ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
IMUNITAS TERHADAP CACING
IMUNITAS TERHADAP CACING
DAN PARASIT
DAN PARASIT
IMUNITAS TERHADAP
IMUNITAS TERHADAP CACING
CACING
 Cacing mempunyai ukuran lebih besar
Cacing mempunyai ukuran lebih besar
dibandingkan dengan protozoa, bakteri dan
dibandingkan dengan protozoa, bakteri dan
virus
virus
 Cacing juga mempunyai struktur yang
Cacing juga mempunyai struktur yang
kompleks, sehingga respons imun terhadap
kompleks, sehingga respons imun terhadap
cacing tidak efektif dan sulit untuk diperoleh
cacing tidak efektif dan sulit untuk diperoleh
 Penyakit yang ditimbulkan oleh cacing
Penyakit yang ditimbulkan oleh cacing
Schistosoma mansoni (schistosomiasis)
Schistosoma mansoni (schistosomiasis)
dan
dan Wuchereria bancrofti
Wuchereria bancrofti (lymphatic
(lymphatic
filariasis, elephantiasis/ penyakit kaki gajah)
filariasis, elephantiasis/ penyakit kaki gajah)
banyak ditemukan di negara berkembang
banyak ditemukan di negara berkembang
Perbandingan ukuran cacing dengan
Perbandingan ukuran cacing dengan
protozoa, bakteri dan virus
protozoa, bakteri dan virus
Mekanisme pertahanan terhadap cacing
Mekanisme pertahanan terhadap cacing
cont
cont
 Mekanisme pertahanan terhadap cacing
Mekanisme pertahanan terhadap cacing
yang hidup ekstra seluler terjadi melalui
yang hidup ekstra seluler terjadi melalui
respon antibodi IgE dan eosinofil
respon antibodi IgE dan eosinofil
 Ukuran cacing terlalu besar sehingga sulit
Ukuran cacing terlalu besar sehingga sulit
untuk difagositosis, tetapi dapat dilapisi oleh
untuk difagositosis, tetapi dapat dilapisi oleh
IgA dan IgE
IgA dan IgE
 Selanjutnya eosinofil dan sel mast (mastosit)
Selanjutnya eosinofil dan sel mast (mastosit)
akan mengikat permukaan parasit melalui
akan mengikat permukaan parasit melalui
reseptor IgE (Fc
reseptor IgE (Fcε
ε-R), IgG (Fc
-R), IgG (Fcγ
γ-R) dan IgA
-R) dan IgA
(Fc
(Fcα
α-A) dan mengeluarkan isinya yang
-A) dan mengeluarkan isinya yang
bersifat toksik
bersifat toksik
 Sistem imun yang berperan pada infeksi cacing
Sistem imun yang berperan pada infeksi cacing
adalah Th2. Sitokin yang dihasilkan Th2 seperti IL-4
adalah Th2. Sitokin yang dihasilkan Th2 seperti IL-4
merangsang produksi IgE dan IL-5 merangsang
merangsang produksi IgE dan IL-5 merangsang
pertumbuhan dan perkembangan eosinofil serta
pertumbuhan dan perkembangan eosinofil serta
kemokin eotaksin yang bersifat kemotaktik terhadap
kemokin eotaksin yang bersifat kemotaktik terhadap
eosinofil dan sel mast
eosinofil dan sel mast
 Eosinofil lebih poten membunuh cacing
Eosinofil lebih poten membunuh cacing
dibandingkan neutrofil maupun makrofag karena
dibandingkan neutrofil maupun makrofag karena
granula eosinofil mengandung
granula eosinofil mengandung Major Basic Protein
Major Basic Protein
(MBP)
(MBP) yang lebih toksik dibandingkan enzim
yang lebih toksik dibandingkan enzim
proteolitik dan
proteolitik dan ROI
ROI (Reactive Oxygen Intermediate)
(Reactive Oxygen Intermediate)
yang dihasilkan neutrofil dan makrofag
yang dihasilkan neutrofil dan makrofag
 Reaksi inflamasi yang disebabkan oleh IgE diduga
Reaksi inflamasi yang disebabkan oleh IgE diduga
dapat mencegah menempelnya cacing pada
dapat mencegah menempelnya cacing pada
mukosa saluran cerna
mukosa saluran cerna
Mekanisme pertahanan terhadap cacing
Mekanisme pertahanan terhadap cacing
 Degranulasi sel mast melepaskan histamin
Degranulasi sel mast melepaskan histamin
dan leukotrin.Degranulasi eosinofil
dan leukotrin.Degranulasi eosinofil
melepaskan bahan kimia poten seperti
melepaskan bahan kimia poten seperti
peroksidase, protein kationik, MBP,
peroksidase, protein kationik, MBP,
neurotoksin
neurotoksin dan hidrogen peroksida (H
dan hidrogen peroksida (H2
2O
O2
2)
)
yang berperan terhadap penghancuran
yang berperan terhadap penghancuran
cacing
cacing
 Neutrofil (PMN) dan makrofag menempel
Neutrofil (PMN) dan makrofag menempel
melalui IgA/IgG dan melepas superoksida
melalui IgA/IgG dan melepas superoksida
(O
(O2
2-
-
) dan nitrit oksida (NO) yang efektif
) dan nitrit oksida (NO) yang efektif
untuk membunuh cacing
untuk membunuh cacing
Mekanisme pertahanan terhadap Cacing
Mekanisme pertahanan terhadap Cacing
Saluran cerna
diare
Pengeluaran cacing bersama isi saluran cerna
Kerjasama sistem imun dalam infeksi cacing
 Tetapi ada beberapa contoh cacing yang
Tetapi ada beberapa contoh cacing yang
dapat menghindar dari sistem imun. Cacing
dapat menghindar dari sistem imun. Cacing
Ascaris dan Schistosoma berusaha
Ascaris dan Schistosoma berusaha
menghindar dari reaksi imunologik dengan
menghindar dari reaksi imunologik dengan
mengubah antigen permukaannya
mengubah antigen permukaannya
sedemikian rupa sehingga mirip antigen
sedemikian rupa sehingga mirip antigen
pejamu, atau melapisi permukaannya
pejamu, atau melapisi permukaannya
dengan protein pejamu seperti glikoprotein
dengan protein pejamu seperti glikoprotein
yang dimiliki IgG pejamu, sehingga dianggap
yang dimiliki IgG pejamu, sehingga dianggap
self
self oleh pejamu. Kedua jenis cacing ini
oleh pejamu. Kedua jenis cacing ini
tidak dapat dihancurkan oleh sistem imun
tidak dapat dihancurkan oleh sistem imun
melalui mekanisme yang telah disebutkan
melalui mekanisme yang telah disebutkan
 Dalam hal ini tubuh berusaha mengucilkan
Dalam hal ini tubuh berusaha mengucilkan
parasit dengan membentuk kapsul yang
parasit dengan membentuk kapsul yang
terdiri dari sel-sel inflamasi (respon seluler
terdiri dari sel-sel inflamasi (respon seluler
dari sel T)
dari sel T)
 Makrofag yang dikerahkan, melepas faktor
Makrofag yang dikerahkan, melepas faktor
fibrogenik dan merangsang pembentukan
fibrogenik dan merangsang pembentukan
jaringan granuloma dan fibrotik
jaringan granuloma dan fibrotik
 Pembentukan granuloma dapat dijumpai dan
Pembentukan granuloma dapat dijumpai dan
terlihat jelas di sekitar telur Schistosoma
terlihat jelas di sekitar telur Schistosoma
 Tetapi defisiensi sel T (imunokompromais)
Tetapi defisiensi sel T (imunokompromais)
akan mengurangi kemampuan tubuh untuk
akan mengurangi kemampuan tubuh untuk
membentuk granuloma dan kapsul
membentuk granuloma dan kapsul
 Respon imun tubuh dalam menghadapi
Respon imun tubuh dalam menghadapi
invasi cacing yang terdapat dalam lumen
invasi cacing yang terdapat dalam lumen
saluran cerna dilakukan melalui kerja sama
saluran cerna dilakukan melalui kerja sama
antara sel T dan sel B, sehingga cacing
antara sel T dan sel B, sehingga cacing
dapat dikeluarkan oleh sekresi selaput
dapat dikeluarkan oleh sekresi selaput
lendir usus
lendir usus
 Infeksi cacing biasanya merupakan infeksi
Infeksi cacing biasanya merupakan infeksi
kronik dan apabila terjadi kematian pejamu
kronik dan apabila terjadi kematian pejamu
akan merugikan cacing sendiri
akan merugikan cacing sendiri
Respon imun terhadap telur Schistosoma
Respon imun terhadap telur Schistosoma
Pengeluaran cacing dari lumen saluran
Pengeluaran cacing dari lumen saluran
cerna melalui kerjasama sel T dan sel B
cerna melalui kerjasama sel T dan sel B
IMUNITAS TERHADAP PARASIT
IMUNITAS TERHADAP PARASIT
Infeksi parasit dapat luput dari sistem imun
Infeksi parasit dapat luput dari sistem imun
pejamu disebabkan karena:
pejamu disebabkan karena:
1.
1. Pengaruh lokasi
Pengaruh lokasi
Letak parasit secara anatomi sulit untuk
Letak parasit secara anatomi sulit untuk
dihancurkan antibodi, misal
dihancurkan antibodi, misal Tripanosoma cruzi
Tripanosoma cruzi
dan stadium intraseluler plasmodium
dan stadium intraseluler plasmodium
2.
2. Tirai asap imunologis (Imunological Smoke
Tirai asap imunologis (Imunological Smoke
screen)
screen)
Antigen malaria sangat beragam, sehingga
Antigen malaria sangat beragam, sehingga
sistem imun terpacu secara non spesifik,
sistem imun terpacu secara non spesifik,
sehingga menghambat pengaktifan respon imun
sehingga menghambat pengaktifan respon imun
spesifik (terlambat terbentuk), akibatnya infeksi
spesifik (terlambat terbentuk), akibatnya infeksi
malaria berkembang lebih dahulu
malaria berkembang lebih dahulu
3.
3. Variasi Antigen
Variasi Antigen
Tripanosoma Afrika dapat merubah antigen mantelnya
Tripanosoma Afrika dapat merubah antigen mantelnya
melalui proses yang disebut variasi antigenik. Beberapa
melalui proses yang disebut variasi antigenik. Beberapa
parasit malaria seperti
parasit malaria seperti Plasmodium falciparum
Plasmodium falciparum memiliki
memiliki
satu keluarga besar gen yang akan mengkode bermacam-
satu keluarga besar gen yang akan mengkode bermacam-
macam antigen yang bervariasi.
macam antigen yang bervariasi.
Contoh :
Contoh :
Ag pada stadium merozoit
Ag pada stadium merozoit
 Merozoit Surface Antigen 1 dan 2
Merozoit Surface Antigen 1 dan 2 (MSA-1 dan MSA-2)
(MSA-1 dan MSA-2)
Protein yang terdapat pada permukaan merozoit
Protein yang terdapat pada permukaan merozoit
 Erythrocyte Binding Antigen 175 (EBA-175)
Erythrocyte Binding Antigen 175 (EBA-175)
Ag berfungsi sebagai ligan untuk berikatan dengan
Ag berfungsi sebagai ligan untuk berikatan dengan
reseptor glikofosfat pada membran eritrosit sewaktu
reseptor glikofosfat pada membran eritrosit sewaktu
proses masuknya merozoit dalam eritrosit
proses masuknya merozoit dalam eritrosit
Antigen pada stadium aseksual
Antigen pada stadium aseksual
 Ring Erythrocyte Surface Antigen (RESA)
Ring Erythrocyte Surface Antigen (RESA)
Antibodi yang dibentuk terhadap RESA bersifat
Antibodi yang dibentuk terhadap RESA bersifat
antiparasit protektif dan bisa digunakan untuk
antiparasit protektif dan bisa digunakan untuk
skreening penduduk yang kebal dan rentan terhadap
skreening penduduk yang kebal dan rentan terhadap
malaria
malaria
 Histidin Rich Protein-1 (HRP-1)
Histidin Rich Protein-1 (HRP-1)
Protein terlarut yang disekresi oleh eritrosit terinfeksi
Protein terlarut yang disekresi oleh eritrosit terinfeksi
ke dalam plasma sejak stadium ring sampai schizon
ke dalam plasma sejak stadium ring sampai schizon
 P. falciparum Erythrocyte Membran Protein (pf-EMP-1)
P. falciparum Erythrocyte Membran Protein (pf-EMP-1)
dijumpai pada penderita malaria berat. Ag
dijumpai pada penderita malaria berat. Ag
diekspresikan pada permukaan membran eritrosit
diekspresikan pada permukaan membran eritrosit
yang terinfeksi parasit dan berfungsi sebagai ligan
yang terinfeksi parasit dan berfungsi sebagai ligan
untuk perlekatan dengan molekul adhesi pada endotel
untuk perlekatan dengan molekul adhesi pada endotel
Tingkatan Stadium Pada infeksi Malaria
Tingkatan Stadium Pada infeksi Malaria
Ag RESA
Ag HRP-1
SIKLUS HIDUP PARASIT MALARIA
SIKLUS HIDUP PARASIT MALARIA
IMUNITAS TERHADAP PARASIT MALARIA
IMUNITAS TERHADAP PARASIT MALARIA
 Sistem imun yang berperan dalam imunitas
Sistem imun yang berperan dalam imunitas
terhadap malaria :
terhadap malaria :
1.
1. Makrofag
Makrofag
berperan langsung sebagai sel efektor terhadap
berperan langsung sebagai sel efektor terhadap
plasmodium. Mensekresi IL-12 untuk
plasmodium. Mensekresi IL-12 untuk
merangsang sel NK dan sel T untuk
merangsang sel NK dan sel T untuk
menghasilkan IFN
menghasilkan IFNγ
γ, untuk meningkatkan proses
, untuk meningkatkan proses
fagositosis
fagositosis
2.
2. Neutrofil
Neutrofil
Seperti makrofag berperan langsung dalam
Seperti makrofag berperan langsung dalam
proses fagositosis dan aktivitas akan meningkat
proses fagositosis dan aktivitas akan meningkat
setelah dirangsang oleh TNF
setelah dirangsang oleh TNFα
α yang dihasilkan
yang dihasilkan
makrofag dan IFN
makrofag dan IFNγ
γ yang dihasilkan sel NK dan sel T
yang dihasilkan sel NK dan sel T
3. Komplemen
3. Komplemen
bekerjasama dengan antibodi untuk
bekerjasama dengan antibodi untuk
mengopsonisasieritrosit yang terinfeksi parasit.
mengopsonisasieritrosit yang terinfeksi parasit.
Komplemen diaktifkan lewat jalur klasik
Komplemen diaktifkan lewat jalur klasik
4.
4. Sel NK
Sel NK
Bekerjasama dengan antibodi melalui mekanisme
Bekerjasama dengan antibodi melalui mekanisme
ADCC untuk menghancurkan parasit malaria
ADCC untuk menghancurkan parasit malaria
5.
5. Sitokin
Sitokin
TNF
TNFα
α dan IL-1: menarik neutrofil untuk
dan IL-1: menarik neutrofil untuk
pembunuhan parasit malaria
pembunuhan parasit malaria
Limfotoksin (LT) dan IFN
Limfotoksin (LT) dan IFNγ
γ : meningkatkan aktivitas
: meningkatkan aktivitas
fagositosis neutrofil terhadap parasit
fagositosis neutrofil terhadap parasit
Respon Imun terhadap stadium aseksual
Respon Imun terhadap stadium aseksual
parasit malaria
parasit malaria
NAIF
Sel T aktif
IL-2
TNF kadar tinggi bersifat
patologis, gangguan
Eritropoesis,eritrofagositosis
Gejala Anemia
TNF kadar rendah proteksi
terhadap malaria
Hambatan pada parasit
stadium hati dan stadium
dalam darah
Siklus hidup parasit Trypanosoma
Siklus hidup parasit Trypanosoma
Gambar Interfensi antigen yang dilepas parasit
Gambar Interfensi antigen yang dilepas parasit
terhadap respon imun
terhadap respon imun
Peran Antibodi dan Imunitas seluler dalam respon
Peran Antibodi dan Imunitas seluler dalam respon
imun terhadap infeksi protozoa
imun terhadap infeksi protozoa
THANK YOU
THANK YOU

More Related Content

Similar to Part 9 - Imunologi Cacing (parasit) prodi farmasi.ppt (20)

Entero bacteriaceae
Entero bacteriaceaeEntero bacteriaceae
Entero bacteriaceae
fikri asyura
Ìý
Mkrobiologi dan parasitologi
Mkrobiologi dan parasitologiMkrobiologi dan parasitologi
Mkrobiologi dan parasitologi
Ummu Kalsum
Ìý
PPT Sistem Immun Innate dan Adaptive.pptx
PPT Sistem Immun Innate dan Adaptive.pptxPPT Sistem Immun Innate dan Adaptive.pptx
PPT Sistem Immun Innate dan Adaptive.pptx
AgusMahendra13
Ìý
(1) sistem imun
(1) sistem imun(1) sistem imun
(1) sistem imun
Siti Aliana
Ìý
Mikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi BakteriMikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi Bakteri
kikikamila
Ìý
358607746-209975740-PPT-Imunologi-Infeksi-Tampil-ppt.ppt
358607746-209975740-PPT-Imunologi-Infeksi-Tampil-ppt.ppt358607746-209975740-PPT-Imunologi-Infeksi-Tampil-ppt.ppt
358607746-209975740-PPT-Imunologi-Infeksi-Tampil-ppt.ppt
RickyRaditiaSulistio
Ìý
Mikrobiologi dan Parasitologi Bakteri.pptx
Mikrobiologi dan Parasitologi Bakteri.pptxMikrobiologi dan Parasitologi Bakteri.pptx
Mikrobiologi dan Parasitologi Bakteri.pptx
obeedakhbar47
Ìý
47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis
Mo Nas
Ìý
396894246 makalah-respon-imun-terhadap-patogen-ekstraseluler-doc
396894246 makalah-respon-imun-terhadap-patogen-ekstraseluler-doc396894246 makalah-respon-imun-terhadap-patogen-ekstraseluler-doc
396894246 makalah-respon-imun-terhadap-patogen-ekstraseluler-doc
NiaPradini
Ìý
Power point
Power pointPower point
Power point
dinirismayanti
Ìý
Buku xi bab 10
Buku xi bab 10Buku xi bab 10
Buku xi bab 10
dwihartono_62
Ìý
1. patogenesis
1. patogenesis1. patogenesis
1. patogenesis
hendro prasetyo
Ìý
03_Imunologi gizi.pptx
03_Imunologi gizi.pptx03_Imunologi gizi.pptx
03_Imunologi gizi.pptx
liyana ilmiyati
Ìý
Kul 1. sistem kekebalan tubuh
Kul 1. sistem kekebalan tubuhKul 1. sistem kekebalan tubuh
Kul 1. sistem kekebalan tubuh
gusti rara
Ìý
Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3
tristyanto
Ìý
Imunologi
ImunologiImunologi
Imunologi
Dedi Kun
Ìý
MODUL PEMBELAJARAN
MODUL PEMBELAJARANMODUL PEMBELAJARAN
MODUL PEMBELAJARAN
Univ. Syiah Kuala
Ìý
Imunologi
ImunologiImunologi
Imunologi
Cahya
Ìý
Ppt resistensi mikroorganisme
Ppt resistensi mikroorganismePpt resistensi mikroorganisme
Ppt resistensi mikroorganisme
Yandi Novia (Debu Yandi)
Ìý
Biokimia Sistem Imunologi
Biokimia Sistem ImunologiBiokimia Sistem Imunologi
Biokimia Sistem Imunologi
Dedi Kun
Ìý
Entero bacteriaceae
Entero bacteriaceaeEntero bacteriaceae
Entero bacteriaceae
fikri asyura
Ìý
Mkrobiologi dan parasitologi
Mkrobiologi dan parasitologiMkrobiologi dan parasitologi
Mkrobiologi dan parasitologi
Ummu Kalsum
Ìý
PPT Sistem Immun Innate dan Adaptive.pptx
PPT Sistem Immun Innate dan Adaptive.pptxPPT Sistem Immun Innate dan Adaptive.pptx
PPT Sistem Immun Innate dan Adaptive.pptx
AgusMahendra13
Ìý
(1) sistem imun
(1) sistem imun(1) sistem imun
(1) sistem imun
Siti Aliana
Ìý
Mikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi BakteriMikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi Bakteri
kikikamila
Ìý
358607746-209975740-PPT-Imunologi-Infeksi-Tampil-ppt.ppt
358607746-209975740-PPT-Imunologi-Infeksi-Tampil-ppt.ppt358607746-209975740-PPT-Imunologi-Infeksi-Tampil-ppt.ppt
358607746-209975740-PPT-Imunologi-Infeksi-Tampil-ppt.ppt
RickyRaditiaSulistio
Ìý
Mikrobiologi dan Parasitologi Bakteri.pptx
Mikrobiologi dan Parasitologi Bakteri.pptxMikrobiologi dan Parasitologi Bakteri.pptx
Mikrobiologi dan Parasitologi Bakteri.pptx
obeedakhbar47
Ìý
47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis
Mo Nas
Ìý
396894246 makalah-respon-imun-terhadap-patogen-ekstraseluler-doc
396894246 makalah-respon-imun-terhadap-patogen-ekstraseluler-doc396894246 makalah-respon-imun-terhadap-patogen-ekstraseluler-doc
396894246 makalah-respon-imun-terhadap-patogen-ekstraseluler-doc
NiaPradini
Ìý
Buku xi bab 10
Buku xi bab 10Buku xi bab 10
Buku xi bab 10
dwihartono_62
Ìý
03_Imunologi gizi.pptx
03_Imunologi gizi.pptx03_Imunologi gizi.pptx
03_Imunologi gizi.pptx
liyana ilmiyati
Ìý
Kul 1. sistem kekebalan tubuh
Kul 1. sistem kekebalan tubuhKul 1. sistem kekebalan tubuh
Kul 1. sistem kekebalan tubuh
gusti rara
Ìý
Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3
tristyanto
Ìý
Imunologi
ImunologiImunologi
Imunologi
Dedi Kun
Ìý
Imunologi
ImunologiImunologi
Imunologi
Cahya
Ìý
Biokimia Sistem Imunologi
Biokimia Sistem ImunologiBiokimia Sistem Imunologi
Biokimia Sistem Imunologi
Dedi Kun
Ìý

Recently uploaded (20)

Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAPDokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
TANGKI4D
Ìý
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensiBimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
ReviYulia
Ìý
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
Taufiqurrokhman Rofii
Ìý
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan KedokteranBeban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
ElizabethFang1
Ìý
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
Wahid Husein
Ìý
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdfmateri buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
dkmalhidayahbogor
Ìý
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xiFARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
aripprihandoko1
Ìý
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptxPPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
rinjani13
Ìý
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologipemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
AgungIstri3
Ìý
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdfpenyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
NuyungLuvlivi
Ìý
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdfdr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
yunitayun9
Ìý
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Wahid Husein
Ìý
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus GestasionalAsuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
JulimuhamadKartiko
Ìý
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Wahid Husein
Ìý
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptxppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ekamaya6
Ìý
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus GestasionalKonsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
ssuserf5305e
Ìý
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusiaPertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
TugasHSE
Ìý
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAPDokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
TANGKI4D
Ìý
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensiBimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
ReviYulia
Ìý
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
Taufiqurrokhman Rofii
Ìý
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan KedokteranBeban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
ElizabethFang1
Ìý
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
Wahid Husein
Ìý
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdfmateri buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
dkmalhidayahbogor
Ìý
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xiFARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
aripprihandoko1
Ìý
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptxPPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
rinjani13
Ìý
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologipemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
AgungIstri3
Ìý
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdfpenyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
NuyungLuvlivi
Ìý
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdfdr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
yunitayun9
Ìý
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Wahid Husein
Ìý
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus GestasionalAsuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
JulimuhamadKartiko
Ìý
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Wahid Husein
Ìý
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptxppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ekamaya6
Ìý
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus GestasionalKonsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
ssuserf5305e
Ìý
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusiaPertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
TugasHSE
Ìý

Part 9 - Imunologi Cacing (parasit) prodi farmasi.ppt

  • 1. IMUNITAS TERHADAP CACING IMUNITAS TERHADAP CACING DAN PARASIT DAN PARASIT
  • 2. IMUNITAS TERHADAP IMUNITAS TERHADAP CACING CACING  Cacing mempunyai ukuran lebih besar Cacing mempunyai ukuran lebih besar dibandingkan dengan protozoa, bakteri dan dibandingkan dengan protozoa, bakteri dan virus virus  Cacing juga mempunyai struktur yang Cacing juga mempunyai struktur yang kompleks, sehingga respons imun terhadap kompleks, sehingga respons imun terhadap cacing tidak efektif dan sulit untuk diperoleh cacing tidak efektif dan sulit untuk diperoleh  Penyakit yang ditimbulkan oleh cacing Penyakit yang ditimbulkan oleh cacing Schistosoma mansoni (schistosomiasis) Schistosoma mansoni (schistosomiasis) dan dan Wuchereria bancrofti Wuchereria bancrofti (lymphatic (lymphatic filariasis, elephantiasis/ penyakit kaki gajah) filariasis, elephantiasis/ penyakit kaki gajah) banyak ditemukan di negara berkembang banyak ditemukan di negara berkembang
  • 3. Perbandingan ukuran cacing dengan Perbandingan ukuran cacing dengan protozoa, bakteri dan virus protozoa, bakteri dan virus
  • 4. Mekanisme pertahanan terhadap cacing Mekanisme pertahanan terhadap cacing cont cont  Mekanisme pertahanan terhadap cacing Mekanisme pertahanan terhadap cacing yang hidup ekstra seluler terjadi melalui yang hidup ekstra seluler terjadi melalui respon antibodi IgE dan eosinofil respon antibodi IgE dan eosinofil  Ukuran cacing terlalu besar sehingga sulit Ukuran cacing terlalu besar sehingga sulit untuk difagositosis, tetapi dapat dilapisi oleh untuk difagositosis, tetapi dapat dilapisi oleh IgA dan IgE IgA dan IgE  Selanjutnya eosinofil dan sel mast (mastosit) Selanjutnya eosinofil dan sel mast (mastosit) akan mengikat permukaan parasit melalui akan mengikat permukaan parasit melalui reseptor IgE (Fc reseptor IgE (Fcε ε-R), IgG (Fc -R), IgG (Fcγ γ-R) dan IgA -R) dan IgA (Fc (Fcα α-A) dan mengeluarkan isinya yang -A) dan mengeluarkan isinya yang bersifat toksik bersifat toksik
  • 5.  Sistem imun yang berperan pada infeksi cacing Sistem imun yang berperan pada infeksi cacing adalah Th2. Sitokin yang dihasilkan Th2 seperti IL-4 adalah Th2. Sitokin yang dihasilkan Th2 seperti IL-4 merangsang produksi IgE dan IL-5 merangsang merangsang produksi IgE dan IL-5 merangsang pertumbuhan dan perkembangan eosinofil serta pertumbuhan dan perkembangan eosinofil serta kemokin eotaksin yang bersifat kemotaktik terhadap kemokin eotaksin yang bersifat kemotaktik terhadap eosinofil dan sel mast eosinofil dan sel mast  Eosinofil lebih poten membunuh cacing Eosinofil lebih poten membunuh cacing dibandingkan neutrofil maupun makrofag karena dibandingkan neutrofil maupun makrofag karena granula eosinofil mengandung granula eosinofil mengandung Major Basic Protein Major Basic Protein (MBP) (MBP) yang lebih toksik dibandingkan enzim yang lebih toksik dibandingkan enzim proteolitik dan proteolitik dan ROI ROI (Reactive Oxygen Intermediate) (Reactive Oxygen Intermediate) yang dihasilkan neutrofil dan makrofag yang dihasilkan neutrofil dan makrofag  Reaksi inflamasi yang disebabkan oleh IgE diduga Reaksi inflamasi yang disebabkan oleh IgE diduga dapat mencegah menempelnya cacing pada dapat mencegah menempelnya cacing pada mukosa saluran cerna mukosa saluran cerna Mekanisme pertahanan terhadap cacing Mekanisme pertahanan terhadap cacing
  • 6.  Degranulasi sel mast melepaskan histamin Degranulasi sel mast melepaskan histamin dan leukotrin.Degranulasi eosinofil dan leukotrin.Degranulasi eosinofil melepaskan bahan kimia poten seperti melepaskan bahan kimia poten seperti peroksidase, protein kationik, MBP, peroksidase, protein kationik, MBP, neurotoksin neurotoksin dan hidrogen peroksida (H dan hidrogen peroksida (H2 2O O2 2) ) yang berperan terhadap penghancuran yang berperan terhadap penghancuran cacing cacing  Neutrofil (PMN) dan makrofag menempel Neutrofil (PMN) dan makrofag menempel melalui IgA/IgG dan melepas superoksida melalui IgA/IgG dan melepas superoksida (O (O2 2- - ) dan nitrit oksida (NO) yang efektif ) dan nitrit oksida (NO) yang efektif untuk membunuh cacing untuk membunuh cacing
  • 7. Mekanisme pertahanan terhadap Cacing Mekanisme pertahanan terhadap Cacing Saluran cerna diare Pengeluaran cacing bersama isi saluran cerna
  • 8. Kerjasama sistem imun dalam infeksi cacing
  • 9.  Tetapi ada beberapa contoh cacing yang Tetapi ada beberapa contoh cacing yang dapat menghindar dari sistem imun. Cacing dapat menghindar dari sistem imun. Cacing Ascaris dan Schistosoma berusaha Ascaris dan Schistosoma berusaha menghindar dari reaksi imunologik dengan menghindar dari reaksi imunologik dengan mengubah antigen permukaannya mengubah antigen permukaannya sedemikian rupa sehingga mirip antigen sedemikian rupa sehingga mirip antigen pejamu, atau melapisi permukaannya pejamu, atau melapisi permukaannya dengan protein pejamu seperti glikoprotein dengan protein pejamu seperti glikoprotein yang dimiliki IgG pejamu, sehingga dianggap yang dimiliki IgG pejamu, sehingga dianggap self self oleh pejamu. Kedua jenis cacing ini oleh pejamu. Kedua jenis cacing ini tidak dapat dihancurkan oleh sistem imun tidak dapat dihancurkan oleh sistem imun melalui mekanisme yang telah disebutkan melalui mekanisme yang telah disebutkan
  • 10.  Dalam hal ini tubuh berusaha mengucilkan Dalam hal ini tubuh berusaha mengucilkan parasit dengan membentuk kapsul yang parasit dengan membentuk kapsul yang terdiri dari sel-sel inflamasi (respon seluler terdiri dari sel-sel inflamasi (respon seluler dari sel T) dari sel T)  Makrofag yang dikerahkan, melepas faktor Makrofag yang dikerahkan, melepas faktor fibrogenik dan merangsang pembentukan fibrogenik dan merangsang pembentukan jaringan granuloma dan fibrotik jaringan granuloma dan fibrotik  Pembentukan granuloma dapat dijumpai dan Pembentukan granuloma dapat dijumpai dan terlihat jelas di sekitar telur Schistosoma terlihat jelas di sekitar telur Schistosoma  Tetapi defisiensi sel T (imunokompromais) Tetapi defisiensi sel T (imunokompromais) akan mengurangi kemampuan tubuh untuk akan mengurangi kemampuan tubuh untuk membentuk granuloma dan kapsul membentuk granuloma dan kapsul
  • 11.  Respon imun tubuh dalam menghadapi Respon imun tubuh dalam menghadapi invasi cacing yang terdapat dalam lumen invasi cacing yang terdapat dalam lumen saluran cerna dilakukan melalui kerja sama saluran cerna dilakukan melalui kerja sama antara sel T dan sel B, sehingga cacing antara sel T dan sel B, sehingga cacing dapat dikeluarkan oleh sekresi selaput dapat dikeluarkan oleh sekresi selaput lendir usus lendir usus  Infeksi cacing biasanya merupakan infeksi Infeksi cacing biasanya merupakan infeksi kronik dan apabila terjadi kematian pejamu kronik dan apabila terjadi kematian pejamu akan merugikan cacing sendiri akan merugikan cacing sendiri
  • 12. Respon imun terhadap telur Schistosoma Respon imun terhadap telur Schistosoma
  • 13. Pengeluaran cacing dari lumen saluran Pengeluaran cacing dari lumen saluran cerna melalui kerjasama sel T dan sel B cerna melalui kerjasama sel T dan sel B
  • 14. IMUNITAS TERHADAP PARASIT IMUNITAS TERHADAP PARASIT Infeksi parasit dapat luput dari sistem imun Infeksi parasit dapat luput dari sistem imun pejamu disebabkan karena: pejamu disebabkan karena: 1. 1. Pengaruh lokasi Pengaruh lokasi Letak parasit secara anatomi sulit untuk Letak parasit secara anatomi sulit untuk dihancurkan antibodi, misal dihancurkan antibodi, misal Tripanosoma cruzi Tripanosoma cruzi dan stadium intraseluler plasmodium dan stadium intraseluler plasmodium 2. 2. Tirai asap imunologis (Imunological Smoke Tirai asap imunologis (Imunological Smoke screen) screen) Antigen malaria sangat beragam, sehingga Antigen malaria sangat beragam, sehingga sistem imun terpacu secara non spesifik, sistem imun terpacu secara non spesifik, sehingga menghambat pengaktifan respon imun sehingga menghambat pengaktifan respon imun spesifik (terlambat terbentuk), akibatnya infeksi spesifik (terlambat terbentuk), akibatnya infeksi malaria berkembang lebih dahulu malaria berkembang lebih dahulu
  • 15. 3. 3. Variasi Antigen Variasi Antigen Tripanosoma Afrika dapat merubah antigen mantelnya Tripanosoma Afrika dapat merubah antigen mantelnya melalui proses yang disebut variasi antigenik. Beberapa melalui proses yang disebut variasi antigenik. Beberapa parasit malaria seperti parasit malaria seperti Plasmodium falciparum Plasmodium falciparum memiliki memiliki satu keluarga besar gen yang akan mengkode bermacam- satu keluarga besar gen yang akan mengkode bermacam- macam antigen yang bervariasi. macam antigen yang bervariasi. Contoh : Contoh : Ag pada stadium merozoit Ag pada stadium merozoit  Merozoit Surface Antigen 1 dan 2 Merozoit Surface Antigen 1 dan 2 (MSA-1 dan MSA-2) (MSA-1 dan MSA-2) Protein yang terdapat pada permukaan merozoit Protein yang terdapat pada permukaan merozoit  Erythrocyte Binding Antigen 175 (EBA-175) Erythrocyte Binding Antigen 175 (EBA-175) Ag berfungsi sebagai ligan untuk berikatan dengan Ag berfungsi sebagai ligan untuk berikatan dengan reseptor glikofosfat pada membran eritrosit sewaktu reseptor glikofosfat pada membran eritrosit sewaktu proses masuknya merozoit dalam eritrosit proses masuknya merozoit dalam eritrosit
  • 16. Antigen pada stadium aseksual Antigen pada stadium aseksual  Ring Erythrocyte Surface Antigen (RESA) Ring Erythrocyte Surface Antigen (RESA) Antibodi yang dibentuk terhadap RESA bersifat Antibodi yang dibentuk terhadap RESA bersifat antiparasit protektif dan bisa digunakan untuk antiparasit protektif dan bisa digunakan untuk skreening penduduk yang kebal dan rentan terhadap skreening penduduk yang kebal dan rentan terhadap malaria malaria  Histidin Rich Protein-1 (HRP-1) Histidin Rich Protein-1 (HRP-1) Protein terlarut yang disekresi oleh eritrosit terinfeksi Protein terlarut yang disekresi oleh eritrosit terinfeksi ke dalam plasma sejak stadium ring sampai schizon ke dalam plasma sejak stadium ring sampai schizon  P. falciparum Erythrocyte Membran Protein (pf-EMP-1) P. falciparum Erythrocyte Membran Protein (pf-EMP-1) dijumpai pada penderita malaria berat. Ag dijumpai pada penderita malaria berat. Ag diekspresikan pada permukaan membran eritrosit diekspresikan pada permukaan membran eritrosit yang terinfeksi parasit dan berfungsi sebagai ligan yang terinfeksi parasit dan berfungsi sebagai ligan untuk perlekatan dengan molekul adhesi pada endotel untuk perlekatan dengan molekul adhesi pada endotel
  • 17. Tingkatan Stadium Pada infeksi Malaria Tingkatan Stadium Pada infeksi Malaria Ag RESA Ag HRP-1
  • 18. SIKLUS HIDUP PARASIT MALARIA SIKLUS HIDUP PARASIT MALARIA
  • 19. IMUNITAS TERHADAP PARASIT MALARIA IMUNITAS TERHADAP PARASIT MALARIA  Sistem imun yang berperan dalam imunitas Sistem imun yang berperan dalam imunitas terhadap malaria : terhadap malaria : 1. 1. Makrofag Makrofag berperan langsung sebagai sel efektor terhadap berperan langsung sebagai sel efektor terhadap plasmodium. Mensekresi IL-12 untuk plasmodium. Mensekresi IL-12 untuk merangsang sel NK dan sel T untuk merangsang sel NK dan sel T untuk menghasilkan IFN menghasilkan IFNγ γ, untuk meningkatkan proses , untuk meningkatkan proses fagositosis fagositosis 2. 2. Neutrofil Neutrofil Seperti makrofag berperan langsung dalam Seperti makrofag berperan langsung dalam proses fagositosis dan aktivitas akan meningkat proses fagositosis dan aktivitas akan meningkat setelah dirangsang oleh TNF setelah dirangsang oleh TNFα α yang dihasilkan yang dihasilkan
  • 20. makrofag dan IFN makrofag dan IFNγ γ yang dihasilkan sel NK dan sel T yang dihasilkan sel NK dan sel T 3. Komplemen 3. Komplemen bekerjasama dengan antibodi untuk bekerjasama dengan antibodi untuk mengopsonisasieritrosit yang terinfeksi parasit. mengopsonisasieritrosit yang terinfeksi parasit. Komplemen diaktifkan lewat jalur klasik Komplemen diaktifkan lewat jalur klasik 4. 4. Sel NK Sel NK Bekerjasama dengan antibodi melalui mekanisme Bekerjasama dengan antibodi melalui mekanisme ADCC untuk menghancurkan parasit malaria ADCC untuk menghancurkan parasit malaria 5. 5. Sitokin Sitokin TNF TNFα α dan IL-1: menarik neutrofil untuk dan IL-1: menarik neutrofil untuk pembunuhan parasit malaria pembunuhan parasit malaria Limfotoksin (LT) dan IFN Limfotoksin (LT) dan IFNγ γ : meningkatkan aktivitas : meningkatkan aktivitas fagositosis neutrofil terhadap parasit fagositosis neutrofil terhadap parasit
  • 21. Respon Imun terhadap stadium aseksual Respon Imun terhadap stadium aseksual parasit malaria parasit malaria NAIF Sel T aktif IL-2 TNF kadar tinggi bersifat patologis, gangguan Eritropoesis,eritrofagositosis Gejala Anemia TNF kadar rendah proteksi terhadap malaria Hambatan pada parasit stadium hati dan stadium dalam darah
  • 22. Siklus hidup parasit Trypanosoma Siklus hidup parasit Trypanosoma
  • 23. Gambar Interfensi antigen yang dilepas parasit Gambar Interfensi antigen yang dilepas parasit terhadap respon imun terhadap respon imun
  • 24. Peran Antibodi dan Imunitas seluler dalam respon Peran Antibodi dan Imunitas seluler dalam respon imun terhadap infeksi protozoa imun terhadap infeksi protozoa