際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
L/O/G/O
www.themegallery.com
TINJAUAN PERENCANAAN BOX CULVERT PADA
PEKERJAAN LANJUTAN PEMBANGUNAN
JARINGAN IRIGASI D.I RAKNAMO KABUPATEN
KUPANG
OLEH
AGUSTIN O.S. MIMI
2686/TS-ATK/16
DI. RAKNAMO (1323 HA)
J. I RAKNAMO (675,64 HA)
J. I SUPLESI KULEDOKI II (95,70 HA)
J. I KULEDOKI II (153,41 HA)
J. I KULEDOKI I (398,25 HA)
Terbatasnya ketersediaan air merupakan salah satu kendala dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Kupang. Pertumbuhan
penduduk dan jumlah penduduk NTT 4.683.827 orang. Sejalan dengan
kebutuhan pangan yang terus meningkat, tidak seimbang dengan
ketersediaan sumber air/mata air alami atau buatan, sehingga diperlukan
bangunan tampungan air hujan dengan kapasitas tampung yang besar yaitu
bendungan. Salah satu bendungan yang dibangun di pulau Timor adalah
bendungan Raknamo yang bertempat di Kolidoki Desa Raknamo, Kecamatan
Amabi Oefeto Kabupaten Kupang.
Dimana luas Areal yang dimiliki bendungan Raknamo seluas 1323 Ha, kolidoki
II seluas 153,41 Ha, kolidoki I seluas 398,25 Ha. Jadi jumlah luas Areal antara
kolidoki I dan kolidoki II seluas 551,66 Ha. Areal irigasi potensial yang terletak
sebelah kiri sungai Noel Airkom antara Desa Raknamo, Manusak dan
Naibonat seluas 647,36 Ha. Luas Areal desain semula 490,11 diubah menjadi
551,66 Ha
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil judul laporan yaitu
Tinjauan Perencanaan Box Culvert pada Pekerjaan Lanjutan Pembangunan
Jaringan Irigasi D.I Raknamo Kabupaten Kupang
3
PENDAHULUAN
Latar Belakang
4
1. Maksud kerja praktek
a. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Ahli
Madya Teknik pada bidang teknik sipil yang sesuai dengan kurikulum
Akademik.
b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam hal
membuat laporan tertulis tentang proyek yang diikuti serta
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama dibangku kuliah.
c. Memberikan gambaran secara tertulis, tentang hal-hal yang dilihat dan
dipelajari selama masa kerja praktek.
2. Tujuan kerja praktek
a. Untuk dapat membandingkan teori yang didapat selama perkuliahan
dengan kenyataan prakteknya di lapangan.
b. Untuk mengimpelementasi pengetahuan teoritis dalam praktek
lapangan yang selanjunya dituangkan dalam tulisan laporan akhir
untuk dipresentasikan.
c. Untuk mengetahui bentuk, dimensi penampang dan kapasitas box
culvert sudah memadai atau belum untuk mengalirkan air sungai
sesuai debit banjir.
Maksud dan Tujuan Praktek
PENDAHULUAN
5
1. Maksud kegiatan
a. Dapat mensuplay kebutuhan air tambahan dari bendungan Raknamo
melalui kolidoki II ke kolidoki I.
b. Mengalirkan air ke seluruh areal pertanian kolidoki II.
2. Tujuan Kegiatan
a. Memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat.
b. Meningkatkan hasil pertanian terutama beras.
c. Meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, sehingga adanya
perubahan taraf hidup yang lebih baik.
Maksud dan Tujuan Kegiatan
PENDAHULUAN
Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Pekerjaan Lanjutan Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Raknamo Di
Kabupaten Kupang adalah 287 hari kalender.
Lokasi Kegiatan
Lokasi Pekerjaan Kegiatan Lanjutan Pembangunan Jaringan irigasi D.I Raknamo Di
Kabupaten Kupang pada Desa Manusak, Kupang Timur, Nusa Tenggara Timur,
dengan letak Koordinat 10属 06卒 31,2邦 LS dan 123属54卒46,7邦 BT.
Akses ke lokasi kegiatan saluran dapat di tempuh dengan kendaraan roda empat
dan roda dua melalu jalan Timor Raya sejauh 賊 40.80 km dari kota Kupang menuju
kelurahan Naibonat.
6
a. Pekerjaan survey
b. Pekerjaan perhitungan data survey (perencanaan)
Maksud dan Tujuan Kegiatan
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Bagaimana prosedur perhitungan dimensi saluran Box Culvert ?
Batasan Masalah
Bagaimana perhitungan dimensi saluran Box Culvert Ruas 1 Kolidoki II ?
7
Arti irigasi pada umumnya adalah usaha mendatangkan air dengan membuat
bangunan-bangunan dan saluran-saluran untuk mengalirkan air guna keperluan
pertanian, membagi-bagikan air kesawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara yang
teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi ke sungai setelah air digunakan
sebaik-baiknya.
Landasan Teori
Umum
Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan selengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian,
penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
Jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama, jaringan sekunder dan jaringan tersier.
Jaringan utama meliputi jaringan primer yaitu bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama, saluran induk, saluran pembuangannya, bangunan bagi, dan
bangunan pelengkapnya. Jaringan sekunder yaitu bagian dari jaringan irigasi yang
terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi dan bangunan
pelengkapnya. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari jaringan irigasi tersier yaitu
jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak
tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter, serta bangunan pelengkapnya.
Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam praktek irigasi antara lain :
Bangunan utama, bangunan pembawa, bagunan bagi, bagunan sadap, bangunan
pembuang dan penguras, bangunan pelengkap.
8
Saluran
Dalam mengalirkan dan mengeluarkan air ke dan dari petak sawah
dibutuhkan suatu saluran irigasi. Saluran pembawa itu dibagi menjadi 2 jenis
berdasarkan fungsinya, saluran pembawa yang membawa air masuk ke petak
sawah dan saluran pembuang yang akan mengalirkan kelebihan air dari
petak-petak sawah.
a. Saluran Pembawa
Berfungsi untuk mengairi sawah dengan mengalirkan air dari daerah yang
disadap. Berdasarkan hierarki saluran pembawa dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Saluran primer
2. Saluran sekunder
3. Saluran tersier
b. Saluran Pembuang
Fungsinya membuang air yang telah terpakai ataupun kelebihan air yang
terjadi pada petak sawah.
Landasan Teori
9
Box Culvert
Landasan Teori
Box Culvert adalah salah satu jenis beton precast yang sering digunakan pada
konstruksi saluran air, sehingga kerap disebut juga dengan gorong-gorong.
Seusai dengan namanya, box culvert adalah beton precast yang berbentuk
persegi atau kotak dengan ukuran yang sudah ditentukan.
Box culvbert juga memiliki beberapa fungsi. Berikut adalah fungsi box culvert
dalam penerapannya pada proses konstruksi.
1. Box culvert berfungsi sebagai material konstruksi bawah
Material ini digunakan dalam proses konstruksi bawah tanah, bukan hanya
bisa digunakan menjadi saluran air atau drainase saja. Box culvert juga
bisa digunakan sebagai gorong-gorong, kereta api, jembatan, terowongan,
dan lain sebagainya.
2. Kedap terhadap air tanah
Sifatnya yang kedap terhadap air tanah sehingga sangat cocok digunakan
pada konstruksi bawah tanah, terutama saluran air.
3. Mempercepat proses konstruksi
Mempercepat proses konstruksi secara keseluruhan karena
pemasangannya yang mudah dan cepat.
10
Analisis Hidrolika
Landasan Teori
Analisis hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit
rencana. Perhitungan untuk analisis hidrolika dilakukan dengan menggunakan beberapa parameter
atau rumus sebagai berikut.
1. Debit Saluran (Q)
 = . 倹  
Dimana :
Q = Debit kebutuhan air (lt/dt)
A = Luas Areal (ha)
Dr = Kebutuhan air dari sumbernya (lt/dt/ha)
2. Luas penampang basah (F)
 = .   4 1 2    
Dimana :
F = Luas penampang basah saluran (m2)
b = Lebar dasar saluran (m)
h = Tinggi muka air rencana (m)
hf = Tinggi sudut saluran (m)
3. Keliling Basah (P)
 =  + 2  2 2  2 0,5
Dimana :
P = Keliling basah saluran (m)
b = Lebar dasar saluran (m)
h = Tinggi muka air rencana (m)
hf = Tinggi sudut saluran (m)
11
Lanjutan
4. Jari-jari Hidrolis (R)
 =  
Dimana :
R = Jari-jari hidrolis (m)
F = Luas penampang basah saluran (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
5. Perhitungan lebar penampang atas (T)
 =  + 2   
Dimana :
T = Lebar penampang atas (m)
b = Lebar dasar saluran (m)
h = Tinggi muka air rencana (m)
m = Kemiringan talud
6. Kedalaman Hidrolis (D)
 = 

Dimana :
D = Kedalaman hidrolis (m)
F = Luas penampang basah (m2)
T = Lebar penampang atas (m)
12
Lanjutan
7. Kecepatan Kritis (Uc)
 =   
Dimana :
Uc = Kecepatan kritis (m/dt)
g = Gaya grvitasi (m/dt2)
D = Kedalaman hidrolis (m)
8. Kemiringan Saluran Dasar
 =

 =
$  $

Dimana :
I = Kemiringan dasar saluran
t = Perbedaan ketinggian dasar saluran hulu dan hilir (m)
L = Panjang ruas saluran (m)
tu = Ketinggian dasar saluran di hulu (m)
ti = Ketinggian dasar saluran di hilir (m)
9. Perhitungan Debit Saluran (Q)
 =   
 =   2 3
 1 2
Dimana :
Q = Debit saluran (3
/dtk)
V = Kecepatan aliran (m/dtk)
F = Luas penampang basah (m2)
k = Kekasaran Strickler
R = Jari-jari hidrolis (m)
I = Kemiringan dasar saluran
13
Perencanaan Hidrolis
Landasan Teori
1. Koefisien Kekasaran dan Kecepatan Maksimum
Koefisien kekasaran Strickler (k) dan kecepatan maksimum ditunjukkan
pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.
Tabel 2.1. Parameter perhitungan untuk kekasaran saluran (Strickler)
Saluran k (m 1/3/dt)
Tanah 45
Pasangan Batu 60
Beton, bentuk kayu 70
Baja beton 76
Besi Baja 80
Tabel 2.2. Harga-harga kecepatan maksimum
Bahan Konstruksi Vmaks (m/dt)
Tanah 1
Pasangan Batu 2
Beton 3
Baja Beton 3
Besi Baja 4
14
Lanjutan
Perhitungan bilangan Froude adalah penting apabila dipertimbangkan
pemakaian kecepatan aliran dan kemiringan saluran yang tinggi. Bilangan
Froude untuk saluran ditentukan sebagai :
告 =

  
 =  
 =  +    
Dimana :
Fr = bilangan Froude
Va = kecepatan aliran, m/dt
F = luas potongan melintang basah, m族
b = lebar dasar, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8)
m = kemiringan talut saluran
h = tinggi muka air, m
2. Perencanaan untuk aliran subkritis
Saluran pasangan batu dan beton mempunyai koefisien Strickler yang
lebih tinggi. Akibatnya potongan melintang untuk saluran-saluran tanpa
pasangan ini akan lebih kecil daripada potongan melintang untuk saluran
tanah dengan, kapasitas debit yang sama.
15
Lanjutan
Untuk saluran pasangan, kemiringan talut bisa dibuat lebih curam. Untuk
saluran yang lebih kecil (h < 0.40 m) kemiringan talut dibuat vertikal. Saluran-
saluran besar mungkin juga mempunyai kemiringan talut yang tegak dan
direncanakan sebagai flum. Untuk saluran yang lebih besar, kemiringan
samping minimum 1 : 1 untuk h sampai dengan 0,75 m. Dapat dilihat pada
tabel 2.3.
Tabel 2.3. Harga-harga kemiringan talut untuk saluran pasangan
Jenis tanah h < 0,75 m 0,75 m < h < 1,5 m
Lempung pasiran 1 1
Tanah pasiran kohesif 1 1,25
Tanah pasiran, lempung berpori 1 1,50
Tanah gambut lunak 1,25 1,50
Khususnya saluran-saluran yang lebih besar, stabilitas talut yang diberi
pasangan harus diperiksa agar tidak terjadi gelincir dan sebagainya. Tekanan
air dari belakang pasangan merupakan faktor penting dalam keseimbangan
ini. Hubungan antara ritmen aliran dengan angka froude dapat dilihat pada
tabel 2.4
16
Lanjutan
Tabel 2.4. Ritme aliran dengan angka froude
Angka Froude Ritme
1 Tidak terbentuk loncatan
1  1,7 Loncatan berombak
1,7  2,5 Loncatan lemah
2,5  4,5 Loncatan berosilasi
4,5 - 9 Loncatan lunak atau lemah
>9 Loncatan kuat
3. Tinggi Jagaan
Harga-harga minimum untuk tinggi jagaan adalah seperti yang disajikan
pada Tabel 2.5. Harga-harga tersebut diambil dari USBR. Tabel ini juga
menunjukkan tinggi jagaan tanggul tanah yang sama dengan tanggul
saluran tanah tanpa pasangan.
Tabel 2.5. Tinggi Jagaan untuk saluran Pasangan
Debit m3/dt Tanggul (F) m Pasangan (F1) m
< 0,5 0,40 0,20
0,5  1,5 0,50 0,20
1,5  5,0 0,60 0,25
0,5  10,0 0,75 0,30
10,0  15,0 0,85 0,40
> 15,0 1,00 0,50
17
Lanjutan
4. Lengkung Saluran
Jari-jari minimum untuk saluran pasangan diambil tiga kali lebar
permukaan air, dapat dilihat pada tabel 2.6.
Tabel 2.6. Lengkung Saluran
Q design (m3/d) Jari-jari minimum (m)
Q <= 5 3 x lebar dasar saluran
5 < Q <= 7,5 4 x lebar dasar saluran
7,5 < Q <= 10 5 x lebar dasar saluran
10 < Q <= 15 6 x lebar dasar saluran
Q <= 15 7 x lebar dasar saluran
5. Flowchart Perhitungan dimensi saluran pasangan
Urutan perhitungan perencanaan hidrolis saluran dapat dilihat pada
gambar 2.2
18
Uraian Umum
Manajemen Kegiatan
Dalam melaksanakan suatu kegiatan konstruksi, maka diperlukan suatu manajemen
kegiatan yang baik, sehingga pada akhir kegiatan dapat berjalan dengan perencanaan
awal. Manajemen kegiatan merupakan suatu pelaksanaan kegiatan konstruksi yang harus
diselenggarakan secara menyeluruh mulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasiaan,
pembangunan fisik sampai dengan pemeliharaan dan pengawasan.
1. Perencanaan (Planning )
Perencanaan suatu kegiatan mempunyai tujuan, manfaat, potensi, peluang, dukungan
finansial, resiko dan kemungkinan hambatan-hambatan yang akan terjadi dalam
kegiatan tersebut.
2. Pengorganisasian (Organising)
Pengorganisasian bertujuan untuk merealisasikan perencanaan yang telah dibuat,
maka segala potensi sumber daya yang berupa sumber daya manusia (Man), finansial
(Money), bahan (material), dan cara kerja perlu diorganisir, sehingga dapat diberikan
kontribusi yang optimal dalam pencapaian tujuan dalam organisasi.
3. Pelaksanaan (Actualing)
Pelaksanaan dilakukan setelah hasil dari perencanaan dan organising terlaksana.
Hasil perencanaan dan organising tersebut diwujudkan dalam pelaksanaan kegiatan
guna mencapai hasil kerja yang dapat dipertanggung jawabkan.
4. Pengawasan (Controling)
Pelaksanaan kegitan kegitan perlu diawasi sehingga palaksanaan sesuai dengan
perencaan yang telah dibuat guna meminnimalisir kemungkinanan gagalnya tujuan
dan hasil yang dicapai sehingga mendapatkan kwalitas yang baik dari pekerjaan
tersebut.
19
Pengertian Manajemen Umum
Kata manajemen diambil dari bahasa Prancis kuno yaitu management, yang mempunyai arti
seni melaksanakan dan mengatur. Ada tiga pengertian yang dikandung dari istilah manajemen
yaitu:
1. Manajemen sebagai suatu proses
Manajemen sebagai suatu proses yaitu manajemen merupakan sebuah proses yang terdiri
dari sebuah tindakan yang direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan di kendalikan
dimana pada masing-masing bidang tersebut menggunakan ilmu pengetahuan dan skil yang
diikuti secara urut dalam usaha untuk mencapai sebuah sasaran dan tujuan yang telah di
tentukan.
2. Manajemen sebagai kolektivitas bagi orang-orang yang sedang melakukan aktivitas
manajemen.
Manajemen ialah sebuah fungsi yang bertujuan untuk mandapatkan sesuatu dengan
kegiatan orang lain dengan mengawasi berbagai usaha kolektivitas dari berbagai orang
yang melakukan suatu aktivitas manajemen. Jadi bisa dikatakan, beberapa orang yang
sedang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu organisasi tertentu disebut
manajemen.
3. Manajemen sebagai seni (art) atau sebagai pengetahuan (science)
Manajemen sebagai seni (art) yaitu manajemen merupakan sebuah seni untuk tercapainya
suatu hasil yang optimal dengan usaha yang standar, dan juga agar tercapainya sebuah
kebahagian dan kesejahteraan yang optimal bagi sebuah pemimpin maupun pekerja serta
mampu memberikan layanan yang sangat baik bagi masyarakat. Sedangka manajemen
sebagai ilmu pengetahuan (science) yaitu manajemen selalu berusaha secara sistematis
agar dapat memahami bagaimana dan mengapa manusia harus bekerja sama agar
mencapai tujuan dan membuat sebuah sistem kerja sama ini bisa bermanfaat bagi
kepentingan kemanusiaan.
Manajemen Kegiatan
20
Pengertian Manajemen Kegiatan
Manajemen kegiatan konstruksi adalah bagaimana sumber daya yang terlibat
dalam proyek dapat diaplikasikan secara tepat. Sumber daya dalam proyek
konstruksi dikelompokan dalam 5M (Man power, Material, Mechines,
Money,and Method).
Manajemen memang mempunyai pengertian lebih luas dari pada itu, tetapi
defenisi tersebut memberikan kenyataan bahwa menajemen terutama
mengelola sumber daya manusia, bukan material atau finansial we are
managing human resources.
Pelaksanaan konstruksi di Indonesia saat ini di landaskan pada akronim
SIDLACOM (Survey, Investigation, Design, Land Acgquisition, Conctruction,
Operation, and Maitenance) yang bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai
tahapan proyek.
Manajemen Kegiatan
Unsur  unsur Manajemen Kegiatan
Pemilik Kegiatan
Pemilik kegiatan adalah orang atau badan yang memberi pekerjaan dan membayar biaya
pekerjaan tersebut. Pemberi pekerjaan biasanya perorangan, badan, instansi atau lembaga
baik pemerintah maupun swasta, sipil maupun militer.
Kegiatan Lanjutan Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Raknamo Kabupaten Kupang yang
bertindak sebagai pemilik proyek adalah Pemerintah Indonesia. Dalam hal ini diwakili oleh
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Suumber Daya Air, Balai Wialyah Sungai
Nusa Tenggara II, Satuan Kerja Pelaksanaan Jaringan Irigasi SDA Nusa Tenggara II Provinsi
NTT, Irigasi dan dan Rawa I.
Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana adalah peserta lelang yang diterima oleh pemilik kegiatan dan diberi
wewenang untuk melaksanakan kegiatan tersebut sesuai rencana kerja yang telah ada.
Kegiatan Lanjutan Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Raknamo di Kabupaten Kupang yang
bertindak sebagai pelaksana (kontraktor) adalah PT. BRAND MANDIRI JAYA SENTOSA.
Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah orang atau badan hukum yang ditunjuk untuk mengawasi dan
mengontrol serta mengarahkan pelaksanaan pekerjaan suatu bangunan agar dapat
mencapai hasil kerja sebaik-baiknya menurut persyaratan atau petunjuk yang ada.
Dalam kegiatan Lanjutan Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Raknamo di Kabupaten Kupang
yang bertindak sebagai pengawas adalah PT. MULIA SAKTI WIJAYA.
Manajemen Kegiatan
Hubungan Kerja Antara Pemilik Proyek, Konsultan Dan Kontraktor
Hubungan kerja adalah hubungan dalam pelaksanaan pekerjaan antara unsur-
unsur pelaksana pembangunan yang terarah dan teratur serta memiliki keterkaitan.
Pada proyek-proyek besar lasimnya terjadi hubungan kerja antara unsur-unsur
terkait seperti pemilik proyek, konsultan perencana, konsultan pengawas, dan
pelaksana atau kontraktor. Adapun terjadinya hubungan kerja tersebut terlihat pada
skema berikut ini :
Manajemen Kegiatan
Gambaran Umum
Daerah Jaringan Irigasi Raknamo khususnya saluran induk Kolidoki 2 ruas 1 untuk
mengairi 490,11 Ha. Desain semula menggunakan saluran pasangan dengan
dimensi pada gambar 4.1.
Perhitungan
p
p
Wp
h
t1
t2
b
q q
Gambar 4.1 Saluran pasangan
Data perencanaan saluran pasangan awal :
Data Saluran Induk Kuledoli 2 Ruas 1
1. Kebutuhan air diambil dari sumbernya, DR = 1,428 l/det/ha
2. Luas Areal Ruas-1, A = 490,11 Ha
3. Lebar saluran, b = 1,60 m
4. Kemiringan talud, m = 0 (saluran pasangan tegak)
5. Koefisien kekasaran, k = 60 m1/3dt (pasangan batu)
6. Tinggi jagaan pasangan W = 0,50 m
7. Tinggi muka air rencana, h = 1,23 m
Hasil perhitungan adalah sebagai berikut :
1) Debit Rencana :
Qdesain = (1,428 x 490,11)/1000 = 0,700 m続/det
2) Luas Penampang Basah (F) :
 =  +  
= 1,60 + 0  1,23 1,23
= 1,967 2
3) Keliling Basah (P) :
 =  + 2 1 + . 2
= 1,60 + 2  1,23  1 + 0  2 = 4,06 
Perhitungan
4) Jari-jari Hoidrolis Saluran (R)
 =


=
1,967
4,06
= 0,485 
5) Kecepatan Air di saluran (V)
 =


=
0,700
1,967
= 0,356  
Berdasarkan tabel 2.2 Vijin saluran pasangan = 2 m/dt, sehingga V = 0,356 <
Vijin = 2 m/dt (terpenuhi)
Dengan menggunakan rumus Strikler
 =   2 3
 0,5
Kemiringan saluran dapat dihitung sebagai berikut
 =

  2 3
2
=
0,356
60  0,4852 3
2
= 0,000092
Kemiringan saluran, I = 0,000092
Lanjutan
Kesimpulan Dimensi Saluran Induk Kuledoki 2 Ruas  1 dapat dilihat pada tabel
4.1.
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan dimensi saluran awal
Lanjutan
No. Uraian Notasi Angka Satuan
1. Luas Areal Terairi A 490,11 Ha
2. Debit Air yang Diperlukan Q 0,700 m続/det
3. Kecepatan Air Disaluran V 0,356 m/det
4. Luas penampang aliran F 1,967 m2
5. Keliling Basah P 4,06 m
6. Lebar Saluran b 1,60 m
7. Tinggi Air Disaluran h 1.23 m
8. Kemiringan talud saluran m 0
9. Kemiringan Saluran I 0,000092
10. Koefisien Kekasaran Saluran K 60 m1/3/dt
11. Tinggi Jagaan w 0,50 m
Perubahan Pelaksanaan Saluran
Pada pelaksanaan konstruksi direksi bersama kontraktor dengan konsultan melakukan
perubahan desain atas Surat Edaran Nomor : 04/SE/D/2017 Tentang Pedoman Penggunaan
Beton Pracetak Pada Saluran Irigasi oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air mengingat
pelaksanaan yang cepat dengan konstruksi beton yang semula desain awal dengan
pasangan. Hasil perubahan desain dapat dilihat pada gambar 4.2.
Lanjutan
Gambar 4.2 Desain Box Culvert Kolidoki 2
Data Perencanaan Box Culvert
Hasil perubahan desain konstruksi pasangan menjadi beton, sehingga Perhitungan
Dimensi Saluran dari kondisi perencanaan konsultan awal, perencanaan
perubahan, dan pelaksanaan lapangan, maka penulis melakukan perhitungan
desain sesuai kondisi pada gambar 4.2 sebagai berikut.
Data Saluran Induk Kuledoli 2 Ruas 1
1. Kebutuhan air diambil dari sumbernya, DR = 1,428 l/det/ha
2. Luas Areal Ruas-1, A = 551,66 Ha
3. Lebar saluran, b = 1,50 m
4. Kemiringan talud, m = 0 (saluran pasangan tegak)
5. Koefisien kekasaran, k = 70 m1/3dt (beton)
6. Tinggi jagaan, W = 0,20 m
7. Tinggi muka air rencana, h = 1,30 m
Hasil Perhitungan Debit dan areal yang dapat diairi akibat profil (dimensi) Saluran
Induk Kuledoli 2 Ruas 1 dilapangan berdasarkan gambar 4.1 maka diperoleh data
sebagai berikut :
1) Debit Rencana :
Qdesain = (1,428 x 551,66)/1000 = 0,787 m続/dt
Lanjutan
2) Luas penampang basah (F)
 =     4 1 2  2
= 1,5  1,3  4 1 2  0,22
= 1,95  0,08
= 1,87 2
3) Keliling basah (P)
 =  + 2  2 22 0,5
= 1,5 + 2 1,3  2 2  0,22 0,5
= 4,1  0,56
= 3,54 
4) Jari-jari hidrolis (R)
R =
F
P
=
1,87
3,54
= 0,53 
5) Kemiringan dasar saluran (I)
Sesuai dengan kemiringan saluran rencana awal.
I = 0,000092
Lanjutan
6) Kecepatan aliran (V)
 =   2 3
 1 2
= 70  0,532 3
 0,0000921 2
= 70  0,65  0,009592
= 0,44  
Berdasarkan tabel 2.2 Vmin = 0,25 m/dt, Vijin saluran beton = 3 m/dt, dan V =
0,44 m/dt, sehingga Vmin = 0,25 m/dt < V = 0,44 m/dt < Vijin = 3 m/dt
(terpenuhi)
7) Lebar penampang atas (T)
 =  + 2    
= 1,5 + 2  0  1,3
= 1,5 
8) Kedalaman hidrolis (D)
 =


=
1,87
1,5
= 1,25 
Lanjutan
9) Kecepatan kritis (Uc)
 =   
= 9,8  1,25
= 12,25
= 3,5
10)Bilangan Froude (Fr)
告 =

 


=
0,44
9,8 
1,87
1,5
=
0,44
3,5
= 0,13
Berdasarkan Tabel 2.4 maka angka Fr = 0,13 tersebut sebagai aliran normal
(subkritis)
11)Debit saluran (Q)
 =   
= 1,87  0,44
= 0,822 3  >  = 0,787 3 
Lanjutan
12) Luas Areal yang dapat diairi (A)
 =   倹
 =

倹
Diketahui :
Q = 0,822 m3/dt = 0,822 m3/dt x 1000 = 822 l/dt
Dr = 1,428 l/dt/ha
Maka,
A = 822/1,428 = 575,63 ha
Sehingga luas areal yang dapat diairi oleh saluran hasil desain lapangan lebih besar 575,63  551,66 =
23,97 ha.
Dari hasil perhitungan profil kondisi lapangan dimensi saluran dapat di lihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil perhitungan dimensi saluran lapangan
Lanjutan
No. Uraian Notasi Angka Satuan
1. Luas Areal Terairi A 575,63 Ha
2. Debit Air yang Diperlukan Q 0,822 m続/det
3. Kecepatan Air Disaluran V 0,44 m/det
4. Luas penampang aliran F 1,87 m2
5. Keliling Basah P 3,54 m
6. Lebar Saluran b 1,50 m
7. Tinggi Air Disaluran h 1.30 m
8. Kemiringan talud saluran m 0
9. Kemiringan Saluran I 0,000092
10. Koefisien Kekasaran Saluran K 70 m1/3/dt
11. Tinggi Jagaan w 0,20 m
Tinjauan Analisis Saluran
Dari hasil perhitungan perencanaan box culvert lapangan didapat Qsaluran > Qdesain
dan luas areal yang dapat diairi oleh saluran lapangan lebih besar 575,63  551,66
= 23,97 ha, maka penulis melakukan perhitungan dengan merubah tinggi muka air
rencana sebagai berrikut.
Data Saluran Induk Kuledoli 2 Ruas 1 :
1. Kebutuhan air diambil dari sumbernya, DR = 1,428 l/det/ha
2. Luas Areal Ruas-1, A = 551,66 Ha
3. Lebar saluran, b = 1,50 m
4. Kemiringan talud, m = 0 (saluran pasangan tegak)
5. Koefisien kekasaran, k = 70 m1/3dt (beton)
6. Tinggi jagaan, W = 0,20 m
7. Tinggi muka air rencana, h = 1,29 m
Hasil perhitungan adalah sebagai berikut :
1) Debit Rencana :
Qdesain = (1,428 x 551,66)/1000 = 0,787 m続/dt
2) Luas penampang basah (F)
 =     4 1 2  2
= 1,5  1,29  4 1 2  0,22
= 1,935  0,08
= 1,85 2
Lanjutan
3) Keliling basah (P)
 =  + 2  2 22 0,5
= 1,5 + 2 1,29  2 2  0,22 0,5
= 4,08  0,56
= 3,52 
4) Jari-jari hidrolis (R)
R =
F
P
=
1,85
3,52
= 0,53 
5) Kemiringan dasar saluran (I)
Sesuai dengan kemiringan saluran rencana awal.
I = 0,000092
6) Kecepatan aliran (V)
 =   2 3
 1 2
= 70  0,532 3
 0,0000921 2
= 70  0,65  0,009592 = 0,44  
Berdasarkan tabel 2.2 Vmin = 0,25 m/dt, Vijin saluran beton = 3 m/dt, dan V =
0,44 m/dt, sehingga Vmin = 0,25 m/dt < V = 0,44 m/dt < Vijin = 3 m/dt
(terpenuhi)
Lanjutan
7) Debit saluran (Q)
 =   
= 1,85  0,44
= 0,810 3

 = 0,787 3 
Qsaluran > Qdesain (Terpenuhi)
8) Lebar penampang atas (T)
 =  + 2    
= 1,5 + 2  0  1,29
= 1,5 
9) Kedalaman hidrolis (D)
 =


=
1,85
1,5
= 1,23 
10)Kecepatan Kritis (Uc)
 =   
= 9,8  1,23
= 12,09 = 3,48
Lanjutan
11)Bilangan Froude (Fr)
告 =

 


=
0,43
9,8 
1,85
1,5
=
0,43
3,48
= 0,13
Berdasarkan tabel 2.4 maka angka Fr = 0,13 tersebut sebagai aliran normal
(subkritis)
Dari hasil perhitungan diatas dimensi saluran tinjauan analisa dapat dilihat pada
tabel 4.3
Tabel 4.3 Hasil perhitungan dimensi saluran tinjauan analisa
Lanjutan
No. Uraian Notasi Angka Satuan
1. Luas Areal Terairi A 551,66 Ha
2. Debit Air yang Diperlukan Q 0,810 m続/det
3. Kecepatan Air Disaluran V 0,44 m/det
4. Luas penampang aliran F 1,85 m2
5. Keliling Basah P 3,52 m
6. Lebar Saluran b 1,50 m
7. Tinggi Air Disaluran h 1.29 m
8. Kemiringan talud saluran m 0
9. Kemiringan Saluran I 0,000092
10. Koefisien Kekasaran Saluran K 70 m1/3dt
11. Tinggi Jagaan w 0,20 m
Sehingga dari ketiga hasil diatas dapat direkap dimensi saluran dan
perbandingannya yang dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Hasil rekap dimensi saluran
Lanjutan
No. Uraian Notasi Awal Lapangan
Tinjauan
analisa
Satuan
1. Luas Areal Terairi A 490,11 575,63 551,66 Ha
2. Debit Air yang Diperlukan Q 0,700 0,822 0,810 m続/det
3. Kecepatan Air Disaluran V 0,356 0,44 0,44 m/det
4. Luas penampang aliran F 1,967 1,87 1,85 m2
5. Keliling Basah P 4,06 3,54 3,52 m
6. Lebar Saluran b 1,60 1,50 1,50 m
7. Tinggi Air Disaluran h 1.23 1.30 1.29 m
8. Kemiringan talud saluran m 0 0 0
9. Kemiringan Saluran I 0,000092 0,000092 0,000092
10. Koefisien Kekasaran K 60 70 70 m1/3/dt
11. Tinggi Jagaan w 0,50 0,20 0,20 m
L/O/G/O
www.themegallery.com
T e r i m a k a s i h !

More Related Content

What's hot (20)

Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
infosanitasi
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Joy Irman
Tekanan pipa
Tekanan pipaTekanan pipa
Tekanan pipa
widareko
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
infosanitasi
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
Farid Thahura
Pd t 05-2005-b - perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan meto...
Pd t 05-2005-b - perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan meto...Pd t 05-2005-b - perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan meto...
Pd t 05-2005-b - perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan meto...
Syukri Ghazali
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan WadukPerhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
21010115410004
bendungan
bendunganbendungan
bendungan
guest942e13e
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Ayu Fatimah Zahra
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonBab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Hendra Supriyanto
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
afifsalim
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas Atterberg
Iwan Sutriono
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
Miftakhul Yaqin
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Yahya M Aji
01 perencanaan bendungan-waduk
01 perencanaan bendungan-waduk01 perencanaan bendungan-waduk
01 perencanaan bendungan-waduk
Byox Olii
SPAM Kecamatan Semarang Selatan
SPAM Kecamatan Semarang SelatanSPAM Kecamatan Semarang Selatan
SPAM Kecamatan Semarang Selatan
M RiendRa Uslani
Perancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik JalanPerancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik Jalan
Christian indrajaya, ST, MT
ANALISA HIDROLOGI
ANALISA HIDROLOGIANALISA HIDROLOGI
ANALISA HIDROLOGI
DimasPrayuda9
Tutorial Pengukuran dengan Total Station (Nikon)
Tutorial Pengukuran dengan Total Station (Nikon)Tutorial Pengukuran dengan Total Station (Nikon)
Tutorial Pengukuran dengan Total Station (Nikon)
Arif Usman
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIBAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
EDIS BLOG
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
infosanitasi
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Joy Irman
Tekanan pipa
Tekanan pipaTekanan pipa
Tekanan pipa
widareko
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
infosanitasi
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
Farid Thahura
Pd t 05-2005-b - perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan meto...
Pd t 05-2005-b - perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan meto...Pd t 05-2005-b - perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan meto...
Pd t 05-2005-b - perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan meto...
Syukri Ghazali
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan WadukPerhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
21010115410004
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Ayu Fatimah Zahra
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonBab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Hendra Supriyanto
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
afifsalim
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas Atterberg
Iwan Sutriono
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
Miftakhul Yaqin
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Yahya M Aji
01 perencanaan bendungan-waduk
01 perencanaan bendungan-waduk01 perencanaan bendungan-waduk
01 perencanaan bendungan-waduk
Byox Olii
SPAM Kecamatan Semarang Selatan
SPAM Kecamatan Semarang SelatanSPAM Kecamatan Semarang Selatan
SPAM Kecamatan Semarang Selatan
M RiendRa Uslani
ANALISA HIDROLOGI
ANALISA HIDROLOGIANALISA HIDROLOGI
ANALISA HIDROLOGI
DimasPrayuda9
Tutorial Pengukuran dengan Total Station (Nikon)
Tutorial Pengukuran dengan Total Station (Nikon)Tutorial Pengukuran dengan Total Station (Nikon)
Tutorial Pengukuran dengan Total Station (Nikon)
Arif Usman
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIBAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
EDIS BLOG

Similar to Presentasi.pptx (20)

Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainaseModul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
PPGHybrid1
Teori Irigasi.doc
Teori Irigasi.docTeori Irigasi.doc
Teori Irigasi.doc
AndiAdillahFirstania1
Irigasi dan Bangunan Air 4.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 4.pdfIrigasi dan Bangunan Air 4.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 4.pdf
Aswar Amiruddin
Irigasi dan Bangunan Air 9.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 9.pdfIrigasi dan Bangunan Air 9.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 9.pdf
Aswar Amiruddin
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendung
ironsand2009
233 1084-1-pb
233 1084-1-pb233 1084-1-pb
233 1084-1-pb
apit sibuk
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-airPerencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Iren Doke
Eka putra makalah iut
Eka putra makalah iutEka putra makalah iut
Eka putra makalah iut
SultanTama
Wiji cahyono makalah iut
Wiji cahyono makalah iutWiji cahyono makalah iut
Wiji cahyono makalah iut
Wahyudwiprabowo
Wiji cahyono makalah iut
Wiji cahyono makalah iutWiji cahyono makalah iut
Wiji cahyono makalah iut
Wahyudwiprabowo
8 kuliah pa bab viii. penyaluran air irigasi
8 kuliah pa bab viii. penyaluran air irigasi8 kuliah pa bab viii. penyaluran air irigasi
8 kuliah pa bab viii. penyaluran air irigasi
Andrew Hutabarat
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama IrigasiModul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
PPGHybrid1
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama IrigasiModul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
PPGHybrid1
1 - Irigasi dan Bangunan Air-.pdf
1 - Irigasi dan Bangunan Air-.pdf1 - Irigasi dan Bangunan Air-.pdf
1 - Irigasi dan Bangunan Air-.pdf
dishubpga
3 bab iii landasan teori
3   bab iii landasan teori3   bab iii landasan teori
3 bab iii landasan teori
brianresmana
Tugas_power_point_presentasion_AnalisaDampakLingkunggan
Tugas_power_point_presentasion_AnalisaDampakLingkungganTugas_power_point_presentasion_AnalisaDampakLingkunggan
Tugas_power_point_presentasion_AnalisaDampakLingkunggan
FadliST
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaanOperasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
infosanitasi
Tugas makalah iut ii deep tunnel
Tugas makalah iut ii   deep tunnelTugas makalah iut ii   deep tunnel
Tugas makalah iut ii deep tunnel
FandriSudaryanto
Ipi89787
Ipi89787Ipi89787
Ipi89787
Boyhaki Erby
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainaseModul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
PPGHybrid1
Irigasi dan Bangunan Air 4.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 4.pdfIrigasi dan Bangunan Air 4.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 4.pdf
Aswar Amiruddin
Irigasi dan Bangunan Air 9.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 9.pdfIrigasi dan Bangunan Air 9.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 9.pdf
Aswar Amiruddin
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendung
ironsand2009
233 1084-1-pb
233 1084-1-pb233 1084-1-pb
233 1084-1-pb
apit sibuk
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-airPerencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Iren Doke
Eka putra makalah iut
Eka putra makalah iutEka putra makalah iut
Eka putra makalah iut
SultanTama
Wiji cahyono makalah iut
Wiji cahyono makalah iutWiji cahyono makalah iut
Wiji cahyono makalah iut
Wahyudwiprabowo
Wiji cahyono makalah iut
Wiji cahyono makalah iutWiji cahyono makalah iut
Wiji cahyono makalah iut
Wahyudwiprabowo
8 kuliah pa bab viii. penyaluran air irigasi
8 kuliah pa bab viii. penyaluran air irigasi8 kuliah pa bab viii. penyaluran air irigasi
8 kuliah pa bab viii. penyaluran air irigasi
Andrew Hutabarat
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama IrigasiModul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
PPGHybrid1
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama IrigasiModul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
PPGHybrid1
1 - Irigasi dan Bangunan Air-.pdf
1 - Irigasi dan Bangunan Air-.pdf1 - Irigasi dan Bangunan Air-.pdf
1 - Irigasi dan Bangunan Air-.pdf
dishubpga
3 bab iii landasan teori
3   bab iii landasan teori3   bab iii landasan teori
3 bab iii landasan teori
brianresmana
Tugas_power_point_presentasion_AnalisaDampakLingkunggan
Tugas_power_point_presentasion_AnalisaDampakLingkungganTugas_power_point_presentasion_AnalisaDampakLingkunggan
Tugas_power_point_presentasion_AnalisaDampakLingkunggan
FadliST
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaanOperasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
infosanitasi
Tugas makalah iut ii deep tunnel
Tugas makalah iut ii   deep tunnelTugas makalah iut ii   deep tunnel
Tugas makalah iut ii deep tunnel
FandriSudaryanto

Recently uploaded (6)

1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
rhamset
Matematika Mengengah Pertemuan Ke-13 ok.
Matematika Mengengah Pertemuan Ke-13 ok.Matematika Mengengah Pertemuan Ke-13 ok.
Matematika Mengengah Pertemuan Ke-13 ok.
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
Training Managemen-gawat-darurat-1-ppt.ppt
Training Managemen-gawat-darurat-1-ppt.pptTraining Managemen-gawat-darurat-1-ppt.ppt
Training Managemen-gawat-darurat-1-ppt.ppt
rhamset
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.pptpelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
rhamset
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptxPengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
gintingdesiana
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
rhamset
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
rhamset
Training Managemen-gawat-darurat-1-ppt.ppt
Training Managemen-gawat-darurat-1-ppt.pptTraining Managemen-gawat-darurat-1-ppt.ppt
Training Managemen-gawat-darurat-1-ppt.ppt
rhamset
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.pptpelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
rhamset
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptxPengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
gintingdesiana
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
rhamset

Presentasi.pptx

  • 1. L/O/G/O www.themegallery.com TINJAUAN PERENCANAAN BOX CULVERT PADA PEKERJAAN LANJUTAN PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI D.I RAKNAMO KABUPATEN KUPANG OLEH AGUSTIN O.S. MIMI 2686/TS-ATK/16
  • 2. DI. RAKNAMO (1323 HA) J. I RAKNAMO (675,64 HA) J. I SUPLESI KULEDOKI II (95,70 HA) J. I KULEDOKI II (153,41 HA) J. I KULEDOKI I (398,25 HA)
  • 3. Terbatasnya ketersediaan air merupakan salah satu kendala dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Kupang. Pertumbuhan penduduk dan jumlah penduduk NTT 4.683.827 orang. Sejalan dengan kebutuhan pangan yang terus meningkat, tidak seimbang dengan ketersediaan sumber air/mata air alami atau buatan, sehingga diperlukan bangunan tampungan air hujan dengan kapasitas tampung yang besar yaitu bendungan. Salah satu bendungan yang dibangun di pulau Timor adalah bendungan Raknamo yang bertempat di Kolidoki Desa Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto Kabupaten Kupang. Dimana luas Areal yang dimiliki bendungan Raknamo seluas 1323 Ha, kolidoki II seluas 153,41 Ha, kolidoki I seluas 398,25 Ha. Jadi jumlah luas Areal antara kolidoki I dan kolidoki II seluas 551,66 Ha. Areal irigasi potensial yang terletak sebelah kiri sungai Noel Airkom antara Desa Raknamo, Manusak dan Naibonat seluas 647,36 Ha. Luas Areal desain semula 490,11 diubah menjadi 551,66 Ha Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil judul laporan yaitu Tinjauan Perencanaan Box Culvert pada Pekerjaan Lanjutan Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Raknamo Kabupaten Kupang 3 PENDAHULUAN Latar Belakang
  • 4. 4 1. Maksud kerja praktek a. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Ahli Madya Teknik pada bidang teknik sipil yang sesuai dengan kurikulum Akademik. b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam hal membuat laporan tertulis tentang proyek yang diikuti serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama dibangku kuliah. c. Memberikan gambaran secara tertulis, tentang hal-hal yang dilihat dan dipelajari selama masa kerja praktek. 2. Tujuan kerja praktek a. Untuk dapat membandingkan teori yang didapat selama perkuliahan dengan kenyataan prakteknya di lapangan. b. Untuk mengimpelementasi pengetahuan teoritis dalam praktek lapangan yang selanjunya dituangkan dalam tulisan laporan akhir untuk dipresentasikan. c. Untuk mengetahui bentuk, dimensi penampang dan kapasitas box culvert sudah memadai atau belum untuk mengalirkan air sungai sesuai debit banjir. Maksud dan Tujuan Praktek PENDAHULUAN
  • 5. 5 1. Maksud kegiatan a. Dapat mensuplay kebutuhan air tambahan dari bendungan Raknamo melalui kolidoki II ke kolidoki I. b. Mengalirkan air ke seluruh areal pertanian kolidoki II. 2. Tujuan Kegiatan a. Memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat. b. Meningkatkan hasil pertanian terutama beras. c. Meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, sehingga adanya perubahan taraf hidup yang lebih baik. Maksud dan Tujuan Kegiatan PENDAHULUAN Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Pekerjaan Lanjutan Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Raknamo Di Kabupaten Kupang adalah 287 hari kalender. Lokasi Kegiatan Lokasi Pekerjaan Kegiatan Lanjutan Pembangunan Jaringan irigasi D.I Raknamo Di Kabupaten Kupang pada Desa Manusak, Kupang Timur, Nusa Tenggara Timur, dengan letak Koordinat 10属 06卒 31,2邦 LS dan 123属54卒46,7邦 BT. Akses ke lokasi kegiatan saluran dapat di tempuh dengan kendaraan roda empat dan roda dua melalu jalan Timor Raya sejauh 賊 40.80 km dari kota Kupang menuju kelurahan Naibonat.
  • 6. 6 a. Pekerjaan survey b. Pekerjaan perhitungan data survey (perencanaan) Maksud dan Tujuan Kegiatan PENDAHULUAN Rumusan Masalah Bagaimana prosedur perhitungan dimensi saluran Box Culvert ? Batasan Masalah Bagaimana perhitungan dimensi saluran Box Culvert Ruas 1 Kolidoki II ?
  • 7. 7 Arti irigasi pada umumnya adalah usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan-bangunan dan saluran-saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagi-bagikan air kesawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara yang teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi ke sungai setelah air digunakan sebaik-baiknya. Landasan Teori Umum Jaringan Irigasi Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan selengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama, jaringan sekunder dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi jaringan primer yaitu bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran induk, saluran pembuangannya, bangunan bagi, dan bangunan pelengkapnya. Jaringan sekunder yaitu bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi dan bangunan pelengkapnya. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari jaringan irigasi tersier yaitu jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter, serta bangunan pelengkapnya. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam praktek irigasi antara lain : Bangunan utama, bangunan pembawa, bagunan bagi, bagunan sadap, bangunan pembuang dan penguras, bangunan pelengkap.
  • 8. 8 Saluran Dalam mengalirkan dan mengeluarkan air ke dan dari petak sawah dibutuhkan suatu saluran irigasi. Saluran pembawa itu dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan fungsinya, saluran pembawa yang membawa air masuk ke petak sawah dan saluran pembuang yang akan mengalirkan kelebihan air dari petak-petak sawah. a. Saluran Pembawa Berfungsi untuk mengairi sawah dengan mengalirkan air dari daerah yang disadap. Berdasarkan hierarki saluran pembawa dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Saluran primer 2. Saluran sekunder 3. Saluran tersier b. Saluran Pembuang Fungsinya membuang air yang telah terpakai ataupun kelebihan air yang terjadi pada petak sawah. Landasan Teori
  • 9. 9 Box Culvert Landasan Teori Box Culvert adalah salah satu jenis beton precast yang sering digunakan pada konstruksi saluran air, sehingga kerap disebut juga dengan gorong-gorong. Seusai dengan namanya, box culvert adalah beton precast yang berbentuk persegi atau kotak dengan ukuran yang sudah ditentukan. Box culvbert juga memiliki beberapa fungsi. Berikut adalah fungsi box culvert dalam penerapannya pada proses konstruksi. 1. Box culvert berfungsi sebagai material konstruksi bawah Material ini digunakan dalam proses konstruksi bawah tanah, bukan hanya bisa digunakan menjadi saluran air atau drainase saja. Box culvert juga bisa digunakan sebagai gorong-gorong, kereta api, jembatan, terowongan, dan lain sebagainya. 2. Kedap terhadap air tanah Sifatnya yang kedap terhadap air tanah sehingga sangat cocok digunakan pada konstruksi bawah tanah, terutama saluran air. 3. Mempercepat proses konstruksi Mempercepat proses konstruksi secara keseluruhan karena pemasangannya yang mudah dan cepat.
  • 10. 10 Analisis Hidrolika Landasan Teori Analisis hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Perhitungan untuk analisis hidrolika dilakukan dengan menggunakan beberapa parameter atau rumus sebagai berikut. 1. Debit Saluran (Q) = . 倹 Dimana : Q = Debit kebutuhan air (lt/dt) A = Luas Areal (ha) Dr = Kebutuhan air dari sumbernya (lt/dt/ha) 2. Luas penampang basah (F) = . 4 1 2 Dimana : F = Luas penampang basah saluran (m2) b = Lebar dasar saluran (m) h = Tinggi muka air rencana (m) hf = Tinggi sudut saluran (m) 3. Keliling Basah (P) = + 2 2 2 2 0,5 Dimana : P = Keliling basah saluran (m) b = Lebar dasar saluran (m) h = Tinggi muka air rencana (m) hf = Tinggi sudut saluran (m)
  • 11. 11 Lanjutan 4. Jari-jari Hidrolis (R) = Dimana : R = Jari-jari hidrolis (m) F = Luas penampang basah saluran (m2) P = Keliling basah saluran (m) 5. Perhitungan lebar penampang atas (T) = + 2 Dimana : T = Lebar penampang atas (m) b = Lebar dasar saluran (m) h = Tinggi muka air rencana (m) m = Kemiringan talud 6. Kedalaman Hidrolis (D) = Dimana : D = Kedalaman hidrolis (m) F = Luas penampang basah (m2) T = Lebar penampang atas (m)
  • 12. 12 Lanjutan 7. Kecepatan Kritis (Uc) = Dimana : Uc = Kecepatan kritis (m/dt) g = Gaya grvitasi (m/dt2) D = Kedalaman hidrolis (m) 8. Kemiringan Saluran Dasar = = $ $ Dimana : I = Kemiringan dasar saluran t = Perbedaan ketinggian dasar saluran hulu dan hilir (m) L = Panjang ruas saluran (m) tu = Ketinggian dasar saluran di hulu (m) ti = Ketinggian dasar saluran di hilir (m) 9. Perhitungan Debit Saluran (Q) = = 2 3 1 2 Dimana : Q = Debit saluran (3 /dtk) V = Kecepatan aliran (m/dtk) F = Luas penampang basah (m2) k = Kekasaran Strickler R = Jari-jari hidrolis (m) I = Kemiringan dasar saluran
  • 13. 13 Perencanaan Hidrolis Landasan Teori 1. Koefisien Kekasaran dan Kecepatan Maksimum Koefisien kekasaran Strickler (k) dan kecepatan maksimum ditunjukkan pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2. Tabel 2.1. Parameter perhitungan untuk kekasaran saluran (Strickler) Saluran k (m 1/3/dt) Tanah 45 Pasangan Batu 60 Beton, bentuk kayu 70 Baja beton 76 Besi Baja 80 Tabel 2.2. Harga-harga kecepatan maksimum Bahan Konstruksi Vmaks (m/dt) Tanah 1 Pasangan Batu 2 Beton 3 Baja Beton 3 Besi Baja 4
  • 14. 14 Lanjutan Perhitungan bilangan Froude adalah penting apabila dipertimbangkan pemakaian kecepatan aliran dan kemiringan saluran yang tinggi. Bilangan Froude untuk saluran ditentukan sebagai : 告 = = = + Dimana : Fr = bilangan Froude Va = kecepatan aliran, m/dt F = luas potongan melintang basah, m族 b = lebar dasar, m g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8) m = kemiringan talut saluran h = tinggi muka air, m 2. Perencanaan untuk aliran subkritis Saluran pasangan batu dan beton mempunyai koefisien Strickler yang lebih tinggi. Akibatnya potongan melintang untuk saluran-saluran tanpa pasangan ini akan lebih kecil daripada potongan melintang untuk saluran tanah dengan, kapasitas debit yang sama.
  • 15. 15 Lanjutan Untuk saluran pasangan, kemiringan talut bisa dibuat lebih curam. Untuk saluran yang lebih kecil (h < 0.40 m) kemiringan talut dibuat vertikal. Saluran- saluran besar mungkin juga mempunyai kemiringan talut yang tegak dan direncanakan sebagai flum. Untuk saluran yang lebih besar, kemiringan samping minimum 1 : 1 untuk h sampai dengan 0,75 m. Dapat dilihat pada tabel 2.3. Tabel 2.3. Harga-harga kemiringan talut untuk saluran pasangan Jenis tanah h < 0,75 m 0,75 m < h < 1,5 m Lempung pasiran 1 1 Tanah pasiran kohesif 1 1,25 Tanah pasiran, lempung berpori 1 1,50 Tanah gambut lunak 1,25 1,50 Khususnya saluran-saluran yang lebih besar, stabilitas talut yang diberi pasangan harus diperiksa agar tidak terjadi gelincir dan sebagainya. Tekanan air dari belakang pasangan merupakan faktor penting dalam keseimbangan ini. Hubungan antara ritmen aliran dengan angka froude dapat dilihat pada tabel 2.4
  • 16. 16 Lanjutan Tabel 2.4. Ritme aliran dengan angka froude Angka Froude Ritme 1 Tidak terbentuk loncatan 1 1,7 Loncatan berombak 1,7 2,5 Loncatan lemah 2,5 4,5 Loncatan berosilasi 4,5 - 9 Loncatan lunak atau lemah >9 Loncatan kuat 3. Tinggi Jagaan Harga-harga minimum untuk tinggi jagaan adalah seperti yang disajikan pada Tabel 2.5. Harga-harga tersebut diambil dari USBR. Tabel ini juga menunjukkan tinggi jagaan tanggul tanah yang sama dengan tanggul saluran tanah tanpa pasangan. Tabel 2.5. Tinggi Jagaan untuk saluran Pasangan Debit m3/dt Tanggul (F) m Pasangan (F1) m < 0,5 0,40 0,20 0,5 1,5 0,50 0,20 1,5 5,0 0,60 0,25 0,5 10,0 0,75 0,30 10,0 15,0 0,85 0,40 > 15,0 1,00 0,50
  • 17. 17 Lanjutan 4. Lengkung Saluran Jari-jari minimum untuk saluran pasangan diambil tiga kali lebar permukaan air, dapat dilihat pada tabel 2.6. Tabel 2.6. Lengkung Saluran Q design (m3/d) Jari-jari minimum (m) Q <= 5 3 x lebar dasar saluran 5 < Q <= 7,5 4 x lebar dasar saluran 7,5 < Q <= 10 5 x lebar dasar saluran 10 < Q <= 15 6 x lebar dasar saluran Q <= 15 7 x lebar dasar saluran 5. Flowchart Perhitungan dimensi saluran pasangan Urutan perhitungan perencanaan hidrolis saluran dapat dilihat pada gambar 2.2
  • 18. 18 Uraian Umum Manajemen Kegiatan Dalam melaksanakan suatu kegiatan konstruksi, maka diperlukan suatu manajemen kegiatan yang baik, sehingga pada akhir kegiatan dapat berjalan dengan perencanaan awal. Manajemen kegiatan merupakan suatu pelaksanaan kegiatan konstruksi yang harus diselenggarakan secara menyeluruh mulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasiaan, pembangunan fisik sampai dengan pemeliharaan dan pengawasan. 1. Perencanaan (Planning ) Perencanaan suatu kegiatan mempunyai tujuan, manfaat, potensi, peluang, dukungan finansial, resiko dan kemungkinan hambatan-hambatan yang akan terjadi dalam kegiatan tersebut. 2. Pengorganisasian (Organising) Pengorganisasian bertujuan untuk merealisasikan perencanaan yang telah dibuat, maka segala potensi sumber daya yang berupa sumber daya manusia (Man), finansial (Money), bahan (material), dan cara kerja perlu diorganisir, sehingga dapat diberikan kontribusi yang optimal dalam pencapaian tujuan dalam organisasi. 3. Pelaksanaan (Actualing) Pelaksanaan dilakukan setelah hasil dari perencanaan dan organising terlaksana. Hasil perencanaan dan organising tersebut diwujudkan dalam pelaksanaan kegiatan guna mencapai hasil kerja yang dapat dipertanggung jawabkan. 4. Pengawasan (Controling) Pelaksanaan kegitan kegitan perlu diawasi sehingga palaksanaan sesuai dengan perencaan yang telah dibuat guna meminnimalisir kemungkinanan gagalnya tujuan dan hasil yang dicapai sehingga mendapatkan kwalitas yang baik dari pekerjaan tersebut.
  • 19. 19 Pengertian Manajemen Umum Kata manajemen diambil dari bahasa Prancis kuno yaitu management, yang mempunyai arti seni melaksanakan dan mengatur. Ada tiga pengertian yang dikandung dari istilah manajemen yaitu: 1. Manajemen sebagai suatu proses Manajemen sebagai suatu proses yaitu manajemen merupakan sebuah proses yang terdiri dari sebuah tindakan yang direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan di kendalikan dimana pada masing-masing bidang tersebut menggunakan ilmu pengetahuan dan skil yang diikuti secara urut dalam usaha untuk mencapai sebuah sasaran dan tujuan yang telah di tentukan. 2. Manajemen sebagai kolektivitas bagi orang-orang yang sedang melakukan aktivitas manajemen. Manajemen ialah sebuah fungsi yang bertujuan untuk mandapatkan sesuatu dengan kegiatan orang lain dengan mengawasi berbagai usaha kolektivitas dari berbagai orang yang melakukan suatu aktivitas manajemen. Jadi bisa dikatakan, beberapa orang yang sedang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu organisasi tertentu disebut manajemen. 3. Manajemen sebagai seni (art) atau sebagai pengetahuan (science) Manajemen sebagai seni (art) yaitu manajemen merupakan sebuah seni untuk tercapainya suatu hasil yang optimal dengan usaha yang standar, dan juga agar tercapainya sebuah kebahagian dan kesejahteraan yang optimal bagi sebuah pemimpin maupun pekerja serta mampu memberikan layanan yang sangat baik bagi masyarakat. Sedangka manajemen sebagai ilmu pengetahuan (science) yaitu manajemen selalu berusaha secara sistematis agar dapat memahami bagaimana dan mengapa manusia harus bekerja sama agar mencapai tujuan dan membuat sebuah sistem kerja sama ini bisa bermanfaat bagi kepentingan kemanusiaan. Manajemen Kegiatan
  • 20. 20 Pengertian Manajemen Kegiatan Manajemen kegiatan konstruksi adalah bagaimana sumber daya yang terlibat dalam proyek dapat diaplikasikan secara tepat. Sumber daya dalam proyek konstruksi dikelompokan dalam 5M (Man power, Material, Mechines, Money,and Method). Manajemen memang mempunyai pengertian lebih luas dari pada itu, tetapi defenisi tersebut memberikan kenyataan bahwa menajemen terutama mengelola sumber daya manusia, bukan material atau finansial we are managing human resources. Pelaksanaan konstruksi di Indonesia saat ini di landaskan pada akronim SIDLACOM (Survey, Investigation, Design, Land Acgquisition, Conctruction, Operation, and Maitenance) yang bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai tahapan proyek. Manajemen Kegiatan
  • 21. Unsur unsur Manajemen Kegiatan Pemilik Kegiatan Pemilik kegiatan adalah orang atau badan yang memberi pekerjaan dan membayar biaya pekerjaan tersebut. Pemberi pekerjaan biasanya perorangan, badan, instansi atau lembaga baik pemerintah maupun swasta, sipil maupun militer. Kegiatan Lanjutan Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Raknamo Kabupaten Kupang yang bertindak sebagai pemilik proyek adalah Pemerintah Indonesia. Dalam hal ini diwakili oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Suumber Daya Air, Balai Wialyah Sungai Nusa Tenggara II, Satuan Kerja Pelaksanaan Jaringan Irigasi SDA Nusa Tenggara II Provinsi NTT, Irigasi dan dan Rawa I. Kontraktor Pelaksana Kontraktor pelaksana adalah peserta lelang yang diterima oleh pemilik kegiatan dan diberi wewenang untuk melaksanakan kegiatan tersebut sesuai rencana kerja yang telah ada. Kegiatan Lanjutan Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Raknamo di Kabupaten Kupang yang bertindak sebagai pelaksana (kontraktor) adalah PT. BRAND MANDIRI JAYA SENTOSA. Konsultan Pengawas Konsultan pengawas adalah orang atau badan hukum yang ditunjuk untuk mengawasi dan mengontrol serta mengarahkan pelaksanaan pekerjaan suatu bangunan agar dapat mencapai hasil kerja sebaik-baiknya menurut persyaratan atau petunjuk yang ada. Dalam kegiatan Lanjutan Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Raknamo di Kabupaten Kupang yang bertindak sebagai pengawas adalah PT. MULIA SAKTI WIJAYA. Manajemen Kegiatan
  • 22. Hubungan Kerja Antara Pemilik Proyek, Konsultan Dan Kontraktor Hubungan kerja adalah hubungan dalam pelaksanaan pekerjaan antara unsur- unsur pelaksana pembangunan yang terarah dan teratur serta memiliki keterkaitan. Pada proyek-proyek besar lasimnya terjadi hubungan kerja antara unsur-unsur terkait seperti pemilik proyek, konsultan perencana, konsultan pengawas, dan pelaksana atau kontraktor. Adapun terjadinya hubungan kerja tersebut terlihat pada skema berikut ini : Manajemen Kegiatan
  • 23. Gambaran Umum Daerah Jaringan Irigasi Raknamo khususnya saluran induk Kolidoki 2 ruas 1 untuk mengairi 490,11 Ha. Desain semula menggunakan saluran pasangan dengan dimensi pada gambar 4.1. Perhitungan p p Wp h t1 t2 b q q Gambar 4.1 Saluran pasangan
  • 24. Data perencanaan saluran pasangan awal : Data Saluran Induk Kuledoli 2 Ruas 1 1. Kebutuhan air diambil dari sumbernya, DR = 1,428 l/det/ha 2. Luas Areal Ruas-1, A = 490,11 Ha 3. Lebar saluran, b = 1,60 m 4. Kemiringan talud, m = 0 (saluran pasangan tegak) 5. Koefisien kekasaran, k = 60 m1/3dt (pasangan batu) 6. Tinggi jagaan pasangan W = 0,50 m 7. Tinggi muka air rencana, h = 1,23 m Hasil perhitungan adalah sebagai berikut : 1) Debit Rencana : Qdesain = (1,428 x 490,11)/1000 = 0,700 m続/det 2) Luas Penampang Basah (F) : = + = 1,60 + 0 1,23 1,23 = 1,967 2 3) Keliling Basah (P) : = + 2 1 + . 2 = 1,60 + 2 1,23 1 + 0 2 = 4,06 Perhitungan
  • 25. 4) Jari-jari Hoidrolis Saluran (R) = = 1,967 4,06 = 0,485 5) Kecepatan Air di saluran (V) = = 0,700 1,967 = 0,356 Berdasarkan tabel 2.2 Vijin saluran pasangan = 2 m/dt, sehingga V = 0,356 < Vijin = 2 m/dt (terpenuhi) Dengan menggunakan rumus Strikler = 2 3 0,5 Kemiringan saluran dapat dihitung sebagai berikut = 2 3 2 = 0,356 60 0,4852 3 2 = 0,000092 Kemiringan saluran, I = 0,000092 Lanjutan
  • 26. Kesimpulan Dimensi Saluran Induk Kuledoki 2 Ruas 1 dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Perhitungan dimensi saluran awal Lanjutan No. Uraian Notasi Angka Satuan 1. Luas Areal Terairi A 490,11 Ha 2. Debit Air yang Diperlukan Q 0,700 m続/det 3. Kecepatan Air Disaluran V 0,356 m/det 4. Luas penampang aliran F 1,967 m2 5. Keliling Basah P 4,06 m 6. Lebar Saluran b 1,60 m 7. Tinggi Air Disaluran h 1.23 m 8. Kemiringan talud saluran m 0 9. Kemiringan Saluran I 0,000092 10. Koefisien Kekasaran Saluran K 60 m1/3/dt 11. Tinggi Jagaan w 0,50 m
  • 27. Perubahan Pelaksanaan Saluran Pada pelaksanaan konstruksi direksi bersama kontraktor dengan konsultan melakukan perubahan desain atas Surat Edaran Nomor : 04/SE/D/2017 Tentang Pedoman Penggunaan Beton Pracetak Pada Saluran Irigasi oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air mengingat pelaksanaan yang cepat dengan konstruksi beton yang semula desain awal dengan pasangan. Hasil perubahan desain dapat dilihat pada gambar 4.2. Lanjutan Gambar 4.2 Desain Box Culvert Kolidoki 2
  • 28. Data Perencanaan Box Culvert Hasil perubahan desain konstruksi pasangan menjadi beton, sehingga Perhitungan Dimensi Saluran dari kondisi perencanaan konsultan awal, perencanaan perubahan, dan pelaksanaan lapangan, maka penulis melakukan perhitungan desain sesuai kondisi pada gambar 4.2 sebagai berikut. Data Saluran Induk Kuledoli 2 Ruas 1 1. Kebutuhan air diambil dari sumbernya, DR = 1,428 l/det/ha 2. Luas Areal Ruas-1, A = 551,66 Ha 3. Lebar saluran, b = 1,50 m 4. Kemiringan talud, m = 0 (saluran pasangan tegak) 5. Koefisien kekasaran, k = 70 m1/3dt (beton) 6. Tinggi jagaan, W = 0,20 m 7. Tinggi muka air rencana, h = 1,30 m Hasil Perhitungan Debit dan areal yang dapat diairi akibat profil (dimensi) Saluran Induk Kuledoli 2 Ruas 1 dilapangan berdasarkan gambar 4.1 maka diperoleh data sebagai berikut : 1) Debit Rencana : Qdesain = (1,428 x 551,66)/1000 = 0,787 m続/dt Lanjutan
  • 29. 2) Luas penampang basah (F) = 4 1 2 2 = 1,5 1,3 4 1 2 0,22 = 1,95 0,08 = 1,87 2 3) Keliling basah (P) = + 2 2 22 0,5 = 1,5 + 2 1,3 2 2 0,22 0,5 = 4,1 0,56 = 3,54 4) Jari-jari hidrolis (R) R = F P = 1,87 3,54 = 0,53 5) Kemiringan dasar saluran (I) Sesuai dengan kemiringan saluran rencana awal. I = 0,000092 Lanjutan
  • 30. 6) Kecepatan aliran (V) = 2 3 1 2 = 70 0,532 3 0,0000921 2 = 70 0,65 0,009592 = 0,44 Berdasarkan tabel 2.2 Vmin = 0,25 m/dt, Vijin saluran beton = 3 m/dt, dan V = 0,44 m/dt, sehingga Vmin = 0,25 m/dt < V = 0,44 m/dt < Vijin = 3 m/dt (terpenuhi) 7) Lebar penampang atas (T) = + 2 = 1,5 + 2 0 1,3 = 1,5 8) Kedalaman hidrolis (D) = = 1,87 1,5 = 1,25 Lanjutan
  • 31. 9) Kecepatan kritis (Uc) = = 9,8 1,25 = 12,25 = 3,5 10)Bilangan Froude (Fr) 告 = = 0,44 9,8 1,87 1,5 = 0,44 3,5 = 0,13 Berdasarkan Tabel 2.4 maka angka Fr = 0,13 tersebut sebagai aliran normal (subkritis) 11)Debit saluran (Q) = = 1,87 0,44 = 0,822 3 > = 0,787 3 Lanjutan
  • 32. 12) Luas Areal yang dapat diairi (A) = 倹 = 倹 Diketahui : Q = 0,822 m3/dt = 0,822 m3/dt x 1000 = 822 l/dt Dr = 1,428 l/dt/ha Maka, A = 822/1,428 = 575,63 ha Sehingga luas areal yang dapat diairi oleh saluran hasil desain lapangan lebih besar 575,63 551,66 = 23,97 ha. Dari hasil perhitungan profil kondisi lapangan dimensi saluran dapat di lihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil perhitungan dimensi saluran lapangan Lanjutan No. Uraian Notasi Angka Satuan 1. Luas Areal Terairi A 575,63 Ha 2. Debit Air yang Diperlukan Q 0,822 m続/det 3. Kecepatan Air Disaluran V 0,44 m/det 4. Luas penampang aliran F 1,87 m2 5. Keliling Basah P 3,54 m 6. Lebar Saluran b 1,50 m 7. Tinggi Air Disaluran h 1.30 m 8. Kemiringan talud saluran m 0 9. Kemiringan Saluran I 0,000092 10. Koefisien Kekasaran Saluran K 70 m1/3/dt 11. Tinggi Jagaan w 0,20 m
  • 33. Tinjauan Analisis Saluran Dari hasil perhitungan perencanaan box culvert lapangan didapat Qsaluran > Qdesain dan luas areal yang dapat diairi oleh saluran lapangan lebih besar 575,63 551,66 = 23,97 ha, maka penulis melakukan perhitungan dengan merubah tinggi muka air rencana sebagai berrikut. Data Saluran Induk Kuledoli 2 Ruas 1 : 1. Kebutuhan air diambil dari sumbernya, DR = 1,428 l/det/ha 2. Luas Areal Ruas-1, A = 551,66 Ha 3. Lebar saluran, b = 1,50 m 4. Kemiringan talud, m = 0 (saluran pasangan tegak) 5. Koefisien kekasaran, k = 70 m1/3dt (beton) 6. Tinggi jagaan, W = 0,20 m 7. Tinggi muka air rencana, h = 1,29 m Hasil perhitungan adalah sebagai berikut : 1) Debit Rencana : Qdesain = (1,428 x 551,66)/1000 = 0,787 m続/dt 2) Luas penampang basah (F) = 4 1 2 2 = 1,5 1,29 4 1 2 0,22 = 1,935 0,08 = 1,85 2 Lanjutan
  • 34. 3) Keliling basah (P) = + 2 2 22 0,5 = 1,5 + 2 1,29 2 2 0,22 0,5 = 4,08 0,56 = 3,52 4) Jari-jari hidrolis (R) R = F P = 1,85 3,52 = 0,53 5) Kemiringan dasar saluran (I) Sesuai dengan kemiringan saluran rencana awal. I = 0,000092 6) Kecepatan aliran (V) = 2 3 1 2 = 70 0,532 3 0,0000921 2 = 70 0,65 0,009592 = 0,44 Berdasarkan tabel 2.2 Vmin = 0,25 m/dt, Vijin saluran beton = 3 m/dt, dan V = 0,44 m/dt, sehingga Vmin = 0,25 m/dt < V = 0,44 m/dt < Vijin = 3 m/dt (terpenuhi) Lanjutan
  • 35. 7) Debit saluran (Q) = = 1,85 0,44 = 0,810 3 = 0,787 3 Qsaluran > Qdesain (Terpenuhi) 8) Lebar penampang atas (T) = + 2 = 1,5 + 2 0 1,29 = 1,5 9) Kedalaman hidrolis (D) = = 1,85 1,5 = 1,23 10)Kecepatan Kritis (Uc) = = 9,8 1,23 = 12,09 = 3,48 Lanjutan
  • 36. 11)Bilangan Froude (Fr) 告 = = 0,43 9,8 1,85 1,5 = 0,43 3,48 = 0,13 Berdasarkan tabel 2.4 maka angka Fr = 0,13 tersebut sebagai aliran normal (subkritis) Dari hasil perhitungan diatas dimensi saluran tinjauan analisa dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Hasil perhitungan dimensi saluran tinjauan analisa Lanjutan No. Uraian Notasi Angka Satuan 1. Luas Areal Terairi A 551,66 Ha 2. Debit Air yang Diperlukan Q 0,810 m続/det 3. Kecepatan Air Disaluran V 0,44 m/det 4. Luas penampang aliran F 1,85 m2 5. Keliling Basah P 3,52 m 6. Lebar Saluran b 1,50 m 7. Tinggi Air Disaluran h 1.29 m 8. Kemiringan talud saluran m 0 9. Kemiringan Saluran I 0,000092 10. Koefisien Kekasaran Saluran K 70 m1/3dt 11. Tinggi Jagaan w 0,20 m
  • 37. Sehingga dari ketiga hasil diatas dapat direkap dimensi saluran dan perbandingannya yang dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Hasil rekap dimensi saluran Lanjutan No. Uraian Notasi Awal Lapangan Tinjauan analisa Satuan 1. Luas Areal Terairi A 490,11 575,63 551,66 Ha 2. Debit Air yang Diperlukan Q 0,700 0,822 0,810 m続/det 3. Kecepatan Air Disaluran V 0,356 0,44 0,44 m/det 4. Luas penampang aliran F 1,967 1,87 1,85 m2 5. Keliling Basah P 4,06 3,54 3,52 m 6. Lebar Saluran b 1,60 1,50 1,50 m 7. Tinggi Air Disaluran h 1.23 1.30 1.29 m 8. Kemiringan talud saluran m 0 0 0 9. Kemiringan Saluran I 0,000092 0,000092 0,000092 10. Koefisien Kekasaran K 60 70 70 m1/3/dt 11. Tinggi Jagaan w 0,50 0,20 0,20 m