Dokumen tersebut memberikan petunjuk teknis tentang budidaya ternak domba, meliputi pengenalan bangsa domba di Indonesia, memilih bibit, pakan dan pemberiannya, tata laksana perawatan, dan analisis usaha ternak domba."
Dokumen ini berisi jadwal menu makanan selama 10 hari untuk pasien rawat inap di Puskesmas Cempaka. Jadwal ini mencakup menu sarapan, makan siang, dan makan malam yang bervariasi setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien. Menu tersebut terdiri dari lauk pauk seperti sayuran, telur, daging ayam dan ikan serta nasi sebagai pendampingnya.
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. D DENGAN BAYI...Warnet Raha
油
Dokumen tersebut merupakan karya tulis ilmiah yang membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Karya tulis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian pendidikan DIII Kebidanan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna. Studi kasus yang diambil adalah asuhan kebidanan pada bayi Ny. D selama 5 hari di Puskesmas Batalaiworu Kabupaten
Dokumen ini membahas upaya peningkatan pendapatan keluarga aseptor (UPPKA) melalui pembentukan kelompok usaha untuk meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga. UPPKA bertujuan menciptakan produk yang memiliki peluang pasar, menggalang permodalan, dan membentuk jaringan pasar. Kelompok UPPKA dibina dan didampingi oleh petugas kesehatan untuk melakukan kegiatan usaha, penyuluhan, kunjungan rumah
Dokumen tersebut membahas beberapa penyakit non infeksius pada ternak, seperti asidosis rumen, indigesti, milk fever, downer cow syndrome, grass tetany, asetonemia, dan pregnancy toxemia. Penyakit-penyakit tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti pemberian pakan yang tidak seimbang, produksi susu tinggi, perubahan lingkungan, dan kebuntingan lanjut.
Dokumen tersebut membahas tentang peran dan fungsi Institusi Masyarakat Pedesaan/Perkotaan (IMP) dalam program kependudukan dan KB nasional. IMP meliputi PPKBD, Sub PPKBD, dan Kelompok KB yang berperan dalam penyuluhan, pelayanan, dan pemantauan program KB di tingkat desa/kelurahan. Dokumen ini menjelaskan pengertian, pengembangan struktur dan peran IMP, serta mekanisme pembinaan, monitoring, dan evaluasi untuk meningkat
Laporan kematian bayi baru lahir akibat asfiksia yang dilahirkan di rumah oleh bidan desa. Bayi lahir dalam keadaan pucat dan tidak bernafas, resusitasi dilakukan namun tidak berhasil. Bayi meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
Kerangka acuan kegiatan pemantauan garam yodiumyusup firmawan
油
Dokumen ini merupakan kerangka acuan kegiatan pemantauan garam yodium di wilayah kerja Puskesmas Kalimanggis tahun 2016. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan kandungan yodium cukup, kurang, dan tidak mengandung yodium melalui pemeriksaan garam di Posyandu menggunakan iodina test. Hasil kegiatan akan dilaporkan dalam bentuk laporan data pencapaian pemant
Materi 5 peran & tugas kader posyanduSupriyaWibawa
油
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang peran dan tugas kader Posyandu dalam upaya pencegahan stunting. Kader bertugas sebagai penggerak masyarakat, penyuluh kesehatan, serta melakukan pencatatan dan pelaporan sederhana di Posyandu. Tugas-tugas tersebut meliputi penggerakan masyarakat, penyuluhan kesehatan, identifikasi masalah, serta pencatatan dan pelaporan data di Posyandu.
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)pjj_kemenkes
油
Dokumen tersebut membahas tentang Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) yang bertujuan untuk memantau cakupan dan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara terus-menerus di setiap wilayah. PWS KIA meliputi pemantauan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pelayanan ibu nifas, pelayanan neonatus, serta deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
Dokumen tersebut membahas tentang standar dan unsur penilaian pendidikan pasien dan keluarga di rumah sakit. Dokumen tersebut menjelaskan tujuh standar dan delapan belas unsur penilaian yang harus dipenuhi rumah sakit dalam memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga.
Asuhan gizi critical ill pada penyakit meningitisYanuarti Petrika
油
Meningitis adalah radang pada membran yang mengelilingi otak dan tulang belakang yang disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan otak dan tulang belakang. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang dan kultur bakteri, sedangkan penatalaksanaannya meliputi antibiotik, cairan infus, dan pencegahan komplikasi.
Standar operasional prosedur kap. vit.a bayi balyusup firmawan
油
Dokumen ini memberikan standar operasional prosedur pemberian kapsul vitamin A pada bayi berusia 6-11 bulan dan anak balita 12-59 bulan di Puskesmas Kalimanggis. Prosedurnya meliputi persiapan data sasaran, stok kapsul, dan rencana distribusi, kemudian dilanjutkan dengan distribusi kapsul ke bidan desa dan kader posyandu untuk diberikan pada bulan Februari dan Agustus, dilaporkan hasilnya ke dinas kesehatan.
Surveilans gizi bertujuan untuk memantau masalah dan program gizi secara terus menerus agar dapat mengambil tindakan segera. Dilakukan dengan mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data gizi secara sistematis, lalu menyebarkan hasilnya untuk pengambilan tindakan. Prinsipnya adalah tersedianya informasi gizi yang akurat dan teratur sehingga dapat digunakan untuk menentukan
Dokumen tersebut membahas mengenai bibit ternak ruminansia pedaging di Indonesia, termasuk sapi, kambing, domba dan kerbau. Topik utama adalah jenis-jenis bibit ternak pedaging di Indonesia, ciri bibit ternak pedaging yang baik, dan perkembangan teknologi dalam menghasilkan bibit ruminansia pedaging."
Laporan kematian bayi baru lahir akibat asfiksia yang dilahirkan di rumah oleh bidan desa. Bayi lahir dalam keadaan pucat dan tidak bernafas, resusitasi dilakukan namun tidak berhasil. Bayi meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
Kerangka acuan kegiatan pemantauan garam yodiumyusup firmawan
油
Dokumen ini merupakan kerangka acuan kegiatan pemantauan garam yodium di wilayah kerja Puskesmas Kalimanggis tahun 2016. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan kandungan yodium cukup, kurang, dan tidak mengandung yodium melalui pemeriksaan garam di Posyandu menggunakan iodina test. Hasil kegiatan akan dilaporkan dalam bentuk laporan data pencapaian pemant
Materi 5 peran & tugas kader posyanduSupriyaWibawa
油
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang peran dan tugas kader Posyandu dalam upaya pencegahan stunting. Kader bertugas sebagai penggerak masyarakat, penyuluh kesehatan, serta melakukan pencatatan dan pelaporan sederhana di Posyandu. Tugas-tugas tersebut meliputi penggerakan masyarakat, penyuluhan kesehatan, identifikasi masalah, serta pencatatan dan pelaporan data di Posyandu.
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)pjj_kemenkes
油
Dokumen tersebut membahas tentang Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) yang bertujuan untuk memantau cakupan dan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara terus-menerus di setiap wilayah. PWS KIA meliputi pemantauan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pelayanan ibu nifas, pelayanan neonatus, serta deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
Dokumen tersebut membahas tentang standar dan unsur penilaian pendidikan pasien dan keluarga di rumah sakit. Dokumen tersebut menjelaskan tujuh standar dan delapan belas unsur penilaian yang harus dipenuhi rumah sakit dalam memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga.
Asuhan gizi critical ill pada penyakit meningitisYanuarti Petrika
油
Meningitis adalah radang pada membran yang mengelilingi otak dan tulang belakang yang disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan otak dan tulang belakang. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang dan kultur bakteri, sedangkan penatalaksanaannya meliputi antibiotik, cairan infus, dan pencegahan komplikasi.
Standar operasional prosedur kap. vit.a bayi balyusup firmawan
油
Dokumen ini memberikan standar operasional prosedur pemberian kapsul vitamin A pada bayi berusia 6-11 bulan dan anak balita 12-59 bulan di Puskesmas Kalimanggis. Prosedurnya meliputi persiapan data sasaran, stok kapsul, dan rencana distribusi, kemudian dilanjutkan dengan distribusi kapsul ke bidan desa dan kader posyandu untuk diberikan pada bulan Februari dan Agustus, dilaporkan hasilnya ke dinas kesehatan.
Surveilans gizi bertujuan untuk memantau masalah dan program gizi secara terus menerus agar dapat mengambil tindakan segera. Dilakukan dengan mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data gizi secara sistematis, lalu menyebarkan hasilnya untuk pengambilan tindakan. Prinsipnya adalah tersedianya informasi gizi yang akurat dan teratur sehingga dapat digunakan untuk menentukan
Dokumen tersebut membahas mengenai bibit ternak ruminansia pedaging di Indonesia, termasuk sapi, kambing, domba dan kerbau. Topik utama adalah jenis-jenis bibit ternak pedaging di Indonesia, ciri bibit ternak pedaging yang baik, dan perkembangan teknologi dalam menghasilkan bibit ruminansia pedaging."
Brosur ini membahas beternak kambing intensif dengan menjelaskan beberapa jenis kambing seperti Kacang, PE, Boer, Manggala dan Batang. Juga memberikan informasi tentang memilih dan mengatur perkawinan bibit kambing."
Teks tersebut membahas industri peternakan kelinci di Indonesia. Ia menjelaskan jenis kelinci yang dibudidayakan secara komersial untuk daging dan hasil ikutannya, serta faktor-faktor yang mendorong perkembangan industri ini seperti potensi ekonomi yang tinggi dan kelinci sebagai sumber protein alternatif. Teks tersebut juga membahas tantangan yang dihadapi industri ini.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu ternak potong dan kerja kelinci pedaging. Secara singkat, dibahas tentang asal usul kelinci dari zaman kuno hingga penyebarannya ke seluruh dunia, bangsa-bangsa kelinci pedaging seperti Flemish Giant dan New Zealand White, serta perkembangan peternakan kelinci pedaging di Indonesia.
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang berasal dari Afrika dan telah dibudidayakan secara luas di Indonesia. Proses budidaya ikan nila meliputi pembenihan, pembesaran, dan panen. Pembenihan dilakukan dengan memelihara induk ikan hingga menghasilkan larva, kemudian larva dibesarkan hingga siap panen.
Analisis profitabilitas dan kelayakan finansial usaha ternak itik di Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal bertujuan untuk mengetahui (1) pendapatan usaha ternak itik, (2) kemampuan input untuk menghasilkan output, dan (3) tingkat kelayakan finansial usaha ternak itik. Penelitian menunjukkan rata-rata pendapatan Rp. 1,7 juta/bulan dengan 231 ekor ternak. Usaha ternak itik mampu
Dinamika Populasi Sapi Bali Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggarawaodesuriani
油
Dokumen tersebut membahas tentang dinamika populasi sapi bali di Kabupaten Konawe Utara. Ia menjelaskan tentang latar belakang sapi bali, penatalaksanaan peternakan sapi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika populasi sapi bali di daerah tersebut seperti jumlah kelahiran, kematian, dan daya dukung lahan.
Skripsi ini menganalisis usaha peternakan kambing di Kenagarian Saok Laweh, Kabupaten Solok. Analisis mencakup aspek teknis seperti jenis kambing, performa reproduksi, pakan, dan sistem pemeliharaan, serta aspek ekonomi seperti biaya, pendapatan, dan rasio cost-benefit. Hasilnya menunjukkan bahwa usaha peternakan kambing di daerah tersebut masih tradisional tetapi menguntungkan.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem produksi daging sapi, mulai dari pengertian daging sapi, penggolongan, bagian-bagian daging sapi, pemilihan bibit dan bakalan, perencanaan lokasi dan perkandangan, pakan, pengendalian penyakit, perkawinan, dan pengelolaan daging sapi.
2. PETUNJUK TEKNIS
BAUDIDAYA TERNAK DOMBA
Penulis:
Yayan Rismayanti
Editor:
Eriawan Bekti
Ahmad Hanafiah
Sri Murtiani
Layout/Disain Cover:
Bambang Unggul PS
Saepudin
Alamat Redaksi
BPTP Jawa Barat, Jl. Kayuambon No. 80
Lembang, Bandung, 40391
Telepon : (022) 2786238, 2787163
Faximile : (022) 2789846
E-mail : bptp-jabar@litbang.deptan.go.id
Website : http//jabar.litbang.deptan.go.id
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA BARAT
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2010
3. i
KATTA PENGAANTTAAR
Petunjuk teknis Budidaya Ternak Domba disusun untuk
memenuhi banyaknya permintaan mengenai ternak domba. Ternak
domba saat ini menunjukkan peningkatan yang pesat, karena
beternak domba bukan sesuatu yang baru bagi petani pedesaan,
ternak domba ini merupakan salah satu jenis ruminansia yang banyak
diminati orang, kerena mudah pemeliharaannya dan cepat
berkembang biak. Sehingga diperlukan petunjuk teknis dalam
pengusahaanya.
Sasaran petunjuk teknis Budidaya Ternak Domba ini adalah
para penyuluh pertanian, para penyuluh swadaya, pelaku utama
usahatani, dan peminat lainnya, sebagai bahan informasi untuk
penerapan teknologi Budidaya Ternak Domba dan bahan penyebaran
informasi kepada anggota kelompok tani dan Gapoktan.
Kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan Petunjuk Teknis ini, dan kami
sangat mengharapkan saran-saran perbaikan Petunjuk Teknis ini
pada masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga Petunjuk Teknis Budidaya Ternak
Domba ini, dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya.
u ini, sangat diharapkan.
Lembang, November 2010
Kepala BPTP Jawa Barat
Dr. Ir. Bambang Irawan, MS.
4. ii
DAFFTTAR IISSII
Kata Pengantar .................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................. ii
Daftar Tabel ......................................................................... iii
Daftar Gambar ..................................................................... iv
I. Pendahuluan ............................................................... 1
II. Mengenal Bangsa Domba di Indonesia ........................... 2
1. Domba Asli Indonesia ............................................ 2
2. Domba Ekor Gemuk ............................................... 2
3. Domba Priangan .................................................... 3
III. Memilih Bibit Domba .................................................... 4
IV. Pakan dan Pemberiannya ..... 7
V. Tata Laksana ............................................................... 10
1. Kandang Panggung ............................................... 10
2. Reproduksi Ternak Domba...................................... 11
3. Mengawinkan Ternak ............................................. 12
4. Ciri-ciri Ternak akan Melahirkan .............................. 13
5. Persiapan Perawatan Kelahiran ............................... 13
6. Proses Kelahiran ................................................... 13
7. Perawatan Anak yang baru lahir ............................. 13
8. Perawatan Ternak.... 14
9. Pengendalian Penyakit ........................................... 17
VI. Pasca Panen ................................................................ 19
VII. Analisa Usaha Ternak Domba ....................................... 20
Daftar Pustaka ..................................................................... 21
5. iii
DAFFTTAR TTABELL
Tabel Halaman
1. Sifat-sifat yang Perlu Dipertimbangkan sebagai Ternak
Bibit pada Domba ..................................................... 4
2. Tanda-tanda Umum Bentuk Luar Calon Induk ............. 5
3. Tanda-tanda Umum Bentuk Luar Calon Pejantan ......... 6
4. Contoh Campuran Hijauan Pakan Domba untuk Kondisi
Pedesaan ................................................................. 8
5. Susunan Konsentrat Ternak Domba untuk Tujuan
Komersial .................................................................. 8
6. Luas Kandang Ternak Domba .................................... 10
6. iv
DAFFTTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Domba Asli Indonesia................................................. 2
2. Domba Ekor Gemuk ................................................... 2
3. Domba Priangan ........................................................ 3
4. Tanda-tanda Umum Bentuk Luar Calon Induk .............. 5
5. Tanda-tanda Umum Bentuk Luar Calon Pejantan .......... 6
6. Pakan Hijauan ........................................................... 9
7. Kandang Ganda Sistem Kolong ................................... 11
8. Mencukur Bulu .......................................................... 15
9. Memotong Kuku......................................................... 16
7. 1
I . P E N D A H U L U A N
Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut
ketersediaan akan daging yang terus meningkat pula. Ternak domba
merupakan salah satu jenis ternak yang dapat memberikan
sumbangan yang cukup berarti bagi kepentingan masyarakat dalam
hal penyediaan daging. Ada beberapa aspek yang menarik dari usaha
ternak domba antara lain dapat berkembangbiak dengan cepat,
dapat dengan mudah menyesuaikan diri pada lingkungan, serta
dagingnya relatif dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.
Ternak domba sangat cocok dikembangkan di Provinsi Jawa
Barat. Populasi domba di Jawa Barat paling tinggi di Indonesia yaitu
sebanyak 4.221.806 ekor atau mencapai 55,9% populasi domba
nasional (Statistik Peternakan, 2006). Ternak domba biasanya
dipelihara dengan tujuan sebagai tabungan, ternak potong untuk
konsumsi keluarga, maupun memanfaatkan kotorannya sebagai
pupuk bagi tanaman. Pemeliharaan ternak yang dilakukan oleh petani
di pedesaan pada umumnya dalam skala yang relatif kecil dengan
rataan jumlah pemilikan sebanyak 3-5 ekor per keluarga petani.
Sistem pemeliharaan pun dilakukan secara tradisional dengan ciri-ciri:
perkandangan sederhana, penyediaan pakan terbatas dengan
mengandalkan alam sekitar atau setengah digembalakan, dan tanpa
ada pemilihan bibit secara terarah. Melalui sistem pemeliharaan
secara sederhana tersebut, ternak ini hanya memberikan
pertambahan berat badan harian sebesar 20-30 gram, lebih kecil dari
potensi produktivitas yang dapat dicapai oleh ternak domba apabila
dipelihara secara inrtensif dengan pemberian makanan yang cukup
jumlah dan baik mutunya (Merkel dan Subandriyo, 1997).
Berbagai upaya dan penelitian telah dilakukan untuk
memperoleh cara yang paling sederhana dan baik dalam
pemeliharaan ternak domba, karena pengusahaan ternak ini memiliki
prospek yang cerah. Berdasarkan prospek usaha dan potensi ternak
domba, maka diperlukan sistem pemeliharaan dan perawatan yang
lebih baik sehingga ternak domba akan dapat
menunjukkanproduktivitas yang optimal, memberikan sumbangan
daging yang lebih besar, dan sekaligus dapat meningkatkan
pendapatan peternak di pedesaan.
8. 2
II. MENGENALBANGSADOMBADI INDONESIA
Terdapat berbagai bangsa domba di Indonesia yang memiliki
sifat-sifat yang berbeda. Pengetahuan tentang bangsa domba
diperlukan sebagai bekal dalam memilih bangsa disesuaikan dengan
tujuan usaha peternakan yang diinginkan.
1. DombaAsli Indonesia
Domba asli Indonesia memiliki ciri-ciri
berbadan kecil, lambat dewasa,
warna bulu dan tanda-tanda lain tidak
seragam, serta hasil dagingnya (karkas)
relatif kecil atau sedikit.
Gambar 1. DombaAsli Indonesia
(Sumber: Sudarmono, 2008)
2. Domba Ekor Gemuk
Domba ekor gemuk
banyak terdapat di Jawa Timur,
Madura, Lombok, dan Sulawesi
yang dibawa ke Indonesi oleh
pedagang Arab pada abad XIX.
Ciri-ciri domba ini adalah
bentuk badan besar, bobot
Gambar2. Domba Ekor Gemuk.
domba jantan mencapai 50 kg
(Sumber:Sudarmono, 2008)
dan domba betina 40 kg;
domba jantan bertanduk, sedangkan domba betina tidak bertanduk;
ekor panjang, pada bagian pangkalnya besar untuk menimbun lemak
9. yang banyak, ujung ekornya kecil tak berlemak; warna bulunya
sebagian besar putih, tetapi ada juga yang berwarna hitam atau
kecoklat-coklatan.
3. Domba Priangan
Domba ini berasal dari Jawa Barat, yaitu Kabupaten Garut dan
sekitarnya, sehingga disebut domba Garut. Merupakan hasil
persilangan segitiga antara domba asli, merino, dan ekor gemuk dari
Afrika Selatan. Ciri-ciri dari domba priangan antara lain berat domba
jantan hidup dapat mencapai 60-80 kg; berat domba betina sekitar
30-40 kg; daun telinga relatif kecil dan kokoh; berbulu lebih panjang
daripada domba asli dengan warna bulu beragam, ada yang putih
hitam dan coklat atau warna campuran; domba betina tidak
bertanduk, sedangkan domba jantan mempunyai tanduk besar,
kokoh, kuat, dan melingkar. Domba priangan jantan yang baik
performansinya digunakan sebagai domba laga, akan tetapi
meskipun berbulu lebat, domba ini tidak dapat diklasifikasiksan
sebagai penghasil wol karena merupakan wol kasar yang tidak
ekonomis.
3
Gambar 3. Domba Priangan
(Sumber: Sudarmono, 2008)
10. 4
III. MEMILIH BIBIT
Bibit memiliki arti penting dalam mendukung keberhasilan usaha
yang bersifat komersial. Ternak dipelihara dengan bibit yang baik,
maka diharapkan dapat dihasilkan keturunan yang baik pula. Faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan dalam memilih ternak sebagai
ternak bibit dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sifat-sifat yang Perlu Dipertimbangkan sebagai Ternak Bibit
pada Domba
Sifat Umum Sifat Khusus
- Umur pubertas/akil balig (betina 10 bulan,
jantan 12 bulan)
- Kesuburan (subur) dan jumlah anak sekelahiran
sampai disapih (2 ekor)
- Bobot lahir (2,2 kg), bobot sapih (12-13 kg), dan
bobot badan dewasa (jantan 55-60 kg, betina
30-35 kg)
- Sifat keindukan (mampu menyusui, mengasuh,
dan membesarkan anaknya)
- Bentuk tubuh
- Tidak ada cacat
Untuk mendapatkan keturunan yang baik, maka pilihlah induk
dan pejantan yang baik. Tanda-tanda umum bentuk luar ternak yang
dianggap baik dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.
11. 5
Tabel 2. Tanda-tanda UmumBentuk Luar Calon Induk
Tanda Umum Keterangan
Bentuk tubuh Kompak, dada dalam dan lebar, garis
punggung dan pinggang lurus, bulu lunak
dan mengkilat, tubuh besar tetapi tidak
terlalu gemuk
Sifat keindukan Penampilan jinak, sorot mata ramah
Kenormalan kaki Kaki lurus dan tumit tinggi
Keadaan gigi Jumlah gigi lengkap, rahang atas dan bawah
rata
Keturunan Berasal dari keturunan kembar atau beranak
kembar, atau kelahiran tunggal tetapi berasal
dari induk muda
Ambing Tidak terlalu menggantung, bentuk simetris,
jumlah puting dua buah
Gambar 4. Tanda-tanda Umum Bentuk Luar Calon Induk
(Sumber: Merkel dan Subandriyo, 1997)
12. Tabel 3. Tanda-tanda Umum Bentuk Luar Calon Pejantan
Tanda Umum Keterangan
Bentuk tubuh Besar, dada lebar, tubuh relatif panjang,
6
bagian tubuh sebelah belakang lebih besar
dan lebih tinggi, tetapi tidak terlalu gemuk
Penampilan Gagah, mencerminkan kemampuan
menurunkan sifat yang baik pada anaknya
Aktif Ramah, aktif, dan siap mengawini induk
yang birahi (nafsu kawinnya besar)
Keturunan Berasal dari keturunan kembar
Umur Antara 1,5 sampai 3 tahun
Gambar 5. Tanda-tanda Umum Bentuk Luar Calon Pejantan
(Sumber: Merkel dan Subandriyo, 1997)
13. 7
IV. PAKAN DAN PEMBERIANNYA
Pakan bagi ternak domba ditinjau dari segi nutrisi merupakan
salah satu unsur yang sangat penting dalam menunjang
pertumbuhan, reproduksi, dan kesehatan ternak. Pemberian pakan
yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan nutrisi ternak dan
jumlahnya disesuaikan dengan status fisiologis ternaknya. Nutrisi
tersebut dapat dikelompokkan menjadi energi, protein, mineral,
vitamin, dan air.
Sumber energi terbesar untuk domba adalah hijauan dan biji-bijian
serta hasil ikutannya. Bahan pakan yang merupakan sumber
protein antara lain pakan penguat seperti tepung ikan, bungkil
kedelai, bungkil kelapa, dan bungkil kacang tanah, dan leguminosa
seperti daun turi, lamtoro, kaliandra, dan glyricidia. Sebagai sumber
mineral dapat ditambahkan garam atau mineral mix. Vitamin yang
dibutuhkan ternak biasanya tersedia cukup dalam campuran bahan
pakan. Kebutuhan air, agar ternak dapat minum setiap saat,
sebaiknya di dalam kandang disediakan air bersih sepanjang waktu.
Domba merupakan ternak yang memerlukan bahan pakan
berupa hijauan dalam jumlah besar, yaitu sekitar 90%. Pakan
konsentrat atau pakan penguat hanya sebagai pakan tambahan saja.
Hijauan dapat disediakan dengan cara mencari di alam atau dapat
pula dibudidayakan. Penanaman dapat dilakukan di areal yang tidak
dimanfaatkan untuk tanaman pertanian, seperti galengan/pematang
sawah pinggir jalan, tanah desa, di lereng atau bahkan dapat
ditanam sebagai pagar hidup, dan di area tanam sebagai monokultur.
Berbagai jenis hijauan yaitu rumput (rumput alam, rumput
gajah, setaria, rumput benggala, rumput raja, dan lain-lain). Selain
itu hijauan lain yaitu leguminosa (daun lamtoro, turi, glyricidia,
kaliandra, dan lain-lain). Hijauan yang berasal dari sisa hasil panen
seperti daun ubi, daun nangka, jerami kacang tanah, jerami kacang
kedelai, jerami jagung, dan daun pisang juga dapat digunakan
sebagai pakan ternak. Pemberian pakan hijauan perlu diperhatikan
14. imbangan antara rumput dan daun leguminosa dikaitkan dengan
kondisi fisiologis ternak.
8
Konsentrat atau pakan penguat terdiri dari biji-bijian yang
digiling halus, seperti jagung, bungkil kelapa, bungkil kedelai, dedak,
dan bekatul. Contoh campuran hijauan pakan dan susunan
konsentrat disajikan pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Contoh Campuran Hijauan Pakan Domba untuk Kondisi
Pedesaan
Status Ternak Rumput (%) Hijauan kacang-kacangan
(%)
Sedang tumbuh 60 40
Betina dewasa 75 25
Betina bunting 60 40
Betina menyusui 50 50
Pejantan
75 25
pemacek
Sumber: Merkel dan Subandriyo, 1997
Tabel 5. Susunan Konsentrat Ternak Domba untuk Tujuan Komersial
Jenis Bahan
(%)
I II III IV V
Jagung giling 42,0 62,5 - 52,0 40,0
Bungkil kedelai 25,0 15,0 - 12,5 7,5
Dedak halus 30,0 20,0 - 22,5 50,0
Tepung tulang 1,5 1,0 - 1,5 1,0
Garam 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Ampas tahu kering - - 98,5 - -
Jumlah pemberian/ekor/hari (g) 200-250 300-400 350 200-250 250
Keterangan:
Rumput/hijauan diberikan se cara be bas
I : Untuk domba yang seda ng be rtumbuh
II dan III : Untuk domba penggemukan
IV : Untuk domba bunting/menyusui
V : Untuk pej antan pemace k/aduan
Sumber : Merkel dan Subandriyo, 1997
15. Pemberian pakan pada ternak dapat dilakukan dengan cara
digembalakan dan disediakan. Pemberian pakan dengan cara
digembalakan dilakukan dengan melepas ternak untuk mencari pakan
sendiri di padang penggembalaan selama 6-8 jam sehari.
Penggembalaan dilakukan sesudah hijauan bebas dari embun dan
sore hari sekitar pukul 15.00. Pakan untuk ternak yang dipelihara
terus menerus dalam kandang diberikan dengan cara disediakan.
Pakan yang diberikan terdiri dari hijauan, pakan penguat, dan garam
atau feed supplement. Jumlah pakan hijauan yang diberikan pada
domba dewasa rata-rata 10% dari berat badan atau 4,5-5
kg/ekor/hari yang disajikan sedikit demi sedikit 2-3 kali sehari.
Bahan pakan berupa hijauan juga dapat diawetkan pada saat hijauan
melimpah seperti dibuat silase atau hay. Pengawetan hijauan
merupakan salah satu cara efisiensi pakan yaitu penyimpanan pakan
yang berlimpah di saat musim hujan untuk dapat digunakan di musim
kemarau pada saat produksi hijauan biasanya menurun.
9
16. 10
V. TATA LAKSANA
1. Kandang Panggung
Kandang diperlukan sebagai tempat berlindung ternak dari
hujan dan terik matahari sehingga ada rasa nyaman. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam membuat kandang yaitu: 1) tempat/lahan
yang tanahnya kering dan letaknya tinggi, 2) jarak kandang 10 meter
dari sumur dan rumah, 3) cukup mendapat sinar matahari pagi yang
merata dan udara yang segar serta bersih, 4) terlindung dari
hembusan angin langsung, 5) tersedia tempat pakan dan minum
yang mudah dibersihkan, dan 6) menggunakan bahan bangunan
yang kuat dan murah.
Kandang di buat bentuk panggung. Model kandang panggung
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari kandang
panggung adalah kandang menjadi lebih bersih karena kotoran jatuh
ke bawah, kebersihan ternak lebih terjamin, lantai kandang selalu
kering, serta kuman, parasit, dan jamur dapat ditekan. Beberapa
kelemahannya antara lain biaya relatif mahal, resiko terperosok/jatuh,
dan kandang memikul beban ternak lebih berat. Ukuran kandang
berdasarkan status fisiologisnya seperti di sajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Luas kandang ternak domba
No Status Fisiologis Luas Kandang
1 Domba umur kurang 7 bulan 0,5 m2
2 Domba umur 7-12 bulan 0,75 m2
3 Domba umur lebih 12 bulan 1-1,5 m2
4 Domba induk menyusui 1 m2
Jika dalam suatu unit kandang dipelihara sejumlah ternak
dengan status fisiologis yang berbeda-beda, maka harus ditempatkan
17. sesuai status fisiologisnya dengan cara menyekat beberapa ruang
kandang.
Peralatan kandang domba yang penting adalah tempat pakan
dan tempat minum. Selain itu perlengkapan kandang yang
dibutuhkan seperti tangga untuk mempermudah akses keluar masuk
baik ternak maupun peternak dan bak penampungan kotoran di
bawah kolong.
11
Gambar 7. Kandang Ganda Sistem Kolong
2. Reproduksi Ternak Domba
Secara umum interval kelahiran domba yang baik adalah 2
tahun dengan 3 kali melahirkan. Agar peternak dapat melakukan
pengaturan perkawinan dengan baik, maka yang harus diperhatikan
adalah:
- Domba betina mencapai dewasa kelamin pada umur 6-8 bulan
- Domba jantan mulai dapat dikawinkan pada umur 18-20 bulan
- Domba betina mulai dikawinkan pertama kali pada umur 12-15
bulan
- Siklus birahi terjadi rata-rata setiap 17 hari sekali
- Lama birahi berlangsung 30-40 jam atau 1-2 hari
- Saat yang paling tepat untuk mengawinkan domba yang sedang
birahi ialah pada hari kedua
- Lama bunting berlangsung 5 bulan atau 144-152 hari
18. - Penyapihan anak dilakukan pada umur 3 bulan
- Batas umur domba diternakkan: betina 5 tahun, jantan 6-8 tahun
- Perbandingan antara betina dan pejantan: a) pejantan yang
berumur kurang dari 15 bulan dapat melayani 10 ekor betina, b)
pejantan yang berumur kurang dari 3 tahun dapat melayani 35
ekor betina, dan c) pejantan yang berumur lebih dari 3 tahun
dapat melayani 50 ekor betina.
Tanda-tanda domba betina birahi:
- Gelisah, ribut dan nafsu makan berkurang
- Mencoba menaiki ternak lain, menggerak-gerakan ekor dan sering
kencing
- Berusaha menaiki pejantan dan yang penting mau atau diam bila
dikawini pejantan
- Alat kelamin bagian luar sedikit membengkak, memerah dan
kadang-kadang sedikit mengeluarkan lendir.
3. Mengawinkan Ternak
12
Walaupun domba betina mencapai dewasa kelamin pada umur
6-8 bulan, sebaiknya perkawinan pertama dilakukan pada umur 12-
15 bulan karena telah mencapai dewasa tubuh. Masa birahi ternak
domba berlangsung selama 30-40 jam atau 1-2 hari dan domba
betina akan melepaskan sel telur (Ovulasi) pada akhir masa birahi.
Oleh karena itu, perkawinan yang tepat harus dilakukan pada hari
kedua masa birahi. Sebaiknya pejantan harus dimasukkan ke dalam
kandang betina minimum 3 kali siklus birahi.
Tanda-tanda awal kebuntingan kurang jelas untuk diamati
walaupun dengan cara meraba. Tanda-tanda umum yang tampak
adalah birahi berikutnya tidak timbul lagi, ternak lebih tenang, tidak
suka dekat dengan pejantan, nafsu makan agak meningkat, kadang
menggesekkan badannya ke dinding atau menjilati dinding kandang,
pada pertengahan kebuntingan, perut nampak membesar terutama
pada perut sebelah kanan dan ambing agak turun posisinya.
19. 13
4. Ciri-ciri Ternak akan Melahirkan
Ternak domba bunting selama 5 bulan. Induk yang bunting tua
dipisahkan dari kelompoknya dan ditempatkan di ruangan tersendiri
yang bersih, aman dari gangguan, dan nyaman. Tanda-tanda induk
akan melahirkan: apabila puting dipijat akan keluar air susu yang
kental dan berwarna agak kuning, di daerah tubuh bagian belakang
dekat pangkal ekor terlihat cekung, dan saat kelahiran sudah dekat
sekali, biasanya akan terlihat cairan keluar dari kemaluan (vulva) dan
ternak gelisah.
5. Persiapan Perawatan Kelahiran
Kelahiran merupakan proses alamiah. Agar kelahiran
berlangsung lancar dan selamat, diperlukan beberapa persiapan,
yaitu: pembersihan kandang, lantai diberi alas atau tilam dari bahan-bahan
yang empuk seperti jerami kering atau serbuk gergaji, dan
penyediaan jodium tincture (Obat merah) atau betadine untuk
dioleskan pada bekas potongan tali pusar.
6. Proses Kelahiran
Proses kelahiran diawali dengan masuknya janin ke dalam
saluran peranakan, kemudian kantong ketuban pecah. Bagian yang
muncul pertama adalah kedua ujung kaki depan diikuti kepala yang
terletak di atas kedua kaki. Pada waktu anak lahir dan telah
menyentuh tanah, secara otomatis tali pusar langsung putus dan
oleskan jodium tincture pada bekas potongannya untuk mencegah
infeksi. Induk biasanya akan langsung berdiri untuk membersihkan
lendir yang menutup tubuh anak domba. Jika induk tidak mau
menjilati anaknya, bersihkan cairan yang menempel dengan
menggunakan kain lap yang bersih dan kering.
7. Perawatan Anak yang Baru Lahir
Setelah anak lahir beberapa saat kemudian anak bisa langsung
berdiri dan belajar menyusu untuk mendapatkan kolostrum. Apabila
induk tidak mau menyusui anaknya, maka sebaiknya induk dipaksa
dengan cara memegangnya agar anak dapat menyusu. Pada umur 3
minggu pertama, kehidupan anak secara keseluruhan tergantung
20. pada air susu induk atau air susu pengganti. Anak biasanya menyusu
1-2 kali setiap jam.
8. Perawatan Ternak
14
Perawatan merupakan salah satu bagian dari pemeliharaan
agar ternak domba dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi
secara optimal. Upaya-upaya perawatan yang harus dilakukan secara
rutin antara lain memandikan, mencukur bulu, dan memotong kuku.
a. Memandikan
Domba sebaiknya dimandikan secara rutin seminggu sekali agar
tubuhnya tidak kotor dan tidak menjadi sarang penyakit. Memandikan
domba dapat dilakukan pada saat cuaca cerah dengan menggunakan
air bersih dan mengalir. Pada saat dimandikan, seluruh bulu badan
dan tubuhnya dibersihkan dengan air sabun dan disikat, kemudian
dibilas dengan air bersih. Setelah dimandikan, domba dibiarkan
berjalan-jalan (exercise) sampai bulunya kering.
b. Mencukur Bulu
Bulu domba tumbuh relatif banyak sehingga memerlukan
perawatan agar tidak menjadi kotor serta tidak menjadi sarang
kuman penyakit dan parasit. Mencukur bulu sebaiknya dilakukan
pada domba yang telah berumur lebih dari 6 bulan dan dilakukan dua
kali setahun. Sebelum mencukur bulu, sebaiknya domba dimandikan
terlebih dahulu agar bulunya bersih dan pelaksanaan pencukuran
lebih mudah.
Teknik saat mencukur bulu, ternak dapat tetap berdiri atau
dirobohkan dengan cara mengikat keempat kakinya sehingga
pencukuran dapat lebih cepat dan hasilnya lebih rapi. Pencukuran
dapat menggunakan gunting yang besar dan tajam atau gunting
cukur listrik. Pencukuran dimulai dari perut bagian bawah, ke atas, ke
depan, dan ke belakang sampai daerah kepala dan kaki. Bulu yang
tertinggal di kulit sepanjang 0,5-1 cm. Mencukur bulu harus dilakukan
dengan hati-hati agar kulit domba tidak terluka.
21. 15
Gambar 8. Mencukur Bulu (Sumber: Mulyono, S, 2005)
c. Memotong Kuku
Domba yang dipelihara dalam kandang, secara alami kukunya
akan tumbuh dan bertambah panjang. Kuku domba yang panjang
dan tidak pernah dipotong dapat menyebabkan gangguan pada saat
berjalan, untuk pejantan dapat mengganggu pada saat kawin, dan
menjadi sarang kotoran dan kuman penyakit sehingga mudah
terinfeksi. Untuk menghindari hal-hal tersebut maka kuku domba
harus dipotong secara rutin setiap 3-6 bulan sekali.
Memotong kuku dilakukan dengan cara mengikat domba pada bambu.
Kemudian kuku depan kiri dan kanan dipotong secara bergantian
dengan cara mengangkat kaki domba dengan melipat sendi lutut.
Untuk memotong kuku belakang kiri dan kanan dilakukan dengan
menjepit badan domba bagian belakang dengan posisi searah ekor,
kemudian kaki belakang diangkat dan dipotong secara bergantian.
Memotong kuku dapat menggunakan gunting, rennet, atau pisau
tajam. Bagian kuku yang dipotong adalah bagian yang tidak ada
syaraf dan pembuluh darah.
22. 16
Gambar 9. Memotong Kuku (Sumber: Mulyono, S, 2005)
23. 9. Pengendalian Penyakit
Kesehatan menentukan tingkat keberhasilan usaha ternak
domba. Agar ternak domba tetap sehat, kandang harus bersih, air
minum diberikan teratur dan bersih. Penyakit yang sering menyerang
domba adalah bloat (kembung perut), cacing, dan kudis (kurap,
scabies).
Bloat (kembung perut):
Gejala: lambung sebelah kiri atas tampak besar dan bila dipukul
berbunyi seperti drum, frekuensi pernafasan cepat, dan punggung
domba tampak membungkuk.
Penyebab: Hijauan di dalam rumen cepat mengalami fermentasi,
sehingga membentuk timbunan gas yang cukup besar. Hijauan
(rumput dan daun) yang cepat mengalami fermentasi seperti
rumput muda, rumput basah dan daun ubi jalar. Agar ternak
domba tetap sehat, kandang harus bersih, air minum diberikan
teratur dan bersih.
Pencegahan: hindarkan domba digembalakan di tempat yang
rumputnya basah akibat embun pagi, jangan diberi rumput muda.
Pengobatan: berikan larutan gula merah dan asam jawa,
keluarkan gas dengan cara mengurut-urut perut domba.
Cacing:
Parasit yang sering menyerang saluran pencernaan domba
diantaranya adalah cacing bulat dan cacing hati.
Gejala terinfeksi cacing bulat: domba menjadi kurus, pucat,
lemah; bila infeksi parah mengakibatkan; perut besar, bulu kusam,
dan kadang keluar kotoran encer.
Gejala terinfeksi cacing hati: kondisi tubuh lemah; selaput
lendir bola mata dan gusi tampak pucat; kadang-kadang di
bawah dagu membengkak lunak karena berisi air; dan perut
buncit akibat adanya penimbunan cairan di dalam perut.
17
24. Pencegahan:
1. Kandang dibersihkan secara rutin dan hindari lantai menjadi
becek.
2. Domba tidak digembalakan di tempat yang tercemar telur atau
larva cacing.
Pengobatan: Domba diobati dengan obat cacing khusus hewan
yang dijual di toko yang menjual kebutuhan peternakan. Diberikan
dalam bentuk kapsul atau dalam bentuk serbuk dan dicampur air
minum. Dosis pemberian sesuai anjuran.
Kudis (Kurap, scabies):
Gejala: ternak gelisah karena gatal sehingga nafsu makan
menurun, kulit bersisik berkeropeng, bulu rontok, dan pada
awalnya menyerang pada bagian bibir, kepala, kemudian menjalar
ke seluruh tubuh.
Penyebab: parasit kulit yang menular dengan cara kontak
langsung.
Pencegahan: penyakit ini dapat dicegah dengan cara menjaga
kebersihan dan pemisahan ternak sakit.
Pengobatan: menggunakan salep Antusol dengan cara dioleskan
pada bagian tubuh domba yang terserang.
18
25. VI. PASCA PANEN
Agar produk ternak lebih bermanfaat atau tahan lama, baik
sebagai konsumsi maupun bahan yang dapat digunakan untuk
keperluan selanjutnya, seperti: pengolahan karkas, daging, kulit,
kompos, dan wol, diperlukan penanganan lanjutan terhadap hasil
utama serta hasil ikutan. Untuk memperoleh produk ternak yang
bermutu tinggi maka diperlukan domba yang sehat, bebas dari
penyakit ekto dan endo parasit. Selain sehat, tahapan perlakuan
tertentu yang harus dilalui yaitu pemeriksaan kesehatan,
penyembelihan, pengulitan, pelayuan karkas, dan pemotongan
karkas. Selain itu, terdapat juga teknologi pengolahan hasil utama
(daging) dan hasil ikutan (kulit dan kotoran).
19
26. VII. ANALISA USAHA TERNAK DOMBA
Uraian Volume Jumlah
Biaya Tetap :
a. Sewa tanah 600 m2 400.000
b. Penyusutan kandang 1.000.000
c. Peralatan 200.000
Total Biaya Tetap 1.600.000
Biaya Variabel :
a. Domba bakalan 100 ekor 30.000.000
b. Pakan 8.460.000
c. Tenaga kerja 3 orang 3.000.000
d. Perawatan kandang 250.000
e. Obat-obatan 350.000
f. Transportasi 300.000
g. Listrik 200.000
h. Telepon 200.000
i. Biaya tak terduga 2,5% 1.116.048
j. Bunga modal 4% 1.931.920
Total Biaya Variabel 45.807.968
Total Biaya Produksi 47.407.968
Pendapatan
a. Penjualan domba 96 ekor x 40 kg x Rp
14.500
55.680.000
b. Penjualan kotoran (pupuk) 100 x 0,75 kg x 120 x
Rp 100
900.000
Total Pendapatan 56.580.000
Keuntungan 9.172.032
B/C 0,19
Sumber: Sudarmono dan Bambang Sugeng, 2008
20
27. DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
2008. Teknologi Budidaya Kambing. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Bogor.
Merkel Roger C dan Subandriyo. 1997. Sheep and Goat Production
Handbook for Southeast Asia. University of California Davis,
USA.
Mulyono Subangkit. 2005. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Murtidjo Bambang A. 2006. Memelihara Domba. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 1991. Pedoman
Praktis Beternak Kambing-Domba sebagai Ternak Potong.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Sudarmono, A.S., dan Bambang Sugeng. 2008. Beternak Domba.
Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.
21