laporan praktikum mikrobiologi mengenai teknik pewarnaan mikroorganisme. Mahasiswa melakukan pewarnaan gram pada Escherichia coli dan mengamati bentuknya di bawah mikroskop. Hasilnya adalah E. coli berbentuk basil dan berwarna merah setelah pewarnaan gram, menunjukkan bahwa bakteri tersebut termasuk gram negatif.
Ekstrak daun sirih mengandung senyawa fenolik. Praktikum ini melakukan identifikasi senyawa fenolik pada ekstrak daun sirih dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% sebagai pelarut. Uji kualitatif menggunakan pereaksi FeCl3 menghasilkan perubahan warna biru kehitaman, menunjukkan adanya senyawa fenolik pada ekstrak daun sirih.
Dokumen tersebut membahas tentang metabolisme intermediet dan metabolisme sekunder tanaman. Ia menjelaskan jalur biosintesis metabolisme sekunder yang berasal dari prekursor metabolisme primer, contoh tanaman sembung, dan identifikasi senyawa metabolit sekunder seperti terpen, senyawa fenolik, dan senyawa yang mengandung nitrogen seperti alkaloid.
Laporan ini membahas skrining fitokimia yang dilakukan terhadap tanaman kemangi untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder. Tanaman kemangi mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid, tanin, steroid, dan saponin yang bermanfaat sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan antimikroba.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa fenolik dari ekstrak etanol buah terong ungu. Ekstrak buah terong ungu diekstraksi dengan maserasi menggunakan n-heksana dan etanol, kemudian diisolasi menggunakan KLT dan KLTP. Isolat diidentifikasi dengan FT-IR yang menunjukkan adanya gugus fungsi karakteristik senyawa fenol seperti O-H, C-H aromatik, dan C=C. Has
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, tetapi ada tiga kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon.
Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...Rahmahhutami
油
1. Uji fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa alkaloida pada ekstrak Alstonia scolaris dengan melakukan reaksi pengendapan dan kromatografi lapis tipis.
2. Hasil reaksi pengendapan menunjukkan kehadiran alkaloida jika terbentuk endapan sedangkan kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan komponen berdasarkan nilai Rf.
3. Tujuan praktikum adalah mahasiswa dap
Salah satu senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan adalah metabolit sekunder. Metabolit sekunder merupakan hasil metabolisme yang dikeluarkan tanaman, metabolit sekunder yang diproduksi oleh berbagai organisme memang tidak memiliki peran yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan hidup dari organisme penghasilnya. Namun, metabolit sekunder tersebut diketahui memiliki berbagai aktivitas biologi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Berbagai aktivitas biologis dari metabolit sekunder antara lain antikanker, antibakteri, antioksidan dan antifungi.
Dokumen tersebut membahas senyawa fenolik alami yang terdapat luas di alam, termasuk di tanaman, daun, bunga dan buah. Senyawa fenolik memiliki satu atau lebih gugus hidroksi yang terikat pada cincin aromatik dan mampu beroksidasi, sehingga banyak digunakan sebagai antioksidan. Dokumen ini juga menjelaskan contoh struktur dan jenis senyawa fenolik alami serta metode ekstraksi dan penentuan k
Scenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia EmasDadang Solihin
油
Sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045, yaitu Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan, kajian ini menekankan pentingnya membangun Indonesia yang kuat, mandiri, dan berkelanjutan di tahun 2045. Dalam konteks itu, optimalisasi angkatan kerja dan pemanfaatan bonus demografi menjadi faktor krusial untuk mencapai visi tersebut.
Daftar Judul Paper Artificial Intelligence in Information SystemAinul Yaqin
油
Penelitian mengenai "Analisis Model Pengambilan Keputusan Berbasis Sistem Pendukung Keputusan dalam Lingkungan Bisnis Dinamis" menyoroti bagaimana teknologi Decision Support Systems (DSS) berperan dalam mendukung pengambilan keputusan yang efektif di lingkungan bisnis yang berubah cepat. Dengan memanfaatkan teknik pemodelan dan analisis, DSS dapat membantu organisasi mengidentifikasi peluang serta mengelola risiko secara lebih optimal. Sementara itu, "Analisis Peran Sistem Pendukung Keputusan dalam Pengelolaan Risiko dan Perencanaan Strategis Perusahaan" meneliti bagaimana DSS berkontribusi dalam mengelola ketidakpastian bisnis melalui pendekatan berbasis data.
Dalam ranah Business Intelligence, penelitian "Pemanfaatan Business Intelligence untuk Menganalisis Perilaku Konsumen dalam Industri E-Commerce" membahas bagaimana BI digunakan untuk memahami pola belanja konsumen, memungkinkan personalisasi layanan, serta meningkatkan retensi pelanggan. Selain itu, "Integrasi Business Intelligence dan Machine Learning dalam Meningkatkan Efisiensi Operasional Perusahaan" mengeksplorasi sinergi antara BI dan Machine Learning dalam mengoptimalkan pengambilan keputusan berbasis prediksi dan otomatisasi.
Di sektor industri manufaktur, penelitian "Peran Algoritma Genetik dalam Optimasi Pengambilan Keputusan pada Industri Manufaktur" menyoroti bagaimana Genetic Algorithm digunakan untuk mengoptimalkan produksi, mengurangi biaya operasional, serta meningkatkan efisiensi rantai pasok. Sejalan dengan itu, penelitian "Analisis Efektivitas Artificial Neural Networks dalam Prediksi Risiko Kredit Perbankan" mengevaluasi penggunaan Artificial Neural Networks (ANN) dalam memitigasi risiko kredit melalui model prediksi yang lebih akurat dibandingkan metode tradisional.
Dalam ranah kolaborasi organisasi dan manajemen pengetahuan, penelitian "Analisis Efektivitas Group Support Systems dalam Meningkatkan Kolaborasi dan Pengambilan Keputusan Organisasi" membahas bagaimana teknologi Group Support Systems (GSS) dapat meningkatkan efektivitas kerja tim dan proses pengambilan keputusan bersama. Selain itu, "Analisis Faktor Keberhasilan Knowledge Management System dalam Organisasi Berbasis Teknologi" berfokus pada faktor-faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi Knowledge Management Systems (KMS) dalam organisasi berbasis teknologi, termasuk peran budaya organisasi, adopsi teknologi, dan keterlibatan pengguna.
Pada bidang kecerdasan buatan dan sistem pendukung keputusan berbasis AI, penelitian "Evaluasi Kinerja Sistem Pakar dalam Mendukung Pengambilan Keputusan di Sektor Keuangan" mengeksplorasi efektivitas sistem pakar dalam meningkatkan keakuratan keputusan finansial, sementara "Implementasi Intelligent Agents dalam Meningkatkan Efisiensi Operasional pada E-Commerce" membahas bagaimana agen cerdas dapat mengotomatisasi proses bisnis, meningkatkan pengalaman pelanggan, serta mempercepat pengambilan keputusan strategis.
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025BangZiel
油
Materi ini membahas hukum bacaan Mad (panjang) dalam ilmu tajwid, yang terjadi ketika ada huruf mad (悋, , ) dalam bacaan Al-Qur'an. Pembahasan mencakup jenis-jenis mad, hukum bacaan, serta panjangnya dalam harakat.
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan IndonesiaDadang Solihin
油
Tujuan penyusunan naskah masukan untuk peta jalan strategis keangkasaan Indonesia ini adalah untuk meningkatkan kedaulatan dan pemanfaatan wilayah angkasa Indonesia dalam rangka memperkuat Ketahanan Nasional dan Visi Indonesia Emas 2045.
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docxKhusnulAzizah4
油
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin (Ekstrak Psidium guajava)
1. LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
TUGAS 4
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN POLIFENOL DAN TANIN (Ekstrak Psidium
Guajava)
DISUSUN OLEH :
ANANDA NOVIA RIZKY UJP
201610410311151
KELOMPOK 10
FARMASI D
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
2016
2. TUGAS 4. IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN POLIFENOL DAN TANIN
(Ekstrak Psidium Guajava)
1) Tujuan
Mahasiswa mampu untuk melakukan identifikasi senyawa golongan polifenol dan
tannin dalam tanaman.
2) Tinjauan
a) Tanaman
KLASIFIKASI TANAMAN
Berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan, tanaman jambu biji
termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava Linn.
(Parimin, 2005)
MORFOLOGI TANAMAN JAMBU BIJI
Tanaman jambu biji (Psidium guajava Linn) bukan merupakan tanaman asli
Indonesia. Tanaman ini pertama kali ditemukan di Amerika Tengah oleh Nikolai
Ivanovich Vavilov saat melakukan ekspedisi ke beberapa negara di Asia, Afrika,
3. Eropa, Amerika Selatan, dan Uni Soviet antara tahun 1887-1942. Seiring dengan
berjalannya waktu, jambu biji menyebar di beberapa negara seperti Thailand, Taiwan,
Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Australia. Di Thailand dan Taiwan, jambu biji
menjadi tanaman yang dikomersialkan (Parimin, 2005).
Jambu biji merupakan tumbuhan perdu dengan tinggi 5-10 m, batang berkayu,
kulit batang licin, mengelupas, bercabang, dan berwarna cokelat. Merupakan daun
tunggal, berbentuk bulat telur, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata berhadapan,
petulangan daun menyirip berwarna hijau kekuningan. Bunganya termasuk bunga
tunggal, terletak di ketiak daun, bertangkai, kelopak bunga berbentuk corong. Mahkota
bunga berbentuk bulat telur dengan panjang 1,5 cm, benang sari pipih berwarna putih
atau putih kekuningan. Berbuah buni, berbentuk bulat telur, dan bijinya kecil-kecil dan
keras (Parimin, 2005).
Daun jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau bulat oval dengan
ujung tumpul atau lancip. Warna daunnya beragam seperti hijau tua, hijau muda, merah
tua, dan hijau berbelang kuning. Permukaan daun ada yang halus mengilap dan halus
biasa. Tata letak daun saling berhadapan dan tumbuh tunggal. Panjang helai daun
sekitar 5-15 cm dan lebar 3-6 cm. Sementara panjang tangkai daun berkisar 3-7 mm
(Parimin, 2005).
KANDUNGAN TANAMAN
Daun jambu biji banyak mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, saponin,
tannin, minyak atsiri, flavonoid, dan polifenol (Dalimartha, 2006; Daud, 2011; Afizia,
2012). Dilaporkan bahwa senyawa seperti phenolic, terpenoid, flavonoid,
dan alkaloid memilki aktivitas juvenil hormone sehingga memiliki pengaruh pada
perkembangan serangga (Elimamet al., 2009).
Flavonoid merupakan senyawa kimia yang memiliki sifat insektisida.
Flavonoid menyerang bagian saraf pada beberapa organ vital serangga sehingga timbul
suatu perlemahan saraf, seperti pernapasan dan menimbulkan kematian (Dinata, 2009).
4. Daun jambu biji berkhasiat astringen (pengelat), antidiare, antiradang,
penghenti perdarahan (homeostatis) dan peluruh haid. Buah berkhasiat antioksidan
karena kandungan beta karoten dan vitamin C yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh (Elimamet al., 2009).
MANFAAT TANAMAN
Tanaman jambu biji atau Psidium guajava L. termasuk familia
Myrtaceae. Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat
dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan
minuman. Selain itu, buah jambu biji bermanfaat untuk pengobatan (terapi)
bermacam-macam penyakit, seperti memperlancar pencernaan, menurunkan
kolesterol, antioksidan, menghilangkan rasa lelah dan lesu, demam berdarah, dan
sariawan. Selain buahnya, bagian tanaman jambu biji seperti daun, kulit akar maupun
akarnya dapat berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit disentri, keputihan, sariawan,
kurap, diare, radang lambung, gusi bengkak, dan peradangan mulut, serta kulit terbakar
sinar matahari (Cahyono, 2010).
Ekstrak etanol daun jambu biji juga telah diteliti sebagai antioksidan. Menurut
Indriani (2006), ekstrak etanol dari daun jambu biji dapat berperan sebagai antioksidan.
Daun jambu biji mempunyai manfaat bagi kesehatan yaitu sebagai antiinflamasi,
antidiare, analgesik, antibakteri, antidiabetes, antihipertensi, mengurangi demam dan
penambah trombosit (Kirtikar dan Bashu., 1998). Daun jambu biji putih telah
terbukti secara klinis menghambat pertumbuhan rotavirus 8 yang menyebabkan
enteritis pada anak-anak dan menyembuhkan kejang dan penyakit diare akut (Lozoya
et al., 2002; Wei et al., 2000).
TINJAUAN SENYAWA POLIFENOL DAN TANIN
A. POLIFENOL
5. Gambar 1. Struktur Senyawa Polifenol
Senyawa fenol dapat didefinisikan secara kimiawi oleh adanya satu cincin aromatic
yang membawa satu (fenol) atau lebih (polifenol) substitusi hydroksil, termasuk derivate
fungsionalnya. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat
ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol
memiliki spectrum luas dengan sifat kelarutannya pada suatu pelarut yang berbeda-beda.
Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut yang dimiliki berbeda pada
jumlah dan posisinya. Turunan polifenol sebagai antioksidan dapat menstabilkan radikal
bebas dengan melengkapi kekurangan electron yang dimiliki radikal bebas, dan
menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas. Polifenol
merupakan komponen yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan dalam buah
dan sayuran (Hattenschwiler dan Vitousek,2000).
Senyawa polifenol banyak terdapat pada tumbuhan, yang termasuk dalam senyawa
fenol yaitu flavanol, flavonol, antosianin dan asam fenolik, dapat dilihat pada struktur
kimianya sebagai aktivitas penangkap radikal bebas. Golongan polifenol mempunyai
aktivitas antioksidan yang tinggi dengan mendonorkan hidrogen kepada radikal bebas,
sehingga menjadi stabil dan polifenol mempunyai potensi berikatan dengan logam
(Wachidah, 2013).
6. Penentuan kandungan fenolik total dapat ditentukan dengan menggunakan reagen
Folin-Ciocalteau yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Reagen Folin-Ciocalteau
digunakan karena senyawa fenolik dapat bereaksi dengan Folin membentuk larutan
berwarna yang dapat diukur absorbansinya. Prinsip pengukuran kandungan fenolik dengan
reagen Folin-Ciocalteau adalah terbentuknya senyawa kompleks berwarna biru yang dapat
diukur pada panjang gelombang 775 nm. Pereaksi ini mengoksidasi fenolik (garam alkali)
atau gugus fenolik hidroksi mereduksi asam heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungstat) yang
terdapat pada pereaksi Folin Ciocalteau menjadi suatu kompleks molybdenum- ungsten.
Senyawa fenolik bereaksi dengan reagen Folin-Ciocalteau hanya dalam suasana basa agar
terjadi disosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi ion fenolik. Untuk menciptakan
kondisi basa digunakan Na2CO3 20%. Warna biru yang terbentuk akan semakin pekat,
setara dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk, artinya semakin besar konsentrasi
senyawa fenolat maka semakin banyak ion fenolat yang mereduksi asam heteropoli
(fosfomolibdat-fosfotungtat) menjadi kompleks molibdenum-tungsten (Apsari dan
Susanti, 2011). Asam galat digunakan sebagai standar pengukuran karena asam galat
merupakan turunan dari asam hidroksibenzoat yang tergolong asam fenol sederhana
(Wachidah,2013).
B. Tanin
Gambar 2. Struktur Senyawa Tanin
Tanin adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada beberapa tanaman.
Tanin merupakan senyawa kimia yang tergolong dalam senyawa polifenol (Deaville et al.,
7. 2010). Tanin mempunyai kemampuan mengendapkan protein, karena tanin mengandung
sejumlah kelompok ikatan fungsional yang kuat dengan molekul protein yang selanjutnya
akan menghasilkan ikatan silang yang besar dan komplek yaitu protein tanin. Tanin
mempunyai berat molekul 0,5-3 KD. Tanin alami larut dalam air dan memberikan warna
pada air, warna larutan tanin bervariasi dari warna terang sampai warna merah gelap atau
coklat, karena setiap tanin memiliki warna yang khas tergantung sumbernya (Ahadi, 2003).
Tanin pada tanaman diklasifikasikan sebagai tanin terhidrolisis dan tannin terkondensasi.
Tanin terhidrolisis merupakan jenis tanin yang mempunyai struktur poliester yang mudah
dihidrolisis oleh asam atau enzim, dan sebagai hasil hidrolisisnya adalah suatu asam
polifenolat dan gula sederhana. Golongan tanin ini dapat dihidrolisis dengan asam, mineral
panas dan enzim-enzim saluran pencernaan. Sedangkan tanin terkondensasi, yang sering
disebut proantosianidin, merupakan polimer dari katekin dan epikatekin (Maldonado,
1994). Tanin yang tergolong tannin terkondensasi, banyak terdapat pada buah-buahan, biji-
bijian dan tanaman pangan, sementara yang tergolong tanin terhidrolisis terdapat pada
bahan non-pangan (Makkar, 1993), Menurut Susanti (2000), sifat utama tanin pada
tanaman tergantung pada gugus fenolik-OH yang terkandung dalam tanin. Secara garis
besar sifat tanin dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Tanin secara umum memiliki gugus fenol dan bersifat koloid.
b) Semua jenis tanin dapat larut dalam air, kelarutannya besar dan akan bertambah besar
apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu pula dalam pelarut organic seperti metanol,
etanol, aseton dan pelarut organik lainnya.
c) Reaksi warna terjadi bila disatukan dengan garam besi. Reaksi ini digunakan untuk
menguji klasifikasi tanin. Reaksi tanin dengan garam besi akan memberikan warna hijau
dan biru kehitaman, tetapi uji ini kurang baik karena selain tanin yang dapat memberikan
reaksi warna, zat-zat lain juga dapat memberikan reaksi warna yang sama.
d) Tanin mulai terurai pada suhu 98,8C.
e) Tanin dapat dihidrolisis oleh asam, basa, dan enzim.
f) Ikatan kimia yang terjadi antara tanin-protein atau polimer lainnya terdiri dari ikatan
hidrogen, ikatan ionik, dan ikatan kovalen.
g) Tanin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah dioksidasi menjadi suatu
polimer, sebagian besar tanin amorf (tidak berbentuk) dan tidak mempunyai titik leleh.
8. h) Warna tanin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya atau dibiarkan di udara terbuka.
i) Tanin mempunyai sifat bakteristatik dan fungistatik
Tanin dikenal sebagai senyawa antinutrisi karena kemampuannya membentuk ikatan
komplek dengan protein. Kemampuan tanin untuk mengendapkan protein ini disebabkan tanin
memiliki sejumlah group fungsional yang dapat membentuk komplek kuat dengan molekul-
molekul protein, oleh karena itu secara umum tannin dianggap sebagai anti-nutrisi yang
merugikan. Ikatan antara tanin dan protein sangat kuat sehingga protein tidak mampu tercerna
oleh saluran pencernaan. Pembentukan komplek ini terjadi karena adanya ikatan hidrogen,
interaksi hidrofobik, dan ikatan kovalen antara kedua senyawa tersebut (Makkar, 1993).
Menurut Ariningsih (2004), ikatan kovalen terbentuk apabila tanin telah mengalami oksidasi
dan membentuk polimer quinon yang selanjutnya melalui reaksi adisi eliminasi atom N dari
gugus asam amino protein menggantikan atom oksigen dari senyawa poliquinon. Ikatan
hidrogen yang terbentuk merupakan ikatan antara atom H yang polar dengan atom O baik dari
protein (dari asam amino yang memiliki rantai samping non-polar) atau tanin (cincin benzena),
adapun yang mendominasi kekuatan ikatan ini adalah ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik.
Pembentukan ikatan antara tanin-protein dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (1)
karakteristik protein, seperti komposisi asam amino, struktur, titik isoelektrik dan bobot
molekul, (2) karakteristik tanin, seperti berat molekul, struktur, dan heterogenitas tanin, (3)
kondisi pereaksi, seperti pH, suhu, waktu, komposisi pelarut. Semakin rendah pH, jumlah tanin
yang berinteraksi semakin kecil. Hal ini menunjukkan penurunan afinitas tanin terhadap
protein untuk membentuk komplek dikarenakan adanya efek elektrostatik dari protein, pada
pH tinggi dimana group fenolhidroksil terionisasi maka tanin tidak berinteraksi dengan protein.
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan pemisah terdiri
atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam
atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan yang ditotolkan baik
berupa bercak ataupun pita, setelah plat atau lapisan dimasukkan ke dalam bejana tertutup rapat
yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan
9. kapiler (pengembangan), selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Stahl,
1985).
Pendeteksian bercak hasil pemisahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Untuk
senyawa tak berwarna cara yang paling sederhana adalah dilakukan pengamatan dengan sinar
ultraviolet. Beberapa senyawa organik bersinar atau berfluorosensi jika disinari dengan sinar
ultraviolet gelombang pendek (254 nm) atau gelombang panjang (366 nm), jika dengan cara
itu senyawa tidak dapat dideteksi maka harus dicoba disemprot dengan pereaksi yang membuat
bercak tersebut tampak yaitu pertama tanpa pemanasan, kemudian bila perlu dengan
pemanasan (Gritter, et al., 1991; Stahl, 1985)
FASA DIAM
Kromatografi lapis tipis, fase diam berupa lapisan tipis yang terdiri atasahan padat yang
dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca, dapat pula
terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan melekat pada permukaan dengan bantuan bahan
pengikat, biasanya kalsium sulfat atau amilum. Penjerap yang umum dipakai untuk
kromatografi lapis tipis adalah silica gel, alumina, kieselgur dan selulosa (Gritter, et al., 1991).
Dua sifat yang penting dari fase diam adalah ukuran partikel dan homogenitasnya,
karena adesi terhadap penyokong sangat tergantung pada kedua sifat tersebut. Ukuran partikel
yang biasa digunakan adalah 1-25 mikron. Partikel yang butirannya sangat kasar tidak akan
memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu cara untuk memperbaiki hasil pemisahan
adalah dengan menggunakan fase diam yang butirannya lebih halus. Butiran yang halus
memberikan aliran pelarut yang lebih lambat dan resolusi yang lebih baik (Sastrohamidjojo,
1985).
FASA GERAK
Fase gerak ialah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut, jika
diperlukan sistem pelarut multi komponen, harus berupa suatu campuran sesederhana mungkin
yang terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl, 1985).
10. Pemisahan senyawa organik selalu menggunakan pelarut campur. Tujuan
menggunakan pelarut campur adalah untuk memperoleh pemisahan senyawa yang baik.
Kombinasi pelarut adalah berdasarkan atas polaritas masing-masing pelarut, sehingga dengan
demikian akan diperoleh sistem pengembang yang cocok. Pelarut pengembang yang
digunakan dalam kromatografi lapis tipis antara lain: n-heksan, karbontetraklorida, benzen,
kloroform, eter, etilasetat, piridian, aseton, etanol, metanol dan air (Gritter, et al., 1991).
HARGA Rf
Mengidentifikasi noda-noda dalam kromatografi lapis tipis sangat lazim menggunakan
harga Rf (Retordation Factor) yang didefinisikan sebagai:
=
署 $≒ $
jarak yang ditempuh pelarut (eluen)
Harga Rf beragam mulai dari 0 sampai 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga
Rf (Sastrohamidjojo, 1985):
a. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
b. Sifat penjerap
c. Tebal dan kerataan dari lapisan penjerap
d. Pelarut dan derajat kemurniannya
e. Derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana
f. Teknik percobaan
g. Jumlah cuplikan yang digunakan
h. Suhu
i. Kesetimbangan.
POLARITAS
Polaritas sering diartikan sebagai adanya pemisahan kutub bermuatan positif
dan negatif dari suatu molekul sebagai akibat terbentuknya konfigurasi tertentu dari
atom-atom penyusunnya. Dengan demikian, molekul tersebut dapat tertarik oleh
11. molekul yang lain yang juga mempunyai polaritas yang kurang lebih sama. Besarnya
polaritas dari suatu pelarut proporsional dengan besarnya konstanta dielektriknya
(Adnan, 1997). Menurut Stahl (1985), konstanta dielektrik (竜) merupakan salah satu
ukuran kepolaran pelarut yang mengukur kemampuan pelarut untuk menyaring daya
tarik elektrostatik antara isi yang berbeda.
Ekstraksi berkesinambungan dilakukan secara berturut-turut dimulai dengan
pelarut nonpolar (misalnya n-heksan atau kloroform) dilanjutkan dengan pelarut
semipolar (etil asetat atau dietil eter) kemudian dilanjutkan dengan pelarut polar
(metanol atau etanol). Pada proses ekstraksi akan diperoleh ekstrak awal (crude extract)
yang mengandung berturutturut senyawa nonpolar, semipolar, dan polar (Hostettmann
et al. 1995).
3) Prosedur Kerja
ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Pipet
Tisu dan kain lap
Sudip
Label
Penjepit kayu
Aluminium foil
Pinset
Vial 10ml
KLT
Plat Kaca
b. Bahan
Ekstrak daun Psidium guajava
Aquadest
NaCl
Larutan gelatin
FeCl3
Metanol
Etil Asetat
Asam formiat
Kiesel gel GF 254
PREPARASI SAMPEL
a) Bagan Alir
12. Preparasi sampel
Uji Gelatin
Uji Ferri Klorida
Ekstrak 0,3g + 10 mL aquadest, aduk. (+) 3-4gtt 10%
NaCl, aduk lalu saring
Filtrate dibagi 3 bagianmasing-masing +-3 ml sebagai IVA,
IVB, dan IVC
Larutan IVA sebagai blanko, IVB + Lar gelatin 2gtt dan 5
ml NaCL 10%
Endapan putih = adanya tanin
IVC + beberapa tetes FeCl3, amati perubahan warna
Hitam = adanya tanin
Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbuk endapan putih, namun ketika + FeCl3
menunjukkan warna hijau biru hingga hitam = polifenol
FeCl3 (+), Uji gelatin (+) = tannin (+)
FeCl3 (+), Uji Gelatin (-) = Polifenol (+)
FeCl3 (-) = polifenol (-), tannin (-)
13. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
IVC yang digunakan untuk KLT
Fase diam = Kiesel Gel 254
Fase gerak = metanol:etil asetat:asam formiat
(0,5:9(IIgtt))
Penampak noda = pereaksi FeCl3
Hitam = polifenol
14. b) Skema Kerja
Preparasi Sampel
Uji Bate-Smith dan Metcalf
IVA IVB
Timbang
ekstrakPsidium
guajava 0,3 gram
+ 10 ml aquadest
aduk ad suhu
temperature
kamar
+ 3-4 gtt 10% NaCl,
aduk kemudian saring
Bagi menjadi 3 bagian, +-3ml (IVA, IVB,
dan IVC)
IIIA = blanko
IIIB + lar. Gelatin
2gtt dan 5ml NaCl
10%
Bila terjadi endapan putih =
senyawa tanin
15. Uji Ferri Klorida
IVC
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
IVC
IVC + beberapa tetes FeCl3,
amati perubahan warna
Hijau kehitaman =
adanya tanin
FeCl3 (+), Uji gelatin (+) =
tannin (+)
FeCl3 (+), Uji Gelatin (-) =
Polifenol (+)
FeCl3 (-) = polifenol (-),
tannin (-)
IVC ditotolkan pada fase
diam
Fase diam = kiesel gel 254
Fase gerak = methanol:etil
asetat:asam formiat
(0,5:9(IIgtt))
Penampak noda : -pereaksi
FeCl3
polifenol = hitam
16. DAFTAR PUSTAKA
Elimamet, A.M., Elmalik, K. H., dan Ali, F.S. 2009. Larvicidal, Adult Emergence Inhibition and
Oviposition Deterrent Effects of Foliage Extract from Ricinuscommunis L. against
Anopheles arabiensis and Culexquinquefasciatus in Sudan.Tropical Biomedicine.
Dinata A. 2009. Atasi Jentik DBD dengan Kulit Jengkol. http://arda.students-
blog.undip.ac.id/2009/10/18/atasi-jentik-DBD-dengan-kulit-jengkol diakses tanggal 15
Maret 2019.
Hattenschwiller, S dan Vitousek, P. M. 2000. The Role of Polyphenols Interrestrial Ecosystem
Nutrient Cycling. Review PII: S0169-5347(00)01861-9 TREE vol. 15. 6 Juni 2000.
Wachidah, L. N. 2013. Uji aktivitas antioksidan serta penentuan kandungan fenolat dan
flavonoid total dari buah parijoto (Medinilla speciose Blume). Naskah Skripsi S-1.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta.
Apsari, P.D., & Susanti, H. 2011. Perbandingan Kadar Fenolik Total Ekstrak Metanol Kelopak
Merah dan Ungu Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa, Linn) Secara Spektrofotometri.
Deaville, E. R., Givens,D. I. and Harvey, I. M. 2010. Chesnut and Mimosa tannin silages: Effect
in sheep differ for apparent digestibilty, nitrogen utilitation and losses. Anim. Feed Sci.
Technol.
Ahadi, M. R. 2003. Kandungan Tanin Terkondensasi dan Laju Dekomposisi pada Serasah
Daun Rhizospora mucronata Lamk pada Ekosistem Tambak Tumpangsari, Purwakarta,
Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Maldonado, R. A. P. 1994. The Chemical Nature and Biologycal Activity of Tannins in Forages
Legumes Fed to Sheep and Goat. Thesis. Departement of Agriculture Australia.
University of Quensland Australia, Australia.
17. Makkar, H. P. S. 1993. Antinutriitional factors in foods for livestock. Animal Production in
Developing Countries. Occasional Publication no. 16.
Susanti, C. M. E. 2000. Autokondensat tanin sebagi perekat kayu lamina. Jurusan IPK. Program
pasca sarjana IPB. Bogor. Desertasi.
Ariningsih, K. 2004. Penambahan Sumber Tanin yang Berbeda dalam Perebusan Telur Asin
terhadap Kualitas Mikrobiologi Selama Penyimpanan. Skripsi. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Gritter, R.J., Bobbit, J.M., dan Swharting, A.E. 1991. Pengantar Kromatografi. Edisi Kedua.
Penerbit ITB. Bandung
Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara kromatografi dan Mikroskopi, diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro, 3-17, ITB, Bandung.
Sastrohamidjojo H, 1985, Kromatografi, Edisi I, Cetakan I, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
K. Hostettmann, M Hostettman, MD, Marston A, 1995, Cara kromatografi preparative Penggunan
pada Isolasi Senyawa Alam, hal 10, ITB, Bandung.
Adnan, M., 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan, Edisi Pertama, 9, 14,
15, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Farnsworth, Norman. R., 1996, Biological and Pytochemical Screening of Plants, Journal Of
Pharmaceutical Sciences.