Kajian kes ini membincangkan tentang murid bernama Alia Maisara yang pendiam dan sukar berinteraksi dengan rakan sekelas. Guru Maisara, Cikgu Anis bersikap kasar terhadapnya dengan menamparnya kerana gagal menjawab soalan. Peristiwa ini seterusnya menyebabkan Maisara enggan pergi ke sekolah. Analisis kajian kes ini menyarankan agar guru bersikap prihatin dan empati terhadap pelajar, serta menggunakan ka
Pendekatan Pengajaran Matematik yang Dilakukan dalam Bilik DarjahFarah Waheeda
油
Dokumen tersebut membincangkan pendekatan pengajaran matematik yang dilakukan dalam bilik darjah. Ia menyenaraikan beberapa pendekatan seperti pendekatan tradisional, berpusatkan guru, dan berpusatkan pelajar. Dokumen ini juga mengenalpasti beberapa isu seperti pengajaran dan pembelajaran tradisional, penggunaan teknologi, dan ketidaksukaan terhadap perubahan.
Dokumen tersebut merupakan penelitian tentang penerapan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok pada pelajaran IPA di MTs. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan prestasi belajar siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok dapat meningkatkan partisipasi siswa dan prestasi belajar IPA siswa.
Teks tersebut membahas tentang pengajaran yang efektif untuk murid-murid dengan tingkat kecerdasan yang berbeda. Teks tersebut menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan pengajaran, seperti karakteristik murid, pendekatan pengajaran, dan strategi yang tepat."
Masalah penguasaan pembelajaran dan cara mengesan kesukaran pembelajaran mimiShamimi Jamudin
油
Dokumen tersebut membahas tentang masalah penguasaan pembelajaran bahasa Melayu di sekolah rendah, termasuk faktor-faktor penyebabnya seperti pengajaran, fisik, emosi, dan kesehatan. Dokumen ini juga menjelaskan cara mendeteksi kesulitan belajar melalui observasi, penilaian prestasi, dan tes tertulis. Langkah-langkah pemulihan kemudian dapat dilaksanakan untuk meningkatkan penguasaan pembel
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN PENDEKATAN ...SMK Negeri 6 Malang
油
Pembelajaran Fisika di kelas VIII E SMP Islam Maarif 02 Malang yang selama ini dilakukan dengan metode ceramah bervariasi menyebabkan motivasi dan prestasi belajar rendah. Oleh karena itu, peneliti menerapkan model pengajaran langsung dengan pendekatan kontekstual. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 39 orang siswa di kelas VIII E. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat saat penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual, pada siklus I yaitu 66,59% dan pada siklus II yaitu 75,78%. Prestasi belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual adalah 60,8, pada siklus I adalah 62,26, dan pada siklus II adalah 76,07. Dengan demkian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar.
Penerapan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Guru perlu menerapkan model pembelajaran yang tepat seperti pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan keterlibatan siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika khususnya penjumlahan bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN Sumberbendo 01 melalui permainan tradisional dakon. Permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya kemampuan siswa dalam mengerjakan soal penjumlahan bilangan bulat. Dengan menggunakan media permainan diharapkan dapat membantu siswa memahami konsep penjumlahan secara lebi
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Proposal kajian tindakan mengenai penggunaan media baru seperti internet dalam pembelajaran bahasa Arab. Kajian ini bertujuan meningkatkan minat dan kefahaman pelajar terhadap bahasa Arab dengan menggunakan media interaktif. Soalan kajian termasuk tahap penggunaan media baru, minat pelajar, dan pencapaian kemahiran 4P (membaca, menulis, mendengar,
Contoh Jurnal/Artikel PTK Kenaikan Pangkat ke IV/bNarendra
油
Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran take and give untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS materi benua-benua di dunia pada siswa kelas VI SD Negeri Bantarmangu 04. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dalam dua siklus. Hasilnya menunjukkan bahwa setelah penerapan model take and give, motivasi dan hasil belajar siswa mengalami pening
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Terdapat beberapa isu yang mengganggu penerapan kurikulum pendidikan di Malaysia seperti kelemahan guru dalam konsep diri dan kepercayaan, ketidaksesuaian antara matlamat kurikulum dengan kepercayaan guru, dan kurangnya pengalaman mengajar.
2. Kaedah pengajaran guru juga menjadi masalah di mana guru kurang berinovasi dan terlalu fokus menyelesa
Dokumen tersebut membahas mengenai perbandingan pencapaian matematika antara sekolah-sekolah berbeda. Secara ringkas, ditemukan bahwa pencapaian matematika siswa di Sekolah Jenis Cina lebih baik dibanding Sekolah Kebangsaan, yang dipengaruhi oleh faktor seperti alokasi waktu pembelajaran dan disiplin pembelajaran. Selain itu, penggunaan pendekatan konstruktivisme dan teknologi informasi dalam
Tiga isu utama dalam pensijilan guru ialah pelesenan, pengetahuan pedagogi, dan penguasaan standard dan tempoh pengajian. Pelesenan merujuk kepada masalah guru yang terpaksa mengajar subjek bukan bidang mereka. Ini boleh menjejaskan kualiti pengajaran. Pengetahuan pedagogi pula penting bagi memastikan proses pengajaran dan pembelajaran berjalan lancar. Selain itu, guru perlu menguasai standard kurik
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN PENDEKATAN ...SMK Negeri 6 Malang
油
Pembelajaran Fisika di kelas VIII E SMP Islam Maarif 02 Malang yang selama ini dilakukan dengan metode ceramah bervariasi menyebabkan motivasi dan prestasi belajar rendah. Oleh karena itu, peneliti menerapkan model pengajaran langsung dengan pendekatan kontekstual. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 39 orang siswa di kelas VIII E. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat saat penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual, pada siklus I yaitu 66,59% dan pada siklus II yaitu 75,78%. Prestasi belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual adalah 60,8, pada siklus I adalah 62,26, dan pada siklus II adalah 76,07. Dengan demkian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar.
Penerapan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Guru perlu menerapkan model pembelajaran yang tepat seperti pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan keterlibatan siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika khususnya penjumlahan bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN Sumberbendo 01 melalui permainan tradisional dakon. Permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya kemampuan siswa dalam mengerjakan soal penjumlahan bilangan bulat. Dengan menggunakan media permainan diharapkan dapat membantu siswa memahami konsep penjumlahan secara lebi
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Proposal kajian tindakan mengenai penggunaan media baru seperti internet dalam pembelajaran bahasa Arab. Kajian ini bertujuan meningkatkan minat dan kefahaman pelajar terhadap bahasa Arab dengan menggunakan media interaktif. Soalan kajian termasuk tahap penggunaan media baru, minat pelajar, dan pencapaian kemahiran 4P (membaca, menulis, mendengar,
Contoh Jurnal/Artikel PTK Kenaikan Pangkat ke IV/bNarendra
油
Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran take and give untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS materi benua-benua di dunia pada siswa kelas VI SD Negeri Bantarmangu 04. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dalam dua siklus. Hasilnya menunjukkan bahwa setelah penerapan model take and give, motivasi dan hasil belajar siswa mengalami pening
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Terdapat beberapa isu yang mengganggu penerapan kurikulum pendidikan di Malaysia seperti kelemahan guru dalam konsep diri dan kepercayaan, ketidaksesuaian antara matlamat kurikulum dengan kepercayaan guru, dan kurangnya pengalaman mengajar.
2. Kaedah pengajaran guru juga menjadi masalah di mana guru kurang berinovasi dan terlalu fokus menyelesa
Dokumen tersebut membahas mengenai perbandingan pencapaian matematika antara sekolah-sekolah berbeda. Secara ringkas, ditemukan bahwa pencapaian matematika siswa di Sekolah Jenis Cina lebih baik dibanding Sekolah Kebangsaan, yang dipengaruhi oleh faktor seperti alokasi waktu pembelajaran dan disiplin pembelajaran. Selain itu, penggunaan pendekatan konstruktivisme dan teknologi informasi dalam
Tiga isu utama dalam pensijilan guru ialah pelesenan, pengetahuan pedagogi, dan penguasaan standard dan tempoh pengajian. Pelesenan merujuk kepada masalah guru yang terpaksa mengajar subjek bukan bidang mereka. Ini boleh menjejaskan kualiti pengajaran. Pengetahuan pedagogi pula penting bagi memastikan proses pengajaran dan pembelajaran berjalan lancar. Selain itu, guru perlu menguasai standard kurik
Bab 1 membahaskan latar belakang kajian mengenai masalah empat murid tahun 5 yang menghadapi kesukaran dalam operasi darab nombor tiga digit dengan dua digit. Kajian ini bertujuan meningkatkan penguasaan operasi darab murid tersebut dengan menggunakan alat Pistol dan Tukul.
Dokumen ini membahas tentang permasalahan rendahnya hasil belajar siswa dalam konsep dasar instalasi listrik di SMK Swasta Trisakti Lubuk Pakam yang disebabkan oleh kurangnya fasilitas laboratorium dan pembelajaran yang kurang menarik. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran berbasis multimedia sebagai pengganti praktik di laboratorium.
Isu utama kajian ini adalah kesulitan murid-murid Tahun 2 dalam memahami konsep penolakan yang melibatkan pengumpulan semula. Guru memperkenalkan kaedah jari untuk membantu murid memahami konsep tersebut secara interaktif. Lima orang murid dipilih sebagai sampel kajian tindakan untuk menilai keberkesanan kaedah baru ini. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pencapaian murid dalam topik pen
Tiga faktor utama yang menyebabkan guru masih menggunakan pendekatan pengajaran konvensional adalah (i) sistem pendidikan negara yang menekankan banyaknya mata pelajaran dan kurikulum yang padat, (ii) keterbatasan kemahiran dan pengetahuan guru untuk menggunakan pendekatan alternatif, dan (iii) kurangnya masa yang disediakan untuk perancangan pengajaran.
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan media dakon untuk meningkatkan penguasaan kompetensi matematika tentang konsep perkalian pada siswa kelas 2 SD. Media dakon diharapkan dapat memotivasi siswa dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi perkalian."
The document outlines a lesson plan on perimeter and area that involves students working in groups to solve questions related to finding the perimeter and area of different spaces at a party by using information provided in envelopes. The envelopes give the area and perimeter of objects like gift tables, ice cream bars, clown spaces, and sound systems and students must work together to answer the questions correctly. The learning objectives are for students to understand and identify perimeter, find perimeter of enclosed regions, and solve perimeter and area problems.
Rangkuman dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Topik pengajaran adalah perimeter dan luas. Pelajar akan mempelajari konsep perimeter dan luas serta mengaplikasikannya dalam menyelesaikan masalah melalui permainan "Party Time!". Guru akan menjelaskan konsep tersebut dan membentuk kumpulan pelajar untuk berdiskusi dan menyelesaikan soalan-soalan perimeter dan luas dalam permainan.
This document provides 7 references related to education in Malaysia. The references discuss topics such as curriculum development, issues in mathematics education in Malaysia, teacher efficacy, challenges faced by student teachers, and the influence of resources and support on teacher beliefs. Key sources referenced include publications from the Malaysian Ministry of Education and journal articles analyzing education in Malaysia.
Teknik Uji instrumen pengumpulan data_manual.pptxMukhamad Fathoni
油
Uji coba instrumen penelitian (atau pilot study) bertujuan untuk mengevaluasi keandalan dan validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian sebelum pengumpulan data utama. Uji coba ini membantu memastikan bahwa instrumen penelitian (misalnya, angket atau kuesioner) dapat memberikan data yang akurat dan konsisten.
Pengarahan Kelompok Growing Together Juni 2025.pdfSABDA
油
Bulan Juni!! Biasanya penuh dengan rencana healing alias liburan, ya? Namun, apakah healing itu selalu berarti jalan-jalan?
Kelompok Growing Together (GT) Juni juga punya rencana healing, lho! Selama sebulan penuh, kita akan berdiskusi tentang healing dalam makna yang sesungguhnya. Yuk, ikut dalam GT Juni 2025 yang bertema "Waktunya Healing!" untuk berbagi lebih dalam mengenai "healing": bangsa, gereja, keluarga, dan digital, semuanya dari perspektif iman Kristen.
Silahkan akses arsip kelas SABDA MLC lainnya di situs:
live.sabda.org
pesta.org
dan YouTube Channel:
SABDA Alkitab
MODUL AJAR DEEP LEARNING BAHASA INDONESIA KELAS 2 CP 032 REVISI 2025 KURIKULU...AndiCoc
油
Modul Pembelajaran Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) Bahasa Indonesia Kelas 2 Kurikulum Merdeka Revisi CP 032 Tahun 2025/2026
Capaian Pembelajaran: Peserta didik mampu bersikap menjadi pembaca dan pemirsa yang menunjukkan minat terhadap teks yang dibaca atau dipirsa. Peserta didik mampu membaca kata-kata yang dikenali sehari-hari dengan fasih. Peserta didik mampu memahami informasi dari bacaan dan tayangan yang dipirsa tentang diri dan lingkungan, narasi imajinatif, dan puisi anak. Peserta didik mampu memaknai kosakata baru dan/atau kosakata Bahasa Indonesia serapan dari bahasa daerah dari teks yang dibaca atau tayangan yang dipirsa dengan bantuan ilustrasi.
Tujuan Pembelajaran:
1.1 Menyebutkan kembali informasi dalam puisi
1.2 Menemukenali berbagai jenis perasaan.
1.3 Menyebutkan fungsi tanda baca titik.
1.4 Mempresentasikan informasi tentang mimik berbagai perasaan.
1.5 Menceritakan perasaannya terkait pengalaman pribadi dengan suara yang jelas dan penekanan intonasi.
1.6 Menggunakan tanda baca titik dan huruf kapital dalam menulis kalimat
Materi Kelas Orang Tua dan Keluarga - OTK 2025SABDA
油
Siapa sebenarnya orang tua dan anak menurut pandangan Alkitab? Bagaimana peran orang tua dalam membimbing anak-anak dan generasi selanjutnya kepada Kristus?
Silahkan akses arsip kelas SABDA MLC lainnya di situs:
live.sabda.org
pesta.org
dan YouTube Channel:
SABDA Alkitab
TEKNIK KEABSAHAN DATA PENELITIAN KUALITATIF.pptxMukhamad Fathoni
油
Keabsahan data dalam penelitian kualitatif (data validity in qualitative research) sangat penting untuk memastikan hasil penelitian yang akurat dan terpercaya.
Teknis Diskusi Kelas Orang Tua dan Keluarga - OTK 2025SABDA
油
Siapa sebenarnya orang tua dan anak menurut pandangan Alkitab? Bagaimana peran orang tua dalam membimbing anak-anak dan generasi selanjutnya kepada Kristus?
Silahkan akses arsip kelas SABDA MLC lainnya di situs:
live.sabda.org
pesta.org
dan YouTube Channel:
SABDA Alkitab
1. 5.0 Isu yang dibincangkan dalam kurikulum.
Dalam dunia pendidikan, kurikulum yang diselaraskan di semua sekolah menengah
mahupun sekolah rendah amat penting bagi perkembangan individu yang menyeluruh dari
segi jasmani, emosi, rohani dan intelek. Selama proses persekolahan sebelas tahun, penerapan
dan perkembangan nilai-nilai murni dalam setiap individu amat dititikberatkan. Bukan shaja
menyebarkan ilmu malah tugas mereka sebagai ibu bapa kedua perlu diambil kira dalam
memupuk nilai, sikap dan sahsiah yang baik terhadap pelajar. Namun, terdapat juga isu yang
diterbitkan tentang penerapan kurikulum ini dalam pendidkan.
Salah satu isu yang diketengahkan ialah, kurangnya konsep kendiri dan kepercayaan
dalam diri guru. Konsep kendiri ini berkait rapat dengan diri guru itu sendiri. Sifat yakin dan
bersemangat untuk menyebarkan ilmu dan memberi harapan kepada pelajar amat diperlukan.
Begitu juga dengan sikap kepercayaan, ia menjadi tunggak utama dalam melakukan proses
pengajaran dan pembelajaran dalam kelas. Faktor yang mempengaruhi isu ini terbahagi
kepada dua golongan iaitu:
i. Guru lama
ii. Guru baru
Faktor yang berkait rapat dengan guru lama ialah sebahagian mereka lemah dalam konsep
matematik. Kajian oleh Macghee (1990) mendapati bahawa guru-guru Matematik sekolah
menengah memiliki pengetahuan prosedur yang berasaskan kefahaman relasional yang kukuh
ketika menerangkan konsep fungsi. Walaupun mereka dapat menunjukkan kebolehan yang
tinggi dalam penguasaan kemahiran tajuk terseut tetapi masih sukar untuk membuat perkaitan
dan hubungan antara elemen yang terlibat. Namun, bagi guru baru juga mereka mengalami
masalah dalam menerangkan sesuatu topik kepada pelajar. Hal ini kerana bakal guru atau
guru baru (guru dilatih) kurang membuat rujukan untuk mengetahui atau memahami sesuatu
tajuk dan kurang memberi respon pada pelajar. Besar kemungkinan guru baru mengambil
masa untuk menyesuaikan diri dalam suasana kelas dan sekolah tersebut dan menimba
pengalaman.
Faktor kedua yang diketengahkan dalam kurikulum ini ialah ketidaksepadan
matlamat kurikulum dengan kepercayaan yang ada pada guru. Secara rumusnya, pelaksanaan
2. kurikulum tidak dapat dilakukan secara holistik. Dasar kurikulum yang berubah perlu
mendapat kata sepakat daripada pelaksana itu sendiri iaitu tenaga pengajar kerana mereka
yang akan menyampaikan ilmu dan menyebarkan isi kandungan yang terdapat dalam
matlamat kurikulum. Jika guru tidak dapat melaksanakan kurikulum tersebut dengan baik,
maka matlamat kurikulum yang ingin diketengahkan tidak akan tercapai. Mengikut Pusat
Perkembangan Kurikulum, kurikulum sekolah menengah berintegrasi bagi sukatan pelajaran
Matematik telah dilaksanakan bertujuan untuk mengembangkan individu yang berfikiran
matematikal, dan mengaplikasikan kemahiran matematik secara efektif, dan boleh
memnyelesaikan masalah serta membuat kesimpulan, dan dapat menghadapi cabaran yang
kehidupan seharian melalui penguasaan dalam sains dan teknologi. Terdapat sepuluh objektif
yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kurikulum matematik. Pertama pelajar haruslah
memahami definisi, konsep, peraturan, prinsip dan theorem berkaitan Number, Space and
Shape, dan Relationship. Kedua, pelajar boleh mengembangkan asas operasi penambahan,
penolakan, pendaraban serta pembahagian mengenai Number, Space and Shape dan
Relationship. Seterusnya, pelajar memerlukan kemahiran asas seperti membuat pembundaran
dan penganggapan, mengukur dan membina, mengumpul dan mengendalikan data, mewakili
dan mentafsir data, mengiktiraf dan mewakili hubungan matematik, menggunakan algoritma
dan hubungan, menyelesaikan masalah, membuat kesimpulan dan sebagainya. Di sini, guru
haruslah memahami setiap objektif yang ingin dicapai supaya konsep kendiri dan
kepercayaan guru itu dapat ditingkatkan apabila berhadapan dengan pelajar kerana guru
sudah mengetahui apa yang akan diajar kelak.
Faktor ketiga yang menggagalkan konsep kepercayaan guru ialah pengalaman
mengajar Mengajar sebenarnya bukan sesuatu yang mudah. Proses mencurahkan ilmu kepada
pelajar memerlukan banyak kesabaran, komitmen yang tinggi dalam menjalankan tugasan
serta displin yang mantap dalam memupuk sahsiah, nilai dan sikap pelajar itu sendiri.
Pengalaman mengajar merupakan suatu pengalaman yang boleh dijadikan sebagai rujukan
untuk guru terutama guru pelatih baru yang bakal menerajui pentadbiran sekolah kelak dan
menggantikan guru-guru yang bakal pencen. Menurut Tschannen- Moran dan Hoy (2002)
menegaskan bahawa guru yang berpengalaman berefikasi (berkeyakinan) tinggi kerana
mereka telah melalui peluang demi peluang menerusi tugas pengajian harian untuk tempoh
yang lama berbanding guru baru yang perlu mengembangkan kemahiran dan pengurusan
kelas dan strategi. Begitu juga menurut Tsui (1995) faktor pengalaman mengajar merupakan
unsur utama dalam meningkatkan efikasi kendiri guru.
3. Guru pelatih ini yang akan mencorak sahsiah pelajar serta mempelbagaikan proses
pengajaran dan pembelajaran dalam bilik darjah. Seperti yang kita tahu, pengalaman
mengajar yang kurang boleh menyebabkan sifat efikasi guru itu berkurang. Hal ini kerana,
mereka tidak didedahkan dengan suasana bilik darjah serta kawasan sekolah jika
dibandingkan dengan guru yang sudah bertahun-tahun mengajar. Mereka lebih berkeyakinan
dan sudah biasa mengawal suasana bilik darjah dan kerenah pelajar.
Isu yang kedua yang ingin dibincangkan dalam topik ini ialah, kelemahan guru dalam
kaedah pengajaran. Konsep proses pengajaran dan pembelajaran dalam kelas yang berkesan
ialah setiap kandungan kurikulum yang disampaikan dan cara penyampaian guru tersebut
dalam memahamkan pemikiran pelajar. Mengikut J.M Cooper dalam bukunya Classroom
Teaching Skills, beliau menyatakan bahawa the effective teacher is one who able to bring
about intended learning outcomes. Oleh itu, pengajaran yang efektif ialah hasil
pembelajaran terakhir yang berjaya dicapai mengikut objekifnya. Guru perlu
mempelbagaikan kaedah pengajaran dalam kelas. Ia bukan sahaja tertumpu kepada kaedah
pengajaran itu sendiri tetapi penyampaian kandungan yang difahami oleh pelajar. Sebagai
contohnya, alat bantu mengajar merupakan satu bahan yang menjadi penguat kepada proses
pengajaran dan pembelajaran. Kerajaan kini ingin mendidik semua golongan masyarakat
mahir dan maju dalam bidang ICT (Information & Communication in Technology) terutama
dalam bidang pendidikan. Bakal guru yang akan menggantikan guru lama perlu
berpengalaman dalam menggunakan teknologi canggih supaya pengajaran dan pembelajaran
dalam bilik darjah tidak lagi berpusatkan pada guru semata-mata. Namun, masalah yang
timbul apabila matlamat kurikulum yang digubal tidak selaras dengan apa yang ingin
dilaksanakan.
Kemudahan infrastruktur di sekolah menjadi faktor mengapa guru tidak dapat
meneruskan kurikulum tersebut. Kekurangan bahan bantu mengajar seperti projektor,
komputer, mahupun gambarajah, foto, model, objek sebenar juga video terutama di sekolah
kawasan luar bandar menjadi batu penghalang bagi pelajar ingin belajar dan guru yang ingin
mempelbagaikan kaedah pengajaran dan pembelajaran.
Selain itu, guru yang tidak memahami masalah yang dihadapi oleh pelajar juga boleh
menyebabkan kaedah pengajaran tidak bersesuaian di dalam bilik darjah. Masalah yang
4. sering kali dihadapi oleh pelajar dalam mata pelajaran Matematik ialaah lemah dalam asas
Matematik. Seperti yang sedia maklum, mata pelajaran Matematik merupakan pelajaran yang
mengembang dan membangun (developmental) yang memerlukan banyak latihan dan
kemahiran berfikir. Oleh itu, pelajar yang sudah ketinggalan di peringkat bawah, akan
menghadapi masalah kesukaran mengikuti dan memahami pelajaran di peringkat lanjut.
Kesannya, sikap pelajar terhadap pelajaran Matematik akan berkurangan dan mengubah
persepsi mereka mengatakan Matematik mata pelajaran yang paling susah difahami. Guru
pula akan membuat tanggapan yang tidak tepat dan merasakan pelajar mereka tidak memberi
perhatian dan fokus ketika proses pengajaran dan pembelajaran.
Seterusnya, kaedah pengajaran dalam bilik darjah dikatakan lemah apabila guru
menitikberatkan ingin menghabiskan sukatan pelajaran (syllabus). Kaedah pengajaran
sepatutnya perlu dikurangkan kerana dengan cara penyampaian begini, tiada unsur
penghayatan dan penerapan berlaku dalam kelas. Kesannya terhadap pelajar, mereka
merasakan ketinggalan terutama bagi pelajar yang sememangnya lemah dalam asas
Matematik. Tambahan pula, guru yang ingin menghabiskan sukatan ini akan menghalang
kemahiran berfikiran mereka seterusnya berkemungkinan besar soalan yang ingin ditanya
juga terbantut gara-gara guru ingin menjimatkan masa dengan menghabiskan sukatan lebih
awal. Sebenarnya, sukatan Matematik tidak memerlukan pemahaman konsep Matemtik yang
baik tetapi penekanan juga perlu dibuat pada kemahiran berfikir.
Seterusnya, isu guru mengajar bukan opsyen juga sudah biasa kita dengar.
Kebanyakan graduan-graduan Ijazah Sarjana Muda (ISMP) sekarang tidak mendapat opsyen
masing-masing. Malah mereka mendapat opsyen yang bertentangan dengan opsyen mereka.
Bahagian Perancangan Pembangunan Pendidikan (BPPDP), Kementerian Pendidikan
Malaysia (KPM) telah mengeluarkan statistik bilangan guru di Malaysia pada 31 Januari
2011. Jumlah guru lelaki adalah seramai 127 421 orang dan 285 299 orang adalah guru
perempuan. Jumlah ini menunjukkan satu jumlah yang besar. KPM menghadapi masalah
menempatkan guru-guru di sekolah luar Bandar. Biasanya situasi ini dihadapi oleh guru
perempuan. Hal ini menyebabkan berlakunya ketidaksepadanan (mismatch) dalam
pengagihan guru mengikut opsyen. Maka berlakulah keadaan di mana kebanyakan guru yang
mengajar di sekolah menjadi bidang terjun. Guru bukan opsyen terpaksa mengajar mata
pelajaran kritikal seperti Matematik, Sains dan Bahasa Inggeris bagi memenuhi keperluan
5. pelajar. Disebabkan kurang pengalaman dan pengetahuan tentang subjek berkenaan maka
kewibawaan guru dalam menyampaikan ilmu kepada pelajar mula dipertikaikan.
Kesan guru bukan opsyen mengajar matematik
Antara kesan apabila guru mengajar subjek bukan opsyen, mereka akan kurang yakin dan
tiada semangat untuk mengajar. Mereka juga akan bersikap sambil lewa dan kurang membuat
persediaan sebelum proses pengajaran dan pembelajaran (P & P) bermula. Guru juga tidak
bersikap positif dalam ketidaksepadanan pengagihan guru mengikut opsyen kerana
menganggap diri mereka dipaksa untuk mengajar subjek bukan opsyen. Oleh itu, hal ini akan
menyebabkan konsep matematik dalam kalangan guru bukan opsyen sangat rendah.
Tidak dapat dinafikan bahawa kefahaman konsep di dalam matematik adalah amat penting
dalam proses pembelajaran. Kaedah pemahaman konsep dalam pengajaran matematik pada
masa kini telah memberi keutamaan kepada pembentukan konsep matematik yang dikaitkan
dengan pengalaman pelajar di dalam kelas mahupun di luar kelas. Para pendidik juga sedia
maklum bahawa pengetahuan merupakan sesuatu yang tidak boleh dipindahkan dari
seseorang kepada seseorang yang lain sebaliknya ia hanya boleh dibina oleh pelajar itu
sendiri melalui proses interaksi dengan persekitaran pembelajaran. Persekitaran boleh
dijadikan sebagai alat perhubungan yang dapat mengaitkan idea matematik dengan
pengalaman harian. Ia juga dapat memberi pengertian baru kepada konsep pembelajaran.
Pembentukan konsep pembelajaran yang betul dalam matematik amatlah sukar untuk dicapai.
Kesukaran ini disebabkan oleh ciri-ciri matematik yang kebanyakan konsepnya saling berkait
di mana pemahaman sesuatu konsep adalah bersandar kepada pemahaman konsep-konsep
sokongan yang lain. Penekanan diberikan kepada pembelajaran matematik bercorak
pengembangan pemikiran pelajar iaitu kemahiran menyelesaikan masalah yang merangkumi
proses penyelesaian masalah. Contohnya seperti memahami masalah, merancang strategi,
melaksanakan rancangan dan menyemak kesudahannya. Kesilapan kepada tafsiran dalam
konsep akan memberi gambaran yang berlainan terhadap makna sebenar. Jika guru kurang
semangat dan tidak membuat persediaan sebelum proses P & P bermula, mungkin akan
berlaku kesilapan tafsiran kepada konsep matematik.
Antara punca kepada kelemahan ini adalah kerana kurangnya penguasaan konsep asas
matematik dan akan menyebabkan kurangnya minat terhadap pembelajaran matematik. Oleh
yang demikian, perhatian yang serius perlu diberi penekanan kepada pembentukan
kefahaman yang betul di peringkat awal lagi.
6. Isu seterusnya yang memberi cabaran terhadap kurikulum ialah dalam penggunaan
Teknologi Maklumat dan Komunikasi (ICT). Maksud Penggunaan ICT dalam P & P ialah
menggunakan ICT secara berfikrah, terancang dan bersesuaian untuk meningkatkan
kecekapan dan keberkesanan proses pengajaran dan pembelajaran.
Holmes (1999), memberikan pandangan bahawa integrasi teknologi dalam P & P
memerlukan guru yang bersedia dan fleksibel dalam menggunakan teknologi dalam kaedah
pengajaran harian dengan mata pelajaran yang diajar. Mempelajari bagaimana menggunakan
komputer belum mencukupi untuk membolehkan guru menggabungkan teknologi dalam P &
P. Elemen yang penting dalam menintegrasi teknologi ialah pemahaman guru terhadap isi
pengajaran dan implikasi berhubung dengan teknologi.
Manakala menurut Pisapa (1994), integrasi ICT dalam P & P bermaksud penggunaan
teknologi pembelajaran untuk memperkenal, mengukuh dan menambah kemahiran.
Penggunaan teknologi mesti ada hubungkait tentang kaedah pengajaran. Guru perlu
menintegrasi ICT untuk memberi penambahan kepada aktiviti P & P. Ringkasnya peranan
ICT dalam P & P akan membawa kepada kaedah-kaedah yang baru dan inovatif dalam
pembelajaran dan penilaian.
Mengapa penggunaan ICT diperlukan?
1) Meningkatkan kefahaman sesuatu konsep, member gambaran visual dan
memudahkan pengiraan kompleks.
2) Meransang murid untuk belajar secara berkesan dengan bimbingan yang minimum.
3) Membantu murid dalam proses penyelesaian masalah dan komunikasi dengan lebih
cepat dan tepat.
4) Mewujudkan peluang pembelajaran yang sama kepada murid yang mempunyai
pelbagai kebolehan dan kecerdasan.
5) Membantu murid mendapat dan mengumpul maklumat yang mungkin sukar diperoleh
dalam keadaan biasa.
6) Mewujudkan suasana pembelajaran yang seronok, mencabar dan berbentuk
penerokaan.
7) Memupuk sifat ingin tahu dan ingin mencuba dalam kalangan murid.
8) Meningkatkan daya kreativiti, inovasi dan imaginasi murid.
9) Menggalakkan murid merealisasikan:
Pembelajaran terarah kendiri
7. Pembelajaran akses kendiri
Pembelajaran kadar kendiri
Menurut Kulanz 2009, pembekalan komputer yang tidak seimbang antara sekolah bandar dan
luar bandar. Seperti yang kita sedia maklum, peruntukan komputer di setiap sekolah berbeza.
Perbezaan ketara dapat kita lihat di sekolah bandar dan luar bandar. Di sekolah bandar, semua
kemudahan disediakan dan pelajar dapat menikmati prasarana yang disediakan. Berbeza
dengan luar bandar, pelajar tidak dapat menikmati kemudahan yang sepatunya disediakan di
semua sekolah. Hal ini akan menimbulkan masalah kepada guru dalam pengaplikasian ICT
dalam P&P. Penyelenggaraan komputer juga kurang memuaskan kerana kurangnya
juruteknik di sekolah.
Seterusnya adalah sikap guru yang fobia atau takut komputer. Mereka mempunyai tanggapan
negatif terhadap penggunaan ICT dalam P & P. Menurut Md. Nor Bakar & Rashita A. Hadi
(2011) guru sudah terbiasa menggunakan teknik pengajaran tradisional. Hal ini juga
menyebabkan timbulnya isu penggunaan ICT dalam P & P.
Latihan juga menjadi isu dalam ICT. Menurut Zoraini (2000), dalam proses
mengimplementasi program berasaskan komputer di sekolah, seseorang guru biasanya dilatih
tetapi bilangannya terhad. Oleh itu, pengetahuan dan kemahiran penggunaan ICT dalam
kalangan guru rendah disebabkan bilangan guru yang dilatih terhad.
Seterusnya masa menjadi halangan kepada guru untuk menggunakan ICT dalam P & P. Jika
P & P berlaku di dalam makmal komputer, pelajar akan mengambil masa lebih kurang 10
minit untuk bergerak dari kelas ke makmal komputer. Hal ini akan menyebabkan masa P & P
berkurang dari masa yang telah ditetapkan. Jadi para guru tidak dapat melaksanakan apa yang
dirancang dalam rancangan pengajaran harian mereka. Begitu juga jika P & P berjalan di
dalam kelas. Guru perlu mengambil masa untuk menyediakan peralatan dan perkakasan
komputer. Guru perlu membawa alat-alat ini dari bilik persediaan ke kelas.