Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Tn. A dirawat dengan diagnosis hipertensi dan mengeluh nyeri kepala; (2) Perawat mengidentifikasi masalah utama yaitu nyeri akut, ansietas, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan gangguan pola tidur; (3) Intervensi perawat meliputi manajemen nyeri, pengurangan ansietas, peningkatan toleransi aktivitas, optimalisasi nutrisi, dan penyesuaian pol
Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan Artritis Gout meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Diagnosa yang ditemukan adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Artritis Gout dan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit. Intervensi meliputi pendidikan kesehatan tentang penyakit dan cara merawat pasien. Implementasi dan evaluasi menunjukkan tujuan keperawatan tercapai den
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
Ìý
Dokumen tersebut merangkum konsep dasar diabetes mellitus, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaannya. Diabetes mellitus adalah kelompok gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kekurangan produksi insulin atau resistensi terhadap insulin. Terdapat dua tipe utama diabetes yaitu tipe 1 yang disebabkan kerusakan sel pankreas dan tipe 2 yang le
Dokumen tersebut membahas konsep medis dan keperawatan terkait fraktur tibia. Secara ringkas, dibahas definisi dan anatomi fraktur tibia, etiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaannya yang meliputi tindakan umum, penatalaksanaan keperawatan, serta pencegahannya.
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengeluarkan urine meskipun ada keinginan atau dorongan untuk buang air kecil. Dokumen ini membahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan konsep askep retensi urine. Diagnosa keperawatan yang diberikan meliputi nyeri akut, gangguan pola eliminasi urine, ansietas, kurang pengetahuan, dan intoleransi aktivitas.
Retensi urin dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kerusakan pusat miksi, hipertrofi prostat, atau trauma. Gejala umumnya meliputi nyeri saat berkemih, kesulitan berkemih, dan distensi kandung kemih. Penatalaksanaan meliputi kateterisasi, drainase, dan obat analgesik.
Laporan ini memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan pasien dengan TB paru di ruang Cucakrowo RSUD M. Ashari Pemalang. Dokumen ini menjelaskan definisi TB, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan TB paru."
Dokumen tersebut membahas tentang colic abdomen atau rasa nyeri pada perut yang bersifat hilang timbul dan disebabkan oleh infeksi atau sumbatan organ dalam perut seperti empedu dan ginjal. Dokumen ini menjelaskan definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi, dan penatalaksanaan medis dari kondisi colic abdomen.
Ada 4 jenis penyuntikan obat, yaitu intramuskular, intravena, subkutan, dan intrakutan. Masing-masing jenis memiliki lokasi dan sudut penyuntikan yang berbeda-beda, sesuai dengan jaringan sasaran. Spuit dan ukuran jarum juga bervariasi tergantung jenis penyuntikan.
8
Dokumen tersebut membahas tentang hipertensi sebagai salah satu penyakit kardiovaskuler yang umum di masyarakat. Hipertensi dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti stroke, gagal ginjal, dan kebutaan. Dokumen juga menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, gejala, dan pemeriksaan penunjang untuk hipertensi.
Dokumen tersebut merupakan asuhan keperawatan untuk hipertensi yang mencakup pengkajian, diagnosa, dan intervensi keperawatan untuk masalah-masalah yang sering dialami pasien hipertensi seperti resiko penurunan curah jantung, nyeri akut, gangguan sirkulasi, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan kurangnya pengetahuan.
Ketidakbersihan jalan napas, kekurangan volume cairan, kerusakan jaringan kulit, dan hambatan mobilitas merupakan masalah prioritas pasien dengan diabetes mellitus dan komplikasinya.
Batu ginjal merupakan masalah kesehatan umum yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik, diet, dan gaya hidup. Gejala utamanya adalah nyeri akibat obstruksi saluran kemih. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik, laboratorium, dan gambar medis. Penatalaksanaan bertujuan mengeluarkan batu dan mencegah kekambuhan dengan mengubah gaya hidup dan diet.
Batu ginjal atau batu saluran kemih merupakan masalah kesehatan yang sudah dikenal sejak zaman kuno. Batu ini dapat terbentuk di ginjal atau bagian lain dari saluran kemih. Terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhi terbentuknya batu seperti genetik, umur, jenis kelamin, pola makan, dan aktivitas fisik. Gejala yang ditimbulkan bervariasi tergantung lokasi batu namun biasanya
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengeluarkan urine meskipun ada keinginan atau dorongan untuk buang air kecil. Dokumen ini membahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan konsep askep retensi urine. Diagnosa keperawatan yang diberikan meliputi nyeri akut, gangguan pola eliminasi urine, ansietas, kurang pengetahuan, dan intoleransi aktivitas.
Retensi urin dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kerusakan pusat miksi, hipertrofi prostat, atau trauma. Gejala umumnya meliputi nyeri saat berkemih, kesulitan berkemih, dan distensi kandung kemih. Penatalaksanaan meliputi kateterisasi, drainase, dan obat analgesik.
Laporan ini memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan pasien dengan TB paru di ruang Cucakrowo RSUD M. Ashari Pemalang. Dokumen ini menjelaskan definisi TB, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan TB paru."
Dokumen tersebut membahas tentang colic abdomen atau rasa nyeri pada perut yang bersifat hilang timbul dan disebabkan oleh infeksi atau sumbatan organ dalam perut seperti empedu dan ginjal. Dokumen ini menjelaskan definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi, dan penatalaksanaan medis dari kondisi colic abdomen.
Ada 4 jenis penyuntikan obat, yaitu intramuskular, intravena, subkutan, dan intrakutan. Masing-masing jenis memiliki lokasi dan sudut penyuntikan yang berbeda-beda, sesuai dengan jaringan sasaran. Spuit dan ukuran jarum juga bervariasi tergantung jenis penyuntikan.
8
Dokumen tersebut membahas tentang hipertensi sebagai salah satu penyakit kardiovaskuler yang umum di masyarakat. Hipertensi dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti stroke, gagal ginjal, dan kebutaan. Dokumen juga menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, gejala, dan pemeriksaan penunjang untuk hipertensi.
Dokumen tersebut merupakan asuhan keperawatan untuk hipertensi yang mencakup pengkajian, diagnosa, dan intervensi keperawatan untuk masalah-masalah yang sering dialami pasien hipertensi seperti resiko penurunan curah jantung, nyeri akut, gangguan sirkulasi, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan kurangnya pengetahuan.
Ketidakbersihan jalan napas, kekurangan volume cairan, kerusakan jaringan kulit, dan hambatan mobilitas merupakan masalah prioritas pasien dengan diabetes mellitus dan komplikasinya.
Batu ginjal merupakan masalah kesehatan umum yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik, diet, dan gaya hidup. Gejala utamanya adalah nyeri akibat obstruksi saluran kemih. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik, laboratorium, dan gambar medis. Penatalaksanaan bertujuan mengeluarkan batu dan mencegah kekambuhan dengan mengubah gaya hidup dan diet.
Batu ginjal atau batu saluran kemih merupakan masalah kesehatan yang sudah dikenal sejak zaman kuno. Batu ini dapat terbentuk di ginjal atau bagian lain dari saluran kemih. Terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhi terbentuknya batu seperti genetik, umur, jenis kelamin, pola makan, dan aktivitas fisik. Gejala yang ditimbulkan bervariasi tergantung lokasi batu namun biasanya
Renal kalkuli adalah pengkristalan mineral yang terbentuk di ginjal. Faktor risikonya meliputi genetik, umur, dan diet. Gejalanya bervariasi tergantung lokasi batu, mulai dari nyeri pinggang hingga kolik ginjal. Pemeriksaan diagnostik meliputi laboratorium, radiologi, dan ultrasonografi. Penatalaksanaannya meliputi terapi medikamentosa, ESWL, maupun endourologi."
Dokumen tersebut membahas tentang ureterolithiasis atau batu pada ureter. Ureterolithiasis terjadi ketika terdapat batu yang menyumbat saluran ureter, biasanya berasal dari batu ginjal. Gejala utamanya adalah nyeri akut yang terjadi saat batu bergerak di saluran kemih. Penatalaksanaannya meliputi pengobatan nyeri, meningkatkan aliran urine, hingga tindakan medis invasif seperti litotripsi
Batu ginjal dapat terbentuk di ginjal dan saluran kemih. Batu staghorn merupakan batu besar yang mengisi pelvis dan kaliks ginjal, menyerupai tanduk rusa. Batu ini umumnya terbentuk akibat infeksi bakteri pemecah urea. Pasien mengeluh nyeri pinggang dan hematuria. Pemeriksaan imaging seperti USG dan CT scan digunakan untuk diagnosis. Penatalaksanaan meliputi terapi medikamentosa, ESWL, endourolog
Dokumen tersebut membahas tentang batu ginjal atau batu saluran kemih, mulai dari definisi, epidemiologi, etiologi, faktor risiko, teori pembentukan, komposisi, lokasi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaannya.
Jamur memiliki ciri-ciri umum seperti memiliki dinding sel, tidak bergerak, tidak memiliki klorofil dan bersifat heterotrof. Jamur dapat hidup sebagai saprofit, parasit, atau simbion dengan cara menyerap zat organik dari bahan mati, inang hidup, atau melalui simbiosis. Jamur diklasifikasikan ke dalam empat divisi berdasarkan siklus hidupnya. Jamur memiliki peran penting dalam siklus materi
Dokumen tersebut membahas tentang manfaat ilmu biologi dalam bidang pertanian, khususnya dalam meningkatkan produksi pangan. Ilmu biologi telah memungkinkan penemuan bibit tanaman unggul, teknik rekayasa genetika, dan penanganan hama secara biologis untuk meningkatkan hasil pertanian.
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, sejarah, pembuatan, dan contoh-contoh tanaman transgenik. Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi gen asing untuk mendapatkan sifat baru seperti tahan hama, cuaca, atau busuk.
2. Metode pembuatan tanaman transgenik meliputi identifikasi gen, kloning, dan transfer gen ke sel tanaman menggunakan metode seperti senjata gen atau transformasi yang diperantarai
Corn requires large amounts of nutrients and their removal must be replaced to maintain soil fertility. As corn acreage and yields have increased, higher demands are being placed on soils. The document discusses nutrient needs at different corn stages and the importance of soil and plant tissue testing to monitor nutrient levels and identify deficiencies. Deficiencies can reduce yields, but tissue testing allows issues to be addressed before visual symptoms appear. Maintaining balanced nutrition through testing and fertilization is key to maximizing corn health and productivity.
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbionsf' yagami
Ìý
Dokumen ini membahas tiga jenis jamur, yaitu jamur saprofit yang hidup pada materi organik mati, jamur parasit yang menyerap nutrisi dari inangnya, dan jamur simbion yang bersimbiosis dengan organisme lain seperti ganggang atau akar tumbuhan. Contoh jamur saprofit adalah jamur kuping dan Clavaria zippelli, contoh jamur parasit adalah Ustilago maydis pada tanaman jagung, dan contoh jamur simbion adalah lic
Makalah ini membahas reproduksi pada jamur yang terjadi secara aseksual melalui pembentukan tunas, fragmentasi hifa, dan spora aseksual, serta secara seksual melalui pertemuan gamet dan pembentukan zigot. Reproduksi seksual dapat berupa isogami, anisogami, oogami, gametangiogami, somatogami, atau spermatisasi.
Dokumen tersebut membahas tentang hernia inguinalis, yang merupakan penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui dinding yang seharusnya tertutup. Hernia inguinalis disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan penutupan prosesus vaginalis janin secara kongenital, yang membentuk kantung hernia dimana viskus abdomen dapat memasukinya. Manifestasi klinis hernia inguinalis antara lain benjolan yang muncul dan hilang di paha
Dokumen tersebut membahas proses keperawatan pada pasien anak dengan penyakit tuberkulosis (TBC) dengan pendekatan lima langkah. Langkah-langkah tersebut meliputi pengkajian gejala klinis seperti demam, batuk, sesak nafas, dan pemeriksaan fisik dan diagnostik seperti kultur sputum dan rontgen dada. Penatalaksanaannya meliputi pemberian obat anti-TB, vitamin, fisioterapi, dan konsultasi teratur.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan anak dengan diare. Secara ringkas, diare adalah kondisi buang air besar yang tidak normal lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi encer yang disebabkan oleh inflamasi usus dan gangguan absorpsi cairan dan elektrolit. Gejala klinis diare antara lain buang air besar encer, dehidrasi, dan gangguan keseimbangan asam basa. Penanganannya meliputi pemberian cair
Berikan oksigen sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan oksigenasi jaringan dan mengurangi beban kerja jantung.
e. Berikan analgesik sesuai indikasi.
R/ Mengurangi nyeri yang dapat menghambat pola pernapasan.
f. Bantu klien melakukan latihan pernapasan dalam dan batuk.
R/ Meningkatkan ekspansi paru dan mencegah ateletasis.
g. Berikan diet yang mudah dicerna dan cukup kalori.
R
Hernia adalah penonjolan isi perut melalui lubang normal yang disebabkan oleh kelemahan otot perut. Hernia dapat berupa konjenital atau didapat dan dapat terjadi di berbagai bagian tubuh seperti inggu, pusar, paha, dan diafragma. Gejalanya berupa benjolan yang dapat mengecil atau menghilang. Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk menentukan jenis dan lokasi hernia.
Contoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktspf' yagami
Ìý
KBK berfokus pada pencapaian kompetensi siswa secara individual atau kelas, penyampaian pembelajaran dengan berbagai pendekatan dan metode, serta penilaian yang menekankan pada proses dan hasil belajar. Sementara itu, KTSP memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan kurikulum sesuai kebutuhan siswa.
Larutan elektrolit dan larutan non elektrolitf' yagami
Ìý
Larutan dapat dibedakan menjadi elektrolit dan non-elektrolit. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena terionisasi sempurna atau sebagian, seperti larutan garam dan asam-basa kuat/lemah. Larutan non-elektrolit tidak dapat menghantarkan arus karena tidak terionisasi, seperti senyawa organik. Senyawa dapat pula dibedakan menjadi ion dan kovalen polar ber
Reproduksi pada hewan dilakukan secara aseksual atau seksual. Reproduksi seksual melibatkan gamet jantan dan betina untuk menghasilkan keturunan baru, sedangkan aseksual tidak melibatkan gamet. Kebanyakan vertebrata hanya bereproduksi secara seksual melalui pembuahan gamet di dalam atau luar tubuh.
Tutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplayf' yagami
Ìý
Tutorial ini menjelaskan cara membuat media pembelajaran dengan Autoplay dengan menambahkan berbagai objek seperti gambar, label, tombol, video, dan mengatur efek suara serta musik latar. Tutorial ini juga mendemonstrasikan cara menambahkan tautan dan aksi navigasi antar halaman.
Reproduksi pada hewan dilakukan secara generatif untuk menghasilkan keturunan baru. Pada vertebrata, reproduksi dibedakan menjadi ovipar, vivipar, dan ovovivipar, tergantung tempat perkembangan embrio. Sedangkan pada manusia, reproduksi dilakukan secara vivipar melalui proses pembuahan di dalam rahim.
1. ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN BATU GINJAL
KONSEP MEDIS
Pengertian
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.
Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks
ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal
kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih
bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia
prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
Insidens dan Etiologi
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi
status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia
adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain
yang masih belum terungkap (idiopatik)
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran
kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih
Beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih adalah:
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk
batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu
dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin,
globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal
1
2. batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat
pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan
terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat,
kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin.
Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha
pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak
ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu
kalsium adalah:
1. Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi
karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif),
gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria
renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti
pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak
dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya
oksalat seperti the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran
hijau terutama bayam.
3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat
dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya
batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi
makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.
4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium
sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan
hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom
malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan
bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan
dengan kalsium ddengan oksalat.
Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu
ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
golongan pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim
urease dan mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan
karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak
dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika
dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet
tinggi protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6,
volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
2
3. Patofisiologi
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi
saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi
urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat
menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran
kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan
ginjal permanen (gagal ginjal)
Batu Saluran Kemih
Pielonefritis
Obstruksi Infeksi Ureritis
Sistitis
Hidronefrosis Pionefrosis
Hidroureter Urosepsis
Gagal Ginjal
Gambaran Klinik dan Diagnosis
Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit yang
telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-
vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan tanda-tanda gagal
ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didaptkan demam/menggigil.
Pemeriksaan sedimen urine menunjukan adanya lekosit, hematuria dan dijumpai kristal-kristal
pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya adanya
pertumbuhan kuman pemecah urea.
Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi ginjal
dan untuk mempersipkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV. Perlu juga diperiksa kadar
elektrolit yang diduga sebagai penyebab timbulnya batu salran kemih (kadar kalsium, oksalat,
fosfat maupun urat dalam darah dan urine).
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radio-opak dan
paling sering dijumpai di atara jenis batu lain. Batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen).
Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi
ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi opak atau batu non opak yang tidak
tampak pada foto polos abdomen.
Ultrasongrafi dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV seperti pada
keadaan alergi zat kontras, faal ginjal menurun dan pada pregnansi. Pemeriksaan ini dapat
menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (tampak sebagai echoic shadow), hidronefrosis,
pionefrosis atau pengkerutan ginjal.
Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar
tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu
saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat
dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan
endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.
Pencegahan
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalahupaya mencegah
4. timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau
kambuh >50% dalam 10 tahun.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat.
Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per
hari
2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan
adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
2. Rendah oksalat
3. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria
4. Rendah purin
5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II
FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu
dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk
- Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
- Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera
serebrovaskuler, tirah baring lama)
2. Sirkulasi
Tanda:
- Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
3. Eliminasi
Gejala:
- Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
- Penrunan volume urine
- Rasa terbakar, dorongan berkemih
- Diare
Tanda:
- Oliguria, hematuria, piouria
- Perubahan pola berkemih
4. Makanan dan cairan:
Gejala:
- Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
- Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda:
- Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
- Muntah
5. Nyeri dan kenyamanan:
Gejala:
4
5. - Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu
(batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
- Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
- Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
6. Keamanan:
Gejala:
- Penggunaan alkohol
- Demam/menggigil
7. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout,
ISK kronis
- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat,
tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
1. Tes Diagnostik
Lihat konsep medis.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan
iskemia seluler.
2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal
dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.
5
6. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan
iskemia seluler.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Catat lokasi, lamanya/intensitas Membantu evaluasi tempat obstruksi dan
nyeri (skala 1-10) dan penyebarannya. kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul
Perhatiakn tanda non verbal seperti: sering menyebar ke punggung, lipat paha,
peningkatan TD dan DN, gelisah, genitalia sehubungan dengan proksimitas
meringis, merintih, menggelepar. pleksus saraf dan pembuluh darah yang
menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan
hebat dapat menimbulkan gelisah,
takut/cemas.
2. Jelaskan penyebab nyeri dan Melaporkan nyeri secara dini memberikan
pentingnya melaporkan kepada staf kesempatan pemberian analgesi pada
perawatan setiap perubahan waktu yang tepat dan membantu
karakteristik nyeri yang terjadi. meningkatkan kemampuan koping klien
dalam menurunkan ansietas.
3. Lakukan tindakan yang Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
mendukung kenyamanan (seperti ketegangan otot.
masase ringan/kompres hangat pada
punggung, lingkungan yang tenang)
4. Bantu/dorong pernapasan dalam, Mengalihkan perhatian dan membantu
bimbingan imajinasi dan aktivitas relaksasi otot.
terapeutik.
5. Batu/dorong peningkatan Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat
aktivitas (ambulasi aktif) sesuai meningkatkan lewatnya batu, mencegah
indikasi disertai asupan cairan stasis urine dan mencegah pembentukan
sedikitnya 3-4 liter perhari dalam batas batu selanjutnya.
toleransi jantung.
Obstruksi lengkap ureter dapat
6. Perhatikan menyebabkan perforasi dan
peningkatan/menetapnya keluhan ekstravasasiurine ke dalam area perrenal,
nyeri abdomen. hal ini merupakan kedaruratan bedah akut.
7. Kolaborasi pemberian obat sesuai Analgetik (gol. narkotik) biasanya
program terapi: diberikan selama episode akut untuk
- Analgetik menurunkan kolik ureter dan
meningkatkan relaksasi otot/mental.
Menurunkan refleks spasme, dapat
menurunkan kolik dan nyeri.
- Antispasmodik
Mungkin digunakan untuk menurunkan
edema jaringan untuk membantu gerakan
- Kortikosteroid batu.
Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan
risiko peningkatan tekanan ginjal dan
8. Pertahankan patensi kateter urine bila infeksi.
diperlukan.
8. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Awasi asupan Memberikan informasi tentang fungsi
dan haluaran, karakteristik urine, catat ginjal dan adanya komplikasi. Penemuan
adanya keluaran batu. batu memungkinkan identifikasi tipe batu
dan mempengaruhi pilihan terapi
2. Tentukan pola Batu saluran kemih dapat menyebabkan
berkemih normal klien dan perhatikan peningkatan eksitabilitas saraf sehingga
variasi yang terjadi. menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih
segera. Biasanya frekuensi dan urgensi
meningkat bila batu mendekati pertemuan
uretrovesikal.
Peningkatan hidrasi dapat membilas
3. Dorong bakteri, darah, debris dan membantu
peningkatan asupan cairan. lewatnya batu.
Akumulasi sisa uremik dan
ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi
4. Observasi toksik pada SSP.
perubahan status mental, perilaku atau Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit
tingkat kesadaran. menjukkan disfungsi ginjal
5. Pantau hasil Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk
pemeriksaan laboratorium (elektrolit, menurnkan pembentukan batu asam.
BUN, kreatinin)
6. Berikan obat Mencegah stasis urine ddan menurunkan
sesuai indikasi: pembentukan batu kalsium.
- Asetazolamid (Diamox),
Alupurinol (Ziloprim) Menurunkan pembentukan batu fosfat
- Hidroklorotiazid (Esidrix,
Hidroiuril), Klortalidon (Higroton) Menurnkan produksi asam urat.
- Amonium klorida, kalium
atau natrium fosfat (Sal-Hepatika) Mungkin diperlukan bila ada ISK
- Agen antigout mis: Mengganti kehilangan yang tidak dapat
Alupurinol (Ziloprim) teratasi selama pembuangan bikarbonat
dan atau alkalinisasi urine, dapat mencegah
- Antibiotika pemebntukan batu.
- Natrium bikarbonat Mengasamkan urine untuk mencegah
berulangnay pembentukan batu alkalin.
Mungkin diperlukan untuk membantu
kelancaran aliran urine.
- Asam askorbat Mengubah pH urien dapat membantu
pelarutan batu dan mencegah pembentukan
7. Pertahankan patensi kateter tak batu selanjutnya.
menetap (uereteral, uretral atau Berbagai prosedur endo-urologi dapat
nefrostomi). dilakukan untuk mengeluarkan batu.
8. Irigasi dengan
larutan asam atau alkali sesuai
indikasi.
10. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan
pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Awasi asupan dan haluaran Mengevaluasi adanya stasis
urine/kerusakan ginjal.
2. Catat insiden dan karakteristik Mual/muntah dan diare secara umum
muntah, diare. berhubungan dengan kolik ginjal karena
saraf ganglion seliaka menghubungkan
kedua ginjal dengan lambung.
3. Tingkatkan asupan cairan 3-4 Mempertahankan keseimbangan cairan
liter/hari. untuk homeostasis, juga dimaksudkan
sebagai upaya membilas batu keluar.
4. Awasi tanda vital. Indikator hiddrasi/volume sirkulasi dan
kebutuhan intervensi.
5. Timbang berat badan setiap hari. Peningkatan BB yang cepat mungkin
berhubungan dengan retensi.
6. Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan Mengkaji hidrasi dan efektiviatas
elektrolit. intervensi.
7. Berikan cairan infus sesuai program Mempertahankan volume sirkulasi (bila
terapi. asupan per oral tidak cukup)
8. Kolaborasi pemberian diet sesuai Makanan mudah cerna menurunkan
keadaan klien. aktivitas saluran cerna, mengurangi iritasi
dan membantu mempertahankan cairan dan
keseimbangan nutrisi.
9. Berikan obat sesuai program terapi Antiemetik mungkin diperlukan untuk
(antiemetik misalnya Proklorperasin/ menurunkan mual/muntah.
Campazin).
11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Tekankan pentingnya memperta- Pembilasan sistem ginjal menurunkan
hankan asupan hidrasi 3-4 liter/hari. kesemapatan stasis ginjal dan pembentukan
batu.
2. Kaji ulang program diet sesuai Jenis diet yang diberikan disesuaikan
indikasi. dengan tipe batu yang ditemukan.
- Diet rendah purin
- Diet rendah kalsium
- Diet rendah oksalat
- Diet rendah kalsium/fosfat
3. Diskusikan program obat-obatan, Obat-obatan yang diberikan bertujuan
hindari obat yang dijual bebas. untuk mengoreksi asiditas atau alkalinitas
urine tergantung penyebab dasar
pembentukan batu.
4. Jelaskan tentang tanda/gejala yang Pengenalan dini tanda/gejala berulangnya
memerlukan evaluasi medik (nyeri pembentukan batu diperlukan untuk
berulang, hematuria, oliguria) memperoleh intervensi yang cepat sebelum
timbul komplikasi serius.
5. Tunjukkan perawatan yang tepat Meningkatakan kemampuan rawat diri dan
terhadap luka insisi dan kateter bila kemandirian.
ada.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,
Jakarta
Purnomo, BB ( 2000), Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.