Tuba Eustachius berfungsi untuk menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Tuba Eustachius terdiri dari dua bagian yaitu pars oseus dan pars kartilaginus. Pars oseus bermuara ke kavum timpani sedangkan pars kartilaginus bermuara ke nasofaring. Tiga otot utama yang berperan dalam mekanisme pembukaan tuba Eustachius adalah m. tensor veli palatini, m. levator veli palatini, dan m. salpingopharynge
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang otitis media supuratif kronik (OMSK) atau otitis media perforata (OMP) yang merupakan infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani.
2. OMSK dibagi menjadi dua tipe yaitu benigna dan maligna, di mana tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi sedangkan tipe maligna disertai kolesteatoma.
3. D
5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorakSofyan Dwi Nugroho
Ìý
Laporan praktikum ini membahas tentang perambatan bunyi melalui tulang tengkorak. Terdiri dari tiga bagian utama telinga yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Tulang-tulang kecil di telinga tengah berperan menyalurkan getaran bunyi ke telinga dalam. Di sana bunyi diubah menjadi impuls saraf yang diteruskan ke otak. Ada tiga jenis gangguan pendengaran yaitu konduksi, sensorineural, dan campuran. Ber
Modul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptxMithaIsmaulidia2
Ìý
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara bersifat progresif akibat inflamasi kronik dan pajanan berbahaya seperti asap rokok. PPOK memiliki komplikasi seperti infeksi berulang dan gagal jantung kanan. Kakeksia pulmoner merupakan sindrom metabolik kompleks yang ditandai dengan hilangnya massa otot dan lemak akibat pen
Journal & Literature Review Asfiksia_Forensikratnaamelia07
Ìý
Teks tersebut membahas mengenai asfiksia sebagai salah satu mekanisme kematian yang cepat. Secara singkat dibahas mengenai beberapa jenis asfiksia mekanis seperti sufokasi, strangulasi, dan asfiksia kimiawi beserta tanda-tanda yang ditemukan pada otopsi."
BP adalah kelumpuhan akut n. fasialis perifer tanpa penyebab yang jelas. Rehabilitasi medik diperlukan untuk memulihkan fungsi otot wajah dan aktivitas sehari-hari. Diagnosa didasarkan pada gejala klinis seperti lumpuhnya gerakan wajah unilateral. Prognosis umumnya baik dengan pemulihan spontan 75-90% dalam beberapa minggu.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas anatomi dan fisiologi telinga luar, tengah, dan dalam serta proses pendengaran dan gangguan yang terkait seperti kehilangan pendengaran dan pusing. Organ pendengaran dan keseimbangan sangat rumit namun penting untuk berkomunikasi dan koordinasi gerakan tubuh.
Dokumen tersebut membahas berbagai kelainan kongenital pada sistem pencernaan bayi dan anak, seperti atresia esofagus, hipertrofi pilorus, malrotasi, atresia duodenum, dan penyakit Hirschsprung. Kelainan-kelainan tersebut dapat menyebabkan gangguan pada proses pencernaan dan menimbulkan gejala klinis seperti muntah dan pembengkakan abdomen. Tindakan diagnosis dan pengobatan yang tepat, seperti p
Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan pasien dengan trauma kepala, meliputi pengertian trauma kepala, jenis-jenis cedera kepala seperti kontusi, hematoma epidural dan subdural, pemeriksaan diagnostik seperti CT-Scan dan MRI, serta penatalaksanaan seperti observasi, kraniotomi, ventrikulostomi, dan kranioplasti.
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar penyakit impaksi serumen, yang disebabkan oleh penumpukan serumen di liang telinga yang menyebabkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran. Dokumen ini juga membahas gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan dari penyakit tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang benda asing di saluran napas dan saluran pencernaan. Pada saluran napas, benda asing dapat terjadi di rima glotis, trakea, dan bronkus dan diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, radiologi, dan endoskopi. Pada saluran pencernaan, benda asing dapat terjadi di esofagus dan diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, radiologi, dan endoskopi.
- Membantu mengurangi nyeri dengan pemberian analgesik sesuai anjuran dokter
- Membantu membersihkan telinga secara hati-hati untuk mencegah infeksi lebih lanjut
- Memberikan edukasi untuk menjaga kebersihan telinga dan mencegah infeksi ulang
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut atau kronis yang disebabkan oleh bakteri atau jamur. Dokumen ini menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, dan penatalaksanaan otitis eksterna.
Journal & Literature Review Asfiksia_Forensikratnaamelia07
Ìý
Teks tersebut membahas mengenai asfiksia sebagai salah satu mekanisme kematian yang cepat. Secara singkat dibahas mengenai beberapa jenis asfiksia mekanis seperti sufokasi, strangulasi, dan asfiksia kimiawi beserta tanda-tanda yang ditemukan pada otopsi."
BP adalah kelumpuhan akut n. fasialis perifer tanpa penyebab yang jelas. Rehabilitasi medik diperlukan untuk memulihkan fungsi otot wajah dan aktivitas sehari-hari. Diagnosa didasarkan pada gejala klinis seperti lumpuhnya gerakan wajah unilateral. Prognosis umumnya baik dengan pemulihan spontan 75-90% dalam beberapa minggu.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas anatomi dan fisiologi telinga luar, tengah, dan dalam serta proses pendengaran dan gangguan yang terkait seperti kehilangan pendengaran dan pusing. Organ pendengaran dan keseimbangan sangat rumit namun penting untuk berkomunikasi dan koordinasi gerakan tubuh.
Dokumen tersebut membahas berbagai kelainan kongenital pada sistem pencernaan bayi dan anak, seperti atresia esofagus, hipertrofi pilorus, malrotasi, atresia duodenum, dan penyakit Hirschsprung. Kelainan-kelainan tersebut dapat menyebabkan gangguan pada proses pencernaan dan menimbulkan gejala klinis seperti muntah dan pembengkakan abdomen. Tindakan diagnosis dan pengobatan yang tepat, seperti p
Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan pasien dengan trauma kepala, meliputi pengertian trauma kepala, jenis-jenis cedera kepala seperti kontusi, hematoma epidural dan subdural, pemeriksaan diagnostik seperti CT-Scan dan MRI, serta penatalaksanaan seperti observasi, kraniotomi, ventrikulostomi, dan kranioplasti.
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar penyakit impaksi serumen, yang disebabkan oleh penumpukan serumen di liang telinga yang menyebabkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran. Dokumen ini juga membahas gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan dari penyakit tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang benda asing di saluran napas dan saluran pencernaan. Pada saluran napas, benda asing dapat terjadi di rima glotis, trakea, dan bronkus dan diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, radiologi, dan endoskopi. Pada saluran pencernaan, benda asing dapat terjadi di esofagus dan diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, radiologi, dan endoskopi.
- Membantu mengurangi nyeri dengan pemberian analgesik sesuai anjuran dokter
- Membantu membersihkan telinga secara hati-hati untuk mencegah infeksi lebih lanjut
- Memberikan edukasi untuk menjaga kebersihan telinga dan mencegah infeksi ulang
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut atau kronis yang disebabkan oleh bakteri atau jamur. Dokumen ini menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, dan penatalaksanaan otitis eksterna.
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
1. Menegakkan diagnosis klinis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
2. Memutuskan dan menangani kasus patulous tuba Eustachius sesuai kompetensi.
Tujuan Pembelajaran Khusus
3. Menjelaskan anatomi, histologi, topografi dan fisiologi tuba Eustachius.
4. Menjelaskan definisi dan patofisiologi patulous tuba Eustachius.
5. Menjelaskan gambaran klinis patulous tuba Eustachius.
6. Menegakkan diagnosis patulous tuba Eustachius.
7. Melakukan penanganan nonbedah pada patulous tuba Eustachius dan
komplikasinya sesuai kompetensi.
8. Melakukan tindakan pemasangan pipa ventilasi.
5. TUBA EUSTACHIUS /
PHARYNGOTYMPANIC TUBE
Saluran yang menghubungkan kavum
timpani dengan nasofaring
Berfungsi sebagai alat ventilasi kavum
timpani.
Fungsi yang abnormal (gangguan
membuka atau menutupnya tuba ataupun
gangguan dari transport mukosilier)ïƒ
perubahan patologis telinga tengah ïƒ
Gangguan pendengaran, otitis media
dengan komplikasinya.
Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM, Gray H. Gray's anatomy for students2015. p961
6. TUBA EUSTACHIUS /
PHARYNGOTYMPANIC TUBE
• Tertutup dalam keadaan
istirahat dan terbuka saat
menelan, menguap, dan
melakukan valsava
• Fungsi: mengatur tekanan di telinga
tengah, memproteksi telinga tengah
dari secret nasofaring, dan
mengatur drainase sekret telinga
tengah ke nasofaring
Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM, Gray H. Gray's anatomy for students2015. p961
7. BAGIAN TUBA EUSTACHIUS
PARS OSEUS (PROTIMPANUM)
1/3 posterior panjang tuba Eustachius (11-14
mm) bermuara ke kavum timpani di dinding
anterior, dan bagian ini selalu terbuka.
PARS KARTILAGINUS
2/3 anterior panjang tuba Eustachius, terdiri dari
membran dan kartilago, berbentuk terompet
(20-25 mm).
Bagian medial berupa tulang rawan yang
melengkung dan bagian latero inferior berupa
membrane dimana melekat otot tensor veli
palatini.
8. MUSKULUS
1. M. Tensor Veli Palatini
2. M. Levator Veli Palatini
3. M. Salpingopharyngeus
4. M. Tensor Tympani
MUKOSA
Epitel kolumnar pseudostratified
bersilia
10. FISIOLOGI
• Mempertahankan tekanan udara (1 atm) didalam cavum timpani sama dengan
tekanan udara luar atau sama dengan tekanan atmosfir.
FUNGSI VENTILASI
• Mukosa kavum timpani dan tuba Eustachius memiliki sel-sel yang menghasilakn
sekret. Tuba Eustachius mengalirkan secret ini dari kavum timpani kearah
nasofaring dengan suatu transpor mukosiliar
FUNGSI DRAINASE
• Pada keadaan normal tuba eustachius selalu dalam keadaan tertutup sewaktu
istirahat sehingga dapat menghalangi secret dan kuman dari nasofaring masuk
kedalam kavum timpani.
FUNGSI PROTEKSI
11. FISIOLOGI
Bluestone CD, Bluestone MB, Coulter J. Eustachian Tube: Structure, Function, and Role in Middle-Ear
Disease: PMPH USA, Limited; 2017.
12. GANGGUAN FUNGSI TUBA
EUSTACHIUS
Tuba Eustachius menutup saat beristirahat dan aktif terbuka hanya dalam kondisi yang
terkontrol saat pernapasan di nasofaring.
Apabila tuba Eustachius terbuka lebih dari periode waktu tertentu, maka terdapat sebuah
diskomunikasi antara nasofaring dan kavum timpaniïƒ perpindahan fluktuasi tekanan dari
faring ke telinga tengah baik secara intermiten maupun konstan.
Gejala yang dapat timbul tidak hanya sensasi penuh di telinga dan autofoni, tapi dapat juga
berupa, gejala gejala pada telinga dalam seperti penurunan pendengaran tipe sensorineural,
tinitus, atau vertigo.
13. GANGGUAN FUNGSI TUBA EUSTACHIUS:
1) Dilatory Eustachian tube
dysfunction,
a. functional obstruction,
b. dynamic dysfunction (kegagalan otot
tuba eustachius dalam
mengompensasi),
c. anatomical obstruction
2) Baro-challenge-induced Eustachian
tube dysfunction
3) Patulous Eustachian tube
dysfunction.
14. PATULOUS EUSTACHIAN
TUBE DYSFUNCTION
Etiologi TEP
• Perubahan dari lingkungan kompresi tuba (kehilangan Ostmann’s fat setelah penurunan
berat badan)
• Faktor neuromuskular - Kehilangan elastisitas kartilago pada proses penuaan
• Jaringan parut pada daerah nasofaring dan orofaring setelah operasi dan radiasi
• Faktor hormonal (estrogen)
15. TANDA DAN GEJALA
Schilder, A. G. M., Bhutta, M. F., Butler, C. C., Holy, C., Levine, L. H., Kvaerner, K. J., … Lund, V. J. (2015). Eustachian tube dysfunction: consensus
statement on definition, types, clinical presentation and diagnosis. Clinical Otolaryngology, 40(5), 407–411. doi:10.1111/coa.12475
16. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Aural fullness (Keluhan rasa penuh ditelinga )
Clogged ear (Sensasi seperti didalam air)
Autophony (Mendengar suara sendiri)
Nyeri telinga
2. Pemeriksaan fisik
a. Otoscopy atau otomicroscopy
 Retraksi MT
 MT Keruh, Reflek cahaya (–)
 MT Cembung (kadang disertai gambaran adanya cairan)
 MT telinga bergerak sesuai pernafasan
b. Nasofaringoskopi
 Inflamasi yang berdekatan dengan orificium tuba eustachius
 Neoplasma
 Jaringan parut/lesi lainnya
Fenomena Gunung
Es
17. DIAGNOSIS
3. Pemeriksaan penunjang
a. Tympanometry,
Penurunan MEP
Type kurva tympanogram B dan/ atau C
b. Pemeriksaan garputala
Didapatkan hasil CHL ïƒ Test Rinne (-),
Webber lateralisasi ke arah telinga yang sakit,
Test Schwabach memanjang
20. PENATALAKSANAAN
Non Bedah
• Pada ETDïƒ Menangani faktor yang mendasari, Metode
Penyamaan tekanan (Valsava, Toynbee), Dekongestan,
antihistamin, Kotikosteroid nasal/oral
• Pada PET ïƒ Penambahan berat badan, penggunaan estrogen
topikal, perak nitrat, bubuk boric, phenol dan sediaan lain
yang akan membuat edema mukosa orifisium ET
Pembedahan
• Balloon dilation
• Laser tuboplasty
• Tympanostomy/Miringotomy (Groumet insertion)
• Penyempitan Lumen Tuba Eustachius
Tysome, J. R., & Sudhoff, H. (2018). The Role of the Eustachian Tube in Middle Ear Disease. Advances in
Hearing Rehabilitation, 146–152. doi:10.1159/000485581
21. YouTube. May 2020 : Balloon Eustachian Tube Dilation to Treat Eustachian Tube
Dysfunction. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=ZmktTyxyoGQ
22. LASER TUBOPLASTY
Yañez, C. (2010). Cross-hatching A novel technique for Eustachian tuboplasty. Preliminary
report. Otolaryngology-Head and Neck Surgery, 142(5), 688–693.
23. YouTube. May, 2020 : Endoscopic Myringotomy & Grommet Insertion. Diakses dari
https://www.youtube.com/watch?v=4BTaKPTOFj0
#4: Pada dewasa panjang 30-40 mm dan tidak mendatar (perbedaan ketinggian antar muara 25 mm)
Pada anak lebih pendek (18 mm) dan mendatar
Dinding: 2/3 kavum timpani (tulang) dan 1/3 nya (kartilago)
#7: Pars kartilaginus lebih banyak dalam keadaan tertutup akibat tekanan otot dan jaringan lemak (Ostman fatty pad’s) di lateral membran dan baru terbuka jika membran tertarik ke lateral oleh kontraksi otot tensor veli palatini pada waktu mengunyah atau menelan.1,4,9,10
#8: Terdapat 4 otot yang berhubungan dengan TE yaitu : muskulus tensor velipalatini (TVPM), tensor timpani, levator velipalatini (LVPM) dan salfingofaringeus. Otot yang paling berperan dalam membuka lumen TE adalah TVPM
TVPM It arises by a flat lamella from the scaphoid fossa at the base of theÌýmedial pterygoid plate, from theÌýspina angularisÌýof theÌýsphenoidÌýand from the lateral wall of the cartilage of theÌýauditory tube
LVP It arises from the under surface of the apex of the petrous part of theÌýtemporal boneÌýand from the medial lamina of the cartilage of theÌýauditory tube.
Salpingopharyngeus Origin Lower part of the cartilage of the auditory tube, Insertion Fibers pass downward and blend with the palatopharyngeus
Tensor tympani Origin Cartilaginous part of auditory tube, Insertion Handle of malleus near the root
Bantalan lemak Ostmann’s adalah area dari jaringan lemak yang berada sepanjang kartilago TE, inferolateral ke arah lumen yang berperan dalam penutupan TE
Mukosa TE terdiri dari epitel kolumnar pseudostratified bersilia, sama halnya seperti yang terdapat pada mukosa hidung dan sinus
#11: Pada keadaan istirahat, kartilago TE berada dalam posisi menutup dan terbuka secara singkat selama 200ms ketika menelan, mengunyah, menguap atau selama gerakan rahang lainnya.2, 3, 8, 13, 14, 20 Pembukaan TE ini merupakan hasil koordinasi dari empat otot sekitar TE, dimana yang paling berperan adalah TVPM. Sementara penutupan TE adalah hasil dari faktor relaksasi TVP, dan tekanan jaringan sekitar lumen TE
#13: Baro-challenge-induced Eustachian tube dysfunction, yang disebabkan oleh karena perubahan tekanan lingkungan yang ekstrem
Patulous Eustachian tube dysfunction diperkirakan disebabkan oleh abnormal paten tuba eustachius. Hal itu mungkin dipicu oleh penurunan berat badan yang signifikan,
#14: Penurunan berat badan tiba-tiba merupakan penyebab utama TEP, dimana pada keadaan ini terdapat kehilangan jaringan lemak medial kartilago TE yang disebut bantalan lemak Ostmann’s.
Estrogen dapat menurunkan viskositas sekresi TE, mengurangi elastisitas kartilago tuba dan meningkatkan level surfaktan sehingga membuat TE terbuka
#24: dilakukan dekongestan hidung secara topikal
campuran lidocaine 1% dan epinefrin 1:100.000 diinjeksikan di orifisium tuba
Mulut dibuka dengan mouth gag, nasofaring dilihat dengan endoskopi kaku 450 melewati rongga mulut
Dilakukan insisi mukosa sekitar orifisium dengan KTP laser pada proyeksi jam 9 hingga jam 3
Insisi ditarik ke bawah hingga terlihat kartilago superior.
Graft kartilago berbentuk trapezium dengan puncak sepanjang 1mm dan dasar 3-4mm serta tinggi 5-8 mm ditempatkan pada kantong yang sudah dibuat, biasanya dibutuhkan 2-4 graft
Kemudian luka insisi dijahit dengan vicryl 4.0
#25: dilakukan dengan lokal anastesi pada orofaring dan nasofaring
Palatum mole diangkat keatas dengan Latrobe palate retractor, injeksidilakukan pada 0,5cm inferior dan 0,5cm superior orifisium TE dengan kedalaman jarum 0,5cm. Jumlah yang diinjeksikan sebanyak 0,75-1,5 ml