ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN KONTROL
BIOSISTEM
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Instrumentasi dan Kontrol
Biosistem Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Jember
Oleh:
Nama : M. Yuwan Kilmi
NIM : 131710201007
Kelas : TEP – A
Acara : II (Pengukuran Tahanan Dalam Ampere Meter
Dan Jembatan Wheatsone)
Asisten : Ana Kanzul Fikri
LABORATORIUM ENERGI, OTOMATISASI, dan INSTRUMENTASI
PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. METODOLOGI PRAKTIKUM
1.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Hari : Sabtu
Tanggal : 31 Mei 2014
Pukul : 08.30 WIB – selesai
Tempat : Laboratorium Instrumentasi Teknik Pertanian FTP Unej
1.2 Alat dan Komponen yang Digunakan
Alat dan komponen yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut.
1.2.1 Alat
1) Power supply DC
2) AVO meter digital
3) Project board
4) Tang potong
1.2.2 Komponen
1) Resistor fixed (22 KΩ; 2K2 Ω)
2) Potensio (B10 KΩ dan B500 KΩ)
3) Jepit buaya, jumper
1.3 Prosedur Kerja
Percobaan 1
P1 R1
A
P2
S1
S2
Mulai
Membuat rangkaian seperti pada gambar diatas dengan menggunakan project board,
mengamati rangkaian tersebut
Pada keadaan S1 dan S2 terbuka, P1 diputar hingga mencapai nilai tahanan maksimum,
dan P2 diatur hingga mencapai tahanan minimum
Pada keadaan S1 tertutup dan S2 terbuka P1 diputar pada arah tahanan minimum sampai
jarum penunjuk ampere mencapai nilai arus listrik maksimum tertentu yang masuk
dalam rangkaian
Pada keadaan S1 dan S2 tertutup arus listrik selalu mencari lokasi yang bebas hambatan,
yaitu melewati cabang rangkaian P2, kemudian P2 diputar kearah nilai tahanan
maksimum sampai jarum penunjuk kuat arus mencapai setengah skala maksimum.
Dalam kondisi ini dapat dikatakan I1 = 0,5 X I dan P2 diukur dengan ohm meter
melakukan prosedur diatas, dengan melakukan sumber tegangan 5, 7, 12 Volt
Percobaan 2
VBD
Vs
A
D B
C
R1 R2
R4R3
Mulai
Membuat rangkaian jembatan wheatsone dengan menggunakan project board dengan
konfigurasi tahanan sesuai dengan tabel
Mengamati dan mencatat keluaran tegangan pada VBD, VB, dan VD hdengan
menggunakan AVO meter
Mengaplikasikan prosedur diatas dengan menggunakan tegangan 5, 7, 12, Volt pada
rangkaian tersebut
Melengkapi tabel yang telah disediakan
Selesai
BAB 2. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hambatan Dalam
Alat ukur merupakan rangkaian elektronika yang terdiri dari komponen-
komponen elektronika. Karena itu alat ukur juga akan memiliki tahanan dalam
(hambatan dalam=Rd) yang terjadi karena rangkaian elektronika tersebut.
Tahanan dalam pada suatu alat ukur harus memiliki nilai yang sesuai hingga tidak
menimbulkan kesalahan pada proses pengukuran.
2.2 Jembatan Wheatsone
Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang ditemukan oleh Samuel Hunter
Christie pada 1833 dan meningkat kemudian dipopulerkan oleh Sir Charles
Wheatstone pada tahun 1843. Ini digunakan untuk mengukur suatu yang tidak
diketahui hambatan listrik dengan menyeimbangkan dua kali dari rangkaian
jembatan, satu kaki yang mencakup komponen diketahui kerjanya mirip dengan
aslinya potensiometer.
jembatan wheatsone adalah rangkaian empat buah resistor yang disusun
sedemikian rupa dengan salah satu resistornya dapat diatur sedemikian rupa
sehingga galvanometer menunjukkan angka nol. saat galvanometer menunjukkan
angka nol, maka tidak ada arus yang mengalir dengan kata lain besar beda
potensial antara titik B dengan titik D sama dengan nol.
Berikut beberapa pengertian tentang jembatan wheatsone menurut para ahli.
Jembatan Wheatstone adalah suatu alat pengukur, alat ini dipergunakan
untuk memperoleh ketelitian dalam melaksanakan pengukuran terhadap suatu
tahanan yang nilainya relatif kecil sekali umpamanya saja suatu kebocoran dari
kabel tanah/ kartsluiting dan sebagainya. (Suryatmo, 1974).
Jembatan Wheatstone adalah alat yang paling umum digunakan untuk
pengukuran tahanan yang teliti dalam daerah 1 sampai 100.000 Ω. Jembatan
Wheatstone terdiri dari tahanan R1, R2, R3, dimana tahanan tersebut merupakan
tahanan yang diketahui nilainya dengan teliti dan dapat diatur. (Lister, 1993).
2.3 Tabel Hasil Praktikum
1. Pengukuran Tahanan Dalam OHM meter
P1 (KΩ) R1 (KΩ) Imax (mA) 0,5 Imax E (Volt) R2 = Rd (KΩ)
0 - 500 2,2 2,24 1,14 5 23,5
0 - 500 2,2 5,31 2,73 12 27,0
0 - 500 22 0,23 0,11 5 13,6
VBD
Vs
A
D B
C
R1 R2
R4R3
0 - 500 22 0,54 0,28 12 70,5
Grafik 1. Pengukuran Hambatan Dalam
Pada grafik terlihat bahwa hasil pengukuran tahanan dalam (Rd) dari
Amperemeter menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda berkisar pada 27,0 KΩ
dan 70,5 KΩ hal ini sesuai dengan fakta bahwa tahanan dalam memiliki nilai
konstan, walaupun tegangan maupun R1 yang diaplikasikan pada rangkaian
dirubah. Penyimpangan yang terjadi ada pada saat tegangan menunjukkan nilai
yang terlalu besar karena secara teori tegangan yang dihasilkan seharusnya
bernilai kecil.
Jika nilai R1 yang didapatkan dirata-rata akan menghasilkan nilai tahanan
sebesar 12,1KΩ sebagai tahanan Ohm Meter.
Kesalahan yang dapat terjadi ketika pengukuran adalah sebagai berikut.
1. Potensio yang digunakan pada praktikum kemarin terbakar, sehingga
mempengaruhi besar data yang terbaca oleh multimeter digital.
2. Selain terbakar, potensio yang digunakan juga banyak yang rusak
karena sudah lama dan terlalu sering dipakai sehingga menyebabkan
data yang didapat bisa salah.
3. Potensio yang digunakan tidak terlalu menancap pada wise board
sehingga data yang diperoleh tidak valid.
4. Kesalahan praktikan ketika meletakkan kedua ujung multimeter
digital yang salah sehingga mempengaruhi besar data yang
diperoleh.enunjuk
0
20
40
60
80
5 12
Hambatan(KΩ)
Tegangan (Volt)
PROBLEMA 1
Persamaan matematis yang mendapatkan nilai Rd = P2 !
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut;
1. Keadaan S1 tertutup dan S2 terbuka.
Arus I mengalir pada Potensio 1 (P1), Resistor (R1), dan Amperemeter
(I1).
2. Keadaan S1 dan S2 tertutup.
Arus I mengalir pada Potensio 1 (P1) dan Resistor (R1), kemudian masuk
percabangan menjadi i1 (mengalir pada Amperemeter) dan i2 (mengalir
pada P2). Berdasarkan HK. Khirchoff maka I = I1 + I2
P2 diset sedemikian rupa sehingga pada amperemeter arus i1 mengalir
sebesar 0,5 I.
Maka persamaan menjadi I = 0,5 I + I2, sehingga I2 = I – 0,5 I = 0,5 I.
Dengan demikian I1 = I2.
Berdasarkan V = I / R dan tegangan yang mengalir pada suatu cabang
rangkaian paralel sama dengan cabang yang lain V1 = V2 = VC, maka :
Pada amperemeter Rd = V /0,5 I
Pada P2(RP2)= V /0,5 I
Sehingga terbukti Rd = P2
PROBLEMA 2
P1 R1
A
P2S2
S1
I i1 = 0.5 I
i2 = 0.5 I
Jelaskan secara matematis Rd yang bagaimanakah yang diperlukan untuk
pengukuran kuat arus seperti pada gambar dibawah ini;
1. Gambar 1 menunjukkan arus I mengalir pada Resistor 1 (R1).
Besar I = E / R1
2. Gambar 2 menunjukkan arus I’ mengalir pada Resistor 1 (R1) dan
Amperemeter (Rd).
Besar I’ = E / (R1 + Rd)
Pada Gambar 1 dan 2 jika pengukuran kuat arus benar-benar ingin didapatkan
nilai kuat arus yang sesungguhnya melewati R1 maka I’ harus sama dengan I,
sehingga untuk mendapatkan hal tersebut:
E / R1 = E / (R1+Rd)
karena nilai E sama, maka:
R1 = R1 + Rd
Jika Rd dibuat ï‚» 0
R1 = R1 + 0
Sehingga didapatkan nilai Rd ï‚» 0 atau diusahakan mendekati 0 (karena jika
Rd = 0 maka arus tidak mengalir).
Jadi pada pengukuran kuat arus diharapkan menggunakan amperemeter yang
mempunyai tahanan dalam yang seminimal mungkin.
I
E
R1
A
I’
E
R1
Rd
Gambar 2
Gambar 1
PROBLEMA 3
Jelaskan secara matematis Rd yang bagaimanakah yang diperlukan untuk
pengukuran tegangan seperti pada gambar dibawah ini;
1. Gambar 1 menunjukkan arus I mengalir pada R1 dan R2.
Besar I = E / (R1+R2)
sehingga besar tegangan;
E pada R1 = I * (R1+R2)dan;
E pada R2 = I *(R1+R2)
2. Gambar 2 menunjukkan arus I’ mengalir pada R1 dan Rd
Besar kuat arus rangkaian 2 (I’);
I’ = E / (R1 +RC) RC = Tahanan total percabangan
I’ = E / (R1+((R2*Rd)/(Rd+R2))
Pada percabangan ; I1 + I2 = I’
Pada Gambar 1 dan 2 jika pengukuran tegangan benar-benar ingin
didapatkan nilai tegangan yang sesungguhnya melewati R2 maka I harus
sama dengan I’, sehingga tegangan pada R2 (ER2) gambar 1 sama dengan
tegangan pada R2 (ER2) gambar 2 untuk mendapatkan hal tersebut:
1. I = E / (R1+R2)
2. I’ = E / (R1+((R2*Rd)/(Rd+R2))) Untuk mendapat I = I’ maka;
E / (R1+R2 )= E / (R1+((R2*Rd)/(Rd+R2))) Karena E dan R1 sama
maka;
Gambar 1 Gambar 2
E
R1
R2
V
I
V
I’
E
R1
R2
i1
i2
Rd
R2 = (R2*Rd)/(Rd+R2)
R2 = (R2*Rd)/(Rd+R2) Jika Rd ï‚» ~, maka;
R2 = (R2*~)/(~+R2)
R2 = ~/~
R2 = 1
Dengan demikian arus yang mengalir pada R2 Gambar 2 akan sama
dengan arus yang mengalir pada gambar 1, sehingga nilai tegangan pada
R2 Gambar 2 akan sama dengan E = I (R1(Rd+R2)+(R2*Rd)) / (R2+Rd)
Untuk itu diperlukan pengukur tegangan dengan tahanan dalam yang
besar.
Sehingga didapatkan nilai Rd ï‚» ~ atau diusahakan mendekati ~.
Jadi pada pengukuran tegangan diharapkan menggunakan Voltmeter yang
mempunyai tahanan dalam yang besar.
2. Pengukuran Tegangan Pada Jembatan Wheatsone
No Scen
E
(Volt)
Tahanan (KΩ) Pengukuran (Volt) Teoritis (Volt)
R1 R2 R3 R4 VBD VD VB VBD VD VB
1 R2 > R4
5
10 22 1 2,2 0,01 0,45 0,45 0,00 0,45 0,45
2 R1 < R3 1 2,2 10 22 0,01 0,44 4,50 0,00 4,54 4,54
3 R2 > R4
7
10 22 1 2,2 0,03 1,51 1,53 0,00 0,63 0,63
4 R1 < R3 1 2,2 10 22 0,03 15,03 15,16 0,00 6,36 6,36
5 R2 > R4
12
10 22 1 2,2 0,02 1,07 1,08 0,00 1,09 1,09
6 R1 < R3 1 2,2 10 22 0,02 10,69 10,69 0,00 10,90 10,90
Jika diperhatikan pada tabel terlihat bahwa hasil pengukuran tidak selalu
sama dengan teori, akan tetapi perbedaan yang ditunjukkan relatif kecil sehingga
tidak menimbulkan kesalahan yang besar. Kesalahan tersebut mungkin
disebabkan oleh kurangnya tingkat ketelitian praktikan, sehingga data yang
diperoleh relatif besar. Disamping itu juga, adanya pengaruh dari alat praktikum
seperti terlepasnya rangkaian, kurang tepatnya meletakkan kedua ujung kabel
multimeter terhadap resistor sehingga data yang terbaca oleh multimeter relatif
besar, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil pengamatan Nilai VBD diperoleh dari VB – VD, artinya
VBD (Vout) merupakan beda potensial antara VB dengan VD. Berdasarkan
pengamatan pada skenario nomer 2, 6, 8, 12, 14, dan 18 didapatkan nilai VBD
sebesar 0 Volt (teori). Pada saat tersebut ternyata VB = 22 Volt Keadaan inilah
yang dikatakan sebagai keadaan setimbang.
Keadaan setimbang Jembatan Wheatstone dimana terjadi Vout (VBD) = 0
didapatkan pada saat konfigurasi tahanan pada rangkaian Jembatan menunjukkan
R1 * R4 = R2 * R3, yaitu pada scenario nomer 2, 6, 8, 12, 14, dan 18, secara
teoritis. Jika diberikan contoh pada scenario 1 ; R1=10; R2=22; R3=1; R4=2,2.
jika dimasukkan dalam persamaan 10 * 2,2 = 22 * 1, pada tegangan ukur tertulis =
0, sehingga sesuai dengan teori. Pada pengukuran, nilai tegangan VBD pada
keadaan setimbang tidak menunjukkan nilai 0 tapi mendekati nilai nol dengan
kesalahan terbesar 30 mV. Mengingat kondisi peralatan maka dapatlah dikatakan
bahwa hasil pengukuran cukup memadai dengan teori.
BAB 3. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut ini:
1. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan nilai tahanan dalam amperemeter
sangat kecil agar tidak mempengaruhi tegangan dan arus yang mengalir.
2. Untuk pengukuran kuat arus diperlukan alat ukur yang memiliki tahanan dalam
yang kecil atau mendekati 0.
3. Untuk pengukuran tegangan diperlukan alat ukur yang memiliki tahanan dalam
yang besar atau mendekati ~.
4. Tegangan Output pada Jembatan Wheatstone merupakan beda potensial antara
masing-masing pembagi tegangan
5. Pada Jembatan Wheatstone keadaan setimbang tercapai pada Vout sebesar 0
volt
6. Pada keadaan setimbang konfigurasi tahanan pada Jembatan Wheatstone
mengikuti persamaan R2*R3 = R1*R4.
DAFTAR PUSTAKA
Bolton, W. 1996. Mechatronics. London: Longman.
ITB. 2000. Modul Teori Dasar Jembatan Wheatsone.
http://lfd.fmipa.itb.ac.id/artikel/modul_interaktif/modul_2_f/teori.html
. [2 Juni 2014].
Lister, E. C. 1993. Mesin dan Rangkaian Listrik. Erlangga : Jakarta.
Suryatmo, F. 1986. Teknik Listrik Pengukuran. Bina aksara : Jakarta.
Universitas Gunadarma. Tanpa Tahun. Jembatan Wheatsone.
http://ocw.gunadarma.ac.id/course/computer-science-and-
information/computer -system-s1/listrik-magnet/jembatan-wheatstone.
[2 Juni 2014].
Woolard, B. 1999. Elektronika Praktis. Jakarta: PT Pradnya Paramitha.

More Related Content

What's hot (20)

Percobaan transformator ana kinanti
Percobaan transformator ana kinantiPercobaan transformator ana kinanti
Percobaan transformator ana kinanti
anakinanti2
Ìý
Kelompok 4 tep a-tugas enfita
Kelompok 4 tep a-tugas enfitaKelompok 4 tep a-tugas enfita
Kelompok 4 tep a-tugas enfita
ine oke
Ìý
5. instrumentasi dan pengukuran listrik (mkk)
5. instrumentasi dan pengukuran listrik (mkk)5. instrumentasi dan pengukuran listrik (mkk)
5. instrumentasi dan pengukuran listrik (mkk)
Redo Pariansah
Ìý
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeter
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeterHambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeter
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeter
Khairul Amri
Ìý
9 semikonduktor
9 semikonduktor9 semikonduktor
9 semikonduktor
ImrhAn Khairel
Ìý
Transistor
TransistorTransistor
Transistor
Firda Purbandari
Ìý
5 pengukuran dan kesalahan
5 pengukuran dan kesalahan5 pengukuran dan kesalahan
5 pengukuran dan kesalahan
Simon Patabang
Ìý
Laporan Percobaan praktikum Hukum superposisi dan loop
Laporan Percobaan praktikum Hukum superposisi dan loopLaporan Percobaan praktikum Hukum superposisi dan loop
Laporan Percobaan praktikum Hukum superposisi dan loop
Polytechnic State Semarang
Ìý
Laporan acara flip flop
Laporan acara flip flopLaporan acara flip flop
Laporan acara flip flop
Yuwan Kilmi
Ìý
pengukuran kapasitor pelat sejajar dan permitivitas relatif
pengukuran kapasitor pelat sejajar dan permitivitas relatifpengukuran kapasitor pelat sejajar dan permitivitas relatif
pengukuran kapasitor pelat sejajar dan permitivitas relatif
MohammadAgungDirmawa
Ìý
8 pengukuran tahanan
8 pengukuran tahanan8 pengukuran tahanan
8 pengukuran tahanan
Simon Patabang
Ìý
Karakteristik ldr dalam suatu rangkaian sederhana dalam dunia elektronika
Karakteristik ldr dalam suatu rangkaian sederhana dalam dunia elektronikaKarakteristik ldr dalam suatu rangkaian sederhana dalam dunia elektronika
Karakteristik ldr dalam suatu rangkaian sederhana dalam dunia elektronika
Alkip Kanasi
Ìý
Radiasi termal
Radiasi termalRadiasi termal
Radiasi termal
ervinaikke
Ìý
Penguat tegangan bersama(ditanahkan)
Penguat tegangan bersama(ditanahkan)Penguat tegangan bersama(ditanahkan)
Penguat tegangan bersama(ditanahkan)
Asta Wibawa
Ìý
Elektronika Dasar - Resistor
Elektronika Dasar - ResistorElektronika Dasar - Resistor
Elektronika Dasar - Resistor
Beny Abd
Ìý
Ohm-meter
Ohm-meterOhm-meter
Ohm-meter
Ghins GO
Ìý
SALURAN TRANSMISI [Praktikum DST]
SALURAN TRANSMISI [Praktikum DST]SALURAN TRANSMISI [Praktikum DST]
SALURAN TRANSMISI [Praktikum DST]
Salman Alparisi
Ìý
Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2
sinta novita
Ìý
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Dandi Ardiansyah Putra
Ìý
Percobaan transformator ana kinanti
Percobaan transformator ana kinantiPercobaan transformator ana kinanti
Percobaan transformator ana kinanti
anakinanti2
Ìý
Kelompok 4 tep a-tugas enfita
Kelompok 4 tep a-tugas enfitaKelompok 4 tep a-tugas enfita
Kelompok 4 tep a-tugas enfita
ine oke
Ìý
5. instrumentasi dan pengukuran listrik (mkk)
5. instrumentasi dan pengukuran listrik (mkk)5. instrumentasi dan pengukuran listrik (mkk)
5. instrumentasi dan pengukuran listrik (mkk)
Redo Pariansah
Ìý
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeter
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeterHambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeter
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeter
Khairul Amri
Ìý
5 pengukuran dan kesalahan
5 pengukuran dan kesalahan5 pengukuran dan kesalahan
5 pengukuran dan kesalahan
Simon Patabang
Ìý
Laporan Percobaan praktikum Hukum superposisi dan loop
Laporan Percobaan praktikum Hukum superposisi dan loopLaporan Percobaan praktikum Hukum superposisi dan loop
Laporan Percobaan praktikum Hukum superposisi dan loop
Polytechnic State Semarang
Ìý
Laporan acara flip flop
Laporan acara flip flopLaporan acara flip flop
Laporan acara flip flop
Yuwan Kilmi
Ìý
pengukuran kapasitor pelat sejajar dan permitivitas relatif
pengukuran kapasitor pelat sejajar dan permitivitas relatifpengukuran kapasitor pelat sejajar dan permitivitas relatif
pengukuran kapasitor pelat sejajar dan permitivitas relatif
MohammadAgungDirmawa
Ìý
8 pengukuran tahanan
8 pengukuran tahanan8 pengukuran tahanan
8 pengukuran tahanan
Simon Patabang
Ìý
Karakteristik ldr dalam suatu rangkaian sederhana dalam dunia elektronika
Karakteristik ldr dalam suatu rangkaian sederhana dalam dunia elektronikaKarakteristik ldr dalam suatu rangkaian sederhana dalam dunia elektronika
Karakteristik ldr dalam suatu rangkaian sederhana dalam dunia elektronika
Alkip Kanasi
Ìý
Radiasi termal
Radiasi termalRadiasi termal
Radiasi termal
ervinaikke
Ìý
Penguat tegangan bersama(ditanahkan)
Penguat tegangan bersama(ditanahkan)Penguat tegangan bersama(ditanahkan)
Penguat tegangan bersama(ditanahkan)
Asta Wibawa
Ìý
Elektronika Dasar - Resistor
Elektronika Dasar - ResistorElektronika Dasar - Resistor
Elektronika Dasar - Resistor
Beny Abd
Ìý
Ohm-meter
Ohm-meterOhm-meter
Ohm-meter
Ghins GO
Ìý
SALURAN TRANSMISI [Praktikum DST]
SALURAN TRANSMISI [Praktikum DST]SALURAN TRANSMISI [Praktikum DST]
SALURAN TRANSMISI [Praktikum DST]
Salman Alparisi
Ìý
Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2
sinta novita
Ìý
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Dandi Ardiansyah Putra
Ìý

Viewers also liked (9)

Acara 7 transistor
Acara 7 transistorAcara 7 transistor
Acara 7 transistor
Yuwan Kilmi
Ìý
Perancangan dan Implementasi Kontroler Linear Quadratic Regulator (LQR) pada ...
Perancangan dan Implementasi Kontroler Linear Quadratic Regulator (LQR) pada ...Perancangan dan Implementasi Kontroler Linear Quadratic Regulator (LQR) pada ...
Perancangan dan Implementasi Kontroler Linear Quadratic Regulator (LQR) pada ...
PT PLN (Persero)
Ìý
Tutorial Map Info
Tutorial Map InfoTutorial Map Info
Tutorial Map Info
Yuwan Kilmi
Ìý
Prinsip Kerja Pada Mesin
Prinsip Kerja Pada MesinPrinsip Kerja Pada Mesin
Prinsip Kerja Pada Mesin
Yuwan Kilmi
Ìý
Laporan ikb acara 8
Laporan ikb acara 8Laporan ikb acara 8
Laporan ikb acara 8
Yuwan Kilmi
Ìý
Makalah Jin Syaithan dan Iblis
Makalah Jin Syaithan dan IblisMakalah Jin Syaithan dan Iblis
Makalah Jin Syaithan dan Iblis
PT PLN (Persero)
Ìý
Laporan alsintan 1
Laporan alsintan 1Laporan alsintan 1
Laporan alsintan 1
Yuwan Kilmi
Ìý
Traktor pertanian
Traktor pertanianTraktor pertanian
Traktor pertanian
Yuwan Kilmi
Ìý
Teknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman panganTeknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman pangan
Yuwan Kilmi
Ìý
Acara 7 transistor
Acara 7 transistorAcara 7 transistor
Acara 7 transistor
Yuwan Kilmi
Ìý
Perancangan dan Implementasi Kontroler Linear Quadratic Regulator (LQR) pada ...
Perancangan dan Implementasi Kontroler Linear Quadratic Regulator (LQR) pada ...Perancangan dan Implementasi Kontroler Linear Quadratic Regulator (LQR) pada ...
Perancangan dan Implementasi Kontroler Linear Quadratic Regulator (LQR) pada ...
PT PLN (Persero)
Ìý
Tutorial Map Info
Tutorial Map InfoTutorial Map Info
Tutorial Map Info
Yuwan Kilmi
Ìý
Prinsip Kerja Pada Mesin
Prinsip Kerja Pada MesinPrinsip Kerja Pada Mesin
Prinsip Kerja Pada Mesin
Yuwan Kilmi
Ìý
Laporan ikb acara 8
Laporan ikb acara 8Laporan ikb acara 8
Laporan ikb acara 8
Yuwan Kilmi
Ìý
Makalah Jin Syaithan dan Iblis
Makalah Jin Syaithan dan IblisMakalah Jin Syaithan dan Iblis
Makalah Jin Syaithan dan Iblis
PT PLN (Persero)
Ìý
Laporan alsintan 1
Laporan alsintan 1Laporan alsintan 1
Laporan alsintan 1
Yuwan Kilmi
Ìý
Traktor pertanian
Traktor pertanianTraktor pertanian
Traktor pertanian
Yuwan Kilmi
Ìý
Teknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman panganTeknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman pangan
Yuwan Kilmi
Ìý

Similar to Acara 2 ikb (20)

Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohmLaporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
Nurul Hanifah
Ìý
Rangakaian Arus searah
Rangakaian Arus searahRangakaian Arus searah
Rangakaian Arus searah
tsamarul
Ìý
Modul 02
Modul 02Modul 02
Modul 02
Deny Saputro
Ìý
ELEKTRONIKA DAYA GHEA.docx
ELEKTRONIKA DAYA GHEA.docxELEKTRONIKA DAYA GHEA.docx
ELEKTRONIKA DAYA GHEA.docx
GheaTutkey1
Ìý
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimen
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimenEksperimen soal eks osn2009-final eksperimen
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimen
anggawibisono91
Ìý
Konsep dasar-listrik-c
Konsep dasar-listrik-cKonsep dasar-listrik-c
Konsep dasar-listrik-c
fillaf
Ìý
voltmeter dan ampermeter
voltmeter dan ampermetervoltmeter dan ampermeter
voltmeter dan ampermeter
Zara Neur
Ìý
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analog
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analogLaporan hukum ohm praktikum elektronika analog
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analog
wahyuadnyana_dw
Ìý
Rangkaian Arus Searah
Rangkaian Arus SearahRangkaian Arus Searah
Rangkaian Arus Searah
Syihab Ikbal
Ìý
Rangkaian Integral & Diferensial RC
Rangkaian Integral & Diferensial RCRangkaian Integral & Diferensial RC
Rangkaian Integral & Diferensial RC
Wahyu Pratama
Ìý
Macam Alat-alat Ukur Listrik yang digunakan di Industri
Macam Alat-alat Ukur Listrik yang digunakan di IndustriMacam Alat-alat Ukur Listrik yang digunakan di Industri
Macam Alat-alat Ukur Listrik yang digunakan di Industri
MuhamadAli701988
Ìý
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
RANGKAIAN THEVENIN-NORTHON
RANGKAIAN THEVENIN-NORTHONRANGKAIAN THEVENIN-NORTHON
RANGKAIAN THEVENIN-NORTHON
Annis Kenny
Ìý
Bab 4 macam2 alat-ukur-penggunaanya
Bab 4 macam2 alat-ukur-penggunaanyaBab 4 macam2 alat-ukur-penggunaanya
Bab 4 macam2 alat-ukur-penggunaanya
Agus Subowo
Ìý
Modul praktikum rl2
Modul praktikum rl2Modul praktikum rl2
Modul praktikum rl2
heri santosa
Ìý
Teknik dasar kelistrikan
Teknik dasar kelistrikanTeknik dasar kelistrikan
Teknik dasar kelistrikan
Zainal Abidin
Ìý
Listrik Dinamik untuk pembelajaran sma.ppt
Listrik Dinamik untuk pembelajaran sma.pptListrik Dinamik untuk pembelajaran sma.ppt
Listrik Dinamik untuk pembelajaran sma.ppt
alyahumaira53
Ìý
13276617ldhfksjhfksjdhflsdhfldsjkhfshflshdlkh.ppt
13276617ldhfksjhfksjdhflsdhfldsjkhfshflshdlkh.ppt13276617ldhfksjhfksjdhflsdhfldsjkhfshflshdlkh.ppt
13276617ldhfksjhfksjdhflsdhfldsjkhfshflshdlkh.ppt
NovitraFuja
Ìý
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohmLaporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
Nurul Hanifah
Ìý
Rangakaian Arus searah
Rangakaian Arus searahRangakaian Arus searah
Rangakaian Arus searah
tsamarul
Ìý
ELEKTRONIKA DAYA GHEA.docx
ELEKTRONIKA DAYA GHEA.docxELEKTRONIKA DAYA GHEA.docx
ELEKTRONIKA DAYA GHEA.docx
GheaTutkey1
Ìý
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimen
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimenEksperimen soal eks osn2009-final eksperimen
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimen
anggawibisono91
Ìý
Konsep dasar-listrik-c
Konsep dasar-listrik-cKonsep dasar-listrik-c
Konsep dasar-listrik-c
fillaf
Ìý
voltmeter dan ampermeter
voltmeter dan ampermetervoltmeter dan ampermeter
voltmeter dan ampermeter
Zara Neur
Ìý
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analog
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analogLaporan hukum ohm praktikum elektronika analog
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analog
wahyuadnyana_dw
Ìý
Rangkaian Arus Searah
Rangkaian Arus SearahRangkaian Arus Searah
Rangkaian Arus Searah
Syihab Ikbal
Ìý
Rangkaian Integral & Diferensial RC
Rangkaian Integral & Diferensial RCRangkaian Integral & Diferensial RC
Rangkaian Integral & Diferensial RC
Wahyu Pratama
Ìý
Macam Alat-alat Ukur Listrik yang digunakan di Industri
Macam Alat-alat Ukur Listrik yang digunakan di IndustriMacam Alat-alat Ukur Listrik yang digunakan di Industri
Macam Alat-alat Ukur Listrik yang digunakan di Industri
MuhamadAli701988
Ìý
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
RANGKAIAN THEVENIN-NORTHON
RANGKAIAN THEVENIN-NORTHONRANGKAIAN THEVENIN-NORTHON
RANGKAIAN THEVENIN-NORTHON
Annis Kenny
Ìý
Bab 4 macam2 alat-ukur-penggunaanya
Bab 4 macam2 alat-ukur-penggunaanyaBab 4 macam2 alat-ukur-penggunaanya
Bab 4 macam2 alat-ukur-penggunaanya
Agus Subowo
Ìý
Modul praktikum rl2
Modul praktikum rl2Modul praktikum rl2
Modul praktikum rl2
heri santosa
Ìý
Teknik dasar kelistrikan
Teknik dasar kelistrikanTeknik dasar kelistrikan
Teknik dasar kelistrikan
Zainal Abidin
Ìý
Listrik Dinamik untuk pembelajaran sma.ppt
Listrik Dinamik untuk pembelajaran sma.pptListrik Dinamik untuk pembelajaran sma.ppt
Listrik Dinamik untuk pembelajaran sma.ppt
alyahumaira53
Ìý
13276617ldhfksjhfksjdhflsdhfldsjkhfshflshdlkh.ppt
13276617ldhfksjhfksjdhflsdhfldsjkhfshflshdlkh.ppt13276617ldhfksjhfksjdhflsdhfldsjkhfshflshdlkh.ppt
13276617ldhfksjhfksjdhflsdhfldsjkhfshflshdlkh.ppt
NovitraFuja
Ìý

Recently uploaded (7)

Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.pptMekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
iwankawank
Ìý
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
rhamset
Ìý
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.pptpelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
rhamset
Ìý
Matematika Mengengah Pertemuan Ke-13 ok.
Matematika Mengengah Pertemuan Ke-13 ok.Matematika Mengengah Pertemuan Ke-13 ok.
Matematika Mengengah Pertemuan Ke-13 ok.
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
Ìý
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
rhamset
Ìý
Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptxTugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
iqbalhadad517
Ìý
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptxPengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
gintingdesiana
Ìý
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.pptMekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
iwankawank
Ìý
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
1 Pengantar-dan-Dasar-Hukum-Scaffolding.pptx
rhamset
Ìý
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.pptpelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
pelatihanScaffolding-Training-With-Bahasa.ppt
rhamset
Ìý
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
8-Standar-pemasngan-Pembongkaran-Perancah-Rev.pptx
rhamset
Ìý
Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptxTugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
iqbalhadad517
Ìý
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptxPengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
Pengukuran_Instrumentasi_Pertemuan1.pptx
gintingdesiana
Ìý

Acara 2 ikb

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN KONTROL BIOSISTEM Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Instrumentasi dan Kontrol Biosistem Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember Oleh: Nama : M. Yuwan Kilmi NIM : 131710201007 Kelas : TEP – A Acara : II (Pengukuran Tahanan Dalam Ampere Meter Dan Jembatan Wheatsone) Asisten : Ana Kanzul Fikri
  • 2. LABORATORIUM ENERGI, OTOMATISASI, dan INSTRUMENTASI PERTANIAN JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2014 BAB 1. METODOLOGI PRAKTIKUM 1.1 Waktu dan Tempat Praktikum Hari : Sabtu Tanggal : 31 Mei 2014 Pukul : 08.30 WIB – selesai Tempat : Laboratorium Instrumentasi Teknik Pertanian FTP Unej 1.2 Alat dan Komponen yang Digunakan Alat dan komponen yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut. 1.2.1 Alat 1) Power supply DC 2) AVO meter digital 3) Project board 4) Tang potong 1.2.2 Komponen 1) Resistor fixed (22 KΩ; 2K2 Ω) 2) Potensio (B10 KΩ dan B500 KΩ) 3) Jepit buaya, jumper
  • 3. 1.3 Prosedur Kerja Percobaan 1 P1 R1 A P2 S1 S2 Mulai Membuat rangkaian seperti pada gambar diatas dengan menggunakan project board, mengamati rangkaian tersebut Pada keadaan S1 dan S2 terbuka, P1 diputar hingga mencapai nilai tahanan maksimum, dan P2 diatur hingga mencapai tahanan minimum Pada keadaan S1 tertutup dan S2 terbuka P1 diputar pada arah tahanan minimum sampai jarum penunjuk ampere mencapai nilai arus listrik maksimum tertentu yang masuk dalam rangkaian Pada keadaan S1 dan S2 tertutup arus listrik selalu mencari lokasi yang bebas hambatan, yaitu melewati cabang rangkaian P2, kemudian P2 diputar kearah nilai tahanan maksimum sampai jarum penunjuk kuat arus mencapai setengah skala maksimum. Dalam kondisi ini dapat dikatakan I1 = 0,5 X I dan P2 diukur dengan ohm meter melakukan prosedur diatas, dengan melakukan sumber tegangan 5, 7, 12 Volt
  • 4. Percobaan 2 VBD Vs A D B C R1 R2 R4R3 Mulai Membuat rangkaian jembatan wheatsone dengan menggunakan project board dengan konfigurasi tahanan sesuai dengan tabel Mengamati dan mencatat keluaran tegangan pada VBD, VB, dan VD hdengan menggunakan AVO meter Mengaplikasikan prosedur diatas dengan menggunakan tegangan 5, 7, 12, Volt pada rangkaian tersebut Melengkapi tabel yang telah disediakan Selesai
  • 5. BAB 2. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Hambatan Dalam Alat ukur merupakan rangkaian elektronika yang terdiri dari komponen- komponen elektronika. Karena itu alat ukur juga akan memiliki tahanan dalam (hambatan dalam=Rd) yang terjadi karena rangkaian elektronika tersebut. Tahanan dalam pada suatu alat ukur harus memiliki nilai yang sesuai hingga tidak menimbulkan kesalahan pada proses pengukuran. 2.2 Jembatan Wheatsone Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang ditemukan oleh Samuel Hunter Christie pada 1833 dan meningkat kemudian dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun 1843. Ini digunakan untuk mengukur suatu yang tidak diketahui hambatan listrik dengan menyeimbangkan dua kali dari rangkaian
  • 6. jembatan, satu kaki yang mencakup komponen diketahui kerjanya mirip dengan aslinya potensiometer. jembatan wheatsone adalah rangkaian empat buah resistor yang disusun sedemikian rupa dengan salah satu resistornya dapat diatur sedemikian rupa sehingga galvanometer menunjukkan angka nol. saat galvanometer menunjukkan angka nol, maka tidak ada arus yang mengalir dengan kata lain besar beda potensial antara titik B dengan titik D sama dengan nol. Berikut beberapa pengertian tentang jembatan wheatsone menurut para ahli. Jembatan Wheatstone adalah suatu alat pengukur, alat ini dipergunakan untuk memperoleh ketelitian dalam melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya relatif kecil sekali umpamanya saja suatu kebocoran dari kabel tanah/ kartsluiting dan sebagainya. (Suryatmo, 1974). Jembatan Wheatstone adalah alat yang paling umum digunakan untuk pengukuran tahanan yang teliti dalam daerah 1 sampai 100.000 Ω. Jembatan Wheatstone terdiri dari tahanan R1, R2, R3, dimana tahanan tersebut merupakan tahanan yang diketahui nilainya dengan teliti dan dapat diatur. (Lister, 1993). 2.3 Tabel Hasil Praktikum 1. Pengukuran Tahanan Dalam OHM meter P1 (KΩ) R1 (KΩ) Imax (mA) 0,5 Imax E (Volt) R2 = Rd (KΩ) 0 - 500 2,2 2,24 1,14 5 23,5 0 - 500 2,2 5,31 2,73 12 27,0 0 - 500 22 0,23 0,11 5 13,6 VBD Vs A D B C R1 R2 R4R3
  • 7. 0 - 500 22 0,54 0,28 12 70,5 Grafik 1. Pengukuran Hambatan Dalam Pada grafik terlihat bahwa hasil pengukuran tahanan dalam (Rd) dari Amperemeter menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda berkisar pada 27,0 KΩ dan 70,5 KΩ hal ini sesuai dengan fakta bahwa tahanan dalam memiliki nilai konstan, walaupun tegangan maupun R1 yang diaplikasikan pada rangkaian dirubah. Penyimpangan yang terjadi ada pada saat tegangan menunjukkan nilai yang terlalu besar karena secara teori tegangan yang dihasilkan seharusnya bernilai kecil. Jika nilai R1 yang didapatkan dirata-rata akan menghasilkan nilai tahanan sebesar 12,1KΩ sebagai tahanan Ohm Meter. Kesalahan yang dapat terjadi ketika pengukuran adalah sebagai berikut. 1. Potensio yang digunakan pada praktikum kemarin terbakar, sehingga mempengaruhi besar data yang terbaca oleh multimeter digital. 2. Selain terbakar, potensio yang digunakan juga banyak yang rusak karena sudah lama dan terlalu sering dipakai sehingga menyebabkan data yang didapat bisa salah. 3. Potensio yang digunakan tidak terlalu menancap pada wise board sehingga data yang diperoleh tidak valid. 4. Kesalahan praktikan ketika meletakkan kedua ujung multimeter digital yang salah sehingga mempengaruhi besar data yang diperoleh.enunjuk 0 20 40 60 80 5 12 Hambatan(KΩ) Tegangan (Volt)
  • 8. PROBLEMA 1 Persamaan matematis yang mendapatkan nilai Rd = P2 ! Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut; 1. Keadaan S1 tertutup dan S2 terbuka. Arus I mengalir pada Potensio 1 (P1), Resistor (R1), dan Amperemeter (I1). 2. Keadaan S1 dan S2 tertutup. Arus I mengalir pada Potensio 1 (P1) dan Resistor (R1), kemudian masuk percabangan menjadi i1 (mengalir pada Amperemeter) dan i2 (mengalir pada P2). Berdasarkan HK. Khirchoff maka I = I1 + I2 P2 diset sedemikian rupa sehingga pada amperemeter arus i1 mengalir sebesar 0,5 I. Maka persamaan menjadi I = 0,5 I + I2, sehingga I2 = I – 0,5 I = 0,5 I. Dengan demikian I1 = I2. Berdasarkan V = I / R dan tegangan yang mengalir pada suatu cabang rangkaian paralel sama dengan cabang yang lain V1 = V2 = VC, maka : Pada amperemeter Rd = V /0,5 I Pada P2(RP2)= V /0,5 I Sehingga terbukti Rd = P2 PROBLEMA 2 P1 R1 A P2S2 S1 I i1 = 0.5 I i2 = 0.5 I
  • 9. Jelaskan secara matematis Rd yang bagaimanakah yang diperlukan untuk pengukuran kuat arus seperti pada gambar dibawah ini; 1. Gambar 1 menunjukkan arus I mengalir pada Resistor 1 (R1). Besar I = E / R1 2. Gambar 2 menunjukkan arus I’ mengalir pada Resistor 1 (R1) dan Amperemeter (Rd). Besar I’ = E / (R1 + Rd) Pada Gambar 1 dan 2 jika pengukuran kuat arus benar-benar ingin didapatkan nilai kuat arus yang sesungguhnya melewati R1 maka I’ harus sama dengan I, sehingga untuk mendapatkan hal tersebut: E / R1 = E / (R1+Rd) karena nilai E sama, maka: R1 = R1 + Rd Jika Rd dibuat ï‚» 0 R1 = R1 + 0 Sehingga didapatkan nilai Rd ï‚» 0 atau diusahakan mendekati 0 (karena jika Rd = 0 maka arus tidak mengalir). Jadi pada pengukuran kuat arus diharapkan menggunakan amperemeter yang mempunyai tahanan dalam yang seminimal mungkin. I E R1 A I’ E R1 Rd Gambar 2 Gambar 1
  • 10. PROBLEMA 3 Jelaskan secara matematis Rd yang bagaimanakah yang diperlukan untuk pengukuran tegangan seperti pada gambar dibawah ini; 1. Gambar 1 menunjukkan arus I mengalir pada R1 dan R2. Besar I = E / (R1+R2) sehingga besar tegangan; E pada R1 = I * (R1+R2)dan; E pada R2 = I *(R1+R2) 2. Gambar 2 menunjukkan arus I’ mengalir pada R1 dan Rd Besar kuat arus rangkaian 2 (I’); I’ = E / (R1 +RC) RC = Tahanan total percabangan I’ = E / (R1+((R2*Rd)/(Rd+R2)) Pada percabangan ; I1 + I2 = I’ Pada Gambar 1 dan 2 jika pengukuran tegangan benar-benar ingin didapatkan nilai tegangan yang sesungguhnya melewati R2 maka I harus sama dengan I’, sehingga tegangan pada R2 (ER2) gambar 1 sama dengan tegangan pada R2 (ER2) gambar 2 untuk mendapatkan hal tersebut: 1. I = E / (R1+R2) 2. I’ = E / (R1+((R2*Rd)/(Rd+R2))) Untuk mendapat I = I’ maka; E / (R1+R2 )= E / (R1+((R2*Rd)/(Rd+R2))) Karena E dan R1 sama maka; Gambar 1 Gambar 2 E R1 R2 V I V I’ E R1 R2 i1 i2 Rd
  • 11. R2 = (R2*Rd)/(Rd+R2) R2 = (R2*Rd)/(Rd+R2) Jika Rd ï‚» ~, maka; R2 = (R2*~)/(~+R2) R2 = ~/~ R2 = 1 Dengan demikian arus yang mengalir pada R2 Gambar 2 akan sama dengan arus yang mengalir pada gambar 1, sehingga nilai tegangan pada R2 Gambar 2 akan sama dengan E = I (R1(Rd+R2)+(R2*Rd)) / (R2+Rd) Untuk itu diperlukan pengukur tegangan dengan tahanan dalam yang besar. Sehingga didapatkan nilai Rd ï‚» ~ atau diusahakan mendekati ~. Jadi pada pengukuran tegangan diharapkan menggunakan Voltmeter yang mempunyai tahanan dalam yang besar. 2. Pengukuran Tegangan Pada Jembatan Wheatsone No Scen E (Volt) Tahanan (KΩ) Pengukuran (Volt) Teoritis (Volt) R1 R2 R3 R4 VBD VD VB VBD VD VB 1 R2 > R4 5 10 22 1 2,2 0,01 0,45 0,45 0,00 0,45 0,45 2 R1 < R3 1 2,2 10 22 0,01 0,44 4,50 0,00 4,54 4,54 3 R2 > R4 7 10 22 1 2,2 0,03 1,51 1,53 0,00 0,63 0,63 4 R1 < R3 1 2,2 10 22 0,03 15,03 15,16 0,00 6,36 6,36 5 R2 > R4 12 10 22 1 2,2 0,02 1,07 1,08 0,00 1,09 1,09 6 R1 < R3 1 2,2 10 22 0,02 10,69 10,69 0,00 10,90 10,90 Jika diperhatikan pada tabel terlihat bahwa hasil pengukuran tidak selalu sama dengan teori, akan tetapi perbedaan yang ditunjukkan relatif kecil sehingga tidak menimbulkan kesalahan yang besar. Kesalahan tersebut mungkin disebabkan oleh kurangnya tingkat ketelitian praktikan, sehingga data yang diperoleh relatif besar. Disamping itu juga, adanya pengaruh dari alat praktikum seperti terlepasnya rangkaian, kurang tepatnya meletakkan kedua ujung kabel multimeter terhadap resistor sehingga data yang terbaca oleh multimeter relatif besar, dan lain sebagainya.
  • 12. Berdasarkan hasil pengamatan Nilai VBD diperoleh dari VB – VD, artinya VBD (Vout) merupakan beda potensial antara VB dengan VD. Berdasarkan pengamatan pada skenario nomer 2, 6, 8, 12, 14, dan 18 didapatkan nilai VBD sebesar 0 Volt (teori). Pada saat tersebut ternyata VB = 22 Volt Keadaan inilah yang dikatakan sebagai keadaan setimbang. Keadaan setimbang Jembatan Wheatstone dimana terjadi Vout (VBD) = 0 didapatkan pada saat konfigurasi tahanan pada rangkaian Jembatan menunjukkan R1 * R4 = R2 * R3, yaitu pada scenario nomer 2, 6, 8, 12, 14, dan 18, secara teoritis. Jika diberikan contoh pada scenario 1 ; R1=10; R2=22; R3=1; R4=2,2. jika dimasukkan dalam persamaan 10 * 2,2 = 22 * 1, pada tegangan ukur tertulis = 0, sehingga sesuai dengan teori. Pada pengukuran, nilai tegangan VBD pada keadaan setimbang tidak menunjukkan nilai 0 tapi mendekati nilai nol dengan kesalahan terbesar 30 mV. Mengingat kondisi peralatan maka dapatlah dikatakan bahwa hasil pengukuran cukup memadai dengan teori.
  • 13. BAB 3. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut ini: 1. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan nilai tahanan dalam amperemeter sangat kecil agar tidak mempengaruhi tegangan dan arus yang mengalir. 2. Untuk pengukuran kuat arus diperlukan alat ukur yang memiliki tahanan dalam yang kecil atau mendekati 0. 3. Untuk pengukuran tegangan diperlukan alat ukur yang memiliki tahanan dalam yang besar atau mendekati ~. 4. Tegangan Output pada Jembatan Wheatstone merupakan beda potensial antara masing-masing pembagi tegangan 5. Pada Jembatan Wheatstone keadaan setimbang tercapai pada Vout sebesar 0 volt 6. Pada keadaan setimbang konfigurasi tahanan pada Jembatan Wheatstone mengikuti persamaan R2*R3 = R1*R4.
  • 14. DAFTAR PUSTAKA Bolton, W. 1996. Mechatronics. London: Longman. ITB. 2000. Modul Teori Dasar Jembatan Wheatsone. http://lfd.fmipa.itb.ac.id/artikel/modul_interaktif/modul_2_f/teori.html . [2 Juni 2014]. Lister, E. C. 1993. Mesin dan Rangkaian Listrik. Erlangga : Jakarta. Suryatmo, F. 1986. Teknik Listrik Pengukuran. Bina aksara : Jakarta. Universitas Gunadarma. Tanpa Tahun. Jembatan Wheatsone. http://ocw.gunadarma.ac.id/course/computer-science-and- information/computer -system-s1/listrik-magnet/jembatan-wheatstone. [2 Juni 2014].
  • 15. Woolard, B. 1999. Elektronika Praktis. Jakarta: PT Pradnya Paramitha.