Siswa kelas 6 SD Ciputra Surabaya melakukan berbagai upaya untuk melestarikan warisan budaya Kota Surabaya, seperti menulis cerita rakyat dalam bahasa Inggris, mendesain baju batik dan mug dengan tema sejarah kota, mementaskan lakon ludruk, serta meneliti sistem sosial masyarakat multi etnik di kota tersebut. Proyek ini bertujuan meningkatkan pemahaman akan pentingnya melestarikan
Dokumen tersebut membahas proyek perpustakaan anak-anak bernama "Sophia" di kota Poso, Sulawesi Tengah. Perpustakaan ini didirikan untuk membantu anak-anak korban konflik 1998-2005 dengan memberikan akses buku dan aktivitas pendidikan nonformal. Dokumen juga menjelaskan rencana perpustakaan keliling untuk memperluas jangkauan ke desa-desa terpencil dan wilayah pengungsian.
Education should humanize students, foster natural learning based on each child's character and abilities, and help them develop skills to contribute to society. It is a process for cultivating students' capabilities beyond their current level, while still grounding them in cultural values. The author's philosophy is to believe in students' potential, give them opportunities to explore their thinking globally, and remain a lifelong learner to set a good example. The goal is to help students become high-achieving people who uphold their cultural foundations.
Cerpen "Aku Bangga Menjadi Anak Surabaya"Siti Farida
油
Teks ini menceritakan tentang kebanggaan penulis menjadi anak kota Surabaya. Surabaya dikenal sebagai kota pahlawan karena sejarah perlawanannya melawan penjajah. Teks ini juga menjelaskan tentang budaya khas Surabaya seperti tarian ludruk dan wayang. Penulis menyukai kota ini karena memiliki banyak taman dan wisata sejarah serta alam.
Dokumen tersebut merupakan agenda kerja Kementrian Seni dan Budaya Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya tahun 2013 yang mencakup program Gebyar Seni dan Budaya, Parade Seni dan Budaya Se-Jawa Timur, serta penerbitan Buletin Seni dan Budaya.
Jurnal komunikasi. hafizah sidi r. (d1212037)Adi Widodo
油
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pola komunikasi keluarga dalam mengenalkan nilai budaya Sunda kepada anak di keluarga keturunan Kerajaan Sumedang Larang.
1. Situs purbakala Liangkabori dan Metanduno terletak di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara dan merupakan bukti adanya kehidupan manusia prasejarah di daerah tersebut.
2. Gua-gua tersebut memiliki berbagai lukisan pada dindingnya yang diduga dibuat oleh manusia prasejarah sebagai tempat tinggal dan kegiatan mereka.
3. Secara geografis, demografis, dan sosial budaya, situs-situs ter
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang penelitian mengenai makna simbol dan nilai-nilai religius dalam pencak silat tradisional Rejang Pat Petulai di Provinsi Bengkulu, termasuk rumusan masalah, tujuan penelitian, dan batasan masalah."
Makalah ini membahas tentang tradisi sariga, salah satu tradisi yang dahulu dilakukan oleh masyarakat suku Muna di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara namun kini mulai terlupakan. Tradisi sariga dilakukan untuk anak berusia 1-10 tahun dengan tujuan agar anak tidak menjadi durhaka dan dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Pelaksanaan tradisi ini meliputi membanting-banting kepala anak
Makalah ini membahas tentang tradisi sariga, salah satu tradisi yang dahulu dilakukan oleh masyarakat suku Muna di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara namun kini mulai terlupakan. Tradisi sariga dilakukan untuk anak berusia 1-10 tahun dengan tujuan agar anak tidak menjadi durhaka dan cepat beradaptasi. Pelaksanaan tradisi sariga meliputi membanting kepala anak 7 kali selama 4 hari diiringi
Makalah ini membahas tentang tradisi sariga, yaitu tradisi tradisional suku Muna di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, yang dilakukan untuk anak berusia 1-10 tahun dengan harapan agar tidak menjadi durhaka terhadap orang tua. Tradisi ini dilakukan dengan membanting-banting kepala anak di atas papan selama 4 hari berturut-turut untuk menanamkan nilai-nilai kepatuhan pada orang tua
Biodata Dra. Kustini menyajikan informasi tentang latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja sebagai kepala sekolah. Ia lulusan SMA Negeri 2 Surabaya tahun 1975 dan perguruan tinggi Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun 1988 dengan gelar S1. Saat ini beliau menjabat sebagai kepala sekolah di suatu sekolah.
Sarung tenun merupakan bagian penting dari budaya masyarakat Muna di Desa Masalili. Sarung tenun memiliki berbagai corak dan makna yang merepresentasikan status sosial. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses pembuatan, fungsi, dan upaya pelestarian sarung tenun di kalangan masyarakat.
Keberagaman budaya di Lampung dipengaruhi oleh dua suku besar yang mendiami wilayah berbeda dan kreativitas masyarakat. Budaya Lampung memiliki keragaman seni, budaya, dan kuliner serta tempat-tempat eksotis. Falsafah hidup masyarakat Lampung diarahkan oleh piil pesenggiri yang mendorong sikap pemurah dan silaturahmi.
Analisis Subjek Literatur Pada Disertasi Kajian Budaya dan Media (KBM) Sekola...Murad Maulana
油
PPT ini dipresentasikan dalam acara Lokakarya Nasional (Loknas) 2016 PDII LIPI dengan tema tema Pengelolaan Data, Informasi, dan Pengetahuan untuk Mendukung Pembangunan Repositori Nasional Indonesia, tanggal 10 11 Agustus 2016
1. Situs purbakala Liangkabori dan Metanduno terletak di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara dan merupakan bukti adanya kehidupan manusia prasejarah di daerah tersebut.
2. Gua-gua tersebut memiliki berbagai lukisan pada dindingnya yang diduga dibuat oleh manusia prasejarah sebagai tempat tinggal dan kegiatan mereka.
3. Secara geografis, demografis, dan sosial budaya, situs-situs ter
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang penelitian mengenai makna simbol dan nilai-nilai religius dalam pencak silat tradisional Rejang Pat Petulai di Provinsi Bengkulu, termasuk rumusan masalah, tujuan penelitian, dan batasan masalah."
Makalah ini membahas tentang tradisi sariga, salah satu tradisi yang dahulu dilakukan oleh masyarakat suku Muna di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara namun kini mulai terlupakan. Tradisi sariga dilakukan untuk anak berusia 1-10 tahun dengan tujuan agar anak tidak menjadi durhaka dan dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Pelaksanaan tradisi ini meliputi membanting-banting kepala anak
Makalah ini membahas tentang tradisi sariga, salah satu tradisi yang dahulu dilakukan oleh masyarakat suku Muna di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara namun kini mulai terlupakan. Tradisi sariga dilakukan untuk anak berusia 1-10 tahun dengan tujuan agar anak tidak menjadi durhaka dan cepat beradaptasi. Pelaksanaan tradisi sariga meliputi membanting kepala anak 7 kali selama 4 hari diiringi
Makalah ini membahas tentang tradisi sariga, yaitu tradisi tradisional suku Muna di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, yang dilakukan untuk anak berusia 1-10 tahun dengan harapan agar tidak menjadi durhaka terhadap orang tua. Tradisi ini dilakukan dengan membanting-banting kepala anak di atas papan selama 4 hari berturut-turut untuk menanamkan nilai-nilai kepatuhan pada orang tua
Biodata Dra. Kustini menyajikan informasi tentang latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja sebagai kepala sekolah. Ia lulusan SMA Negeri 2 Surabaya tahun 1975 dan perguruan tinggi Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun 1988 dengan gelar S1. Saat ini beliau menjabat sebagai kepala sekolah di suatu sekolah.
Sarung tenun merupakan bagian penting dari budaya masyarakat Muna di Desa Masalili. Sarung tenun memiliki berbagai corak dan makna yang merepresentasikan status sosial. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses pembuatan, fungsi, dan upaya pelestarian sarung tenun di kalangan masyarakat.
Keberagaman budaya di Lampung dipengaruhi oleh dua suku besar yang mendiami wilayah berbeda dan kreativitas masyarakat. Budaya Lampung memiliki keragaman seni, budaya, dan kuliner serta tempat-tempat eksotis. Falsafah hidup masyarakat Lampung diarahkan oleh piil pesenggiri yang mendorong sikap pemurah dan silaturahmi.
Analisis Subjek Literatur Pada Disertasi Kajian Budaya dan Media (KBM) Sekola...Murad Maulana
油
PPT ini dipresentasikan dalam acara Lokakarya Nasional (Loknas) 2016 PDII LIPI dengan tema tema Pengelolaan Data, Informasi, dan Pengetahuan untuk Mendukung Pembangunan Repositori Nasional Indonesia, tanggal 10 11 Agustus 2016
SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1SABDA
油
Bagaimana menyiapkan Paskah yang alkitabiah dan berkesan untuk anak-anak Sekolah Minggu? Yuk, ikuti GoPaskah! "Paskah dan Sekolah Minggu". Acara yang pasti bermanfaat bagi guru-guru, pelayan anak, remaja, dan pemuda untuk membekali bagaimana mengajarkan makna Paskah seperti yang diajarkan Alkitab.
Hadirlah pada:
Tanggal: Senin, 10 Maret 2025
Waktu: Pukul 10.3012.00 WIB
Tempat: Online, via Zoom (wajib daftar)
Guest: Dr. Choi Chi Hyun (Ketua J-RICE Jakarta)
Daftar sekarang: http://bit.ly/form-mlc
GRATIS!
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi kami:
WA Admin: 0821-3313-3315
Email: live@sabda.org
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #Paskah2025 #KematianKristus #kebangkitankristus #SekolahMinggu
Tutorial ini menjelaskan langkah-langkah lengkap dalam membuat halaman website menggunakan Divi Builder, sebuah visual builder yang memungkinkan pengguna membangun website tanpa perlu coding.
Proses dimulai dari instalasi & aktivasi Divi, pembuatan halaman baru, hingga pemilihan layout yang sesuai. Selanjutnya, tutorial ini membahas cara menambahkan section, row, dan module, serta menyesuaikan tampilan dengan tab Design untuk mengatur warna, font, margin, animasi, dan lainnya.
Optimalisasi tampilan website juga menjadi fokus, termasuk pengaturan agar responsif di berbagai perangkat, penyimpanan halaman, serta penetapan sebagai homepage. Penggunaan Global Elements & Reusable Templates turut dibahas untuk mempercepat proses desain.
Hasil akhirnya, halaman website tampak profesional dan menarik tanpa harus coding.
1. Lets Preserve Surabaya,Rek!
Oleh Primma Russanti
Guru SD Ciputra Surabaya
Surabaya sebagai salah satu kota metropolis sebenarnya memiliki akar budaya dan
sejarah panjang sejak kota ini berdiri. Warisan budaya yang secara fisik dapat dilihat,
seperti gedung bersejarah, etnis, alam lingkungan, senirupa, tempat ibadah, seni
pertunjukan, makanan tradisional, maupun secara fisik tidak terlihat tetapi eksistensinya
ada seperti sistem sosial, bahasa, norma, perilaku, karakter masyarakat, emosi, ekspresi
dan lain-lain, menjadi identitas khas Kota Surabaya, yang membedakannya dengan kota
lain di Indonesia.
Seiring dengan perkembangan jaman, warisan budaya Surabaya terkikis oleh banyak hal,
seperti ekonomi dan gaya hidup. Sebagai contoh banyak gedung bersejarah yang hilang
begitu saja dan telah berubah menjadi mall. Kesenian ludruk yang dulu pernah menjadi
primadona, kini nyaris tidak terdengar gaungnya dan tidak dikenali oleh generasi muda.
Bahasa Jawa dengan dialek Suroboyoan yang terdapat dalam parikan atau sejenis pantun
khas Surabaya, maknanya tak dikenali lagi dan tidak ada pembaharuan. Bahkan sebagian
masyarakat berasumsi bahwa tidak ada gunanya mempertahankan gedung tua-tua karena
tidak komersial lagi. Bahkan biaya operasionalnya pun mahal. Jalur Kalimas yang dulu
menjadi andalan ekonomi pada masa penjajahan, kini tampak kumuh. Seandainya ditata
kembali, setidaknya mengecat kembali gedung-gedung tua di sepanjang Kalimas, maka
akan menjadi tempat wisata bersejarah yang tentu saja akan mendatangkan keuntungan
bagi masyarakat dan pemerintah.
Belajar dari pengelolaan warisan budaya dan tradisi dari negara lain, seperti Malaysia dan
Singapura, secara umum warga Surabaya belum melakukan hal maksimal untuk
melestarikannya. Berkaca dari keprihatinan tersebut di atas, siswa kelas 6 SD Ciputra
Surabaya melakukan usaha-usaha untuk melestarikan warisan budaya Surabaya agar
tetap terjaga sehingga masyarakat Surabaya tetap memiliki identitas kota.
Dengan mengusung tema besar Preserving our cultural heritage provides ways of
appreciating and taking shared responsibilities as part of the society (Melestarikan
warisan budaya merupakan cara untuk menghargai dan berbagi tanggung jawab kita
sebagai bagian dari masyarakat), siswa siswa kelas 6 membuat tugas akhir berupa
tindakan-tindakan nyata untuk melestarikan warisan budaya Surabaya. Proses belajar
selama hampir tiga bulan melalui riset di internet, mendatangkan nara sumber direktur
Surabaya Heritage, yaitu Bp. Freddy H. Istanto dan penulis beberapa buku riwayat
Surabaya , yaitu Bp. Dukut Imam Widodo, wawancara tokoh masyarakat dan tokoh seni
budaya, mendatangi komunitas masyarakat keturunan Cina dan Arab, mendatangi dan
menyantap hidangan tradisional asli Surabaya yang terkenal, mendatangi sekolah
kesenian dan kantor pejabat terkait dan lain-lain. Semua itu dilakukan oleh siswa sendiri
2. sebagai upaya mendapatkan data akurat tentang warisan budaya. Tidak hanya itu, mereka
juga mendatangi wilayah ekowisata Mangrove dan belajar pada Ibu Lulut, salah satu
pemerhati Mangrove dan membudayakan batik Magrove. Bahkan mereka juga menemui
Cak Kartolo, salah satu tokoh kesenian Surabaya untuk mendapatkan data akurat tentang
ludruk dan permasalahannya. Semua ini adalah cara belajar inquiry, singkatnya belajar
menemukan permasalahan dan mencari jawabannya sendiri melalui berbagai sumber
belajar.
Pada hari Sabtu, 9 Maret 2013 bertempat di Sekolah Ciputra, siswa-siswa memamerkan
hasil karyanya sebagai bentuk tindakan nyata menyelamatkan
warisan budaya Surabaya. Pameran dengan istilah PYP
Exhibition ini adalah saat di mana setiap kelompok
mempresentasikan hasil karyanya kepada para tamu dan
orangtua. Mereka menjelaskan alasan pentingnya melakukan
pelestarian dan bagaimana proyek atau aksi pelestarian tersebut
dapat membantu melestarikan budaya Surabaya secara umum.
Adapun usaha atau aksi mereka cukup variatif. Sebagai contoh, menulis
cerita tentang Surabaya dalam 2 bahasa. Isunya cerita rakyat asli Surabaya
kurang dikenal oleh generasi muda , padahal banyak sekali cerita rakyat,
legenda, dan mitos yang menjadi warisan budaya Surabaya. Pesannya, cerita
rakyat asli Surabaya akan go International kalau ditulis dalam bahasa
Inggris karena seluruh dunia akan dapat membacanya.
Selain itu ada pula yang mendesain baju batik. Mencintai warisan budaya Surabaya
dengan cita rasa masa kini, begitulah kira-kira pesan yang disampaikan siswa akelas 6 SD
Ciputra dengan mendesain 3 macam baju untuk acara casual, party, dan seragam. Semua
menggunakan kain batik Mangrove. Mangrove merupakan bagian dari warisan budaya
alam yang sejak lama mangrove tumbuh di Surabaya. Murid-murid tersebut belajar
langsung dari perajinnya.
Mendesain mug dan pin juga wujud dari cara melestarikan warisan budaya Surabaya
yang didesain oleh siswa kelas 6 SD Ciputra. Ini merupakan salah satu 'action' mereka
untuk mencintai kotanya. Desain mug dan pin ini idenya berasal dari tempat bersejarah
yaitu Kya-Kya dan mural di tembok belakang penjara Kalisosok.
Berangkat dari keprihatinan semakin tenggelamnya Ludruk sebagai
warisan seni Surabaya yang dulu pernah mengalami jaman
keemasan, siswa kelas 6 SD Ciputra ini mementaskan lakon Sarip
Tambak Oso. Pementasan ludruk ala kemasasan masa kini ini
sangat menarik perhatian karena mereka menyampaikannya dengan
bahasa 'Suroboyoan".
Ada pula grup yang menyelidiki sistem sosial dalam masyarakat multi etnik di Surabaya.
Mereka melakukan riset tentang bagaimana masyarakat yang berbeda etnik dan agama
3. dapat hidup rukun di Surabaya. Dan hasil riset tadi di sampaikan dalam bentuk
konferensi mini dengan mengundang berbagai sekolah yang berlatar belakang beda.
Yang tak kalah menarik adalah kelompok kuliner. Salah satunya adalam mengangkat
Semanggi Suroboyo dengan penyajian ala internasional. Ini adalah upaya menaikkan
derajat makanan tradisional semanggi suroboyo menjadi makanan yang bisa disantap oleh
para ekspatriat yang tinggal di Surabaya.
Sekolompok siswa yang mencintai bahasa Suroboyoan membuat kamus bahasa
Suroboyoan dengan terjemahan bahasa Inggris. Mereka menuangkan kata-kata
Suroboyoan dalam kaos sehingga unik dan mudah diingat bagi siapapun pemakainya.
Pada dasarnya usaha pelestarian warisan budaya adalah tanggung jawab masyarakat
setempat dan pemerintah. Tetapi apabila masyarakat tidak paham pentingnya melakukan
itu, maka lama-kelaman semua warisan budaya tadi akan hilang dan tidak ada jejaknya.
Maka kota pun tidak punya akar dan identitas lagi. Bagaimana pun juga warisan budaya
itu sebenarnya dapat memberikan kita pengetahuan dan kejayaan masa lalu, yang
sebenarnya nilai-nilainya masih berguna sampai sekarang. Bahkan bila ada kesalahan di
masa lalu pun, kita dapat bercermin dari hal tersebut dan ke depannya untuk tidak
melakukan kesalahan serupa. Semua usaha pelestarian warisanbudaya dapat ditanamkan
sejak dini, seperti yang dilakukan oleh siswa-siswa kelas 6 SD Ciputra, Surabaya. Mereka
adalah generasi muda yang kelak akan meneruskan dan membangun kota Surabaya. Nilai-
nilai warisan budaya itulah yang menjadi bekal mereka untuk membangun kota Surabaya
di masa depan.
Blog : http://primmarussanti.weebly.com/artikel-pedidikan.html
Foto oleh Yan Yulius