Sindrom nefrotik merupakan kondisi yang ditandai dengan proteinuria berat, hipoalbuminemia, dan edema yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus yang menyebabkan protein lepas ke urin. Pasien mengeluh lelah, kekurangan nafsu makan, dan sesak napas karena edema. Pengobatan meliputi diet rendah garam, diuretik, dan kortikosteroid untuk mengurangi edema dan gejala lainnya.
Laporan ini membahas asuhan keperawatan pada klien amputasi. Mencakup pengertian amputasi sebagai pemotongan sebagian anggota tubuh, penyebabnya seperti trauma dan penyakit vaskular, tanda dan gejalanya seperti nyeri dan keterbatasan gerak, serta penanganannya seperti balutan dan pencegahan infeksi.
I. Klasifikasi data menunjukkan gejala dehidrasi berat pada anak akibat diare berlebihan disertai muntah-muntah, nafsu makan berkurang, dan kelelahan. Ibu sangat cemas dengan kondisi anaknya.
II. Anak dirawat karena muntah-muntah berulang, sakit perut, dan diare parah di rumah sehingga orang tua membawanya ke rumah sakit.
III. Saat dirawat, anak masih mengal
Pasien wanita berusia 44 tahun dirawat di ruang ICU karena kecelakaan bermotor yang menyebabkan trauma kepala dan lemahnya fungsi motorik dan sensorik. Dokter mendiagnosis EDH temporal dan GCS 6. Perawat melakukan penilaian dan merencanakan tindakan untuk mengatasi nyeri, hambatan mobilitas, dan kerusakan kulit akibat imobilitas pasien. Evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi sehingga perlu dilanjutkan
Dokumen tersebut membahas tentang sistem koordinasi penanganan gawat darurat yang bersifat multi sektor dan multi profesi. Sistem ini meliputi tahapan pra rumah sakit, dalam rumah sakit, hingga rujukan antar rumah sakit. Dokumen juga membahas proses triase untuk menentukan prioritas pasien, serta prinsip-prinsip penanganan kegawatan darurat yang meliputi penjagaan saluran pernafasan, peredaran darah, dan
Dokumen tersebut menjelaskan proses penyebaran virus dengue melalui nyamuk Aedes sebagai vektor, mulai dari infeksi virus di darah hingga menimbulkan berbagai gejala klinis seperti demam, nyeri otot/sendi, perdarahan, gangguan sistem koagulasi darah, dan edema di berbagai organ.
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengeluarkan urine meskipun ada keinginan atau dorongan untuk buang air kecil. Dokumen ini membahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan konsep askep retensi urine. Diagnosa keperawatan yang diberikan meliputi nyeri akut, gangguan pola eliminasi urine, ansietas, kurang pengetahuan, dan intoleransi aktivitas.
1. STEMI merupakan kerusakan otot jantung permanen yang disebabkan oleh penyumbatan total aliran darah ke arteri koroner, menyebabkan daerah yang dipasok arteri tersebut kekurangan oksigen dan mati.
2. Gejala klinis STEMI antara lain nyeri dada yang berkepanjangan, peningkatan enzim jantung, dan perubahan pada EKG berupa elevasi segmen ST.
3. Penatalaksanaan utama STEMI adalah pemulihan aliran dar
Retensi urin dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kerusakan pusat miksi, hipertrofi prostat, atau trauma. Gejala umumnya meliputi nyeri saat berkemih, kesulitan berkemih, dan distensi kandung kemih. Penatalaksanaan meliputi kateterisasi, drainase, dan obat analgesik.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gagal pernafasan akut. Terdapat beberapa masalah utama yaitu pola nafas yang tidak efektif dan gangguan pertukaran gas yang ditandai dengan sesak nafas berat dan hipoksemia. Tindakan yang diberikan meliputi oksigenasi, fisioterapi paru, dan dukungan fungsi vital untuk meningkatkan ventilasi dan pertukaran gas.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pengkajian sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler, dan sistem lainnya yang relevan untuk mendeteksi gangguan kardiovaskuler. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dada, jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, hati, usus, dan tulang untuk menilai gejala dan tanda-tanda klinis gangguan kardiovaskuler. Output urine dan
1) Korban gigitan ular mengalami gangguan pola napas dan penurunan curah jantung akibat toksin neurotoksin, kardiotoksin, dan cytotoksin yang dilepaskan bisa ular; 2) Gejala klinis meliputi kesulitan bernapas, nyeri otot, kelemahan otot pernapasan, dan gangguan sirkulasi; 3) Penatalaksanaan meliputi pemberian oksigen, ventilasi mekanik, dan pemantauan fungsi jantung dan pernapasan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai definisi, etiologi, faktor risiko, gejala, dan tindakan yang dilakukan pada pasien stroke non hemoragik. Dokumen tersebut juga menjelaskan masalah-masalah keperawatan yang dihadapi pasien dan intervensi yang dilakukan untuk mengatasinya.
1. Sirosis hati adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kerusakan arsitektur hati akibat pembentukan jaringan ikat dan nodula regenerasi.
2. Terdapat 3 jenis sirosis: alkoholik, pasca hepatitis akut, dan bilier.
3. Gejala awal sering samar seperti kelelahan. Komplikasi berat termasuk perdarahan saluran cerna, asites, dan ensefalopati hepatik.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem koordinasi penanganan gawat darurat yang bersifat multi sektor dan multi profesi. Sistem ini meliputi tahapan pra rumah sakit, dalam rumah sakit, hingga rujukan antar rumah sakit. Dokumen juga membahas proses triase untuk menentukan prioritas pasien, serta prinsip-prinsip penanganan kegawatan darurat yang meliputi penjagaan saluran pernafasan, peredaran darah, dan
Dokumen tersebut menjelaskan proses penyebaran virus dengue melalui nyamuk Aedes sebagai vektor, mulai dari infeksi virus di darah hingga menimbulkan berbagai gejala klinis seperti demam, nyeri otot/sendi, perdarahan, gangguan sistem koagulasi darah, dan edema di berbagai organ.
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengeluarkan urine meskipun ada keinginan atau dorongan untuk buang air kecil. Dokumen ini membahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan konsep askep retensi urine. Diagnosa keperawatan yang diberikan meliputi nyeri akut, gangguan pola eliminasi urine, ansietas, kurang pengetahuan, dan intoleransi aktivitas.
1. STEMI merupakan kerusakan otot jantung permanen yang disebabkan oleh penyumbatan total aliran darah ke arteri koroner, menyebabkan daerah yang dipasok arteri tersebut kekurangan oksigen dan mati.
2. Gejala klinis STEMI antara lain nyeri dada yang berkepanjangan, peningkatan enzim jantung, dan perubahan pada EKG berupa elevasi segmen ST.
3. Penatalaksanaan utama STEMI adalah pemulihan aliran dar
Retensi urin dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kerusakan pusat miksi, hipertrofi prostat, atau trauma. Gejala umumnya meliputi nyeri saat berkemih, kesulitan berkemih, dan distensi kandung kemih. Penatalaksanaan meliputi kateterisasi, drainase, dan obat analgesik.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gagal pernafasan akut. Terdapat beberapa masalah utama yaitu pola nafas yang tidak efektif dan gangguan pertukaran gas yang ditandai dengan sesak nafas berat dan hipoksemia. Tindakan yang diberikan meliputi oksigenasi, fisioterapi paru, dan dukungan fungsi vital untuk meningkatkan ventilasi dan pertukaran gas.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pengkajian sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler, dan sistem lainnya yang relevan untuk mendeteksi gangguan kardiovaskuler. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dada, jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, hati, usus, dan tulang untuk menilai gejala dan tanda-tanda klinis gangguan kardiovaskuler. Output urine dan
1) Korban gigitan ular mengalami gangguan pola napas dan penurunan curah jantung akibat toksin neurotoksin, kardiotoksin, dan cytotoksin yang dilepaskan bisa ular; 2) Gejala klinis meliputi kesulitan bernapas, nyeri otot, kelemahan otot pernapasan, dan gangguan sirkulasi; 3) Penatalaksanaan meliputi pemberian oksigen, ventilasi mekanik, dan pemantauan fungsi jantung dan pernapasan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai definisi, etiologi, faktor risiko, gejala, dan tindakan yang dilakukan pada pasien stroke non hemoragik. Dokumen tersebut juga menjelaskan masalah-masalah keperawatan yang dihadapi pasien dan intervensi yang dilakukan untuk mengatasinya.
1. Sirosis hati adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kerusakan arsitektur hati akibat pembentukan jaringan ikat dan nodula regenerasi.
2. Terdapat 3 jenis sirosis: alkoholik, pasca hepatitis akut, dan bilier.
3. Gejala awal sering samar seperti kelelahan. Komplikasi berat termasuk perdarahan saluran cerna, asites, dan ensefalopati hepatik.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut merupakan asuhan keperawatan untuk klien dengan diagnosis emfisema.
2. Klien mengeluh sesak napas, batuk, dan nyeri dada. Pemeriksaan menunjukkan hipoksia dan hiperkapnia.
3. Diagnosa keperawatan meliputi gangguan pertukaran gas, pola pernapasan tidak efektif, bersihan jalan napas tidak efektif, dan intoleransi aktivitas.
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem PernafasanVituuuut
Ìý
Dokumen tersebut merupakan catatan asuhan keperawatan mengenai pasien bernama Ny. "S" yang dirawat di RS Hasan Sadikin Bandung karena didiagnosis menderita Tuberkulosis Paru. Pasien mengeluh sesak nafas dan batuk berdahak, serta memiliki riwayat penyakit serupa beberapa bulan sebelumnya. Berdasarkan pengkajian, ditemukan beberapa masalah keperawatan seperti bersihan jalan nafas tidak efektif
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganpjj_kemenkes
Ìý
Modul ini membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan akibat peradangan seperti PPOK, COPD, TBC dan Pneumonia. Materi yang dibahas meliputi pengertian, penyebab, pathofisiologi, managemen medis dan keperawatan pada kondisi tersebut. Tujuan pembelajaran adalah memberikan asuhan keperawatan optimal pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan.
1. Divertikulitis dan Crohn menyebabkan peradangan dan iritasi pada dinding usus besar yang dapat menyebabkan nyeri, gangguan eliminasi BAB, dan potensial gangguan nutrisi.
2. Kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan perdarahan, pembengkakan, dan penyempitan lumen usus besar sehingga dapat mengganggu proses pencernaan dan absorpsi.
3. Asuhan keperawatan berfokus pada mengatasi nyeri, menjaga ke
Asuhan keperawatan untuk Ny. W dengan diagnosis bronchitis kronis mencakup evaluasi gejala sesak napas dan nafas tidak teratur serta pemberian terapi oksigen dan obat-obatan. Perawatan fokus pada meningkatkan kemampuan bernafas dan kebersihan saluran pernapasan.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut berisi daftar diagnosa keperawatan NANDA (North American Nursing Diagnosis Association), NOC (Nursing Outcomes Classification), dan NIC (Nursing Interventions Classification) yang digunakan di Ruang I RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada bulan September 2008. Daftar tersebut mencakup 36 diagnosa keperawatan yang umum dijumpai beserta definisi masalah, tanda-tanda dan gejala, serta rencana intervensi keperawatan.
1. Pasien mengalami gagal pernapasan akut akibat hematotoraks yang dipasang ventilator mekanik. Keperluan utama adalah meningkatkan ventilasi dan oksigenasi, mencegah komplikasi, dan memberikan dukungan emosional.
2. Prioritas perawatan meliputi menjaga kebersihan mulut, mencegah infeksi, dan memastikan nutrisi cukup untuk mendukung pemulihan.
3. Perawat melakukan monitoring dan intervensi untuk memastikan
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan gagal napas. Gagal napas adalah ketidakmampuan tubuh untuk menjaga pertukaran gas seimbang yang dapat disebabkan oleh berbagai kelainan paru-paru dan non-paru. Manifestasinya bervariasi mulai dari gejala umum hingga gangguan pernapasan dan sirkulasi. Diagnosa did
Dokumen tersebut membahas tentang Sindroma Distres Pernafasan Dewasa (ARDS) yang merupakan kondisi darurat paru akut yang disebabkan oleh berbagai faktor sistemik, pulmonal, dan non-pulmonal. Dokumen tersebut menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk ARDS.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...Operator Warnet Vast Raha
Ìý
1. Meningitis adalah peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh bakteri atau virus.
2. Gejala klinis meliputi demam, sakit kepala, gangguan kesadaran hingga koma, dan kejang.
3. Penatalaksanaan meliputi antibiotik, manajemen jalan nafas, pencegahan aspirasi, pemberian cairan dan gizi, serta monitoring fungsi vital."
Asma merupakan penyakit pernapasan yang ditandai dengan bronkospasme dan hiperresponsivitas saluran napas terhadap berbagai rangsangan. Dokumen ini menjelaskan pengertian, patofisiologi, faktor pemicunya, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan asma.
Bronkitis adalah peradangan pada saluran udara paru-paru yang menyebabkan batuk berdahak. Anak berusia 7 tahun ini mengalami bronkitis akut selama 14 hari dengan gejala batuk, demam, dan kesulitan makan. Pemeriksaan menunjukkan hiperventilasi paru dan peningkatan diameter saluran udara. Diagnosa keperawatan meliputi gangguan bersih saluran napas, pertukaran gas, dan keseimbangan gizi yang perlu ditangani dengan obat
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khususpjj_kemenkes
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang dokumentasi keperawatan pada berbagai strategi khusus yang mencakup: (1) dokumentasi pemberian obat, oksigenasi, keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa, pemenuhan kebutuhan nutrisi; (2) proses pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi untuk setiap strategi; dan (3) contoh-contoh dokumentasi untuk masing-masing strategi.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang asuhan keperawatan pada pasien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Terdapat definisi, penyebab, klasifikasi, gejala klinis, pemeriksaan pendukung, dan penatalaksanaan PPOK. Juga tercantum rencana perawatan untuk beberapa masalah prioritas pasien seperti ketidakmampuan membersihkan jalan napas, gangguan pertukaran gas, dan kekurangan gizi.
Dokumen tersebut membahas penilaian dan intervensi keperawatan pada pasien gagal jantung kongestif. Secara ringkas, dokumen menjelaskan gejala dan tanda utama gagal jantung seperti dispnea dan edema, diagnosa keperawatan seperti penurunan curah jantung dan intoleransi aktivitas, serta intervensi seperti pemberian obat, diet, dan kolaborasi dengan dokter.
Memperkuat Kedaulatan Angkasa dalam rangka Indonesia EmasDadang Solihin
Ìý
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dan merumuskan kebijakan strategis dalam rangka memperkuat kedaulatan dan pemanfaatan wilayah angkasa Indonesia demi kesejahteraan bangsa. Sebagai aset strategis, wilayah angkasa memiliki peran krusial dalam pertahanan, keamanan, ekonomi, serta pembangunan nasional. Dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya aktivitas luar angkasa, Indonesia memerlukan kebijakan komprehensif untuk mengatur, melindungi, dan mengoptimalkan pemanfaatannya. Saat ini, belum ada regulasi spesifik terkait pengelolaan wilayah angkasa, padahal potensinya besar, mulai dari komunikasi satelit, observasi bumi, hingga eksplorasi antariksa.
Scenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia EmasDadang Solihin
Ìý
Sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045, yaitu Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan, kajian ini menekankan pentingnya membangun Indonesia yang kuat, mandiri, dan berkelanjutan di tahun 2045. Dalam konteks itu, optimalisasi angkatan kerja dan pemanfaatan bonus demografi menjadi faktor krusial untuk mencapai visi tersebut.
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan IndonesiaDadang Solihin
Ìý
Tujuan penyusunan naskah masukan untuk peta jalan strategis keangkasaan Indonesia ini adalah untuk meningkatkan kedaulatan dan pemanfaatan wilayah angkasa Indonesia dalam rangka memperkuat Ketahanan Nasional dan Visi Indonesia Emas 2045.
Jakarta Pasca Ibu Kota Negara - Majalah TelstraDadang Solihin
Ìý
Banyak pertanyaan tentang bagaimana nasib Jakarta setelah tidak menjadi Ibu Kota Negara lagi. Sebagian besar masyarakat berkomentar bahwa Jakarta akan menjadi pusat bisnis. Jakarta diproyeksikan akan menjadi pusat ekonomi nasional pasca pemindahan ibu kota negara. Tentunya hal ini akan membuat Jakarta tetap akan menjadi magnet bagi investor, masyarakat ataupun pemerintah. Kawasan penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi diproyeksikan akan menjadi kawasan aglomerasi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup besar.
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS VIII " ALAT MUSIK TRADISIONAL"MUMUL CHAN
Ìý
Semoga Modul Ajar Seni Musik Kelas VIII ini bisa menjadi referensi untuk kalian dan bermanfaat untuk bersama. Aamiin...
Salam Manis
Widya Mukti Mulyani
Teks fiks Didik anak dengan islamiyah.pptxArizOghey1
Ìý
askep gangguan pertukaran gas
1. PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIII
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )
MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari setiap tubuh manusia menjadi hal yang menarik untuk dipelajari. Salah satunya
mengenai penyakit, patofisiologi, manifestasi klinis hingga bagaimana fusi jarpenyakit yang
mungkin sudah ada yang bisa diketahui penyebabnya ataupun dalam penyelidikan ahli
termasuk gangguan pertukaran gas dan gangguan perfusi jaringan.
Dalam tubuh manusia kita mengetahui bagaimana peran penting dari oksigen, dan
apabila ada gangguan dalam sistem ini maka akan menjadi masalah yang serius seperti misal
pada gangguan pertukaran gas bahkan sampai gangguan perfusi jaringan. Untuk itu kami
mengungkap sedikit mengenai hal itu.
B. Rumusan Masalah
ï‚ Apa yang dimaksud gangguan pertukaran gas?
ï‚ Apa saja hal yang berhubungan dengan gangguan pertukaran gas?
ï‚ Apa yang dimaksud gangguan perfusi jaringan?
ï‚ Apa saja hal yang berhubungan dengan gangguan perfusi jaringan?
ï‚ Bagaimana penatalaksanaan pada kasus tersebut?
C. Tujuan
Dengan membaca makalah ini, mahasiswa mampu mengenal apa yang dimaksud gangguan
pertukaran gas, hal – hal yang berhubungan dengan gangguan pertukaran gas, juga mengenai
gangguan perfusi jaringan.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun atas BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan dan sistematika Penulisan; BAB II PEMBAHASAN Terdiri dari
pengertian gangguan pertukaran gas, karakteristik dan hal – hal yang berhubungan dengan
hal itu termasuk gangguan perfusi jaringan; BAB III PENUTUP terdiri dari Kesimpulan dan
daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
Gangguan Pertukaran Gas
A. Definisi Gangguan Pertukaran Gas
Kelebihan dan kekurangan oksigen atau eliminasi karbondioksida di membran kapiler
alveolar.
B. Karakteristik
a. Subjektif
2. ï‚ Dispnea.
ï‚ Sakit kepala pada saat bangun.
ï‚ Gangguan penglihatan.
b. Objektif
ï‚ Gas darah arteri yang tidak normal.
ï‚ pH arteri tidak normal.
ï‚ Ketidaknormalan frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan.
ï‚ Warna kulit tidak normal (misalnya pucat atau kehitaman).
ï‚ Konfusi.
ï‚ Cianosis (hanya pada neonates).
ï‚ Karbondioksida menurun.
ï‚ Diaphoresis
ï‚ Hiperkapnia.
ï‚ Hiperkarbia.
ï‚ Hipoksia.
ï‚ Hipoksemia.
ï‚ Iritabilitas.
ï‚ Cuping hidung mengembang.
ï‚ Gelisah,
ï‚ Samnolen.
ï‚ Takhikardia.
C. Faktor yang berhubungan
1. Perubahan membrane kapiler-alveolar.
2. Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi.
D. Pelaksanaan Keperawatan
a. Diagnosa yang mungkin muncul
Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi dan perubahan membrane
alveolar-kapiler.
b. Hasil yang Disarankan NOC
ï‚ Status Pernapasan.
Pertukaran Gas Yaitu pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan
konsentrasi gas darah arteri.
ï‚ Status Pernapasan
Ventilasi Yaitu perpindahan udara masuk dan dan keluar dari paru-paru.
c. Tujuan/ Kriteria Hasil
ï‚ Gangguan pertukaran gas akan dikurangi yang dibuktikan dengan status pernapasan: pertukaran
gas dan status pernapasan; ventilasi tidak bermasalah. Status Pernapasan : Pertukaran Gas
tidak akan terganggu dibuktikan dengan indicator gangguan sebagai berikut (sebutkan
nilainya 1-5 : Ekstrem, Berat, Sedang, Ringan, atau tidak ada)
ï‚ Status Neurologis dalam rentang yang diharapkan.
ï‚ Dispnea pada saat istirahat dan aktivitas tidak ada.
ï‚ Gelisah, sianosis, dan keletihan tidak ada.
ï‚ PaO2, PaCO2, pH arteri, dan saturasi O2 dalam batras normal.
ï‚ End Tydal CO2 dalam rentang yang diharapkan
3. d. NIC
1. Pengelolaan Asam-Basa
Yaitu meningkatkan keseimbangan asam-basa dan mencegah komplikasi akibat dari
ketidakseimbangannya.
2. Pengelolaan Jalan Napas
Yaitu mempasilitasi kepatenan jalan napas.
E. Aktifitas keperawatan Lain
a. Pengkajian
ï‚ Kaji bunyi paru; frekuensi napas, kedalaman, dan usaha; dan produksi sputum sesuai dengan
indicator dari penggunaan alat penunjang yang efektif.
ï‚ Pantau saturasi O2 dengan oksimetri nadi.
ï‚ Pantau hasil gas darah (misalnya PaO2 yang rendah, PaCO2 yang meningkat, kemunduran
tingkat respirasi).
ï‚ Pantau kadar elektrolit.
ï‚ Pantau status mental (misalnya Tingkat kesadaran, gelisah dan konfusi).
ï‚ Peningkatan frekuensi pemantauan pada saat pasien tampak samnolen.
ï‚ Observasi terhadap sianosis, terutama membrane mukosa mulut.
b. Pengelolaan Jalan Napas (NIC) :
ï‚ Identifikasi kebutuhan pasien akan insersi jalan napas actual/ potensial;
ï‚ Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi
tambahan.
ï‚ Pantau status pernapasan dan oksigenisasi, sesuai dengan kebutuhan.
c. Pendidikan Untuk Pasien/ Keluarga
ï‚ Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen, penghisap, spirometer, dan IPPB).
ï‚ Ajarkan kepada pasien tehnik bernapas dan relaksasi.
ï‚ Jelaskan kepada pasien dan keluarga alas an pemberian oksigen dan tindakan lainnya.
ï‚ Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok itu dilarang.
ï‚ Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang perencanaan perawatan di rumah, misalnya
pengobatan, aktivitas, alat-alat bantu
F. Aktifitas Kolaboratif
ï‚ Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan akan pemeriksaan gas darah arteri (GDA)
dan penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien.
ï‚ Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data (misalnya sensorium pasien,
bunyi napas, pola napas, analisis gas darah arteri, sputum, efek dari pengobatan).
ï‚ Berikan obat yang diresepkan (misalnya Natrium Bicarbonat) untuk mempertahankan
keseimbangan asam-basa.
ï‚ Siapkan pasien untuk ventilasi mekanis, bila perlu.
ï‚ Berikan udara yang dilembabkan atau oksigen, sesuai dengan keperluan;
ï‚ Berikan bronchodilator, sesuai dengan keperluan;
ï‚ Berikan Aerosol, sesuai dengan keperluan;
ï‚ Berikan Nebulasi Ultrasonik, sesuai dengan keperluan;
ï‚ Berikan udara yang dilembabkan atau oksigen
Gangguan Perfusi Jaringan :
( kardio pulmonel, cerebral, gastrointestinal, renal, perifer ).
A. Definisi
Suatu penurunan jumlah oksigen yang mengakibatkan kegagalan untuk memelihara jaringan
pada tingkatkapiler.
4. B. Batasan karakteristik
a. Kardiopulmoner
Subyektif : nyeri dada, dipnea, rasa seperti akan mati
Objektif : gas darah arteri abnormal, perubahan frekuensi pernafasan diluar parameter yang
dapat diterima, Aritmia, bronkospasme, pengisian kembali kapiler lebih dari 3 detik, retraksi
dada, pengembangan cuping hidung, penggunaan otot bantu pernafasan.
b. Cerebral
Objektif : perubahan status mental, perubahan perilaku, perubahan respon motorik,
perubahan reaksi pupil, kesulitan menelan, kelemahan ekstremitas / kelumpuhan, ketidak
normalan dalam berbicara.
c. Gastrointestinal
Subyektif:Nyeri atau nyeri tekan pada abdomen, mual
Obyektif:Distensi abdomen, bising usus tidak ada atau hipoaktif.
d. Renal
Obyektif: Perubahan tekanan darah di luar parameter yang dapat diterima, tidak ada denyut
arteri, peningkatan rasio BUN ( Blood Urea Nitrogen ) / kreatinin, hematuria, oliguria, atau
anuria, kulit berwarna pucat ketika dinaikan.
e. Perifer
Perubahan sensasi, perubahan karakteristik kulit ( misalnya rambut, kuku dan kelembaban ),
Bruit, perubahan tekanan darah pada ektremitas, klaudikasi, perlambatan penyembuhan, tidak
ada nadi arteri, edema, tanda human positif, kulit pucat saat dinaikan tidak kembali dengan
merendahkan tungkai, perubahan warna kulit, suhu kulit, nadi lemah atau tidak ada
C. Faktor yang berhubungan
a. Kardio pulmoner, cerebral, gastrointestinal, Renal, dan perifer
 Perubahan afinitas hemoglobin terhadap oksigen
 Penurunan konsentrasi Hb dalam darah
 Keracunan enzim
 Gangguan pertukaran
 Hipervolemia
 Hipoventilasi,
 Gangguan transport oksigen melalui alveolar dan membrane kapiler.
 Ganggau aliran arteri
 Gangguan aliran vena
 Penurunan mekanis dari aliran darah arteri dan vena.
 Ketidaksesuaian antarta ventilasi dan aliran darah
D. Hasil yang disarankan NOC
a. Kardiopulmoner : keefektifan pompa jantung, status sirkulasi, jantung, perifer, status
tanda – tanda vital.
b. Serebral : status sirkulasi, kemampuan kognitif, status neurologis, perifer.
c. Gastrointestinal : eliminasi usus, status sirkulasi, keseimbangan elektrolit dan asam basa,
keseimbangan cairan, hidrasi, status nutrisi.
d. Renal : status sirkulasi, keseimbangan elektrolit dan asam basa, hidrasi, eliminasi urin.
e. Perifer : keseimbangan cairan, fungsi otot, integritas jaringan : kulit dan membran
mukosa, perifer.
E. Intervensi porioritas NIC
a. Kardiopulmoner
5. Perawatan jantung: akut: Pembatasan komplikasi untuknpasien yang saat ini mengalami
episode ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen yang mengakibatkan
kerusakan fungsi jantung.
 Perawatan sirkulasi: Peningkatan sirkulasi arteri dan vena.
 Pemantauan respirasi: Pengumpulan dan analisis data pasien untuk memastikan potensi jalan
nafas serta keadekuatan pertukaran gas.
 Penatalaksanaan syok: jantung: Peningkatan keadekuatan perfusi jaringan, untuk pasien dengan
masalah fungsi pompa jantung yang serius.
b. Cerebral
 Peningkatan perfusi serebral: Peningkatan keadekuatan perfusi dan pembatasan dari komplikasi
untuk pasien yang mengalami atau beresiko untuk terjadi ketidakadekuatan perfusi serebral.
 Perawatan sirkulasi: Peningkatan sirkulasi arteri dan vena.
 Pemantauan TEkanan Intrakranial: Pengukuran dan interpretasi data pasien untuk mengatur
tekanan intracranial.
 Pemantauan neurologis: Pengumpulan dan analisis data pasien untuk mencegah atau
mengurangi komplikasi neurologis
 Penatalaksanaan Sensori Perifer: Pencegahan atau pengurangan cedera atau ketidaknyamanan
pada pasien dengan perubahan sensasi.
c. Gastrointestinal
 Penatalaksanaan cairan / elektrolit : pengaturan dan pencegahan komplikasi dari perubahan pada
cairan dan elektrolit
 Intubasi gastrointestinal : pemasukan selang ke dalam saluran GI
 Penatalaksanaan nutrisi : bantuan atau penyediaan asupan diet makanan dan cairan
d. Renal
 Penatalaksanaan cairan / elektrolit : pengaturan dan pencegahan komplikasi dari perubahan pada
cairan dan elektrolit
 Penatalaksanaan cairan : peningkatan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi yang
dihasilkan dari tingkat cairan yang tidak diharapkan atau tidak normal
 Terapi hemodialisa : penatalaksanaan jalur ekstrakorporeal darah pasien melalui suatu dialiser
 Terapi dialisis peritoneal : pemberian obat – obatan dan pemantauan cairan dialisis kedalam atau
rongga paru
e. Perifer
 Perawatan sirkulasi: Peningkatan sirkulasi arteri dan vena.
 Pemantauan TEkanan Intrakranial: Pengukuran dan interpretasi data pasien untuk mengatur
tekanan intracranial.
 Pemantauan neurologis: Pengumpulan dan analisis data pasien untuk mencegah atau
mengurangi komplikasi neurologis
 Penatalaksanaan Sensori Perifer: Pencegahan atau pengurangan cedera atau ketidaknyamanan
pada pasien dengan perubahan sensasi.
6. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan pertukaran gas adalah Kelebihan dan kekurangan oksigen atau eliminasi
karbondioksida di membran kapiler alveolar. Faktor yang berhubungan : Perubahan
membrane kapiler-alveolar. Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi. Diagnosa yang muncul :
Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi dan perubahan membrane
alveolar-kapiler.
Gangguan Perfusi jaringan adalah Suatu penurunan jumlah oksigen yang
mengakibatkan kegagalan untuk memelihara jaringan pada tingkat kapiler.
7. DAFTAR PUSAKA
NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika
Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Kozier. Fundamental of Nursing