際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
                                 DENGAN PERTUSIS


A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
        Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella Pertusis (
   Kapita Selekta jilid 2 : 428 ). Pertusis sering dikenal dengan sebutan batuk rejan atau
   batuk anjing.
        Pertusis disebut juga sebagai Tussis Quinta, Whooping cough atau Batuk Rejan
   adalah suatu infeksi akut saluran nafas, yang dapat mengenai setiap penjamu yang
   rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak yang ditandai oleh batuk
   spasmodic yang lama yang berakhir pada batuk-batuk dengan suara keras ( whoop )
   dan disertai dengan muntah.


2. Etiologi
        Pertusis biasanya disebabkan oleh Bordetella Pertusis (Hemophilus Pertusis).
   Bordetella Pertusis adalah suatu kuman tidak bergerak, gram negative, dan didapatkan
   dengan cara melakukan pengambilan usapan pada daerah nasofaring pasien pertusis.
   Ada spesies Bordetella lain yaitu B. Parapertusis , B. Bronchiseptica dan virus-virus
   adeno tipe I, II, III dan V yang menyebabkan suatu penyakit mirip pertusis ringan.
   Bordetella Pertussis merupakan agen etiologi terbesar pertusis pada anak-anak yang
   tidak diimunisasikan.


3. Patofisiologi
        Mulainya penyakit, biasanya muncul sebagai akibat pilek tanpa demam yang
   berlanjut dengan suatu peningkatan jumlah serangan batuk yang menjadi hebat dan
   paroksimal. Biasanya lebih lazim dimulai pada malam hari, tetapi kemudian lebih
   banyak batuk selama siang hari dengan 20 atau lebih serangan dalam 24 jam. Anak
   membuat usaha keras untuk membersihkan jalah nafas dari lendir , dan bila ini dipaksa
   keluar, maka akan diikuti dengan rejan yang khas dan sering muntah.


                                                                                        1
Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas. Organisme hanya akan
       berkembang biak jika behubungan dengan epitel bersilia yang menimbulkan eksudasi
       mukopurulen. Lesi berupa nekrosis bagian basal dan tengah sel epitel torak disertai
       infiltrat neutrofil dan makrofag. Lesi biasanya terdapat pada bronkus dan bronkiolus
       namun mungkin terdapat perubahan-perubahan pada selaput lendir trakea, laring dan
       nasofaring.
       Pohon Masalah
                                   Bordetella Pertussis


                                   Silia sel-sel epitel




                                 Endotoksik Pertusinogen




                                  Fungsi silia terganggu




                                   Aliran mucus toksik




                                    Kapsul anti fagosit




                            Penggumpalan lendir           Kemampuan menelan terganggu




Jalan nafas tidak efektif       Batuk sangat berat          Perubahan nutrisi kurang
                                                            dari kebutuhan


                                                                                         2
4. Manifestasi Klinis
   Masa tunas rata-rata pertusis adalah 7 hari dan berkisar antara 6-20 hari. Pada
   umumnya penyakit berlangsung selama 6-8 minggu.
   Gejala-gejala sistemis pada umumnya terbagi dalam 3 stadium :
   1. Stadium Kataralis ( 1-2 minggu atau lebih )
     Tanda / gejala :
     - Gejala infeksi saluran nafas bagian atas dengan timbulnya rinore.
     - Batuk dan panas yang ringan.
     - Anoreksia.
     - Batuk timbul mula-mula malam, siang dan menjadi semakin berat.
     - Sekret banyak dan kental.
     - Konjungtiva kemerahan.
     Pada stadium ini biasanya tidak dipikirkan diagnosis pertusis karena sering tidak
        dapat dibedakan dengan penyakit influenza.
   2. Stadium Spasmodik ( 2-4 minggu atau lebih )
     Tanda / gejala :
     - Batuk hebat di tandai dengan whoop ( tarikan nafas panjang dan dalam, berbunyi
        melengking ).
     - Batuk 5-10 kali per hari atau 10-20 kali per hari.
     - Selama serangan muka menjadi merah atau sianosis, mata tampak menonjol,
        lidah menjulur keluar.
     - Tampak gelisah dan berkeringat.
     - Dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva dan epistsksis.
     - Akhir serangan sering kali memuntahkan lendir atau sputum kental.
     - Pada serangan batuk, nampak pelebaran pambuluh darah muka dan leher.
     - Selama serangan, dapat sampai keluar kencing.
     - Sesudah serangan, anak terbaring kelelahan dan sesak nafas.
     Pada bayi dibawah umur 3 bulan, paroksimalitas dapat disertai atau berakhir dengan
        apnea dan juga dapat terjadi aspiksia yang berakibat fatal.




                                                                                     3
3. Stadium Konvalesensi ( 2 minggu )
       Tanda / gejala :
       - Berhentinya whoop dan muntah-muntah.
       - Puncak serangan paroksimal berangsur-angsur menurun.
       - Batuk masih menetap untuk beberapa waktu dan akan hilang sekitar 2-3 minggu.
       - Ronki difus pada stadium spasmodik mulai menghilang.
       - Infeksi semacam commond cold dapat menimbulkan serangan.


5. Komplikasi
       1. Alat Pernafasan
       Bronchitis, atelektasis yang disebabkan sumbatan mucus, emfissema, bronkiektasis
       dan bronkopneumonia yang disebabkan infeksi sekunder, misalnya karena
       streptokokkus hemolitik, pneumukokkus, stafilokokkus,dll.
       2. Saluran Pencernaan
       Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi, prolaps rectum atau
       hernia, ulkus pada ujung lidah dan stomatitis.
       3. Sistem Saraf Pusat
       Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat muntah-
       muntah. Kejang berat bisa terjadi karena penyebab anoksia. Kadang-kadang
       terdapat kongesti dan edema otak, serta dapat pula terjadi perdarahan otak
   .
6. Pemeriksaan Laboratorium
       a. Laboratorium : LED dan leukosit meningkat.
       Pada stadium kataralis dan permulaan stadium plasmodik jumlah leukosit
       meningkat antara 15.000 - 45.000 per mm3 dengan limfositosis. Diagnosis dapat
       diperkuat dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan nafas yang dikeluarkan
       pada waktu batuk.
       b. Foto thorax, CT Scan.
       c. Periksa sputum.




                                                                                     4
7. Penatalaksanan Medis
      1. Antibiotik
      a. Eritromisin dengan dosis 50 mg / kg BB / hari dibagi dalam 4 dosis. Obat ini
          menghilangkan B. Pertussis dari nasofaring dalam 2-7 hari ( rata-rata 3-6 hari )
          dan dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi.
          Eritromisin juga menggugurkan atau menyembuhkan pertussis bila diberikan
          dalam stadium kataral, mecegah dan menyembuhkan pneumonia dan oleh
          karena itu sangat penting dalam pengobatan pertusis khususnya pada bayi
          muda.
      b. Ampisilin dengan dosis 100 mg / kg BB / hari, dibagi dalam 4 dosis.
      c. Lain-lain : Rovamisin, kotrimoksazol, klorampenikol dan tetrasiklin.
      2. Ekspektoran dan mukolitik.
      3. Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk yang hebat sekali.
      4. Luminal sebagai sedative


8. Penatalaksanaan Keperawatan
      1. Pembersihan jalan nafas.
      2. Pemberian oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat yang disertai
      sianosis.
      3. Pemberian makanan dan obat.
      Hindari makanan yang sulit ditelan dan makanan bentuk cair.


9. Pencegahan
   Pencegahan dapat dilakukan secara aktif dan pasif.
      a. Pencegahan secara aktif.
      Yakni dengan memberikan vaksin pertussis dalam jumlah 12 unit dibagi dalam 3
      dosis dengan interval 8 minggu. Penyelidikan imunologis membentuk antibodi.
      Oleh karena itu sebenarnya vaksin pertussis telah dapat diberikan pada masa
      neonatus dan kemudian di susul dengan pemberian vaksin DT.
      b. Secara pasif


                                                                                        5
Secara pasif pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan kemopropilaksis.
     Ternyata eritromisin dapat mencegah terjadinya pertussis untuk sementara waktu.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
     1. Identitas pasien
     2. Keluhan utama
     Antara lain : Batuk terus menerus, batuk berat, kering dan keras, sulit makan atau
     anorexia, muntah-muntah, suhu meninggi, gelisah, gangguan pada waktu bernafas
     serta berkeringat terus menerus.
  3. Riwayat penyakit
         -         Riwayat 1  2 minggu gejala infeksi saluran nafas bagian atas (ISPA)
         (bagian kataral).
         -         Memburuknya batuk pada episode spasmodik diikuti dengan muntah
         (pada tahap paroksismal).
         -         Frekuensi batuk meningkat sampai beberapa kali dalam 1 jam.
         -         Batuk diikuti dengan muntah dengan mukus kental.
         -         Derajat distres penafasan selama spasme, terutama perubahan warna
         selama spasme (wajah marah terang atau sianotik).
         a.        Riwayat penyakit sekarang, kapan dirasakan, bagaiman sifat keluhan,
         berapa lama keluhan dirasakan dan tindakan apa saja yang sudah dilakukan
         untuk mengatasinya.
         b.        Riwayat penyakit dahulu, apaka dulu pernah mengalami hal yang
         serupa.
         c.        Riwayat penyakit keluarga, apakah ada keluarga yang menderita
         penyakit yag sama, penyakit epilepsi atau penyakit susunan saraf pusat.
  4. Pemeriksaan fisik
         -         Inspeksi
         Muka pasien menjadi merah, mata tampak menonjol keluar, wajah cemas,
         gelisah.
         -         Palpasi
         Suhu tubuh meningkat, ekspansi toraks.
                                                                                       6
-         Perkusi
         Resonan atau hiperresonan.


         -         Auskultasi
         Terdengar ronki luas dan krepitasi kasar.
      5. Data penunjang
                a. Laboratorium : LED dan leukosit meningkat.
                b. Foto thorax, CT Scan.
                c. Periksa sputum.


II. Diagnosa Keperawatan
      1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan sekresi pulmonary
      kental.
      Tujuan : Jalan nafas jadi efektif.
                   INTERVENSI                               RASIONAL
        1.           Pantau tanda          vital 1. Tanda     vital            membaik
        satiap 2 jam.                              menunjukkan                    adanya
                                                   perkembangan                   proses
                                                   penyembuhan.
                                                 2. Membantu      anak   rileks    untuk
        2.            Berikan     lingkungan       menunjang             penyembuhan
        yang aman dan tenang.                      penyakitnya.
                                                 3. Menurunkan              kecemasan
        3.            Kaji kemampuan anak          sehubungan      dengan      kesulitan
        untuk       membersihkan       sendiri     bernafas atau ketidakmampuan
        sekresinya.                                mengatasi sekret sendiri.
                                                 4. Sekret dapat menyumbat jalan
        4.            Gunakan        penghisap     nafas dan menunjukkan derajat
        untuk mempertahankan jalan nafas           hipoksemisa.
        yang bersih.                             5. Memaksimalkan ekspansi paru,
        5.            Tinggikan         kepala     menurunkan      upaya    pernafasan

                                                                                           7
tempat tidur.                                serta kelancaran bernafas.
                                             6. Pencetus     tipe    reaksi     alergi
  6.           Kurangi         pemajanan       pernafasan           yang        dapat
  anak      tarhadap      debu,     asap,      menyebabkan episode akut.
  perubahan       suhu,         keceriaan
  berlebihan



2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
muntah berlebihan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
         INTERVENSI                                   RASIONAL
  1. Hitung kebutuhan kalori sesuai             1. Keperluan energi             untuk
  usia dan berat badan serta timbang            aktivitas,     kehilangan         BB
  BB tiap hari.                                 merupakan petunjuk masukan
                                                makanan yang buruk.
  2. Berikan makanan sedikit dan                2. Memaksimalkan              masukan
  sering setelah batuk / muntah.                nutrisi tanpa kelemahan dan
                                                menurukan iritasi gaster.
  3. Bila      pemberian        makanan         3. Mencegah distensi abdomen
  dimuntahkan,         cagah      aspirasi      dan perdarahan gaster karena
  dengan penghisap.                             muntah.
  4. Berikan makanan tinggi kalori              4. Pertimbangan        kemampuan
  dan makanan yang disukai anak.                individu     dapat     memperbaiki
                                                masukan nutrisi. Menyediakan
                                                energi yang diperlukan .

3. Kurang      pengetahuan        berhubungan       dengan      kurangnya        informasi
mengenai perawatan yang dibutuhkan di rumah dan proses penyakit.
Tujuan : Orang tua dapat memahami proses penyakit dan cara merawat anak
         di rumah.


                                                                                         8
INTERVENSI                      RASIONAL
         1. Ajari orang tua mengenai 1. Pengetahuan yang memadai pada
         tahapan proses penyakit (tahap            proses penyakit membantu dalam
         kataral,        paroksisme         dan    pengobatan dan perawatan yang
         kompalesen).                              adekuat.
         2. Jelaskan bahwa serangan batuk 2. Agar          orang     tua    tidak   salah
         hebat akan berulang dan baru              persepsi     terhadap    kesembuhan
         berkurang        beberapa       minggu    anak.
         setelah pulang.
         3. Ajari orang tua menggunakan 3. Kemandirian orang tua sangat
         penghisapan         balon        dalam    mendukung        dalam       perawatan
         membersihkan hidung dan mulut             anak.
         dari sekret.
         4. Jelaskan pentingnya pamberian 4. Untuk mengganti nutrisi yang
         makanan        kembali   jika   terjadi   hilang lewat muntah.
         muntah.
         5. Jelaskan perlunya menimbang 5. BB ideal menunjukkan asupan
         BB anak untuk menjamin hidrasi            nutrisi yang cukup.
         dan nutrisi adekuat.
         6. Ajari tentang nama-nama obat, 6. Pengetahuan              tentang        obat
         dosis, waktu pemberian, kegunaan          membantu        orang    tua     dalam
         dan efek samping.                         meneruskan          terapi        yang
                                                   diberikan.
         7. Jelaskan pada orang tua bahwa 7. Dengan                imunisasi        dapat
         pengobatan yang paling efektif            mengurangi       penyebaran        dan
         adalah mencegah dengan vaksin             perkembangan penyakit ini.
         pertussis.

III. Rencana Pemulangan.
       1. Jelaskan terapi yang diberikan, dosis, efek samping, dan kegunaan.
       2. Menekankan pentingnya kontrol ulang sesuai jadwal.

                                                                                            9
3. Informasikan jika terdapat tanda-tanda terjadinya kekambuhan.
   4. Jelaskan mengenai nutrisi dan pengaturan makanan yang baik bagi
   perkembangan anak.
   5. Berikan pengetahuan tentang lingkungan yang berpengaruh buruk dan yang
   baik pada kesehatan.
   6. Berikan pengetahuan tentang cara merawat anak di rumah.
                          DAFTAR PUSTAKA


Behram, Ricard & Nelson. 1992. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylin. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Latzel, Pincus & Ian Roberts. 1990. Kapita Selekta Pediatrik. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita selekta Kedokteran jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Pusdiknakes. 1989. Perawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Depkes RI
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Jakarta :
       FKUI
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 1. Jakarta : Perpustakaan
       Nasional RI




                                                                                       10
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BR0NCO PNEMONIA


A. Pengertian

Broncopnemonia menurut Ngastiyah, 1997 dan Lab/UPF Ilmu kesehatan Anak RSUD Dr.
Soetomo, 1994 merupakan salah satu pembagian dari pneumonia menurut dasar anatomis,
yaitu peradangan pada paru-paru dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi
juga pada bronkioli (parenkim paru). Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat
disebabkan oleh bermacam-macam, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing.

B. Etiologi

1. Bakteri

   Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, lainnya adalah stafilokokus,
   klebsiela, m.tuberculosis, mikoplasma pneumonia.
2. Virus

   Virus adeno, virus parainfluenza, virus influenza, virus respiratori sinsisial.
3. Jamur

   Kandida, histoplasma, koksidioides
4. Protozoa

   Pneumokistis karinii
5. Bahan kimia

   a. Aspirasi makanan/ susu / isi lambung

   b. Keracunan hidrokarbon ( minyak tanah, bensin, dan sebagainya )


C. Patofisiologi

Pada anak-anak (usia > 1 tahun) yang gizinya baik, biasanya pneumonia timbul karena
komplikasi infeksi saluran nafas akut. Timbulnya kasus ini ditandai dengan suhu tubuh


                                                                                     11
meningkat, batuk yang hebat, sesak nafas, gelisah, sianosis bahkan sampai penurunan
kesadaran.
Pada bayi (usia < 1 minggu) pneumonia timbul karena aspirasi cairan ketuban atau secret
jalan lahir ibunya sewaktu dilahirkan. Adanya pneumonia biasanya dicurigai bila bayi
menjadi lemah, tidak mau minum dan sesak nafas.

D. Tanda / Gejala

1. Biasanya gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh
   infeksi saluran nafas bagian atas.

2. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernafasan agak cepat dan dangkal
   (bahkan sampai pernafasan cuping hidung)

3.   Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-kadang terjadi kejang.

4. Anak merasa nyeri/sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernafas bahakn sesak.
   Rasa nyeri ini akibat gesekan pleura yang meradang.

5. Batuk disertai sputum yang kental.

6. Takipnea

7. Distensi abdomen.

8. Nafsu makan menurun.

9. Kaku kuduk

10. Sianosis




E. Penatalaksanaan


Secara Non Medis
1. Atur posisi anak agar lebih mudah bernafas misalnya dengan posisi fowler.

2. Mengajarkan anak cara batuk yang efektif yaitu dengan menarik nafas panjang
   kemudian batukkan sambil mengeluarkan dahak/sputum.

3. Bila terjadi kejang, tindakan yang harus dilakukan :

     a. Pasang spatel lidah diantara gigi geraham


                                                                                    12
b. Bersihkan jalan nafas anak

   c. Longgarkan pakaian anak dan beri lingkungan yang nyaman

   d. Awasi anak jangan sampai terbentur pada tempat tidur atau jatuh dari tempat tidur.

4. Bila suhu badan anak tinggi, turunkan dengan cara :

   a. Kompres hangat

   b. Kenakan pakaian yang tipis

   c. Berikan ekstra minum jika tidak ada kontraindikasi

   d. Observasi suhu secara rutin

5. Bawa anak ke rumah sakit secepat mungkin bila ada tanda/gejala pneumonia lebih
   lanjut.


Secara Medis
Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada penderita yang
rawat inap ( penyakit berat ) harus segera diberi antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic
didasarkan atas umur, keadaan umum penderita dan dugaan kuman penyebab.
1. Umur 3 bulan  5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh streptokokus pneumonia,
    hemofilus influenza atau stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman
    penyebabnya, maka secara praktis dipakai :

   Kombinasi :
   Penisilin prokain 50.000-100.000 Kl/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Kloramfenikol
   50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.
   Atau kombinasi lainnya :
   Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam
   IM/IV 4 kali sehari
   Atau bisa juga :
   Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24
   jam oral, 4 kali sehari.
2. Umur kurang dari 3 bulan, biasanya disebabkan oleh : streptokokus pneumonia,
   stafilokokus, atau bakteriaceae.

   Kombinasi :
   Penisilin prokain 50.000-100.000 Kl/kg/24 jam IM, 1-2 kali sehari, dan gentamisin 5-7
   mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.
   Kombinasi lainnya :
   Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam,
   2-3 kali sehari.

                                                                                      13
Kombinasi ini juga bisa diberikan pada anak-anak lebih dari umur 3 bulan dengan
   malnutrisi berat atau penderita immunocompromized.
3. Anak-anak usia lebih dari 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :

   streptokokus pneumonia, dapat diberikan :
        Penisilin prokain IM; atau

          Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 Kl/kg/24 jam oral, 4 kali sehari; atau

          Eritromisin ( dosis sda ); atau

          Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.

   Mikoplasma pneumonia, dapat diberikan :
       Eritromisin ( dosis sda )

4. Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat (misalnya alergi)
   atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan re-evaluasi apakah perlu
   dipilih antibiotic lain.

5. Lamanya pemberian antibiotok bergantung pada :

   a. Kemajuan klinis penderita

   b. Jenis kuman penyebab


Indikasi rawat inap :
1. Ada kesukaran nafas, toksis

2. Sianosis

3. Umur kurang dari 6 bulan

4. Adanya penyulit seperti empiema

5. Diduga infeksi stafilokokus

6. Perawatan di rumah kurang baik


Pengobatan simptomatis :
1. Zat asap dan uap

2. Ekspektoran bila perlu



                                                                                        14
Fisioterapi :
1. Postural drainase

2. Fisioterapi dada dengan menepuk  nepuk.


F. ASUHAN KEPERAWATAN

       1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

       a.            Identitas

       Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang
       atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan
       tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia,
       aspirasi dan pengobatan antibiotic yang tidak sempurna.
       b.           Riwayat keperawatan

            1)     Keluhan utama

            Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, disertai
            pernafasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut yang kadang
            juga disertai muntah dan diare bahkan sampai tinja berdarah dengan atau tanpa
            lender, anoreksia dan muntah.
            2)      Riwayat penyakit sekarang

            Bronkopnemonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian
            atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-
            40属C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
            3)      Riwayat penyakit dahulu

            Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
            4)     Riwayat kesehatan keluarga

            Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernafasan
            dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
            5)     Riwayat kesehatan lingkungan

            Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pnemonia sering terjadi pada musim
            hujan dan awal musim semi. Selian itu pemeliharaan kesehatan dan kebersihan
            lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit.
            Lingkungan pabrik atau benyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan
            anggota keluarga perokok.


            6)     Imunisasi


                                                                                      15
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi berisiko tinggi untuk mendapat
     penyakit infeksi saluran pernafasan atas atau bawah karena sistem pertahanan
     tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
     7)     Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

     8)     Nutrisi

     Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energy protein=MEP).
c.           Pemeriksaan persistem

     1)     Sistem kardiovaskuler

     Takikardia, irritability.
     2)     Sistem pernafasan

     Sesak nafas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernafas, pernafasan cuping
     hidung, ronkhi, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif,
     pergerakan dada asimetris, pernafasan tidak teratur/irregular, kemungkinan
     friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada
     sputum/secret. Orangtua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak
     dan pilek.
     3)      Sistem pencernaan

     Anak malas minum atau makan, muntah, BB turun, lemah. Pada orang tua
     dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan
     dan cara pemberian makanan/cairan personde.
     4)     Sistem eliminasi

     Anak atau bayi menderita diare atau dehidrasi, orang tua mungkin belum
     memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi ringan sampai
     berat.
     5)     Sistem saraf

     Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-
     anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
     6)     Sistem lokomotor/musculoskeletal

     Tonus otot menurun, lemah secar umum.
     7)     Sistem endokrin

     Tidak ada kelainan.
     8)     Sistem integument

     Turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat,
     kulit kering.
     9)      Sistem pengindraan


                                                                               16
Tidak ada kelainan.
        d.            Pemeriksaan diagnostic dan hasil

        Secara laboratorik ditemukan leukosit, biasanya 15.000-40.000/m続 dengan
        pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan secret secara bronkoskopi dan
        fungsi paru-paru untuk preparat langsung. Biakan dan test resistensi
        menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena
        sukar. Pada function misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman
        dari luar. Foto roentgen (chest X-Ray ) dilakukan untuk melihat :
         Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.

            Luas daerah paru yang terkena.

            Evaluasi pengobatan

        Pada bronkopnemonia bercak-bercak infiltrate ditemukan pada salah satu atau
        beberapa lobus.
        Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO<0 mmHg.




                   MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
                          (POHON MASALAH)


                                   ISPA
                                   Daya tahan tubuh

                     Infeksimenurun
                            dan peradangan pada parenkim
                            paru : bronkopneumonia

Perubahan membran                  Hipertermi              Hipersekresi mukus
  kapiler alveolar
                                  Dyspnea, malas
Gangguan pertukaran             minum, berat badan              Penumpukan mukus
       gas                          menurun

Gangguan nutrisi : kurang                                Tidak efektif bersihan jalan
  dari kebutuhan tubuh                                             napas                17
Gangguan keseimbangan
                                cairan dan elektrolit




    2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. produk mukus berlebihan dan kental,
    batuk tidak efektif.
b. Gangguan pertukaran gas b. d. peerubahan membrane alveolar.
c. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake inadekuat.
d. Hipertermi b.d proses inflamasi paru.


    3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
    Diagnosa                            Perencanaan Keperawatan
   Keperawatan          Tujuan dan        Intervensi            Rasional
                       kriteria hasil
 Ketidakefektifan      Jalan napas       1. Auskultas   Menetukan adekuatnya
 bersihan jalan        pasien akan       i bunyi napas  pertukran     gas    dan
 napas          b.d.   paten                            luasnya obstruksi akibat
 produk mukus          dengan            2. Kaji        mucus.
 berlebihan dan        kriteria hasil    karakteristik  Infeksi ditandai dengan
 kental,     batuk     jalan napas       secret         secret     tebal     dan
 tidak efektif.        bersih, batuk     3. Beri        kekuningan
                       hilang,     x     posisi untuk Meningkatkan
                       ray bersih,       pernapasan     pngembangan diafragma
                       RR 15  35        yang optimal
                       X/menit.          yaitu 35-45 0  Nebulizer      membantu
                                         4. Lakukan     menghangatkan        dan
                                         nebulizer, dan mengencerkan      secret.

                                                                                    18
fisioterapi        Fisioterapi  membantu
                                   napas              merontokan secret untuk
                                                      dikeluarkan.
                                                      Menghambat
                                   5. Beri agen       pertumbuhan
                                   antiinfeksi        mikoroorganisme
                                   sesuai order       Cairan         adekuat
                                   6. Berikan         membantu
                                   cairan per oral    mengencerkan      secret
                                   atau iv line       sehingga         mudah
                                   sesuai      usia   dikeluarkan
                                   anak.
Gangguan           Pertukaran      1. Kaji            Tanda ini menunjukkan
pertukaran gas     gas normal      tingkat            hipoksia
b. d. peerubahan   bagi pasien     kesadaran          Menentukan adekuatnya
membrane           dengan          2. Observasi       sirkulasi dimana penting
alveolar.          criteria PaO2   warna      kulit   untuk pertukaran gas ke
                   =      80-100   dan capillary      jaringan
                   mmHg, pH        refill             Deteksi jumlah Hb yang
                   darah 7,35-     3. Monitor         ada dan adanya infeksi
                   7,45      dan   ABGs               Meningkatkan
                   bunyi napas     4. Atur            pertukaran gas dan
                   bersih.         oksigen sesuai     mengurangi         kerja
                                   order              pernapasan
                                                      Mengurangi kebutuhan
                                    5. Kurangi        akan oksigen
                                    aktivitas anak
Perubahan          Stauts          1         Ausku Mendokumentasikan
nutrisi kurang     nutrisi         ltasi      bunyi peristaltis usus yang
dari kebutuhan     dalam batas     usus              dibutuhkan         untuk
tubuh b.d intake   normal                            digesti.
inadekuat.         dengan          2         Kaji    Membantu menetapkan
                   criteria BB     kebutuhan         diet individu anak
                   bertambah 1     harian anak       Hal ini menentukan
                   kg/minggu,      3         Ukur    penyimpanan lemak dan
                   tidak pucat,    lingkat lengan, protein.
                   anoreksia       ketebalan         Nutrisi meningkat akan
                   hilang, bibir   trisep            mengakibatkan
                   lembab          4         Timba peningkatan           berat
                                   ng berat badan badan.
                                   setiap hari.      Memenuhi       kebutuhan
                                                     nutrisinya.
                                   5         Berika
                                   n diet pada
                                   anak       sesuai

                                                                                 19
kebutuhannya
Hipertermi b.d Suhu tubuh         1.       Ukur      Indikasi jika ada demam
proses inflamasi dalam batas      suhu       tubuh   Leukositosis      indikasi
paru             normal           setiap 4 jam       suatu peradangan dan
                 dengan           2.       Monit     atau proses infeksi
                 criteria hasil   or       jumlah    Megnurangi         demam
                 suhu 372 0C,     WBC                dengan bertindak pada
                 kulit hangat                        hipotalamus
                 dan lembab,      3.       Atur      Memfasilitasi kehlangan
                 membrane         agen               panas lewat konveksi
                 mukosa           antipiretik        Memfasilitasi
                 lembab.          sesuai order.      kehilangan panas lewat
                                  4.       Tingk     konduksi
                                  atkan sirkulasi
                                  ruangan
                                  dengan kipas
                                  angina.
                                  5.       Berika
                                  n kompres air
                                  biasa




                                                                                  20

More Related Content

What's hot (20)

05. konsep dasar epidemiologi penyakit
05. konsep dasar epidemiologi penyakit05. konsep dasar epidemiologi penyakit
05. konsep dasar epidemiologi penyakit
Syahrum Syuib
Pengantar Cacar Monyet Bagi Tenaga Kesehatan
Pengantar Cacar Monyet Bagi Tenaga KesehatanPengantar Cacar Monyet Bagi Tenaga Kesehatan
Pengantar Cacar Monyet Bagi Tenaga Kesehatan
I Putu Cahya Legawa
Proposal &amp; thesis
Proposal &amp; thesisProposal &amp; thesis
Proposal &amp; thesis
Ade Nurhasanah Amir Adek
6. tetralogi of fallot
6. tetralogi of fallot6. tetralogi of fallot
6. tetralogi of fallot
Yabniel Lit Jingga
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
NajMah Usman
BAB 2 konsep riwayat alamiah penyakit dan tingkat pencegahan
BAB 2 konsep riwayat alamiah penyakit dan tingkat pencegahanBAB 2 konsep riwayat alamiah penyakit dan tingkat pencegahan
BAB 2 konsep riwayat alamiah penyakit dan tingkat pencegahan
NajMah Usman
Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2
husnul khotimah
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Tata Naipospos
Risk Assesment
Risk AssesmentRisk Assesment
Risk Assesment
WiandhariEsaBBPKCilo
Penatalaksanaan ispa
Penatalaksanaan ispaPenatalaksanaan ispa
Penatalaksanaan ispa
PikaLubis
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi ObatLaporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Vina Widya Putri
PPT MK PATOFISIOLOGI TBC.pptx
PPT MK PATOFISIOLOGI TBC.pptxPPT MK PATOFISIOLOGI TBC.pptx
PPT MK PATOFISIOLOGI TBC.pptx
EdwinFransiari
Modul inti 2
Modul inti 2Modul inti 2
Modul inti 2
rickygunawan84
Tuberculosis pada anak
Tuberculosis pada anakTuberculosis pada anak
Tuberculosis pada anak
Alma Faeez Ali Khan
Distribusi Obat Dalam Tubuh
Distribusi Obat Dalam TubuhDistribusi Obat Dalam Tubuh
Distribusi Obat Dalam Tubuh
Lilik Sholeha
06. proses kejadian dan riwayat alamiah penyakit
06. proses kejadian dan riwayat alamiah penyakit06. proses kejadian dan riwayat alamiah penyakit
06. proses kejadian dan riwayat alamiah penyakit
Syahrum Syuib
Lembar kuesioner
Lembar kuesionerLembar kuesioner
Lembar kuesioner
tanux5792
Materi penyuluhan filariasis
Materi penyuluhan filariasisMateri penyuluhan filariasis
Materi penyuluhan filariasis
Regina Rere
Konsep Stress dan Adaptasi
Konsep Stress dan AdaptasiKonsep Stress dan Adaptasi
Konsep Stress dan Adaptasi
Widiastutiwiwi
Askep tetanus
Askep tetanusAskep tetanus
Askep tetanus
Operator Warnet Vast Raha
05. konsep dasar epidemiologi penyakit
05. konsep dasar epidemiologi penyakit05. konsep dasar epidemiologi penyakit
05. konsep dasar epidemiologi penyakit
Syahrum Syuib
Pengantar Cacar Monyet Bagi Tenaga Kesehatan
Pengantar Cacar Monyet Bagi Tenaga KesehatanPengantar Cacar Monyet Bagi Tenaga Kesehatan
Pengantar Cacar Monyet Bagi Tenaga Kesehatan
I Putu Cahya Legawa
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
NajMah Usman
BAB 2 konsep riwayat alamiah penyakit dan tingkat pencegahan
BAB 2 konsep riwayat alamiah penyakit dan tingkat pencegahanBAB 2 konsep riwayat alamiah penyakit dan tingkat pencegahan
BAB 2 konsep riwayat alamiah penyakit dan tingkat pencegahan
NajMah Usman
Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2
husnul khotimah
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Tata Naipospos
Penatalaksanaan ispa
Penatalaksanaan ispaPenatalaksanaan ispa
Penatalaksanaan ispa
PikaLubis
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi ObatLaporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Vina Widya Putri
PPT MK PATOFISIOLOGI TBC.pptx
PPT MK PATOFISIOLOGI TBC.pptxPPT MK PATOFISIOLOGI TBC.pptx
PPT MK PATOFISIOLOGI TBC.pptx
EdwinFransiari
Distribusi Obat Dalam Tubuh
Distribusi Obat Dalam TubuhDistribusi Obat Dalam Tubuh
Distribusi Obat Dalam Tubuh
Lilik Sholeha
06. proses kejadian dan riwayat alamiah penyakit
06. proses kejadian dan riwayat alamiah penyakit06. proses kejadian dan riwayat alamiah penyakit
06. proses kejadian dan riwayat alamiah penyakit
Syahrum Syuib
Lembar kuesioner
Lembar kuesionerLembar kuesioner
Lembar kuesioner
tanux5792
Materi penyuluhan filariasis
Materi penyuluhan filariasisMateri penyuluhan filariasis
Materi penyuluhan filariasis
Regina Rere
Konsep Stress dan Adaptasi
Konsep Stress dan AdaptasiKonsep Stress dan Adaptasi
Konsep Stress dan Adaptasi
Widiastutiwiwi

Similar to Download (1) (20)

PERTUSIS.pptx
PERTUSIS.pptxPERTUSIS.pptx
PERTUSIS.pptx
DwiWahyuApriani1
pertusis.pptx
pertusis.pptxpertusis.pptx
pertusis.pptx
ZhafhafCelluler
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
arum prasetyaning
Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paruTuberkulosis paru
Tuberkulosis paru
Operator Warnet Vast Raha
Askep Tb paru,
Askep Tb paru,Askep Tb paru,
Askep Tb paru,
f' yagami
PPT Gangguan Pada Sistem Pernapasan (1).pptx
PPT Gangguan Pada Sistem Pernapasan (1).pptxPPT Gangguan Pada Sistem Pernapasan (1).pptx
PPT Gangguan Pada Sistem Pernapasan (1).pptx
MielandaDwiPutraBela
Satuan acara pembelajaran batuk rejan
Satuan acara pembelajaran batuk rejanSatuan acara pembelajaran batuk rejan
Satuan acara pembelajaran batuk rejan
MJM Networks
Makalah tb 2
Makalah tb 2Makalah tb 2
Makalah tb 2
Hilda Lamtia
Kelompok 2 tbc bu umi
Kelompok 2 tbc bu umiKelompok 2 tbc bu umi
Kelompok 2 tbc bu umi
Rini Safitri
Bronkitis & Bronkiektasis
Bronkitis & BronkiektasisBronkitis & Bronkiektasis
Bronkitis & Bronkiektasis
Muhammad Nasrullah
Askep ggn pernafasan_tbc
Askep ggn pernafasan_tbcAskep ggn pernafasan_tbc
Askep ggn pernafasan_tbc
Ardian Putra
Ispa pada bayi dan aqnak
Ispa pada bayi dan aqnakIspa pada bayi dan aqnak
Ispa pada bayi dan aqnak
Operator Warnet Vast Raha
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanusAskep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
Operator Warnet Vast Raha
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
01 DEMAM TIFOID.ppt
01 DEMAM TIFOID.ppt01 DEMAM TIFOID.ppt
01 DEMAM TIFOID.ppt
alvionitadewinta
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
Awi Ranara
demam-tifoid penyebab, penatalaksanaan).ppt
demam-tifoid penyebab, penatalaksanaan).pptdemam-tifoid penyebab, penatalaksanaan).ppt
demam-tifoid penyebab, penatalaksanaan).ppt
MarselRuis
Pertusis anak AKPER PENKAB MUNA
Pertusis anak AKPER PENKAB MUNAPertusis anak AKPER PENKAB MUNA
Pertusis anak AKPER PENKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
arum prasetyaning
Askep Tb paru,
Askep Tb paru,Askep Tb paru,
Askep Tb paru,
f' yagami
PPT Gangguan Pada Sistem Pernapasan (1).pptx
PPT Gangguan Pada Sistem Pernapasan (1).pptxPPT Gangguan Pada Sistem Pernapasan (1).pptx
PPT Gangguan Pada Sistem Pernapasan (1).pptx
MielandaDwiPutraBela
Satuan acara pembelajaran batuk rejan
Satuan acara pembelajaran batuk rejanSatuan acara pembelajaran batuk rejan
Satuan acara pembelajaran batuk rejan
MJM Networks
Kelompok 2 tbc bu umi
Kelompok 2 tbc bu umiKelompok 2 tbc bu umi
Kelompok 2 tbc bu umi
Rini Safitri
Askep ggn pernafasan_tbc
Askep ggn pernafasan_tbcAskep ggn pernafasan_tbc
Askep ggn pernafasan_tbc
Ardian Putra
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
Awi Ranara
demam-tifoid penyebab, penatalaksanaan).ppt
demam-tifoid penyebab, penatalaksanaan).pptdemam-tifoid penyebab, penatalaksanaan).ppt
demam-tifoid penyebab, penatalaksanaan).ppt
MarselRuis

Download (1)

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PERTUSIS A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella Pertusis ( Kapita Selekta jilid 2 : 428 ). Pertusis sering dikenal dengan sebutan batuk rejan atau batuk anjing. Pertusis disebut juga sebagai Tussis Quinta, Whooping cough atau Batuk Rejan adalah suatu infeksi akut saluran nafas, yang dapat mengenai setiap penjamu yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak yang ditandai oleh batuk spasmodic yang lama yang berakhir pada batuk-batuk dengan suara keras ( whoop ) dan disertai dengan muntah. 2. Etiologi Pertusis biasanya disebabkan oleh Bordetella Pertusis (Hemophilus Pertusis). Bordetella Pertusis adalah suatu kuman tidak bergerak, gram negative, dan didapatkan dengan cara melakukan pengambilan usapan pada daerah nasofaring pasien pertusis. Ada spesies Bordetella lain yaitu B. Parapertusis , B. Bronchiseptica dan virus-virus adeno tipe I, II, III dan V yang menyebabkan suatu penyakit mirip pertusis ringan. Bordetella Pertussis merupakan agen etiologi terbesar pertusis pada anak-anak yang tidak diimunisasikan. 3. Patofisiologi Mulainya penyakit, biasanya muncul sebagai akibat pilek tanpa demam yang berlanjut dengan suatu peningkatan jumlah serangan batuk yang menjadi hebat dan paroksimal. Biasanya lebih lazim dimulai pada malam hari, tetapi kemudian lebih banyak batuk selama siang hari dengan 20 atau lebih serangan dalam 24 jam. Anak membuat usaha keras untuk membersihkan jalah nafas dari lendir , dan bila ini dipaksa keluar, maka akan diikuti dengan rejan yang khas dan sering muntah. 1
  • 2. Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas. Organisme hanya akan berkembang biak jika behubungan dengan epitel bersilia yang menimbulkan eksudasi mukopurulen. Lesi berupa nekrosis bagian basal dan tengah sel epitel torak disertai infiltrat neutrofil dan makrofag. Lesi biasanya terdapat pada bronkus dan bronkiolus namun mungkin terdapat perubahan-perubahan pada selaput lendir trakea, laring dan nasofaring. Pohon Masalah Bordetella Pertussis Silia sel-sel epitel Endotoksik Pertusinogen Fungsi silia terganggu Aliran mucus toksik Kapsul anti fagosit Penggumpalan lendir Kemampuan menelan terganggu Jalan nafas tidak efektif Batuk sangat berat Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan 2
  • 3. 4. Manifestasi Klinis Masa tunas rata-rata pertusis adalah 7 hari dan berkisar antara 6-20 hari. Pada umumnya penyakit berlangsung selama 6-8 minggu. Gejala-gejala sistemis pada umumnya terbagi dalam 3 stadium : 1. Stadium Kataralis ( 1-2 minggu atau lebih ) Tanda / gejala : - Gejala infeksi saluran nafas bagian atas dengan timbulnya rinore. - Batuk dan panas yang ringan. - Anoreksia. - Batuk timbul mula-mula malam, siang dan menjadi semakin berat. - Sekret banyak dan kental. - Konjungtiva kemerahan. Pada stadium ini biasanya tidak dipikirkan diagnosis pertusis karena sering tidak dapat dibedakan dengan penyakit influenza. 2. Stadium Spasmodik ( 2-4 minggu atau lebih ) Tanda / gejala : - Batuk hebat di tandai dengan whoop ( tarikan nafas panjang dan dalam, berbunyi melengking ). - Batuk 5-10 kali per hari atau 10-20 kali per hari. - Selama serangan muka menjadi merah atau sianosis, mata tampak menonjol, lidah menjulur keluar. - Tampak gelisah dan berkeringat. - Dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva dan epistsksis. - Akhir serangan sering kali memuntahkan lendir atau sputum kental. - Pada serangan batuk, nampak pelebaran pambuluh darah muka dan leher. - Selama serangan, dapat sampai keluar kencing. - Sesudah serangan, anak terbaring kelelahan dan sesak nafas. Pada bayi dibawah umur 3 bulan, paroksimalitas dapat disertai atau berakhir dengan apnea dan juga dapat terjadi aspiksia yang berakibat fatal. 3
  • 4. 3. Stadium Konvalesensi ( 2 minggu ) Tanda / gejala : - Berhentinya whoop dan muntah-muntah. - Puncak serangan paroksimal berangsur-angsur menurun. - Batuk masih menetap untuk beberapa waktu dan akan hilang sekitar 2-3 minggu. - Ronki difus pada stadium spasmodik mulai menghilang. - Infeksi semacam commond cold dapat menimbulkan serangan. 5. Komplikasi 1. Alat Pernafasan Bronchitis, atelektasis yang disebabkan sumbatan mucus, emfissema, bronkiektasis dan bronkopneumonia yang disebabkan infeksi sekunder, misalnya karena streptokokkus hemolitik, pneumukokkus, stafilokokkus,dll. 2. Saluran Pencernaan Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi, prolaps rectum atau hernia, ulkus pada ujung lidah dan stomatitis. 3. Sistem Saraf Pusat Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat muntah- muntah. Kejang berat bisa terjadi karena penyebab anoksia. Kadang-kadang terdapat kongesti dan edema otak, serta dapat pula terjadi perdarahan otak . 6. Pemeriksaan Laboratorium a. Laboratorium : LED dan leukosit meningkat. Pada stadium kataralis dan permulaan stadium plasmodik jumlah leukosit meningkat antara 15.000 - 45.000 per mm3 dengan limfositosis. Diagnosis dapat diperkuat dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan nafas yang dikeluarkan pada waktu batuk. b. Foto thorax, CT Scan. c. Periksa sputum. 4
  • 5. 7. Penatalaksanan Medis 1. Antibiotik a. Eritromisin dengan dosis 50 mg / kg BB / hari dibagi dalam 4 dosis. Obat ini menghilangkan B. Pertussis dari nasofaring dalam 2-7 hari ( rata-rata 3-6 hari ) dan dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi. Eritromisin juga menggugurkan atau menyembuhkan pertussis bila diberikan dalam stadium kataral, mecegah dan menyembuhkan pneumonia dan oleh karena itu sangat penting dalam pengobatan pertusis khususnya pada bayi muda. b. Ampisilin dengan dosis 100 mg / kg BB / hari, dibagi dalam 4 dosis. c. Lain-lain : Rovamisin, kotrimoksazol, klorampenikol dan tetrasiklin. 2. Ekspektoran dan mukolitik. 3. Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk yang hebat sekali. 4. Luminal sebagai sedative 8. Penatalaksanaan Keperawatan 1. Pembersihan jalan nafas. 2. Pemberian oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat yang disertai sianosis. 3. Pemberian makanan dan obat. Hindari makanan yang sulit ditelan dan makanan bentuk cair. 9. Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan secara aktif dan pasif. a. Pencegahan secara aktif. Yakni dengan memberikan vaksin pertussis dalam jumlah 12 unit dibagi dalam 3 dosis dengan interval 8 minggu. Penyelidikan imunologis membentuk antibodi. Oleh karena itu sebenarnya vaksin pertussis telah dapat diberikan pada masa neonatus dan kemudian di susul dengan pemberian vaksin DT. b. Secara pasif 5
  • 6. Secara pasif pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan kemopropilaksis. Ternyata eritromisin dapat mencegah terjadinya pertussis untuk sementara waktu. B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN I. Pengkajian 1. Identitas pasien 2. Keluhan utama Antara lain : Batuk terus menerus, batuk berat, kering dan keras, sulit makan atau anorexia, muntah-muntah, suhu meninggi, gelisah, gangguan pada waktu bernafas serta berkeringat terus menerus. 3. Riwayat penyakit - Riwayat 1 2 minggu gejala infeksi saluran nafas bagian atas (ISPA) (bagian kataral). - Memburuknya batuk pada episode spasmodik diikuti dengan muntah (pada tahap paroksismal). - Frekuensi batuk meningkat sampai beberapa kali dalam 1 jam. - Batuk diikuti dengan muntah dengan mukus kental. - Derajat distres penafasan selama spasme, terutama perubahan warna selama spasme (wajah marah terang atau sianotik). a. Riwayat penyakit sekarang, kapan dirasakan, bagaiman sifat keluhan, berapa lama keluhan dirasakan dan tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasinya. b. Riwayat penyakit dahulu, apaka dulu pernah mengalami hal yang serupa. c. Riwayat penyakit keluarga, apakah ada keluarga yang menderita penyakit yag sama, penyakit epilepsi atau penyakit susunan saraf pusat. 4. Pemeriksaan fisik - Inspeksi Muka pasien menjadi merah, mata tampak menonjol keluar, wajah cemas, gelisah. - Palpasi Suhu tubuh meningkat, ekspansi toraks. 6
  • 7. - Perkusi Resonan atau hiperresonan. - Auskultasi Terdengar ronki luas dan krepitasi kasar. 5. Data penunjang a. Laboratorium : LED dan leukosit meningkat. b. Foto thorax, CT Scan. c. Periksa sputum. II. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan sekresi pulmonary kental. Tujuan : Jalan nafas jadi efektif. INTERVENSI RASIONAL 1. Pantau tanda vital 1. Tanda vital membaik satiap 2 jam. menunjukkan adanya perkembangan proses penyembuhan. 2. Membantu anak rileks untuk 2. Berikan lingkungan menunjang penyembuhan yang aman dan tenang. penyakitnya. 3. Menurunkan kecemasan 3. Kaji kemampuan anak sehubungan dengan kesulitan untuk membersihkan sendiri bernafas atau ketidakmampuan sekresinya. mengatasi sekret sendiri. 4. Sekret dapat menyumbat jalan 4. Gunakan penghisap nafas dan menunjukkan derajat untuk mempertahankan jalan nafas hipoksemisa. yang bersih. 5. Memaksimalkan ekspansi paru, 5. Tinggikan kepala menurunkan upaya pernafasan 7
  • 8. tempat tidur. serta kelancaran bernafas. 6. Pencetus tipe reaksi alergi 6. Kurangi pemajanan pernafasan yang dapat anak tarhadap debu, asap, menyebabkan episode akut. perubahan suhu, keceriaan berlebihan 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah berlebihan. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi. INTERVENSI RASIONAL 1. Hitung kebutuhan kalori sesuai 1. Keperluan energi untuk usia dan berat badan serta timbang aktivitas, kehilangan BB BB tiap hari. merupakan petunjuk masukan makanan yang buruk. 2. Berikan makanan sedikit dan 2. Memaksimalkan masukan sering setelah batuk / muntah. nutrisi tanpa kelemahan dan menurukan iritasi gaster. 3. Bila pemberian makanan 3. Mencegah distensi abdomen dimuntahkan, cagah aspirasi dan perdarahan gaster karena dengan penghisap. muntah. 4. Berikan makanan tinggi kalori 4. Pertimbangan kemampuan dan makanan yang disukai anak. individu dapat memperbaiki masukan nutrisi. Menyediakan energi yang diperlukan . 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan yang dibutuhkan di rumah dan proses penyakit. Tujuan : Orang tua dapat memahami proses penyakit dan cara merawat anak di rumah. 8
  • 9. INTERVENSI RASIONAL 1. Ajari orang tua mengenai 1. Pengetahuan yang memadai pada tahapan proses penyakit (tahap proses penyakit membantu dalam kataral, paroksisme dan pengobatan dan perawatan yang kompalesen). adekuat. 2. Jelaskan bahwa serangan batuk 2. Agar orang tua tidak salah hebat akan berulang dan baru persepsi terhadap kesembuhan berkurang beberapa minggu anak. setelah pulang. 3. Ajari orang tua menggunakan 3. Kemandirian orang tua sangat penghisapan balon dalam mendukung dalam perawatan membersihkan hidung dan mulut anak. dari sekret. 4. Jelaskan pentingnya pamberian 4. Untuk mengganti nutrisi yang makanan kembali jika terjadi hilang lewat muntah. muntah. 5. Jelaskan perlunya menimbang 5. BB ideal menunjukkan asupan BB anak untuk menjamin hidrasi nutrisi yang cukup. dan nutrisi adekuat. 6. Ajari tentang nama-nama obat, 6. Pengetahuan tentang obat dosis, waktu pemberian, kegunaan membantu orang tua dalam dan efek samping. meneruskan terapi yang diberikan. 7. Jelaskan pada orang tua bahwa 7. Dengan imunisasi dapat pengobatan yang paling efektif mengurangi penyebaran dan adalah mencegah dengan vaksin perkembangan penyakit ini. pertussis. III. Rencana Pemulangan. 1. Jelaskan terapi yang diberikan, dosis, efek samping, dan kegunaan. 2. Menekankan pentingnya kontrol ulang sesuai jadwal. 9
  • 10. 3. Informasikan jika terdapat tanda-tanda terjadinya kekambuhan. 4. Jelaskan mengenai nutrisi dan pengaturan makanan yang baik bagi perkembangan anak. 5. Berikan pengetahuan tentang lingkungan yang berpengaruh buruk dan yang baik pada kesehatan. 6. Berikan pengetahuan tentang cara merawat anak di rumah. DAFTAR PUSTAKA Behram, Ricard & Nelson. 1992. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : EGC Doengoes, Marylin. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Latzel, Pincus & Ian Roberts. 1990. Kapita Selekta Pediatrik. Jakarta : EGC Mansjoer, Arif. 2000. Kapita selekta Kedokteran jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC Pusdiknakes. 1989. Perawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Depkes RI Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Jakarta : FKUI Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 1. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI 10
  • 11. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BR0NCO PNEMONIA A. Pengertian Broncopnemonia menurut Ngastiyah, 1997 dan Lab/UPF Ilmu kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo, 1994 merupakan salah satu pembagian dari pneumonia menurut dasar anatomis, yaitu peradangan pada paru-paru dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronkioli (parenkim paru). Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing. B. Etiologi 1. Bakteri Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, lainnya adalah stafilokokus, klebsiela, m.tuberculosis, mikoplasma pneumonia. 2. Virus Virus adeno, virus parainfluenza, virus influenza, virus respiratori sinsisial. 3. Jamur Kandida, histoplasma, koksidioides 4. Protozoa Pneumokistis karinii 5. Bahan kimia a. Aspirasi makanan/ susu / isi lambung b. Keracunan hidrokarbon ( minyak tanah, bensin, dan sebagainya ) C. Patofisiologi Pada anak-anak (usia > 1 tahun) yang gizinya baik, biasanya pneumonia timbul karena komplikasi infeksi saluran nafas akut. Timbulnya kasus ini ditandai dengan suhu tubuh 11
  • 12. meningkat, batuk yang hebat, sesak nafas, gelisah, sianosis bahkan sampai penurunan kesadaran. Pada bayi (usia < 1 minggu) pneumonia timbul karena aspirasi cairan ketuban atau secret jalan lahir ibunya sewaktu dilahirkan. Adanya pneumonia biasanya dicurigai bila bayi menjadi lemah, tidak mau minum dan sesak nafas. D. Tanda / Gejala 1. Biasanya gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas. 2. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernafasan agak cepat dan dangkal (bahkan sampai pernafasan cuping hidung) 3. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-kadang terjadi kejang. 4. Anak merasa nyeri/sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernafas bahakn sesak. Rasa nyeri ini akibat gesekan pleura yang meradang. 5. Batuk disertai sputum yang kental. 6. Takipnea 7. Distensi abdomen. 8. Nafsu makan menurun. 9. Kaku kuduk 10. Sianosis E. Penatalaksanaan Secara Non Medis 1. Atur posisi anak agar lebih mudah bernafas misalnya dengan posisi fowler. 2. Mengajarkan anak cara batuk yang efektif yaitu dengan menarik nafas panjang kemudian batukkan sambil mengeluarkan dahak/sputum. 3. Bila terjadi kejang, tindakan yang harus dilakukan : a. Pasang spatel lidah diantara gigi geraham 12
  • 13. b. Bersihkan jalan nafas anak c. Longgarkan pakaian anak dan beri lingkungan yang nyaman d. Awasi anak jangan sampai terbentur pada tempat tidur atau jatuh dari tempat tidur. 4. Bila suhu badan anak tinggi, turunkan dengan cara : a. Kompres hangat b. Kenakan pakaian yang tipis c. Berikan ekstra minum jika tidak ada kontraindikasi d. Observasi suhu secara rutin 5. Bawa anak ke rumah sakit secepat mungkin bila ada tanda/gejala pneumonia lebih lanjut. Secara Medis Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada penderita yang rawat inap ( penyakit berat ) harus segera diberi antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic didasarkan atas umur, keadaan umum penderita dan dugaan kuman penyebab. 1. Umur 3 bulan 5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh streptokokus pneumonia, hemofilus influenza atau stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman penyebabnya, maka secara praktis dipakai : Kombinasi : Penisilin prokain 50.000-100.000 Kl/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari. Atau kombinasi lainnya : Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV 4 kali sehari Atau bisa juga : Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam oral, 4 kali sehari. 2. Umur kurang dari 3 bulan, biasanya disebabkan oleh : streptokokus pneumonia, stafilokokus, atau bakteriaceae. Kombinasi : Penisilin prokain 50.000-100.000 Kl/kg/24 jam IM, 1-2 kali sehari, dan gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari. Kombinasi lainnya : Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari. 13
  • 14. Kombinasi ini juga bisa diberikan pada anak-anak lebih dari umur 3 bulan dengan malnutrisi berat atau penderita immunocompromized. 3. Anak-anak usia lebih dari 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh : streptokokus pneumonia, dapat diberikan : Penisilin prokain IM; atau Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 Kl/kg/24 jam oral, 4 kali sehari; atau Eritromisin ( dosis sda ); atau Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari. Mikoplasma pneumonia, dapat diberikan : Eritromisin ( dosis sda ) 4. Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat (misalnya alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan re-evaluasi apakah perlu dipilih antibiotic lain. 5. Lamanya pemberian antibiotok bergantung pada : a. Kemajuan klinis penderita b. Jenis kuman penyebab Indikasi rawat inap : 1. Ada kesukaran nafas, toksis 2. Sianosis 3. Umur kurang dari 6 bulan 4. Adanya penyulit seperti empiema 5. Diduga infeksi stafilokokus 6. Perawatan di rumah kurang baik Pengobatan simptomatis : 1. Zat asap dan uap 2. Ekspektoran bila perlu 14
  • 15. Fisioterapi : 1. Postural drainase 2. Fisioterapi dada dengan menepuk nepuk. F. ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN a. Identitas Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotic yang tidak sempurna. b. Riwayat keperawatan 1) Keluhan utama Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, disertai pernafasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut yang kadang juga disertai muntah dan diare bahkan sampai tinja berdarah dengan atau tanpa lender, anoreksia dan muntah. 2) Riwayat penyakit sekarang Bronkopnemonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39- 40属C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. 3) Riwayat penyakit dahulu Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun. 4) Riwayat kesehatan keluarga Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernafasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya. 5) Riwayat kesehatan lingkungan Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pnemonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selian itu pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau benyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok. 6) Imunisasi 15
  • 16. Anak yang tidak mendapatkan imunisasi berisiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernafasan atas atau bawah karena sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder. 7) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan 8) Nutrisi Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energy protein=MEP). c. Pemeriksaan persistem 1) Sistem kardiovaskuler Takikardia, irritability. 2) Sistem pernafasan Sesak nafas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernafas, pernafasan cuping hidung, ronkhi, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernafasan tidak teratur/irregular, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/secret. Orangtua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek. 3) Sistem pencernaan Anak malas minum atau makan, muntah, BB turun, lemah. Pada orang tua dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde. 4) Sistem eliminasi Anak atau bayi menderita diare atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi ringan sampai berat. 5) Sistem saraf Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak- anak atau malas minum, ubun-ubun cekung. 6) Sistem lokomotor/musculoskeletal Tonus otot menurun, lemah secar umum. 7) Sistem endokrin Tidak ada kelainan. 8) Sistem integument Turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering. 9) Sistem pengindraan 16
  • 17. Tidak ada kelainan. d. Pemeriksaan diagnostic dan hasil Secara laboratorik ditemukan leukosit, biasanya 15.000-40.000/m続 dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan secret secara bronkoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung. Biakan dan test resistensi menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada function misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest X-Ray ) dilakukan untuk melihat : Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA. Luas daerah paru yang terkena. Evaluasi pengobatan Pada bronkopnemonia bercak-bercak infiltrate ditemukan pada salah satu atau beberapa lobus. Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO<0 mmHg. MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR (POHON MASALAH) ISPA Daya tahan tubuh Infeksimenurun dan peradangan pada parenkim paru : bronkopneumonia Perubahan membran Hipertermi Hipersekresi mukus kapiler alveolar Dyspnea, malas Gangguan pertukaran minum, berat badan Penumpukan mukus gas menurun Gangguan nutrisi : kurang Tidak efektif bersihan jalan dari kebutuhan tubuh napas 17
  • 18. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. produk mukus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. b. Gangguan pertukaran gas b. d. peerubahan membrane alveolar. c. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake inadekuat. d. Hipertermi b.d proses inflamasi paru. 3. PERENCANAAN KEPERAWATAN Diagnosa Perencanaan Keperawatan Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional kriteria hasil Ketidakefektifan Jalan napas 1. Auskultas Menetukan adekuatnya bersihan jalan pasien akan i bunyi napas pertukran gas dan napas b.d. paten luasnya obstruksi akibat produk mukus dengan 2. Kaji mucus. berlebihan dan kriteria hasil karakteristik Infeksi ditandai dengan kental, batuk jalan napas secret secret tebal dan tidak efektif. bersih, batuk 3. Beri kekuningan hilang, x posisi untuk Meningkatkan ray bersih, pernapasan pngembangan diafragma RR 15 35 yang optimal X/menit. yaitu 35-45 0 Nebulizer membantu 4. Lakukan menghangatkan dan nebulizer, dan mengencerkan secret. 18
  • 19. fisioterapi Fisioterapi membantu napas merontokan secret untuk dikeluarkan. Menghambat 5. Beri agen pertumbuhan antiinfeksi mikoroorganisme sesuai order Cairan adekuat 6. Berikan membantu cairan per oral mengencerkan secret atau iv line sehingga mudah sesuai usia dikeluarkan anak. Gangguan Pertukaran 1. Kaji Tanda ini menunjukkan pertukaran gas gas normal tingkat hipoksia b. d. peerubahan bagi pasien kesadaran Menentukan adekuatnya membrane dengan 2. Observasi sirkulasi dimana penting alveolar. criteria PaO2 warna kulit untuk pertukaran gas ke = 80-100 dan capillary jaringan mmHg, pH refill Deteksi jumlah Hb yang darah 7,35- 3. Monitor ada dan adanya infeksi 7,45 dan ABGs Meningkatkan bunyi napas 4. Atur pertukaran gas dan bersih. oksigen sesuai mengurangi kerja order pernapasan Mengurangi kebutuhan 5. Kurangi akan oksigen aktivitas anak Perubahan Stauts 1 Ausku Mendokumentasikan nutrisi kurang nutrisi ltasi bunyi peristaltis usus yang dari kebutuhan dalam batas usus dibutuhkan untuk tubuh b.d intake normal digesti. inadekuat. dengan 2 Kaji Membantu menetapkan criteria BB kebutuhan diet individu anak bertambah 1 harian anak Hal ini menentukan kg/minggu, 3 Ukur penyimpanan lemak dan tidak pucat, lingkat lengan, protein. anoreksia ketebalan Nutrisi meningkat akan hilang, bibir trisep mengakibatkan lembab 4 Timba peningkatan berat ng berat badan badan. setiap hari. Memenuhi kebutuhan nutrisinya. 5 Berika n diet pada anak sesuai 19
  • 20. kebutuhannya Hipertermi b.d Suhu tubuh 1. Ukur Indikasi jika ada demam proses inflamasi dalam batas suhu tubuh Leukositosis indikasi paru normal setiap 4 jam suatu peradangan dan dengan 2. Monit atau proses infeksi criteria hasil or jumlah Megnurangi demam suhu 372 0C, WBC dengan bertindak pada kulit hangat hipotalamus dan lembab, 3. Atur Memfasilitasi kehlangan membrane agen panas lewat konveksi mukosa antipiretik Memfasilitasi lembab. sesuai order. kehilangan panas lewat 4. Tingk konduksi atkan sirkulasi ruangan dengan kipas angina. 5. Berika n kompres air biasa 20