ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
STRUCTURE
DISFUNGSI
TUBA EUSTACHIUS
OLEH :
Wahida Husna
PEMBIMBING:
dr. Pujo Widodo, Sp. THT-KL (K)
MODUL OTOLOGI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
1. Menegakkan diagnosis klinis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
2. Memutuskan dan menangani kasus patulous tuba Eustachius sesuai kompetensi.
Tujuan Pembelajaran Khusus
3. Menjelaskan anatomi, histologi, topografi dan fisiologi tuba Eustachius.
4. Menjelaskan definisi dan patofisiologi patulous tuba Eustachius.
5. Menjelaskan gambaran klinis patulous tuba Eustachius.
6. Menegakkan diagnosis patulous tuba Eustachius.
7. Melakukan penanganan nonbedah pada patulous tuba Eustachius dan
komplikasinya sesuai kompetensi.
8. Melakukan tindakan pemasangan pipa ventilasi.
PENDAHULUAN
Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM, Gray H. Gray's anatomy for students2015. p953
PENDAHULUAN
Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM, Gray H. Gray's anatomy for students2015. p953
TUBA EUSTACHIUS /
PHARYNGOTYMPANIC TUBE
Saluran yang menghubungkan kavum
timpani dengan nasofaring
Berfungsi sebagai alat ventilasi kavum
timpani.
Fungsi yang abnormal (gangguan
membuka atau menutupnya tuba ataupun
gangguan dari transport mukosilier)
perubahan patologis telinga tengah 
Gangguan pendengaran, otitis media
dengan komplikasinya.
Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM, Gray H. Gray's anatomy for students2015. p961
TUBA EUSTACHIUS /
PHARYNGOTYMPANIC TUBE
• Tertutup dalam keadaan
istirahat dan terbuka saat
menelan, menguap, dan
melakukan valsava
• Fungsi: mengatur tekanan di telinga
tengah, memproteksi telinga tengah
dari secret nasofaring, dan
mengatur drainase sekret telinga
tengah ke nasofaring
Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM, Gray H. Gray's anatomy for students2015. p961
BAGIAN TUBA EUSTACHIUS
PARS OSEUS (PROTIMPANUM)
1/3 posterior panjang tuba Eustachius (11-14
mm) bermuara ke kavum timpani di dinding
anterior, dan bagian ini selalu terbuka.
PARS KARTILAGINUS
2/3 anterior panjang tuba Eustachius, terdiri dari
membran dan kartilago, berbentuk terompet
(20-25 mm).
Bagian medial berupa tulang rawan yang
melengkung dan bagian latero inferior berupa
membrane dimana melekat otot tensor veli
palatini.
MUSKULUS
1. M. Tensor Veli Palatini
2. M. Levator Veli Palatini
3. M. Salpingopharyngeus
4. M. Tensor Tympani
MUKOSA
Epitel kolumnar pseudostratified
bersilia
VASKULARISASI, INERVASI
INNERVASI
1. Bagian Lateral : N. Glossopharingeal
2. Bagian Medial : N. Pterygopalatine Ganglion
FISIOLOGI
• Mempertahankan tekanan udara (1 atm) didalam cavum timpani sama dengan
tekanan udara luar atau sama dengan tekanan atmosfir.
FUNGSI VENTILASI
• Mukosa kavum timpani dan tuba Eustachius memiliki sel-sel yang menghasilakn
sekret. Tuba Eustachius mengalirkan secret ini dari kavum timpani kearah
nasofaring dengan suatu transpor mukosiliar
FUNGSI DRAINASE
• Pada keadaan normal tuba eustachius selalu dalam keadaan tertutup sewaktu
istirahat sehingga dapat menghalangi secret dan kuman dari nasofaring masuk
kedalam kavum timpani.
FUNGSI PROTEKSI
FISIOLOGI
Bluestone CD, Bluestone MB, Coulter J. Eustachian Tube: Structure, Function, and Role in Middle-Ear
Disease: PMPH USA, Limited; 2017.
GANGGUAN FUNGSI TUBA
EUSTACHIUS
Tuba Eustachius menutup saat beristirahat dan aktif terbuka hanya dalam kondisi yang
terkontrol saat pernapasan di nasofaring.
Apabila tuba Eustachius terbuka lebih dari periode waktu tertentu, maka terdapat sebuah
diskomunikasi antara nasofaring dan kavum timpaniperpindahan fluktuasi tekanan dari
faring ke telinga tengah baik secara intermiten maupun konstan.
Gejala yang dapat timbul tidak hanya sensasi penuh di telinga dan autofoni, tapi dapat juga
berupa, gejala gejala pada telinga dalam seperti penurunan pendengaran tipe sensorineural,
tinitus, atau vertigo.
GANGGUAN FUNGSI TUBA EUSTACHIUS:
1) Dilatory Eustachian tube
dysfunction,
a. functional obstruction,
b. dynamic dysfunction (kegagalan otot
tuba eustachius dalam
mengompensasi),
c. anatomical obstruction
2) Baro-challenge-induced Eustachian
tube dysfunction
3) Patulous Eustachian tube
dysfunction.
PATULOUS EUSTACHIAN
TUBE DYSFUNCTION
Etiologi TEP
• Perubahan dari lingkungan kompresi tuba (kehilangan Ostmann’s fat setelah penurunan
berat badan)
• Faktor neuromuskular - Kehilangan elastisitas kartilago pada proses penuaan
• Jaringan parut pada daerah nasofaring dan orofaring setelah operasi dan radiasi
• Faktor hormonal (estrogen)
TANDA DAN GEJALA
Schilder, A. G. M., Bhutta, M. F., Butler, C. C., Holy, C., Levine, L. H., Kvaerner, K. J., … Lund, V. J. (2015). Eustachian tube dysfunction: consensus
statement on definition, types, clinical presentation and diagnosis. Clinical Otolaryngology, 40(5), 407–411. doi:10.1111/coa.12475
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Aural fullness (Keluhan rasa penuh ditelinga )
Clogged ear (Sensasi seperti didalam air)
Autophony (Mendengar suara sendiri)
Nyeri telinga
2. Pemeriksaan fisik
a. Otoscopy atau otomicroscopy
 Retraksi MT
 MT Keruh, Reflek cahaya (–)
 MT Cembung (kadang disertai gambaran adanya cairan)
 MT telinga bergerak sesuai pernafasan
b. Nasofaringoskopi
 Inflamasi yang berdekatan dengan orificium tuba eustachius
 Neoplasma
 Jaringan parut/lesi lainnya
Fenomena Gunung
Es
DIAGNOSIS
3. Pemeriksaan penunjang
a. Tympanometry,
Penurunan MEP
Type kurva tympanogram B dan/ atau C
b. Pemeriksaan garputala
Didapatkan hasil CHL  Test Rinne (-),
Webber lateralisasi ke arah telinga yang sakit,
Test Schwabach memanjang
EUSTACHIAN TUBE SCORE
THE EUSTACHIAN TUBE
DYSFUNCTION QUESTIONNAIRE
(ETDQ-7)
PENATALAKSANAAN
Non Bedah
• Pada ETDMenangani faktor yang mendasari, Metode
Penyamaan tekanan (Valsava, Toynbee), Dekongestan,
antihistamin, Kotikosteroid nasal/oral
• Pada PET  Penambahan berat badan, penggunaan estrogen
topikal, perak nitrat, bubuk boric, phenol dan sediaan lain
yang akan membuat edema mukosa orifisium ET
Pembedahan
• Balloon dilation
• Laser tuboplasty
• Tympanostomy/Miringotomy (Groumet insertion)
• Penyempitan Lumen Tuba Eustachius
Tysome, J. R., & Sudhoff, H. (2018). The Role of the Eustachian Tube in Middle Ear Disease. Advances in
Hearing Rehabilitation, 146–152. doi:10.1159/000485581
YouTube. May 2020 : Balloon Eustachian Tube Dilation to Treat Eustachian Tube
Dysfunction. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=ZmktTyxyoGQ
LASER TUBOPLASTY
Yañez, C. (2010). Cross-hatching A novel technique for Eustachian tuboplasty. Preliminary
report. Otolaryngology-Head and Neck Surgery, 142(5), 688–693.
YouTube. May, 2020 : Endoscopic Myringotomy & Grommet Insertion. Diakses dari
https://www.youtube.com/watch?v=4BTaKPTOFj0
PENYEMPITAN LUMEN TUBA
Augmentasi Graft Kartilago
autologus
Injeksi Teflon
Terima Kasih
Wassalaamu’alaikum Wr Wb

More Related Content

Similar to Disfungsi Tuba Eustachius serta tatalaksana (20)

Journal & Literature Review Asfiksia_Forensik
Journal & Literature Review Asfiksia_ForensikJournal & Literature Review Asfiksia_Forensik
Journal & Literature Review Asfiksia_Forensik
ratnaamelia07
Ìý
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
Phil Adit R
Ìý
REHABILITASI MEDIK BELL'S PALSY
REHABILITASI MEDIK BELL'S PALSYREHABILITASI MEDIK BELL'S PALSY
REHABILITASI MEDIK BELL'S PALSY
Injilita Nansi
Ìý
Anatomi fisiologi telinga
Anatomi fisiologi telingaAnatomi fisiologi telinga
Anatomi fisiologi telinga
Septian Muna Barakati
Ìý
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
Presentation1 kel
Presentation1 kelPresentation1 kel
Presentation1 kel
intadenny
Ìý
Kongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalKongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinal
Herry Utama
Ìý
Askep Cedera kepala
Askep Cedera kepalaAskep Cedera kepala
Askep Cedera kepala
Arief Don Alejandro Pokonda
Ìý
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
HenryAdhySantoso
Ìý
APPENDIKSITIS pada manusia sesuai dengan
APPENDIKSITIS pada manusia sesuai denganAPPENDIKSITIS pada manusia sesuai dengan
APPENDIKSITIS pada manusia sesuai dengan
ShabrinaSitiMazaya
Ìý
Benda asing saluran nafas bawah
Benda asing saluran nafas bawahBenda asing saluran nafas bawah
Benda asing saluran nafas bawah
ronaldRonald35
Ìý
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
Tugas kelompok biologi bab telinga ms 2007
Tugas kelompok biologi bab  telinga  ms 2007Tugas kelompok biologi bab  telinga  ms 2007
Tugas kelompok biologi bab telinga ms 2007
WaQhyoe Arryee
Ìý
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ILEUS .pptx
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ILEUS .pptxDIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ILEUS .pptx
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ILEUS .pptx
ShafiraUtami5
Ìý
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengah
Yohanita Tengku
Ìý
Journal & Literature Review Asfiksia_Forensik
Journal & Literature Review Asfiksia_ForensikJournal & Literature Review Asfiksia_Forensik
Journal & Literature Review Asfiksia_Forensik
ratnaamelia07
Ìý
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
Phil Adit R
Ìý
REHABILITASI MEDIK BELL'S PALSY
REHABILITASI MEDIK BELL'S PALSYREHABILITASI MEDIK BELL'S PALSY
REHABILITASI MEDIK BELL'S PALSY
Injilita Nansi
Ìý
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
Presentation1 kel
Presentation1 kelPresentation1 kel
Presentation1 kel
intadenny
Ìý
Kongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalKongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinal
Herry Utama
Ìý
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
HenryAdhySantoso
Ìý
APPENDIKSITIS pada manusia sesuai dengan
APPENDIKSITIS pada manusia sesuai denganAPPENDIKSITIS pada manusia sesuai dengan
APPENDIKSITIS pada manusia sesuai dengan
ShabrinaSitiMazaya
Ìý
Benda asing saluran nafas bawah
Benda asing saluran nafas bawahBenda asing saluran nafas bawah
Benda asing saluran nafas bawah
ronaldRonald35
Ìý
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
Tugas kelompok biologi bab telinga ms 2007
Tugas kelompok biologi bab  telinga  ms 2007Tugas kelompok biologi bab  telinga  ms 2007
Tugas kelompok biologi bab telinga ms 2007
WaQhyoe Arryee
Ìý
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ILEUS .pptx
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ILEUS .pptxDIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ILEUS .pptx
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ILEUS .pptx
ShafiraUtami5
Ìý
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengah
Yohanita Tengku
Ìý

Recently uploaded (8)

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN.pptx
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN.pptxPERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN.pptx
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN.pptx
mimosaasyifaa
Ìý
Materi Praktikum Kimia Medisinal Farmasi
Materi Praktikum Kimia Medisinal FarmasiMateri Praktikum Kimia Medisinal Farmasi
Materi Praktikum Kimia Medisinal Farmasi
rissalailavifta
Ìý
Materi Praktikum Kimia Medisinal Farmasi
Materi Praktikum Kimia Medisinal FarmasiMateri Praktikum Kimia Medisinal Farmasi
Materi Praktikum Kimia Medisinal Farmasi
rissalailavifta
Ìý
Tidur-dalam-Islam-Rahmat-dan-Ibadah.pptx
Tidur-dalam-Islam-Rahmat-dan-Ibadah.pptxTidur-dalam-Islam-Rahmat-dan-Ibadah.pptx
Tidur-dalam-Islam-Rahmat-dan-Ibadah.pptx
ResidenRoom
Ìý
PPT OPTIMASI HUBUNGAN INPUT-INPUT (2) 22
PPT OPTIMASI HUBUNGAN INPUT-INPUT (2) 22PPT OPTIMASI HUBUNGAN INPUT-INPUT (2) 22
PPT OPTIMASI HUBUNGAN INPUT-INPUT (2) 22
FarisHisyam1
Ìý
Pengaruh Perubahan Ruang Materi IPS.pptx
Pengaruh Perubahan Ruang Materi IPS.pptxPengaruh Perubahan Ruang Materi IPS.pptx
Pengaruh Perubahan Ruang Materi IPS.pptx
FarhanFadillah28
Ìý
2. Modul Ajar KLS 7 PIDARTA BHS BALI.pdf SUDARMA.pdf
2. Modul Ajar KLS 7 PIDARTA BHS BALI.pdf SUDARMA.pdf2. Modul Ajar KLS 7 PIDARTA BHS BALI.pdf SUDARMA.pdf
2. Modul Ajar KLS 7 PIDARTA BHS BALI.pdf SUDARMA.pdf
isugiarta76
Ìý
Pengantar Prak Biomolekul B - Week 1.pptx
Pengantar Prak Biomolekul B - Week 1.pptxPengantar Prak Biomolekul B - Week 1.pptx
Pengantar Prak Biomolekul B - Week 1.pptx
akpertiwi98
Ìý
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN.pptx
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN.pptxPERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN.pptx
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN.pptx
mimosaasyifaa
Ìý
Materi Praktikum Kimia Medisinal Farmasi
Materi Praktikum Kimia Medisinal FarmasiMateri Praktikum Kimia Medisinal Farmasi
Materi Praktikum Kimia Medisinal Farmasi
rissalailavifta
Ìý
Materi Praktikum Kimia Medisinal Farmasi
Materi Praktikum Kimia Medisinal FarmasiMateri Praktikum Kimia Medisinal Farmasi
Materi Praktikum Kimia Medisinal Farmasi
rissalailavifta
Ìý
Tidur-dalam-Islam-Rahmat-dan-Ibadah.pptx
Tidur-dalam-Islam-Rahmat-dan-Ibadah.pptxTidur-dalam-Islam-Rahmat-dan-Ibadah.pptx
Tidur-dalam-Islam-Rahmat-dan-Ibadah.pptx
ResidenRoom
Ìý
PPT OPTIMASI HUBUNGAN INPUT-INPUT (2) 22
PPT OPTIMASI HUBUNGAN INPUT-INPUT (2) 22PPT OPTIMASI HUBUNGAN INPUT-INPUT (2) 22
PPT OPTIMASI HUBUNGAN INPUT-INPUT (2) 22
FarisHisyam1
Ìý
Pengaruh Perubahan Ruang Materi IPS.pptx
Pengaruh Perubahan Ruang Materi IPS.pptxPengaruh Perubahan Ruang Materi IPS.pptx
Pengaruh Perubahan Ruang Materi IPS.pptx
FarhanFadillah28
Ìý
2. Modul Ajar KLS 7 PIDARTA BHS BALI.pdf SUDARMA.pdf
2. Modul Ajar KLS 7 PIDARTA BHS BALI.pdf SUDARMA.pdf2. Modul Ajar KLS 7 PIDARTA BHS BALI.pdf SUDARMA.pdf
2. Modul Ajar KLS 7 PIDARTA BHS BALI.pdf SUDARMA.pdf
isugiarta76
Ìý
Pengantar Prak Biomolekul B - Week 1.pptx
Pengantar Prak Biomolekul B - Week 1.pptxPengantar Prak Biomolekul B - Week 1.pptx
Pengantar Prak Biomolekul B - Week 1.pptx
akpertiwi98
Ìý

Disfungsi Tuba Eustachius serta tatalaksana

  • 1. STRUCTURE DISFUNGSI TUBA EUSTACHIUS OLEH : Wahida Husna PEMBIMBING: dr. Pujo Widodo, Sp. THT-KL (K) MODUL OTOLOGI
  • 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Pembelajaran Umum 1. Menegakkan diagnosis klinis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 2. Memutuskan dan menangani kasus patulous tuba Eustachius sesuai kompetensi. Tujuan Pembelajaran Khusus 3. Menjelaskan anatomi, histologi, topografi dan fisiologi tuba Eustachius. 4. Menjelaskan definisi dan patofisiologi patulous tuba Eustachius. 5. Menjelaskan gambaran klinis patulous tuba Eustachius. 6. Menegakkan diagnosis patulous tuba Eustachius. 7. Melakukan penanganan nonbedah pada patulous tuba Eustachius dan komplikasinya sesuai kompetensi. 8. Melakukan tindakan pemasangan pipa ventilasi.
  • 3. PENDAHULUAN Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM, Gray H. Gray's anatomy for students2015. p953
  • 4. PENDAHULUAN Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM, Gray H. Gray's anatomy for students2015. p953
  • 5. TUBA EUSTACHIUS / PHARYNGOTYMPANIC TUBE Saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring Berfungsi sebagai alat ventilasi kavum timpani. Fungsi yang abnormal (gangguan membuka atau menutupnya tuba ataupun gangguan dari transport mukosilier) perubahan patologis telinga tengah  Gangguan pendengaran, otitis media dengan komplikasinya. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM, Gray H. Gray's anatomy for students2015. p961
  • 6. TUBA EUSTACHIUS / PHARYNGOTYMPANIC TUBE • Tertutup dalam keadaan istirahat dan terbuka saat menelan, menguap, dan melakukan valsava • Fungsi: mengatur tekanan di telinga tengah, memproteksi telinga tengah dari secret nasofaring, dan mengatur drainase sekret telinga tengah ke nasofaring Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM, Gray H. Gray's anatomy for students2015. p961
  • 7. BAGIAN TUBA EUSTACHIUS PARS OSEUS (PROTIMPANUM) 1/3 posterior panjang tuba Eustachius (11-14 mm) bermuara ke kavum timpani di dinding anterior, dan bagian ini selalu terbuka. PARS KARTILAGINUS 2/3 anterior panjang tuba Eustachius, terdiri dari membran dan kartilago, berbentuk terompet (20-25 mm). Bagian medial berupa tulang rawan yang melengkung dan bagian latero inferior berupa membrane dimana melekat otot tensor veli palatini.
  • 8. MUSKULUS 1. M. Tensor Veli Palatini 2. M. Levator Veli Palatini 3. M. Salpingopharyngeus 4. M. Tensor Tympani MUKOSA Epitel kolumnar pseudostratified bersilia
  • 9. VASKULARISASI, INERVASI INNERVASI 1. Bagian Lateral : N. Glossopharingeal 2. Bagian Medial : N. Pterygopalatine Ganglion
  • 10. FISIOLOGI • Mempertahankan tekanan udara (1 atm) didalam cavum timpani sama dengan tekanan udara luar atau sama dengan tekanan atmosfir. FUNGSI VENTILASI • Mukosa kavum timpani dan tuba Eustachius memiliki sel-sel yang menghasilakn sekret. Tuba Eustachius mengalirkan secret ini dari kavum timpani kearah nasofaring dengan suatu transpor mukosiliar FUNGSI DRAINASE • Pada keadaan normal tuba eustachius selalu dalam keadaan tertutup sewaktu istirahat sehingga dapat menghalangi secret dan kuman dari nasofaring masuk kedalam kavum timpani. FUNGSI PROTEKSI
  • 11. FISIOLOGI Bluestone CD, Bluestone MB, Coulter J. Eustachian Tube: Structure, Function, and Role in Middle-Ear Disease: PMPH USA, Limited; 2017.
  • 12. GANGGUAN FUNGSI TUBA EUSTACHIUS Tuba Eustachius menutup saat beristirahat dan aktif terbuka hanya dalam kondisi yang terkontrol saat pernapasan di nasofaring. Apabila tuba Eustachius terbuka lebih dari periode waktu tertentu, maka terdapat sebuah diskomunikasi antara nasofaring dan kavum timpaniperpindahan fluktuasi tekanan dari faring ke telinga tengah baik secara intermiten maupun konstan. Gejala yang dapat timbul tidak hanya sensasi penuh di telinga dan autofoni, tapi dapat juga berupa, gejala gejala pada telinga dalam seperti penurunan pendengaran tipe sensorineural, tinitus, atau vertigo.
  • 13. GANGGUAN FUNGSI TUBA EUSTACHIUS: 1) Dilatory Eustachian tube dysfunction, a. functional obstruction, b. dynamic dysfunction (kegagalan otot tuba eustachius dalam mengompensasi), c. anatomical obstruction 2) Baro-challenge-induced Eustachian tube dysfunction 3) Patulous Eustachian tube dysfunction.
  • 14. PATULOUS EUSTACHIAN TUBE DYSFUNCTION Etiologi TEP • Perubahan dari lingkungan kompresi tuba (kehilangan Ostmann’s fat setelah penurunan berat badan) • Faktor neuromuskular - Kehilangan elastisitas kartilago pada proses penuaan • Jaringan parut pada daerah nasofaring dan orofaring setelah operasi dan radiasi • Faktor hormonal (estrogen)
  • 15. TANDA DAN GEJALA Schilder, A. G. M., Bhutta, M. F., Butler, C. C., Holy, C., Levine, L. H., Kvaerner, K. J., … Lund, V. J. (2015). Eustachian tube dysfunction: consensus statement on definition, types, clinical presentation and diagnosis. Clinical Otolaryngology, 40(5), 407–411. doi:10.1111/coa.12475
  • 16. DIAGNOSIS 1. Anamnesis Aural fullness (Keluhan rasa penuh ditelinga ) Clogged ear (Sensasi seperti didalam air) Autophony (Mendengar suara sendiri) Nyeri telinga 2. Pemeriksaan fisik a. Otoscopy atau otomicroscopy  Retraksi MT  MT Keruh, Reflek cahaya (–)  MT Cembung (kadang disertai gambaran adanya cairan)  MT telinga bergerak sesuai pernafasan b. Nasofaringoskopi  Inflamasi yang berdekatan dengan orificium tuba eustachius  Neoplasma  Jaringan parut/lesi lainnya Fenomena Gunung Es
  • 17. DIAGNOSIS 3. Pemeriksaan penunjang a. Tympanometry, Penurunan MEP Type kurva tympanogram B dan/ atau C b. Pemeriksaan garputala Didapatkan hasil CHL  Test Rinne (-), Webber lateralisasi ke arah telinga yang sakit, Test Schwabach memanjang
  • 19. THE EUSTACHIAN TUBE DYSFUNCTION QUESTIONNAIRE (ETDQ-7)
  • 20. PENATALAKSANAAN Non Bedah • Pada ETDMenangani faktor yang mendasari, Metode Penyamaan tekanan (Valsava, Toynbee), Dekongestan, antihistamin, Kotikosteroid nasal/oral • Pada PET  Penambahan berat badan, penggunaan estrogen topikal, perak nitrat, bubuk boric, phenol dan sediaan lain yang akan membuat edema mukosa orifisium ET Pembedahan • Balloon dilation • Laser tuboplasty • Tympanostomy/Miringotomy (Groumet insertion) • Penyempitan Lumen Tuba Eustachius Tysome, J. R., & Sudhoff, H. (2018). The Role of the Eustachian Tube in Middle Ear Disease. Advances in Hearing Rehabilitation, 146–152. doi:10.1159/000485581
  • 21. YouTube. May 2020 : Balloon Eustachian Tube Dilation to Treat Eustachian Tube Dysfunction. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=ZmktTyxyoGQ
  • 22. LASER TUBOPLASTY Yañez, C. (2010). Cross-hatching A novel technique for Eustachian tuboplasty. Preliminary report. Otolaryngology-Head and Neck Surgery, 142(5), 688–693.
  • 23. YouTube. May, 2020 : Endoscopic Myringotomy & Grommet Insertion. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=4BTaKPTOFj0
  • 24. PENYEMPITAN LUMEN TUBA Augmentasi Graft Kartilago autologus

Editor's Notes

  • #4: Pada dewasa panjang 30-40 mm dan tidak mendatar (perbedaan ketinggian antar muara 25 mm) Pada anak lebih pendek (18 mm) dan mendatar Dinding: 2/3 kavum timpani (tulang) dan 1/3 nya (kartilago)
  • #7: Pars kartilaginus lebih banyak dalam keadaan tertutup akibat tekanan otot dan jaringan lemak (Ostman fatty pad’s) di lateral membran dan baru terbuka jika membran tertarik ke lateral oleh kontraksi otot tensor veli palatini pada waktu mengunyah atau menelan.1,4,9,10
  • #8: Terdapat 4 otot yang berhubungan dengan TE yaitu : muskulus tensor velipalatini (TVPM), tensor timpani, levator velipalatini (LVPM) dan salfingofaringeus. Otot yang paling berperan dalam membuka lumen TE adalah TVPM TVPM It arises by a flat lamella from the scaphoid fossa at the base of theÌýmedial pterygoid plate, from theÌýspina angularisÌýof theÌýsphenoidÌýand from the lateral wall of the cartilage of theÌýauditory tube LVP It arises from the under surface of the apex of the petrous part of theÌýtemporal boneÌýand from the medial lamina of the cartilage of theÌýauditory tube. Salpingopharyngeus Origin Lower part of the cartilage of the auditory tube, Insertion Fibers pass downward and blend with the palatopharyngeus Tensor tympani Origin Cartilaginous part of auditory tube, Insertion Handle of malleus near the root Bantalan lemak Ostmann’s adalah area dari jaringan lemak yang berada sepanjang kartilago TE, inferolateral ke arah lumen yang berperan dalam penutupan TE Mukosa TE terdiri dari epitel kolumnar pseudostratified bersilia, sama halnya seperti yang terdapat pada mukosa hidung dan sinus
  • #11: Pada keadaan istirahat, kartilago TE berada dalam posisi menutup dan terbuka secara singkat selama 200ms ketika menelan, mengunyah, menguap atau selama gerakan rahang lainnya.2, 3, 8, 13, 14, 20 Pembukaan TE ini merupakan hasil koordinasi dari empat otot sekitar TE, dimana yang paling berperan adalah TVPM. Sementara penutupan TE adalah hasil dari faktor relaksasi TVP, dan tekanan jaringan sekitar lumen TE
  • #13: Baro-challenge-induced Eustachian tube dysfunction, yang disebabkan oleh karena perubahan tekanan lingkungan yang ekstrem Patulous Eustachian tube dysfunction diperkirakan disebabkan oleh abnormal paten tuba eustachius. Hal itu mungkin dipicu oleh penurunan berat badan yang signifikan,
  • #14: Penurunan berat badan tiba-tiba merupakan penyebab utama TEP, dimana pada keadaan ini terdapat kehilangan jaringan lemak medial kartilago TE yang disebut bantalan lemak Ostmann’s. Estrogen dapat menurunkan viskositas sekresi TE, mengurangi elastisitas kartilago tuba dan meningkatkan level surfaktan sehingga membuat TE terbuka
  • #24: dilakukan dekongestan hidung secara topikal campuran lidocaine 1% dan epinefrin 1:100.000 diinjeksikan di orifisium tuba Mulut dibuka dengan mouth gag, nasofaring dilihat dengan endoskopi kaku 450 melewati rongga mulut Dilakukan insisi mukosa sekitar orifisium dengan KTP laser pada proyeksi jam 9 hingga jam 3 Insisi ditarik ke bawah hingga terlihat kartilago superior. Graft kartilago berbentuk trapezium dengan puncak sepanjang 1mm dan dasar 3-4mm serta tinggi 5-8 mm ditempatkan pada kantong yang sudah dibuat, biasanya dibutuhkan 2-4 graft Kemudian luka insisi dijahit dengan vicryl 4.0
  • #25: dilakukan dengan lokal anastesi pada orofaring dan nasofaring Palatum mole diangkat keatas dengan Latrobe palate retractor, injeksidilakukan pada 0,5cm inferior dan 0,5cm superior orifisium TE dengan kedalaman jarum 0,5cm. Jumlah yang diinjeksikan sebanyak 0,75-1,5 ml