Teks tersebut membahas penelitian tentang peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMA dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajarkan dengan CTL lebih baik daripada pendekatan konvensional, dan peningkatan kemampuan pemecahan masalahnya juga lebih baik.
1 of 5
More Related Content
Makalah penelitian jurnal bintang
1. MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL)
LAURI BINTANG TAMPEANG
Labitha89@yahoo.com
STKIP SILIWANGI BANDUNG
ABSTRAK
Pembelajaran Matematik tidak lepas dari pemecahan masalah, karena penemuan masalah dan pemecahan masalah adalah inti dari
mata pelajaran matematik. Oleh karena itu kemampuan yang harus dimiliki peserta didik tersebut adalah kemampuan pemecahan
masalah. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode
pendekatan contextual teaching and learning (CTL). Dalam penelitian ini, metode yang dipakai adalah eksperimen. Adapun subjek
dari penelitian ini adalah siswa MA Bina Insani Cisarua.
Berdasarkan hasil analisis data pretes dan postes dengan taraf sinifikansi 5% dengan menggunakan program Minitab 15. Hasil
penelitian menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh metode pendekatan contextual
teaching and learning (CTL) lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pendekatan
biasa, dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh metode pendekatan contextual
teaching and learning (CTL) lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pendekatan
biasa.
Kata Kunci: metode pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL); kemampuan pemecahan masalah
A. PENDAHULUAN
Sumarmo (Prasetyo, 2012) mengatakan
bahwa secara umum pemecahan masalah adalah
suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui
untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Dengan pemecahan masalah dalam matematika, hal-
hal yang terjadi menghambat kelancaran
pembelajaran bisa teratasi, karena kita telah bisa
mencari cara agar semua masalah dalam matematika
bisa diselesaikan dan bisa menggiring siswa untuk
lebih cakap dan tangkas dalam mempelajari
matematika.
Silver (Prasetyo, 2012:3) mengatakan bahwa
penemuan masalah dan pemecahan masalah adalah
inti dari mata pelajaran matematik dan merupakan
ciri-ciri dari berfikir matematis. Untuk itu, dengan
siswa terbiasa mengerjakan soal-soal non rutin, soal-
soal yang tidak hanya mengandalkan ingatan yang
baik saja, tetapi siswa diharapkan dapat mengaitkan
dengan topik lain dengan matematik itu sendiri,
dengan mata pelajaran lain dan dengan situasi nyata
yang pernah dialaminya atau pernah dipikirkanya
sehingga kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa akan meningkat.
Dalam mempelajari konsep matematika,
siswa kurang bisa mengaitkan konsep yang ada ke
dalam kehidupan. Bila siswa bisa mengaitkan
kedalam kehidupan sehari-hari maka akan lebih
mudah dipahami siswa berdasarkan pengalaman yang
mereka temui di lingkungan sendiri.
Untuk mengatasi masalah tersebut di atas,
perlu diupayakan suatu pendekatan pembelajaran
yang dapat digunakan untuk membuat pembelajaran
lebih aktif. Salah satunya adalah dengan menerapkan
pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL)
Suherman (Tobing, 2011) menyatakan
bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL)
adalah konsep belajar untuk membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
kehidupan sehari-hari siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan awal siswa
dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat dengan konsep itu
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. dalam upaya itu, siswa memerlukan guru
sebagai pengarah dan pembimbing.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah kemampuan pemecahan masalahan
matematis siswa yang menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik
2. dari pada yang menggunakan pendekatan
pembelajaran biasa?
2. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) lebih baik dari pada yang menggunakan
pendekatan pembelajaran biasa?
Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui
apakah:
1. Apakah kemampuan pemecahan masalahan
matematis siswa yang menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik
dari pada yang menggunakan pendekatan
pembelajaran biasa.
2. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) lebih baik dari pada yang menggunakan
pendekatan pembelajaran biasa.
B. KAJIAN TEORI DAN METODE
1. Kajian Teori
a. Kemampuan Pemecahan maalah
Sumarmo (Prasetyo, 2012) mengatakan bahwa
secara umum pemecahan masalah adalah suatu
proses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui
untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Dengan pemecahan masalah dalam matematika,
hal-hal yang terjadi menghambat kelancaran
pembelajaran bisa teratasi, karena kita telah bisa
mencari cara agar semua masalah dalam
matematika bisa diselesaikan dan bisa
menggiring siswa untuk lebih cakap dan tangkas
dalam mempelajari matematika.
Adapun menurut Sumarmo (Mahuda, 2012)
kemampuan pemecahan masalah meliputi:
1. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui,
yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang
diperlukan.
2. Merumuskan masalah matematik atau menyusun
model matematik.
3. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan
berbagai masalah (sejenis dan masalah baru)
dalam atau diluar matematika.
4. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil
sesuai permasalahan asal
5. Menggunakan matematika secara bermakna.
Hal-hal yang disebutkan di atas merupakan
indikator kemampuan pemecahan masalah yang
digunakan dalam penelitian ini. Agar siswa
dibimbing untuk dapat memecahkan masalah
matematis, maka dikembangkan suatu model
pembelajaran contextual teaching and learning
(CTL) guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan .
b. Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL)
Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Menurut teori CTL pembelajaran terjadi hanya
apabila siswa memproses informasi dan pengetahuan
baru sedemikian rupa sehingga informasi itu
bermakna bagi mereka dalam kerangka acuan mereka
sendiri (Nur, 2001).
Adapun langkah-langkah yang ditempuh
dalam pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL)
c. yang diusulkan oleh Nur (2001) pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) ini
dirumuskan ke dalam tujuh tahapan, yaitu:
1. Penemuan (Inquiry)
Kegiatan pembelajaran diawali dengan
pengamatan dalam rangka untuk memahami
suatu konsep. Dalam praktek pembelajaran
melewati siklus mengamati, bertanya,
menyelidiki, menganalisa dan merumuskan teori
baik secara individu maupun bersama-sama
dengan teman lainnya. Penemuan juga
merupakan aktivitas untuk mengembangkan dan
sekaligus menggunakan ketrampilan berfikir
secara kritis.
2. Pertanyaan (Questioning)
Seperti telah dikemukakan di atas,
pertanyaan merupakan alat pembelajaran bagi
guru untuk mendorong, membimbing dan
menilai kemampuan berfikir siswa. Pertanyaan
digunakan oleh siswa selama melaksanakan
kegiatan yang berbasis penemuan.
3. Konstruktivisme (Constructivism)
Siswa membangun pemahaman oleh diri
sendiri dari pengalaman-pengalaman baru
berdasarkan pengalaman awal. Pengalaman awal
selalu merupakan dasar dan tumpuan yang
digabung dengan pengalaman baru untuk
mendapatkan pemahaman baru. Pemahaman
yang mendalam dikembangkan melalui
pengalaman yang bermakna.
4. Kelompok Belajar (Learning Community)
Proses pembelajaran terjadi dalam situasi
sesama siswa, saling berbicara dengan orang lain
3. untuk menciptakan pembelajaran aktif bagi siswa
akan lebih baik jika dibandingkan dengan belajar
sendiri. Hal ini berbeda dengan pembelajaran
tradisional yang secara tidak langsung mendidik
siswanya untu menjadi individu yang egoistis,
tidak banyak peduli dengan lingkungannya.
Lebih tragis lagi jika persaingan tersebut selesai.
5. Penilaian Autentik (Authentic Assesment)
Penilaian Autentik ini bersifat mengukur
produk pembelajaran yang sering bervariasi yaitu
pengetahuan dan keterampilan. Penilaian ini
tidak hanya melihat produk akhir, tetapi juga
prosesnya instruksi dan pertanyaan-poertanyaan
dipilih yang relevan dengan prinsip-prinsip
pendekatan kontektual.
6. Refleksi (Reflection)
Salah satu pembeda pendekatan kontekstual
dengan pendekatan konvensional yang berbentuk
cara-cara berfikir tentang sesuatu yang telah
dipelajari siswa. Dalam proses berfikir itu, siswa
dapat merevisi dan merespon kejadian, aktivitas
dan pengalaman mereka. Prosedur umumnya,
siswa mencatat butir-butir materi yang telah
dipelajarinya, siswa dilatih untuk mengenali ide-
ide baru yang muncul. Bentuk refleksi yang
digunakan dalam penelitian berupa diskusi.
7. Pemodelan (Modelling)
Aktivitas guru di kelas memiliki efek modal
bagi siswa. Jika guru mengajar dengan berbagai
variasi metode dan teknik pembelajaran, maka
secara tidak langsung siswapun akan meniru
metode atau teknik yang dilakukan guru. Guru
dapat melakukan aktivitas mengucapkan hal-hal
yang difikirkan. Guru juga dapat melakukan
sesuatu yang diinginkan agar siswa
melakukannya.
juga diharapkan dapat mengingat kembali konsep
yang sudah dipelajari secara keseluruhan.
2. Metode
Dalam penelitian ini, metode yang dipakai adalah
eksperimen. Penelitian ini ingin mengkaji
peningkatan suatu perlakuan yaitu pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan biasa
dan pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan contextual teaching and learning (CTL)
terhadap suatu kelompok. Adapun desain yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan :
A = pengambilan sampel secara acak
O = pretes dan postes
X = Perlakuan dengan pendekatan contextual
teaching and learning (CTL)
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas X MA Bina Insani Cisarua, sampel
penelitian dari 4 kelas diambil secara acak dua kelas
yaitu kelas X-A sebagai kelas eksperimen dan kelas
X-B sebagai kelas kontrol.
Data diambil adalah data kuantitatif yaitu
dari hasil pretes dan postes kemudian dianalisis
dengan menggunakan program Minitab 15.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil Penelitian
Seperti yang sudah dibahas di atas bahwa
penelitian akan dilaksanakan di MA Bina Insani
Cisarua dengan mengambil populasi seluruh kelas X
adapun subyek penelitian saya ambil kelas X A
sebagai kelas eksperimen dan kelas X B sebagai
kelas kontrol dengan mengambil pokok bahasan
dimensi tiga. Sebelum melakukan penelitian
diadakan terlebih dahulu uji coba instrumen pada
siswa yang menerima pokok bahasan dimensi tiga.
Uji coba saya lakukan terlebih dahulu kepada siswa
kelas XII pada 30 orang siswa hal ini untuk
mengetahui apakah instrumen yang saya gunakan
dapat terbaca atau dimengerti oleh siswa.
Dari hasil uji coba kemudian dianalisa atau
diolah validitas, realibitas, daya pembeda, dan indeks
kesukarannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
apakah soal yang diberikan kepada siswa dalam
penelitian benar-benar soal yang bisa digunakan
dalam penelitian.
Setelah uji coba dilakukan kemudian diadakan tes
awal kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol, hal
ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal
dari kedua kelas.
Berdasarkan hasil analisis skor rata-rata pretes
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa,
diperoleh kesimpulan bahwa kedua kelas memiliki
kemampuan awal yang sama. Hal ini ditunjukan hasil
pengujian hipotesis dengan uji kesamaan rata-rata
pretes menggunakan uji t pada taraf signifikan 0,05
bahwa Ho diterima.
Kemudian selanjutnya penelitian dilakukan
pembelajaran sebanyak 8 kali pertemuan (16 jam
pelajaran) dengan pokok bahasan dimensi tiga. Pada
kelas eksperimen pembelajaran dilakukan dengan
A O X O
A O O (Russeffendi, 2005:50)
4. menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) dimana siswa dikelompokan
menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 5 orang. Sedangkan pada kelas kontrol
diterapkan model pembelajaran secara biasa.
Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen
menemukan beberapa kendala apa yang telah
direncanakan pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran tidak sesuai dengan pelaksanaan
seperti, guru tidak memberikan latihan soal. Hal ini
disebabkan karena guru belum bisa menggunakan
waktu dengan efektif. Selain itu masih ada beberapa
siswa yang masih pasif dalam mengikuti
pembelajaran.
Pada pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya
kendala yang timbul pada pertemuan pertama sudah
dapat teratasi . Apa yang direncanakan pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran dapat terlaksana dengan
baik
Setelah dilakukan pembelajaran pada kedua
kelas , maka kembali diadakan tes akhir kemampuan
Pemecahan masalah matematis siswa, yang bertujuan
untuk mengetahui peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa kelas mana
yang lebih baik. Untuk itu dilakukan analisis data
postes dengan melakukan uji perbedaan rata-rata satu
pihak.
Hasil uji t' menunjukan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa pada kelas
eksperimen lebih baik dari pada kemampuan
penalaran matematis siswa pada kelas kontrol. Hal ini
terlihat jelas pada hasil pengujian hipotesis dengan
taraf signifikan 5 % menunjukan H0 ditolak.
Berdasarkan hasil yang diperoleh
pembelajaran pada kelas eksperimen dengan
pendekatan CTL berhasil membuat siswa lebih aktif.
Setelah itu dilakukan uji n-gain untuk
melihat apakah terdapat peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis antara siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan
siswa yang pembelajaranya menggunakan
pendekatan biasa. Dari hasil uji 1 pihak menunjukkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah pada kedua
kelas terdapat perbedaan. Hal ini terlihat jelas dengan
hasil pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi
5% menunjukan H0 ditolak yang artinya terdapat
peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis antara siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) dengan siswa yang pembelajaranya
menggunakan pendekatan biasa.
Hal ini dikarenakan penerapan pendekatan
pemecahan masalah memiliki kelebihan
dibandingkan dengan pendekatan biasa. Kelebihan
dengan menggunakan penerapan pendekatan
pemecahan masalah adalah pemecahan masalah
memiliki tahap-tahap yang dapat mendorong
kemampuan siswa untuk menumbuhkan sikap kreatif,
terampil membaca dan membuat pernyataan,
menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan
beraneka ragam, serta dapat menambah pengetahuan
baru, meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan
yang sudah diperolehnya, kegiatan yang penting bagi
siswa yang melibatkan bukan saja suatu bidang studi
tetapi mungkin bidang atau pelajaran lain.
Dalam pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) siswa ditempatkan dalam suatu
konteks yang bermakna dimana siswa membuat suatu
hubungan antara pengetahuan lama dengan
pengetahuan yang dipelajari, bila siswa bisa
mengaitkan kedalam kehidupan sehari-hari maka
akan lebih mudah dipahami siswa berdasarkan
pengalaman yang mereka temui di lingkungan
sendiri.
Dengan pendekatan secara biasa kurang
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah hal
ini dikarenakan pendekatan secara biasa lebih
dominan guru aktif menjelaskan materi dan siswa
pasif hanya mendengar, menulis, dan mengerjakan.
Siswa tidak dapat mengeluarkan ide-idenya dalam
pemahaman materi. Siswa dibatasi hanya menerima
materi dari guru, mencatat materi dan mengerjakan
soal-soal yang diberikan guru. Siswa tidak dapat
mengembangkan kemampuanya untuk mengenali
materi lebih dalam. Selain itu, siswa juga merasa
santai-santai saja dalam belajar, dikarenakan tidak
ada motivasi untuk belajar. Hal ini dapat
menghambat kemampuan siswa untuk berkompetensi
di dunia kerja.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil
pengujian disimpulkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis antara siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik
daripada siswa yang pembelajaranya menggunakan
pendekatan biasa. Serta peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis antara siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik
daripada siswa yang pembelajaranya menggunakan
pendekatan biasa.
5. DAFTAR PUSTAKA
Mahuda, I. (2012). Pembelajaran Kooperatif Tipe
Co-Op Co-Op Dengan Pendekatan Open
Ended Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA.
FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.
Nur, M. (2001). Translated From Contextual
Teaching and Learning by Alan Blan Chard.
Makalah Proyek Peningkatan Mutu SLTP[on-
line]. Tersedia:
http://cakheppy.wordpress.com/2011/03/14/co
ntextual-teaching-and-learning-ctl/.
Prasetyo, A. (2012). Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMK
Menggunakan Pembelajan Dengan
Pendekatan Problem Posing. Skripsi STIKIP
Siliwangi Bandung: tidak diterbitkan.
Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian
Pendidikan & Bidang Non- Eksakta
Lainnya.Edisi revisi. Bandung: Tarsito.
Tobing, G .S. L. (2011). peningkatan kemampuan
penalaran induktif matematiksiswa yang
memperoleh pembelajaran Contextual
Teaching and Learning. FPMIPA UPI: tidak
diterbitkan.