Pemampatan citra digunakan untuk mengurangi ukuran file citra dengan menghilangkan informasi redundansi. Terdapat beberapa metode pemampatan seperti Huffman, RLE, dan kuantisasi yang masing-masing memanfaatkan frekuensi derajat keabuan, kelompok pixel seragam, dan penggolongan derajat keabuan. Metode ini dapat menghasilkan citra yang hampir sama atau sama dengan aslinya dengan rasio pemampatan yang lebih tinggi.
Teks tersebut membahas tentang pemampatan citra digital untuk mengurangi kebutuhan memori penyimpanan dengan mengurangi duplikasi data pada citra. Metode pemampatan citra meliputi pendekatan statistik, ruang, kuantisasi, dan fraktal untuk meminimalkan kehilangan informasi."
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian citra digital, komponen-komponen citra digital seperti piksel, warna, resolusi, dan kedalaman bit. Juga dibahas teknologi pengolahan citra seperti transformasi, sampling, dan segmentasi citra.
Dokumen tersebut membahas tentang pengolahan citra digital. Secara khusus, dibahas tentang pembentukan citra kontinu dan digital, proses digitalisasi citra melalui penerokan dan kuantisasi, serta efek dari perbedaan resolusi citra akibat penerokan dengan ukuran pixel yang berbeda.
Dokumen tersebut membahas pengolahan citra digital dengan menggunakan MATLAB. Terdapat penjelasan mengenai teori citra digital, format file citra, dan berbagai fungsi MATLAB untuk membaca, menampilkan, dan mengolah citra digital seperti konversi warna, filtering, dan transformasi Fourier diskrit."
Transformasi citra adalah perubahan bentuk suatu citra melalui perubahan pixel atau domain citra. Citra dapat diubah ke domain frekuensi melalui transformasi Fourier. Citra yang ditransformasi dapat diperoleh kembali dengan transformasi balik. Perbaikan citra bertujuan meningkatkan kualitas citra dengan teknik seperti histogram dan filtering spasial atau domain frekuensi.
Tutorial Penggolahan Citra Digital Dengan Octave memberikan panduan dasar pengolahan citra seperti meningkatkan kecerahan, meregangkan kontras, menampilkan dua citra dalam satu jendela, menggunakan histogram citra, pergeseran citra, pemutaran citra, pembesaran citra, memberikan efek keabuan dan twirl serta memutar citra menggunakan bahasa pemrograman Octave.
Dokumen tersebut membahas tentang kode etik profesi di bidang IT yang mencakup pengertian etika profesi, kode etik seorang profesional IT dan programmer, ciri-ciri seorang profesional IT, penyebab pelanggaran kode etik, serta etika teknologi informasi dalam undang-undang.
Dokumen tersebut merangkum beberapa teknik animasi 2D seperti teknik sel, teknik bayangan, dan stop-motion beserta contoh kartun dan film yang menggunakannya.
Makalah ini membahas tentang memori komputer, terutama memori internal. Memori internal berfungsi sebagai penyimpanan sementara data dan program yang sedang diolah CPU. Ada beberapa jenis memori internal seperti RAM, cache memory, dan register. Makalah ini juga membedah karakteristik, organisasi, dan cara kerja memori internal.
Dokumen tersebut membahas tentang histogram citra, yaitu grafik yang menunjukkan frekuensi kemunculan nilai intensitas piksel pada citra. Histogram berguna untuk menganalisis kecerahan dan kontras citra, serta pemilihan ambang batas pada segmentasi citra. Contoh histogram diberikan untuk citra grayscale 10x10 pixel dengan 3 bit kedalaman, beserta penjelasan cara membuat dan menormalisasikannya. Mahasiswa diminta membuat histogram citra contoh tersebut dengan du
Dokumen tersebut membahas tentang pertemuan AI yang membahas masalah dan metode pemecahan masalah AI. Metode yang dijelaskan meliputi representasi ruang keadaan, graph keadaan, pohon pelacakan, dan pohon AND/OR. Secara garis besar dibahas tentang pendefinisian masalah, analisis masalah, representasi pengetahuan, dan pemilihan teknik pemecahan masalah. Contoh masalah ember juga digunakan untuk mengilustrasikan konsep-
Dokumen tersebut membahas tentang kode etik profesi di bidang IT yang mencakup pengertian etika profesi, kode etik seorang profesional IT dan programmer, ciri-ciri seorang profesional IT, penyebab pelanggaran kode etik, serta etika teknologi informasi dalam undang-undang.
Dokumen tersebut merangkum beberapa teknik animasi 2D seperti teknik sel, teknik bayangan, dan stop-motion beserta contoh kartun dan film yang menggunakannya.
Makalah ini membahas tentang memori komputer, terutama memori internal. Memori internal berfungsi sebagai penyimpanan sementara data dan program yang sedang diolah CPU. Ada beberapa jenis memori internal seperti RAM, cache memory, dan register. Makalah ini juga membedah karakteristik, organisasi, dan cara kerja memori internal.
Dokumen tersebut membahas tentang histogram citra, yaitu grafik yang menunjukkan frekuensi kemunculan nilai intensitas piksel pada citra. Histogram berguna untuk menganalisis kecerahan dan kontras citra, serta pemilihan ambang batas pada segmentasi citra. Contoh histogram diberikan untuk citra grayscale 10x10 pixel dengan 3 bit kedalaman, beserta penjelasan cara membuat dan menormalisasikannya. Mahasiswa diminta membuat histogram citra contoh tersebut dengan du
Dokumen tersebut membahas tentang pertemuan AI yang membahas masalah dan metode pemecahan masalah AI. Metode yang dijelaskan meliputi representasi ruang keadaan, graph keadaan, pohon pelacakan, dan pohon AND/OR. Secara garis besar dibahas tentang pendefinisian masalah, analisis masalah, representasi pengetahuan, dan pemilihan teknik pemecahan masalah. Contoh masalah ember juga digunakan untuk mengilustrasikan konsep-
1. Dokumen tersebut membandingkan skema kompresi PNG dan JPEG untuk gambar digital. PNG menggunakan algoritma Deflate dan prediksi pola, sedangkan JPEG menggunakan transformasi kosinus diskrit dan kuantisasi yang menghasilkan artefak blok pada gambar. 2. Kedua format memiliki kelebihan tergantung pada jenis gambar, dengan PNG lebih baik untuk gambar vektor sedangkan JPEG untuk foto. 3. Dokumen tersebut juga menjelaskan proses de
2. jurnal dessy purwandani implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...ym.ygrex@comp
Ìý
Dokumen tersebut membahas implementasi metode Gaussian Smoothing untuk penghalusan citra digital. Metode ini digunakan untuk menghilangkan noise pada citra dengan menghitung nilai rata-rata intensitas piksel sekitarnya berdasarkan distribusi Gaussian. Aplikasi yang dibuat mampu menghasilkan citra keluaran yang lebih halus dibanding citra asli dengan menambahkan noise sebelumnya.
Kriptografi pertemuan ke-15-steganografi dan watermarkingYayaCgy
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang steganografi dan watermarking. Steganografi adalah ilmu menyembunyikan pesan rahasia di dalam media sehingga keberadaannya tidak terdeteksi, sedangkan watermarking digunakan untuk menyisipkan tanda air digital ke dalam gambar untuk melindungi hak cipta. Dokumen ini memberikan contoh penyembunyian dokumen teks dan gambar di dalam gambar dengan mengganti bit terkecil, serta cara mengekstrak dat
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRINona Zesifa
Ìý
1. Programmatic GUI Matlab untuk pengolahan citra MRI dan visualisasi citra secara tiga dimensi dengan koding yang dapat dijalankan pada Matlab r2014b atau versi berikutnya. Citra MRI terdiri atas 27 slice horizontal yang ditransformasikan menjadi slice sagital dan coronal untuk visualisasi 3D.
2. Metode segmentasi citra MRI meliputi thresholding, active contour, region growing, jaringan saraf tiruan, dan model deformable untuk membagi citra menjadi region of interest.
3. Per
Dokumen tersebut membahas tentang pengantar pengolahan citra digital yang mencakup definisi citra, jenis citra, tujuan dan teknik pengolahan citra seperti perbaikan kualitas, pemugaran, pemampatan, segmentasi, analisis dan rekonstruksi citra beserta contoh aplikasinya dalam berbagai bidang.
Dokumen ini membahas tentang pengolahan citra digital dan pengenalan pola, termasuk teknik-teknik pengolahan citra seperti perbaikan kualitas, pemampatan, segmentasi, dan analisis citra. Karakteristik citra seperti kecerahan, kontras, kontur, warna, bentuk dan tekstur juga dijelaskan. Proses akhir pengolahan citra meliputi digitalisasi citra, penyimpanan, dan tampilan citra.
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)Nona Zesifa
Ìý
DR adalah teknik pencitraan sinar-X digital dimana sensor digital menggantikan film dan hasilnya diproses secara digital. Sistem DR terdiri atas sumber sinar-X, detektor gambar, konverter analog-digital, komputer dan monitor. Prinsipnya menangkap sinar-X tanpa film dan mengubahnya menjadi file digital. Pengolahan citra digital meliputi penambahan kontras, kecerahan, penajaman, pelembutan, deteksi tepi dan citra negatif
5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...ym.ygrex@comp
Ìý
Skripsi ini membahas perancangan aplikasi segmentasi citra digital menggunakan metode Fuzzy C-Means. Metode ini diterapkan untuk membagi citra menjadi wilayah-wilayah yang homogen dengan derajat keanggotaan antara 0-1. Aplikasi dirancang menggunakan Visual Studio 2008 untuk menguji berbagai citra masukan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa FCM dapat digunakan untuk segmentasi citra dan jumlah cluster mempengaruhi kualitas hasil
CV Dedi Darwis menunjukkan bahwa beliau adalah seorang lektor dan kepala lembaga penelitian di Universitas Teknokrat Indonesia dengan gelar S1 dari STMIK Teknokrat Lampung dan S2 dari Universitas Budi Luhur. Beliau memiliki keahlian dalam bidang computational engineering, data mining, dan steganography. Beliau telah banyak melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat serta menerbitkan hasil penelitiannya di berbagai jurnal
Metadata digunakan untuk mendeskripsikan data dan proses data warehouse kepada pengguna, mencakup tujuh jenis metadata yaitu definisi data, struktur data, sistem sumber, proses ETL, kualitas data, audit, dan penggunaan. Metadata dipertahankan melalui proses perubahan skrip untuk menjaga keakuratannya.
Siklus pendapatan adalah rangkaian aktivitas bisnis yang terus berulang dalam menyediakan barang dan jasa kepada pelanggan dan menagih pembayaran atas penjualan tersebut. Aktivitas utama dalam siklus pendapatan meliputi entri pesanan penjualan, pengiriman barang, penagihan dan piutang usaha, serta penagihan kas.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan model data dan desain database sistem informasi akuntansi. Terdapat penjelasan mengenai model REA dan diagram Entity Relationship untuk membangun model data, serta langkah-langkah implementasinya ke dalam database relasional."
1. The document discusses the assessment of thesis work, including the roles of the student, supervisor, and examiner.
2. Examiners evaluate theses based on several factors such as the relevance of the topic, clarity of writing, and the student's ability to defend their work.
3. Successful theses demonstrate a comprehensive literature review, appropriate research methods, valid results, and an original contribution to the field of knowledge.
1. The document discusses the assessment of thesis work, including the roles of the student, supervisor, and examiner.
2. Examiners will evaluate theses based on several factors such as the relevance of the topic, clarity of writing, and the student's ability to defend their arguments and conclusions.
3. When preparing for the thesis defense, students should focus their presentation on the essential points of the research, speak confidently, and be able to justify their work using appropriate references.
Dokumen tersebut membahas tentang penulisan proposal skripsi, skripsi, dan artikel ilmiah mahasiswa. Terdapat penjelasan mengenai jenis penelitian, sistematika penulisan proposal skripsi dan skripsi, cek plagiarisme, serta alur pengunggahan laporan skripsi dan tugas akhir.
Proposal penelitian berisi tentang cara membuat proposal penelitian skripsi di Universitas Teknokrat Indonesia. Dokumen menjelaskan tahapan penulisan proposal mulai dari pendahuluan (latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat), landasan teori (tinjauan pustaka, teori), metodologi penelitian (kerangka pemikiran, tahapan, metode pengumpulan data, rancangan pengujian, jadwal), dan pendukung (cover, daftar
This document discusses techniques for conducting a literature review for research. It covers the following key points:
- The benefits of reviewing literature include deepening knowledge in the field being studied, knowing related and previous research, and understanding the state-of-the-art in the chosen field.
- Common sources for academic literature include journal papers, book chapters, conference papers, theses, reports from trusted organizations, and textbooks. Priority should be given to papers indexed by ISI and SCOPUS.
- Techniques for managing papers being reviewed include creating an account on Mendeley.com to organize papers in folders and automatically generate bibliographies when papers are added.
- When reviewing technical papers, the researcher
Dokumen tersebut membahas berbagai metode pengumpulan data, termasuk definisi data dan jenis-jenisnya, sumber data, waktu pengumpulan data, sifat data, tingkat pengukuran data, dan teknik-teknik pengumpulan datanya seperti angket, wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan analisis isi.
Mata kuliah matemaika pada Prodi Rekayasa Sipil tingkat lanjut yang membahas mengenai Matriks, Determinan, Invers, Metode Sarrus dan Kofaktor dan Metode Gauss Jordan
Presentasi ini merupakan materi pertemuan pertama untuk mata kuliah Pengukuran dan Instrumentasi. Materi ini mencakup:
✅ Konsep dasar pengukuran dan instrumentasi
✅ Jenis-jenis pengukuran (langsung & tidak langsung)
✅ Sistem satuan internasional (SI) dalam teknik elektro
✅ Kesalahan dalam pengukuran dan cara meminimalkannya
✅ Karakteristik alat ukur (akurasi, presisi, resolusi, sensitivitas)
✅ Contoh alat ukur dalam teknik elektro seperti multimeter, osiloskop, clamp meter, function generator, dan signal analyzer
Presentasi ini dilengkapi dengan ilustrasi dan diagram yang membantu pemahaman konsep secara visual.
Sangat cocok untuk mahasiswa teknik elektro dan telekomunikasi yang ingin memahami dasar-dasar pengukuran dalam bidang ini.
📌 Jangan lupa untuk like, share, dan follow untuk materi lebih lanjut!
#Pengukuran #Instrumentasi #TeknikElektro #Telekomunikasi #Praktikum #PengukurandanInstrumentasi #PBL #PengukuranBesaranListrik
1. Bab 10_Pemampatan Citra 153
Bab 10
Pemampatan Citra
ada umumnya, representasi citra digital membutuhkan memori yang besar.
Sebagai contoh, citra Lena dalam format bitmap yang berukuran 512 × 512
pixel membutuhkan memori sebesar 32 KB (1 pixel = 1 byte) untuk
representasinya. Semakin besar ukuran citra tentu semakin besar pula memori
yang dibutuhkannya. Pada sisi lain, kebanyakan citra mengandung duplikasi
data. Duplikasi data pada citra dapat berarti dua hal. Pertama, besar kemungkinan
suatu pixel dengan pixel tetanggganya memiliki initensitas yang sama, sehingga
penyimpanan setiap pixel memboroskan tempat. Kedua, citra banyak
mengandung bagian (region) yang sama, sehingga bagian yang sama ini tidak
perlu dikodekan berulang kali karena mubazir atau redundan.
Saat ini, kebanyakan aplikasi menginginkan representasi citra dengan kebutuhan
memori yang sesedikit mungkin. Pemampatan citra atau kompresi citra (image
compression) bertujuan meminimalkan kebutuhan memori untuk merepresentasikan
citra digital. Prinsip umum yang digunakan pada proses pemampatan citra adalah
mengurangi duplikasi data di dalam citra sehingga memori yang dibutuhkan
untuk merepresentasikan citra menjadi lebih sedikit daripada representasi citra
semula.
10.1 Pemampatan Citra versus Pengkodean Citra
Pemampatan citra kadang-kadang disalahmengertikan dengan pengkodean citra
(image encoding), yaitu persoalan bagaimana pixel-pixel di dalam citra dikodekan
dengan representasi tertentu. Pengkodean citra tidak selalu menghasilkan
representasi memori yang minimal. Pengkodean citra yang menghasilkan
P
2. 154 Pengolahan Citra Digital
representasi memori yang lebih sedikit daripada representasi aslinya itulah yang
dinamakan pemampatan citra.
Ada dua proses utama dalam persoalan pemampatan citra:
1. Pemampatan citra (image compression).
Pada proses ini, citra dalam representasi tidak mampat dikodekan dengan
representasi yang meminimumkan kebutuhan memori. Citra dengan format
bitmap pada umumnya tidak dalam bentuk mampat. Citra yang sudah
dimampatkan disimpan ke dalam arsip dengan format tertentu. Kita mengenal
format JPG dan GIF sebagai format citra yang sudah dimampatkan.
2. Penirmampatkan citra (image decompression).
Pada proses ini, citra yang sudah dimampatkan harus dapat dikembalikan
lagi (decoding) menjadi representasi yang tidak mampat. Proses ini
diperlukan jika citra tersebut ditampilkan ke layar atau disimpan ke dalam
arsip dengan format tidak mampat. Dengan kata lain, penirmampatan citra
mengembalikan citra yang termampatkan menjadi data bitmap.
10.2 Aplikasi Pemampatan Citra
Pemampatan citra memberikan sumbangsih manfaat yang besar dalam industri
multimedia saat ini. Pemampatan citra bermanfaat untuk aplikasi yang
melakukan:
1. Pengiriman data (data transmission) pada saluran komunikasi data
Citra yang telah dimampatkan membutuhkan waktu pengiriman yang lebih
singkat dibandingkan dengan citra yang tidak dimampatkan. Contohnya
aplikasi pengiriman gambar lewat fax, videoconferencing, pengiriman data
medis, pengiriman gambar dari satelit luar angkasa, pengiriman gambar via
telepon genggam. download gambar dari internet, dan sebagainya.
2. Penyimpanan data (data storing) di dalam media sekunder (storage)
Citra yang telah dimampatkan membutuhkan ruang memori di dalam media
storage yang lebih sedikit dibandingkan dengan citra yang tidak
dimampatkan. Contoh aplikasi nya antara lain aplikasi basisdata gambar,
office automation, video storage (seperti Video Compact Disc), dll.
10.3 Kriteria Pemampatan Citra
Saat ini sudah banyak ditemukan metode-metode pemampatan citra. Kriteria
yang digunakan dalam mengukur metode pemampatan citra adalah [LOW91]:
3. Bab 10_Pemampatan Citra 155
1. Waktu pemampatan dan penirmampatan (decompression).
Waktu pemampatan citra dan penirmampatannya sebaiknya cepat. Ada
metode pemampatan yang waktu pemampatannya lama, namun waktu
penirmampatannya cepat. Ada pula metode yang waktu pemampatannya
cepat tetapi waktu penirmampatannya lambat. Tetapi ada pula metode yang
waktu pemampatan dan penirmampatannya cepat atau keduanya lambat.
2. Kebutuhan memori.
Memori yang dibutuhkan untuk merepresentasikan citra seharusnya berkurang
secara berarti. Ada metode yang berhasil memampatkan dengan persentase
yang besar, ada pula yang kecil. Pada beberapa metode, ukuran memori hasil
pemampatan bergantung pada citra itu sendiri. Cira yang mengandung
banyak elemen duplikasi (misalnya citra langit cerah tanpa awan, citra lantai
keramik) umumnya berhasil dimampatkan dengan memori yang lebih sedikit
dibandingkan dengan memampatkan citra yang mengandung banyak objek
(misalnya citra pemandangan alam).
3. Kualitas pemampatan (fidelity)
Informasi yang hilang akibat pemampatan seharusnya seminimal mungkin
sehingga kualitas hasil pemampatan tetap dipertahankan. Kualitas pemampatan
dengan kebutuhan memori biasanya berbanding terbalik. Kualitas pemampatan
yang bagus umumnya dicapai pada proses pemampatan yang menghasilkan
pengurangan memori yang tidak begitu besar, demikian pula sebaiknya.
Dengan kata lain, ada timbal balik (trade off) antara kualitas citra dengan
ukuran hasil pemampatan.
Kualitas sebuah citra bersifat subyektif dan relatif, bergantung pada
pengamatan orang yang menilainya. Seseorang dapat saja mengatakan
kualitas suatu citra bagus, tetapi orang lain mungkin mengatakan kurang
bagus, jelek, dan sebagainya.
Kita dapat membuat ukuran kualitas hasil pemampatan citra menjadi ukuran
kuantitatif dengan menggunakan besaran PSNR (peak signal-to-noise ratio).
PSNR dihitung untuk mengukur perbedaan antara citra semula dengan citra
hasil pemampatan (tentu saja citra hasil pemampatan harus dinirmampatkan
terlebih dahulu) dengan citra semula, dengan rumus:




ï£

×=
rms
b
PSNR 10log20 (10.1)
dengan b adalah nilai sinyal terbesar (pada citra hitam-putih, b = 255) dan
rms adalah akar pangkat dua dari selisih antara citra semula dengan citra hasil
pemampatan. Nila rms dihitung dengan rumus:
4. 156 Pengolahan Citra Digital
∑∑= =
−
×
=
N
i
M
j
ijij ffrms
1 1
2
)'(
TinggiLebar
1
(10.2)
yang dalam hal ini, f dan 'f masing-masing menyatakan nilai pixel citra
semula dan nilai pixel citra hasil pemampatan. PSNR memiliki satuan decibel
(dB). Persamaan (10.2) menyatakan bahwa PSNR hanya dapa dihitung
setelah proses pernirmapatan citra. Dari persamaan (10.2) terlihat abhwa
PSNR berbanding terbalik dengan rms. Nilai rms yang rendah yang
menyiratkan bahwa citra hasil pemampatan tidak jauh berbeda dengan citra
semula akan menghasilkan PSNR yang tinggi, yang berarti kualitas
pemampatannya bagus. Semakin besar nilai PSNR, semakin bagus kualitas
pemampatannya. Seberapa besar nilai PSNR yang bagus tidak dapat
dinyatakan secara eksplisit, bergantung pada citra yang dimampatkan. Namun
kita dapat mengetahui hal ini jika kita melakukan pengujian dengan mencoba
berbagai kombinasi parameter pemampatan yang digunakan. Jika nilai PSNR
semakin membesar, itu berarti parameter pemampatan yang digunakan sudah
menuju nilai yang baik. Parameter pemampatan citra bergantung pada metode
pemamapatan yang digunakan.
4. Format keluaran
Format citra hasil pemampatan sebaiknya cocok untuk pengiriman dan
penyimpanan data. Pembacaan citra bergantung pada bagaimana citra
tersebut direpresentasikan (atau disimpan).
Pemilihan kriteria yang tepat bergantung pada pengguna dan aplikasi. Misalnya,
apakah pengguna menginginkan pemampatan yang menghasilkan kualitas yang
bagus, namun pengurangan memori yang dibutuhkan tidak terlalu besar, atau
sebaliknya. Atau jika waktu pemampatan dapat diabaikan dari pertimbangan
(dengan asumsi bahwa pemampatan hanya sekali saja dilakukan, namun
pernirmampatan dapat berkali-kali), maka metode yang menghasilkan waktu
penirmampatan yang cepat yang perlu dipertimbangkan.
10.4 Jenis Pemampatan Citra
Ada empat pendekatan yang digunakan dalam pemampatan citra [LOW91]:
1. Pendekatan statistik.
Pemampatan citra didasarkan pada frekuensi kemunculan derajat keabuan
pixel di dalam seluruh bagian gambar.
Contoh metode: Huffman Coding.
5. Bab 10_Pemampatan Citra 157
2. Pendekatan ruang
Pemampatan citra didasarkan pada hubungan spasial antara pixel-pixel di
dalam suatu kelompok yang memiliki derajat keabuan yang sama di dalam
suatu daerah di dalam gambar.
Contoh metode: Run-Length Encoding.
3. Pendekatan kuantisasi
Pemampatan citra dilakukan dengan mengurangi jumlah derajat keabuan
yang tersedia.
Contoh metode: metode pemampatan kuantisasi.
4. Pendekatan fraktal
Pemampatan citra didasarkan pada kenyataan bahwa kemiripan bagian-
bagian di dalam citra dapat dieksploitasi dengan suatu matriks transformasi.
Contoh metode: Fractal Image Compression.
10.5 Klasifikasi Metode Pemampatan
Metode pemampatan citra dapat diklasifiksikan ke dalam dua kelompok besar:
1. Metode lossless
Metode lossless selalu menghasilkan citra hasil penirmampatan yang tepat
sama dengan citra semula, pixel per pixel. Tidak ada informasi yang hilang
akibat pemampatan. Sayangnya nisbah (ratio) pemampatan citra metode
lossless sangat rendah.
Contoh metode lossless adalah metode Huffman.
Nisbah pemampatan citra dihitung dengan rumus
Nisbah = %)100
semulacitraukuran
pempatatanhasilcitraukuran
(%100 ×− (10.3)
Metode lossless cocok untuk memampatkan citra yang mengandung
informasi penting yang tidak boleh rusak akibat pemampatan. Misalnya
memampatkan gambar hasil diagnosa medis.
2. Metode lossy
Metode lossy menghasilkan citra hasil pemampatan yang hampir sama
dengan citra semula. Ada informasi yang hilang akibat pemampatan, tetapi
dapat ditolerir oleh persepsi mata. Mata tidak dapat membedakan perubahan
kecil pada gambar. Metode pemampatan lossy menghasilkan nisbah
pemampatan yang tinggi daripada metode lossless. Gambar 10.1 adalah citra
sebelum dimampatkan, dan Gambar 10.2 adalah hasil pemampatan citra
kapal dengan metode lossy.
Contoh metode lossy adalah metode JPEG dan metode fraktal.
6. 158 Pengolahan Citra Digital
Gambar 10.1 Citra kapal sebelum dimampatkan
Gambar 10.2 Citra kapal setelah dimampatkan dengan sebuah metode lossy
7. Bab 10_Pemampatan Citra 159
10.6 Metode Pemampatan Huffman
Metode pemampatan Huffman menggunakan prinsip bahwa nilai (atau derajat)
keabuan yang sering muncul di dalam citra akan dikodekan dengan jumlah bit
yang lebih sedikit sedangkan nilai keabuan yang frekuensi kemunculannya
sedikit dikodekan dengan jumlah bit yang lebih panjang.
Algoritma metode Huffman:
1. Urutkan secara menaik (ascending order) nilai-nilai keabuan berdasarkan
frekuensi kemunculannya (atau berdasarkan peluang kemunculan, pk, yaitu
frekuensi kemunculan (nk) dibagi dengan jumlah pixel di dalam gambar (n)).
Setiap nilai keabuan dinyatakan sebagai pohon bersimpul tunggal. Setiap
simpul di-assign dengan frekuensi kemunculan nilai keabuan tersebut.
2. Gabung dua buah pohon yang mempunyai frekuensi kemunculan paling kecil
pada sebuah akar. Akar mempunyai frekuensi yang merupakan jumlah dari
frekuensi dua buah pohon penyusunnya.
3. Ulangi langkah 2 sampai tersisa hanya satu buah pohon biner.
Agar pemilihan dua pohon yang akan digabungkan berlangsung cepat, maka
semua pohon yang ada selalu terurut menaik berdasarkan frekuensi.
4. Beri label setiap sisi pada pohon biner. Sisi kiri dilabeli dengan 0 dan sisi
kanan dilabeli dengan 1.
Simpul-simpul daun pada pohon biner menyatakan nilai keabuan yang terdapat di
dalam citra semula. Untuk mengkodekan setiap pixel di dalam di dalam citra,
lakukan langkah kelima berikut:
5. Telusuri pohon biner dari akar ke daun. Barisan label-label sisi dari akar ke
daun menyatakan kode Huffman untuk derajat keabuan yang bersesuaian.
Setiap kode Huffman merupakan kode prefiks, yang artinya tidak ada kode biner
suatu nilai keabuan yang merupakan awalan bagi kode biner derajat keabuan
yang lain. Dengan cara ini, tidak ada ambiguitas pada proses penirmampatan
citra.
8. 160 Pengolahan Citra Digital
Contoh 10.1. Misalkan terdapat citra yang berukuran 64 × 64 dengan 8 derajat
keabuan (k) dan jumlah seluruh pixel (n) = 64 × 64 = 4096
k nk p(k) = nk/n
0 790 0.19
1 1023 0.25
2 850 0.21
3 656 0.16
4 329 0.08
5 245 0.06
6 122 0.03
7 81 0.02
Proses pembentukan pohon Huffman yang terbentuk dapat dilihat pada Gambar
10.3. Setiap simpul di dalam pohon berisi pasangan nilai a:b, yang dalam hal ini
a menyatakan nilai keabuan dan b menyatakan peluang kemunculan nilai
keabuan tersebut di dalam citra. Dari pohon Huffman tersebut kita memperoleh
kode untuk setiap derajat keabuan sebagai berikut:
0 = 00 2 = 01 4 = 1110 6 = 111101
1 = 10 3 = 110 5 = 11111 7 = 111100
Ukuran citra sebelum pemampatan (1 derajat keabuan = 3 bit) adalah 4096 × 3 bit
= 12288 bit, sedangkan Ukuran citra setelah pemampatan:
(790 × 2 bit) + (1023 × 2 bit) + (850 × 2 bit) +
(656 × 3 bit) + (329 × 4 bit) + (245 × 5 bit) +
(122 × 6 bit) + (81 × 6 bit) = 11053 bit
Jadi, kebutuhan memori telah dikurangi dari 12288 bit menjadi 11053 bit. Jelas
ini tidak banyak menghemat, tetapi jika 256 nilai keabuan yang digunakan
(dibanding dengan 8 derajat keabuan deperti pada contoh di atas) , penghematan
memori dapat bertambah besar.
Nisbah pemampatan = %10%)100
12288
11053
%100( =×− , yang artinya 10% dari
citra semula telah dimampatkan. ¾
11. Bab 10_Pemampatan Citra 163
10.7 Metode Pemampatan Run-Length Encoding
(RLE)
Metode RLE cocok digunakan untuk memampatkan citra yang memiliki
kelompok-kelompok pixel berderajat keabuan sama. Pemampatan citra dengan
metode RLE dilakukan dengan membuat rangkaian pasangan nilai (p, q) untuk
setiap baris pixel, nilai pertama (p) menyatakan derajat keabuan, sedangkan nilai
kedua (q) menyatakan jumlah pixel berurutan yang memiliki derajat keabuan
tersebut (dinamakan run length).
Contoh 10.2. [LOW91] Tinjau citra 10 × 10 pixel dengan 8 derajat keabuan yang
dinyatakan sebagai matriks derajat keabuan sebagai berikut
0 0 0 0 0 2 2 2 2 2
0 0 0 1 1 1 1 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 4 4 4 3 3 3 3 2 2
3 3 3 5 5 7 7 7 7 6
2 2 6 0 0 0 0 1 1 0
3 3 4 4 3 2 2 2 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
1 1 1 1 0 0 0 2 2 2
3 3 3 2 2 2 1 1 1 1
semuanya ada 100 buah nilai.
Pasangan nilai untuk setiap baris run yang dihasilkan dengan metode pemampatan
RLE:
(0, 5), (2, 5)
(0, 3), (1, 4), (2, 3)
(1, 10)
(4, 4), (3, 4), (2 2)
(3, 3), (5, 2), (7, 4), (6, 1)
(2, 2), (6, 1), (0, 4), (1, 2), (0, 1)
(3, 2), (4, 2), (3, 1), (2, 2), (1, 2)
(0, 8), (1, 2)
(1, 4), (0, 3), (2, 3)
(3, 3), (2, 3), (1, 4)
semuanya ada 31 pasangan nilai atau 31 × 2 = 62 nilai.
Ukuran citra sebelum pemampatan (1 derajat keabuan = 3 bit) adalah 100 × 3 bit
= 300 bit, sedangkan ukuran citra setelah pemampatan (derajatk keabuan = 3 bit,
run length = = 4 bit):
(31 × 3) + (31 × 4) bit = 217 bit
12. 164 Pengolahan Citra Digital
Nisbah pemampatan = %67.27%)100
300
217
%100( =×− , yang artinya 27.67%
dari citra semula telah dimampatkan. ¾
Versi lain dari metode RLE adalah dengan menyatakan seluruh baris citra
menjadi sebuah baris run, lalu menghitung run-length untuk setiap derajat
keabuan yang berurutan. Sebagai contoh, tinjau sebuah citra sebagai berikut:
1 2 1 1 1 1
1 3 4 4 4 4
1 1 3 3 3 5
1 1 1 1 3 3
Nyatakan sebagai barisan nilai derajat keabuan:
1 2 1 1 1 1 3 4 4 4 4 1 1 3 3 3 5 1 1 1 1 3 3
semuanya ada 24 nilai.
Pasangan nilai dari run yang dihasilkan dengan metode pemampatan RLE:
(1, 1) (2, 1) (1, 5) (3, 1) (4, 4) (1, 2) (3, 3) (5, 1) (1, 4) (3, 2)
Hasil pengkodean:
1 1 2 1 1 5 3 1 4 4 1 2 3 3 5 1 1 4 3 2
semuanya ada 20 nilai. Jadi, kita sudah menghemat 4 buah nilai.
Metode RLE dapat dikombinasikan dengan metode Huffman untuk mengkodekan
nilai-nilai hasil pemampatan RLE guna meningkatkan nisbah pemampatan. Mula-
mula lakukan pemampatan RLE, lalu hasilnya dimampatkan lagi dengan metode
Huffman.
10.8 Metode Pemampatan Kuantisasi (Quantizing
Compression)
Metode ini mengurangi jumlah derajat keabuan, misalnya dari 256 menjadi 16,
yang tentu saja mengurangi jumlah bit yang dibutuhkan untuk merepresentasikan citra.
Misalkan P adalah jumlah pixel di dalam citra semula, akan dimampatkan
menjadi n derajat keabuan. Algoritmanya adalah sebagai berikut:
Algoritma metode kuantisasi:
1. Buat histogram citra semula (citra yang akan dimampatkan).
2. Identifikasi n buah kelompok di dalam histogram sedemikian sehingga setiap
kelompok mempunyai kira-kira P/n buah pixel.
13. Bab 10_Pemampatan Citra 165
3. Nyatakan setiap kelompok dengan derajat keabuan 0 sampai n –1. Setiap
pixel di dalam kelompok dikodekan kembali dengan nilai derajat keabuan
yang baru.
Contoh 10.3. [LOW91] Tinjau citra yang berukuran 5 × 13 pixel:
2 9 6 4 8 2 6 3 8 5 9 3 7
3 8 5 4 7 6 3 8 2 8 4 7 3
3 8 4 7 4 9 2 3 8 2 7 4 9
3 9 4 7 2 7 6 2 1 6 5 3 0
2 0 4 3 8 9 5 4 7 1 2 8 3
yang akan dimampatkan menjadi citra dengan 4 derajat keabuan (0 s/d 3), jadi
setiap derajat keabuan direpresentasikan dengan 2 bit.
Histogram citra semula:
0 **
1 **
2 ****
3 *
4 ****
5 ****
6
7 ***
8 ****
9 *
Ada 65 pixel, dikelompokkan menjadi 4 kelompok derajat keabuan. Tiap
kelompok ada sebanyak rata-rata 65/4 = 16.25 pixel per kelompok:
------------------------------------------------------
0 **
13 1 ** 0
2 ****
------------------------------------------------------
20 3 *
4 **** 1
-----------------------------------------------------
5 ****
17 6 2
7 ***
-----------------------------------------------------
15 8 **** 3
9 *
-----------------------------------------------------
14. 166 Pengolahan Citra Digital
Citra setelah dimampatkan menjadi:
0 3 2 1 3 0 2 1 3 2 3 1 2
1 3 2 1 2 2 1 3 0 3 1 2 1
1 3 1 2 1 3 0 1 3 0 2 1 3
1 3 1 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0
0 0 1 1 3 3 2 1 2 0 0 3 0
Ukuran citra sebelum pemampatan (1 derajat keabuan = 4 bit):
65 × 4 bit = 260 bit
Ukuran citra setelah pemampatan (1 derajat keabuan = 2 bit):
65 × 2 bit = 130 bit
Nisbah pemampatan = %50%)100
260
130
%100( =×− , yang artinya 50% dari citra
semula telah dimampatkan. ¾
Kelemahan metode pemampatan kuantisasi adalah banyaknya informasi yang
hilang, tapi kehilangan informasi ini dapat diminimalkan dengan menjamin
bahwa tiap kelompok mempunyai jumlah pixel yang hampir sama.
10.9 Metode Pemampatan Fraktal
Metode pemampatan fraktal adalah metode yang relatif baru. Prinsipnya adalah
mencari bagian di dalam citra yang memiliki kemiripan dengan bagian lainya
namun ukurannya lebih besar (self similarity). Kemudian dicari matriks yang
mentransformasikan bagian yang lebih besar tersebut dengan bagian yang lebih
kecil. Kita cukup hanya menyimpan elemen-elemen dari sekumpulan matriks
transformasi tersebut (yang disebut matriks transformasi affine). Pada proses
penirmampatan, matriks ransformasi affine di-iterasi sejumlah kali terhadap
sembarang citra awal. Hasil iterasi akan konvergen ke citra semula. Metode ini
menghasilkan nisbah pemampatan yang tinggi namun waktu pemampatannya
relatif lama, sedangkan waktu penirmamoatannya berlangsung cepat. Metode
pemampatan fraktal akan dijelaskan secara panjang lebar di dalam Bab tersendiri
(Bab 14).