Respon imun terhadap parasit meliputi respons imun non-spesifik dan spesifik. Respons imun non-spesifik meliputi pertahanan fisik, biokimia, seluler, dan humoral seperti komplemen dan interferon. Respons imun spesifik melibatkan limfosit B dan T. Limfosit B memproduksi antibodi sedangkan limfosit T memicu aktivasi sel-sel efektor seperti makrofag untuk membunuh parasit.
Imunitas terhadap parasit kompleks dan bervariasi bergantung pada jenis parasitnya. Imunitas bawaan melibatkan fagositosis namun parasit dapat resisten. Imunitas dapatan melibatkan respons Th1 dan Th2 serta antibodi tetapi seringkali tidak mampu mengeliminasi parasit secara utuh sehingga menyebabkan infeksi kronis.
Powerpoint Sistem Pertahanan Tubuh Pada Manusia BAB V Biologi kelas 11 semest...novipridayantiii
Ìý
Ppt ini merupakan materi sistem pertahanan tubuh pada manusia / sistem imun. semoga bisa membantu dan menginspirasi kalian semua, dan juga dapat membuat kalian semua bisa mengetahui materi ini dengan baik.
Kelompok bakteri gram negatif Enterobacteriaceae merupakan flora normal usus manusia dan binatang. Keluarga ini meliputi berbagai jenis bakteri seperti E. coli, Salmonella, Shigella yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia, seperti infeksi saluran kemih, diare, dan sepsis. Bakteri-bakteri ini memiliki berbagai faktor virulensi yang memungkinkan invasi dan penyebaran infeksi.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari sistem kekebalan tidak khusus dan sistem kekebalan khusus. Sistem kekebalan tidak khusus meliputi pertahanan fisik, biokimia, humoral, dan seluler yang berfungsi sebagai lini pertahanan awal tubuh, sedangkan sistem kekebalan khusus melibatkan limfosit B dan T yang membentuk respon imun yang spesifik terhadap patogen tertentu.
Sistem imun merupakan sistem pertahanan tubuh yang terdiri dari sel darah putih, sistem makrofag jaringan, dan jaringan limfoid untuk mencegah infeksi dengan menghancurkan agen penyerang dan membentuk antibodi. Sistem ini terdiri dari respon imun spesifik dan non-spesifik yang melibatkan berbagai sel seperti sel B, T, makrofag, dan sel NK beserta sitokin sebagai mediator.
Makalah ini membahas tentang Salmonella thyphi yang menyebabkan penyakit demam tifoid. Bakteri ini termasuk gram negatif yang dapat menginfeksi manusia melalui makanan atau air yang terkontaminasi oleh feses penderita. Gejalanya meliputi demam tinggi, sakit kepala, dan diare.
Sistem pertahanan tubuh terdiri dari sistem pertahanan nonspesifik dan spesifik. Sistem pertahanan nonspesifik meliputi kulit, sel fagosit, protein antimikroba, dan respon peradangan. Sistem pertahanan spesifik melibatkan limfosit B dan T serta antibodi. Kekebalan dapat berupa aktif atau pasif, sedangkan disfungsi kekebalan meliputi alergi, autoimunitas, dan AIDS.
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi patogenitas suatu mikroba, yaitu sifat mikroba itu sendiri dan daya tahan inangnya. Selanjutnya membedakan antara patogen oportunistik dan primer, serta menjelaskan istilah virulensi dan faktor virulensi yang dapat meningkatkan kemampuan patogenik mikroba.
Dokumen tersebut membahas respons imun terhadap infeksi, yang tergantung pada jenis sel T, sel B, dan sel memori yang teraktivasi, serta pola reaksi yang bergantung pada jenis dan sifat mikroorganisme. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan jamur meliputi respons imun non-spesifik dan spesifik, dengan interaksi antara sistem kekebalan dan upaya mikroba untuk menghindari respons imun.
Makalah ini membahas tentang resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik. Resistensi mikroorganisme dapat terjadi secara alami maupun didapat, dan disebabkan oleh berbagai mekanisme seperti produksi enzim pendegradasi antibiotik, perubahan permeabilitas membran sel, dan mutasi genetik. Resistensi ini menyebabkan antibiotik menjadi kurang efektif dalam membunuh mikroba penyebab infeksi.
Dokumen tersebut membahas tentang imunologi yang meliputi pengertian antibodi, antigen, jenis-jenis kekebalan, reaksi antara antigen dan antibodi, serta berbagai penyakit yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh seperti alergi dan autoimun.
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGITANGKI4D
Ìý
Bagi kalian yang ingin mendapatkan kemenangan situs slot bonus kami merupakan saran terbaik buat kalian, hanya mengunakan modal rendah & penyedia bonus terbaik sepanjang masa
follow semua dan claim bonus dari kami #Tangki4dexclusive #tangki4dlink #tangki4dvip #bandarsbobet #idpro2025 #stargamingasia #situsjitu #jppragmaticplay #scatternagahitam
More Related Content
Similar to Part 9 - Imunologi Cacing (parasit) prodi farmasi.ppt (20)
Kelompok bakteri gram negatif Enterobacteriaceae merupakan flora normal usus manusia dan binatang. Keluarga ini meliputi berbagai jenis bakteri seperti E. coli, Salmonella, Shigella yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia, seperti infeksi saluran kemih, diare, dan sepsis. Bakteri-bakteri ini memiliki berbagai faktor virulensi yang memungkinkan invasi dan penyebaran infeksi.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari sistem kekebalan tidak khusus dan sistem kekebalan khusus. Sistem kekebalan tidak khusus meliputi pertahanan fisik, biokimia, humoral, dan seluler yang berfungsi sebagai lini pertahanan awal tubuh, sedangkan sistem kekebalan khusus melibatkan limfosit B dan T yang membentuk respon imun yang spesifik terhadap patogen tertentu.
Sistem imun merupakan sistem pertahanan tubuh yang terdiri dari sel darah putih, sistem makrofag jaringan, dan jaringan limfoid untuk mencegah infeksi dengan menghancurkan agen penyerang dan membentuk antibodi. Sistem ini terdiri dari respon imun spesifik dan non-spesifik yang melibatkan berbagai sel seperti sel B, T, makrofag, dan sel NK beserta sitokin sebagai mediator.
Makalah ini membahas tentang Salmonella thyphi yang menyebabkan penyakit demam tifoid. Bakteri ini termasuk gram negatif yang dapat menginfeksi manusia melalui makanan atau air yang terkontaminasi oleh feses penderita. Gejalanya meliputi demam tinggi, sakit kepala, dan diare.
Sistem pertahanan tubuh terdiri dari sistem pertahanan nonspesifik dan spesifik. Sistem pertahanan nonspesifik meliputi kulit, sel fagosit, protein antimikroba, dan respon peradangan. Sistem pertahanan spesifik melibatkan limfosit B dan T serta antibodi. Kekebalan dapat berupa aktif atau pasif, sedangkan disfungsi kekebalan meliputi alergi, autoimunitas, dan AIDS.
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi patogenitas suatu mikroba, yaitu sifat mikroba itu sendiri dan daya tahan inangnya. Selanjutnya membedakan antara patogen oportunistik dan primer, serta menjelaskan istilah virulensi dan faktor virulensi yang dapat meningkatkan kemampuan patogenik mikroba.
Dokumen tersebut membahas respons imun terhadap infeksi, yang tergantung pada jenis sel T, sel B, dan sel memori yang teraktivasi, serta pola reaksi yang bergantung pada jenis dan sifat mikroorganisme. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan jamur meliputi respons imun non-spesifik dan spesifik, dengan interaksi antara sistem kekebalan dan upaya mikroba untuk menghindari respons imun.
Makalah ini membahas tentang resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik. Resistensi mikroorganisme dapat terjadi secara alami maupun didapat, dan disebabkan oleh berbagai mekanisme seperti produksi enzim pendegradasi antibiotik, perubahan permeabilitas membran sel, dan mutasi genetik. Resistensi ini menyebabkan antibiotik menjadi kurang efektif dalam membunuh mikroba penyebab infeksi.
Dokumen tersebut membahas tentang imunologi yang meliputi pengertian antibodi, antigen, jenis-jenis kekebalan, reaksi antara antigen dan antibodi, serta berbagai penyakit yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh seperti alergi dan autoimun.
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGITANGKI4D
Ìý
Bagi kalian yang ingin mendapatkan kemenangan situs slot bonus kami merupakan saran terbaik buat kalian, hanya mengunakan modal rendah & penyedia bonus terbaik sepanjang masa
follow semua dan claim bonus dari kami #Tangki4dexclusive #tangki4dlink #tangki4dvip #bandarsbobet #idpro2025 #stargamingasia #situsjitu #jppragmaticplay #scatternagahitam
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
Ìý
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Wahid Husein
Ìý
Situasi rabies di dunia
Situasi rabies di Indonesia
Program rabies di Indonesia
Apa yang dilakukan ECTAD Indonesia
Tantangan utama
Rekomendasi ke depan
2. IMUNITAS TERHADAP
IMUNITAS TERHADAP CACING
CACING
 Cacing mempunyai ukuran lebih besar
Cacing mempunyai ukuran lebih besar
dibandingkan dengan protozoa, bakteri dan
dibandingkan dengan protozoa, bakteri dan
virus
virus
 Cacing juga mempunyai struktur yang
Cacing juga mempunyai struktur yang
kompleks, sehingga respons imun terhadap
kompleks, sehingga respons imun terhadap
cacing tidak efektif dan sulit untuk diperoleh
cacing tidak efektif dan sulit untuk diperoleh
 Penyakit yang ditimbulkan oleh cacing
Penyakit yang ditimbulkan oleh cacing
Schistosoma mansoni (schistosomiasis)
Schistosoma mansoni (schistosomiasis)
dan
dan Wuchereria bancrofti
Wuchereria bancrofti (lymphatic
(lymphatic
filariasis, elephantiasis/ penyakit kaki gajah)
filariasis, elephantiasis/ penyakit kaki gajah)
banyak ditemukan di negara berkembang
banyak ditemukan di negara berkembang
3. Perbandingan ukuran cacing dengan
Perbandingan ukuran cacing dengan
protozoa, bakteri dan virus
protozoa, bakteri dan virus
4. Mekanisme pertahanan terhadap cacing
Mekanisme pertahanan terhadap cacing
cont
cont
 Mekanisme pertahanan terhadap cacing
Mekanisme pertahanan terhadap cacing
yang hidup ekstra seluler terjadi melalui
yang hidup ekstra seluler terjadi melalui
respon antibodi IgE dan eosinofil
respon antibodi IgE dan eosinofil
 Ukuran cacing terlalu besar sehingga sulit
Ukuran cacing terlalu besar sehingga sulit
untuk difagositosis, tetapi dapat dilapisi oleh
untuk difagositosis, tetapi dapat dilapisi oleh
IgA dan IgE
IgA dan IgE
 Selanjutnya eosinofil dan sel mast (mastosit)
Selanjutnya eosinofil dan sel mast (mastosit)
akan mengikat permukaan parasit melalui
akan mengikat permukaan parasit melalui
reseptor IgE (Fc
reseptor IgE (Fcε
ε-R), IgG (Fc
-R), IgG (Fcγ
γ-R) dan IgA
-R) dan IgA
(Fc
(Fcα
α-A) dan mengeluarkan isinya yang
-A) dan mengeluarkan isinya yang
bersifat toksik
bersifat toksik
5.  Sistem imun yang berperan pada infeksi cacing
Sistem imun yang berperan pada infeksi cacing
adalah Th2. Sitokin yang dihasilkan Th2 seperti IL-4
adalah Th2. Sitokin yang dihasilkan Th2 seperti IL-4
merangsang produksi IgE dan IL-5 merangsang
merangsang produksi IgE dan IL-5 merangsang
pertumbuhan dan perkembangan eosinofil serta
pertumbuhan dan perkembangan eosinofil serta
kemokin eotaksin yang bersifat kemotaktik terhadap
kemokin eotaksin yang bersifat kemotaktik terhadap
eosinofil dan sel mast
eosinofil dan sel mast
 Eosinofil lebih poten membunuh cacing
Eosinofil lebih poten membunuh cacing
dibandingkan neutrofil maupun makrofag karena
dibandingkan neutrofil maupun makrofag karena
granula eosinofil mengandung
granula eosinofil mengandung Major Basic Protein
Major Basic Protein
(MBP)
(MBP) yang lebih toksik dibandingkan enzim
yang lebih toksik dibandingkan enzim
proteolitik dan
proteolitik dan ROI
ROI (Reactive Oxygen Intermediate)
(Reactive Oxygen Intermediate)
yang dihasilkan neutrofil dan makrofag
yang dihasilkan neutrofil dan makrofag
 Reaksi inflamasi yang disebabkan oleh IgE diduga
Reaksi inflamasi yang disebabkan oleh IgE diduga
dapat mencegah menempelnya cacing pada
dapat mencegah menempelnya cacing pada
mukosa saluran cerna
mukosa saluran cerna
Mekanisme pertahanan terhadap cacing
Mekanisme pertahanan terhadap cacing
6.  Degranulasi sel mast melepaskan histamin
Degranulasi sel mast melepaskan histamin
dan leukotrin.Degranulasi eosinofil
dan leukotrin.Degranulasi eosinofil
melepaskan bahan kimia poten seperti
melepaskan bahan kimia poten seperti
peroksidase, protein kationik, MBP,
peroksidase, protein kationik, MBP,
neurotoksin
neurotoksin dan hidrogen peroksida (H
dan hidrogen peroksida (H2
2O
O2
2)
)
yang berperan terhadap penghancuran
yang berperan terhadap penghancuran
cacing
cacing
 Neutrofil (PMN) dan makrofag menempel
Neutrofil (PMN) dan makrofag menempel
melalui IgA/IgG dan melepas superoksida
melalui IgA/IgG dan melepas superoksida
(O
(O2
2-
-
) dan nitrit oksida (NO) yang efektif
) dan nitrit oksida (NO) yang efektif
untuk membunuh cacing
untuk membunuh cacing
7. Mekanisme pertahanan terhadap Cacing
Mekanisme pertahanan terhadap Cacing
Saluran cerna
diare
Pengeluaran cacing bersama isi saluran cerna
9.  Tetapi ada beberapa contoh cacing yang
Tetapi ada beberapa contoh cacing yang
dapat menghindar dari sistem imun. Cacing
dapat menghindar dari sistem imun. Cacing
Ascaris dan Schistosoma berusaha
Ascaris dan Schistosoma berusaha
menghindar dari reaksi imunologik dengan
menghindar dari reaksi imunologik dengan
mengubah antigen permukaannya
mengubah antigen permukaannya
sedemikian rupa sehingga mirip antigen
sedemikian rupa sehingga mirip antigen
pejamu, atau melapisi permukaannya
pejamu, atau melapisi permukaannya
dengan protein pejamu seperti glikoprotein
dengan protein pejamu seperti glikoprotein
yang dimiliki IgG pejamu, sehingga dianggap
yang dimiliki IgG pejamu, sehingga dianggap
self
self oleh pejamu. Kedua jenis cacing ini
oleh pejamu. Kedua jenis cacing ini
tidak dapat dihancurkan oleh sistem imun
tidak dapat dihancurkan oleh sistem imun
melalui mekanisme yang telah disebutkan
melalui mekanisme yang telah disebutkan
10.  Dalam hal ini tubuh berusaha mengucilkan
Dalam hal ini tubuh berusaha mengucilkan
parasit dengan membentuk kapsul yang
parasit dengan membentuk kapsul yang
terdiri dari sel-sel inflamasi (respon seluler
terdiri dari sel-sel inflamasi (respon seluler
dari sel T)
dari sel T)
 Makrofag yang dikerahkan, melepas faktor
Makrofag yang dikerahkan, melepas faktor
fibrogenik dan merangsang pembentukan
fibrogenik dan merangsang pembentukan
jaringan granuloma dan fibrotik
jaringan granuloma dan fibrotik
 Pembentukan granuloma dapat dijumpai dan
Pembentukan granuloma dapat dijumpai dan
terlihat jelas di sekitar telur Schistosoma
terlihat jelas di sekitar telur Schistosoma
 Tetapi defisiensi sel T (imunokompromais)
Tetapi defisiensi sel T (imunokompromais)
akan mengurangi kemampuan tubuh untuk
akan mengurangi kemampuan tubuh untuk
membentuk granuloma dan kapsul
membentuk granuloma dan kapsul
11.  Respon imun tubuh dalam menghadapi
Respon imun tubuh dalam menghadapi
invasi cacing yang terdapat dalam lumen
invasi cacing yang terdapat dalam lumen
saluran cerna dilakukan melalui kerja sama
saluran cerna dilakukan melalui kerja sama
antara sel T dan sel B, sehingga cacing
antara sel T dan sel B, sehingga cacing
dapat dikeluarkan oleh sekresi selaput
dapat dikeluarkan oleh sekresi selaput
lendir usus
lendir usus
 Infeksi cacing biasanya merupakan infeksi
Infeksi cacing biasanya merupakan infeksi
kronik dan apabila terjadi kematian pejamu
kronik dan apabila terjadi kematian pejamu
akan merugikan cacing sendiri
akan merugikan cacing sendiri
13. Pengeluaran cacing dari lumen saluran
Pengeluaran cacing dari lumen saluran
cerna melalui kerjasama sel T dan sel B
cerna melalui kerjasama sel T dan sel B
14. IMUNITAS TERHADAP PARASIT
IMUNITAS TERHADAP PARASIT
Infeksi parasit dapat luput dari sistem imun
Infeksi parasit dapat luput dari sistem imun
pejamu disebabkan karena:
pejamu disebabkan karena:
1.
1. Pengaruh lokasi
Pengaruh lokasi
Letak parasit secara anatomi sulit untuk
Letak parasit secara anatomi sulit untuk
dihancurkan antibodi, misal
dihancurkan antibodi, misal Tripanosoma cruzi
Tripanosoma cruzi
dan stadium intraseluler plasmodium
dan stadium intraseluler plasmodium
2.
2. Tirai asap imunologis (Imunological Smoke
Tirai asap imunologis (Imunological Smoke
screen)
screen)
Antigen malaria sangat beragam, sehingga
Antigen malaria sangat beragam, sehingga
sistem imun terpacu secara non spesifik,
sistem imun terpacu secara non spesifik,
sehingga menghambat pengaktifan respon imun
sehingga menghambat pengaktifan respon imun
spesifik (terlambat terbentuk), akibatnya infeksi
spesifik (terlambat terbentuk), akibatnya infeksi
malaria berkembang lebih dahulu
malaria berkembang lebih dahulu
15. 3.
3. Variasi Antigen
Variasi Antigen
Tripanosoma Afrika dapat merubah antigen mantelnya
Tripanosoma Afrika dapat merubah antigen mantelnya
melalui proses yang disebut variasi antigenik. Beberapa
melalui proses yang disebut variasi antigenik. Beberapa
parasit malaria seperti
parasit malaria seperti Plasmodium falciparum
Plasmodium falciparum memiliki
memiliki
satu keluarga besar gen yang akan mengkode bermacam-
satu keluarga besar gen yang akan mengkode bermacam-
macam antigen yang bervariasi.
macam antigen yang bervariasi.
Contoh :
Contoh :
Ag pada stadium merozoit
Ag pada stadium merozoit
 Merozoit Surface Antigen 1 dan 2
Merozoit Surface Antigen 1 dan 2 (MSA-1 dan MSA-2)
(MSA-1 dan MSA-2)
Protein yang terdapat pada permukaan merozoit
Protein yang terdapat pada permukaan merozoit
 Erythrocyte Binding Antigen 175 (EBA-175)
Erythrocyte Binding Antigen 175 (EBA-175)
Ag berfungsi sebagai ligan untuk berikatan dengan
Ag berfungsi sebagai ligan untuk berikatan dengan
reseptor glikofosfat pada membran eritrosit sewaktu
reseptor glikofosfat pada membran eritrosit sewaktu
proses masuknya merozoit dalam eritrosit
proses masuknya merozoit dalam eritrosit
16. Antigen pada stadium aseksual
Antigen pada stadium aseksual
 Ring Erythrocyte Surface Antigen (RESA)
Ring Erythrocyte Surface Antigen (RESA)
Antibodi yang dibentuk terhadap RESA bersifat
Antibodi yang dibentuk terhadap RESA bersifat
antiparasit protektif dan bisa digunakan untuk
antiparasit protektif dan bisa digunakan untuk
skreening penduduk yang kebal dan rentan terhadap
skreening penduduk yang kebal dan rentan terhadap
malaria
malaria
 Histidin Rich Protein-1 (HRP-1)
Histidin Rich Protein-1 (HRP-1)
Protein terlarut yang disekresi oleh eritrosit terinfeksi
Protein terlarut yang disekresi oleh eritrosit terinfeksi
ke dalam plasma sejak stadium ring sampai schizon
ke dalam plasma sejak stadium ring sampai schizon
 P. falciparum Erythrocyte Membran Protein (pf-EMP-1)
P. falciparum Erythrocyte Membran Protein (pf-EMP-1)
dijumpai pada penderita malaria berat. Ag
dijumpai pada penderita malaria berat. Ag
diekspresikan pada permukaan membran eritrosit
diekspresikan pada permukaan membran eritrosit
yang terinfeksi parasit dan berfungsi sebagai ligan
yang terinfeksi parasit dan berfungsi sebagai ligan
untuk perlekatan dengan molekul adhesi pada endotel
untuk perlekatan dengan molekul adhesi pada endotel
17. Tingkatan Stadium Pada infeksi Malaria
Tingkatan Stadium Pada infeksi Malaria
Ag RESA
Ag HRP-1
19. IMUNITAS TERHADAP PARASIT MALARIA
IMUNITAS TERHADAP PARASIT MALARIA
 Sistem imun yang berperan dalam imunitas
Sistem imun yang berperan dalam imunitas
terhadap malaria :
terhadap malaria :
1.
1. Makrofag
Makrofag
berperan langsung sebagai sel efektor terhadap
berperan langsung sebagai sel efektor terhadap
plasmodium. Mensekresi IL-12 untuk
plasmodium. Mensekresi IL-12 untuk
merangsang sel NK dan sel T untuk
merangsang sel NK dan sel T untuk
menghasilkan IFN
menghasilkan IFNγ
γ, untuk meningkatkan proses
, untuk meningkatkan proses
fagositosis
fagositosis
2.
2. Neutrofil
Neutrofil
Seperti makrofag berperan langsung dalam
Seperti makrofag berperan langsung dalam
proses fagositosis dan aktivitas akan meningkat
proses fagositosis dan aktivitas akan meningkat
setelah dirangsang oleh TNF
setelah dirangsang oleh TNFα
α yang dihasilkan
yang dihasilkan
20. makrofag dan IFN
makrofag dan IFNγ
γ yang dihasilkan sel NK dan sel T
yang dihasilkan sel NK dan sel T
3. Komplemen
3. Komplemen
bekerjasama dengan antibodi untuk
bekerjasama dengan antibodi untuk
mengopsonisasieritrosit yang terinfeksi parasit.
mengopsonisasieritrosit yang terinfeksi parasit.
Komplemen diaktifkan lewat jalur klasik
Komplemen diaktifkan lewat jalur klasik
4.
4. Sel NK
Sel NK
Bekerjasama dengan antibodi melalui mekanisme
Bekerjasama dengan antibodi melalui mekanisme
ADCC untuk menghancurkan parasit malaria
ADCC untuk menghancurkan parasit malaria
5.
5. Sitokin
Sitokin
TNF
TNFα
α dan IL-1: menarik neutrofil untuk
dan IL-1: menarik neutrofil untuk
pembunuhan parasit malaria
pembunuhan parasit malaria
Limfotoksin (LT) dan IFN
Limfotoksin (LT) dan IFNγ
γ : meningkatkan aktivitas
: meningkatkan aktivitas
fagositosis neutrofil terhadap parasit
fagositosis neutrofil terhadap parasit
21. Respon Imun terhadap stadium aseksual
Respon Imun terhadap stadium aseksual
parasit malaria
parasit malaria
NAIF
Sel T aktif
IL-2
TNF kadar tinggi bersifat
patologis, gangguan
Eritropoesis,eritrofagositosis
Gejala Anemia
TNF kadar rendah proteksi
terhadap malaria
Hambatan pada parasit
stadium hati dan stadium
dalam darah
23. Gambar Interfensi antigen yang dilepas parasit
Gambar Interfensi antigen yang dilepas parasit
terhadap respon imun
terhadap respon imun
24. Peran Antibodi dan Imunitas seluler dalam respon
Peran Antibodi dan Imunitas seluler dalam respon
imun terhadap infeksi protozoa
imun terhadap infeksi protozoa