2. Penerimaan : a
Royalty : -b
Pendapatan Kotor : c (a-b)
Biaya Operasi : -d
Depresiasi : -e
Amortisasi : -f
Pendapatan terpajak
Sebelum deplesi : g= c-(d+e+f)
50%limit deplesi : -h
% deplesi : -i
Cost deplesi : -j
Pendapatan terpajak : k = g-(h/i/j)
Pajak : -l
Profit/keuntungan : m = k-l
Depresiasi : e
Amortisasi : f
Deplesi : h/i/j
Modal Kerja kembali : n*
Capital Cost : -o**
Cash flow : p = m (e+f+h/i/j)
*dilakukan pada akhir umur proyek
** dilakukan pada tahun ke-0
Cash flow modal sendiri
3. Depresiasi :
penurunan nilai fisik barang dengan berlalunya waktu dan penggunaan.
Depresiasi adalah konsep akutansi yang menentukan deduksi tahunan
terhadap pendapatan sebelum pajak dengan demikian efek waku dan
penggunaan atas nilai aset dapat direfleksikan dalam laporan
keuangan perusahaan.
Deduksi depresiasi tahunan bertujuan untuk menyesuaikan nilai tahunan yang
digunakan oleh suatu aset dalam proses produksi dari pendapatan
berdasarkan umur ekonomis aktual aset.
Beberapa pengertian nilai yang berhubungan dengan depresiasi :
1. Market value (nilai pasar)
Nilai yang menyatakan brapa besar nilai dari suatu benda modal bila diperjualbelikan
2. Use value
Nilai berdasarkan kegunaan,jadi seseorang membeli benda modal berdasarkan nilai
kegunaan benda tersebut sebagai satuan porsi.
4. 3. Fair value :
Nilai benda modal yang ditentukan oleh pembeli dan penjual dengan keyakinan
bahwa harganya cukup wajar bagi keduanya.
4. Book value (nilai buku) :
Nilai dari benda modal seperti tercantum dalam pembukuan
5. Salvage value (nilai sisa) :
Nilai sisa dari benda modal.Nilai ini merupakan harga yang akan diperoleh bila
benda modal dijual sebagai barang bekas.
6. Scrap value :
Jumlah yang akan diperoleh jika benda modal dijual sebagai barang rongsokan
atau besi tua, biasanya = 0.
Guna Depresiasi
1. Penafsiran pajak
2. Biaya operasi
3. Mengumpulkan dana untuk penggantian alat/pabrik
4. Menghitung harga buku dari harga yang telah dipakai.
5. Pemilihan Metoda Depresiasi :
1. Dapat mengembalikan modal secepatnya
2. Tidak terlalu rumit
3. Dapat menjamin bahwa setiap saat nilai pembukuan tidak lebih besar dari nilai
sesungguhnya.
4. Tidak menyalahi ketentuan yang berlaku (cukup wajar) sehingga dapat diakui.
Macam metoda Depresiasi :
1. Metode Garis Lurus (Straight Line - SL)
2. Metode Keseimbangan Menurun (Declining Balance - DB)
3. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Year Digits- SYD)
4. Metode Produksi-Unit (Units of Production)
6. 1. Metode Garis Lurus (SL)
Metode SL mengasumsikan bahwa suatu jumlah tetap yang didepresiasikan setiap
tahunnya atas umur depresiasi (efektif) aset.
N = Umur depresiasi aset dalam tahun
C = Harga beli dari aset
L = Nilai sisa pada akhir tahun ke N
Dt = Depresiasi pada tahun ke t (1<t<N)
Bt = Nilai buku pada tahun ke t
Dt = (C-L)/N
Bt = C – t Dt
Contoh :
Harga alat gali Rp 900 juta, umur pakai selama 5 tahun, nilai sisa pada akhir tahun ke 5
adalah Rp 100 juta.
Depresiasi tiap tiap tahun (Dt) = (900-100)/5 = 160 juta
7. Tahun Depresiasi Nilai Buku
0 900
1 160 740
2 160 580
3 160 420
4 160 260
5 160 100
Nilai buku pada akhir tahun adalah
nilai sisa dari aset tersebut.
2. Metode Keseimbangan Menurun (Declining Balance - DB)
Diasumsikan bahwa depresiasi biaya tahunan merupakan
persentase tetap dari Bt pada permulaan tahun.
Rasio depresiasi dalam setiap satu tahun terhadap Bt pada permulaan
adalah tetap di seluruh umur aset dan ditandai dengan R (0<R<1).
Dalam metode ini R = 2/N ketika digunakan keseimbangan menurun
200%, jika ditetapkan bahwa ditetapkan bahwa keseimbangan
menurun 150%, maka R = 1,5 N.
8. D1= B (R)
Dt = B (1 –R)t-1 (R)
Contoh diatas (tanpa nilai sisa) dikerjakan dengan metode keseimbangan
menurun 200%.
Tahun Depresiasi Nilai Buku
0 900
1 360 540
2 216 324
3 129,6 194,4
4 77,76 116,64
5 46,656 69,984
Nilai buku pada akhir tahun dikatakan Write Off, yang fungsinya sama dengan
Depresiasi.
9. 3. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Year Digits- SYD)
Faktor depresiasi untuk setiap tahun merupakan angka dari daftar
urutan terbalik untuk tahun terseut dibagi dengan jumlah angkanya.
Depresiasi adalah :
Nilai buku :
10. Berdasarkan data diatas maka depresiasi dengan metode jumlah angka menurun (SYD) :
Tahun Angka tahun dalam
Faktor
Depresiasi Depresiasi Nilai Buku
urutan terbalik
1 5 .5/15 266,67 633,33
2 4 .4/15 213,33 420,00
3 3 .3/15 160,00 260,00
4 2 .2/15 106,67 153,33
5 1 .1/15 53,33 100,00
Jumlah 15
4. Metode Produksi-Unit (Units of Production)
Hasil dari metode ini dalam Harga beli aset dikurangi nilai sisa dialokasikan
secara sama berdasarkan estimasi angka dari unit-unit yang diproduksi
sepanjang umur efektif aset.
11. Depresiasi per unit produk :
(C-L)/estimasi jangka waktu umur produksi dalam unit-unit
Contoh :
Sebuah alat yang digunakan dalam bisnis mempunyai harga $50.000
dan diharapkan nilai sisanya $10.000 serta alat tsb dapat digunakan
300.000 jam. Carilah tingkat deprsiasi per jam penggunaan, dan carilah
nilai bukunya setelah beroperasi selama 10.000 jam.
Depresiasi per unit produk : (50.000-10.000)/300.000 = $0,133 per jam
Setelah 10.000 jam, Bt = 50.000 – (0,133x10.000) = $ 48.670
12. Keseimbangan menurun yang dialihkan ke Garis Lurus
Berfungsi untuk menghindari Write off
Tahun Depresiasi (DDB)
Nilai Buku
DDB SL
Dep.yg
dipakai
Nilai
buku
0 900 900
1 360 540 180 360 540
2 216 324 135 216 324
3 129,6 194,4 108 129,6 194,4
4 77,76 116,64 97,2 97,2 97,2
5 46,656 69,984 97,2 97,2 0
13. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2008
TENTANG
PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG
NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN
Metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan ketentuan ini
dilakukan:
•dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang
ditetapkan bagi harta tersebut (metode garis lurus atau straight-
line method); atau
•dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif
penyusutan atas nilai sisa buku (metode saldo menurun atau
declining balance method).
14. Penggunaan metode penyusutan atas harta harus dilakukan
secara taat asas.
Untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan
dengan metode garis lurus. Harta berwujud selain bangunan
dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode
saldo menurun.
Dalam hal Wajib Pajak memilih menggunakan metode saldo
menurun, nilai sisa buku pada akhir masa manfaat harus
disusutkan sekaligus.
Contoh penggunaan metode garis lurus:
Sebuah gedung yang harga perolehannya Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan masa manfaatnya 20 (dua puluh) tahun,
penyusutannya setiap tahun adalah sebesar : Rp50.000.000,00
atau (Rp1.000.000.000,00 : 20).
16. Contoh penggunaan metode saldo menurun:
Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Januari 2009
dengan harga perolehan sebesar Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah). Masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4 (empat) tahun.
Kalau tarif penyusutan misalnya ditetapkan 50% (lima puluh persen),
penghitungan penyusutannya adalah sebagai berikut.
Tahun Tarif Penyusutan Nilai Buku
Harga Perolehan 150.000.000.
2009 50% 75.000.000 75.000.000
2010 50% 37.500.000 37.500.000
2011 50% 18.750.000 18.750.000
2012 Disusutkan
sekaligus
18.750.000 0
17. Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan
pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna
bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan muhibah (goodwill)
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan.
Untuk menghitung amortisasi, masa manfaat dan tarif amortisasi ditetapkan
sebagai berikut:
18. Harga perolehan harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya
termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna
usaha, hak pakai, dan muhibah (goodwill) yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun diamortisasi dengan
metode:
a. dalam bagian-bagian yang sama setiap tahun selama masamanfaat;
b. dalam bagian-bagian yang menurun setiap tahun dengan cara
menerapkan tarif amortisasi atas nilai sisa buku.
Khusus untuk amortisasi harta tak berwujud yang menggunakan
metode saldo menurun, pada akhir masa manfaat nilai sisa buku harta
tak berwujud atau hak-hak tersebut diamortisasi sekaligus.
19. DEPLESI
Apabila sumberdaya alam dikonsumsi dalam memproduksi produk
atau jasa, digunakan terminologi deplesi (penyusutan)
untuk menyatakan penurunan nilai sumber daya alam.
Ada dua cara untuk menghitung nilai deplesi :
1. Deplesi biaya
2. Metode Persentase :
a. Persentase deplesi untuk berbagai deposit mineral
b. 50% limit dari pendapatan kena pajak sebelum deplesi
Berdasarkan metode biaya unit deplesi ditentukan dengan membagi
penyesuaian cost basis dari cadangan dengan jumlah unit
yang akan ditambang.
20. Contoh :
Suatu usah tambang, pemilikan cadangan sebesar 1.000.000 ton
membutuhkan biaya $ 200.000. Produksi tahun 1 sebesar 100.000 ton,
tahun ke dua 200.000 ton. Hitung deplesi biaya !.
Tahun ke 1 Dep.biaya = 200.000 x (100.000/1.000.000) = $20.000
Tahun ke 2 dep.biaya = (200.000-20.000) x (200.000/900.000) = $40.000
No. Deposit Mineral %Deplesi
1. Minyak dan gas 22
2. Sulphur, uranium, asbes, nikel,timah, vanadium 22
3. Emas, perak, tambaga dan bijih besi 15
4. Batubara, lignit dan sodium chloride 10
5. Peat, batu apung dan pasir 5
Besarnya persentase deplesi untuk berbagai jenis deposit mineral
21. Menentukan deplesi yang diperbolehkan
Menghitung persen
penyusutan (% yang tepat x
pendapatan kotor)
Menghitung 50% dari
pendapatan kena pajak
tanpa nilai deplesi
Memilih yang
lebih KECIL
sebagai
persentase yang
diijinkan
Menghitung biaya
penyusutan (berdasarkan unit
penyusutan yang sesuai
Memilih yang
lebih BESAR
sebagai nilai
deplesi
22. Suatu usah tambang, pemilikan cadangan batubar sebesar 1 juta ton
membutuhkan biaya $ 200.000. Produksi tahun 1 sebesar 100.000 ton,
tahun ke dua 200.000 ton. Harga jual $10/ton. Biaya produksi $6/ton.
Penyusutan pada tahun pertama dan kedua adalah $100.000.
Persentase deplesi batubara 10%, dengan royalty 10%.
1 2
Pendapatan 1.000.000 2.000.000
Royalty 100.000 200.000
Pendapatan kotor 900.000 1.800.000
Biaya operasi 600.000 1.200.000
Depresiasi 100.000 100.000
Pendapatan terpajak
sebelum deplesi 200.000 500.000
10% Deplesi 90.000 180.000
50% limit deplesi 100.000 250.000
Deplesi biaya 20.000 40.000