Tugas sosiologi (kenakalan remaja) untuk mata pelajaran Sosiologi SMAAgnes Yodo
油
Laporan penelitian ini membahas kenakalan remaja di Jakarta. Beberapa penyebab kenakalan remaja diantaranya kurangnya perhatian orang tua, lingkungan yang tidak mendukung, dan pengaruh teman sebaya. Dampak dari kenakalan remaja meliputi gangguan mental, kriminalitas yang meningkat, serta masa depan remaja yang suram. Untuk mengatasinya diperlukan dukungan lingkungan, pendidikan agama yang kuat
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan hubungan sosial remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Terdapat penjelasan mengenai pengertian perkembangan, sosial, dan remaja. Juga dibahas proses perkembangan sosial, karakteristik hubungan sosial remaja, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja.
Dokumen tersebut membahas mengenai devian dan jenayah remaja. Ia mendefinisikan devian dan jenayah, dan menjelaskan beberapa teori yang relevan seperti teori anomie, pembelajaran sosial, dan subbudaya. Dokumen ini juga menggambarkan masalah sosial seperti kes jenayah juvana, vandalisme, dan gengsterisme yang melibatkan remaja. Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku devian dan jenay
Perkembangan hubungan sosial dan prose...Dedi Yulianto
油
Teks tersebut membahas tentang perkembangan hubungan sosial dan proses pembelajaran. Hubungan sosial dimulai dari lingkungan keluarga dan berkembang ke lingkungan sekolah dan sosial yang lebih luas. Pola asuh orang tua yang otoriter dapat menyebabkan kesulitan hubungan sosial. Hubungan sosial berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang dan berkembang sejak bayi hingga dewasa melalui interaksi dengan
Dokumen tersebut membahas tentang proses sosialisasi dan agen-agen sosialisasi yang berperan dalam pembentukan moral seseorang, khususnya anak-anak. Keluarga, teman sebaya, guru, sekolah, dan masyarakat semuanya berperan dalam menanamkan nilai-nilai moral melalui interaksi dan pengaruh lingkungan.
Sistem politik Indonesia membahas pentingnya sosialisasi politik untuk membentuk budaya politik masyarakat dan mencegah ketidaktahuan masyarakat akan politik. Makalah ini menjelaskan pengertian, metode, dan proses sosialisasi politik serta peran keluarga, sekolah, dan media dalam mensosialisasikan nilai-nilai politik.
Tugas karya tulis ini membahas tentang kenakalan remaja. Dibahas tentang pengertian kenakalan remaja, penyebabnya, dan cara menanggulanginya. Latar belakang masalah adalah semakin banyaknya kenakalan yang dilakukan remaja saat ini akibat pengaruh lingkungan dan media sosial.
Tiga konsep utama dalam dokumen ini adalah kesadaran sosiologis, sosialisasi, dan mobilitas sosial. Kesadaran sosiologis mengacu pada pemahaman sosiolog tentang masalah sosial melalui penyebab sistematisnya. Sosialisasi adalah proses belajar menjadi anggota masyarakat melalui interaksi sosial sejak kanak-kanak. Mobilitas sosial merujuk pada perpindahan status sosial antar kelas sos
Dokumen tersebut membahas tentang interaksi sosial dan proses-proses sosial yang terjadi di masyarakat. Secara ringkas, interaksi sosial merupakan dasar hubungan antar manusia yang terbentuk melalui komunikasi dan berbagai proses seperti imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, dan lainnya. Proses-proses sosial mencakup kerjasama, akomodasi, asimilasi, akulturasi, serta proses yang bersifat dis
Dokumen tersebut membahas tentang kenakalan remaja, termasuk pengertian, penyebab, dan akibat kenakalan remaja. Hasil riset dan observasi lapangan menunjukkan bahwa 35% responden pernah melakukan kenakalan remaja."
Dokumen tersebut merupakan laporan tugas kuliah mata kuliah Pengantar Sosiologi yang membahas tentang hukum adat suku Dayak sebagai pengontrol masyarakat. Dokumen ini membahas pengertian pengendalian sosial, macam-macam pengendalian sosial, cara yang dilakukan dalam kontrol sosial, lembaga pengendalian sosial, fungsi pengendalian sosial, faktor penentu efektivitas kontrol sosial, dan permas
Faktor-faktor yang Menyebabkan Pelajar Tidak BermoralHanim Zabidi
油
Moral bermaksud kesedaran tingkah laku yang betul dan salah mengikut tatasusila masyarakat. Ia penting dalam masyarakat kerana dapat mewujudkan harmoni. Faktor seperti keluarga, rakan sebaya, sekolah, agama dan media boleh mempengaruhi pembinaan akhlak remaja. Semua pihak perlu bekerjasama menangani masalah ini.
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial adalah perilaku penyimpangan dari aturan sosial dan norma akibat pengaruh lingkungan seperti keluarga dan media. Tulisan tersebut membahas kenakalan remaja dalam kerangka individual dan sistem serta hubungannya dengan fungsi keluarga dan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan upaya pengendalian penyimpangan sosial. Pengendalian sosial adalah cara yang digunakan masyarakat untuk menyesuaikan individu dengan norma sosial dan mencegah penyimpangan. Bentuk-bentuk pengendalian sosial meliputi teguran, intimidasi, sanksi hukum, dan pengucilan pelaku penyimpangan. Tujuannya adalah memelihara keteraturan dan stabilitas sosial.
The document contains profiles for 28 freshman students from the class of 2015. Each profile lists the student's name, member since date of August 2011 or March 2012, number of community service builds participated in which includes the Roosevelt Build of 2012, and activities participated in such as the retreat in 2011 or leadership roles.
The document discusses market demand, which is the total quantity of a good or service demanded by all potential buyers. It also discusses demand curves, which show the relationship between quantity demanded and price when other factors are held constant. The curves illustrate how demand from individual buyers combines to form market demand.
Tugas karya tulis ini membahas tentang kenakalan remaja. Dibahas tentang pengertian kenakalan remaja, penyebabnya, dan cara menanggulanginya. Latar belakang masalah adalah semakin banyaknya kenakalan yang dilakukan remaja saat ini akibat pengaruh lingkungan dan media sosial.
Tiga konsep utama dalam dokumen ini adalah kesadaran sosiologis, sosialisasi, dan mobilitas sosial. Kesadaran sosiologis mengacu pada pemahaman sosiolog tentang masalah sosial melalui penyebab sistematisnya. Sosialisasi adalah proses belajar menjadi anggota masyarakat melalui interaksi sosial sejak kanak-kanak. Mobilitas sosial merujuk pada perpindahan status sosial antar kelas sos
Dokumen tersebut membahas tentang interaksi sosial dan proses-proses sosial yang terjadi di masyarakat. Secara ringkas, interaksi sosial merupakan dasar hubungan antar manusia yang terbentuk melalui komunikasi dan berbagai proses seperti imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, dan lainnya. Proses-proses sosial mencakup kerjasama, akomodasi, asimilasi, akulturasi, serta proses yang bersifat dis
Dokumen tersebut membahas tentang kenakalan remaja, termasuk pengertian, penyebab, dan akibat kenakalan remaja. Hasil riset dan observasi lapangan menunjukkan bahwa 35% responden pernah melakukan kenakalan remaja."
Dokumen tersebut merupakan laporan tugas kuliah mata kuliah Pengantar Sosiologi yang membahas tentang hukum adat suku Dayak sebagai pengontrol masyarakat. Dokumen ini membahas pengertian pengendalian sosial, macam-macam pengendalian sosial, cara yang dilakukan dalam kontrol sosial, lembaga pengendalian sosial, fungsi pengendalian sosial, faktor penentu efektivitas kontrol sosial, dan permas
Faktor-faktor yang Menyebabkan Pelajar Tidak BermoralHanim Zabidi
油
Moral bermaksud kesedaran tingkah laku yang betul dan salah mengikut tatasusila masyarakat. Ia penting dalam masyarakat kerana dapat mewujudkan harmoni. Faktor seperti keluarga, rakan sebaya, sekolah, agama dan media boleh mempengaruhi pembinaan akhlak remaja. Semua pihak perlu bekerjasama menangani masalah ini.
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial adalah perilaku penyimpangan dari aturan sosial dan norma akibat pengaruh lingkungan seperti keluarga dan media. Tulisan tersebut membahas kenakalan remaja dalam kerangka individual dan sistem serta hubungannya dengan fungsi keluarga dan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan upaya pengendalian penyimpangan sosial. Pengendalian sosial adalah cara yang digunakan masyarakat untuk menyesuaikan individu dengan norma sosial dan mencegah penyimpangan. Bentuk-bentuk pengendalian sosial meliputi teguran, intimidasi, sanksi hukum, dan pengucilan pelaku penyimpangan. Tujuannya adalah memelihara keteraturan dan stabilitas sosial.
The document contains profiles for 28 freshman students from the class of 2015. Each profile lists the student's name, member since date of August 2011 or March 2012, number of community service builds participated in which includes the Roosevelt Build of 2012, and activities participated in such as the retreat in 2011 or leadership roles.
The document discusses market demand, which is the total quantity of a good or service demanded by all potential buyers. It also discusses demand curves, which show the relationship between quantity demanded and price when other factors are held constant. The curves illustrate how demand from individual buyers combines to form market demand.
The document summarizes a Mobile Monday Beijing event where Benjamin Joffe, co-founder and organizer of Mobile Monday Beijing, gave a report on his trip to Silicon Valley discussing his overall impressions of differences between China and the US in mobile, highlights of his trip, and potential arbitrage opportunities between the two markets. The event also included a panel discussion on opportunities for bringing aspects of mobile entrepreneurship from Silicon Valley to China and what China could potentially offer the US mobile market.
El documento describe la historia y los principales servicios de Internet. Se origin坦 en 1969 como una red militar estadounidense llamada ARPANET para permitir el intercambio de recursos entre ubicaciones remotas. Ahora es una red mundial que ofrece servicios como el correo electr坦nico, la World Wide Web, grupos de discusi坦n, transferencia de archivos y chat. Estos servicios permiten a los usuarios comunicarse e intercambiar informaci坦n de forma r叩pida y gratuita.
Dokumen tersebut membahas tentang jaringan area luas (WAN) dan protokol-protokol yang digunakannya seperti PPP, X.25, Frame Relay, dan ATM. WAN memungkinkan transmisi data jarak jauh secara geografis antar negara atau benua menggunakan teknologi seperti komunikasi publik, leased, atau pribadi. Protokol-protokol tersebut mendefinisikan format frame dan lapisan jaringan untuk mentransfer data melalui WAN.
This document summarizes Mobile Monday Beijing event #35 on the topic of contactless technology and NFC. The event had two speakers discussing NFC basics and NTT DoCoMo's wallet phone implementation of NFC. It also provided information on past and future Mobile Monday Beijing events, sponsoring opportunities, and ways to get involved in the mobile professional community in Beijing.
Lionel Brahami discusses how to make NFC technology interesting and motivate users to switch to NFC services. He argues that NFC needs to become "boring" by integrating it into everyday activities through small, fun services that utilize tag reading. This will achieve user education and increase perceived value. Social and entertainment features can also help spread adoption. His company, Famoco, provides an NFC development platform to unleash creativity and avoid fragmentation across platforms. By focusing on fun, interactive, and social experiences, the potential of NFC can be realized.
This document defines 30 terms related to language, mass communication, and rhetoric. It provides the dictionary definition or basic meaning for each term in 1-2 concise sentences. The terms cover concepts like denotation, connotation, diction, logical fallacies, bias, allusions, and more.
NFC Boring To Interesting - Shanghai Contacless ConferenceFamoco
油
The document discusses how to make NFC technology more interesting and motivate users to switch to NFC services. It suggests making NFC boring by integrating it into everyday, simple activities and giving it meaning through social aspects. Examples given include using tag reading and bumping features in social, gaming, and lifestyle apps to enhance the value and spread of NFC.
Makalah ini membahas tentang kenakalan remaja, mulai dari pengertian kenakalan remaja, bentuk-bentuknya seperti kenakalan biasa hingga kenakalan khusus, penyebabnya yang terkait faktor internal maupun eksternal seperti keluarga dan lingkungan sekolah, serta cara mengatasinya.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas tentang pengertian remaja, kenakalan remaja, sebab-sebab terjadinya kenakalan remaja, dan upaya penanggulangan kenakalan remaja melalui pendidikan agama, peran orang tua, serta pengisiian waktu luang remaja.
Dokumen tersebut membahas latar belakang kasus siswa bernama M yang sering membolos sekolah. Informasi diperoleh dari guru BK SMA Wachid Hasyim berdasarkan data yang menyebutkan M rata-rata membolos 4-5 kali dalam sebulan. Wawancara dan observasi dilakukan untuk mengetahui latar belakang perilaku membolos dan menentukan penanganannya, serta hasilnya akan digunakan untuk mengurangi prevalensi perilaku
Dokumen tersebut membahas latar belakang kasus siswa bernama M yang sering membolos sekolah. Informasi diperoleh dari guru BK SMA Wachid Hasyim berdasarkan data yang menyebutkan M rata-rata membolos 4-5 kali dalam sebulan. Wawancara dan observasi dilakukan untuk mengetahui latar belakang perilaku membolos dan menentukan penanganannya, serta hasilnya akan digunakan untuk mengurangi prevalensi perilaku
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamjaMarulituazalukhu
油
Makalah Henry Praherdhiono Disajikan dalam Prapascasarjana UM 9
penciptaan konsep mereka tetapi juga dalam pengujian mereka. Dalam menguji
hipotesis, pebelajar harus bereksperimen untuk menciptakan pembentukan konsep
baru. Pengetahuan baru ini nantinya akan menjadi bagian dari pembuatan
hipotesis masa depan.
Sumber (Google Maps, n.d.)
Gambar 5. Letak nasi goreng jawa di Malang
Tema Terintegrasi
Relevansi koneksi menjadi jelas bagi pebelajar saat tema dan konsep
diintegrasikan secara holistik. Misalnya, pebelajar yang membangun makna
tentang gaya hidup belanja secara online. Bagaimana berfikir tentang, apa yang
harus dibeli?, mengapa itu harus dibeli?, bagaimana harus dibeli? Kapan harus
Makalah Henry Praherdhiono Disajikan dalam Prapascasarjana UM 10
dibeli? dll. Namun tema terintegrasi ini sulit untuk diterapkan pada kampus atau
sekolah yang menganggap dosen atau guru adalah subjek mandiri dan parsial.
Masing-masing dosen adalah unik dan masing-masing mata kuliah atau mata
pelajaran berdiri sendiri berlandaskan keilmuan masing-masing
Sumber (Jual Beli Online Aman dan Nyaman - Tokopedia, n.d.)
Gambar 6. Informasi tematik dari bumbu nasi goreng
Jurnal
Journaling adalah proses merefleksikan sebuah pernyataan atau pertanyaan
yang diberikan untuk memahaminya dalam hal pengalaman masa lalu dan
pengalaman pebelajar. Misalnya, pebelajar mungkin memulai sebuah jurnal di
awal sebuah unit perjalanan luar angkasa. Di awal jurnal pebelajar mungkin
diminta untuk merefleksikan dan menulis tentang bagaimana rasanya
meninggalkan planet yang mereka kenal untuk perjalanan menuju kehidupan baru
yang disertai ketidakpastian. Seiring kemajuan pebelajar melalui unit ini, lebih
baik secara tematik, mereka diminta untuk merenungkan perjalanan mereka saat
mereka menempuh perjalanan jauh dan jauh dari planet Bumi. Bagaimana
MakalahHenryPraherdhionoDisajikandalamPrapascasarjanaUM11
bertahanhidupmerekaterpenuhi?membantuapayangmerekahadapi?Apa
perbaikankualitashidupmerekayangmerekatemukan?Sepertipengujian
hipotesis,analogi,danmetafora,jenispengalamaninimemaksapebelajaruntuk
kembalikepembelajaransebelumnyamempebelajarimaknamembangunbersama.
Sumber(Sains,dan)
Gambar7.Perjalanankeluarluar angkasa
Portofolio
Portofolioadalahsistempengorganisasianberbagaidokumensehingga
hubunganantardokumendanmaknakonteksnyadapatdilakukan.Portofolio
mungkinberisipernyataanparadigmaataudeklarasitentangapayangdipahami
pebelajartentangsebuahkonsepditempatdanwaktudalamkehidupanmereka.
Misalnya,mulaipebelajartatabogadimintauntukmendokumentasikancara
masakhinggajadisebuahmasakandanuntukmeninjaukembalipernyataan
tersebutsaatmerekatumbuhdalamprofesijurumasak.Denganitudi
manamerekaberada?,perbedaanhasilwaktudibangkukuliahhinggamenjadi
profesional?koneksidapatdilakukanantarapengetahuandanpengalaman
sebelumnya,sekarang,danmasadepan.
Instrumenlaindapatdigunakanuntukmenganalisiskonsepsisaatini.
Kuesioner,pengawasan,dandaftarperiksadapatterselesaikandanmemperbaruisecara
secara
Sosialisasi merupakan proses pembentukan kepribadian melalui penanaman nilai dan norma sosial dari berbagai agen seperti keluarga, sekolah, kelompok sebaya, dan media massa. Proses ini membantu individu belajar peran sosial dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dokumen tersebut membahas tentang kenakalan remaja, termasuk penyebabnya (internal dan eksternal) serta cara mengatasinya. Kenakalan remaja disebabkan oleh berbagai faktor seperti gagalnya perkembangan identitas, kontrol diri yang lemah, keluarga yang tidak harmonis, dan lingkungan yang tidak mendukung. Untuk mengatasinya perlu adanya teladan orang dewasa yang baik, dukungan keluarga, pemilihan teman sebaya yang
Dokumen tersebut membahas tentang pemuda dan sosialisasi. Terdapat definisi pemuda, proses sosialisasi, peran mahasiswa, identitas pemuda, permasalahan pemuda, potensi pemuda, tujuan sosialisasi, cara mengembangkan potensi pemuda melalui pendidikan.
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Septian Muna Barakati
油
Makalah ini membahas pengaruh sosialisasi dan nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian. Sosialisasi terjadi melalui interaksi sosial dan pendidikan, dan terbagi atas sosialisasi primer di keluarga dan sekunder di masyarakat. Faktor-faktor seperti keluarga, sekolah, dan lingkungan berperan dalam membentuk kepribadian seseorang sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Remaja; Perkembangan Fisik, Psikis dan KognitifIwan Wahidin
油
Makalah ini membahas tentang potensi yang dimiliki remaja dan kerentanan mereka terjerumus ke dalam perilaku buruk. Remaja memiliki potensi besar berdasarkan kematangan kognitif, fisik, dan emosional mereka pada masa remaja. Namun potensi ini rawan terancam oleh lingkungan sekitar dan perilaku buruk jika tidak dibimbing dengan baik.
Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh sosialisasi dan nilai budaya dalam pembentukan kepribadian. Sosialisasi terjadi melalui interaksi sosial dan pendidikan, dan terbagi atas sosialisasi primer di keluarga dan sekunder di masyarakat. Kepribadian terbentuk seiring proses sosialisasi yang mempengaruhi penanaman nilai budaya. Pengetahuan sosiologi dapat diterapkan dalam pembentukan kepribadian agar se
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Warnet Raha
油
Makalah ini membahas tentang pengaruh sosialisasi dan nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian. Proses sosialisasi primer dan sekunder berperan dalam membentuk kepribadian seseorang melalui penanaman nilai-nilai budaya. Sosialisasi dan budaya mempengaruhi kepribadian seseorang sejalan dengan perkembangan individu, mulai dari tahap persiapan hingga penerimaan norma kolektif.
1. Artikel:
Memahami Pelaku Deliquency
Judul: Memahami Pelaku Deliquency
Bahan ini cocok untuk Informasi / Pendidikan Umum bagian INTERNET.
Nama & E-mail (Penulis): Khumaidi Tohar, S.Pd
Saya Guru di Jakarta
Topik: Memahami Pelaku Deliquency dan Resosialisasinya
Tanggal: 20 Oktober 2007
Pendahuluan
Media masa banyak menyebutkan atau memberitakan perbuatan-perbuatan yang banyak membuat
kita menarik napas dalam-dalam, pelecehan seksual (bahkan pemerkosaan) terhadap balita,
konsumsi Narkoba atau perbuatan kekerasan lain yang berorientasi kriminal yang banyak dilakukan
remaja belasan tahun. Para remaja pada masa-masa kini telah melakukan tindakan-tindakan yang
bagi kaum dewasa tindakan tersebut dianggap sebagai perbuatan kriminal. Perbuatan kekerasan ini
dikategorikan sebagai deliquency (delinkuen, Ind.) yang didefinisikan oleh Prof. Fuad Hasan sebagai
perbuatan asosial yang dilakukan oleh anak remaja yang apabila perbuatan tersebut dilakukan oleh
orang dewasa, perbuatan tersebut disebut sebagai tindak kejahatan.
May dalam bukunya crime and the social structure (1983) menganggap bahwa delinkuen itu
merupakan satu manifestasi dari kebudayaan remaja. Karena para remaja pelaku delinkuen ini
berada pada periode transisi dimana perilaku asosialnya berhubungan dengan pergolakan hati, dan
dalam kelanjutannya dianggap sebagai proses perkembangan pribadi seorang anak dalam fase
perkembangannya. Sebagai sebuah proses perkembangan maka dalam internalisasinya mengandung
berbagai macam aspek; kedewasaan sosial, penerimaan satu identitas kedewasaan, adanya ambisi
materiil yang tidak terkendali dan kurangnya disiplin diri.
Delinkuen itu sendiri sebenarnya tidak berdiri sendiri atau lepas dari pengaruh lingkungan tetapi
lebih jauh delinkuen merupakan produk dari kondisi masyarakatnya (Social Life Product) dengan
segala pergolakan sosial yang ada didalamnya, kemudian bermetamorfosis menjadi penyakit
masyarakat (patologi sosial). Hal ini melahirkan satu bentuk pertanyaan mengapa pergolakan sosial
masyarakat mempunyai efek yang berpengaruh besar dalam memainkan peranannya menstimuli
2. perilaku delinkuen para remaja? DR. Kartini Kartono mencoba memberi jawaban dengan
menjelaskan bahwa para remaja cenderung terpengaruh stimulasi sosial yang jahat.
Stimulasi-stimulasi sosial ini dapat berupa; lingkungan kelas sosial, ekonomi rendah, alkoholisme dan
budaya kekerasan dalam masyarakat, ketidakstabilan politik dan pergolakan sosial lainnya.
Disamping hal ini, hal lain yang mempengaruhinya adalah pendidikan massal yang tidak menekankan
watak dan kepribadian anak, kurangnya usaha orang tua dan orang dewasa didalam menekankan
moralitas dan keyakinan beragama serta kurang ditumbuhkannya tanggung jawab sosial pada anak
remaja, meskipun, motif-motif pribadi dari kejiwaan anak juga menunjang delinkuen para remaja,
seperti; memuaskan kecendrungan keserakahan, meningkatnya agresifitas dan dorongan seksual,
sifat manja dan mental yang lemah, hasrat berkumpul dengan peer (teman Sebaya), kecenderungan
anak berimitasi, pembawaan patologis atau abnormal dari anak itu sendiri, konflik batin dan pelarian
diri yang berujung pada pembelan diri yang irasional. ( DR. Kartini Kartono: Patologi sosial dan
kenakalan remaja, 2002)
Aspek Hukum Remaja Delinkuen
Delinkuen ini dalam tataran fakta dibagi menjadi dua jenis; delinkuen sosial dan delinkuen Individual,
dipandang sosiologis apabila remaja memusuhi konteks kemasyarakatan. Dimana para remaja tidak
merasa bersalah apabila perbuatan yang dilakukannya tidak merugikan kelompok atau dirinya
meskipun menimbulkan keresahan pada masyarakat, sedang dalam perspektif individual para
remaja yang delinkuen memusuhi semua orang, baik itu orang tua, PR atau gurunya.
Masyarakat akhirnya menghadapi masalah yang dilematik dalam menimbang dan memutuskan satu
perbuatan anak, apakah dikategorikan sebagai tindak kriminal atau disimpulkan sebagai delinkuen.
Tetapi untuk menentukannya faktor hukum pidana sebagai hukum positif mutlak diperhatikan dan
pendapat para pakar hukum anglo saxon yang menentukan delinkuensi ditinjau dari hukum pidana
dapat juga dijadikan acuan. Para ahli ini memandang bahwa delinkuen adalah perbuatan dan tingkah
laku yang merupakan perbuatan perkosaan terhadap norma hukum pidana dan pelanggaraan
terhadap norma-norma kesusilaan yang dilakukan anak remaja, disamping itu mereka juga
memandang bahwa delinkuen ini dilakukan oleh offenders (pelaku kejahatan) yang terdiri dari anak
(berumur dibawah 21 tahun) yang termasuk yuridiksi pengadilan anak.
Dalam konteks keindonesiaan masalah delinkuen ini telah mendapat pegangan baku dalam aspek
yuridis formal. Dalam hukum pidana pengaturannya tersebar dalam beberapa pasal, tetapi pasal
akarnya adalah pasal 45, 46, 47 KUHP, sedang dalam KUH Perdata masalah ini diatur dalam pasal
302 dan semua pasal yang ditunjuk dan terkait.
3. Seorang remaja yang melakukan tindakan-tindakan yang dipandang kriminal oleh masyarakat
umum, harus berhadapan dengan pengadilan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya
secara hukum positif. Tugas seorang hakim menjadi amat mulia, karena dia harus teliti dan seksama
dalam memutuskan apakah seorang anak telah mampu membedakan secara hukum akses dari
perbuatannya. Apabila seorang hakim memandang bahwa seorang anak telah mampu membedakan
secara hukum, maka hakim memutuskan hukum pidana kepadanya dengan pengurangan 1/3
hukuman pidana biasa atau alternatif lain anak tersebut diserahkan kepada negara untuk di didik
tanpa hukuman pidana apapun, tetapi apabila anak tersebut dipandang oleh hakim belum mampu
membedakan perbuatannya secara hukum maka anak tersebut dikembalikan kepada orang tua atau
wali untuk diasuh tanpa hukuman pidana apapun (Drs. Sudarsono SH; kenakalan remaja, 1995)
Hukuman yang diberikan pada remaja ini dimaknai sesuai dengan tujuan hukuman yaitu melindungi
ketertiban umum sebagai usaha untuk mencegah terjadinya pelanggaran hukum. Hukum yang
dikenakan bukanlah satu pembalasan dendam, para perilaku delliquen tetaplah manusia, yang satu
atau lain hal menyebabkannya terperosok pada lembah perilaku yang salah. Harapan dari hal ini
lebih jauh akan menimbulkan kontramotif yang merupakan satu pressing kepada jiwa.
Hak menghukum atau Yuspuniendi berada dalam tangan negara. Negara lewat tangan pengadilan
yang bersih adalah satu kekuatan yang mempunyai otoritas. Otoritas ini tidak berhak dimiliki
masyarakat, kelompok tertentu apalagi satu sosok individu, karena sebagaimana kekhawatiran
Howard B. kaplan dalam patterns of Juvenille delinquency (1984), lingkungan sosial dalam merespon
satu tindakan delinkuen ini kadangkala didasarkan pada karakteristik sosial pelakunya, satu tindakan
delinkuen dari satu ras atau kelompok sosial tertentu akan lebih mudah dijatuhi hukuman yang keras
dibandingkan apabila perbuatan ini dilakukan oleh ras atau kelompok yang lain. Dalam konteks ini
perlakuan masyarakat terhadap perilaku delikuen bersifat diskriminatif sebagai olahan atas
interpretasi ketidak sukaan terhadap ras atau kelompok sosial tertentu.
Lebih jauh dalam perkembangan kekinian negara adalah pemegang kendali dalam pemasyarakatan.
Wacana multikulturalisme yang menawarkan kesetaraan dalam hak, kewajiban dan hukum bagi
setiap anggota masyarakat, dengan kata lain negara adalah wadah yang mengakomodir dua hal yang
menjadi pandangan krusial: kesetaraan dalam perbedaan sehingga mampu menekan konflk sosial
baik horizontal ataupun vertikal yang terjadi dalam masyarakat. Apalagi dalam konteks
keindonesiaan yang tingkat heterogenitasnya sangat tinggi. Hal inilah yang membuat kekuasaan
mutlak negara memegang peranan penting sebagai penyeimbang atau faktor yang dapat berdiri
netral. (Neutral and Balancing Factors)
Upaya Resosialisasi Pelaku Delinkuen
4. Membuang pelaku delikuen atau menjauhkannya adalah satu tindakan yang tidak bijak ditinjau dari
segi manapun, satu kesalahan yang dilakukan remaja tidak berarti menjadikannya seseorang yang
dipandang bukan lagi manusia, dia tetap menusia sempurna yang mempunyai hak dan kewajiban
sebagai makhluk mulia. Satu hal yang pasti adalah usaha untuk melakukan sosialisasi kembali remaja
delinkuen untuk kembali ke lingkungan sosial masyarakatnya mutlak diperlukan. Setidaknya terdapat
tiga buah upaya resosialisasi remaja delinkuen:
Yang pertama adalah pendidikan, sebuah upaya untuk menjadikan seorang remaja memahami
fungsinya sebagai bagian dari lingkungan sosial, Pendidikan juga berfungsi menanamkan nilai-nilai
sosial kemasyarakatan pada diri anak, disamping itu pendidikan mencoba untuk membentuk nilai-
nilai remaja agar sesuai dengan nilai-nilai orang dewasa dan mengembangkan keterampilan sosial
dan kecakapan sosial. Pendidik memegang peranan penting dalam menyukseskan misi ini, pendidik
dipandang sebagai dinamisator dan motivator perkembangan mental remaja, agar sesuai dengan
harapan masyarakatnya (The Ideal Society Hope) dengan melaksanakan tugas-tugas perkembangan
yang diamanatkan lingkungan sosial kepada para remaja. Pendidik juga berperan dalam membangun
sistem kepercayan, penghargaan dan ketetapan yang terjadi dibawah sadar para remaja tentang
tindakan yang benar dan yang salah, untuk memastikan satu individu berusaha sesuai dengan
harapan masyarakat, hal ini sesuai yang dikatakan Philip G. Zimbardo dalam Psycology and Life (
1985) tentang nilai-nilai moral (Morality)
Yang kedua adalah mengembangkan dinamika kelompok, Prof. Monk, Prof. Knoers dan DR. Sri
Rahayu dalam Psikologi perkembangan (1982) mengatakan masa remaja adalah fase perantara
untuk anak dalam memasuki dunia nyata dan menunaikan tugas sosial, mengutip perkataan Futler,
yang meninjau dari sudut pandang fenomenologis mereka mengutarakan bahwa masa tingkah laku
moral yang sesungguhnya baru akan timbul pada masa remaja sebagai periode masa muda yang
harus dihayati untuk dapat mencapai tingkah laku moral yang otonom, eksistensi muda sebagai
keseluruhan merupakan masalah moral yang dalam hal ini harus dilihat sebagai hal yang
bersangkutan dengan nilai-nilai. Erikson (1964) menambahkan bahwa identitas diri yang dicari
remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat.
Berdasarkan hal ini maka para remaja sebenarnya memahami nilai-nilai yang ada dalam
masyarakatnya dan mampu melaksanakannya untuk kemudian diinternalisasikan menjadi nilai-nilai
kepribadian. Perkembangan ke arah ini tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan hanya melalui
hubungan dan pergaulan dengan komponen-komponen yang lain. Semua orang tanpa kecuali hidup
di beberapa kelompok, mulai dari keluarga, kelompok sebaya, kelas dan kelompok lain-lainya. Setiap
kelompok itu mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yang kadangkala tercapai tujuannya tetapi
kadangkala juga tidak, dalam hal ini kelompok sebaya merupakan perantara yang penting bagi para
remaja seperti argumentasi dari Horrocks dan Benimof (1966) dimana kelompok ini merupakan
dunia nyata yang menyiapkan panggung dimana remaja dapat menguji diri sendiri dan orang lain,
didalam kelompok sebaya remaja merumuskan dan memperbaiki dirinya.
5. Disinilah ia dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak memaksakan sangsi-
sangsi dunia dewasa yang justru ingin dihindarinya. Kelompok sebaya memberikan sebuah dunia
yang dapat melakukan sosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai
yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman-teman seusianya. Jadi, didalam
masyarakat sebaya inilah remaja memperoleh dukungan untuk memperjuangkan emansipasi dan
disitu pulalah ia dapat menemukan dunia yang memungkinkannya bertindak sebagai pemimpin
apabila ia mampu melakukannya. Kecuali itu, kelompok sebaya merupakan hiburan utama remaja,
untuk itulah keterlibatan merupakan suatu hal yang krusial bagi remaja, Karena remaja merupakan
bagian dari masyarakat yang hidup didalamnya.
Terkadang memang terjadi ketegangan atau pertentangan antara pribadi remaja dengan
masyarakatnya, maka disinilah dinamika kelompok berperan menjembatani remaja dalam
memperkuat pribadinya untuk diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Dalam kelompok ini remaja
bergaul dengan orang lain, tumbuh menjadi dewasa melalui interaksi dan akhirnya berkembang
menjadi manusia yang utuh.
Dan yang ketiga adalah keterampilan, secara psikologis menurut piaget (1969) masa remaja adalah
usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada
dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurang nya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat
(dewasa) mempunyai banyak aspek efektif. Kurang lebih berhubungan dengan masa puber,
termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Tranformasi intelektual yang khas dari cara
berpikir remaja ini memungkinkan remaja untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang
dewasa.
Sebagai anggota masyarakat para remaja memerlukan ketrampilan untuk sandaran masa depan,
dengan keterampilan yang dimilikinya diharapkan para remaja memahami perkembangan yang
terjadi dalam masyarakatnya dan aktif mendorong kemajuan masyarakatnya, para remaja ini
mampu berpartisipasi dan berperan aktif dalam pembangunan. Meluasnya kesempatan untuk
melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan dilingkungan sosial menjadikannya memiliki wawasan sosial
yang semakin baik, dan bila ini terus berlanjut akan menambah keterampilan dan memperbesar
partisipai sosial, ini berarti semakin memperbesar kompetensi sosial remaja yang pada akhirnya
akan mengeliminir remaja menjadi kelompok yang pasif (Pasif Community) yang kekosongan
waktunya ini dapat membuatnya melampiaskan kekecewaan jiwa pada masyarakatnya.
Penutup
6. Para remaja pada dasarnya masih mempunyai rentang kehidupan yang jauh, masih ada sisa-sisa
zaman yang harus di isi oleh para remaja. Perilakunya merupakan masalah yang kompleks dari
interaksi dengan masyarakat, ia merupakan akumulasi dari kompleksitas masalah-masalah sosial
masyarakat yang didiaminya. Bahkan secara lebih lanjut adalah perpanjangan dari konflik dan
gejolak politik, terlalu naif bila perilaku ini hanya dilimpahkan kepada para remaja dan dunia
pendidikan karena banyak aspek yang terkait didalamnya. Kesalahan para pemaja seharusnya tidak
lantas melemparkannya dari hakikat-hakikat insaniahnya sebagai makhluk mulia dan bermartabat,
upaya penerimaan kembali masyarakat adalah tuntutan obyektif yang tidak mungkin kita nafikan
bila prilaku delinkuen ini ingin kita carikan solusi. Karena proses resosialisasi merupakan salah satu
kedewasaan masyarakat untuk kembali belajar mendialogkan persoalan ini. Negara sebagai
pemegang kebijakan harus bertindak tegas dan bijaksana untuk meredam dan mengeliminir budaya
kekerasan yang akhir-akhir ini menjadi eforia di masyarakat Indonesia
****
Daftar Bacaan:
1. Zimbardo, Philip G, Psycology and life, Scott Foresman and Company, Glen View, Illinois London,
England, 1985
2. Monks. Prof, Knoers AMP, Prof. dan Sri Rahayu DR, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press: 1982
3. John B. May, Crime and The Social Structure, faber London : 1983
4. Kartini Kartono DR Patologi Sosial dan Kenakalan Remaja, Grafindo Persada jakarta: 2002
5. Sudarsono, Drs, SH, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta Jakarta: 1995
6. Bawengan GW Drs, SH, Psikologi Kriminal, Pradnya Paramita, Jakarta: 1995
7. Kaplan Howard B., Patterns of Juvenille Delinquency, Subi Publication, London: 1984
7. 8. Hildegard Wenzler-Cremer dan Maria Fischer Siregar Proses Pengembangan Diri, Gramedia Widia
Sarana Indonesia jakarta:1993 9. Elizabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan, Erlangga, jakarta:1980
Saya Khumaidi Tohar, S.Pd setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di
Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah
(tidak ada copyright). .
CATATAN:
Artikel-artikel yang muncul di sini akan tetap di pertanggungjawabkan oleh penulis-penulis artikel
masing-masing dan belum tentu mencerminkan sikap, pendapat atau kepercayaan Pendidikan
Network.
Pendidikan-Dasar